UNIVERSITAS INDONESIA
0
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
i
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Allah SWT atas karunia-Nya, saya
dapat menyelasaikan karya ilmiah dengan judul “Diet Hipertensi untuk
Mengontrol Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi”. Karya Ilmiah
Akhir Ners ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan studi di Program Ners
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bmbigan dari berbaga pihak, dari masa perkuiahan hingga
penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya
ini. Oleh karena itu, saya mengucapka terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah menuntun penulis dan memberi kekuatan dalam
menjalani fase kehidupan di kuliah dan untuk menyelesaikan ini
2. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Ibu Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc, Phd.
3. Ibu Ns. Tri Widyatuti H., S.Kep selaku pembimbing, yang telah memberi
masukan dan mengarahkan serta membimbing dalam penulisan karya ilmiah
akhir ners ini.
4. Ibu Imami Nur Rachmawati S.Kp, Msc selaku pembimbing akademik penulis
5. Ibu Fajar Waluyanti S.Kep. M.Kep., Sp.Anak selaku koordinator mata Ajar
KIA Ners dan seluruh staf pengajar mata ajar Tugas Akhir
6. Drs. Sudirman, M.Pd. dan Kris Isnawati Ida S.Pd., MM., Orang Tua yang
sangat dicintai, selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis.
Adik-adik tercinta Jundi Mangku Aghni, Zaky In’am Azzikra, Oriza Sativa
Arrinal Haq yang selalu menjadi penyemangat untuk segera lulus.
7. Segenap tim dosen FIK UI, Khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas
yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini.
8. drg. Ranti selaku Kepala Puskesmas Sukatani yang telah bekerja sama
dengan penulis selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat
Perkotaan
9. Kader Kesehatan RW 22 Khususnya RT 03 Kelurahan Sukatani Ibu Ratmana
Sukiyo
10. Sahabat dan orang yang saya sayangi telah mengingatkan, memberi saran dan
masukan dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih Ghulam
v
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
Penulis
vi
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Tingginya prevalensi hipertensi pada masyarakat perkotaan dipicu oleh gaya hidup. Perubahan
gaya hidup tersebut adalah perubahan pola makan yang menjadi lebih banyak gula, garam, lemak,
dan rendah serat. Pravelensi hipertensi meningkat seiiring dengan peningkatan usia. Perawat perlu
memberikan intervensi dalam aspek manajemen diet untuk lansia dengan hipertensi. Karya ilmiah
ini dibuat berdasarkan asuhan keperawatan keluarga yang telah diberikan selama 7 minggu untuk
mengontrol tekanan darah. Perawat menerapkan manajemen diet untuk mengontrol tekanan darah.
Hasilnya terdapat penurunan tekanan darah 10 mmHg pada diastole. Diet hipertensi pada lansia
tercapai sebagian karena ada faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan yaitu kepatuhan.
ABSTRACT
Prevalence of hypertension in urban communities are high triggered by lifestyle. Changes in eating
patterns are become more sugar, salt, fat, and low in fiber. Prevalence hypertension increasing by
aging. Nurses need to provide interventions in the management aspects of the diet for the elderly
with hypertension. Intervention through family nursing care that has been given for 7 weeks to
control blood pressure. Nurses applying for the dietary management of blood pressure control. The
result there is a decrease in blood pressure 10 mm Hg in diastole. Diet hypertension in the elderly
is achieved in part because there are factors that affect the success of diet is complience elderly.
viii
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …………….............. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 8
1.3.1.Tujuan Umum ......................................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 8
1.4.1 Pendidikan Keperawatan ........................................................................ 8
1.4.2 Pelayanan Keperawatan .......................................................................... 9
1.4.3 Penelitian Selanjutnya ............................................................................ 9
1.4.4. Bagi keluarga ......................................................................................... 9
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 10
2.1. Konsep Keperawatan Perkotaan .................................................................... 10
2.1.1. Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ... 10
2.1.2. Masalah Gaya Hidup dan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan ....... 12
2.2. Keluarga dengan Lansia ................................................................................. 13
2.2.1. Keluarga dengan Lansia ..................................................................... 13
2.2.2. Lansia sebagai Agregat Rawan (Vulnerable) ..................................... 14
2.3. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi ............................ 15
2.3.1. Pengkajian keluarga ........................................................................... 15
2.3.2. Diagnosis Keperawatan ...................................................................... 17
2.3.3. Skoring Masalah Keluarga ................................................................. 19
2.3.4. Perencanaan Keperawatan.................................................................. 20
2.3.5. Implementasi Keperawatan ................................................................ 21
2.3.6 Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 27
2.3.6. Peran Perawat Keluarga ..................................................................... 28
2.3.7 Peran Perawat Komunitas .................................................................. 29
ix
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
x
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah.............................................................16
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO............................................17
Tabel 2.3 Cara Membuat Skoring Penentuan Priotitas..................................19
xi
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini merupakan latar belakang penyusunan karya ilmiah, perumusan masalah,
tujuan penulisan (tujuan umum dan tujuan khusus), serta manfaat dari penulisan
karya ilmiah ini.
Salah satu masalah kesehatan yang disebutkan pada daerah perkotaan adalah
Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM terjadi akibat dari gaya hidup yang buruk.
WHO mempublikasikan pravalensi peningkatan tekanan darah pada penduduk
dunia yaitu 29,2 % laki-laki dan 24,8% pada wanita pada tahun 2008 (World
Health Statistic, 2013). Lebih lanjut Hasil Riskesdas (2013) menyebutkan bahwa
angka hipertensi secara nasional dari cakupan nakes terhadap 36,8 persen
penduduk yaitu 25,8 persen. Prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis tenaga
kesehatan dan pengukuran terlihat meningkat seiring dengan bertambahnya umur
(Riskesdas, 2013).
1 Universitas Indonesia
57 juta kecacatan atau 3,7% dari total kecacatan (Global Health Observatory,
2014). Indonesia melalui hasil riset Riskesdas (2013) menunjukan angka kejadian
stroke meningkat dari 8,3 per1000 pada tahun 2007 menjadi 12,1 per1000 pada
tahun 2013.
Lansia sendiri sebagai agregat yang besar saat ini mengalami permasalahan PTM
cukup besar. Lansia merupakan kelompok yang rawan dan berisiko karena
ketidaktahuannya mengenai program yang ada atau karena lansia tidak tahu
bagaimana mengakses pelayanan kesehatan (Lundy & Janes, 2009). Lansia
dengan penurunan fisik dan psikologis memerlukan bantuan dalam menghadapi
masalah-masalah kesehatan dirinya. Lansia secara fisik mengalami perubahan
dalam ketebalan pembuluh darah dan juga penurunan fisik lainnya yang
mengakibatkan pompa jantung meningkat. Lansia secara psikologis terjadi
perubahan seperti kehilangan, pekerjaan, penghasilan, kebutuhan eksistensi yang
dapat memperngaruhi dan menjadi stressor pada lansia.
Pravalensi hipertensi di perkotaan lebih tinggi dari pedesaan yaitu 26,1 persen dari
25,5 persen. Pravelensi Provinsi hipertensi tertinggi yaitu di Bangka Belitung
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan
Jawa Barat (29,4%). Depok sebagai salah satu Kabupaten Kota di Jawa Barat
berdasarkan profil kesehatan tahun 2012 digambarkan bahwa hipertensi
merupakan penyakit PTM terbesar yaitu sebesar 53,9 persen.
