Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT, EARNING PER

SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE TO BOOK VALUE, DAN PRICE


EARNING RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN
SUBSEKTOR PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013
Silvia Zalzabilla Kuswandi
Prodi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Telkom
silviazabilla@telkomuniversity.ac.id, szsilvia75@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan Return on Investment, Earning

Per Share, Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, Price Earning Ratio, dan harga saham

perusahaan subsektor properti dan real estate di BEI periode 2011-2013. Selain itu, penelitian ini

juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh Return on Investment, Earning Per Share, Debt to

Equity Ratio, Price to Book Value, dan Price Earning Ratio terhadap harga saham perusahaan

subsektor properti dan real estate di BEI periode 2011-2013 secara parsial maupun simultan agar

perusahaan maupun investor mampu melakukan analisis kelayakan investasi secara internal. Data

yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan

keuangan perusahaan keseluruhan yang dikeluarkan oleh BEI dari tahun 2011 hingga 2013.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi data panel dan

menggunakan model Fixed Effect. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t, uji-f dan koefisien

determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, hanya Price to Book Value yang

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh

signifikan terhadap harga saham. Selain itu, diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi (R 2)
sebesar 0,887117 yang berarti bahwa variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat sebesar

88,71% sedangkan sisanya 11,29% dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian.

Keywords: harga saham, ROI, EPS, DER, PBV, PER

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang pesat dari segi PDB, Dengan total

PDB sebesar $869,3 Milyar USD dan pertumbuhan PDB sebesar 5,8%, menjadikan Indonesia

masuk dalam negara berpendapatan kelas menengah di dunia. Indonesia juga saat ini sedang

menikmati pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, yaitu sebesar 5,75% (www.worldbank.org,

diakses pada 19 November 2014) salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah pertumbuhan investasi. Pertumbuhan investasi yang

mencapai angka 6% pada tahun 2014 memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia sebesar 1,4% hingga 1,5%. (www.kemenkeu.go.id, diakses pada 19 November 2014)

Martalena & Malinda (2011:14) menyatakan bahwa harga saham ditentukan oleh berbagai

faktor, salah satunya adalah kinerja perusahaan, kemudian Fahmi (2012:21) menyatakan bahwa

Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan gambaran yang menjelaskan tentang kndisi

keuangan suatu perusahaan. di sinilah bagian yang paling banyak dan paling diteliti investor

dalam rangka mengetahui kondisi suat perusahaan. Fahmi juga menjelaskan bahwa fokus utama

dalam pelaporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan. maka,

investor perlu melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kinerja

perusahaan.
Brigham & Houston (2010:133) menyatakan bahwa rasio keuangan dirancang untuk

membantu mengevaluasi laporan keuangan. Brigham & Houston juga menyatakan bahwa rasio

keuangan dapat diklasifikasikan kedalam lima aspek yaitu rasio likuiditas, rasio manajemen

aset, rasio profitabilitas, rasio manajemen utang (leverage) dan rasio nilai pasar. Kasmir

(2010:115) menyatakan bahwa Rasio Profitabilitas dapat membantu investor untuk melihat

sejauh mana kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, untuk itu telah ada beberapa

penelitian terdahulu yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh dari rasio – rasio profitabilitas

terhadap harga saham, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Priatinah dan Kusuma (2012)

yang menyatakan hasil bahwa Return On Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, ROI adalah rasio yang digunakan

untuk mengetahui efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Sedangkan EPS

digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi

pemegang saham.

Rasio solvabilitas (leverage) juga dapat digunakan untuk membantu investor dalam

mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya apabila perusahaan

dibubarkan atau dilikuidasi (Kasmir, 2010:112) Untuk itu, telah ada beberapa penelitian

terdahulu untuk mengetahui pengaruh dari rasio-rasio solvabilitas terhadap harga maupun

tingkat pengembalian saham. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wagiyem (2013) yang

menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham, dan menyatakan

hasil bahwa DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. DER sendiri biasa

digunakan oleh investor untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang digunakan

perusahaan untuk jaminan utang.


