Abstrak
Per Share, Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Price Earning Ratio, dan harga saham
perusahaan subsektor properti dan real estate di BEI periode 2011-2013. Selain itu, penelitian ini
juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh Return on Investment, Earning Per Share, Debt to
Equity Ratio, Price to Book Value, dan Price Earning Ratio terhadap harga saham perusahaan
subsektor properti dan real estate di BEI periode 2011-2013 secara parsial maupun simultan agar
perusahaan maupun investor mampu melakukan analisis kelayakan investasi secara internal. Data
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan keseluruhan yang dikeluarkan oleh BEI dari tahun 2011 hingga 2013.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi data panel dan
menggunakan model Fixed Effect. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t, uji-f dan koefisien
determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, hanya Price to Book Value yang
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Selain itu, diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi (R 2)
sebesar 0,887117 yang berarti bahwa variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat sebesar
88,71% sedangkan sisanya 11,29% dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian.
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang pesat dari segi PDB, Dengan total
PDB sebesar $869,3 Milyar USD dan pertumbuhan PDB sebesar 5,8%, menjadikan Indonesia
masuk dalam negara berpendapatan kelas menengah di dunia. Indonesia juga saat ini sedang
menikmati pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, yaitu sebesar 5,75% (www.worldbank.org,
diakses pada 19 November 2014) salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap
mencapai angka 6% pada tahun 2014 memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia sebesar 1,4% hingga 1,5%. (www.kemenkeu.go.id, diakses pada 19 November 2014)
Martalena & Malinda (2011:14) menyatakan bahwa harga saham ditentukan oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah kinerja perusahaan, kemudian Fahmi (2012:21) menyatakan bahwa
Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan gambaran yang menjelaskan tentang kndisi
keuangan suatu perusahaan. di sinilah bagian yang paling banyak dan paling diteliti investor
dalam rangka mengetahui kondisi suat perusahaan. Fahmi juga menjelaskan bahwa fokus utama
dalam pelaporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan. maka,
investor perlu melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kinerja
perusahaan.
Brigham & Houston (2010:133) menyatakan bahwa rasio keuangan dirancang untuk
membantu mengevaluasi laporan keuangan. Brigham & Houston juga menyatakan bahwa rasio
keuangan dapat diklasifikasikan kedalam lima aspek yaitu rasio likuiditas, rasio manajemen
aset, rasio profitabilitas, rasio manajemen utang (leverage) dan rasio nilai pasar. Kasmir
(2010:115) menyatakan bahwa Rasio Profitabilitas dapat membantu investor untuk melihat
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, untuk itu telah ada beberapa
penelitian terdahulu yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh dari rasio – rasio profitabilitas
terhadap harga saham, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Priatinah dan Kusuma (2012)
yang menyatakan hasil bahwa Return On Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, ROI adalah rasio yang digunakan
pemegang saham.
Rasio solvabilitas (leverage) juga dapat digunakan untuk membantu investor dalam
dibubarkan atau dilikuidasi (Kasmir, 2010:112) Untuk itu, telah ada beberapa penelitian
terdahulu untuk mengetahui pengaruh dari rasio-rasio solvabilitas terhadap harga maupun
tingkat pengembalian saham. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wagiyem (2013) yang
menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham, dan menyatakan
hasil bahwa DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. DER sendiri biasa
digunakan oleh investor untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang digunakan
(PER) rasio-rasio tersebut dapat membantu investor menentukan nilai wajar saham, apakah
harga saham di pasar sudah terlalu mahal (over value) atau masih murah (under value) penelitian
yang menganalisis tentang pengaruh PBV dan PER terhadap harga saham pun sudah pernah
dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan Permana (2009) yang menyatakan hasil bahwa
PBV memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan PER tidak memiliki
Investasi
Menurut Tandelilin (2010:2) Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber
daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa
mendatang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh
keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang,
sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Tandelilin (2010:3)
juga menjelaskan bahwa pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut investor. Dan
investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual/retail
investors) dan investor institusional (institutional investors), Investor individual terdiri dari
terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga simpan
pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi. Investasi juga mempelajari
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan lain dalam posisi keuangan (Hery, 2012:4). Dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
per 1 Juni 2012 juga dijelaskan tentang tujuan laporan keuangan yang isinya: “Tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi” Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
Brigham dan Houston (2010:134) juga menyebutkan ada 5 rasio keuangan yang dirancang
untuk membantu dalam mengevaluasi laporan keuangan, yaitu: rasio likuiditas, rasio manajemen
aset, rasio manajemen utang, rasio profitabilitas, dan rasio nilai pasar. Dimana menurut Titman et
al (2011:79) rasio likuiditas digunakan untuk menjawab pertanyaan yang paling mendasar tentang
kesehatan keuangan perusahaan: seberapa likuidkah perusahaan tersebut? Suatu bisnis dapat
dikatakan likuid apabila bisnis tersebut dapat membayar tagihan-tagihannya secara tepat waktu.