Universitas Indonesia
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi peningkatan tekanan darah oleh
pemerintah baik pada tingkat nasional hingga lokal telah dilakukan. Upaya
Pemerintah pusat dalam hal ini yaitu mengembangkan upaya promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan kuratif-rehabilitatif. Upaya tersebut didapat
dalam pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas. Puskesmas memiliki program
untuk menanggulangi PTM. Pusat Pembinaan Terpadu (Posbindu) juga
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pada lansia
dan masyarakat. Profil Kesehatan Depok (2013) menggambarkan sebagai upaya
untuk memberikan pelayanan kesehatan pra usila dan usila yaitu memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan baik di puskesmas dan
posyandu lansia. Upaya ini menghasilkan lansia yang terlayani kesehatannya
berjumlah 36,56 persen. Kegiatan yang telah dilakukan pemerintah depok yaitu
melakukan pelatihan kader Posbindu guna meningkatkan keterampilan kader
dalam melayani lansia. Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun 2011 juga telah
memberikan seminar kepada 200 lansia yang berasal dari 11 kecamatan untuk
menginformasikan seputar kesehatan lansia. Puskesmas Santun Lansia pada tahun
2013 telah dilaksanakan di lima Puskesmas, salah satunya Puskesmas Sukatani.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keluarga Bapak R (28 th) memiliki nenek N (68 tahun). Keluarga Bapak R
merupakan keluarga extended family dan memiliki masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan diri terkait hipertensi pada lansia.
Nenek N memiliki hipertensi sejak dua tahun yang lalu dengan tekanan darah
180/110 mmHg. Status hipertensi nenek N berdasarkan WHO termasuk kategori
hipertensi Berat. Nenek N mengonsumsi obat Captopril 1x12,5 mg yang diminum
setiap hari. Nenek N tidak merasakan tanda dan gejala seperti pusing, mata
kunang-kunang, sulit tidur, dan sesak napas. Nenek N memiliki riwayat dirawat
karena tekanan darah >200/110 dan saat itu merasakan gejala pusing, mata
kunang-kunang, dan sulit tidur. Pola makan Nenek N sejak muda dan hingga saat
ini sangat menyukai makanan yang gurih dan asin. Nenek N makan 2xsehari
dengan lauk pauk yang gurih dan ikan asin. Beliau setiap hari mengonsumsi
makanan ikan asin dan merasa tidak enak jika makan tanpa ikan asin. Cemilan
yang selalu dimakan nenek N yaitu kerupuk gurih. Pola olahraga yaitu Nenek N
tidak berolahraga rutin.
Universitas Indonesia
pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejala hipertensi, dan akibat hipertensi.
Perawat mendiskusikan dengan keluarga mengenai perawatan anggota keluarga
yang memiliki masalah hipertensi, upaya untuk mengontrol hipertensi,
mendemontrasikan menyusun menu makanan pada diet hipertensi, cara memilih
dan mengolah makanan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan, penyusunan
jadwal makan, dan mengurangi garam untuk lansia dengan hipertensi
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi (2013) dalam salah satu seminar Gizi
menyampaikan prinsip dalam upaya penanggulan PTM yaitu dengan
melaksanakan pencegahan pada semua siklus kehidupan yaitu dengan memenuhi
gizi dan kesehatan agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan. Prinsip selanjutnya
yaitu menerapkan Pedoman Gizi Seimbang yang difokuskan pada peningkatan
konsumsi sayur dan buah, pangan hewani dengan mengurangi lemak serta minyak
dan membatasi gula dan garam. Selanjutnya menggerakan masyarakat untuk
melakukan aktifitas fisik dan menimbang berat badan secara teratur. Hal ini
dikuatkan oleh rekomendasi AHA mengenai pencegahan dan penurunan tekanan
Universitas Indonesia
darah melalui diet yang dilakukan pada lansia menunjukan hasil yang baik. Lansia
mampu melakukan diet hipertensi secara berkesinambungan terutama dalam hal
menurunkan berat badan berlebih dan pengurangan garam dalam jangka waktu
yang lama (AHA ,2006).
Universitas Indonesia
merupakan salah satu upaya dalam asuhan keperawatan keluarga yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya mengelola
makanan pada lansia. Pengelolaan makanan pada lansia bertujuan juga untuk
menurunkan tekanan darah lansia baik diastole ataupun sistole sehingga dapat
mengontrol tekanan darah. Tulisan ini akan menjawab pertanyaan apakah dengan
intervensi diet hipertensi mampu mengontrol tekanan darah Nenek N pada
keluarga Bapak R.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan beberapa teori yang disusun secara sistermatis sebagai
landasan teori dalam penyusunana karya ilmiah ini. Tinjauan pustakan dalam
karya ilmiah ini mengenai konsep keperawatan atau kesehatan masyarakat
perkotaan, keluarga dengan lanjut usia, dan strategi asuhan keperawatan keluarga
lanjut usia dengan hipertensi.
10 Universitas Indonesia
Kemiskinan di dalam kota berkaitan erat dengan rendahya kualitas hidup dan
peningkatan masalah kesehatan di rentang semua usia. Beberapa masalah
kesehatan tersebut yaitu peningkatan angka kematian ibu dan angka kematian
anak (Jones. 2006), dan kematian karena penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal,
dan angka bunuh diri (Cheung & Hwang, 2004 dalam Lundy & Janes, 2009).
Pada abad 20 an masyarakat perkotaan berkontribusi terhadap peningkatan kasus
obesitas, kurangnya keterikatan sosial, meningkatnya stress karena kemacetan dan
kehidupan yang penuh dengan tekanan, tidak memiliki waktu untuk berolahraga,
dan masyarakat yang lebih individual.
Universitas Indonesia
dasar yaitu adanya puskesmas dan rumah sakit pada tingkat lanjut. Selain fasilitas
kesehatan masyarakat perkotaan juga mudah terpapar dengan beragam informasi
kesehatan melalui televisi, media cetak, dan elektronik, serta akses teknologi.
Meski demikian akses pelayanan kesehatan masih dirasakan sulit oleh masyarakat
perkotaannya khususnya pada masyarakat miskin berkaitan dengan biaya. Namun
solusi ini sudah ada sejak awal tahun 2014 telah diberlakukan jaminan kesehatan
nasional. Masyarakat miskin telah dibayarkan oleh pemerintah melalui Penerima
Bantuan Iuran. Namun, paradigma masyarakat masih banyak yang menganggap
bahwa pelayanan kesehatan mahal dan harus mengeluarkan uang banyak dari
kantongnya. Hal inilah yang sering menghambat masyarakat datang ke pelayanan
kesehatan baik di perkotaan atau di pedesaan.
Universitas Indonesia
Penyakit tidak menular atau penyakit kronis biasanya mulai muncul pada usia
dewasa tengah setelah paparan yang cukup lama terhadap gaya hidup yang buruk.
Gaya hidup yang mempengaruhi adalah penggunaan rokok, kurang aktifitas fisik,
dan konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh, gula, garam, dan makanan
sejenis fast food (Steyn & Damasceno, 2006). Gaya hidup ini meningkatkan risiko
seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes, dan obesitas.
Angka kesakitan lansia adalah proporsi penduduk lansia yang mengalami masalah
kesehatan hingga mengganggu aktifitas. Angka kesakitan lansia di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 26,93% artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat
27 orang yang diantaranya mengalami sakit (Kemenkes, 2013). Faktor yang
mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh lansia adalah pola hidup yang
dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup yang kurang sehat berdampak pada
penurunan daya tahan tubuh dan masalah umum yang dialami adalah rentannya
terhadap berbagai penyakit (Kemenkes, 2013).
Universitas Indonesia
ada saat ini diperkirakan bekerja untuk merawat lansia (Simon, 1998 dalam
Stanhope & Lancester, 2000). Lansia di Indonesia adalah orang yang telah
menginjak usia 60 tahun atau lebih. Lansia memiliki karakteristik terhadap adanya
proses penuaan baik secara fisik ataupun psikologis.
Keluarga merupakan suatu keterikatan dua orang atau lebih yang diikat oleh
kebersamaan dan ikatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Keluarga bergabung bersama diikat oleh perkawinan, darah, adopsi, dan lainnya
yang berada dalam satu rumah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Oleh karena
itu keluarga merupakan keterikatan dua orang atu lebih dimana ada kebersamaan
dan diikat oleh perkawinan, darah, adopsi dan cara lainnya yang saling
menyatukan diri dan mengidentifikasi sebagai keluarga.
