Anda di halaman 1dari 4

1

yang rendah, sedangkan isoterm BET ialah adsorben dalam larutan


modifikasi isoterm Langmuir pada tekanan k, n = konstanta empiris
tinggi (Alberty & Silbey 1992).

Isoterm Freundlich BAHAN DAN METODE


Isoterm Freundlich merupakan isoterm
yang paling umum digunakan dan dapat Alat dan Bahan
mencirikan proses adsorpsi dengan lebih baik
Alat yang digunakan adalah
(Jason 2004). Menurut Atkins (1999) pada
spektrofotometer UV-tampak Shimadzu 1700.
proses adsorpsi zat terlarut oleh permukaan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
padatan diterapkan isoterm Freundlich yang
adalah bentonit asal Leuwiliang.
diturunkan secara empiris dengan persamaan:
Metode
x 1n
= kC Penelitian meliputi empat tahap, yaitu
m penyiapan bentonit lolos ayakan 200 mesh,
penentuan kapasitas tukar kation (KTK)
Apabila dilogaritmakan, persamaan akan bentonit, pembuatan organobentonit dengan
x 1 memodifikasi bentonit menggunakan
menjadi: Log = Log k + Log C HDTMABr, dan analisis organobentonit
m n
(Lampiran 1). Modifikasi bentonit dengan
x HDTMABr menggunakan jumlah HDTMABr
dengan (µg/g) adalah jumlah adsorbat yang
m bervariasi berdasarkan nilai KTK bentonit,
teradsopsi per satuan bobot adsorben, C (ppm) yaitu 100% KTK, 50% KTK, dan 25% KTK
adalah konsentrasi kesetimbangan adsorbat (Lampiran 2). Seratus persen KTK artinya
dalam larutan setelah adsorpsi, sedangkan k jumlah HDTMABr yang ditambahkan
dan n adalah tetapan empiris yang ekivalen dengan nilai KTK bentonit, yaitu
menunjukkan ikatan antara adsorbat dengan setiap molekul HDTMABr dianggap bereaksi
adsorben. atau menggantikan posisi satu kation dapat
tukar monovalen pada bentonit.
Isoterm Langmuir Analisis organobentonit meliputi
Isoterm Langmuir diturunkan berdasarkan penentuan keasaman dengan metode
pada persamaan berikut: Titrimetri, penentuan kondisi optimum
adsorpsi Cr(VI) oleh organobentonit yang
x αβ C meliputi penentuan pH optimum, penentuan
= waktu kontak, penentuan isoterm dan
m 1 + βC kapasitas adsorpsi Cr(VI), serta desorpsi
Cr(VI) dari organobentonit.
Isoterm Langmuir dipelajari untuk Pengukuran konsentrasi Cr(VI) mengikuti
menggambarkan pembatasan sisi adsorpsi prosedur pada metode standar (Clesceri et al.
dengan asumsi bahwa sejumlah tertentu sisi 2005). Sebanyak 10 mL larutan dimasukkan
sentuh adsorben ada pada permukaannya dan ke dalam tabung reaksi, kemudian
semuanya memiliki energi yang sama, serta ditambahkan 7 tetes H2SO4-air (1:1) dan 0.2
adsorpsi bersifat dapat balik (Atkins 1999). mL DPC 0.25%, lalu dikocok dan diukur
Konstanta α, β dapat ditentukan dari kurva serapannya pada panjang gelombang 540 nm
hubungan C terhadap C dengan persamaan: dengan spektrofotometer (Lampiran 4). Kurva
x standar dibuat menggunakan larutan standar
m K2Cr2O7 dengan konsentrasi 0, 0.1, 0.2, 0.4,
0.6, dan 0.8 ppm.
C 1 1
= + C
x αβ α Penentuan Kapasitas Tukar Kation (KTK)
m
KTK ditentukan dengan cara destilasi.
Keterangan: Contoh dijenuhkan dengan larutan amonium
x = jumlah adsorbat teradsorpsi per asetat 1 N pH 7, kemudian kadar amonium
m unit bobot adsorben yang setara dengan jumlah kation yang
m = bobot adsorben dipertukarkan pada bentonit ditetapkan
C = konsentrasi keseimbangan dengan cara destilasi.
51

Sebanyak 2.5 g bentonit ditimbang, Organobentonit dikeringkan pada suhu kamar


dimasukkan ke dalam tabung. Selanjutnya dan disimpan di dalam botol (Ceyhan &
ditambahkan dengan amonium asetat pH 7 Baybas 1999).
sebanyak 2 x 25 mL dengan selang waktu 30
menit. Setelah itu tabung yang masih berisi Penentuan Keasaman Organobentonit
contoh didiamkan selama 24 jam, lalu (Diantariani et al. 2008)
disentrifugasi selama 15 menit kemudian
Keasaman organobentonit diukur dengan
dicuci kembali dengan amonium asetat pH 7.
cara titrasi asam basa tidak langsung. Ke
Setelah itu disaring, residu yang mengandung
dalam tiga buah erlenmeyer dimasukkan
bentonit dicuci dengan 100 mL etanol 96%
masing-masing 0,5 gram organobentonit dan
untuk menghilangkan kelebihan amonium.
ditambahkan 25 mL larutan NaOH 1 N.
Setelah itu, residu dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer ditutup rapat dan diaduk selama
Kjeldahl, lalu ditambahkan dengan 25 mL
24 jam, setelah itu disaring dan residunya
NaOH 0.1 N, Selanjutnya ditambahkan sedikit
dibilas menggunakan akuades. Filtrat dan
batu didih dan akuades sampai setengah
bilasan lalu ditambahkan indikator
volume labu.
fenolftalein, kemudian dititrasi dengan larutan
Erlenmeyer yang berisi 10 mL H3BO3 1%
HCl 1 N yang telah distandardisasi terlebih
dan 3 tetes indikator Conway (larutan
dahulu sampai titik akhir tidak berwarna.
berwarna merah) disiapkan untuk menampung
Perlakuan yang sama dilakukan terhadap
NH3 (yang dibebaskan dari proses destilasi),
larutan blangko yang hanya mengandung 25
kemudian dihubungkan dengan alat destilasi.
mL larutan NaOH 1 N. Keasaman bentonit
Selanjutnya dilakukan proses destilasi sampai
ditentukan sebagai kontrol dengan prosedur
diperoleh 75 mL destilat (larutan berwarna
yang sama. Keasaman organobentonit
hijau). Destilat dititrasi dengan HCl 0.05 N
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
hingga warna merah muda dan volume titran
Keasaman organobentonit (me/g):
dicatat. Disiapkan pula blangko dengan
pengerjaan seperti contoh tetapi tanpa contoh
bentonit (Peraturan Menteri Pertanian
No.02/Pert/HK.060/2/2006. dalam Al-Jabri ( Vb − Vc ) × N HCl
Keasaman =
2008). Kapasitas tukar kation (me/100 g) g
bentonit dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut: Keterangan:
Vb = volume HCl yang dibutuhkan pada
(Vc − Vb) × N HCl titrasi blangko (mL)
KTK = x 100
gram bentonit Vc = volume HCl yang dibutuhkan pada
titrasi organobentonit (mL)
N HCl = normalitas HCl
Keterangan:
g = bobot organobentonit yang
Vb = volume HCl yang dibutuhkan
ditimbang (g)
pada titrasi blangko (mL)
Vc = volume HCl yang dibutuhkan
Penentuan pH Optimum Proses Adsorpsi
pada titrasi contoh (mL)
Cr(VI) pada Organobentonit
N HCl = normalitas HCl
Penentuan pH optimum merupakan
parameter untuk mengetahui pH yang
dibutuhkan oleh organobentonit dalam
Penyiapan Organobentonit mengadsorpsi ion Cr(VI) secara maksimum
sampai tercapai keadaan jenuh. Prosedur
Penyiapan organobentonit dilakukan
penentuan pH optimum dilakukan dengan
dengan cara sebagai berikut: ke dalam tiga
cara: ke dalam 7 buah erlenmeyer 250 mL,
buah erlenmeyer dimasukkan masing-masing
dimasukkan masing-masing 0,5 gram contoh
100 gram bentonit, kemudian ditambahkan
organobentonit dan ditambahkan 25 mL
larutan HDTMABr sebanyak 100%, 50%, dan
larutan Cr(VI) 200 ppm dengan pH larutan
25% KTK bentonit (Lampiran 2). Campuran
masing-masing 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dengan
tersebut diaduk menggunakan pengaduk
penambahan HCl 1 M atau NaOH 1 M.
magnet selama 24 jam pada suhu kamar.
Kemudian diaduk dengan pengaduk magnet
Campuran HDTMA-bentonit (organobentonit)
selama 24 jam. Selanjutnya campuran disaring
dicuci dengan akuades sampai bebas Br- (diuji
dan filtratnya dimasukkan ke dalam labu takar
dengan AgNO3 0.1 M, Lampiran 3).
6 1