Rasio lain yang biasa digunakan adalah Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio

(PER) rasio-rasio tersebut dapat membantu investor menentukan nilai wajar saham, apakah

harga saham di pasar sudah terlalu mahal (over value) atau masih murah (under value) penelitian

yang menganalisis tentang pengaruh PBV dan PER terhadap harga saham pun sudah pernah

dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan Permana (2009) yang menyatakan hasil bahwa

PBV memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan PER tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

2. Dasar Teori dan Metodologi

Investasi

Menurut Tandelilin (2010:2) Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber

daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa

mendatang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh

keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang,

sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Tandelilin (2010:3)

juga menjelaskan bahwa pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut investor. Dan

investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual/retail

investors) dan investor institusional (institutional investors), Investor individual terdiri dari

individu-individu yang melakukan aktivitas investasi. Sedangkan investor institusional biasanya

terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga simpan

pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi. Investasi juga mempelajari

bagaimana mengelola kesejahteraan investor (investor’s wealth)


Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan

perubahan lain dalam posisi keuangan (Hery, 2012:4). Dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

per 1 Juni 2012 juga dijelaskan tentang tujuan laporan keuangan yang isinya: “Tujuan laporan

keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam

pengambilan keputusan ekonomi” Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh investor dalam melakukan penelitian.

Analisis Laporan Keuangan

Brigham dan Houston (2010:134) juga menyebutkan ada 5 rasio keuangan yang dirancang

untuk membantu dalam mengevaluasi laporan keuangan, yaitu: rasio likuiditas, rasio manajemen

aset, rasio manajemen utang, rasio profitabilitas, dan rasio nilai pasar. Dimana menurut Titman et

al (2011:79) rasio likuiditas digunakan untuk menjawab pertanyaan yang paling mendasar tentang

kesehatan keuangan perusahaan: seberapa likuidkah perusahaan tersebut? Suatu bisnis dapat

dikatakan likuid apabila bisnis tersebut dapat membayar tagihan-tagihannya secara tepat waktu.

Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2011:136) rasio manajemen aset mengukur seberapa

efektif perusahaan mengelola asetnya, dan rasio manajemen utang mengukur sampai sejauh apa
perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial leverage), rasio profitabilitas

mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional. Sedangkan

rasio nilai pasar menurut Titman et al (2011:94) digunakan untuk menjawab pertanyaan dasar

berikut: bagaimana saham perusahaan dihargai di pasar modal. Adapun, beberapa rasio keuangan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

A. Return on Investment (ROI)

Menurut Gitman (2009:68) ROI digunakan untuk mengukur keseluruhan efektifitas dari

manajemen dalam menghasilkan profit menggunakan aset yang tersedia. Semakin tinggi nilai

ROI suatu perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan. Kemudian Kasmir (2010:115)

menyebutkan bahwa Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama ROI,

merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola

investasinya. Brigham & Houston (2010:148) juga menyatakan bahwa ROI atau bisa juga

disebut ROA (Retur on Total Asset) merupakan rasio laba bersih terhadap total asset, dan

mengukur pengembalian atas total asset.

B. Earning per Share (EPS)

Fahmi (2012:70) menyebutkan bahwa Earning per Share (EPS) adalah keuntungan yang

diberikan kepada pemegang saham untuk tiap lembar saham yang dipegangnya. Gitman

(2009:68) juga menyatakan bahwa EPS merepresentasikan keuntungan yang didapatkan dari

setiap lembar saham. Sedangkan menurut Kasmir (2010:115) Earning per Share (EPS)

merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi

pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan
pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham

meningkat disebabkan oleh tingkat pengembalian yang tinggi.

C. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan

ekuitas. Untuk mencari rasio ini, dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara seluruh

utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui

jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain,

rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk

jaminan utang (Kasmir, 2010:112) Sedangkan Gitman (2009:64) menyebutkan bahwa DER

mengukur proporsi dari total aset yang dibiayai oleh kreditur perusahaan.

D. Price to Book Value (PBV)

PBV biasa digunakan oleh investor untuk menentukan nilai wajar dari sebuah saham,

apakah saham tersebut sudah mahal atau murah. Gitman (2009:70) menyatakan bahwa PBV

menyediakan penilaian bagi investor untuk melihat seperti apa kinerja suatu perusahaan.