Universitas Indonesia
hipertensi pada lansia terjadi elasitisitas pembuluh darah yang menurun sehingga
mengakibatkan risiko terjadi tekanan darah tinggi. Selain itu secara psikososial
lansia menghadapi keadaan kehilangan sehingga menambah stressor yang jika
tidak dapat diadaptasi dengan baik akan menimbulkan masalah psikososial dan
fisik.
Selanjutnya yang kelima perawat mengkaji (5) fungsi keluarga: fungsi afektif,
fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga:
Universitas Indonesia
stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga, respon
keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang
disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,
pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga, aspek
pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher,
thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan dari
hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan
keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada (Friedman, Bowden, & Jones,
2003).
Pengkajian status kesehatan pada lansia harus melihat berbagai dimensi yang
mempengaruhi lansia jangka panjang dan komprehensif. Perawatan yang efektif
dari perawat bergantung pada pengkajian yang tepat terhadap status kesehatan
lansia. Instrument yang digunakan harus dapat menjabarkan kondisi kemampuan,
kerusakan yang dialami klien, dan level kapasitas lansia yang dapat berfungsi
(Stanhope & Lancaster, 2000). Dimensi yang perlu ada dalam pengkajian yaitu
sumber sosial, sumber ekonomi, kesehatan fisik, kesehatan mental, sumber
ekonomi, dan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari (Stanhope & Lancaster,
2000).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Stanhope & Lancaster, 2000). Penyakit kronis yang salah satunya hipertensi,
penyelesaian masalah atau penyembuhan tidak selalu diharapkan. Oleh karena itu
aktivitas keperawatan harus lebih holistik, memfasiltiasi fungsi, kesejahteraan,
dan masalah psikologis (Stanhope & Lancaster, 2000) . Lansia dengan penyakit
kronik lebih mengutamakan healing daripada curing. Healing adalah proses unik
yang dihasilkan pada perubahan tubuh/pikiran/dan motivasi. Sedangkan curing
adalah proses untuk menghilangkan tanda dan gejala. Eliopoulus (1997 dalam
Stanhope & Lancester. 2000) ada beberapa tujuan pada perawatan lansia dengan
masalah kronik yaitu; mempertahankan atau meningkatkan kapasitas perawatan
diri, memanajemen penyakit secara efektif, mendorong kemampuan healing diri,
mencegah komplikasi, menunda kerusakan dan penurunan fungsi, mendorong
klien dapat mencapai kualitas hidup yang tinggi sebisa yang klien capai, dan
mempersiapkan klien meninggal dengan tenang, damai, serta penuh rasa
terhormat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Asupan garam harus dikurangi karena dapat menurunkan tekanan darah secara
nyata. Secara umum, individu biasanya mengonsumsi lebih banyak garam dari
kebutuhan tubuh. Idealnya, setiap hari hanya boleh mengonsumsi satu sendok teh
saja atau sekitar 5 gram per hari(Vitahealth, 2004). Pada klien yang telah terkena
hipertensi asupan garam dikurangi sesuai dengan tekanan darah; tekanan darah
140-160 mmHg yaitu ½ sendok teh; tekanan darah 160-180mmHg yaitu ¼ sendok
teh, dan lebih dari 180 mmHg yaitu tidak boleh menggunakan garam (Kemenkes,
2011). Salah satu cara yang dianjurkan untuk mengurangi rasa tawar adalah
dengan menambah bumbu yang mengandung sedikit garam dan memisahkan
garam dari masakan (Kemenkes, 2011).
Serat yang didapatkan dari makanan sayur dan makanan rumahan dapat
memperlancar buang air besar dan menahan asupan natrium. Konsumsi serat 7
gram serat perhari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak
5 poin (Vitahealth, 2004). Menghentikan rokok, kopi, dan alkhohol dapat
mengurangi beban jantung dan jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok
sebagaimana diketeahui dapat meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah
dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner.
Universitas Indonesia
Sedangkan alhohol dapat memacu tekanan darah. Selain itu kopi dapat memacu
detak jantung.
Universitas Indonesia
terasi, petis, garam, dan saus tomat; makanan yang mengandung alkhohol
misalnya durian dan tape.
Kebutuhan kalori pada lansia menurun dari kebutuhan pada tahap dewasa. RDA
(Recommended Daily Allowance) pada lansia (65-75 tahun) untuk laki-laki sekitar
2300 kkal/hari sedangkan untuk wanita 1900 kkal/hari dan kebutuhan vitamin
serta mineral sama seperti kebutuhan saat dewasa. Pada usia diatas 75 tahun turun
menjadi 2050 kkal/hari. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas
lansia (Stanley, 2005).
Kebutuhan energi total diperlukan untuk metabolisme basal, aktivitas fisik dan
efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (Almatsier, 2004). Ada beberapa
cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita hipertensi. Di
antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya
25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa
faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll. Perhitungan berat
badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai
berikut:
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal = BB ideal ± 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).Indeks massa
tubuh dapat dihitung dengan rumus:
IMT = BB(kg)/ TB2(m)
Klasifikasi IMT
BB Kurang < 18,5
BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih ≥ 23,0
*WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective:RedefiningObesity and its Treatment dalam PERKI (2011)
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain jenis Kelamin, umur,
aktifitas fisik, berat badan. Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada
Universitas Indonesia
pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/
kg BB. Pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk dekade
antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun dan
dikurangi 20%, di atas usia 70 tahun. Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai
dengan intensitas aktivitas fisik. Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal
diberikan pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30%
dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat. Orang dengan
kegemukan dikurangi 20-30% sedangkan bila kurus ditambah sekitar 20-30%.
Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit
1000-1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200- 1600 kkal perhari untuk pria.
Selanjutnya hal yang penting dalam diet adalah komposisi dan jenis makanan.
Anjuran kebutuhan gizi dan pemenuhan nutrisi yaitu 13 gizi dasar dan seimbang.
Namun jika disimpulkan ada tiga kelompok makanan yang sangat berperan
penting atau paling utama yaitu karbohidrat, protein, dan sayur serta buah
(Almatsier, 2004).
Universitas Indonesia
yang pendorong yatu: kepercayaan atau agama yang dianut, faktor geografis,
individu atau motivasi internal dan pengetahuan. Faktor penguat kepatuhan
menurut Notoatmodjo (2007 dalam Muhammadis, 2011) yaitu dukungan petugas,
dukungan keluarga, dan fasilitas kesehatan. Oleh karena itu pentingnya
keterlibatan individu dan keluarga dalam proses intervensi yang akan dilakukan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat berupa upaya preventif dan
promotif masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga, dalam hal ini berkaitan
dengan pengontrolan hipertensi. Perawat keluarga dapat memberikan informasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Keluarga Bapak R menganut agama Islam dan berasal dari suku Jawa. Bapak R
dan berasal dari dari Magetan. Sejak Kecil Bapak R tinggal di jakarta karena
nenek serta ibunya merantau ke jakarta. Bapak R dan istrinya baru saja menikah
tahun lalu. Lima tahun yang lalu orangtua laki-laki Bapak R meninggal. Sejak saat
itu Bapak R menggantikan menjadi kepala keluarga, mengurus ibu, adik, dan
neneknya. Bapak R dan istrinya tinggal serumah sementara sebelum dapat
membeli rumah sambil menunggu kelahiran anak pertamanya.
Universitas Indonesia
32
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
33
Nenek N mengatakan sejak muda sering bekerja keras dan begadang. Sejak muda
beliau terbiasa makan yang asin dan gurih. Saat ini keluarga mengatakan pola
makan Nenek N yaitu 1-2 kali perhari dengan 1/3-1 porsi. Nenek N mengatakan
hanya makan pagi jam 10.00 dan makan siang pukul 14.00, makan malam jarang
dilakukan. Makanan yang paling disukai yaitu ikan asin dan tahu tempe. Ikan asin
dikonsumsi setiap hari oleh Nenek N. Nenek N mengatakan terbiasa makan asin
dan gurih. Nenek N menyukai nasi yang lembut dan kuah sayur. Cemilan yang
sering dikonsumsi yaitu kripik yang selalu ada di kamarnya. Nenek N mengatakan
mengemil >3x perhari. Pantangan yang dipatuhi yaitu sayur berwarna hijau,
kacang-kacangan dan cabe. Keluarga mengatakan Nenek N memang sering
mengemil keripik dan yang gurih-gurih. Keluarga mengatakan seringkali nenek N
merasa masakan anaknya kurang asin sehingga ia menambahkan garam. Tidak
ada pantangan terhadap santan dan makanan berlemak. Nenek N pantang dan
tidak pernah makan daging kambing. Berat badan nenek N 54 Kg dengan tinggi
badan 145 cm, dengan IMT 25,6 kg/cm2 atau dikategorikan overweight.