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2011:136) rasio manajemen aset mengukur seberapa
efektif perusahaan mengelola asetnya, dan rasio manajemen utang mengukur sampai sejauh apa
perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial leverage), rasio profitabilitas
mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional. Sedangkan
rasio nilai pasar menurut Titman et al (2011:94) digunakan untuk menjawab pertanyaan dasar
berikut: bagaimana saham perusahaan dihargai di pasar modal. Adapun, beberapa rasio keuangan
Menurut Gitman (2009:68) ROI digunakan untuk mengukur keseluruhan efektifitas dari
manajemen dalam menghasilkan profit menggunakan aset yang tersedia. Semakin tinggi nilai
ROI suatu perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan. Kemudian Kasmir (2010:115)
menyebutkan bahwa Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama ROI,
merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola
investasinya. Brigham & Houston (2010:148) juga menyatakan bahwa ROI atau bisa juga
disebut ROA (Retur on Total Asset) merupakan rasio laba bersih terhadap total asset, dan
Fahmi (2012:70) menyebutkan bahwa Earning per Share (EPS) adalah keuntungan yang
diberikan kepada pemegang saham untuk tiap lembar saham yang dipegangnya. Gitman
(2009:68) juga menyatakan bahwa EPS merepresentasikan keuntungan yang didapatkan dari
setiap lembar saham. Sedangkan menurut Kasmir (2010:115) Earning per Share (EPS)
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi
pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan
pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Untuk mencari rasio ini, dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain,
rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang (Kasmir, 2010:112) Sedangkan Gitman (2009:64) menyebutkan bahwa DER
mengukur proporsi dari total aset yang dibiayai oleh kreditur perusahaan.
PBV biasa digunakan oleh investor untuk menentukan nilai wajar dari sebuah saham,
apakah saham tersebut sudah mahal atau murah. Gitman (2009:70) menyatakan bahwa PBV
menyediakan penilaian bagi investor untuk melihat seperti apa kinerja suatu perusahaan.
Brigham & Houston (2010:151) juga menyatakan bahwa rasio harga pasar suatu saham terhadap
nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. perusahaan yang
dianggap baik oleh investor merupakan perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta
terus mengalami pertumbuhan. Perusahaan yang seperti demikian dapat dijual dengan rasio nilai
buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah.
Brigham & Houston (2010:150) menyatakan bahwa PER mennjukkan jumlah yang rela
dibayarkan oleh investor untuk setiap rupiah laba yang dilaporkan. Fahmi & Hadi (2009:78)
juga menyatakan bahwa bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka
pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu Price
Earning Ratio (rasio terhadap harga laba) adalah perbandingan antara market price per share
(harga pasar per lembar saham) dengan Earning per Share (laba perlembar saham). Kemudian
menurut Penman (2010:49) jika yang diharapkan adalah pendapatan di masa depan lebih besar
dari pendapatan saat ini, maka nilai PER pada perusahaan tersebut seharusnya tinggi. lebih
Harga Saham
Fahmi (2012:86) menyebutkan bahwa saham biasa (common stock) adalah surat berharga
yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dollar, yen, dan
sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak untuk
menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini di
Menurut Martalena & Malinda (2011:14) Pembentukan harga saham terjadi karena adanya
permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Permintaan dan penawaran tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik yang bersifat spesifik atas saham tersebut, (kinerja perusahaan seperti
laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahnan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan, dan
industri dimana perusahaan tersebut bergerak maupun faktor yang bersifat makro maupun non