Brigham & Houston (2010:151) juga menyatakan bahwa rasio harga pasar suatu saham terhadap

nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor atas perusahaan. perusahaan yang

dianggap baik oleh investor merupakan perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta

terus mengalami pertumbuhan. Perusahaan yang seperti demikian dapat dijual dengan rasio nilai

buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah.

E. Price Earning Ratio (PER)

Brigham & Houston (2010:150) menyatakan bahwa PER mennjukkan jumlah yang rela

dibayarkan oleh investor untuk setiap rupiah laba yang dilaporkan. Fahmi & Hadi (2009:78)
juga menyatakan bahwa bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka

pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu Price

Earning Ratio (rasio terhadap harga laba) adalah perbandingan antara market price per share

(harga pasar per lembar saham) dengan Earning per Share (laba perlembar saham). Kemudian

menurut Penman (2010:49) jika yang diharapkan adalah pendapatan di masa depan lebih besar

dari pendapatan saat ini, maka nilai PER pada perusahaan tersebut seharusnya tinggi. lebih

tepatnya PER mencerminkan pertumbuhan pendapatan yang diharapkan.

Harga Saham

Fahmi (2012:86) menyebutkan bahwa saham biasa (common stock) adalah surat berharga

yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dollar, yen, dan

sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak untuk

menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini di

akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen.

Menurut Martalena & Malinda (2011:14) Pembentukan harga saham terjadi karena adanya

permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Permintaan dan penawaran tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor, baik yang bersifat spesifik atas saham tersebut, (kinerja perusahaan seperti

laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahnan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan, dan

industri dimana perusahaan tersebut bergerak maupun faktor yang bersifat makro maupun non

ekonomi (kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata

uang, nomor dan sentiment pasar.


3. Pembahasan

Pengujian Model

A. Uji Fixed Effect

Dalam uji Fixed Effect, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji chow/Likelihood Ratio

untuk menentukan apakah model yang digunakan dalam penelitian adalah Common Effect Model

atau Fixed Effect Model dengan ketentuan pengambilan keputusan sebagai berikut:

H0 : Common Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Jika nilai p-value cross section Chi-square < 0,05 atau nilai probability (p-value) F-Test <

0,05 maka H0 ditolak atau model yang digunakan adalah model Fixed Effect. Jika nilai p-value

cross section Chi-square ≥ 0,05 atau nilai probability (p-value) F-Test ≥ 0,05 maka H0 diterima

atau model yang digunakan adalah model Common Effect.

Berdasarkan hasil uji Fixed Effect dengan menggunakan uji Chow/Likelihood tersebut,

dihasilkan nilai probabilitas cross section Chi-square sebesar 0,0000, dimana hasil itu lebih kecil

dari taraf signifikansi 5% atau 0,05 dan dihasilkan pula nilai probabilitas cross section F sebesar

0,0016, yang juga lebih kecil dari taraf signifikansi 5% atau 0,05. Sesuai dengan ketentuan

pengambilan keputusan, dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak sehingga pendekatan yang

diambil adalah Fixed Effect Model. Selanjutnya, untuk mengetahui pendekatan apakah yang paling

tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, perlu dilakukan pengujian antara Fixed Effect Model

dengan Random Effect Model dengan menggunakan Uji Haussman.

B. Uji Random Effect


Dalam uji Random Effect, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Haussman untuk

menentukan apakah model yang digunakan dalam penelitian adalah Random Effect Model atau

Fixed Effect Model. Ketentuan pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Jika nlai probabilitas cross section random (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga model

yang digunakan adalah Fixed Effect Model. Namun jika nilai probabilitas cross section random (p-

value) ≥ 0,05 maka H0 diterima, sehingga model yang digunakan adalah Random Effect Model.

Berdasarkan hasil uji Random Effect dengan menggunakan uji Haussman tersebut, dihasilkan

nilai probabilitas cross section random (p-value) sebesar 0,0004, dimana hasil tersebut lebih kecil

dari taraf signifikansi 5% atau 0,05. Sesuai dengan ketentuan pengambilan keputusan, berarti H 0

diterima sehingga pendekatan yang tepat untuk diambil dalam penelitian ini adalah Fixed Effect

Model.