Pola BAK Nenek N 1 kali sehari konsistensi agak lembek, terkadang sulit
mengeluarkan jika tidak makan buah. Namun tidak merasakan perih atau sakit
ketika mengeluarkan. Pola minum Nenek N yaitu 5 gelas ukuran 350 cc perhari,
Universitas Indonesia
malam hari 3 gelas ukuran 350 cc. Nenek N mengatakan buang air kecil 1 kali
pada malam hari dan terjaga. Keluarga mengatakan nenek N tidak terbiasa minum
air putih, jadi air yang diminum selalu seduhan teh. Jika buang air kecil Nenek N
berhati-hati. Nenek N sering merasa sering pipis dan sedikit yang keluar. Meski
sering buang air kecil Nenek N mengatakan tidak mengalami masalah. Pola
berkemih anggota lain dikatakan tidak ada yang bermasalah. Ibu S yang sedang
hamil 34 minggu juga sering BAK namun mengatakan dapat mengatasinya.
Pola istirahat Nenek N malam hari pukul 21.30 sudah ketempat tidur. Namun baru
terlelap tidur 21.00WIB. Terjaga pukul 04.00 wib dengan lama tidur sekitar 5-8
jam dan terjaga terkadang-kadang untuk pipis. Ibu mengatakan cukup puas
dengan kualitas tidurnya. Ketika bangun ia merasakan segar. Selama sebelum
terlelap Nenek N tidak sering memikirkan hl-hal yang sedih. Anggota keluarga
lain seperti Bapak R tidur tidak menentu, biasanya tidur pukul 01.00 WIB. Ibu S
dan Ibu E tidur pukul 22 hingga 05.00. Anggota keluarga lainnya tidur pukul
22.00 WIB dan tidak merasa ada gangguan saat tidur.
Pola olahraga yang dilakukan Nenek N tidak rutin. Setiap pagi biasanya berjemur
sambil melihat kolam ikan dan menggerakan badan, dilakukan 5 menit perhari.
Keseimbangan nenek N masih baik. Meski ada senam setiap hari minggu di depan
rumahnya, ia tidak mengikuti karena senam dirasakan berat. Anggota keluarga
lain yang senam adalah ibu E yang aktif senam setiap hari minggu. Ibu S yang
sedang hamil juga sering berjalan setiap pagi 30 menit, sering mengajak nenek N
namun nenek tidak mau. Setiap malam hari sakit panas pada kakinya. Gaya
berjalan normal dan tidak berpegangan dengan dinding. Tempat tidur tidak ada
penyangga. Suasana rumah terang. Nenek N masih ingin melakukan kegiatan
seperti menyuci ataupun membalik pakaian yang dijemur.
Universitas Indonesia
Afeksi keluarga terlihat sangat akrab dan terbuka satu sama lain. Sesekali anaknya
sering bercanda sambil mengingatkan nenek N. Selama 4 kali kunjungan nenek N
masih tidak melakukan anjuran perawat untuk mengurangi garam dan ikan asin.
Hal ini dikarenakan keluarga masih menyediakan menu makanan ikan asin.
Rumah nenek N terlihat nyaman, di teras terdapat sedikit kolam ikan. Ventilasi
terbuka lebar dan kamar mandi tanpa undakan. Kamar nenek N memang tampak
lebih gelap dan tidak rapih. Namun jika diperhatikan barang kebutuhan nenek N
sudah didekatkan dan disesuaikan dengan jangkauannya.
Stressor jangka pendek yang sedang dihadapi keluarga adalah harapan adik kedua
Bapak S agar dapat pekerjaan, istri bapak S yang akan melahirkan, dan kondisi
kesehatan nenek N. Cara yang dilakukan untuk menghadapi stressor tersebut yaitu
dengan berdiskusi dan melakukan persiapan serta membuat sistem pendukung
termasuk meminta saran kepada kader kesehatan.
Universitas Indonesia
Tujuan khusus tiga setelah dilakukan kunjungan 2x45 menit keluarga mampu
merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan menyebutkan 4 dari
6 cara mengontrol tekanan darah, keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 cara
perawatan hipertensi dan keluarga mampu mendemonstrasikan teknik relasasi
nafas dan menyusun menu sehat diet hipertensi. Keluarga mampu memilah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pembuluh darah, dan kondisi air atau darah. Penyebab yang berasal dari jantung
adalah orang yang memiliki kelainan jantung sehingga ada perubahan tekanan.
Sedangkan penyebab yang ada di pembuluh darah misalnya seperti usia yaitu
nenek N sudah lanjut usia sehingga pembuluh darah lebih tebal yang
mengakibatkan upaya untuk jantung memompa menjadi lebih. Sedangkan
penyebab dari darah yaitu adanya perubahan kondisi misalnya banyak kolesterol
yang dibawa darah yang akhirnya menempel pada dinding pembuluh darah, atau
banyaknya natrium atau zat garam di antara sel yang mengakibatkan ditariknya
cairan masuk kedalam pembuluh darah sehingga tekanan menjadi lebih tinggi.
Keluarga dengan antusias mendengarkan penjelasan perawat dan mengatakan
memahami penyebab tekanan darah tinggi pada nenek N.
Perawat setelah mengenalkan masalah juga mengajarkan tanda dan gejala serta
mendiskusikan apa yang dialami oleh nenek N. Selanjutnya Perawat dan keluarga
mengidentifikasi kategori tekanan darah nenek N. Setelah itu perawat dan
keluarga mendiskusikan penyebab hipertensi yaitu akan mengakibatkan pembuluh
darah pecah di otak karena tekanan yang terlalu tinggi, gangguan ginjal, gangguan
jantung, dan gangguan mata. Stroke yang terjadi dapat mengakibatkan masalah
kesehatan sosial dan ekonomi bagi keluarga. Perawat memotivasi keluarga untuk
merawat nenek N.
Universitas Indonesia
perawat menjelaskan pengertian diet hipertensi, prinsip diet hipertensi, tujuan diet
hipertensi, makanan yang dibolehkan, tidak diperbolehkan, dan dibatasi, serta
mengajarkan klien membuat porsi makan yang sesuai dengan kebutuhan.
