Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

“ SOFT TISSUE TUMOR ‘’

DI SUSUN OLEH

ASEF MUHAMMAD RIZKI AL-AZHAR

30 100 41 013

PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN


STIKes FALETEHAN
TAHUN AJARAN 2012 / 3013
1. Definisi

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma.
(http://blog.asuhankeperawatan.com/materilengkap).

Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif,
dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker. (http://www.dinkes.kalbar.go.id/).

Jadi kesimpulannya, Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.

2. Etiologi

Menurut (http://emedicine.medscape.com), etiologi Soft Tissue Tumor :

1. -Kondisi genetik

Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.

2. -Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong
transformasi neoplastic.
3. -Lingkungan carcinogens

Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.

4. -Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan
kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
5. -Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin
menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

3. Anatomi fisiologi

Menurut (blog.asuhankeperawatan.com/materilengkap), jaringan lunak adalah


bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam.
Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, dan jaringan
lemak.

Menurut Evelyn C. Pearce (2008:15), anatomi fisiologi jaringan lunak adalah


sebagai berikut :

1. -Otot

Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi bergerak.
Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan jaringan
yang lain, semua ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan
ikat yang mengandung unsur kontraktil
2. -Tendon

Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-serabut simpai
yang berwarna putih, berkilap, dan tidak elastis.

3. -Jaringan ikat

Jaringan ikat melengkapi kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar dan serabut
elastic.

4. Tanda dan Gejala

Menurut (http://blog.asuhankeperawatan.com/materilengkap), tanda dan gejala


tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada,
umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit.
Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan
atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.

Menurut (http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_tissue_tumor), dalam tahap awal,


jaringan lunak tumors biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumors dapat tumbuh lebih besar, mendorong samping jaringan normal,
sebelum mereka merasa atau menyebabkan masalah. kadang gejala pertama biasanya
gumpalan rasa sakit atau bengkak. dan dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit
atau rasa nyeri, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat
menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.

5. Patofisiologi

Menurut (blog.asuhankeperawatan.com/materilengkap), pada umumnya tumor-


tumor jaringan lunak Soft Tissue Tumors (STT) adalah proliferasi masenkimal yang
terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja,
meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di
ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.

Menurut (http://emedicine.medscape.com/article/1253816-overview), tumors


jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti serabut luka.
Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati
batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti
lekukan.

Menurut (http://darryltanod.blogspot.com/2008/11), proses alami dari kebanyakan


tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :

1. -Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.


2. -Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. -Invasi lokal.
4. -Metastasis jauh.
6. Diagnosis

Menurut (http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_tissue_tumor), satu-satunya cara yang


handal untuk menentukan apakah suatu jaringan lunak itu jinak atau ganas adalah melalui
biopsi. Karena itu, semua jaringan lunak yang bertambah besar harus biopsi. Biopsi dapat
diperoleh melalui biopsi jarum atau biopsi dengan bedah. Selama prosedur ini, tenaga
kesehatan membuat sebuah pengirisan atau menggunakan jarum khusus untuk mengambil
sampel jaringan tumor dan diteliti lewat mikroskop. Setelah pemeriksaan tersebut dapat
ditemukan jinak atau ganasnya sebuah tumor dan dapat menentukan tingkatannya.

Menurut (http://blog.asuhankeperawatan.com/materilengkap), metode diagnosis


yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan biopsi, bisa dapat
dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung
berupa biopsi insisi yaitu biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai
contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi
dengan pengangkatan seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi
anatomi dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas. Bila jinak
maka cukup hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan
pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan kemoterapi.

7. Penatalaksanaan

Menurut (http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_tissue_tumor), secara umum,


pengobatan untuk jaringan lunak tumors tergantung pada tahap dari tumor. Tahap tumor
yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan
lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.

1. -Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumors. Jika
memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan
sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin bebas tumor untuk
mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi
pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin,
jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki.
2. -Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink
Tumors operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal. Dalam
beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan
pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk
memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan
hidup.
3. -Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah
operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker yang
tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk mencegah penyebaran jaringan lunak tumors
belum membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari
tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan mengurangi rasa sakit
dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk membasmi
penyakit.
Menurut (blog.asuhankeperawatan.com/materilengkap), penanganan pada Soft
Tissue Tumor (STT) adalah sebagai berikut :

1. -Terapi Medis

Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal bagian atas
misalnya: esophagus, perut (stomach), dan duodenum atau colon.

2. -Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)

Pembedahan (complete surgical excision) dengan kapsul sangatlah penting untuk


mencegah kekambuhan setempat (local recurrence). Terapi tergantung lokasi tumor.
Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan lipoma menyesuaikan tempatnya..

2. Konsep Dasar Secara Psikologis Fungsi Peran


1. Definisi

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan kepercayaan dan pendirian yang
diketahui oleh individu dalam hubungannya dengan orang lain. (Suliswati 2005:89).

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan
oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya.
(Suliswati 2005:93).

2. Etiologi

Menurut (http://www.usu.com), faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya


fungsi peran adalah sebagai berikut :

1. -Konflik peran interpersonal


2. -Individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras
3. -Contoh peran yang tidak adekuat
4. -Kehilangan hubungan yang penting
5. -Perubahan peran seksual
6. -Keragu-raguan peran
7. -Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan dengan proses menua
8. -Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran
9. -Ketergantungan obat
10. -Kurang keterampilan sosial
11. -Perbedaan budaya
12. -Harga diri rendah
13. -Konflik antar peran yang sekaligus diperankan
3. Tanda dan Gejala

Menurut (http://www.usu.com), gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut


dapat ditandai dengan tanda dan gejala, seperti :

1. -Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran


2. -Mengingkari atau menghindari peran
3. -Kegagalan transisi peran
4. -Ketegangan peran
5. -Kemunduran pola tanggung jawab yang biasa dalam peran
6. -Proses berkabung yang tidak berfungsi
7. -Kejenuhan pekerjaan

3. Predisposisi

Menurut Suliswati (2005:96), faktor predisposisi gangguan peran adalah sebagai


berikut :

1. -Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan


situasi dan keadaan sehat sakit.
2. -Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi
3. -Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan
peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
4. -Peran yang terlalu banyak.

Menurut (http://www.usu.com), faktor-faktor yang mempengaruhi dalam


menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan :

1. -Kejelasan perilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran


2. -Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan
3. -Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang di embank
4. -Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
5. -Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran

3. Presipitasi

Menurut Suliswati (2005:96), faktor presipitasi dari gangguan peran adalah


sebagai berikut :

1. -Trauma

Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dapat menerima khususnya trauma emosi

2. -Ketegangan peran

Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa adekuat melakukan
peran atau melakukan peran yang bertantangan dengan hatinya atau merasa tidak
cocok dalam melakukan perannya.

3. Rentang Respon

Menurut Suliswati (2005:91), penilaian tentang konsep diri dapat dilihat


berdasarkan rentang respon konsep diri yaitu :

1. Pengkajian pre op

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Isi dari
pengkajian meliputi :

1. Identitas klien
2. Keluhan utama/alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik/biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial
dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan.
Dalam keperawatan jiwa ditemukan diagnosa beruntun, diman jika etilogi sudah
diberikan tindakan dan permasalahan belum selesai maka problem dijadikan etiologi pada
diagnosa yang baru, demikian seterusnya.

Diagnosa yang muncul pada gangguan fungsi peran adalah

1. Gangguan penampilan peran berhubungan dengan ketidakmampuan menerima peran


dan pekerjaan yang baru
2. Gangguan fungsi peran berhubungan dengan proses penyakit yang diderita
3. Gangguan penampilan peran berhubungan dengan ketidaksesuaian budaya dan
harapan peran diri

1. Pengkajian post op

Pengkajian merupakan dasar utama atau langka awal dari proses keperawatan
secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/ informasi tentang klien yang dibutuhkan
dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Tujuan pengkajian
keperawatan adalah mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data
sehingga ditemukan diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah


kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi : pertama, adanya
masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit; kedua, faktor-
faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah; ketiga, kemampuan klien
mencegah atau menghilangkan masalah.

Diagnosa yang kemungkanan muncul pada Soft Tissue Tumor :

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan luka post operasi


2. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat post
operasi
3. Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

Diagnosa keperawatan Rencana keperawatan


Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan -Monitor tekanan darah, frekuensi
jaringan sehubungan
keperawatan diharapkan pernapasan dan denyut nadi
dengan luka post
operasi masalah klien dapat teratasi dng o -Monitor status hidrasi (intake dan
criteria hasil : output)/ 8 jam
o -Monitor tingkat kesadaran (GCS)
o -Monitor hasil laboratorium yang
mMenunjukkan Status sirkulasi, terkait dengan etiologi gangguan
ditandai dengan indicator perfusi
berikut (nilai 1-5 : ekstreem, o -Pertahankan tirah baring dengan
berat, sedang, ringan atau tidak posisi kepala lebih tinggi 15-30O
ada gangguan) o -Perhatikan adanya keluhan nyeri
2) TD sistolik dan diastolic dalam dada, palpitasi, sakit kepala
rentang yang diharapkan o -Pantau perfusi perifer dengan
3) Tidak ada hipotensi orthostatic mengkaji kekuatan nadi perifer,
4) Tidak ada bising pembuluh CRT, warna dan suhu kapiler
darah besar o -Anjurkan latihan rentang gerak
5) Menunjukkan kemampuan aktif/ pasif selama tirah baring jika
kognitif, ditandai dengan diperlukan.
indicator berikut (nilai 1-5 : Kolaborasi
ekstreem, berat, sedang, ringan -Berikan oksigen lkembap sesuai
atau tidak ada gangguan) program
6) Berkomunikasi dengan jelas o -Berikan terapi medikamentosa
dan sesuai dengan usia serta sesuai program
kemampuan o -Berikan tranfusi sesuai program
7) Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
8) Menunjukkan memori jangka
lama dan saat ini, membuat
keputusan yang benar
9) Tidak terdapat sianosis dan
suhu ekstremitas dalam rentang
normal

2. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan -Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik
nyeri sehubungan
keperawatan diharapkan verbal maupun non verbal, catat
dengan terputusnya
kontinuitas jaringan masalah klien dapat teratasi dng lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan
akibat post operasi
criteria hasil : lamanya.
Melaporkan nyeri hilang atau
terkontrol. Menunjukkan
-Letakkan pasien dalam posisi semi
kemampuan mengadakan
relaksasi dan mengalihkan fowler dan sokong kepala/leher
perhatian dengan aktif sesuai
dengan bantal pasir/bantal kecil.
-Pertahankan leher/kepala dalam
posisi netral dan sokong selama
perubahan posisi. Instruksikan
pasien menggunakan tangannya
untuk menyokong leher selama
pergerakan dan untuk menghindari
hiperekstensi leher.

-Letakkan bel dan barang yang


sering digunakan dalam jangkauan
yang mudah.

-Anjurkan pasien untuk


menggunakan teknik relaksasi,
seperti imajinasi, musik yang
lembut, relaksasi progresif.
3. Gangguan rasa aman Setelah dilakukan tindakan -Gunakan pendekatan yang
cemas sehubungan keperawatan diharapkan menenangkan
dengan kurang masalah klien dapat teratasi dng - Nyatakan dengan jelas harapan
pengetahuan tentang criteria hasil terhadap pelaku pasien
penyakit Klien mampu mengidentifikasi - Jelaskan semua prosedur dan apa
dan mengungkapkan gejala yang dirasakan selama prosedur
cemas - Temani pasien untuk memberikan
- Mengidentifikasi, keamanan dan mengurangi takut
mengungkapkan dan - Berikan informasi faktual
menunjukkan tehnik untuk mengenai diagnosis, tindakan
mengontol cemas prognosis
- Vital sign dalam batas normal - Libatkan keluarga untuk
- Postur tubuh, ekspresi wajah, mendampingi klien
bahasa tubuh dan tingkat - Instruksikan pada pasien untuk
aktivitas menunjukkan menggunakan tehnik relaksasi
berkurangnya kecemasan - Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Kelola pemberian obat anti
cemas.
SET SOFT TISSUE TUMOR

NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN


1 Scslpel no 3 1 buah
2 Pinset anatomis b/k 2 buah
3 Pinset cirurgis b/k 2 buah
4 Gunting jaringan 1 buah
5 Gunting benang 2 buah
6 Needle holder 2 buah
7 Koher 4 buah
8 Klem bengkok kecil 2 buah
9 Klem bengkok sedamg 4 buah
10 Klem bengkok besar 4 buah
11 Hak kulit/gigi (skin hak) 2 buah
12 Duk klem 5 buah
13 Kanul suction 1 buah
14 Selang suction 1 buah
15 Kom betadin 1 buah
16 Hak langan back kecil 1 pasang
17 Bak instrumen 1 buah
18 Bengkok 1 buah
19 Clesit 1 buah
20 Alise clesite 1 buah

Anda mungkin juga menyukai