Persamaan Regresi Data Panel

Berdasarkan pengujian model yang dilakukan, maka model yang digunakan dalam regresi

data panel pada penelitian ini adalah model Fixed Effect, Model persamaan regresi data panel yang

dibentuk dalam penelitian ini merupakan model Fixed Effect. Berdasarkan tabel 4.11 dapat

diketahui nilai konstanta koefisien sehingga dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:

Harga Saham = (intersep perusahaan sampel) + 0,000000562 + 0,149515 ROI + (-0,229828) EPS

+ (-0,033737) DER + 0,615996 PBV + (-0,057347) PER……………………...(1)

Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut:

1. Koefisien intersep sebesar 0,000000562 yang berarti apabila variabel ROI, EPS, DER, PBV dan

PER konstan, maka tingkat harga saham perusahaan subsektor properti dan Real Estate akan

naik sebesar 0,000000562%.


2. Koefisien Return on Investment (X1) sebesar 0,149515 yang berarti jika terjadi perubahan

kenaikan Return on Investment sebesar 1% (dengan asumsi variabel lain konstan) maka harga

saham perusahaan subsektor properti dan Real Estate akan mengalami kenaikan sebesar

0,149515%.

3. Koefisien Earning Per Share (X2) sebesar -0,229828 yang berarti jika terjadi perubahan

kenaikan Earning Per Share sebesar 1% (dengan asumsi variabel lain konstan) maka harga

saham perusahaan subsektor properti dan Real Estate akan mengalami penurunan sebesar

0,229828%.

4. Koefisien Debt to Equity (X3) sebesar -0,033733 yang berarti jika terjadi perubahan kenaikan

Debt to Equity sebesar 1% (dengan asumsi variabel lain konstan) maka harga saham perusahaan

subsektor properti dan Real Estate akan mengalami penurunan sebesar 0,033733%.

5. Koefisien Price to Book Value (X4) sebesar 0,615996 yang berarti jika terjadi perubahan

kenaikan Price to Book Value sebesar 1% (dengan asumsi variabel lain konstan) maka harga

saham perusahaan subsektor properti dan Real Estate akan mengalami kenaikan sebesar

0,615996%.

6. Koefisien Price Earning Ratio (X5) sebesar -0,057347 yang berarti jika terjadi perubahan

kenaikan Price Earning Ratio sebesar 1% (dengan asumsi variabel lain konstan) maka harga

saham perusahaan subsektor properti dan Real Estate akan mengalami penurunan sebesar

0,057347%.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui besarnya persentase variabel bebas dalam

menjelaskan variabel terikat. Berdasarkan tabel 4.11, diperoleh nilai R 2 (R-square) sebesar

0,887117 atau 88,71%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri
dari Return on Investment, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, dan

Price Earning Ratio dapat menjelaskan variabel terikat yaitu harga saham perusahaan subsektor

properti dan real estate sebesar 88,71%, sedangkan sisanya yang sebesar 11,29% dijelaskan oleh

variabel atau faktor lain di luar penelitian.

Pengujian Hipotesis

A. Uji-t (parsial)

Uji-t (parsial) dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan masing-masing

nilai koefisien regresi variabel bebas (X) secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikat (Y).

ketentuan pengambilan keputusan dalam uji parsial adalah jika nilai probabilitas (p-value) ≥ 0,05

maka H0 diterima yang berarti variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat secara parsial. Namun jika nilai probabilitas (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti

variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat secara parsial.

Berdasarkan tabel 4.11, dapat disimpulkan bahwa:

Variabel Return on Investment (X1) memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,2057 > 0,05, maka

sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0 diterima yang berarti Return on Investment tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara

parsial.

Variabel Earning Per Share (X2) memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,3082 > 0,05, maka

sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0 diterima yang berarti Earning Per Share tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara

parsial.

Variabel Debt to Equity Ratio (X3) memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,7506 > 0,05, maka

sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0 diterima yang berarti Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara

parsial.

Variabel Price to Book Value (X4) memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,0000 < 0,05, maka

sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0 ditolak yang berarti Price to Book Value

berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara

parsial.