Universitas Indonesia
N misalnya ikan segar 1 potong, daging ayam 1 potong sedang, daging sapi 1 ptg
sedang, tempe 1 potong sedang, tahu 1 potong kecil, telur ayam 1 butir. Protein
yang harus dihindari adalah daging kambing dan jero-jeroan yang tinggi lemak
dan tidak baik untuk hipertensi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan sering makan ikan asin.Tanda dan gejala Hipertensi yang dialami Nenek N
jika tekananan darah diatas 200 mmHg maka mata berkunang-kunang, jantung
berdebar-debar, pusing, dan sulit tidur. Keluarga dan Nenek N mengatakan
bahwa dirinya dengan tensi diatas 150 tidak merasakan pusing . Ibu E mengatakan
bahwa akibat dari Hipertensi yang tidak dirawat yaitu stroke, penyakit jantung,
dan ginjal. Oleh karena itu keluarga mengatakan ingin merawat, mengontrol, dan
mencegah perburukan hipertensi pada nenek N.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Selanjutnya keluarga mengatakan tanda dan gejala bahaya hipertensi yaitu tiba-
tiba jatuh, tiba-tiba pusing berat, dan tiba2 sulit bicara, ketika hal ini terjadi Nenek
N harus segera di bawa ke palayanan kesehatan. Keluarga mengatakan jenis
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi adalah Puskesmas, Posyandu, Rumah
sakit, mantri, bidan, dokter. Nenek N mengatakan bahwa manfaat fasilitas
kesehatan adalah mendapatkan informasi tentang sarana pemeriksaan,
pengobatan, dan perawatan Hipertensi. Nenek N mengatakan bahwa akan pergi ke
posbindu setiap bulannya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kunjungan berikutnya keluarga mengatakan sudah tidak membeli ikan asin lagi
dan mengurangi mecin atau tidak memakai mecin pada makanannya. Penyajian
makan memang dirasakan sulit jika harus dipisah untuk makanan nenek N,
sehingga keluarga mengurangi garam juga sedikit. Ibu E dan Ibu S mengolah
makanan yang segar seperti ikan, ayam, tahu dan tempe. Nenek N mengatakan
juga tidak lagi makan ikan asin. Saat dilakukan evaluasi, Ibu E dan nenek N dapat
menjelaskan kembali apa itu diet hipertensi dan contoh makanan yang boleh, tidak
boleh, serta harus dihindari. Keluarga Bapak R terlihat melakukan penyajian
menu diet hipertensi. Secara kognitif Ibu E dapat memahami setiap penjelasan
dengan mudah dan memiliki kemampuan untuk menyebutkan kembali, meski
Nenek N tidak mengingat banyak namun ia menyebutkan hal-hal penting terkait
hipertensi dengan cukup baik. Selama proses pemberian asuhan keperawatan dan
pembimbingan keluarga, terjadi stressor dalam proses keluarga yaitu keluarga
menerima anggota baru yaitu cucu Nenek S sehingga penyajian menu diet
hipertensi dan perawatan lainnya sedikit terganggu. Namun, keluarga menyadari
harus tetap mempertahankan status sehat Nenek N.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS SITUASI
Bab ini akan menjelaskan analisis yang diawali dengan uraian profil lahan praktik,
analisis masalah keperawatan dengan konsep keperawatan kesehatan masyarakatt
perkotaan, serta analisis diet hipertensi dengan penelitian yang sebelumnya, dan
alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
Luas wilayah Kelurahan Sukatani 508,60 km2 dengan jumlah total penduduk
adalah 57941 jiwa dengan jumlah perempuan 29.152 orang dan laki-laki
berjumlah 28.789. Jumlah Rukun Tetangga 184 RT dengan 26 Rukun Warga.
Jumlah kepala keluarga 16840 Jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk
12215/km2. Sebagian besar beragama Islam dengan 38484 orang memeluk agama
islam. Angka kematian penduduk sukatani 198 dan Angka Kelahiran 114. Jumlah
penduduk yang datang sebesar 654 orang dan penduduk yang pindah 246 orang.
Sebagian besar pekerjaan penduduk sukatani adalah pengrajin/ industri kecil yaitu
13.740 Jiwa. Selain itu penduduk bekerja di bidang pertanian, listrik gas dan air,
serta angkutan. Tingkat pendidikan masyarakat yang bertempat tinggal di
kelurahan Sukatani adalah sebagai berikut 7409 orang belum sekolah, 6310 orang
tidak tamat SD/sederajat, 5176 orang tamat sekolah dasar, 8161 orang tamat
SLTP, 21.437 orang tamat SLTA, 3.469 orang tamat akademik dan 58.457 orang
tamat perguruan tinggi. Sarana dan prasarana yang terdapat di Sukatani yaitu
Industri / Pabrik, Mesjid dan Mushola, dan 29 sekolah, Klinik Swasta, dan apotik.
Sedangkan fasilitas kesehatan yang dimiliki terdiri dari 1 puskesmas, 26
posyandu, 1 pos KB, dan 1 Balai Pengobatan. Terdapat 2 dokter umum , 3 dokter
gigi, dan 4 Perawat.
47
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keluarga merupakan suatu keterikatan dua orang atau lebih yang diikat oleh
kebersamaan dan ikatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Pernyataan ini sesuai untuk menggambarkan keluarga Bapak R sebagai sebuah
keluarga. Keluarga Bapak R terdiri dari 1 kepala keluarga, 1 orang istri, 2 orang
adiknya, 1 orang nenek, dan 1 orang ibunya yang tinggal dalam satu rumah yang
sama. Berdasarkan tipe keluarga, keluarga Bapak R termasuk keluarga Besar
(Friedman, Bowden, dan Jones. 2003). Keluarga ini termasuk keluarga dengan
Universitas Indonesia
lansia dimana salah satu anggota keluarga telah memasuki usia lanjut usia dan
menghadapi tahap tumbuh kembang lansia.
Berdasarkan tahap tumbuh kembang keluarga Bapak R berada pada tahap tumbuh
kembang pasangan baru menikah. Namun dikarenakan keluarga Bapak S adalah
keluarga besar yang memiliki lansia dan terdapat masalah, maka mahasiswa fokus
pada tahap tumbuh kembang keluarga dengan lansia. Friedman, Bowden, dan
Jones (2003) menyebutkan tugas perkembangan keluarga dengan lansia adalah
keluarga mempertahankan kepuasan hidup, beradaptasi terhadap perubahan
finansial, mempertahankan status pernikahan, menerima kehilangan pasangan,
mempertahankan keterikatan kekeluargaan, dan melakukan life review dan
mempertahankan eksistensi. Keluarga dan lansia sudah dapat memenuhi tugas
perkembangan mempertahankan kepuasan hidup dengan merasa sudah membagi
rumah dan tempat tinggal kepada anak-anaknya. Nenek N juga sudah menerima
perubahan keuangan sehingga tidak memaksakan diri untuk bekerja dan Bapak R
memenuhi kebutuhan keuangan Nenek N. Suami nenek N yang sudah meninggal
sudah dapat diterima oleh nenek N dan keluarga sehingga nenek N lebih banyak
berdiskusi dengan anaknya.
Universitas Indonesia
kesehatan. Hal ini didukung oleh penataan peran anggota keluarga yang jelas.
Bapak R sebagai kepala keluarga bertugas mencari nafkah dan mengambil
keputusan. Sedangkan Ibu S sebagai ibu rumah tangga bertugas membantu
mertuanya dalam mengurus rumah tangga. Anak Nenek N yang tinggal disebelah
rumah selalu siap menyediakan kendaraan dan akomodasi nenek N untuk pergi
jauh.
Masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga harus diatasi dengan kemampuan
keluarga menjalankan tugas kesehatan keluarga. Tugas kesehatan keluarga
menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yaitu kemampuan mengenal
masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Keluarga dalam
mengenal masalah keluarga sudah mengerti bahwa nenek N mengalami hipertensi
dan harus mencegah perburukan dengan minum obat hipertensi. Namun, keluarga
belum mengetahui berapa tekanan darah yang termasuk tinggi dan harus menjadi
perhatian oleh keluarga. Keluarga hanya mengatakan penyebab hipertensi adalah
kebiasaan makan asin dan sudah berusia tua.
Proses pengambilan keputusan dilakukan oleh kepala keluarga yaitu bapak R yang
selama ini memutuskan untuk langsung membawa anggota keluarga yang sakit ke
dokter swasta untuk diobati karena tidak tahu bagaimana cara perawatan anggota
keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi dirumah. Selain itu, keluarga tidak
pernah memperhatikan konsumsi garam dan makanan pengawet serta ikan asin
yang dikonsumsi. Keluarga cenderung senang dengan makanan yang gurih dan
asin. Cemilan yang dimakan biasanya adalah kerupuk gurih yang ada diruangan.
Nenek N juga dikatakan tidak suka minum air putih dan lebih menyenangi teh
pahit. Konsumsi teh pahit 3-5 gelas perhari. Nenek N juga tidak mengikuti senam
pada hari minggu di depan rumahnya karena alasan sudah tua. Keluarga dan
nenek N mengatakan tidak mengetahui mengapa makanan yang tinggi garam
berhubungan dengan hipertensi, hanya mengetahui tidak boleh. Oleh karena itu
perlu dilakukan intervensi keperawatan yang mengarah pada 5 tugas kesehatan
keluarga.