ekonomi (kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata
Pengujian Model
Dalam uji Fixed Effect, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji chow/Likelihood Ratio
untuk menentukan apakah model yang digunakan dalam penelitian adalah Common Effect Model
atau Fixed Effect Model dengan ketentuan pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika nilai p-value cross section Chi-square < 0,05 atau nilai probability (p-value) F-Test <
0,05 maka H0 ditolak atau model yang digunakan adalah model Fixed Effect. Jika nilai p-value
cross section Chi-square ≥ 0,05 atau nilai probability (p-value) F-Test ≥ 0,05 maka H0 diterima
Berdasarkan hasil uji Fixed Effect dengan menggunakan uji Chow/Likelihood tersebut,
dihasilkan nilai probabilitas cross section Chi-square sebesar 0,0000, dimana hasil itu lebih kecil
dari taraf signifikansi 5% atau 0,05 dan dihasilkan pula nilai probabilitas cross section F sebesar
0,0016, yang juga lebih kecil dari taraf signifikansi 5% atau 0,05. Sesuai dengan ketentuan
pengambilan keputusan, dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak sehingga pendekatan yang
diambil adalah Fixed Effect Model. Selanjutnya, untuk mengetahui pendekatan apakah yang paling
tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, perlu dilakukan pengujian antara Fixed Effect Model
menentukan apakah model yang digunakan dalam penelitian adalah Random Effect Model atau
Jika nlai probabilitas cross section random (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga model
yang digunakan adalah Fixed Effect Model. Namun jika nilai probabilitas cross section random (p-
value) ≥ 0,05 maka H0 diterima, sehingga model yang digunakan adalah Random Effect Model.
Berdasarkan hasil uji Random Effect dengan menggunakan uji Haussman tersebut, dihasilkan
nilai probabilitas cross section random (p-value) sebesar 0,0004, dimana hasil tersebut lebih kecil
dari taraf signifikansi 5% atau 0,05. Sesuai dengan ketentuan pengambilan keputusan, berarti H 0
diterima sehingga pendekatan yang tepat untuk diambil dalam penelitian ini adalah Fixed Effect
Model.
Berdasarkan pengujian model yang dilakukan, maka model yang digunakan dalam regresi
data panel pada penelitian ini adalah model Fixed Effect, Model persamaan regresi data panel yang
dibentuk dalam penelitian ini merupakan model Fixed Effect. Berdasarkan tabel 4.11 dapat
diketahui nilai konstanta koefisien sehingga dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:
Harga Saham = (intersep perusahaan sampel) + 0,000000562 + 0,149515 ROI + (-0,229828) EPS
1. Koefisien intersep sebesar 0,000000562 yang berarti apabila variabel ROI, EPS, DER, PBV dan
PER konstan, maka tingkat harga saham perusahaan subsektor properti dan Real Estate akan
kenaikan Return on Investment sebesar 1% (dengan asumsi variabel lain konstan) maka harga
saham perusahaan subsektor properti dan Real Estate akan mengalami kenaikan sebesar
0,149515%.
3. Koefisien Earning Per Share (X2) sebesar -0,229828 yang berarti jika terjadi perubahan
kenaikan Earning Per Share sebesar 1% (dengan asumsi variabel lain konstan) maka harga
saham perusahaan subsektor properti dan Real Estate akan mengalami penurunan sebesar
0,229828%.
4. Koefisien Debt to Equity (X3) sebesar -0,033733 yang berarti jika terjadi perubahan kenaikan
Debt to Equity sebesar 1% (dengan asumsi variabel lain konstan) maka harga saham perusahaan
subsektor properti dan Real Estate akan mengalami penurunan sebesar 0,033733%.
5. Koefisien Price to Book Value (X4) sebesar 0,615996 yang berarti jika terjadi perubahan
kenaikan Price to Book Value sebesar 1% (dengan asumsi variabel lain konstan) maka harga
saham perusahaan subsektor properti dan Real Estate akan mengalami kenaikan sebesar
0,615996%.
6. Koefisien Price Earning Ratio (X5) sebesar -0,057347 yang berarti jika terjadi perubahan
kenaikan Price Earning Ratio sebesar 1% (dengan asumsi variabel lain konstan) maka harga
saham perusahaan subsektor properti dan Real Estate akan mengalami penurunan sebesar
0,057347%.
Koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui besarnya persentase variabel bebas dalam
menjelaskan variabel terikat. Berdasarkan tabel 4.11, diperoleh nilai R 2 (R-square) sebesar
0,887117 atau 88,71%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri
dari Return on Investment, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, dan
Price Earning Ratio dapat menjelaskan variabel terikat yaitu harga saham perusahaan subsektor
properti dan real estate sebesar 88,71%, sedangkan sisanya yang sebesar 11,29% dijelaskan oleh
Pengujian Hipotesis
A. Uji-t (parsial)
Uji-t (parsial) dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan masing-masing
nilai koefisien regresi variabel bebas (X) secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikat (Y).
ketentuan pengambilan keputusan dalam uji parsial adalah jika nilai probabilitas (p-value) ≥ 0,05
maka H0 diterima yang berarti variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat secara parsial. Namun jika nilai probabilitas (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti
Variabel Return on Investment (X1) memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,2057 > 0,05, maka
sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0 diterima yang berarti Return on Investment tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara
parsial.
Variabel Earning Per Share (X2) memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,3082 > 0,05, maka
sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0 diterima yang berarti Earning Per Share tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara
parsial.
Variabel Debt to Equity Ratio (X3) memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,7506 > 0,05, maka
sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0 diterima yang berarti Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara
parsial.
Variabel Price to Book Value (X4) memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,0000 < 0,05, maka
sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0 ditolak yang berarti Price to Book Value
berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara
parsial.
Variabel Price Earning Ratio (X5) memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,6750 > 0,05, maka
sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0 diterima yang berarti Price Earning Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara
parsial.
B. Uji-F (Simultan)
Uji-F (simultan) dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (X) secara simultan atau
bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). ketentuan pengambilan
keputusan dalam uji simultan adalah jika nilai probabilitas (F-statistic) ≥ 0,05 (taraf signifikansi
5%) maka H0 diterima yang berarti variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat secara simultan/bersama-sama. Namun jika nilai probabilitas (F-statistic) < 0,05
maka H0 ditolak yang berarti variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat
diperoleh bahwa nilai probabilitas (F-statistic) adalah sebesar (0,00000 < 0,05). Sesuai dengan
ketentuan pengambila keputusan yang ada, maka H0 ditolak yang berarti variabel Return on
Investment, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, dan Price Earning Ratio
berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara
Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini, Return on Investment memiliki nilai
probabilitas (p-value) sebesar 0,2057 dimana nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 5%
(0,2057 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel ROI tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate. Hasi penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wagiyem (2013). Besarnya tingkat pengembalian atas total aset
yang didapat kurang bisa digunakan oleh investor untuk memproyeksikan harga saham ke
depannya, hal ini kemungkinan disebabkan karena pada periode penelitian, perusahaan subsektor
properti dan real estate lebih banyak menggunakan hutang daripada modal sendiri untuk
membiayai perusahaan yang membuat biaya bunga naik dan menyebabkan ROI perusahaan kecil.
Sehingga untuk menentukan kinerja perusahaan, investor perlu juga untuk melihat rasio yang lain.
Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Pratama et al (2014) dan Thim
et al (2012) yang menyatakan bahwa ROI berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini, Earning Per Share memiliki nilai
probabilitas (p-value) sebesar 0,3082 dimana nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 5%
(0,3082 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan subsektor properti dan real estate. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang sudah dilakukan oleh Permana (2013) dan Wagiyem (2013), Investor atau calon investor
kemungkinan tidak hanya melihat pada nilai EPS atau faktor probabilitas saja untuk menentukan
harga saham kedepannya, akan tetapi juga melihat kepada beberapa faktor lain yang mempengaruhi
harga saham seperti misalnya kualitas laporan keuangan, maupun kebijakan dalam membuat
laporan keuangan yang dilakukan perusahaan. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hadianto (2010) dan Thim et al (2012) yag menyatakan
Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini, DER memiliki nilai proabilitas (p-value)
sebesar 0,7506 dimana nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,7506 > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham
perusahaan subsektor properti dan real estate, Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang sudah dilakukan oleh Subiyantoro & Andreani (2003). Rasio total hutang terhadap ekuitas
yang didapat kurang bisa dijadikan pertimbangan untuk memproyeksi harga saham ke depannya,
dan kurang bisa dijadikan acuan dalam berinvestasi pada pasar saham. Akan tetapi hasil penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wagiyem (2013), Harris (2013) dan
Valentino (2013) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini, PBV memiliki nilai probabilitas (p-value)
sebesar 0,0000 dimana nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,0000 < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel PBV berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
subsektor properti dan real estate. Hasl penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Permana (2009), dan Wagiyem (2013). Investor maupun calon investor
biasanya akan melihat rasio PBV untuk menentukan saham mana yang akan mengalami overvalued
dan undervalued sehingga mereka mendapatkan keuntungan, karena semakin tinggi penilaian pasar
terhadap suatu saham, akan semakin meningkatkan harga pasar saham tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian yang mengatakan bahwa variabel PBV ini berpengaruh signifikan
positif terhadap harga saham perusahaan. semakin tinggi PBV suatu perusahaan, maka semakin
tinggi pula hara saham perusahaan tersebut. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurdhiana (2012) yang menyatakan bahwa PBV tidak
Berdasarkan hasil pengujian terhadap penelitian ini, PER memiliki nilai probabilitas (p-
value) sebesar 0,6750 dimana nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 5% (0,6750 > 0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa variabel PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham
perusahaan subsektor properti dan real estate. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Wagiyem (2013) dan Permana (2009). Selain melihat rasio PER sebagai acuan
dalam berinvestasi, investor juga memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat dijadikan
pertimbangan untuk memprediksi harga saham kedepannya. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadianto (2010) yang menyatakan bahwa PER
4. Kesimpulan
Penelitian mengenai pengaruh Return on Investment, Earning Per Share, Debt to Equity
Ratio, Price to Book Value dan Price Earning Ratio terhadap harga saham perusahaan
subsektor properti dan real estate pada periode 2011-2013 menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut: ROI dan EPS dari perusahaan subsektor properti periode 2011-2013 meningkat setiap
saham subsektor properti dan real estate secara parsial. Sedangkan ROI, EPS, DER dan PER
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham subsektor properti dan real estate secara
parsial.
Secara simultan, Return on Investment, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Price
to Book Value, dan Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham
5. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, adapun saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai
berikut:
Perusahaan subsektor property dan real estate yang terdaftar sebagai emiten di BEI
sebaiknya memperhatikan proporsi hutang dalam pembiayaan perusahaan, agar ROI
perusahaan dapat lebih mencerminkan kemampuan perusahaan dan dapat digunakan sebagai
acuan investor dalam memilih saham.
Perusahaan subsektor properti dan real estate yang terdaftar sebagai emiten di BEI
sebaiknya lebih memperhatikan kualitas laporan keuangan dan kebijakan perusahaan dalam
membuat laporan keuangan.
Untuk peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa masih ada variabel
lain diluar variabel penelitian yang mempengaruhi harga saham, sebaiknya peneliti selanjutnya
menambahkan variabel bebas dan indikator-indikator lainnya yang bisa mempengaruhi harga
saham untuk diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, & Houston. (2011). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, I., & Hadi, Y. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.
Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Penman, S. (2010). Financial Statement Analysis and Security Valuation. Singapore: Mc Graw
Hill.
Permana, Y. (2009). Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi
Terhadap Pergerakan Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Semen Yang Terdaftar di BEI).
Jurnal Akuntansi - Universitas Gunadarma , 1-6.
Priantinah, D., & Kusuma, P. A. (2012). Pengaruh ROI, EPS dan DPS Terhadap Harga Saham
Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010.
Jurnal Nominal - Volume 1 Nomor 1 , 50-64..
Titman, Keown, & Martin. (2011). Financial Management, Principles and Applications. United
States: Pearson.
Wagiyem. (2013). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Riset Manajemen & Akuntansi - Volume
4 , 66-89.
WEBSITE
Worldbank.http://www.worldbank.org/in/news/feature/2014/03/18/indonesia-economic-
quarterly-march-2014, diakses pada 19 November 2014
Kemenkeu.http://www.kemenkeu.go.id/Berita/pertumbuhan-investasi-2014-diprediksi-capai-6-
persen, diakses pada 19 November 2014
BEI.http://www.idx.co.id/Portals/0/Information/ForInvestor/StockMarketIndicies/FileDownload/
Buku%20Panduan%20Indeks%202010.pdf, diakses pada 19 November 2014