Variabel Price Earning Ratio (X5) memiliki nilai probabilitas (p-value) 0,6750 > 0,05, maka

sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0 diterima yang berarti Price Earning Ratio tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara

parsial.

B. Uji-F (Simultan)

Uji-F (simultan) dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (X) secara simultan atau

bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). ketentuan pengambilan

keputusan dalam uji simultan adalah jika nilai probabilitas (F-statistic) ≥ 0,05 (taraf signifikansi

5%) maka H0 diterima yang berarti variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikat secara simultan/bersama-sama. Namun jika nilai probabilitas (F-statistic) < 0,05

maka H0 ditolak yang berarti variabel bebas memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat

secara simultan/bersama-sama. Berdasarkan tabel 4.11 yang telah ditampilkan sebelumnya,

diperoleh bahwa nilai probabilitas (F-statistic) adalah sebesar (0,00000 < 0,05). Sesuai dengan

ketentuan pengambila keputusan yang ada, maka H0 ditolak yang berarti variabel Return on

Investment, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Price to Book Value, dan Price Earning Ratio

berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate secara

simultan atau bersama-sama.


Pengaruh Return on Investment (ROI) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini, Return on Investment memiliki nilai

probabilitas (p-value) sebesar 0,2057 dimana nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 5%

(0,2057 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel ROI tidak berpengaruh signifikan terhadap

harga saham perusahaan subsektor properti dan real estate. Hasi penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Wagiyem (2013). Besarnya tingkat pengembalian atas total aset

yang didapat kurang bisa digunakan oleh investor untuk memproyeksikan harga saham ke

depannya, hal ini kemungkinan disebabkan karena pada periode penelitian, perusahaan subsektor

properti dan real estate lebih banyak menggunakan hutang daripada modal sendiri untuk

membiayai perusahaan yang membuat biaya bunga naik dan menyebabkan ROI perusahaan kecil.

Sehingga untuk menentukan kinerja perusahaan, investor perlu juga untuk melihat rasio yang lain.

Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Pratama et al (2014) dan Thim

et al (2012) yang menyatakan bahwa ROI berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini, Earning Per Share memiliki nilai

probabilitas (p-value) sebesar 0,3082 dimana nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 5%

(0,3082 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan subsektor properti dan real estate. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

yang sudah dilakukan oleh Permana (2013) dan Wagiyem (2013), Investor atau calon investor

kemungkinan tidak hanya melihat pada nilai EPS atau faktor probabilitas saja untuk menentukan
harga saham kedepannya, akan tetapi juga melihat kepada beberapa faktor lain yang mempengaruhi

harga saham seperti misalnya kualitas laporan keuangan, maupun kebijakan dalam membuat

laporan keuangan yang dilakukan perusahaan. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hadianto (2010) dan Thim et al (2012) yag menyatakan

bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini, DER memiliki nilai proabilitas (p-value)

sebesar 0,7506 dimana nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,7506 > 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham

perusahaan subsektor properti dan real estate, Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

yang sudah dilakukan oleh Subiyantoro & Andreani (2003). Rasio total hutang terhadap ekuitas

yang didapat kurang bisa dijadikan pertimbangan untuk memproyeksi harga saham ke depannya,

dan kurang bisa dijadikan acuan dalam berinvestasi pada pasar saham. Akan tetapi hasil penelitian

ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wagiyem (2013), Harris (2013) dan

Valentino (2013) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini, PBV memiliki nilai probabilitas (p-value)

sebesar 0,0000 dimana nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% (0,0000 < 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa variabel PBV berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan

subsektor properti dan real estate. Hasl penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya oleh Permana (2009), dan Wagiyem (2013). Investor maupun calon investor

biasanya akan melihat rasio PBV untuk menentukan saham mana yang akan mengalami overvalued

dan undervalued sehingga mereka mendapatkan keuntungan, karena semakin tinggi penilaian pasar
terhadap suatu saham, akan semakin meningkatkan harga pasar saham tersebut. Hal ini dapat

dilihat dari hasil penelitian yang mengatakan bahwa variabel PBV ini berpengaruh signifikan

positif terhadap harga saham perusahaan. semakin tinggi PBV suatu perusahaan, maka semakin