Universitas Indonesia
Tanda dan gejala hipertensi yang dialami klien dengan hipertensi yaitu kepala
pusing berat terutama pada tengkuk, cemas yang berlebihan, nafas pendek, dan
pandangan yang kabur (AHA, 2012). Nenek N dengan tekanan darah 180/110
mmHg dalam tiga kali pengukuran tidak merasakan tanda dan gejala seperti
pusing pada tengkuk, pandangan kabur, nafas pendek, ataupun jantung berdegup
lebih kencang. Namun nenek N pernah mengalami hipertensi krisis dimana nenek
N merasakan kepala yang sangat berat dan jantung yang berdegup kencang
sehingga dibawa kerumah sakit dan tekanan darah nenek N 220/110 mmHg. Hal
ini sesuai dengan pernyataan AHA (2012) bahwa pada studi yang terbaru
menyatakan bahwa tekanan darah tinggi tidak selalu menyebabkan sakit kepala
kecuali dalam kasus hipertensi krisis yaitu sistolik diatas 180mmHg dan diastolik
diatas 110 mmHg. Oleh karena itu AHA (2012) menyarankan sakit kepala atau
kurangnya sakit bukan indikator yang dapat diandalkan untuk mengatakan
tekanan darah tinggi. Kontrol tekanan darah ke pelayanan kesehatan dan Posbindu
merupakan indikator yang penting untuk dilakukan terutama pada usia lanjut.
Nenek N mengeluhkan meskipun ia sudah meminum obat yang diberikan dokter
tekanan darah saat diperiksa tidak pernah turun dan seringkali naik.
Universitas Indonesia
obat dan belum merasakan efektifitas perawatan lain yang dapat menurunkan
tekanan darah. Analisis ini sesuar dengan diagnosa NANDA (2014) yaitu
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dengan batasan karakteristik
kurangnya pengetahuan keluarga mengenai hipertensi dan cara perawatannya,
gagal memasukan regimen terapetik kedalam aktivitas harian, gagal untuk
memulai perilaku menurunkan faktor risiko, ketidakefektifan permilihan aktivitas
harian untuk mencapai tujuan kesehatan, melaporkan keinginanan untuk
mengontrol penyakit, melaporkan kesulitan untuk melakukan manajemen
terapetik pada masalah.
Universitas Indonesia
4.3. Analisis Intervensi Diet Hipertensi sebaga Intervensi dengan Konsep dan
Penelitian Terkait
Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor keturunan,
dan interaksi diantara semua faktor. Faktor lingkungan yang berdampak pada
tekanan darah yaitu diet, aktivitas fisik, dan faktor psikososial. Faktor diet sangat
penting dan predominan berperan dalam homeostasis (AHA, 2006). Meskipun
penurunan tekanan darah yang terjadi hanya diperkirakan 3 mmHg namun jika
setiap individu melakukan pola makan yang benar akan berdampak besar terhadap
populasi dan menurunkan 8 % kematian akibat stroke dan 8% karena penyakit
jantung (AHA.2006). Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan pada keluarga
Bapak R ini lebih menekankan pada manajemen diet meskipun Nenek N telah
mngonsumsi obat-obatan. Pada individu yang telah mengonsumsi obat perubahan
pola makan dan mengurangi garam akan menurunkan tekanan darah dan
memfasilitasi pengurangan terhadap obat (AHA, 2006). Hal ini sesuai dengan
kondisi Nenek N yang sudah mengonsumsi obat namun tidak merasakan adanya
penurunan tekanan darah.
Universitas Indonesia
menyebutkan kembali definisi, tanda dan gejala, penyebab, dan akibat serta cara
perawatan. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2010 dalam
Muhammadis, 2011) yang menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui
indra yang dimiliki.
Universitas Indonesia
seimbang dan beragam serta rendah garam atau natrium. Gizi seimbang berasal
dari karbohidrat, protein, dan lemak.
Universitas Indonesia
dan mencegah kenaikan tekanan darah (AHA, 2011). Target penurunan tekanan
darah pada lansia 140-145/90-95 mmHg (AHA, 2011). Pengurangan garam dapat
menurunkan 7,6/3,3 mmHg, multi treatment non farmakologi dalam suatu
penelitian menunjukan perubahan 4,2/4,9 mmH (Maddens, Imam, & Ashkar.
2005). Penelitian di kanadia dengan melibatkan lansia dengan menerapkan
multifaktor treatment nonfarmokologik dapat menurunkan tekanan darah 11/8
mmHg setelah 12 bulan intervensi (Rabkin, 1994). Pada Nenek N perubahan
tekanan darah selama intervensi 5-10 mmHg dengan intervensi manajemen diet.
Anjuran perawatan selain obat medis selalu dianjurkan oleh tenaga kesehatan
untuk mendorong efektifitas manajemen pengobatan. Namun, pada kenyataanya
banyak pasien yang tidak melakukan anjuran tersebut. Ada beberapa faktor yang
dapat mengakibatkan hal ini yaitu kurangnya pengetahuan, belum adanya
kepercayaan kesehatan mengenai hipertensi, dan kurangnya motivasi untuk patuh
terhadap regimen pengobatan.
Orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih mudah memahami dan
mematuhi perilaku diet dibandingan dengan orang yang tingkat pendidikannya
rendah (Ouyang, 2007). Tingkat pendidikan nenek N yang lulus SD dan keluarga
yang rata-rata SMA membuat memahami informasi yang diberikan terkait
dengan hipertensi. Hal ini terlihat dari Ibu E dan Nenek N yang menyebutkan
kembali definisi, tanda dan gejala, penyebab, akibat, dan cara perawatan yang
Universitas Indonesia
tepat. Perubahan perilaku nenek N untuk melakukan diet sudah juga dilakukan
yaitu pada seminggu pertama setelah dilakukan intervensi diet nenek dan keluarga
melakukan intevensi sesuai yang direncanakan.
Ellis (2010) mengatakan bahwa klien yang rutin melakukan cek kesehatan
memiliki kepatuhan lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang tidak mengecek
kesehatan secara rutin. Meskipun perawat melakukan cek tekanan darah secara
ruitn namun kepatuhan diet hipertensi kurang hal ini terlihat adanya sulitnya
nenek N mempertahankan tekanan darah yang turun 5 mmHg pada minggu ke 5
pada sistole. Namun nenek N mampu mempertahankan tekanan darah diastole
turun 10 mmHg.
Universitas Indonesia
Keluarga masih menyediakan makanan seperti ikan asin dan makanan yang gurih
untuk anggota keluarga lain namun ini seringkali membuat nenek tidak bisa
menghindari untuk mencicip. Selain itu adanya tugas perkembangan keluarga lain
seperti kelahiran anggota keluarga baru membuat perubahan dalam penyajian dan
pengaturan makanan.
Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab penutup ini menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil analisi situasi yang
dijabarkan oleh penulis pada bab sebelumnya. Pada bagian ini diuraikan
kesimpulan dari hasil analisis situasi, sehingga dapat diketahui hasil dari karya
ilmiah. Setelah itu, bab ini akan menguraikan saran untuk penulisan selanjtunya
agar lansia dengan hipertensi pada keluarga dapat melakukan perawatan dan
pengontrolan tekanan darah.
5.1. SIMPULAN
Kesehatan Perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena penduduk
kota di Indonesia yang semakin pesat. Perkembangan yang cukup pesat juga
diiringi dengan peningkatan permasalahan pada perkotaan. Permasalahan ini
adalah akibat dari arus urbanisasi dan kegagalan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya baik dari segi ekonomi, sosial, kesehatan, dan kesejahteraan.
Perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan berdampak pada pola makan yang
tidak memenuhi kebutuhan, pola kerja, stress, beban hidup, dan tuntutan
pekerjaan yang mengakibatkan kebiasaan masyarakat berubah. Kebiasaan yang
terus menerus dilakukan dapat mengakibatkan perluasan Penyakit Tidak Menular
salah satunya hipertensi.