50 mL, kemudian diimpitkan dengan akuades. organobentonit dan ditambahkan 25 mL


Setelah itu ditentukan konsentrasi Cr(VI) larutan K2Cr2O7 dengan konsentrasi berturut-
setelah adsorpsi. pH optimum bentonit tanpa turut 25, 50, 100, 200, 300, 500, dan 750 ppm,
modifikasi ditentukan sebagai kontrol dengan kemudian diatur pH larutan sesuai dengan pH
prosedur yang sama. optimum, lalu dikocok menggunakan alat
Selanjutnya dibuat kurva hubungan antara kocok selama waktu kontak optimum.
pH larutan sebagai sumbu x dengan jumlah Selanjutnya campuran disaring dan filtratnya
Cr(VI) teradsorpsi (mg/g) sebagai sumbu y. dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL,
Jumlah Cr(VI) teradsorpsi didapatkan dari kemudian diimpitkan dengan akuades. Setelah
hasil pengurangan antara jumlah Cr(VI) awal itu, dilakukan pengukuran konsentrasi Cr(VI)
dengan jumlah Cr(VI) sisa pada erlenmeyer. setelah adsorpsi. Isoterm dan kapasitas
Nilai pH yang memberikan adsorpsi Cr(VI) adsorpsi bentonit ditentukan sebagai kontrol
paling besar merupakan pH optimum dan dengan prosedur yang sama. Kapasitas
digunakan sebagai acuan dalam penentuan adsorpsi dengan satuan mg/g dihitung
isoterm adsorpsi. menggunakan persamaan:

Penentuan Waktu Kontak Optimum Proses V (C awal − C akhir )


Adsorpsi Cr(VI) pada Organobentonit Q=
m
Waktu kontak proses adsorpsi Cr(VI) pada
organobentonit merupakan parameter untuk Efisiensi adsorpsi dapat dihitung dengan
mengetahui waktu minimum yang dibutuhkan menggunakan persamaan:
oleh organobentonit dalam mengadsorpsi ion
Cr(VI) sampai tercapai keadaan jenuh.
 C awal − C akhir 
Penentuan waktu kontak dilakukan dengan %E=   x 100%
cara: ke dalam 7 buah erlenmeyer 25 mL  C awal 
dimasukkan masing-masing 0,5 gram contoh
butiran organobentonit dan ditambahkan 25 Keterangan persamaan tersebut adalah % E
mL larutan Cr(VI) 200 ppm dengan pH merupakan efisiensi adsorpsi, Q adalah
optimum yang diperoleh. kapasitas adsorpsi per bobot adsorben (mg/g
Campuran diaduk menggunakan pengaduk adsorben), V adalah volume larutan (L), C
magnet selama 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 12 jam. awal adalah konsentrasi awal larutan (ppm), C
Selanjutnya campuran disaring dan filtratnya akhir adalah konsentrasi akhir larutan (ppm),
dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, dan m adalah massa adsorben (g).
kemudian diimpitkan dengan akuades, Pola isoterm adsorpsi diperoleh dengan
kemudian ditentukan konsentrasi Cr(VI) membuat persamaan regresi linier
setelah adsorpsi. Waktu optimum bentonit menggunakan persamaan Langmuir dan
tanpa modifikasi ditentukan sebagai kontrol Freundlich (Atkins 1999). Kurva isoterm
dengan prosedur yang sama. Langmuir merupakan kurva hubungan antara
Setelah itu dibuat kurva hubungan antara konsentrasi (ppm) kesetimbangan adsorbat
waktu (jam) sebagai sumbu x dengan jumlah dalam larutan setelah adsorpsi (C) sebagai
Cr(VI) yang teradsorpsi (mg/g) sebagai sumbu sumbu x dan perbandingan konsentrasi
y. Jumlah Cr(VI) teradsorpsi didapatkan dari kesetimbangan dengan jumlah adsorbat
hasil pengurangan antara jumlah Cr(VI) awal teradsorpsi per satuan bobot adsorben, C/(x/m)
dengan jumlah Cr(VI) sisa pada erlenmeyer. dengan satuan g/L sebagai sumbu y,
Waktu yang memberikan adsorpsi Cr(VI) sedangkan kurva isoterm Freundlich
paling besar merupakan waktu kontak merupakan kurva hubungan antara logaritma
optimum dan digunakan sebagai acuan dalam konsentrasi (ppm) kesetimbangan adsorbat
penentuan isoterm adsorpsi. dalam larutan setelah adsorpsi (C) sebagai
sumbu x dan logaritma jumlah adsorbat yang
Penentuan Isoterm dan Kapasitas Adsorpsi teradsobsi per satuan bobot adsorben (x/m)
Organobentonit dengan satuan mg/g sebagai sumbu y.
Penentuan kapasitas adsorpsi Cr(VI) Bila linearitas isoterm Langmuir lebih
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi besar dari isotherm Freundlich, maka adsorpsi
K2Cr2O7 maksimum yang dapat diadsorpsi Cr(VI) oleh organobentonit mengikuti tipe
oleh organobentonit. Ke dalam 7 buah isoterm Langmuir, sebaliknya bila linearitas
erlenmeyer 250 mL dimasukkan masing- isoterm Freundlich lebih besar dari isotherm
masing 0,5 gram contoh butiran Langmuir, maka adsorpsi Cr(VI) oleh
1

organobentonit mengikuti tipe isoterm antarlapisan bentonit, seperti Ca2+, Na+, dan
Freundlich. Mg2+ dapat dipertukarkan dengan HDTMA+.
Petukaran kation Ca2+, Na+, dan Mg2+ dengan
Desorpsi Cr(VI) dari Organobentonit HDTMA+ mengubah bentonit yang bersifat
hidrofilik menjadi hidrofobik atau organofilik,
Organobentonit diaplikasikan ke dalam
sehingga dapat mengadsorpsi zat-zat organik
larutan K2Cr2O7 untuk menentukan kondisi
dan ion Cr(VI).
optimum dan mengetahui kemampuan
adsorpsi terhadap Cr(VI), kemudian diteliti
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
mengenai kemampuan desorpsi Cr(VI) dari
organobentonit. Desorpsi Cr(VI) dari Kapasitas tukar kation bentonit setelah
organobentonit dilakukan dengan menimbang dimodifikasi dengan HDTMABr
masing-masing 1 gram organobentonit, (organobentonit) lebih rendah dari KTK
kemudian dimasukkan ke dalam 3 buah sebelum dimodifikasi. Nilai KTK bentonit
erlenmeyer 125 mL. Selanjutnya sebelum dimodifikasi HDTMABr adalah
organobentonit direndam dengan 100 mL 54.53 me/100 g, sedangkan KTK
larutan Cr(VI) menggunakan konsentrasi organobentonit 25%, 50%, dan 100%
optimum yang didapat, kemudian pH berturut-turut adalah 45.14, 37.37, dan 20.72
campuran diatur pada pH optimum dan diaduk me/100 g. Hal ini menunjukkan adanya
dengan alat kocok selama waktu kontak pemblokiran sebagian sisi pertukaran dalam
optimum. bentonit oleh HDTMA. Semakin banyak
Selanjutnya campuran disaring dan HDTMA menempati sisi pertukaran, maka
residunya dimasukkan ke dalam erlenmeyer semakin banyak sisi pertukaran yang diblokir
dan direndam dengan akuades sebanyak 100 sehingga menyebabkan menurunnya KTK.
mL pada erlenmeyer pertama, HCl 0.1 N Nilai KTK organobentonit 100% masih
sebanyak 100 mL pada erlenmeyer kedua, dan tinggi. Hal ini menunjukkan belum semua
CaCl2 1 M sebanyak 100 mL pada erlenmeyer kation-kation pada ruang antarlapisan bentonit
ketiga. Campuran kemudian diaduk selama 14 dipertukarkan oleh HDTMA+ akibat waktu
jam, setelah itu diukur konsentrasi Cr(VI) pengocokan yang kurang lama atau kecepatan
yang terdesorpsi. Serapan yang terbesar pengocokan yang kurang, sehingga pertukaran
menunjukkan bahwa konsentrasi Cr(VI) yang kation antara kation pada ruang antarlapisan
terdesorpsi oleh pelarut besar, sehingga bentonit dengan HDTMA+ tidak maksimal.
pelarut tersebut dapat mendesorpsi Cr(VI) dari Penurunan KTK yang diperoleh pada
organobentonit. penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan
penelitian yang lain. Penelitian Iskandar &
Djajakirana (2006) melaporkan bentonit yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dimodifikasi dengan HDTMA mengalami
penurunan KTK dari 83.95 menjadi 19.40
Penambahan HDTMABr pada pembuatan me/100 g, sedangkan berdasarkan Syuhada et
organobentonit merupakan modifikasi al. (2009), bentonit yang dimodifikasi
bentonit yang bertujuan meningkatkan menggunakan jenis surfaktan di-
kemampuan adsorpsi bentonit terhadap (hydrogenatedtallow)-dimetilamoniumklorida
Cr(VI). Permukaan bentonit pada awalnya (DTDA) mengalami penurunan KTK dari
memiliki muatan negatif, sehingga mampu 45.05 menjadi 16.43 me/100 g. Perbedaan
mengikat ion-ion yang bermuatan positif hasil penurunan KTK dari penelitian-
(kation), seperti Ca2+, Na+, dan Mg2+, penelitian tersebut dikarenakan perbedaan asal
sebaliknya bentonit memiliki kemampuan bentonit serta jenis dan jumlah surfaktan yang
adsorpsi yang rendah terhadap ion-ion digunakan dalam penelitian.
bermuatan negatif (anion), seperti Cr2O72- dan
CrO42-. Keasaman Organobentonit
Bentonit memiliki kation-kation yang
Perlakuan modifikasi pada bentonit
dapat dipertukarkan. HDTMABr merupakan
menurunkan nilai keasaman bentonit hasil
senyawa organik yang bermuatan positif.
modifikasi. Keasaman organobentonit 25%,
HDTMABr dapat larut di dalam air
50%, dan 100% berturut-turut adalah 3.62,
membentuk ion HDTMA+ dan Br-, sehingga
0.90, dan 0.60 me/g, sedangkan keasaman
bila larutan HDTMABr dicampurkan ke
bentonit yang belum dimodifikasi HDTMABr
dalam bentonit, akan terjadi pertukaran kation.
adalah 4.95 me/g (Lampiran 5). Keasaman
Kation-kation yang terdapat di ruang
organobentonit yang dilaporkan Ramos et al.

Anda mungkin juga menyukai