tinggi pula hara saham perusahaan tersebut. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurdhiana (2012) yang menyatakan bahwa PBV tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian terhadap penelitian ini, PER memiliki nilai probabilitas (p-

value) sebesar 0,6750 dimana nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 5% (0,6750 > 0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa variabel PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham

perusahaan subsektor properti dan real estate. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Wagiyem (2013) dan Permana (2009). Selain melihat rasio PER sebagai acuan

dalam berinvestasi, investor juga memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat dijadikan

pertimbangan untuk memprediksi harga saham kedepannya. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadianto (2010) yang menyatakan bahwa PER

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

4. Kesimpulan

Penelitian mengenai pengaruh Return on Investment, Earning Per Share, Debt to Equity

Ratio, Price to Book Value dan Price Earning Ratio terhadap harga saham perusahaan

subsektor properti dan real estate pada periode 2011-2013 menghasilkan kesimpulan sebagai

berikut: ROI dan EPS dari perusahaan subsektor properti periode 2011-2013 meningkat setiap

tahunnya, sedangkan DER, PBV dan PER berfluktuasi setiap tahunnya.


Dari kelima variabel, hanya PBV yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga

saham subsektor properti dan real estate secara parsial. Sedangkan ROI, EPS, DER dan PER

tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham subsektor properti dan real estate secara

parsial.

Secara simultan, Return on Investment, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Price

to Book Value, dan Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham

perusahaan subsektor properti dan real estate.

5. Saran

Setelah melakukan penelitian ini, adapun saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai
berikut:

Perusahaan subsektor property dan real estate yang terdaftar sebagai emiten di BEI
sebaiknya memperhatikan proporsi hutang dalam pembiayaan perusahaan, agar ROI
perusahaan dapat lebih mencerminkan kemampuan perusahaan dan dapat digunakan sebagai
acuan investor dalam memilih saham.

Perusahaan subsektor properti dan real estate yang terdaftar sebagai emiten di BEI
sebaiknya lebih memperhatikan kualitas laporan keuangan dan kebijakan perusahaan dalam
membuat laporan keuangan.

Untuk peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa masih ada variabel
lain diluar variabel penelitian yang mempengaruhi harga saham, sebaiknya peneliti selanjutnya
menambahkan variabel bebas dan indikator-indikator lainnya yang bisa mempengaruhi harga
saham untuk diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Brigham, & Houston. (2011). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Fahmi, Irham. (2011). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Fahmi, Irham. (2012). Manajemen Investasi . Jakarta: Salemba Empat.

Fahmi, I., & Hadi, Y. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.

Gitman, L. J. (2009). Principles of Managerial Finance . Boston: Pearson.

Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Martalena, & Malinda. (2011). Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: Andi.

Penman, S. (2010). Financial Statement Analysis and Security Valuation. Singapore: Mc Graw
Hill.
Permana, Y. (2009). Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi
Terhadap Pergerakan Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Semen Yang Terdaftar di BEI).
Jurnal Akuntansi - Universitas Gunadarma , 1-6.

Priantinah, D., & Kusuma, P. A. (2012). Pengaruh ROI, EPS dan DPS Terhadap Harga Saham
Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010.
Jurnal Nominal - Volume 1 Nomor 1 , 50-64..

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius

Titman, Keown, & Martin. (2011). Financial Management, Principles and Applications. United
States: Pearson.

Wagiyem. (2013). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Riset Manajemen & Akuntansi - Volume
4 , 66-89.

WEBSITE

Worldbank.http://www.worldbank.org/in/news/feature/2014/03/18/indonesia-economic-
quarterly-march-2014, diakses pada 19 November 2014

Worldbank.http://www.worldbank.org/en/country/indonesia, diakses pada 19 November 2014

Kemenkeu.http://www.kemenkeu.go.id/Berita/pertumbuhan-investasi-2014-diprediksi-capai-6-
persen, diakses pada 19 November 2014

BEI.http://www.idx.co.id/Portals/0/Information/ForInvestor/StockMarketIndicies/FileDownload/
Buku%20Panduan%20Indeks%202010.pdf, diakses pada 19 November 2014

Anda mungkin juga menyukai