60 Universitas Indonesia
5.2. SARAN
5.2.1. Puskesmas/Perawat Komunitas
Puskesmas perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait hipertensi
pada keluarga dengan lansia hipertensi. Edukasi dapat dilakukan pada saat lansia
melakukan kunjungan ke Puskesmas dan dilakukan pencatatan serta motivasi
untuk mengontrol tekanan darah. Sehingga akan meningkatkan dukungan dan
kontrol dari tenaga kesehatan. Perawat kesehatan masyarakat dari Puskesmas
perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan lansia yang memiliki
kerentanan terhadap Penyakit Tidak Menular melalui asuhan keperawatan
keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan
keperawatan dalam mengatasi masalah hipertensi pada lansia. Puskesmas juga
dapat menerapkan media promosi yang sesuai dengan lansia sehingga mudah
Universitas Indonesia
dipahami oleh lansia. Diet hipertensi dapat menjadi materi edukasi perawat di
Puskesmas terutama berkaitan dengan penjelasan mengapa makanan yang tinggi
garam tidak dibolehkan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan untuk
melakukan diet hipertensi.
5.2.4. Keluarga
Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan lansia dengan
aktif bertanya dan berkonsultasi pada petugas kesehatan. Keluarga diharapkan
dapat tetap mempertahankan diet hipertensi yang telah dilakukan. Anggota
keluarga lain selain nenek yang sakit juga diharapkan dapat memberikan
dukungan agar Nenek N patuh terhadap diet hipertensi dengan tidak menyediakan
makanan yang dilarang dan dihindari. Keluarga diharapkan mampu menyediakan
menu makanan dengan rendah garam pada nenek. Setelah itu keluarga dan lansia
diharapkan dapat melakukan cara perawatan lainnya seperti manajemen stress,
melakukan aktifitas fisik rutin dengan olahraga ringan pada lansia. Lansia juga
diharapkan selalu melakukan kunjungan ke posyandu untuk melakukan
pemeriksaan fisik terutama tekanan darah, berat badan,dan tinggi badan.
Universitas Indonesia
5.2.5. Masyarakat/Kader
Kader diharapkan dapat melakukan kunjungan keluarga yang berisiko hipertensi.
Kader juga diharapkan dapat memotivasi keluarga untuk kontrol ke Puskesmas.
Selanjutnya kader diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat
ataupun individu mengenai hipertensi
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Allender,J. A. , Rector, C., & Warner, K.D. (2010). Community health nursing :
promoting and protecting the public’s health. Lippincott: Williams & Wilkins
BPS. (2010). Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010
tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia.
http://www.bps.go.id/download_file/MFD/MFD_2010_Buku_3.pdf diunduh
pada 1 Juli 2014 pukul 11.30 WIB.
Dinas Kota Depok. (2012). Profil Kesehatan Kota Depok. Dinkes Depok
Ellis, G. E. (2010). An Assesment of the factors than affect the self care behaviour
of diabetes. Birmingham: ProQuest Information and Learning Company.
Universitas Indonesia
Feinstein, L. & dkk. (2005). What are the Effects of Education on Healh?.
diunduh pada 2 Juni 2013 http://www.oecd.org/edu/country-
studies/37425753.pdf
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research,
theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.
JNC. (2003). The Seventh Report of the Joint National Comitter on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf
Kaakinen, Duff, Coehlo, Hanson, R.J., Duff, V.G., Coehlo, D. P., Hanson, S. M.
H. (2010). Familiy Health Care Nursing. Philadelphia: Davis Company
Kemenkes RI. (2012). Buletin Jendela dan Informasi Kesehatan. Penyakit Tidak
Menular
Lundy, K. S., & Janes, S. (2009). Community Health Nursing; Caring For the
Public’s Health. UK: Joanes & Barlett International Publisher.
Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).
Philippine : Argonauta Corporation.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Universitas Indonesia
Sines, D., Saunders, M., dan Burford, J., F. (2013). Community Health Care
Nursing: Fourth Edition. US. America: Wiley-Blackwell
Steyn, K., & Damasceno, A. (2006). Lifesityle and Related Risk Factor For
Chronic Diseases. www.ncbi.com 02 Juli 2014 Pukul 19.00
Stanhope, M., & Lancester, J. (2000). Community & Public Health Nursing.
USA: Mosby elsevier
Universitas Indonesia
I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga :R
2. Alamat : RT 03 RW 22
3. Komposisi Keluarga :
Genogram
Ny.N
(68)
E
(46)
S(23 R B Y
) (28) (24) (19)
Keterangan:
= Tinggal Bersama
4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Bpk. R merupakan keluarga besar yang terdiri atas keluarga
inti dengan lansia. Keluarga Bpk. R adalah keluarga yang dibentuk (family
of procreation). Pengambilan keputusan oleh Bpk.R bersifat demokratis,
sesekali bp. R otoriter untuk beberapa hal penting. Norma yang digunakan
bilateral, suami dan istri saling mempengaruhi. Meski bapak R adalah
seorang anak, namun dalam keputusan beliau melibatkan ibunya yang sudah
ditinggalkan bapaknya.
5. Suku
Suku yang diterapkan sehari-hari yaitu suku jawa. Bahasa yang digunakan
sehari-hari bahasa jawa dan bahasa indonesia. Tidak ada pantangan
makanan terkait dengan budaya, keluarga mengatakan semakin tua memang
sudah seharusnya mengurangi. Acara-acara yang merupakan adat istiadat
selalu dilakukan. Kebiasaan kebudayaan yang berkaitan yaitu konsumsi
jamu-jamu atau rempah ketika mengalami sakit, seperti minum kunir, jahe,
dll. Keluarga tinggal di lingkungan yang beragam suku yaitu jawa, betawi,
dan sumatera. Keluarga meyakini pada usia tua adalah wajar adanya
penurunan, saat tua merupakan buah pada saat upaya muda.
6. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga adalah islam . Nenek N sering melakukan
ibadah solat, tidak ada halangan untuk ibadah yang dilakukan. Klien
mengatakan beribadah dapat membuat dirinya lebih tenang dan
mengharapkan tuhan menyelesaikan masalah-masalahnya. Nilai utama
dalam hidup yang dipegang klien bahwa harus berbuat baik dengan orang
lain dan berpikir positif tentang orang lain. Anggota keluarga lainnya
mengatakan sering beribadah. Keluarga lainnya tampak rajin beribadah
untuk yang perempuan, namun untuk Bp. R sendiri dan adiknya tidak
tampak mengerjakan solat lima waktu. Hal ini dibenarkan oleh Ibu E
anaknya yang laki-laki hanya solat jum’at.
Hubungan keluarga harmonis antar ibu dan anak, maupun anak dan anak.
Anak Nenek N tinggal berdekatan dan sering berkomunikasi. Anak pertama
nenek N banyak membantu masalah keuangan untuk anak kedua sangat
membantu terkait tenaga.
III. Lingkungan
13. Karakteristik rumah
Rumah satu lantai merupakan milik Nenek N dengan luas tanah 150 m2 dan
luas bangunan 150 m2. Denah rumah terdiri atas 2 kamar tidur, 2 ruangan
yang disekat, 1 ruang tengah, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Pada setiap
kamar terdapat jendela yang langsung berhadapan dengan udara dari luar.
Setiap hari terlihat keluarga membuka jendela. Ventilasi terdapat pada
setiap kamar dan ruangan. Lantai rumah semen licin. Ruang tamu tidak
tersusun rapi, halaman tidak tampak sampah, terdapat kolam dengan ikan
yang bersih, dapur tidak tertata, tidak ada meja makan. Televisi dan alas
tampak berada diruang tengah. Kabel listrik berada dibelakang televisi dan
tidak tampak kabel yang melintasi diruangan.
Kamar tidur Bapak R dan anaknya tampak kasur berada pada lantai.
Sedangkan kasur di kamar Nenek N menggunakan dipan. Hal ini dikatakan
Nenek N karena beliau sudah tidak bisa jika harus duduk dilantai atau
jongkok, sehingga harus sejajar dengan pahanya. Kamar Nenek N terdapat
baju dan peralatan dirinya yang tidak disusun rapi. Lampu kamar Nenek N
menggunakan neon dan lampu pijar. Saat siang hari kamar tampak sangat
gelap karena kamarrnya hanya berupa sekat tanpa jendela. Saat malam hari
Nenek N menghidupkan lampu neon. Benda-benda di kamar Nenek N
masih diletakan beberapa jauh dari jangkauan. Misalnya di lemari yang
tinggi.
D H
F G
C
B
E
A
Keterangan:
A = Kamar tidur Anak R dan Istri
B = Ruang beribadah dan tempat menyetrika
C = Kamar tidur Nenek N
D = Kamar tidur Ibu E dan An. Y
E= Ruang tamu
F= Ruang tengah dan ada dipan An. B
G= Dapur
H= kamar mandi
Disebelah dari rumah Nenek N tinggal anak laki-lakinya yang kedua. Beliau
sesekali mengunjungi Nenek N dan membantu kebutuhan Nenek N.
Khususnya pola makan Nenek N yaitu 1-2 kali perhari dengan 1/3-1 porsi.
Nenek N mengatakan hanya makan pagi jam 10.00 dan makan siang pukul
14.00, makan malam jarang dilakukan. Makanan yang paling disukai yaitu
ikan asin dan tahu tempe. Ikan asin dikonsumsi setiap hari oleh Nenek N.
Pola BAK Nenek N 1 kali sehari konsistensi agak lembek, terkadang sulit
mengeluarkan jika tidak makan buah. Namun tidak merasakan perih atau
sakit ketika mengeluarkan. Pola minum Nenek N yaitu 5 gelas ukuran 350
cc perhari, malam hari 3 gelas ukuran 350 cc. Nenek N mengatakan buang
air kecil 1 kali pada malam hari dan terjaga. Keluarga mengatakan nenek N
tidak terbiasa minum air putih, jadi air yang diminum selalu seduhan teh.
Jika buang air kecil Nenek N berhati-hati. Ny.P sering merasa sering pipis
dan sedikit yang keluar. Meski sering buang air kecil Nenek N mengatakan
tidak mengalami masalah. Pola berkemih anggota lain dikatakan tidak ada
yang bermasalah. Ibu Z yang sedang hamil 34 minggu juga sering BAK
namun mengatakan dapat mengatasinya.
Pola istirahat Nenek N malam hari pukul 21.30 sudah ketempat tidur.
Namun baru terlelap tidur 21.00WIB. Terjaga pukul 04.00 wib dengan lama
tidur sekitar 5-8 jam dan terjaga terkadang-kadang untuk pipis. Ibu
mengatakan cukup puas dengan kualitas tidurnya. Ketika bangun ia
merasakan segar. Selama sebelum terlelap Nenek N tidak sering
memikirkan hl-hal yang sedih. Anggota keluarga lain seperti Bapak R tidur
tidak menentu, biasanya tidur pukul 01.00 WIB. Ibu Z dan Ibu E tidur pukul
22 hingga 05.00. Anggota keluarga lainnya tidur pukul 22.00 WIB dan tidak
merasa ada gangguan saat tidur.
Pola olahraga yang dilakukan Nenek P tidak rutin. Setiap pagi biasanya
berjemur sambil melihat kolam ikan dan menggerakan badan, dilakukan 5
menit perhari. Keseimbangan nenek N masih baik. Meski ada senam setiap
hari minggu di depan rumahnya, ia tidak mengikuti karena senam dirasakan
Data Objektif
Tekanan darah: 170/90 – 180/110 mmHg
BB = 54 kg
TB = 145 cm
IMT = 25,6 kg/m2 (overweight)
Nadi: 84x/menit kuat, reguler
Bunyi jantung: BJ 1 , BJ 11 Normal
Mengonsumsi obat captopril 12,5mgx1
DO:
‐ Nenek bertanya mengenai perubahan
pada lansia seperti sulit memulai tidur,
dan jika terjaga tidak bisa tidur lagi.
‐ Nenek bertanya mengenai perubahan
BAK, makan, kekuatan badan
‐ Nenek ingin meningkatkan
pengetahuan mengenai perubahan
normal yang terjadi pada lansia
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah berisiko karena tekanan
: darah nenek N 180/110 tidak
Risiko merasakan tanda dan gejala. Ada
riwayat tekanan darah mencapai 220
merasakan pusing. Jika tidak diatasi
akan mengakibatkan stroke
TOTAL 4 2/3
SKOR
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah saat ini sedang dirasakan.
: Data subjektif bahwa sering merasa
Risiko nyeri saat malam hari. Data objektif
nenek tampak meringisi,Namun
masih dapat beraktifitas. Nenek Nkan
berhenti melakukan aktifitas dan
membaluri yang hangat pada bagian
yang sakit
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah saat ini tidak dirasakan.
: potensial Nenek merasakan perubahan dan
mengatasi
Kemungkina
n masalah 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Tingkat pendidikan keluarga yang
untuk diubah cukup tinggi (SMA) sehingga dapat
: mudah dengan mudah menangkap
penjelasan perawat, ada motivasi dari
diri nenek untuk dapat mengatasi,
sumber ekonomi keluarga cukup. Di
sekitar rumah keluarga pun terdapat
fasilitas pelayanan kesehatan
(Posyandu, bidan, & Puskesmas).
Potensi
masalah Potensi masalah sudah diadaptasi
untuk 3 3 1 3/3 x 1 = 1 dengan keluarga hanya perlu
dicegah : ditingkatkan
baik
Menonjol-
nya masalah : Tidak perlu segera ditangani
tidak segera 1 2 1 1/2 x 1 = 1/2
ditangani
TOTAL 3 5/6
SKOR
DIAGNOSA KEPERAWATAN
“penyebabnya
karena makan Keluarga mampu Respon verbal Keputusan keluarga untuk Motivasi keluarga untuk mengatasi masalah
kolesterol tinggi mengambil keputusan merawat dan mengatasi yang dihadapi.
dan makan garam” untuk mengatasi Nenek masalah hipertensi. Beri reinforcement positif atas keputusan
yang kurang mampu yang diambil keluarga.
“tandanya pusing, memelihara
mata kunang- kesehatannya.
kunang”
“saya minum obat Keluarga mampu Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan Diskusikan dengan keluarga tentang cara
merawat Nenek N 4 dari 6 cara pencegahan pencegahan hipertensi.
teratur dan tidak Menyebutkan cara hipertensi, yaitu dengan Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
berani jika tidak pencegahan terjadinya disingkat Cerdik: Tanyakan kembali pada keluarga tantang
minum obat” komplikasi dari Cekkan kesehatan secara cara pencegahan terjadinya komplikasi
hipertensi berkala hipertensi.
“ saya tidak merasa Enyahkan rokok secara Beri reinforcement positif pada keluarga.
pusing, jantung berkala.
berdebar, mata Rajin aktivitas fisik
berkunang-kunang Diet sehat dan kalori
ataupun sulit tidur seimbang
Istirahat yang cukup
saat ini.
Kelola stress
“Saya tahu tekanan
Keluarga mampu Respon Verbal Keluarga dapat menyebutkan
darah tinggi jika menyebutkan dan 4 dari 5 cara perawatan
diatas 200” perawatan untuk Nenek hiperternsi: Diskusikan dengan keluarga tentang
N perawatan untuk Nenek N yang hipertensi
Mengonsumsi obat
captopril 12,5mgx1
Tanggal
Implementasi Evaluasi
Mendiskusikan kembali dengan
keluarga untuk merawat anggota
keluarga dengan Hipertensi
Memberikan positive reinforcement
atas jawaban keluarga dan
keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan Hipertensi
Masalah ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri teratasi sebagian
P:
Mengingatkan kembali keluarga untuk
membawa an.I ke fasilitas kesehatan
apabila masalah tidak tertangani.
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :