Anda di halaman 1dari 112

UNIVERSITAS INDONESIA

DIET HIPERTENSI UNTUK MENGONTROL TEKANAN


DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

NAHLA JOVIAL NISA


0906629486

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2014


 
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
 
 

UNIVERSITAS INDONESIA

DIET HIPERTENSI UNTUK MENGONTROL TEKANAN DARAH PADA


LANSIA DENGAN HIPERTENSI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

NAHLA JOVIAL NISA


0906629486

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2014


 
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
 
 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Allah SWT atas karunia-Nya, saya
dapat menyelasaikan karya ilmiah dengan judul “Diet Hipertensi untuk
Mengontrol Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi”. Karya Ilmiah
Akhir Ners ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan studi di Program Ners
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bmbigan dari berbaga pihak, dari masa perkuiahan hingga
penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya
ini. Oleh karena itu, saya mengucapka terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah menuntun penulis dan memberi kekuatan dalam
menjalani fase kehidupan di kuliah dan untuk menyelesaikan ini
2. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Ibu Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc, Phd.
3. Ibu Ns. Tri Widyatuti H., S.Kep selaku pembimbing, yang telah memberi
masukan dan mengarahkan serta membimbing dalam penulisan karya ilmiah
akhir ners ini.
4. Ibu Imami Nur Rachmawati S.Kp, Msc selaku pembimbing akademik penulis
5. Ibu Fajar Waluyanti S.Kep. M.Kep., Sp.Anak selaku koordinator mata Ajar
KIA Ners dan seluruh staf pengajar mata ajar Tugas Akhir
6. Drs. Sudirman, M.Pd. dan Kris Isnawati Ida S.Pd., MM., Orang Tua yang
sangat dicintai, selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis.
Adik-adik tercinta Jundi Mangku Aghni, Zaky In’am Azzikra, Oriza Sativa
Arrinal Haq yang selalu menjadi penyemangat untuk segera lulus.
7. Segenap tim dosen FIK UI, Khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas
yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini.
8. drg. Ranti selaku Kepala Puskesmas Sukatani yang telah bekerja sama
dengan penulis selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat
Perkotaan
9. Kader Kesehatan RW 22 Khususnya RT 03 Kelurahan Sukatani Ibu Ratmana
Sukiyo
10. Sahabat dan orang yang saya sayangi telah mengingatkan, memberi saran dan
masukan dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih Ghulam


 
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
 
 

Nurul Huda, Putri Novelia, Rizky Agustina Wulandari,Oktorilla Fiskasianita,


Lystia Tri Utami, Destarasati, Fandiar Nur Isdiati, Rona Cahyantari,
Zakiyyah Ahsanti, Mustafidz Al Abrar, Isni Dalimunthe, Destarasati, Rona
Cahyantari Merduati, Ushal Imami, Dini Fitriani Tjarma, Ridhaninggar kakak
mentor perjuangan, Weni Widya Shari, Ade Martiwi, Pengurus Harian
Nasional ILMIKI 2011-2013,Kesma BEM UI 2010, Teman-teman Kesma
BEM UI 2012, MWA UI UM 2011, Forum Indonesia Muda, Kakak
Mentoring Ceria, dan Kaka Guru Sekolah Bermain Matahari, dan semua
teman-teman yang memberi dukungan yang tak bisa ditulis satu persatu
namun selalu tertera di hati ini.
11. Teman satu perjuangan di RW 22 Kelurahan Sukatani Rizkiyani Istifada, Arif
Ridwan, Hani Fauziah, Hamdana Eka Putri, Rini Fauziah.
12. Teman-teman FIK UI 2009 Mandiri yang telah memicu semangat saya untuk
bisa memakai toga bersama

Menyadari akan keterbatasan yang dimiliki, penulis meyakini bahwa Karya


Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran
maupun masukan yang konstruktif sangatlah diharapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang. Walau demikian penulis berharap semoga KIAN ini bermanfaat
untuk para pembaca sekalian. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Depok, Juli 2014

Penulis

vi 
 
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
 
 

ABSTRAK

Nama : Nahla Jovial Nisa


Program studi : Program Profesi Ners Ilmu Keperawatan
Judul : Diet Hipertensi Untuk Mengontrol Tekanan Darah Pada
Lansia Dengan Hipertensi

Tingginya prevalensi hipertensi pada masyarakat perkotaan dipicu oleh gaya hidup. Perubahan
gaya hidup tersebut adalah perubahan pola makan yang menjadi lebih banyak gula, garam, lemak,
dan rendah serat. Pravelensi hipertensi meningkat seiiring dengan peningkatan usia. Perawat perlu
memberikan intervensi dalam aspek manajemen diet untuk lansia dengan hipertensi. Karya ilmiah
ini dibuat berdasarkan asuhan keperawatan keluarga yang telah diberikan selama 7 minggu untuk
mengontrol tekanan darah. Perawat menerapkan manajemen diet untuk mengontrol tekanan darah.
Hasilnya terdapat penurunan tekanan darah 10 mmHg pada diastole. Diet hipertensi pada lansia
tercapai sebagian karena ada faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan yaitu kepatuhan.

kata kunci: diet, lansia, hipertensi

ABSTRACT

Name : Nahla Jovial Nisa


Major : Program Profesi Ners Ilmu Keperawatan
Tittle : Diet Hypertension for Controlling Blood Pressure Hypertension In
Elderly With Hypertension

Prevalence of hypertension in urban communities are high triggered by lifestyle. Changes in eating
patterns are become more sugar, salt, fat, and low in fiber. Prevalence hypertension increasing by
aging. Nurses need to provide interventions in the management aspects of the diet for the elderly
with hypertension. Intervention through family nursing care that has been given for 7 weeks to
control blood pressure. Nurses applying for the dietary management of blood pressure control. The
result there is a decrease in blood pressure 10 mm Hg in diastole. Diet hypertension in the elderly
is achieved in part because there are factors that affect the success of diet is complience elderly.

Keywords: diet, elderly, hypertension

viii 
 
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
 
 

DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …………….............. vi 
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix 
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 8
1.3.1.Tujuan Umum ......................................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 8
1.4.1 Pendidikan Keperawatan ........................................................................ 8
1.4.2 Pelayanan Keperawatan .......................................................................... 9
1.4.3 Penelitian Selanjutnya ............................................................................ 9
1.4.4. Bagi keluarga ......................................................................................... 9
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 10
2.1. Konsep Keperawatan Perkotaan .................................................................... 10
2.1.1. Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ... 10
2.1.2. Masalah Gaya Hidup dan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan ....... 12
2.2. Keluarga dengan Lansia ................................................................................. 13
2.2.1. Keluarga dengan Lansia ..................................................................... 13
2.2.2. Lansia sebagai Agregat Rawan (Vulnerable) ..................................... 14
2.3. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi ............................ 15
2.3.1. Pengkajian keluarga ........................................................................... 15
2.3.2. Diagnosis Keperawatan ...................................................................... 17
2.3.3. Skoring Masalah Keluarga ................................................................. 19
2.3.4. Perencanaan Keperawatan.................................................................. 20
2.3.5. Implementasi Keperawatan ................................................................ 21
2.3.6 Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 27
2.3.6. Peran Perawat Keluarga ..................................................................... 28
2.3.7 Peran Perawat Komunitas .................................................................. 29

ix 
 
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
 
 

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ................................................... 32


3.1. Pengkajian Keluarga ...................................................................................... 32
3.2. Diagnosis Keperawatan.................................................................................. 36
3.3. Rencana Keperawatan .................................................................................... 36
3.4. Implementasi Keperawatan ............................................................................ 37
3.5. Evaluasi Keperawatan .................................................................................... 41
4. ANALISIS SITUASI ........................................................................................ 47
4.1. Profil Lahan Praktek ...................................................................................... 47
4.2. Analisis Masalah dengan Konsep dan Penelitian Terkait KKMP ................. 48
4.3. Analisis Intervensi Diet Hipertensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait .. 54
4.4. Alternatif Pemecahan yang Dilakukan ......................................................... 59
5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 60
5.1. SIMPULAN ................................................................................................... 60
5.2. SARAN .......................................................................................................... 61
5.2.1. Puskesmas/Perawat Komunitas .......................................................... 61
5.2.2. Pendidikan Keperawatan .................................................................... 62
5.2.3. Penelitian Selanjutnya ........................................................................ 62
5.2.4. Keluarga ............................................................................................. 62
5.2.5. Masyarakat/Kader .............................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64


 
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
 
 

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah.............................................................16
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO............................................17
Tabel 2.3 Cara Membuat Skoring Penentuan Priotitas..................................19

xi 
 
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
 
 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Asuhan Keperawatan Keluarga Pasien Kelolaan


Lampiran 2 Kartu kontrol Tekanan darah Pasien Kelolaan
Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup

xii 
 
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

 

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini merupakan latar belakang penyusunan karya ilmiah, perumusan masalah,
tujuan penulisan (tujuan umum dan tujuan khusus), serta manfaat dari penulisan
karya ilmiah ini.

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan daerah perkotaan semakin pesat seiring dengan meningkatnya


kesempatan untuk hidup lebih baik, namun juga meningkatkan berbagai masalah.
WHO (2014) dalam situsnya menyebutkan diprediksi pada tahun 2050, 70 persen
penduduk dunia akan tinggal di daerah perkotaan. Perubahan ini berdampak
signifikan terhadap kesehatan yang dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan
pemerintahan kota; karakteristik populasi; lingkungan; sosial ekonomi; keamanan
pangan; dan pelayanan kesehatan di daerah perkotaan. Kemiskinan di dalam kota
juga berkaitan erat dengan rendahnya kualitas hidup dan meningkatnya masalah
kesehatan di berbagai rentang usia (Jones, 2000; Lundy & Janes, 2009).

Salah satu masalah kesehatan yang disebutkan pada daerah perkotaan adalah
Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM terjadi akibat dari gaya hidup yang buruk.
WHO mempublikasikan pravalensi peningkatan tekanan darah pada penduduk
dunia yaitu 29,2 % laki-laki dan 24,8% pada wanita pada tahun 2008 (World
Health Statistic, 2013). Lebih lanjut Hasil Riskesdas (2013) menyebutkan bahwa
angka hipertensi secara nasional dari cakupan nakes terhadap 36,8 persen
penduduk yaitu 25,8 persen. Prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis tenaga
kesehatan dan pengukuran terlihat meningkat seiring dengan bertambahnya umur
(Riskesdas, 2013).

Tingginya angka pravalensi peningkatan tekanan darah sangat mengkhawatirkan.


Hipertensi sebagaimana telah diketahui dapat mengakibatkana kejadian stroke,
penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, dan komplikasi lainnya. Tekanan darah
yang meningkat diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian di dunia yaitu
sekitar 12,8% dari total penyebab semua kematian. Hipertensi juga menyumbang

   1 Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014



 

57 juta kecacatan atau 3,7% dari total kecacatan (Global Health Observatory,
2014). Indonesia melalui hasil riset Riskesdas (2013) menunjukan angka kejadian
stroke meningkat dari 8,3 per1000 pada tahun 2007 menjadi 12,1 per1000 pada
tahun 2013.

Lansia sendiri sebagai agregat yang besar saat ini mengalami permasalahan PTM
cukup besar. Lansia merupakan kelompok yang rawan dan berisiko karena
ketidaktahuannya mengenai program yang ada atau karena lansia tidak tahu
bagaimana mengakses pelayanan kesehatan (Lundy & Janes, 2009). Lansia
dengan penurunan fisik dan psikologis memerlukan bantuan dalam menghadapi
masalah-masalah kesehatan dirinya. Lansia secara fisik mengalami perubahan
dalam ketebalan pembuluh darah dan juga penurunan fisik lainnya yang
mengakibatkan pompa jantung meningkat. Lansia secara psikologis terjadi
perubahan seperti kehilangan, pekerjaan, penghasilan, kebutuhan eksistensi yang
dapat memperngaruhi dan menjadi stressor pada lansia.

American Health Association (AHA) tahun 2011 mempublikasikan cara


perawatan dan pencegahan perburukan hipertensi pada lansia adalah dengan
melakukan pembatasan garam, diet hipertensi, minum obat yang teratur, tidak
merokok, meningkatkan aktifitas fisik, menurunkan berat badan. Pembatasan
garam dan diet secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah pada lansia
dibanding dewasa (AHA, 2011). Lansia yang meningkatkan masukan potasium
dari buah dan sayur dapat menurunkan tekanan darah, terutama bagi yang sangat
terbiasa dengan konsumsi garam tinggi (AHA, 2011). Pola makan atau yang biasa
dikatakan diet dapat mengontrol tekanan darah lansia.

Pravalensi hipertensi di perkotaan lebih tinggi dari pedesaan yaitu 26,1 persen dari
25,5 persen. Pravelensi Provinsi hipertensi tertinggi yaitu di Bangka Belitung
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan
Jawa Barat (29,4%). Depok sebagai salah satu Kabupaten Kota di Jawa Barat
berdasarkan profil kesehatan tahun 2012 digambarkan bahwa hipertensi
merupakan penyakit PTM terbesar yaitu sebesar 53,9 persen.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014



 

Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi peningkatan tekanan darah oleh
pemerintah baik pada tingkat nasional hingga lokal telah dilakukan. Upaya
Pemerintah pusat dalam hal ini yaitu mengembangkan upaya promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan kuratif-rehabilitatif. Upaya tersebut didapat
dalam pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas. Puskesmas memiliki program
untuk menanggulangi PTM. Pusat Pembinaan Terpadu (Posbindu) juga
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pada lansia
dan masyarakat. Profil Kesehatan Depok (2013) menggambarkan sebagai upaya
untuk memberikan pelayanan kesehatan pra usila dan usila yaitu memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan baik di puskesmas dan
posyandu lansia. Upaya ini menghasilkan lansia yang terlayani kesehatannya
berjumlah 36,56 persen. Kegiatan yang telah dilakukan pemerintah depok yaitu
melakukan pelatihan kader Posbindu guna meningkatkan keterampilan kader
dalam melayani lansia. Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun 2011 juga telah
memberikan seminar kepada 200 lansia yang berasal dari 11 kecamatan untuk
menginformasikan seputar kesehatan lansia. Puskesmas Santun Lansia pada tahun
2013 telah dilaksanakan di lima Puskesmas, salah satunya Puskesmas Sukatani.

Meskipun telah dilakukan beberapa upaya diatas pada kenyataannya angka


penderita hipertensi masih besar. Perawat sebagai tenaga kesehatan berperan
penting dalam menanggulangi PTM. Peranan perawat tersebut salah satunya di
komunitas untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Perawat komunitas
berperan dalam praktik keperawatan yang berfokus pada populasi dan komunitas
untuk meningkatkan pencegahan penyakit dan ketidakmampuan masyarakat
(Stanhope & Lancaster, 2000). Program Perawatan Komunitas yang telah
diupayakan di Indonesia yaitu Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
yaitu perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masarakat dengan dukungan
peran serta aktif masyarakat yang mengutakamakan pelayanan promotif dan
preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rahabilitatif yang diberikan secara
menyeluruh melaui individu , keluarga, kelompok masyarakat sehingga mandiri
dalam upaya kesehatannya (BPSDM, 2014). Namun pada kenyataannya dengan
minimnya program ini masih memiliki berbagai kendala salah satunya kesiapan
puskesmas dan SDM dalam menjalankannya. Penanggulangan masalah hipertensi

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014



 

pada lansia memerlukan program peningkatan kesehatan masyarakat, pendidikan


kesehatan, dan perbaikan kemampuan keluarga untuk merawat lansia dengan
hipertensi. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut
adalah dengan melakukan asuhan keperawatan komunitas yang ditujukan kepada
individu, keluarga, dan kelompok yang berisiko tinggi melalui pendekatan
keluarga.

Wilayah di Depok yang menjadi tempat praktik asuhan keperawatan komunitas


yaitu kecamatan Tapos memiliki pravelensi lansia dengan Hipertensi cukup
tinggi. Berdasarkan hasil survey di salah satu wilayah cakupan Puskesmas
Sukatani Kecamatan Tapos yaitu RW 22 memiliki jumlah lansia( >60 tahun)
adalah sebanyak 45 orang. Lansia yang memiliki masalah hipertensi di wilayah ini
sebesar 69,7% lansia dari 33 lansia yang dilakukan survey.

Keluarga merupakan sistem pendukung dasar lansia untuk mempertahankan status


kesehatannya. Oleh karena itu, pentingnya keluarga memahami tugas kesehatan
keluarga untuk mencegah komplikasi hipertensi. Asuhan Keperawatan keluarga
sangat berperan dalam meningkatkan kemandirian keluarga dalam meningkatkan
perilaku pencegahan hipertensi dan perawatan hipertensi pada lansia.. Sistem
keluarga membentuk terlahirnya keputusan-keputusan dalam keadaan sehat
hingga sakit. Selain itu keluarga juga mempengaruhi perilaku individu dalam
melakukan pencegahan dan perawatan masalah kesehatan. Oleh karena itu penting
adanya dukungan dan pemahaman keluarga yang baik untuk memenuhi tugas
kesehatan anggota keluarga terutama lansia dengan hipertensi.

Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada


masyarakat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan masalah hipertensi pada
lansia. Praktik penulis diawali dengan melakukan screening bersama dengan
kader kesehatan untuk mengunjungi rumah dengan lansia yang dilakukan di RW
22 Kelurahan Sukatani. Penulis menilai status kesehatan lansia dan menentukan
keluarga kelolaan yaitu keluarga dengan lansia hipertensi.

Asuhan Keperawatan dilakukan pada keluarga Bapak R selama tujuh minggu


bertempat di RT 03 RW 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos, Kota Depok.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014



 

Keluarga Bapak R (28 th) memiliki nenek N (68 tahun). Keluarga Bapak R
merupakan keluarga extended family dan memiliki masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan diri terkait hipertensi pada lansia.

Nenek N memiliki hipertensi sejak dua tahun yang lalu dengan tekanan darah
180/110 mmHg. Status hipertensi nenek N berdasarkan WHO termasuk kategori
hipertensi Berat. Nenek N mengonsumsi obat Captopril 1x12,5 mg yang diminum
setiap hari. Nenek N tidak merasakan tanda dan gejala seperti pusing, mata
kunang-kunang, sulit tidur, dan sesak napas. Nenek N memiliki riwayat dirawat
karena tekanan darah >200/110 dan saat itu merasakan gejala pusing, mata
kunang-kunang, dan sulit tidur. Pola makan Nenek N sejak muda dan hingga saat
ini sangat menyukai makanan yang gurih dan asin. Nenek N makan 2xsehari
dengan lauk pauk yang gurih dan ikan asin. Beliau setiap hari mengonsumsi
makanan ikan asin dan merasa tidak enak jika makan tanpa ikan asin. Cemilan
yang selalu dimakan nenek N yaitu kerupuk gurih. Pola olahraga yaitu Nenek N
tidak berolahraga rutin.

Asuhan keperawatan lansia dengan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri


menggunakan tahapan asuhan keperawatan dalam pendekatan keluarga yang
berfokus pada pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan intervensi,
implementasi, dan eveluasi (Friedman, Bowden, dan Jones. 2003). Pengkajian
yang diimplementasikan dilakukan melalui proses wawancara dan observasi
perilaku anggota keluarga untuk mendapatkan data yang berfokus pada masalah
keluarga. Perencanaan intervensi dan implementasi dilakukan sebagai strategi
untuk mengatasi ketidakefektifan manajemen kesehatan diri lansia dengan
hipertensi. Evaluasi dilakukan untuk menilai kemampuan keluarga dalam
merawat lansia dengan hipertensi. Asuhan keperawatan yang diberikan penulis
juga mengacu pada lima fungsi tugas menurut Maglaya (2009). Kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat penting untuk
meningkatkan status kesehatan lansia di rumah.

Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Bapak R melalui pendidikan


kesehatan dan pemberian informasi berpedoman pada tugas kesehatan keluarga
terkait masalah pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi. Perawat menjelaskan

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014



 

pengertian hipertensi, penyebab, tanda dan gejala hipertensi, dan akibat hipertensi.
Perawat mendiskusikan dengan keluarga mengenai perawatan anggota keluarga
yang memiliki masalah hipertensi, upaya untuk mengontrol hipertensi,
mendemontrasikan menyusun menu makanan pada diet hipertensi, cara memilih
dan mengolah makanan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan, penyusunan
jadwal makan, dan mengurangi garam untuk lansia dengan hipertensi

Penulis memiliki intervensi yang efektif dalam pemberian asuhan keperawatan


keluarga dari beberapa implementasi yang telah dilakukan. Intervensi tersebut
adalah penyusunan menu diet hipertensi, pembatasan makanan yang dihindari,
dan makanan yang tidak boleh. Implementasi mengenai penyusunan makanan
untuk diet hipertensi dipilih karena setelah dilakukan evaluasi terjadi peningkatan
pengetahuan dan penurunan tekanan darah diastol 10 mmHg pada lansia.
Keluarga bapak R, khususnya Nenek N terlihat mulai menyediakan menu
makanan gizi seimbang dengan memperhatikan makanan yang dibatasi, dihindari,
dan diperbolehkan. Pengurangan garam dapat menurunkan 7,6/3.3 mmHg,
sedangkan jika dilakukan multi treatment non farmakologi dalam suatu penelitian
menunjukan perubahan 4,2/4,9 mmH (Maddens, Imam, & Ashkar. 2005).
Penelitian di Kanadia dengan melibatkan lansia dengan menerapkan multifaktor
treatment nonfarmokologik dapat menurunkan tekanan darah 11/8 mmHg setelah
12 bulan intervensi (Rabkin, 1994 dalam Stanhope & Lancester, 2010). Pada
Nenek N perubahan tekanan darah selama intervensi 5-10 mmHg dengan
intervensi manajemen diet.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi (2013) dalam salah satu seminar Gizi
menyampaikan prinsip dalam upaya penanggulan PTM yaitu dengan
melaksanakan pencegahan pada semua siklus kehidupan yaitu dengan memenuhi
gizi dan kesehatan agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan. Prinsip selanjutnya
yaitu menerapkan Pedoman Gizi Seimbang yang difokuskan pada peningkatan
konsumsi sayur dan buah, pangan hewani dengan mengurangi lemak serta minyak
dan membatasi gula dan garam. Selanjutnya menggerakan masyarakat untuk
melakukan aktifitas fisik dan menimbang berat badan secara teratur. Hal ini
dikuatkan oleh rekomendasi AHA mengenai pencegahan dan penurunan tekanan

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014



 

darah melalui diet yang dilakukan pada lansia menunjukan hasil yang baik. Lansia
mampu melakukan diet hipertensi secara berkesinambungan terutama dalam hal
menurunkan berat badan berlebih dan pengurangan garam dalam jangka waktu
yang lama (AHA ,2006).

1.2. Rumusan Masalah


Lansia dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologi mengalami penurunan akibat
proses degeneratif(penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul
pada usia lanjut. Penyakit tidak menular terbesar yang terjadi pada lansia secara
signifikan terus naik yaitu hipertensi. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
mengakibatkan kematian dan kecacatan seperti serangan stroke, jantung, dan
ginjal, dan komplikasi lainnya. Permasalahan ini jika tidak teratasi akan
menambah beban ekonomi dan sosial masyarakat.

Hipertensi pada lansia merupakan penyakit PTM terbesar sehingga perlu


mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak. Menurut hasil survey di
Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos pada bulan Mei 2014 terdapat 45 lansia
yang berusia lebih dari 60 tahun. Hasil penyebaran angket menunjukkan sebanyak
23 dari 33 responden (69,7%) memiliki hipertensi, 57,6% lansia merasakan tanda
dan gejala seperti pusing, rasa berat atau sakit ditengkuk, 78,8% lansia tidak
melakukan olah raga minimal 1 kali seminggu dan terdapat 21,2% lansia tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berada dekat lingkungan tempat
tinggalnya. Masyarakat lansia RW 22 lebih dominan 63,6% tidak baik dalam hal
perawatan maupun pencegahan hipertensi seperti masih mengonsumsi kopi,
makanan tinggi garam, gorengan dan makanan bersantan. Selain itu hasil
wawancara kader menyebutkan masih rendahnya angka kunjungan lansia ke
Posbindu.

Berdasarkan hal tersebut, perawat melakukan asuhan keperawatan keluarga untuk


meningkatkan pengetahuan keluarga terkait perawatan hipertensi melalui
intervensi diet hipertensi dengan memperhatikan makanan yang dihindari, tidak
diperbolehkan, dan diperbolehkan sebagai upaya meningkatkan status kesehatan
keluarga, terutama lansia dengan hipertensi. Intervensi mengenai diet hipertensi

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014



 

merupakan salah satu upaya dalam asuhan keperawatan keluarga yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya mengelola
makanan pada lansia. Pengelolaan makanan pada lansia bertujuan juga untuk
menurunkan tekanan darah lansia baik diastole ataupun sistole sehingga dapat
mengontrol tekanan darah. Tulisan ini akan menjawab pertanyaan apakah dengan
intervensi diet hipertensi mampu mengontrol tekanan darah Nenek N pada
keluarga Bapak R.

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang diet hipertensi untuk mengontrol tekanan darah
lansia dengan hipertensi pada keluarga Bapak R di RW 22 Kelurahan Sukatani,
Kota Depok dengan masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri terkait
dengan hipertensi pada lansia

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus karya ilmiki ini memberikan gambaran mengenai:

1.3.2.1 Masalah keperawatan kesehatan perkotaan


1.3.2.2 Masalah keperawatan pada klien lanjut usia dengan hipertensi di wilayah
RW 22 Kelurahan Sukatani
1.3.2.3 Mengenai asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan hipertensi
1.3.2.4 Mengenai intervensi keperawatan berupa diet hipertensi pada lansia

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Karya ilmiah ini dapat memperkaya informasi dan pengembangan di bidang
pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam
lingkungan keluarga mengenai pentingnya mengefektifkan manajemen kesehatan
melalui pola makan diet hipertensi. Melalui tulisan ini diharapkan bagi pendidikan
keperawatan dapat menjadi masukan agar dapat menerapkan kurikulum kepada

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014



 

mahasiswa mengenai intervensi-intervensi yang dapat dikembangkan kepada


lansia yang hipertensi.

1.4.2 Pelayanan Keperawatan


Karya ilmiah ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan keperawatan
melakukan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan mengenai pola makan
pada diet hipertensi dalam upaya melakukan pencegahan hipertensi komplikasi.
Penulisan ini dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi
program perawat kesehatan masyarakat, khususnya program lansia di Puskesmas
Sukatani dalam mengembangkan media promosi kesehatan tentang diet hipertensi
pada lansia dan pendidikan kesehatan pada keluarga dengan masalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan diri hipertensi pada anggota keluarga yang
lansia. Program perkesmas yaitu kegiatan luar gedung seperti kunjungan keluarga
juga diharapkan dapat meningkatkan perilaku perawatan seperti diet hipertensi
pada keluarga.

1.4.3 Penelitian Selanjutnya


Tulisan ini dapat menjadi diharapkan dapat menjadi data dasar dalam
mengembangkan penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan
perilaku pengaturan pola makan atau diet hipertensi pada keluarga dengan lansia
hipertensi

1.4.4. Bagi keluarga


Tulisan ini diharapkan mampu meningkatkan kemandirian keluarga untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengontrol tekanan darah secara mandiri
melalui program diet hipertensi pada lansia.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


10 
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan beberapa teori yang disusun secara sistermatis sebagai
landasan teori dalam penyusunana karya ilmiah ini. Tinjauan pustakan dalam
karya ilmiah ini mengenai konsep keperawatan atau kesehatan masyarakat
perkotaan, keluarga dengan lanjut usia, dan strategi asuhan keperawatan keluarga
lanjut usia dengan hipertensi.

2.1. Konsep Keperawatan Perkotaan


2.1.1. Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Masyarakat merupakan sistem terbesar dalam populasi. Laverack (2004 dalam
Sines, Saunders, dan Burford, 2013 ) mengidentifikasi karakteristik masyarakat
yaitu adanya dimensi spasial yaitu tempat atau lokasi, kesamaan ketertarikan,
identitas, saling berbagi kebutuhan dan adanya interaksi sosial serta hubungan
diantara individu. Paul B.Horton dan C.Hunt menambahkan masyarakat
merupakan perkumulan manusia yang relatif madniri, hidup bersama dalam waktu
yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah, mempunyai kebudayaan serta saling
berinteraksi (dalam Sines, Saunders, dan Burford, 2013 ). Dewasa ini
pertumbuhan masyarakat kota yang berasal dari urbanisasi semakin meningkat
dengan harapan dapat hidup lebih baik dan dapat mencapai impian di kota.

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) No 37 Tahun 2010 menyebutkan


perkotaan adalah status suatu wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan yang
memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan. Kriteria wilayah perkotaan
adalah persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah
tangga pertanian, dan keberadaan atau akses terhadap fasilitas perkotaan. BPS
(2010) telah membuat tabel skor penilaian status wilayah. Skor karakteristik
perkotaan yaitu adanya kepadatan penduduk perkm 10.000-1.000.000 jiwa,
persentasi rumah tangga pertanian kurang dari lima persen, dan aksess fasilitas
perkotaan seperti: sekolah, hotel, pasar, bioskop, pertokoan, rumah sakit, dan
presentase rumah tangga dengan listrik. Daerah Perkotaan memiliki kegiatan

    10 Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


11 
 

utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat


pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Masyarakat perkotaan kebanyakan berasal dari urbanisasi. Urbanisasi adalah


perpindahan masyarakat dari desa ke kota dengan harapan dapat hidup lebih baik.
Oleh karena itu masyarakat perkotaan sering disebut dengan masyarakat urban.
Masyarakat urban menghadapi beberapa stressor. Kemiskinan pada masyarakat
urban telah menjadi sumber berbagai masalah di kota, khususnya terkait
kelaparan, masalah kesehatan, penyakit menular karena kepadatan, kekerasan,
tidak tercukupinya kebutuhan perumahan (Lundy & Janes, 2009).

Kemiskinan di dalam kota berkaitan erat dengan rendahya kualitas hidup dan
peningkatan masalah kesehatan di rentang semua usia. Beberapa masalah
kesehatan tersebut yaitu peningkatan angka kematian ibu dan angka kematian
anak (Jones. 2006), dan kematian karena penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal,
dan angka bunuh diri (Cheung & Hwang, 2004 dalam Lundy & Janes, 2009).
Pada abad 20 an masyarakat perkotaan berkontribusi terhadap peningkatan kasus
obesitas, kurangnya keterikatan sosial, meningkatnya stress karena kemacetan dan
kehidupan yang penuh dengan tekanan, tidak memiliki waktu untuk berolahraga,
dan masyarakat yang lebih individual.

Gerakan kesehatan masyarakat perkotaan telah diinsiasi oleh WHO di eropa


dengan membuat The International Healthy Cities Foundation (IHCF) pada
tahun 1994. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk meningkatkan level kesehtan
untuk semua penduduk kota di dunia. Program kesehatan masyarakat perkotaan
yaitu dengan memberikan perhatian lebih untuk memodifikasi sosial dan fisik,
lingkungan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan kesehatan individual.
Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan infrastruktur untuk
komunikasi kesehatan, alat-alat kesehatan, dan pelatihan dan pelayanan kesehatan
(Lundy & Janes, 2009)..

Upaya kesehatan masyarakat perkotaan salah satunya dengan tersedianyfasilitas


pelayanan kesehatan dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut. Pelayanan tingkat

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


12 
 

dasar yaitu adanya puskesmas dan rumah sakit pada tingkat lanjut. Selain fasilitas
kesehatan masyarakat perkotaan juga mudah terpapar dengan beragam informasi
kesehatan melalui televisi, media cetak, dan elektronik, serta akses teknologi.

Meski demikian akses pelayanan kesehatan masih dirasakan sulit oleh masyarakat
perkotaannya khususnya pada masyarakat miskin berkaitan dengan biaya. Namun
solusi ini sudah ada sejak awal tahun 2014 telah diberlakukan jaminan kesehatan
nasional. Masyarakat miskin telah dibayarkan oleh pemerintah melalui Penerima
Bantuan Iuran. Namun, paradigma masyarakat masih banyak yang menganggap
bahwa pelayanan kesehatan mahal dan harus mengeluarkan uang banyak dari
kantongnya. Hal inilah yang sering menghambat masyarakat datang ke pelayanan
kesehatan baik di perkotaan atau di pedesaan.

2.1.2. Masalah Gaya Hidup dan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan


Kecenderungan masyarakat kota lebih banyak menderita hipertensi dihubungkan
dengan gaya hidup masyaraka kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi
seperti stress, obesitas, kurangnya olahraga, merokok, alkhoholm dan maknan
yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan
yang mengarah pada sajian siap santap mengandung tinggi lemak, protein, dan
garam tinggi, namun rendah serat pangan. Hal ini membawa konsekuensi
berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi (Zuraidah, Maksuk, &
Apriliadi. 2012)

Perubahan gaya hidup tersebut mengubah epidimiologi penyakit dari penyakit


menular menjadi penyakit tidak menular (Kemenkes, 2012). Perubahan gaya
hidup pada masyarakat perkotaan ditandai dengan perubahan pola makan. Pola
makan yang bersifat trasional mengandung sayura dan serat berubah menjadi
kebara-baratan, yang mengandung lemak jenuh, protein, garam, dan sedikit serat
(Suyono, 1992). Rumah makan cepat saji yang sangat menjamur membuat
makanan menjadi lebih praktis untuk dikonsumsi dengan harga terjangan tanpa
perlu memasak. Selain itu kesibukan waktu bekerja juga membuat sebagian
masyrakat mengalami penurunan aktifitas fisik yang sehat seperti olahraga,
rekreasi sehingga meningkatkan risiko penyakit tidak menular (Suyuno, 1992
dalam Kemenkes, 2012).

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


13 
 

Penyakit tidak menular atau penyakit kronis biasanya mulai muncul pada usia
dewasa tengah setelah paparan yang cukup lama terhadap gaya hidup yang buruk.
Gaya hidup yang mempengaruhi adalah penggunaan rokok, kurang aktifitas fisik,
dan konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh, gula, garam, dan makanan
sejenis fast food (Steyn & Damasceno, 2006). Gaya hidup ini meningkatkan risiko
seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes, dan obesitas.

Angka kesakitan lansia adalah proporsi penduduk lansia yang mengalami masalah
kesehatan hingga mengganggu aktifitas. Angka kesakitan lansia di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 26,93% artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat
27 orang yang diantaranya mengalami sakit (Kemenkes, 2013). Faktor yang
mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh lansia adalah pola hidup yang
dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup yang kurang sehat berdampak pada
penurunan daya tahan tubuh dan masalah umum yang dialami adalah rentannya
terhadap berbagai penyakit (Kemenkes, 2013).

Lansia di Indonesia melalui Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)


digambarkan bahwa keluhan kesehatan lansia yang paling tinggi adalah jenis
keluhan lainnya (32,99 %). Jenis keluhan lainnya yang dimaksud adalah keluhan
yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi dan
darah rendah serta diabetes. Penyakit Tidak Menular adalah penyakit degenertif
karena berhubungan dengan proses degerenarsi (ketuaan). Selain itu PTM atau
disebut juga non communicable disease karena dianggap dapat menular melalui
gaya hidup dimana gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual,
dan komunikasi global (Kemenkes, 2013). Gaya hidup merupakan faktor risiko
tinggi penyakit ini. Pravelensi indonesia sendiri hipertensi merupakan penyakit
tidak menular terbesar saat ini sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi
terutama di daerah perkotaan karena faktor risiko yang lebih besar.

2.2. Keluarga dengan Lansia


2.2.1. Keluarga dengan Lansia
Pertumbuhan data demografi lansia semakin meningkat setiap tahunnya.
Pertumbuhan ini menjadi peluang bagi perawat komunitas untuk memiliki
kemampuan gerontologi dalam memberikan pelayanan. Dua pertiga perawat yang

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


14 
 

ada saat ini diperkirakan bekerja untuk merawat lansia (Simon, 1998 dalam
Stanhope & Lancester, 2000). Lansia di Indonesia adalah orang yang telah
menginjak usia 60 tahun atau lebih. Lansia memiliki karakteristik terhadap adanya
proses penuaan baik secara fisik ataupun psikologis.

Keluarga merupakan suatu keterikatan dua orang atau lebih yang diikat oleh
kebersamaan dan ikatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Keluarga bergabung bersama diikat oleh perkawinan, darah, adopsi, dan lainnya
yang berada dalam satu rumah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Oleh karena
itu keluarga merupakan keterikatan dua orang atu lebih dimana ada kebersamaan
dan diikat oleh perkawinan, darah, adopsi dan cara lainnya yang saling
menyatukan diri dan mengidentifikasi sebagai keluarga.

Keluarga harusnya menyediakan perawatan kepada anggoa keluarga yang telah


lansia (Kaakinen, Duff, Coehlo, Hanson, dkk.2010). Penelitian menunjukan
bahwa keterikatan keluarga yang kuat memiliki karakteristik adanya afeksi, saling
menyayangi, dan menyebarkan nilai (Rossi & Rossi, 1990 dalam Kaakinen, Duff,
Coehlo, Hanson, 2010). Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan
dan proses terapeutik pada setiap rentang sehat sakit anggota keluarga. Tahap
perkembangan keluarga dengan lansia memasuki tahap kedelapan yaitu keluarga
dengan pensiun dan usia lanjut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Tugas pekembangan keluarga dengan lansia menurut Friedman, Bowden, &


Jones (2003) yaitu keluarga mempertahankan kepuasan hidup, beradaptasi
terhadap perubahan finansial, mempertahankan status pernikahan, menerima
kehilangan pasangan, mempertahankan keterikatan kekeluargaan, dan melakukan
life review dan mempertahankan eksistensi.

2.2.2. Lansia sebagai Agregat Rawan (Vulnerable)


Vulnerable didefinisikan sebagai kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi
untuk rentan terkena berbagai masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2000).
Lansia dikategorikan vulnerable karena pada usia lansia terjadi penurunan baik
secara fisik dan psikososial sehingga meningkatkan risiko. Berkaitan dengan

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


15 
 

hipertensi pada lansia terjadi elasitisitas pembuluh darah yang menurun sehingga
mengakibatkan risiko terjadi tekanan darah tinggi. Selain itu secara psikososial
lansia menghadapi keadaan kehilangan sehingga menambah stressor yang jika
tidak dapat diadaptasi dengan baik akan menimbulkan masalah psikososial dan
fisik.

Lansia memiliki kerentanan yang tinggi karena lansia hampir kebanyakan


memiliki kondisi kronis, ketidakmampuan fisik, gangguan kognitif, dan
keterbatasan fungsi lainnya. Selain itu lansia juga memiliki ketergantungan
terhadap sistem dukungan mulai dari keluarga, pelayanan kesehatan, dan
kebutuhan lainnya. Potensi keterbatasan mobilitas fisiki juga mengakibatkan
akses untuk mendaptkan transportasi dan kemandirian untuk mendapatkan
pelayanan juga menjadi hambatan bagi lansia (Stanhope & Lancaster, 2000).

2.3. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi


2.3.1. Pengkajian keluarga
Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan tahap pengkajian. Pengkajian
bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada keluarga. Pengumpulan
data dalam pengkajian dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik. Teori/model Family Centre Nursing Friedman (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003) menjelaskan bahwa pengkajian asuhan keperawatan
keluarga meliputi 8 komponen pengkajian yaitu (1) data umum : identitas kepala
keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa,
agama, status sosial ekonomi keluarga, (2) aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan
tahap perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat
keluarga sebelumnya, (3) lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga
dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4)
struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur
peran (formal dan informal), nilai dan norma keluarga.

Selanjutnya yang kelima perawat mengkaji (5) fungsi keluarga: fungsi afektif,
fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga:

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


16 
 

stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga, respon
keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang
disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,
pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga, aspek
pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher,
thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan dari
hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan
keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada (Friedman, Bowden, & Jones,
2003).

Pengkajian status kesehatan pada lansia harus melihat berbagai dimensi yang
mempengaruhi lansia jangka panjang dan komprehensif. Perawatan yang efektif
dari perawat bergantung pada pengkajian yang tepat terhadap status kesehatan
lansia. Instrument yang digunakan harus dapat menjabarkan kondisi kemampuan,
kerusakan yang dialami klien, dan level kapasitas lansia yang dapat berfungsi
(Stanhope & Lancaster, 2000). Dimensi yang perlu ada dalam pengkajian yaitu
sumber sosial, sumber ekonomi, kesehatan fisik, kesehatan mental, sumber
ekonomi, dan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari (Stanhope & Lancaster,
2000).

Pengkajian fokus pada lansia dengan hipertensi meliputi pemeriksaan tekanan


darah sistole dan diastole, pemeriksaan fisik kardiovaskuler, pola makan, pola
tidur, pola olahraga, dan adanya gangguan akibat hipertensi. Pengkajian tekanan
darah pada lansia setelah dilakukan dikelompokan menjada kategori hipertensi.
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC (2003) :
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi Tekanan Tekanan Diastolik
Sistolik (mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage I 140-150 90-99
Hipertensi II >160 >100
Sumber: Seventh Repot of The Joint National Comittee on Prevention, Detection, Evaluation, dan Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7). NIH Publication: 2003

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


17 
 

WHO dalam publikasinya mengklasifikasikan tiga grade hipertensi yaitu:


Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Tekanan Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Darah
Grade 1 140-159 90-99
Grade II 160-179 100-109
Grade III > 180 >110
Sumber:Linda Brookes, The Updates WHO/ISH Hypertensien Guidelines. 2004

AHA (2006) dalam dokumennya menyebutkan bahwa hipertensi pada lansia


terjadi dikarenakan beberapa hal. Pertama yaitu adanya peningkatan usia yang
dikaitkan dengan perubahan struktur serta fungsi arteri. Penyebab kedua yaitu
adanya penyakit lain yang menyertai seperti stenosis arteri renal, obstructive sleep
apnea, aldosteronism, dan kelainan tiroid. Penyebab lainya yang berkontribusi
yaitu gaya hidup, pengobatan, merokok, kafein, obat NSAIDS, kalsium,
glukotirkotioid.

2.3.2. Diagnosis Keperawatan


Pengkajian yang telah dianalisa akan dikelompokan kepada masalah keperawatan
yang selanjutnya dapat direncakan implementasi. Diagnosis keperawatan adalah
pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respon manusia (Potter &
Perry, 2005). Diagnosis keperawatan keluarga adalah diagnosis yang mencakup
sistem keluarga dan subsistem dari setiap sistem yang ada, serta hasil dari
pengkajian keluarga yang dilakukan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Adapun
diagnosis keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan masalah
kesehatan hipertensi diantaranya ketidakefektifan manajemen kesehatan diri,
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri, ketidakefektifan regimen terapeutik,
gaya hidup sedentary, insomnia, gangguan pola tidur, intoleransi aktifitas, risiko
gangguan perfusi serebral, penurunan kardiak output, ketidakseimbangan nutrisi
lebih dari kebutuhan tubuh.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


18 
 

Diagnosis hipertensi di keluarga yang dapat diterapkan salah satunya adalah


ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan. Pengertian ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan adalah ketidak mampuan mengidentifikasi,
memanajemen, dan mencari pertolongan untuk mempertahankan kesehatannya
(NANDA International, 2014). Batasan karekteristik yang dimaksud dalam
diagnosis ini adalah ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan,
menunjukan ketidakmampuan dalam mengetahui praktik pemeliharaan kesehatan
dasar, riwayat perilaku tidak mencari pelayanan kesehatan, ketidakmampuan
bertanggungjawab untuk mencapai perawatan kesehatan dasar, gangguan sistem
pendukung, dan ketidakmampuan menunjukan ketertarikan untuk meningkatkan
perilaku sehat (NANDA International, 2014). Diagnosis ini berhubungan dengan
gangguan kognitif, penerimaan diri yang buruk, kemampuan komunikasi yang
kurang baik, penurunan kemampuan motorik, tidak mampu mengambil
keputusan, koping keluarga tidak efekrid, koping individu tidak efektif, tidak
memiliki sumber keuangan dan transporatasi, gangguan persepsi, penekanan
spritual, belum mampu memenuhi tugas perkembangan (NANDA International,
2014).

Diagnosis selanjutnya yang berkaitan dengan keluarga adalah Ketidakefektifan


manajemen kesehatan diri. Pengertian diagnosa ini adalah perilaku meregulasi dan
mengintegrasikan regimen terapetik kedalam kegiatan harian terhadap penyakit,
namun proses itu dirasakan tidak dapat mencapai tujuan atau terdapat rasa
ketidakpuasan klien terhadap hasil (NANDA International, 2014). Batasan
karakteristik pada diagnosa ini yaitu: gagal memasukan regimen terapetik
kedalam aktivitas harian, gagal untuk memulai perilaku menurunkan faktor risiko,
ketidakefektifan permilihan aktivitas harian untuk mencapai tujuan kesehatan,
melaporkan keinginanan untuk mengontrol penyakit, melaporkan kesulitan untuk
melakukan manajemen terapetik. Faktor yang berhubungan dengan diagnosis ini
yaitu; sistem pelayanan kesehatan yang kompleks, sistem regimen terapetik yang
kompleks, konflik pengambilan keputusan, pengetahuan yang kurang, kesulitan
ekonomi, kebutuhan keluarga dan individu yang kelebihan, konflik keluarga, pola
keluarga terhadap pelayanan kesehatan, ketidakadekuatan alasan untuk melakukan
perubahan, kepercayaan terhadap adanya hambatan, kurangnya merasakan

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


19 
 

manfaat, kurangnya merasakan keseriusan masalah, dan kurangnya merasakan


kerentanan, ketidakmampuan, regimen terapetik, dan kurang dukungan sosial
(NANDA International, 2014).

2.3.3. Skoring Masalah Keluarga


Skoring masalah keluarga digunakan untuk menentukan masalah prioritas yang
akan diatasi bersama. Perawat dan keluarga perlu melakukan analisa bersama
untuk menentukan sifat masalah, kemungkinan masalah untuk diubah, dan
potensial masalah untuk dicegah (Nursasi, 2012). Perawat dan keluarga
menentukan sifat masalah apakah termasuk potensial, risiko, dan aktual dengan
mempertimbangkan hasil pengkajian aktual dan data-data subjektif atau objektif.
Perawat dan keluarga mendiskusikan kemungkinan masalah untuk diubah dengan
mendiskusikan sumber-sumber yang ada mendukung serta menghambat masalah.
Perawat dan keluarga mendiskusikan potensial masalah untuk dicegah apakah
rendah, cukup, atau tinggi. Setiap hasil analisa dilakukan skoring dan dikalikan
dengan bobot sehingga didapatkan skoring terbesar utuk masalah yang harus
segera diatasi.

Tabel 2.3 Skoring Penentuan Priotitas


Masalah Keperawatan Keluarga
No Kriteria Skor Bobor
1 Sifat masalah 1
Aktual 3
Ancama kesehatan 2
Keadaan sejahteran 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah 1
Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah berat harus ditangani 2
Ada masalah tapi tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak ditangani 0
Sumber: Friedman, Bowden, & Jones, 2003

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


20 
 

2.3.4. Perencanaan Keperawatan


Perencanaan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul
melalui intervensi keperawatan pada keluarga. Perencanaan adalah sekumpulan
tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Friedman, Bowden, &
Jones, 2003).

Penyusunan perencanaan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari


asuhan keperawatan, tujuan yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus.
Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari
dengan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan Time
oriented) (Carpenito, 2000). Perencanaan asuhan keperawatan juga memuat
tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat.

Tujuan umum dari rencana asuhan keperawatan yaitu diharapkan adanya


peningkatan manajemen kesehatan diri pada lansia dengan hipertensi setelah
dilakukan intervensi dalam waktu tertentu. Selanjutnya perawat merumuskan
tujuan khusus sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal
masalah, memutuskan untuk merawat, melakukan perawatan, memodifikasi
lingkungan dan pergi ke pelayanan kesehatan. Hasil yang diharapkan pada tujuan
keluarga mengenal masalah adalah keluarga dapat menyebutkan pengertian
hipertensi, penyebab, dan tanda serta gejala hipertensi. Tujuan khusus keluarga
dan klien memutuskan masalah adalah dengan keluarga menyebutkan dan
memahami akibat dari masalah jika tidak tertangani. Selanjutnya merawat
masalah dengan cara mengenalkan cara perawatan yang dapat dilakukan dirumah
oleh klien dan keluarga. Klien dan keluarga selain memahami diharapkan juga
dapat melakukan demonstrasi metode perawatan. Modifikasi lingkungan yaitu
dengan cara keluarga dan klien meningkatkan dukungan eksternal klien baik
berupa lingkungan fisik atau dukungan sosial. Pelayanan kesehatan merupakan
tujuan akhir dimana keluarga dan klien mampu membawa ke pelayanan kesehatan
apabila ada anggota keluarga yang sakit.

Tujuan dari perawatan pada lansia adalah untuk mengoptimalisasi status


kesehatan dan fungsi dan untuk meminimalkan penurunan serta kerusakan fungsi

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


21 
 

(Stanhope & Lancaster, 2000). Penyakit kronis yang salah satunya hipertensi,
penyelesaian masalah atau penyembuhan tidak selalu diharapkan. Oleh karena itu
aktivitas keperawatan harus lebih holistik, memfasiltiasi fungsi, kesejahteraan,
dan masalah psikologis (Stanhope & Lancaster, 2000) . Lansia dengan penyakit
kronik lebih mengutamakan healing daripada curing. Healing adalah proses unik
yang dihasilkan pada perubahan tubuh/pikiran/dan motivasi. Sedangkan curing
adalah proses untuk menghilangkan tanda dan gejala. Eliopoulus (1997 dalam
Stanhope & Lancester. 2000) ada beberapa tujuan pada perawatan lansia dengan
masalah kronik yaitu; mempertahankan atau meningkatkan kapasitas perawatan
diri, memanajemen penyakit secara efektif, mendorong kemampuan healing diri,
mencegah komplikasi, menunda kerusakan dan penurunan fungsi, mendorong
klien dapat mencapai kualitas hidup yang tinggi sebisa yang klien capai, dan
mempersiapkan klien meninggal dengan tenang, damai, serta penuh rasa
terhormat.

AHA (2011) menyarankan treatment yang dapat dilakukan selain penggunaan


obat pada lansia adalah treatment non-famakolgi. Penekanan terhadap perubahan
gaya hidup yang dimulai dengan berhenti merokok, menurunkan berat badan dan
stress mental, memodifikasi kelebihan garam dan masukan alkohol, serta
meningkatnya aktifitas fisik. Penurunan berat badan yang dikombinasikan dengan
pembatasan garam dapat bermanfaat menurunkan tekanan darah (AHA, 2011).
Pengaturan diet rendah garam juga sangat berdampak baik pada lansia dibanding
dewasa. Peningkatan makanan mengandung potassium yang berasal dari buah dan
sayur juga dapat menurunkan tekanan darah terutama pada individu dengan pola
makan yang terbiasa banyak garam. Latihan aktifitas fisik yang sedang dan
intensitas rutin dapat menurunkan tekanan darah (AHA, 2011).

2.3.5. Implementasi Keperawatan


Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan intervensi yang telah dibuat.
Implementasi yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah
hipertensi pada lansia dapat menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan
keluarga menurut Maglaya (2009) yaitu menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


22 
 

keluarga terdiri dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat


keluarga dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan.

Implementasi keperawatan dapat memfasilitas kesehatan lansia dan orang yang


merawatnya serta berkontribusi terhadap peningkatan makna hidup. Elliopoulus
(1997 dalam Stanhope & Lancester. 2000) menggunakan cara yaitu; melatih
teknik merawat, cara penggunakan obat yang aman, mengindentifikasi keterbatas,
dan memfasilitasi sumber-sumber yang ada. Perawat secara perlahan membiarkan
lansia dan yang merawatnya dapat melakukan dan memenuhi kebutuhan
hidupnya, selain itu perawat juga perlu melatih orang yang merawat lansia untuk
dapat memfasilitasi tidur yang berkualitas, istirahat, olahrga, nutrisi, sosialisasi,
dukungan, kebutuhan finansia, dan manajemen kesehatan diri.

Selain melakukan pengobatan penderita hipertensi juga harus melakukan diet.


Penderita hipertensi harus melakukan pembatasan asupan lemak jenuh yang
dianjurkan adalah 27 persen dari total energi dan. Selain itu diet dilakukan
dengan pembatasan natrium dan sodium. Asupan natrium yang berlebih akan
menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga volume darah meningkat.
Kecukupan natrium yang dianjurkan dalam sehari adalah + 2400 mg. Konsumsi
garam dapur sekitar 5 gram (setara dengan 1 ½ sdt) (Ramayulis, 2010) perhari.
Natrium perlu juga dihindari dari makanan yang diawetkan dan jero-jeroan.

Keseimbangan kalium dan potassium juga sangat penting untuk memelihara


tekanan darah dan membuat perubahan positif pada tekanan darah penderita
hipertensi. Asupan kalium yang dianjurkan yaitu sebesar >3500 mg/hari
(Ramayulis, 2010). Selanjutnya keseimbangan kalsium, peningkatan asupan
kalsium bisa menurunkan tekanan darah pada beberapa penderita hipertensi.
Kalsium yang dianjurkan 800-1200 mg. Asupan magnesium juga dianjurkan
namun tidak dalam jumlah yang tinggi. Kekurangan magnesium dapat
menyebabkan kejang pada pembuluh darah arteri. Adapun magnesium yang
dianjurkan yaitu > 200-500 mg perhari (Ramayulis, 2010).

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


23 
 

2.3.5.1. Manajemen Diet Hipertensi


Manajemen non-farmakologi yang sangat penting diterapkan oleh individu yang
memiliki hipertensi adalah diet. Diet adalah salah satu cara untuk mengatasi
hipertensi tanpa efek samping yang serius karena metode pengendaliannya yang
alami. Diet adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengatur pola makan. Prinsip
yang dilakukan untuk diet hipertensi adalah adalah sebagai berikut : makanan
beraneka ragam dan gizi seimbang, jenis dan komposisi makanan disesuaikan
dengan kondisi penderita, jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan
penderita dan jenis makanan dalam daftar diet (Vitahealth, 2004). Tujuan dari diet
hipertensi adalah mengurangi asupan garam, memperbanyak serat, menghentikan
kebiasaan buruk, memperbanyak asupan kalium, memenuhi kebutuhan
magnesium . Selain itu diet hipertensi bertujuan untuk penderita hipertensi
menghindari makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterola dan tekanan
darah sehingga tidak mengalami stroke dan infark jantung (Vitahealth, 2004).

Asupan garam harus dikurangi karena dapat menurunkan tekanan darah secara
nyata. Secara umum, individu biasanya mengonsumsi lebih banyak garam dari
kebutuhan tubuh. Idealnya, setiap hari hanya boleh mengonsumsi satu sendok teh
saja atau sekitar 5 gram per hari(Vitahealth, 2004). Pada klien yang telah terkena
hipertensi asupan garam dikurangi sesuai dengan tekanan darah; tekanan darah
140-160 mmHg yaitu ½ sendok teh; tekanan darah 160-180mmHg yaitu ¼ sendok
teh, dan lebih dari 180 mmHg yaitu tidak boleh menggunakan garam (Kemenkes,
2011). Salah satu cara yang dianjurkan untuk mengurangi rasa tawar adalah
dengan menambah bumbu yang mengandung sedikit garam dan memisahkan
garam dari masakan (Kemenkes, 2011).

Serat yang didapatkan dari makanan sayur dan makanan rumahan dapat
memperlancar buang air besar dan menahan asupan natrium. Konsumsi serat 7
gram serat perhari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak
5 poin (Vitahealth, 2004). Menghentikan rokok, kopi, dan alkhohol dapat
mengurangi beban jantung dan jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok
sebagaimana diketeahui dapat meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah
dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


24 
 

Sedangkan alhohol dapat memacu tekanan darah. Selain itu kopi dapat memacu
detak jantung.

Penelitian menunjukan bahwa dengan mengonsumsi 3500 mg kalium dapat


membantu mengatasi kelebihan natrium sehingga volume darah yang ideal dapat
dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium adalah senyawa yang dapat
membuat perbedaan sehingga natrium lebih mudah di keluarkan . Makanan yang
mengandung kalium misalnya satu butir kentang rebus mengandung 838 mg
kalium sehingga 4 butir sudah mencukupi, atau semangkuk bayam mengandung
800 mg kalium ditambah 3 butir kentang. Makanan lain yang kaya kalium adalah
ppisang, sari jeruk, jagung, kubis, dan brokoli. Namun demikian konsumsi kalium
tetap harus diperhatikan tidak boleh kelebihan kalium karena dapat
mengakibatkan gangguan ginjal. Selanjutnya asupan magnesium yang ditemukan
ada hubungan dengan hipertensi. Meski belum ada anjuran konsumsi magnesium
yang dapat menurunkan tekanan darah, namun RDA (recommended Dietary
Allowence) sekitar 350 mg. Sumber makana yang kaya magnesium antara lain
kacang tanah, bayam, kacang polong, dan makanan laut (Vitahealth, 2004).

Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan (2011) dalam panduannya


menyebutkan diet hipertensi sangat penting memperhatikan bahan makanan yang
dianjurkan, bahan makanan yang dibatasi, dan makanan yang dihindari. Bahan
makanan yang dianjurkan meliputi; makanan yang segar seperti sumber
karbohidrat, protein nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang
mengandung serat; makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan
natrium, vetsin, dan kaldu bubuk; sumber protein hewani seperti penggunaan
daging, ayam, ikan, telur ayam atau bebek, dan susu segar. Selanjutnya bahan
makanan yang dibatasi adalah pemakaian garam dapur, penggunaan bahan
makanan yang mengandung natrium seperti soda kue. Terakhir bahan makanan
yang sangat harus dihindari yaitu; otak, ginjal, paru, jantung, dan daging kambing;
makanan yang diolah menggunakan garam natrium seperti, cracker, pastries, dan
kue lain, kripik, dan makanan kering asing; makanan dan minuman dalam kaleng;
makanan yang diawetkan; mentega dan keju; bumbu-bumbu seperti kecap asin,

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


25 
 

terasi, petis, garam, dan saus tomat; makanan yang mengandung alkhohol
misalnya durian dan tape.

Kebutuhan kalori pada lansia menurun dari kebutuhan pada tahap dewasa. RDA
(Recommended Daily Allowance) pada lansia (65-75 tahun) untuk laki-laki sekitar
2300 kkal/hari sedangkan untuk wanita 1900 kkal/hari dan kebutuhan vitamin
serta mineral sama seperti kebutuhan saat dewasa. Pada usia diatas 75 tahun turun
menjadi 2050 kkal/hari. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas
lansia (Stanley, 2005).

Kebutuhan energi total diperlukan untuk metabolisme basal, aktivitas fisik dan
efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (Almatsier, 2004). Ada beberapa
cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita hipertensi. Di
antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya
25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa
faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll. Perhitungan berat
badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai
berikut:
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
rumus dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal = BB ideal ± 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).Indeks massa
tubuh dapat dihitung dengan rumus:
IMT = BB(kg)/ TB2(m)
Klasifikasi IMT
BB Kurang < 18,5
BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih ≥ 23,0
*WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective:RedefiningObesity and its Treatment dalam PERKI (2011)

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain jenis Kelamin, umur,
aktifitas fisik, berat badan. Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


26 
 

pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/
kg BB. Pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk dekade
antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk dekade antara 60 dan 69 tahun dan
dikurangi 20%, di atas usia 70 tahun. Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai
dengan intensitas aktivitas fisik. Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal
diberikan pada kedaaan istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30%
dengan aktivitas sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat. Orang dengan
kegemukan dikurangi 20-30% sedangkan bila kurus ditambah sekitar 20-30%.
Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit
1000-1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200- 1600 kkal perhari untuk pria.

Selanjutnya hal yang penting dalam diet adalah komposisi dan jenis makanan.
Anjuran kebutuhan gizi dan pemenuhan nutrisi yaitu 13 gizi dasar dan seimbang.
Namun jika disimpulkan ada tiga kelompok makanan yang sangat berperan
penting atau paling utama yaitu karbohidrat, protein, dan sayur serta buah
(Almatsier, 2004).

Karbohidrat sederhana dan kompleks diperlukan 50-65% dari kebutuhan kalori.


Protein dibutuhkan oleh tubuh sekitar 10-15% dari kebutuhan kalori. Lemak
sekitar 10-25% dari kebutuhan lemak (Afifah, 2010). Pemilihan makanan seperti
yang dianjurkan yaitu memperhatikan makanan yang boleh dikonsumsi, dibatasi,
dan harus dihindari.

Faktor yang mempengaruhi diet hipertensi salah satunya adalah


kepatuhan.Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap
instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi yang ditentukan baikik
diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji (Stanley, 2007). Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kepatuhan klien dalam mengikuti petunjuk. Feuer Stein
(dalam Faktul, 2009; dalam Muhammadis, 2011) faktor yang mempengaruhi
adala pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, perubahan
model terapi, meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien, dan
umpan balik. Notoatmodjo (2007 dalam Muhammadis 2011) menjelaskan faktor

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


27 
 

yang pendorong yatu: kepercayaan atau agama yang dianut, faktor geografis,
individu atau motivasi internal dan pengetahuan. Faktor penguat kepatuhan
menurut Notoatmodjo (2007 dalam Muhammadis, 2011) yaitu dukungan petugas,
dukungan keluarga, dan fasilitas kesehatan. Oleh karena itu pentingnya
keterlibatan individu dan keluarga dalam proses intervensi yang akan dilakukan.

2.3.6 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan.
Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan
perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga.

Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat


diperlukan agar keluarga dapat meningkatkan status gizi anak balita di rumah.
Depkes RI (2006) mengemukakan kemandirian keluarga yang beorientasi pada
lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga
yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat
kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7
kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima petugas kesehatan, (b) keluarga
menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c) keluarga menyatakan masalah
kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai
dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran,
(f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (g) keluarga
melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada di tingkat
kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II apabila
memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila memenuhi
kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila keluarga
memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7.

Tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) adalah 1)kemampuan


mengenal masalah : definisi, penyebab, dan tanda-tanda masalah, 2)kemampuan
mengambil keputusan : menurut keluarga apa akibat masalah, dan apakah
menurut keluarga sangat penting melakukan penanggulangan masalah,

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


28 
 

3)kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai


masalah kesehatan : apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah, apakah
keluarga mengetahui alternatif perawatan, hambatan apa dalam penanggulangan
masalah di rumah, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan : bagaimana keluarga
mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang
keberhasilan penanggulangan masalah apa yang keluarga ketahui alasan
pentingnya menjaga kesehatan lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas
kesehatan : apa saja yang diperoleh di Polindes/Pustu/Puskesmas/Rumah Sakit,
adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.
 

2.3.6. Peran Perawat Keluarga


Perawat di dalam masyarakat berfokus pada pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan. Perawat berperan dalam tahapan primer, sekunder dan tersier
(Stanhope & Lancaster, 2000). Pencegahan primer pada lansia meliputi;
mencegah stroke, manajemen stress, menurunkan risiko kanker melalui diet, dan
lingkungan yang bersih. Pencegahan sekunder pada lansia yaitu pemeriksaan
tekanan darah,kolesterol, gula darah, dan glukuoma. Terakhir pencegahan tersier
yaitu dengan mengajarkan klien mengenai penyakit kronik bagaimana
mengidentifikasi dan bagaimana mencegah komplikasi (Stanhope & Lancaster,
2000).

Perawat keluarga memiliki peran untuk mengatasi dan memfasiltiasi penyelesaian


masalah kesehatan yang ada. Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam pengambilan
keputusan dan menangani persoalan yang penting untuk kesehatan atau
kesejahteraan di dalam keluarga. Perawat keluarga perlu melakukan tahapan-
tahapan seperti di dalam asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga
evaluasi (Anderson & McFarlane, 2007).

Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat berupa upaya preventif dan
promotif masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga, dalam hal ini berkaitan
dengan pengontrolan hipertensi. Perawat keluarga dapat memberikan informasi

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


29 
 

kesehatan yang berkelanjutan dan memberikan saran kepada keluarga mencakup


komunikasi terkait temuan masalah kesehatan dan cara mengatasinya. Tujuan
pendidikan adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun
perubahan perilaku tidak secara langsung terlihat dalam waktu singkat (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003). Kemampuan kognitif atau pengetahuan yang meningkat
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran keluarga untuk melakukan perubahan.

Perawat keluarga dapat memberikan bimbingan antisipatif pada keluarga


mengenai masalah kesehatan yang bersifat potensial atau fase pertumbuhan dan
perkembangan lansia selanjutnya. Perawat keluarga dapat berperan sebagai
konsultan. Peran perawat sebagai konsultan sering kali memberikan bantuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. keluarga juga dapat
berperan sebagai koordinator, yaitu perawat memastikan bahwa keluarga dapat
melakukan duplikasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003). Penyakit Tidak Menular diperlukan beberapa perubahan
gaya hidup dan kepatuhan untuk terus melaksanakan dan mencegah perburukan
kondisi, sehingga perawat dalam hal ini penting sekali memberikan informasi
dengan meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga keluarga dapat merawat
lansia dengan hipertensi.

2.3.7 Peran Perawat Komunitas


Perawat komunitas berperan penting dalam pengembangan upaya kesehatan.
Perawat komunitas sekarang dapat menggunakan informasi dan advokasi untuk
mempromosikan pendekatan komprehensif pada multi kebutuhan di populasi
beragam yang dilayani (Stanhope & Lancaster, 2000). Oleh karena itu apa yang
dilakukan dan terus dikembangkan oleh perawat komunitas sangat penting.
Peranan tersebut berada sesuai dengan piramida pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan primer, sekunder, dan tersier.

Anderson (2000) menyebutkan ada 3 (tiga) tingkatan dalam penetapan sasaran


keperawatan komunitas, yaitu: Tingkat individu; adapun sasarannya yaitu
individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu, dalam hal ini adalah
masalah yang terbanyak ditemukan dalam masyarakat pada umumnya yaitu,

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


30 
 

masalah kesehatan seperti , hipertensi, gizi, diare, ISPA, diabetes melitus,


gastritis, rematik, gigi berlubang yang dijumpai pada pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas dan klinik. Tujuannya diarahkan pada penanganan masalah kesehatan
individu tersebut. Selanjutnya, tingkat keluarga; adapun sasarannya yaitu keluarga
dengan anggota keluarga yang bermasalah dalam kesehatannya. Tujuan diarahkan
baik kepada individu itu sendiri maupun keluarga secara menyeluruh yang
berhubungan dengan tugas perkembangan keluarga. Terakhir, tingkat komunitas;
pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu, keluarga yang menjadi
bagian dalam kesatuan komunitasnya, pelayanan yang diberikan untuk kelompok,
masyarakat yang mempunyai resiko tinggi dalam memfokuskan komunitas
sebagai klien.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No. 279 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan masyarakat Tahun 2006 dalam
upaya memperkuat pelayanan puskesmas dan meningkatkan kesehatan
masyarakat perawat berperan dalam praktik meningkatkan gaya hidup sehat,
melaksanakan intervensi keperawatan baik langsung dan tidak langsung,
mendukung upaya pemulihan, menyediakan pelayanan komunitas, menyediakan
pelayanan perawatan primer, dan mengevaluasi pelayaan dan kebutuhan
kesehatan. Peran Perawat Puskesmas meliputi, pendidik kesehatan, penemu kasus,
konselor, pemberi layanan kesehatan, role mode, koordinator atau penghubung,
advokat, peneliti, konsultan, pemodifikasi lingkungan, pembaharu, manajer kasus
(BPSDM, 2014).

Perawat puskesmas berperan sebagai pendidik kesehatan dengan memberikan


informasi kesehatan terkait masalah kesehatan baik individu, keluarga, dan
komunitas. Perawat juga berperan dalam melakukan skreening kesehatan
misalnya dengan melakukan survey ataupun pencatatan kasus yang perlu ditindak
lanjuti baik di dalam puskesmas atau diluar puskesmas. Pemberi layanan
kesehatan yang dapat dilakukana perawat adalah memberikan asuhan keperawatan
baik pada klien rawat jalan ataupun rawat inap. Perawat juga menjadi role model
bagi masyarakat dalam menerapkan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari dan
memberikan contoh cara perawatan. Perawat berperan dalam koordinator

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


31 
 

mengelola kesehatan masyarakat dan menjadi penghubung klien yang perlu


dirujuk ke rumah sakit. Masalah kesehatan yang besar dapat diadvokasi oleh
perawat kepada dinas kesehatan setempat untuk diatasi atau ditindak lanjuti.
Perawat juga dapat melakukan penelitian terhadap kasus yang ada ataupun
intevensi yang dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pengembangan ilmu
keperawatan. Konsultasi terkait masalah kesehatan dapat diberikan oleh perawat
dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Perawat dapat juga menjadi agen
pembaharu dan manajer kasus yang ada di puskesmas (BPSDM, 2014)

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


32 
 

BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Bab ini menguraikan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga kelolaan.


Asuhan keperawatan yang diuraikan meliputi pengkajian keperatawan, diagnosis
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.

3.1. Pengkajian Keluarga


Keluarga kelolaan utama perawat adalah keluarga dari Bapak R (28 tahun) dengan
tahap tumbuh kembang keluarga dengan lansia. Tipe keluarga Bpk. R merupakan
keluarga besar (extended family) yang terdiri atas keluarga inti dengan lansia.
Keluarga Bapak R terdiri atas Ibu E (46 th), Nenek N (68 th), Ibu S (23 th), B (24
th), dan Y (19 th). Keluarga Bapak R telah lama tinggal di kelurahan Sukatani, RT
03 RW 22 . Keluarga ini 15 tahun yang lalu tinggal di daerah Kasablanka, Jakarta.
Setelah adanya penggusuran lahan keluarga memutuskan untuk pindah ke
Sukatani.

Keluarga Bapak R menganut agama Islam dan berasal dari suku Jawa. Bapak R
dan berasal dari dari Magetan. Sejak Kecil Bapak R tinggal di jakarta karena
nenek serta ibunya merantau ke jakarta. Bapak R dan istrinya baru saja menikah
tahun lalu. Lima tahun yang lalu orangtua laki-laki Bapak R meninggal. Sejak saat
itu Bapak R menggantikan menjadi kepala keluarga, mengurus ibu, adik, dan
neneknya. Bapak R dan istrinya tinggal serumah sementara sebelum dapat
membeli rumah sambil menunggu kelahiran anak pertamanya.

Bpk. R bekerja di perusahaan konstruksi dengan bekerja sistem proyek. Sehingga


penghasilan yang didapat tidak pasti setiap bulan, hal ini dikarenakan sistem kerja
per proyek. Namun jika dirata-rata penghasilan Bp. R lebih kurang 5 juta
perbulan. Bapak R dan istri menyiasati dengan menabung dan membagi uangnya
agar cukup hingga proyek selanjutnya selesai. Penghasilan tambahan didapat Ibu
E dengan menjual pesananan jamu kunir kepada warga sekitar yang ingin
membeli. Sedangkan Nenek N sendiri sesekali masih mendapat tawaran untuk

    Universitas Indonesia
32
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
33 
 

melakukan pijat bayi dengan biaya sekitar 20.000-50.000. Keluarga mengatakan


pemasukan tersebut lumayan cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari

Kunjungan hari pertama perawat mendapat informasi dari kader RT 03 bahwa


nenek N sudah mengalami hipertensi sejak dua tahun yang lalu. Namun, belum
rajin mengontrol tekanan darah meski mengonsumsi obat setiap hari. Perawat
melakukan pemeriksaan tekanan darah yaitu 180/110 mmHg. Hal ini diakui oleh
Nenek N bahwa setiap pengukuran dia selalu diatas 150 mmHg. Berdasarkan
kategori hipertensi WHO termasuk hipertensi berat. Nadi nenek N 89x kuat,
reguler. Nenek N mengatakan tidak merasakan pusing pada tengkuk, tidak
merasakan sulit tidur, hanya saja dada terkadang berdebar. Keluarga mengatakan
Nenek N pernah dirawat di rumah sakit karena merasa pusing yang berat dan
setelah di tensi hasilnya diatas 200 mmHg. Nenek N dan keluarga mengatakan
tidak ada riwayat hipertensi pada keluarga.

Nenek N mengatakan sejak muda sering bekerja keras dan begadang. Sejak muda
beliau terbiasa makan yang asin dan gurih. Saat ini keluarga mengatakan pola
makan Nenek N yaitu 1-2 kali perhari dengan 1/3-1 porsi. Nenek N mengatakan
hanya makan pagi jam 10.00 dan makan siang pukul 14.00, makan malam jarang
dilakukan. Makanan yang paling disukai yaitu ikan asin dan tahu tempe. Ikan asin
dikonsumsi setiap hari oleh Nenek N. Nenek N mengatakan terbiasa makan asin
dan gurih. Nenek N menyukai nasi yang lembut dan kuah sayur. Cemilan yang
sering dikonsumsi yaitu kripik yang selalu ada di kamarnya. Nenek N mengatakan
mengemil >3x perhari. Pantangan yang dipatuhi yaitu sayur berwarna hijau,
kacang-kacangan dan cabe. Keluarga mengatakan Nenek N memang sering
mengemil keripik dan yang gurih-gurih. Keluarga mengatakan seringkali nenek N
merasa masakan anaknya kurang asin sehingga ia menambahkan garam. Tidak
ada pantangan terhadap santan dan makanan berlemak. Nenek N pantang dan
tidak pernah makan daging kambing. Berat badan nenek N 54 Kg dengan tinggi
badan 145 cm, dengan IMT 25,6 kg/cm2 atau dikategorikan overweight.

Pola BAK Nenek N 1 kali sehari konsistensi agak lembek, terkadang sulit
mengeluarkan jika tidak makan buah. Namun tidak merasakan perih atau sakit
ketika mengeluarkan. Pola minum Nenek N yaitu 5 gelas ukuran 350 cc perhari,

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


34 
 

malam hari 3 gelas ukuran 350 cc. Nenek N mengatakan buang air kecil 1 kali
pada malam hari dan terjaga. Keluarga mengatakan nenek N tidak terbiasa minum
air putih, jadi air yang diminum selalu seduhan teh. Jika buang air kecil Nenek N
berhati-hati. Nenek N sering merasa sering pipis dan sedikit yang keluar. Meski
sering buang air kecil Nenek N mengatakan tidak mengalami masalah. Pola
berkemih anggota lain dikatakan tidak ada yang bermasalah. Ibu S yang sedang
hamil 34 minggu juga sering BAK namun mengatakan dapat mengatasinya.

Pola istirahat Nenek N malam hari pukul 21.30 sudah ketempat tidur. Namun baru
terlelap tidur 21.00WIB. Terjaga pukul 04.00 wib dengan lama tidur sekitar 5-8
jam dan terjaga terkadang-kadang untuk pipis. Ibu mengatakan cukup puas
dengan kualitas tidurnya. Ketika bangun ia merasakan segar. Selama sebelum
terlelap Nenek N tidak sering memikirkan hl-hal yang sedih. Anggota keluarga
lain seperti Bapak R tidur tidak menentu, biasanya tidur pukul 01.00 WIB. Ibu S
dan Ibu E tidur pukul 22 hingga 05.00. Anggota keluarga lainnya tidur pukul
22.00 WIB dan tidak merasa ada gangguan saat tidur.

Pola olahraga yang dilakukan Nenek N tidak rutin. Setiap pagi biasanya berjemur
sambil melihat kolam ikan dan menggerakan badan, dilakukan 5 menit perhari.
Keseimbangan nenek N masih baik. Meski ada senam setiap hari minggu di depan
rumahnya, ia tidak mengikuti karena senam dirasakan berat. Anggota keluarga
lain yang senam adalah ibu E yang aktif senam setiap hari minggu. Ibu S yang
sedang hamil juga sering berjalan setiap pagi 30 menit, sering mengajak nenek N
namun nenek tidak mau. Setiap malam hari sakit panas pada kakinya. Gaya
berjalan normal dan tidak berpegangan dengan dinding. Tempat tidur tidak ada
penyangga. Suasana rumah terang. Nenek N masih ingin melakukan kegiatan
seperti menyuci ataupun membalik pakaian yang dijemur.

Mengenai masalah kesehatan hipertensi keluarga hanya mengetahui tekanan darah


tinggi jika diatas 200. Keluarga mengatakan hipertensi dikarenakan nenek yang
suka makan asin dan sudah tua. Nenek saat ini merawatnya dengan minum obat
captopril 1x12,5 mg. Tanda dan gejala seperti pusing tidak dirasakan oleh nenek
N. Nenek mengatakan akibatnya adalah stroke. Nenek tidak tahu bagaimana cara
merawat selain minum obat. Saat ini nenek N setiap bulan kontrol ke dokter

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


35 
 

terdekat namun tidak pernah datang ke posbindu. Keluarga mengatakan sulit


untuk memberitahu dan mengubah pola makan nenek N hal ini ketika ditanyakan
lebih lanjut karena Nenek N tidak mengetahui apa hubungan ikan asin dan darah
tinggi.

Setelah perawat melakukan implementasi untuk mengenal masalah melalui


penyuluhan kesehatan. Keluarga dan nenek N sangat termotivasi untuk bisa
merawat dan mengontrol tekanan darah. Saat ada implementasi kelompok
mengenai darah tinggi Nenek N hadir dan aktif dalam kelompok.

Afeksi keluarga terlihat sangat akrab dan terbuka satu sama lain. Sesekali anaknya
sering bercanda sambil mengingatkan nenek N. Selama 4 kali kunjungan nenek N
masih tidak melakukan anjuran perawat untuk mengurangi garam dan ikan asin.
Hal ini dikarenakan keluarga masih menyediakan menu makanan ikan asin.

Rumah nenek N terlihat nyaman, di teras terdapat sedikit kolam ikan. Ventilasi
terbuka lebar dan kamar mandi tanpa undakan. Kamar nenek N memang tampak
lebih gelap dan tidak rapih. Namun jika diperhatikan barang kebutuhan nenek N
sudah didekatkan dan disesuaikan dengan jangkauannya.

Stressor jangka pendek yang sedang dihadapi keluarga adalah harapan adik kedua
Bapak S agar dapat pekerjaan, istri bapak S yang akan melahirkan, dan kondisi
kesehatan nenek N. Cara yang dilakukan untuk menghadapi stressor tersebut yaitu
dengan berdiskusi dan melakukan persiapan serta membuat sistem pendukung
termasuk meminta saran kepada kader kesehatan.

Stressor jangka panjang yang dihadapi keluarga adalah keinginan untuk


meningkatkan kesejahtraan. Hal ini dilakukan dengan semua anggota keluarga
mendukung, mendo’akan, dan berusaha semaksimal mungkin. Nenek N sendiri
sudah merasa puas dengan hidupnya karena anak-anaknya sudah memiliki rumah.
Harapan keluarga terhadap perawat dapat bersama-sama mengatasi masalah
kesehatan yang terdapat dirumah.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


36 
 

3.2. Diagnosis Keperawatan


Hasil pengkajian keluarga yang didapat melalui wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik dapat ditegakan diagnosis keperawatan ketidakefektifan
manajemen kesehatan diri terkait hipertensi pada nenek N, risiko gangguan
mobilitas fisik berkaitan dengan gout, dan kesiapan manajemen diri lansia.

Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut didapatkan diagnosis utama pada


keluarga Bapak R adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada nenek
S. Batasan karakteristik diagnosa ini yaitu nenek N merasakan sulit melakukan
manajemen terapetik selain obat ke dalam aktivitas harian, nenek N
mengungkapkan keinginan untuk dapat mengubah perilaku, nenek N sudah
minum obat teratur namun tidak melakukan manajemen lainnya, dan nenek N
belum mengetahui manfaat diet hipertensi.

3.3. Rencana Keperawatan


Rencana keperawatan yang akan dilakukan perawat berpedoman pada lima tugas
keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan
pertemuan sebanyak 4 kali kunjungan, keluarga mampu meningkatkan
manajemen kesehatan diri yang efektif ditandai dengan penurunan tekanan darah.
Tujuan (1) mengenal masalah hipertensi dengan mampu menyebutkan pengertian
hipertensi, menyebutkan 4 dari 6 penyebab hipertensi, menyebutkan 4 dari 5 tanda
dan gejala hipertensi, dan mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami
hipertensi. (2) Tujuan khusus dua keluarga mampu memututskan untuk merawat
anggota keluarga dengan masalah kurang gizi, keluarga mampu menyebutkan 3
dari 6 akibat hipertensi, memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan
maslah hipertensi dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan
masalah hipertensi.

Tujuan khusus tiga setelah dilakukan kunjungan 2x45 menit keluarga mampu
merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan menyebutkan 4 dari
6 cara mengontrol tekanan darah, keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 cara
perawatan hipertensi dan keluarga mampu mendemonstrasikan teknik relasasi
nafas dan menyusun menu sehat diet hipertensi. Keluarga mampu memilah

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


37 
 

makanan yang boleh, tidak boleh, dan dibatasiyaitu minimal 3 makanan.


Keluarga mampu mengidentifikasi makanan yang tidak boleh , dan dibatasi yang
sering dikonsumsi. Keluarga mampu menyusun menu makanan diet hipertensi
selama seminggu termasuk waktu makan, jenis, dan ukurannya. (4) Tujuan
keempat yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan menyebutkan
cara 2 dari 4 cara modifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah hipertensi. (5)
tujuan kelima yaitu keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan fasilitas
kesehatan yang ada untuk mengatasi hipertensi dengan mampu menyebutkan
manfaat fasilitas pelayanan kesehatan, keluarga mampu membawa Nenek N ke
fasilitas kesehatan jika mengalami masalah pada penyakitnya

3.4. Implementasi Keperawatan


Asuhan keperawatan keluarga dapat dikembangkan untuk mengatasi hipertensi
pada lansia. Keluarga memiliki peran penting dalam mengatasi, mengontrol, dan
merawat hipertensi. Intervensi berpedoman pada tugas keluarga melipuhti lima
tugas keluaga. Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan dan
pengontrolan hipertensi dilakukan dengan memberikan informasi melalui
pendidikan kesehatan terkait diet hipertensi, makanan yang tidak boleh, boleh,
dan dibatasi, berapa banyak porsi makanan yang dibutuhkan, cara menyusun
menu diet hipertensi, dan penyusunan jadwal makan nenek.

Implementasi keperawatan terdiri dari penjelasan mengenai pengertian hipertensi,


penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, dan akibat dari hipertensi.
Perawat juga membantu keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga yang
memiliki hipertensi. Setelah itu perawat memotivasi keluarga untuk memutuskan
merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi.

Perawat menggunakan strategi edukasi dengan menekankan pada penjelasan yang


mudah dimengerti oleh keluarga dengan klien. Pengertian hipertensi dijelaskan
kepada keluarga dengan menggunakan persamaan tekanan darah sebagai kekuatan
pompa, pembuluh darah sebagai selang, dan air sebagai darah. Perawat
menjelaskan bahwa tekanan darah adalah kekuatan kran yang memompa air,
kekuatan tersebut dipengaruhi oleh kondisi kran atau jantung, kondisi selang atau

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


38 
 

pembuluh darah, dan kondisi air atau darah. Penyebab yang berasal dari jantung
adalah orang yang memiliki kelainan jantung sehingga ada perubahan tekanan.
Sedangkan penyebab yang ada di pembuluh darah misalnya seperti usia yaitu
nenek N sudah lanjut usia sehingga pembuluh darah lebih tebal yang
mengakibatkan upaya untuk jantung memompa menjadi lebih. Sedangkan
penyebab dari darah yaitu adanya perubahan kondisi misalnya banyak kolesterol
yang dibawa darah yang akhirnya menempel pada dinding pembuluh darah, atau
banyaknya natrium atau zat garam di antara sel yang mengakibatkan ditariknya
cairan masuk kedalam pembuluh darah sehingga tekanan menjadi lebih tinggi.
Keluarga dengan antusias mendengarkan penjelasan perawat dan mengatakan
memahami penyebab tekanan darah tinggi pada nenek N.

Perawat setelah mengenalkan masalah juga mengajarkan tanda dan gejala serta
mendiskusikan apa yang dialami oleh nenek N. Selanjutnya Perawat dan keluarga
mengidentifikasi kategori tekanan darah nenek N. Setelah itu perawat dan
keluarga mendiskusikan penyebab hipertensi yaitu akan mengakibatkan pembuluh
darah pecah di otak karena tekanan yang terlalu tinggi, gangguan ginjal, gangguan
jantung, dan gangguan mata. Stroke yang terjadi dapat mengakibatkan masalah
kesehatan sosial dan ekonomi bagi keluarga. Perawat memotivasi keluarga untuk
merawat nenek N.

Selanjutnya mahasiswa bersama dengan keluarga mendiskusikan cara mengatasi


hipertensi yaitu dengan memberikan informasi mengenai teknik relaksasi nafas
dalam, diet hipertensi; memilih makanan yang boleh, tidak boleh, dan dibatasi.
Teknik relaksasi nafas dalam diajarkan sebagai upaya untuk memberikan
ketenangan dan memperlebar pembuluh darah serta mengontrol tekanan darah.
Relaksasi nafas dalam dilakukan selama tiga kali dalam 5 menit. Cara yang
diajarkan yaitu menghirup nafas dalam-dalam menahan hitungan 3 detik lalu
menghembuskan perlahan lewat mulut.

Setelah itu keluarga diajarkan untuk mendemonstrasikan penyusunan makanan


diet hipertensi mulai dari jenis, ukuran, dan waktu secara benar. Sebelum
menjelaskan kepada keluarga perawat telah menghitung kebutuhan kalori nenek N
perhari dan membagi kebutuhannya menjadi tiga kali sehari. Selama 1x60 menit

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


39 
 

perawat menjelaskan pengertian diet hipertensi, prinsip diet hipertensi, tujuan diet
hipertensi, makanan yang dibolehkan, tidak diperbolehkan, dan dibatasi, serta
mengajarkan klien membuat porsi makan yang sesuai dengan kebutuhan.

Perawat menjelaskan diet hipertensi adalah pengaturan pola makan untuk


menurunkan tekanan darah. Tujuan dari diet hipertensi adalah untuk mengurangi
garam. Prinsip dalam diet hipertensi adalah makanan yang seimbang dan beraga,
jenis dan jumlah diatur, serta ada pembatasan garam. Selanjutnya perawat dengan
menggunakan lembar balik dan gambar menjelaskan bahan makanan yang
dianjurkan meliputi; makanan yang segar seperti sumber karbohidrat, protein
nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang mengandung serat; makanan
yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan natrium, vetsin, dan kaldu bubuk;
sumber protein hewani seperti penggunaan daging, ayam, ikan, telur ayam atau
bebek, dan susu segar. Selanjutnya bahan makanan yang dibatasi adalah
pemakaian garam dapur, penggunaan bahan makanan yang mengandung natrium
seperti soda kue. Bahan makanan yang sangat harus dihindari yaitu; otak, ginjal,
paru, jantung, dan daging kambing; makanan yang diolah menggunakan garam
natrium seperti, cracker, pastries, dan kue lain, kripik, dan makanan kering asing;
makanan dan minuman dalam kaleng; makanan yang diawetkan; mentega dan
keju; bumbu-bumbu seperti kecap asin, terasi, petis, garam, dan saus tomat;
makanan yang mengandung alkhohol misalnya durian dan tape. Selain
menyebutkan perawat juga mencontohkan dengan food model yang telah
disiapkan.

Perawat setelah itu menjelaskan kebutuhan kalori nenek N dan membaginya


menjadi tiga; pagi, siang, dan sore. Perawat menjelaskan bahwa sumber zat yang
harus terpenuhi yaitu zat tenaga, zat pembangun, dan zat lainnya. Kebutuhan
kalori nenek N 1850 Kkal dengan karbohidrat yang harus dipenuhi 300 gram,
protein 78 gram, lemak 33,3 gram. Sehingga satu kali makan nenek N harus
memenuhi karbohidrat 100 gram, protein 26 gram, dan lemak 11,1 gram, sayur 1
mangkok, buah dan cemilan minimal 1 kali sehari. Perawat lalu menjelaskan
ukuran rumah tangga untuk karbohidrat misalnya nasi ¾ gelas, singkong 1 gelas,
kentang 1 buah sedang, ubi kuning 1 biji sedang. Protein yang dikonsumsi nenek

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


40 
 

N misalnya ikan segar 1 potong, daging ayam 1 potong sedang, daging sapi 1 ptg
sedang, tempe 1 potong sedang, tahu 1 potong kecil, telur ayam 1 butir. Protein
yang harus dihindari adalah daging kambing dan jero-jeroan yang tinggi lemak
dan tidak baik untuk hipertensi

Perawat juga menjelaskan konsumsi sayuran minimal 1 mangkok kecil sehari.


Sayuran yang dianjurkan adalah yang ada kandungan kaliumnya, coontoh yang
diberikan perawat misalnya oyong, ketimun, labu air, slada, slada air, tomat, toge,
labu wuluh, dan kol. Perawat kemudian mengajarkan pada Nenek N dan keluarga
cemilan dan buah yang baik untuk nenek N yaitu yang tinggi serat, kalium, dan
magnestium. Buah yang dapat dikonsumsi dan baik misalnya anggur 20 buah,
belimbing 1 buah besar, duku 16 buah, jambu biji 1 buah kecil, jeruk bali i
potong, pepaya 1 potong kecil, pisang ambon 1 buah besar, pisang kepok 1 buah,
dan strawbery 5 buah besar. Perawat juga menganjurkan pentingnya asupan susu
sapi 1 gelas/hari. Penggunaan minyak atau sumber lemak boleh 3 sendok makan
perhari. Konsumsi alpukat juga sangat baik untuk mendapat lemak non jenuh.

Perawat setelah menjelaskan dan mendemonstrasikan menanyakan perasaan dan


mendiskusikan mengenai makanan-makanan. Keluarga aktif bertanya mengenai
makanan-makanan yang tidak boleh. Perawat selanjutnya meminta Nenek N dan
keluarga untuk mengambil makanan yang ada dirumah selanjutnya menyebutkan
komponen makanan apa yang kurang dan bahan makanan apa yang tidak boleh
atau seharusnya dihindari. Perawat diakhir menutup dengan mengevaluasi dan
meminta keluarga untuk menyusun menu sehat diet hipertensi dalam seminggu
dengan sebelumnya telah dicontohkan oleh perawat.

Kunjungan berikutnya perawat memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan


untuk nenek dengan diet hipertensi secara benar dan perlahan-lahan.
Mendiskusikan bersama keluarga cara untuk memodifikasi lingkungan yang dapat
dilakukan keluarga yaitu, memberikan dukungan diet hipertensi dengan tidak
menyediakan makanan yanga tidak diperbolehkan, berolahraga bersama, dan
menyusun jadwal rutin untuk latihan relaksasi nafas dalam. Terakhir perawat dan
keluarga mendisikusikan bersama tanda bahaya hipertensi dan kapan harus
dibawa ke rumah sakit, mendiskusikan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


41 
 

terutama puskesmas, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas


pelayanan kesehatan terutama posbindu secara rutin setiap bulan.

Implementasi yang sangat berpengaruh terhadap Nenek N adalah penjelasan dan


demonstrasi tentang diet hipertensi berdasarkan makanan yang boleh, tidak boleh,
dan harus dibatasi. Makanan yang boleh adalah makanan yang mengandung
rendah garam, sedangkan makanan yang tidak boleh adalah makanan yang tinggi
natrium, makanan yang dibatasi adalah makanan yang memiliki kandungan
natrium sedikit namun jika dikonsumsi terus menerus akan mengakibatkan
natrium tinggi. Makanan dengan diet ini disarankan oleh Bina Pelayanan Gizi
Kemenkes yang tetap memperhatikan kandungan gizi seimbang dan beragam.
Kandungan gizi tersebut harus terdiri dari makanan mengandung karbohidrat dan
lemak sebagai zat tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta
mineral sebagai zt pengatur.

Penjelasan diet hipertensi telah meningkatkan pengetahuan klien mengenai


pentingnya mengatur pola makan. Perawat mengajarkan cara melakukan diet
hipertensi telah meningkatkan kemampuan klien dan individu menyediakan menu
makanan diet hipertensi yang diajarkan. Sikap keluarga juga terlihat tampak
perubahan yaitu dengan tidak menyediakan makanan yang tidak diperbolehkan
dan tidak lagi membeli ikan asin setiap hari.

3.5. Evaluasi Keperawatan


Intervensi keperawatan terkait hipertensi yang telah dilakukan kemudia dievaluasi
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari intervensi yang dapat dicapai.
Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan evvauasi
SOAP, evaluasi sumatif dan menilai tingkat kemandirian keluarga.

Evaluasi SOAP didapatkan data Nenek N mengatakan Hipertensi yaitu tekanan


darah yang tinggi >140/90. Nenek N mengatakan penyebab Hipertensi makan
yang asin, mengkonsumsi kopi, stress, dan keturunan, merokok. Nenek N
mengatakan bahwa tanda dan gejala Hipertensi, yaitu: pusing pada tengkuk, sulit
tidur, jantung berdebar, dan mudah lelah . Nenek N mengatakan Hipertensi Nenek
N karena tidak menjaga pola makan sejak muda, sudah tua, berat badan berlebih,

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


42 
 

dan sering makan ikan asin.Tanda dan gejala Hipertensi yang dialami Nenek N
jika tekananan darah diatas 200 mmHg maka mata berkunang-kunang, jantung
berdebar-debar, pusing, dan sulit tidur. Keluarga dan Nenek N mengatakan
bahwa dirinya dengan tensi diatas 150 tidak merasakan pusing . Ibu E mengatakan
bahwa akibat dari Hipertensi yang tidak dirawat yaitu stroke, penyakit jantung,
dan ginjal. Oleh karena itu keluarga mengatakan ingin merawat, mengontrol, dan
mencegah perburukan hipertensi pada nenek N.

Keluarga mengatakan ingin merawat nenek N dengan masalah hipertensi dengan


mau mendengarkan informasi dari perawat. Keluarga dan Nenek N mengatakan
bahwa cara perawatan Hipertensi adalah dengan mengecek tekanan darah sebulan
sekali, tidak merokok, beraktifitas, makan yang sehat, dan tidak stress . Nenek N
mengatakan cara perawatan seharus dilakukan oleh dirinya adalah makanan yang
rendah garam, dan olahraga. Nenek N mengatakan untuk memberi ketenangan
yaitu salah satu nya dengan teknik relaksasi. Nenek N mengatakan tarik nafas
dalam bisa menenangkan

Keluarga dan nenek N menyebutkan cara untuk merawat hipertensi kompres


hangat untuk nyeri, mengurangi makanan asin, menghadapi stress dengan
relaksasi, dan rutin berolahraga . Ibu E mengatakan makanan nenek N harus
terdiri dari zat tenaga yaitu karbohidrat, sumber pembangun yaitu protein, dan
sumber pengatur yaitu mengenadung vitamin dan mineral. Keluarga mengatakan
diet hipertensi adalah pengaturan pola makan dan jenis makanan dengan tetap
memberikan gizi seimbang dan beragam. Ibu E dan Nenek N mengatakan mau
melakukan diet hipertensi secara perlahan. Nenek N dan keluarga mengatakan
makanan yang dibolehkan yaitu makanan segar, makanan yang diolah tanpa atau
sedikit garam, vetsin, dan kaldu bubuk, sumber protein, dan susu segar. Bahan
makanan yang dibatasi dikatakan kelaurga adalah pemakaian garam dapur dan
penggunaan bahan makanan seperti soda kue. Nenek N mengatakan garam
seharusnya dengan tekanan darah 180mmHg tidak boleh digunakan, namun ia
mengatakan akan sulit dilakukan. Sehingga nenek N dan keluarga akan mencoba
mengurangi bertahap.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


43 
 

Selanjutnya keluarga dan nenek N mengatakan bahan makanan yang harus


dihindari jero-jeroan, bahan makanan kaleng, makanan yang diawetkan, bumbu
penyedap, durian dan tape. Nenek N mengatakan porsi nasi yang harus dimakan
adalah ¾ gelas atau satu centong/kali makan dengan lauk ikan 1 ptg sdg, ayam 1
ptg sdg, tempe atau tahu 1 buah, dan sayur-sayuran satu mangkok dengan
diselingi makanan buah seperti pepaya, apel, dan buah lainnya. Nenek N dan
keluarga menyebutkan bahwa makananya boleh digoreng namun tidak semuanya
gorengan karena kebutuhan lemak hanya sedikit.

Setelah itu nenek N mampu mendemonstrasikan penyajian makanan sesuai yang


dianjurkan terutama tentang ukuran. Nenek N mengambil sendiri makanan dan
lauk yang ada dirumah lalu nenek N menyebutkan makananya sudah lengkap
terdiri dari zat pembangun, dan zat pengatur, dan zat tenaga. Nenek N juga
menyebutkan bahan makanannya segar namun masih menggunakan garam dan
bersantan banyak. Keluarga mengatakan juga masih menggunakan mecin karena
merasa tidak gurih. Keluarga mengatakan akan mencoba menggunakan garam
ditambah gula sedikit untuk menciptakan rasa gurih. Nenek N juga mengatakan
jadi lebih tahu mengapa ikan asin tidak baik untuk dirinya sehingga ia mau
mengurangi ikan asin dan berusaha tidak makan lagi.

Kunjungan selanjutnya keluarga mengatakan Nenek N sekarang tidak memakan


ikan asin lagi dalam seminggu dan sudah membatasi garam meski sulit jika harus
memisahkan makanan. Keluarga sudah mencoba membatasi mecin pada
makanannya. Keluarga mengatakan sudah mencoba menghindari makanan yang
tidak dibolehkan perlahan-lahan. Keluarga mengatakan menu hari itu ikan
kembung goreng, sayur labu siam, dan sambal. Selanjutnya keluarga mengatakan
lebih paham cara memodifikasi lingkungan untuk merawat nenek N dengan cara
menyusun menu makan diet hipertensi. Keluarga mengatakan juga cara agar
nenek N patuh terhadap diet adalah tidak menyediakan makanan yang tidak
diperbolehkan atau dibatasi.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


44 
 

Selanjutnya keluarga mengatakan tanda dan gejala bahaya hipertensi yaitu tiba-
tiba jatuh, tiba-tiba pusing berat, dan tiba2 sulit bicara, ketika hal ini terjadi Nenek
N harus segera di bawa ke palayanan kesehatan. Keluarga mengatakan jenis
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi adalah Puskesmas, Posyandu, Rumah
sakit, mantri, bidan, dokter. Nenek N mengatakan bahwa manfaat fasilitas
kesehatan adalah mendapatkan informasi tentang sarana pemeriksaan,
pengobatan, dan perawatan Hipertensi. Nenek N mengatakan bahwa akan pergi ke
posbindu setiap bulannya.

Implementasi yang dilakukan oleh perawat dapat diterimaka keluarga secara


kooperatif dan antusias, baik dalam penyampaian informasi maupun saat
melakukan demonstrasi. Keluarga terlibat aktif dalam diskusi, hal ini terlihat dari
kehadiran dua anggota keluarga setiap kali melakukan imlementasi. Keluarga
terutama Ibu E, Ibu S, dan Nenek N mampu menyebutkan kembali pengertian,
penyebab tanda gejala, dan akibat hipertensi. Keluarga Bepar R dapat
menyebutkan kembali cara perawatan hipertensi. Keluarga mampu
mendemonstrasikan tarik nafas dalam untuk menenangkan nenek N. Selanjutnya
keluarga mampu menyebutkan pengertian diet hipertensi dan menyebutkan
makanan yang boleh, tidak boleh, dan dibatasi untuk diet hipertensi. Keluarga
juga mampu menyusun menu diet hipertensi selama seminggu. Pada saat
kunjungan mendadak menu nenek N adalah ikan, sayur labu siam, dan sambal,
serta selingan pisang rebus. Keluarga mengatakan nenek N juga sudah tidak
makan ikan asin lagi. Keluarga juga terlihat mendukung nenek N dengan
mengajak jalan pagi bersama setiap hari. Nenek N juga terlihat hadir pada saat
pelaksanaan posyandu untuk mengontrol tekanan darah dan tetap meminum
obatnya sesuai dosis. Pada tanggal 27 Mei 2014 tekanan darah nenek N turun
menjadi 180/100 mmHg, dimana sudah terjadi penurunan diastol 10 mmHg. Hal
ini menunjukan perbaikan pemeliharaan kesehatan Nenenk N.
Hasil observasi yang dilakukan atau dilaporkan oleh keluarga makan perawat
menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5
telah tercapai. Masalah hipertensi pada nenek N telah tercapai ditunjukan dengan

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


45 
 

penurunan tekanan diastole 5-10 mmHg dan sistole 0-10mmHg. Pemeliharaan


kesehatan nenek N sudah baik dan harus terus dipertahankan

Perawat memotivasi keluarga untuk terus melakukan kontrol dengan melakukan


diet hipertensi, olahraga, aktifitas ringan, dan mengurangi garam. Perawat
memberikan penghargaan positif atas usaha dan hasil yang diiperoleh keluarga.
Selain itu, perawat juga meminta kader untuk terus memantau pekermbangan
status kesehatan Nenek S.

Evaluasi sumatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait lima tugas


kesehatan keluarga pada masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait
hipertensi. Keluarga Bapak R dapat menyebutkan kembali definisi hipertensi.
menyebutkan 4 dari 6 penyebab hipertensi, menyebutkan 4 dari 6 tanda dan gejala
hipertensi, dan mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami hipertensi.
Keluarga Bapak R mampu menyebutkan 3 dari 6 akibat kurang gizi. Keluarga
mampu merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan
menyebutkan 4 dari 6 caramengontrol tekanan darah. Keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 5 cara perawatan hipertensi dan keluarga mampu
mendemonstrasikan teknik relaksasi nafas dalam dan dan menyusun menu diet
hipertensi. Keluarga mampu menyebutkan 3 makanan yang boleh, tidak boleh,
dan dibatasi. Keluarga mampu memodifikasi lingkunga dengan menyebutkan cara
2 dari 4 modifikasi lingkungan. Keluarga menyebutkan manfaat fasilitas
pelayanan kesehatan, keluarga mampu menyebutkan kapan harus dibawa kerumah
sakit.Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti
posbindu dan klinik kesehatan.

Sebelum dilakukan intervensi, keluarga Bapak R belum melakukan pemeliharaan


kesehatan yang efektif terkait hipertensi pada nenek N. Nenek N hanya meminum
obat setiap hari 1x12,5 mg. Perawat melakukan intervensi dan dari beberapa
intervensi yang sangat berpengaruh adalah diet hipertensi yang dilakukan oleh
Nenek N. Pada saat kunjungan terlihat nenek N makan dengan ikan, nasi, dan
sayur labu siam dan cemilan pisang rebus.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


46 
 

Kunjungan berikutnya keluarga mengatakan sudah tidak membeli ikan asin lagi
dan mengurangi mecin atau tidak memakai mecin pada makanannya. Penyajian
makan memang dirasakan sulit jika harus dipisah untuk makanan nenek N,
sehingga keluarga mengurangi garam juga sedikit. Ibu E dan Ibu S mengolah
makanan yang segar seperti ikan, ayam, tahu dan tempe. Nenek N mengatakan
juga tidak lagi makan ikan asin. Saat dilakukan evaluasi, Ibu E dan nenek N dapat
menjelaskan kembali apa itu diet hipertensi dan contoh makanan yang boleh, tidak
boleh, serta harus dihindari. Keluarga Bapak R terlihat melakukan penyajian
menu diet hipertensi. Secara kognitif Ibu E dapat memahami setiap penjelasan
dengan mudah dan memiliki kemampuan untuk menyebutkan kembali, meski
Nenek N tidak mengingat banyak namun ia menyebutkan hal-hal penting terkait
hipertensi dengan cukup baik. Selama proses pemberian asuhan keperawatan dan
pembimbingan keluarga, terjadi stressor dalam proses keluarga yaitu keluarga
menerima anggota baru yaitu cucu Nenek S sehingga penyajian menu diet
hipertensi dan perawatan lainnya sedikit terganggu. Namun, keluarga menyadari
harus tetap mempertahankan status sehat Nenek N.

Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga


dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Maglaya (2009) menyebutkan 5
tugas kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah hipertensi, mengambil
keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan hiertensi, melakukan
modifikasi lingkungan, dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
perawatah hipertensi.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 4x45 menit dengan pemantauan


selama 10 kali, tingkat kemandirian keluarga Bapak R berada pada tingkat III
kemandirian dari tingkat kemandirian II. Hal ini ditunjukan data bahwa keluarga
menerima petugas kesehatan, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan
masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sedeharan sesuai

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


47 
 

yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara


aktif, dan keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


47 
 

BAB IV
ANALISIS SITUASI

Bab ini akan menjelaskan analisis yang diawali dengan uraian profil lahan praktik,
analisis masalah keperawatan dengan konsep keperawatan kesehatan masyarakatt
perkotaan, serta analisis diet hipertensi dengan penelitian yang sebelumnya, dan
alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan.

4.1. Profil Lahan Praktek


Kecamatan Tapos memiliki tujuh kelurahan dan 12 desa. Kelurahan tersebut
antara lain Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Cimpaeun,
Keluarahan Cilangkap, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, dan
Kelurahan Jati Jajar. Puskesmas Kelurahan Sukatani digunakan sebagai lahan
praktek mahasiswa, dengan wilayah kelolaan berada pada Kelurahan Sukatani.

Luas wilayah Kelurahan Sukatani 508,60 km2 dengan jumlah total penduduk
adalah 57941 jiwa dengan jumlah perempuan 29.152 orang dan laki-laki
berjumlah 28.789. Jumlah Rukun Tetangga 184 RT dengan 26 Rukun Warga.
Jumlah kepala keluarga 16840 Jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk
12215/km2. Sebagian besar beragama Islam dengan 38484 orang memeluk agama
islam. Angka kematian penduduk sukatani 198 dan Angka Kelahiran 114. Jumlah
penduduk yang datang sebesar 654 orang dan penduduk yang pindah 246 orang.

Sebagian besar pekerjaan penduduk sukatani adalah pengrajin/ industri kecil yaitu
13.740 Jiwa. Selain itu penduduk bekerja di bidang pertanian, listrik gas dan air,
serta angkutan. Tingkat pendidikan masyarakat yang bertempat tinggal di
kelurahan Sukatani adalah sebagai berikut 7409 orang belum sekolah, 6310 orang
tidak tamat SD/sederajat, 5176 orang tamat sekolah dasar, 8161 orang tamat
SLTP, 21.437 orang tamat SLTA, 3.469 orang tamat akademik dan 58.457 orang
tamat perguruan tinggi. Sarana dan prasarana yang terdapat di Sukatani yaitu
Industri / Pabrik, Mesjid dan Mushola, dan 29 sekolah, Klinik Swasta, dan apotik.
Sedangkan fasilitas kesehatan yang dimiliki terdiri dari 1 puskesmas, 26
posyandu, 1 pos KB, dan 1 Balai Pengobatan. Terdapat 2 dokter umum , 3 dokter
gigi, dan 4 Perawat.
47
    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


48 
 

Kelurahan Sukatani memiliki 26 rukun warga (RW). RW 22 merupakan salah


bagian wilayah dari Kelurahan Sukatani. Wilayah RW 22 termasuk salah satu RW
terluas yang terbagi menjadi tujuh rukun tetangga (RT), yaitu RT 01, 02, 03, 04,
05, 06, 07, 08, 09, 10,dan 12. Jumlah49
lansia yang ada di RW 22 yaitu 33 orang
yang berusia leih dari 60 tahun. Jumlah kader yang aktif sebanyak 40 orang.
Mayoritas penduduk di RW 22 beragama Islam dan berasal dari suku Jawa.
Keadaan pemukiman di RW 22 cukup padat, dengan mayoritas perumahan
merupakan rumah pribadi dan bangunan permanen, dan sebagian kecil terdiri dari
rumah kontrakan satu pintu. Letak rumah berdekatan satu dengan yang lain
sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan sinar matahari kurang baik pada
sebagian rumah. Terdapat tempat pembuangan sampah umum, dan sebagian
warga memiliki tempat pembuangan sampah di depan rumahnya.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 22 adalah praktik Bidan,


posyandu, dan pobindu. Pelaksanaan posyandu dan posbindu dilakukan setiap
satu kali dalam sebulan. RW 22 memiliki satu posyandu yaitu posyandu Mawar
yang terletak di sekretariat RT 01.

Posyandu Mawar mengelola balita yang ada di RW 1 Kelurahan Sukatani.


Posyandu dilakukan setiap tanggal 22, kecuali jika tanggal tersebut jatuh di hari
Minggu atau tanggal merah, maka akan dimajukan ke hari berikutnya. Posyandu
flamboyan I diadakan di RT 1 dengan luas 5m x7m. Kader di RW 22 ada
sebanyak 50 orang. Selain Posyandu pelaksanaan posbindu juga dilakukan kepada
lansia dan pra lansia. Namun, kunjungan lansia diatas usia 60 tahun hanya 1-2
orang perbulannya. Padahal lansia di RW 22 yang berusia >60 tahun berjumlah 33
orang. Posbindu dilakukan oleh 4 kader yang melakukan penimbangan,
pengukuran tekanan darah, dan pencatatan.

4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian Terkait


KKMP
RW 22 merupakan salah satu daerah urban yang berada di depok, hal ini ditandai
dengan beraneka ragamnya suku masyarakat, tersedianya fasilitas umum, dan
sebagian besar masyarakat yang bekerja tidak di sektor pertaniaan. Kepadatan

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


49 
 

penduduk di Keluarahan sukatani juga cukup tinggi, dimana sukatani dekat


dengan pusat daerah kota Depok. Hal ini sesuai dengan pernyataan, Allender, J.et
al (2010) bahwa populasi yang padat, kompleks, dan berbagai ras/suku identik
dengan urban.

Kecenderungan masyarakat kota lebih banyak menderita hipertensi dihubungkan


dengan gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi
seperti stress, obesitas, kurangnya olahraga, merokok, alkhohol dan makanan
yang tinggi kadar lemaknya. Hal ini membawa konsekuensi berkembangnya
penyakit degeneratif seperti hipertensi (Zuraidah, Maksuk, & Apriliadi. 2012).
Hal ini terlihat pada kondisi di RW 22, Hasil penyebaran angket menunjukkan
sebanyak 23 dari 33 responden (69,7%) memiliki hipertensi, 57,6% lansia
merasakan tanda dan gejala seperti pusing, rasa berat atau sakit ditengkuk, 78,8%
lansia tidak melakukan olah raga minimal 1 kali seminggu dan terdapat 21,2%
lansia tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang berada dekat lingkungan
tempat tinggalnya.Masyarakat lansia RW 22 lebih dominan 63,6% tidak baik
dalam hal perawatan maupun pencegahan hipertensi. Kemenkes 2012 menyatakan
bahwa perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan pola penyakit dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular. Menurut Suyono (1992 dalam
Kemenkes. 2012) perubahan ini ditandai adanya perubahan pola makan dari yang
mengandung serat dan sayuran menjadi tinggi protein, lemak, gula, dan garam,
serta sedikit serat. Hal tersebut dapat menyebabkan risiko terjadinya masalah
degeneratif salah satunya hipertensi.

Keluarga merupakan suatu keterikatan dua orang atau lebih yang diikat oleh
kebersamaan dan ikatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Pernyataan ini sesuai untuk menggambarkan keluarga Bapak R sebagai sebuah
keluarga. Keluarga Bapak R terdiri dari 1 kepala keluarga, 1 orang istri, 2 orang
adiknya, 1 orang nenek, dan 1 orang ibunya yang tinggal dalam satu rumah yang
sama. Berdasarkan tipe keluarga, keluarga Bapak R termasuk keluarga Besar
(Friedman, Bowden, dan Jones. 2003). Keluarga ini termasuk keluarga dengan

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


50 
 

lansia dimana salah satu anggota keluarga telah memasuki usia lanjut usia dan
menghadapi tahap tumbuh kembang lansia.

Berdasarkan tahap tumbuh kembang keluarga Bapak R berada pada tahap tumbuh
kembang pasangan baru menikah. Namun dikarenakan keluarga Bapak S adalah
keluarga besar yang memiliki lansia dan terdapat masalah, maka mahasiswa fokus
pada tahap tumbuh kembang keluarga dengan lansia. Friedman, Bowden, dan
Jones (2003) menyebutkan tugas perkembangan keluarga dengan lansia adalah
keluarga mempertahankan kepuasan hidup, beradaptasi terhadap perubahan
finansial, mempertahankan status pernikahan, menerima kehilangan pasangan,
mempertahankan keterikatan kekeluargaan, dan melakukan life review dan
mempertahankan eksistensi. Keluarga dan lansia sudah dapat memenuhi tugas
perkembangan mempertahankan kepuasan hidup dengan merasa sudah membagi
rumah dan tempat tinggal kepada anak-anaknya. Nenek N juga sudah menerima
perubahan keuangan sehingga tidak memaksakan diri untuk bekerja dan Bapak R
memenuhi kebutuhan keuangan Nenek N. Suami nenek N yang sudah meninggal
sudah dapat diterima oleh nenek N dan keluarga sehingga nenek N lebih banyak
berdiskusi dengan anaknya.

Tugas perkembangan lain yang dilakukan nenek N adalah mempertahankan ikatan


kekeluargaan dengan perhatian kepada anak dan cucunya serta memberikan
nasehat. Selain itu nenek N juga masih merasa dihormati dan disayangi. Proses
wawancara yang dilakukan mahasiswa nenek N sering menceritakan kehidupan
masa lalunya dan merasa senang menceritakan. Namun, disisi lain ada tugas
perkembangan Nenek N yang belum terpenuhi yaitu mempertahankan
kesejahteraan diri terutama dalam hal kesehatan. Nenek N sering mengeluh
tekanan darah yang selalu tinggi, kaki yang sakit pada sendi, dan badan yang
terasa kurang enak. Keluarga harusnya menyediakan perawatan kepada anggoa
keluarga yang telah lansia (Kaakinen, Duff, Coehlo, Hanson, Gaulton dkk. 2010).
Hal ini telah dilakukan keluarga dengan mengantar nenek N berobat di klinik
swasta dan membelikan obat anti hipertensi di apotik setiap bulan. Selain itu
berdasarkan keterangan tetangga keluarga Bapak R sangat perhatian dengan
anggota keluarga dan cepat dalam mengambil keputusan untuk pergi ke pelayanan

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


51 
 

kesehatan. Hal ini didukung oleh penataan peran anggota keluarga yang jelas.
Bapak R sebagai kepala keluarga bertugas mencari nafkah dan mengambil
keputusan. Sedangkan Ibu S sebagai ibu rumah tangga bertugas membantu
mertuanya dalam mengurus rumah tangga. Anak Nenek N yang tinggal disebelah
rumah selalu siap menyediakan kendaraan dan akomodasi nenek N untuk pergi
jauh.

Masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga harus diatasi dengan kemampuan
keluarga menjalankan tugas kesehatan keluarga. Tugas kesehatan keluarga
menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yaitu kemampuan mengenal
masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Keluarga dalam
mengenal masalah keluarga sudah mengerti bahwa nenek N mengalami hipertensi
dan harus mencegah perburukan dengan minum obat hipertensi. Namun, keluarga
belum mengetahui berapa tekanan darah yang termasuk tinggi dan harus menjadi
perhatian oleh keluarga. Keluarga hanya mengatakan penyebab hipertensi adalah
kebiasaan makan asin dan sudah berusia tua.

Proses pengambilan keputusan dilakukan oleh kepala keluarga yaitu bapak R yang
selama ini memutuskan untuk langsung membawa anggota keluarga yang sakit ke
dokter swasta untuk diobati karena tidak tahu bagaimana cara perawatan anggota
keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi dirumah. Selain itu, keluarga tidak
pernah memperhatikan konsumsi garam dan makanan pengawet serta ikan asin
yang dikonsumsi. Keluarga cenderung senang dengan makanan yang gurih dan
asin. Cemilan yang dimakan biasanya adalah kerupuk gurih yang ada diruangan.
Nenek N juga dikatakan tidak suka minum air putih dan lebih menyenangi teh
pahit. Konsumsi teh pahit 3-5 gelas perhari. Nenek N juga tidak mengikuti senam
pada hari minggu di depan rumahnya karena alasan sudah tua. Keluarga dan
nenek N mengatakan tidak mengetahui mengapa makanan yang tinggi garam
berhubungan dengan hipertensi, hanya mengetahui tidak boleh. Oleh karena itu
perlu dilakukan intervensi keperawatan yang mengarah pada 5 tugas kesehatan
keluarga.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


52 
 

AHA (2011) menyebutkan bahwa hipertensi pada lansia terjadi dikarenakan


faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak
dapat diubah yaitu peningkatan usia dan riwayat dari keluarga. Sedangkan faktor
yang dapat diubah yaitu pola makan yang tinggi garam, kurangnya aktifitas fisik,
stress yang tidak dihadapi, merokok, konsumsi alkhohol, dan minum kopi. Faktor
risiko ini dimiliki oleh klien yaitu nenek N telah berusia 68 tahun, sejak muda
sering mengonsumsi kopi, sering menghadapi stress tinggi karena bekerja di
pasar, tidak mengontrol makan dan sangat menyukai makanan ikan asin.

Tanda dan gejala hipertensi yang dialami klien dengan hipertensi yaitu kepala
pusing berat terutama pada tengkuk, cemas yang berlebihan, nafas pendek, dan
pandangan yang kabur (AHA, 2012). Nenek N dengan tekanan darah 180/110
mmHg dalam tiga kali pengukuran tidak merasakan tanda dan gejala seperti
pusing pada tengkuk, pandangan kabur, nafas pendek, ataupun jantung berdegup
lebih kencang. Namun nenek N pernah mengalami hipertensi krisis dimana nenek
N merasakan kepala yang sangat berat dan jantung yang berdegup kencang
sehingga dibawa kerumah sakit dan tekanan darah nenek N 220/110 mmHg. Hal
ini sesuai dengan pernyataan AHA (2012) bahwa pada studi yang terbaru
menyatakan bahwa tekanan darah tinggi tidak selalu menyebabkan sakit kepala
kecuali dalam kasus hipertensi krisis yaitu sistolik diatas 180mmHg dan diastolik
diatas 110 mmHg. Oleh karena itu AHA (2012) menyarankan sakit kepala atau
kurangnya sakit bukan indikator yang dapat diandalkan untuk mengatakan
tekanan darah tinggi. Kontrol tekanan darah ke pelayanan kesehatan dan Posbindu
merupakan indikator yang penting untuk dilakukan terutama pada usia lanjut.
Nenek N mengeluhkan meskipun ia sudah meminum obat yang diberikan dokter
tekanan darah saat diperiksa tidak pernah turun dan seringkali naik.

Berdasarkan hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa keluarga masih kurang


memiliki pengetahuan yang baik terkait pengertian hipertensi, mengapa penyebab
dapat berhubungan dengan hipertensi, dan belum dilakukannya manajemen
nonfarmokologik karena gagal untuk memulai perilaku menurunkan faktor risiko.
Keluarga dan Nenek N merasa sulit untuk melakukan perawatan selain minum

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


53 
 

obat dan belum merasakan efektifitas perawatan lain yang dapat menurunkan
tekanan darah. Analisis ini sesuar dengan diagnosa NANDA (2014) yaitu
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dengan batasan karakteristik
kurangnya pengetahuan keluarga mengenai hipertensi dan cara perawatannya,
gagal memasukan regimen terapetik kedalam aktivitas harian, gagal untuk
memulai perilaku menurunkan faktor risiko, ketidakefektifan permilihan aktivitas
harian untuk mencapai tujuan kesehatan, melaporkan keinginanan untuk
mengontrol penyakit, melaporkan kesulitan untuk melakukan manajemen
terapetik pada masalah.

Intervensi keperawatan diberikan berdasarkan 5 tugas kesehatan keluarga.


Keluarga diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai pengertian, tanda dan
gejala, penyebab, serta akibat dari masalah kesehatan hipertensi. Kemudian
perawat memfasilitasi keluarga untuk memutuskan melakukan perawatan anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan hipertensi. Selanjutnya perawat
mengajarkan cara perawatan anggota keluarga dengan masalah kesehatan
hipertensi yaitu manajemen diet hipertensi, aktifititas fisik, dan teknik relaksasi
nafas dalam. Manajemen diet hipertensi dilakukan oleh perawat dengan
menjelaskan pengertian diet hipertensi, manfaat diet hipertensi, kebutuhan kalori
nenek, contoh makanan yang diperbolehkan, dibolehkan, dan dihindari,serta
melakukan demonstrasi penyusunan menu makanan diet hipertensi selama
seminggu. Intervensi diet hipertensi dievaluasi setiap kunjungan dan perawat
memberikan motivasi. Perawat bersama keluarga melakukan modifikasi
lingkungan untuk mendukung perawatan keseahtan anggoa keluarga yang
mengalami hipertensi. Terakhir perawat mengajarkan tanda bahaya hipertensi dan
kapan harus segera kerumah sakit. Perawat juga memotivasi keluarga untuk terus
melakukan kontrol hipertensi setiap bulan ke Posbindu dan Puskesmas atau klinik
swasta lainnya.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


54 
 

4.3. Analisis Intervensi Diet Hipertensi sebaga Intervensi dengan Konsep dan
Penelitian Terkait
Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor keturunan,
dan interaksi diantara semua faktor. Faktor lingkungan yang berdampak pada
tekanan darah yaitu diet, aktivitas fisik, dan faktor psikososial. Faktor diet sangat
penting dan predominan berperan dalam homeostasis (AHA, 2006). Meskipun
penurunan tekanan darah yang terjadi hanya diperkirakan 3 mmHg namun jika
setiap individu melakukan pola makan yang benar akan berdampak besar terhadap
populasi dan menurunkan 8 % kematian akibat stroke dan 8% karena penyakit
jantung (AHA.2006). Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan pada keluarga
Bapak R ini lebih menekankan pada manajemen diet meskipun Nenek N telah
mngonsumsi obat-obatan. Pada individu yang telah mengonsumsi obat perubahan
pola makan dan mengurangi garam akan menurunkan tekanan darah dan
memfasilitasi pengurangan terhadap obat (AHA, 2006). Hal ini sesuai dengan
kondisi Nenek N yang sudah mengonsumsi obat namun tidak merasakan adanya
penurunan tekanan darah.

Intervensi yang dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan mengenai hipertensi dan 6


kali pertemuan untuk pengontrolan diet dalam waktu 7 minggu. Perawat
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah, memutuskan, melakukan perawatan, dan memodifikasi,
serta memanfaat kan fasilitas kesehatan. Sesuai perannya sebagai edukator dan
konselor perawat menggunakan metode diskusi untuk melakukan intervensi. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Feinstein,dkk (2005) yang
menyatakan bahwa pendidikan sangat berkaitan erat dengan kesehatan seperti
perilaku kesehatan perilaku pencegahan, serta kepercayaan kesehatan. Hal ini
sesuai dengan tugas kesehatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah.
Pada kemampuan mengenal masalah keluarga diajak untuk berdiskusi mengenai
hipertensi, kemudian perawat meluruskan pengetahuan yang belum tepat dan
memberikan penghargaan atas pengetahuan keluarga yang sudah baik. Penjelasan
yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga
terkait dengan masalah kesehatan hipertensi sehingga manajemen diet dapat
terlaksana dengan baik. Hasil dari implementasi tersebut keluarga mampu

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


55 
 

menyebutkan kembali definisi, tanda dan gejala, penyebab, dan akibat serta cara
perawatan. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2010 dalam
Muhammadis, 2011) yang menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui
indra yang dimiliki.

Setelah keluarga mengenal masalah maka selanjutnya keluarga diharapkan


mampu mengambil keputusan. Keluarga Bapak R dan Nenek N mengambil
keputusan dan menyatakan keinginan untuk merawat nenek N yang sakit
hipertensi. Hal ini terlihat dari antusiasme keluarga dalam program intervensi
yang diberikan.

Selanjutnya perawat menjelaskan perawatan anggota keluarga yang menderita


hipertensi dengan diet. Perawat mulai menjelaskan dari pengertian diet hipertensi,
tujuan diet hipertensi, makanan yang diperbolehkan, dibatasi, dan dihindari pada
diet hipertensi. Selain itu perawat menjelaskan kebutuhan kalori pada nenek N
dan Nenek N beserta keluarga mendemonstrasikan penyusunan menu makanan
dalam sehari hingga seminggu. Media yang digunakan pada saat melakukan
implementari berupa lembar balik, dan daftar makanan pengganti food models.
Meskipun penelitian menunjukan efektifitas diet lebih berdampak usia dewasa
tengah, namun beberapa penelitian menunjukan adanya hasil yang baik pada
lansia (AHA, 2006). Penemuan penting tersebut yaitu lansia dikatakan dapat
mempertahankan perubahan dietnya terutama dalam hal menurunkan berat badan
dan mengurangi konsumsi garam dalam jangka waktu yang lama. Kedua
penurunan tekanan darah terbaik justru didapatkan pada individu yang semakin
tua. Ketiga adanya risiko atribut lain pada peningkatan tekanan darah lansia, maka
dampak perubahan tekanan darah harus diartikan sebagai upaya untuk melakukan
penurunan risiko gangguan kardiovaskular pada lansia (AHA, 2006).

Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan (2011) dalam panduannya


menyebutkan diet hipertensi sangat penting memperhatikan bahan makanan yang
dianjurkan, bahan makanan yang dibatasi, dan makanan yang dihindari. Lebih
lanjut disebutkan prinsip pengaturan makanan diet hipertensi adalah gizi

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


56 
 

seimbang dan beragam serta rendah garam atau natrium. Gizi seimbang berasal
dari karbohidrat, protein, dan lemak.

Penatalaksanan diet dilakukan sesuai dengan prinsip diatas yaitu perawat


menyusun menu makan disesuaikan dengan kebutuhan kalori klien. Perhitungan
kalori klien berdasarkan rumus Brocca yaitu 1850 kkal perhari dengan BB nenek
54 kg dan TB 145cm. Kebutuhan kalori ini telah disesuaikan dengan faktor
lainnya.

Pengurangan makanan yang tinggi natrium atau garam dilakukan dengan


mengajarkan individu makanan yang boleh, tidak boleh, dan perlu dibatas pada
diet hipertensi. Makanan yang tidak boleh yaitu makanan jero-jeroan, makanan
yang diolah dengan garam natrium, makanana dan minuman kaleng, makanan
yang diawetkan, mentega dan keju, bumbu-bumbu pengawet, dan makanan yang
mengandung alkohol. Sedangkan makanan yang perlu dibatasi yaitu penggunaan
garam dapur dan penggunanan bahan makanan seperti natrium (Kemenkes, 2011).
Pada saat dlakukan implementasi keluarga dapat menyebutkan kembali makanan
yag dihindari dan dibatasi. Selain itu nenek N dan keluarga juga menyatakan tidak
akan mengonsumsi ikan asin lagi dan mengurangi monosodium glutamate yang
diberikan pada makanan. Keluarga juga sudah menyebutkan cara membatasi
garam dan tidak boleh mengonsumsi garam. Pada saat evaluasi selama seminggu
keluarga menyatakan tidak lagi mengonsumsi ikan asin setiap hari, namun masih
merasakan sulit untuk memisahkan makanan dan tidak menggunakan garam pada
nenek N. Perubahan perilaku menurut tahap perubahan yaitu prekontemplasi,
kontemplasi, persiapan, aksi lalu mempertahankan perubahan perilaku (Browning
& Thomas, 2005). Perubahan perilaku biasanya dilakukan dalam waktu enam
bulan(Browning & Thomas, 2005). Faktor lain yang mempengaruhi seseorang
yaitu kurangnya akses lingkungan, kurangnya dukungan, dan rendahnya
kepercayaan diri dalam melakukan perubahan perilaku (Browning & Thomas,
2005).

Selama pemberian intervensi penatalaksanaan diet, pemeriksaan tekanan darah


dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan diet hipertensi. Hal ini juga
disesuaikan dengan tujuan penatalasaksanaan yaitu menurunkan tekanan darah

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


57 
 

dan mencegah kenaikan tekanan darah (AHA, 2011). Target penurunan tekanan
darah pada lansia 140-145/90-95 mmHg (AHA, 2011). Pengurangan garam dapat
menurunkan 7,6/3,3 mmHg, multi treatment non farmakologi dalam suatu
penelitian menunjukan perubahan 4,2/4,9 mmH (Maddens, Imam, & Ashkar.
2005). Penelitian di kanadia dengan melibatkan lansia dengan menerapkan
multifaktor treatment nonfarmokologik dapat menurunkan tekanan darah 11/8
mmHg setelah 12 bulan intervensi (Rabkin, 1994). Pada Nenek N perubahan
tekanan darah selama intervensi 5-10 mmHg dengan intervensi manajemen diet.

Anjuran perawatan selain obat medis selalu dianjurkan oleh tenaga kesehatan
untuk mendorong efektifitas manajemen pengobatan. Namun, pada kenyataanya
banyak pasien yang tidak melakukan anjuran tersebut. Ada beberapa faktor yang
dapat mengakibatkan hal ini yaitu kurangnya pengetahuan, belum adanya
kepercayaan kesehatan mengenai hipertensi, dan kurangnya motivasi untuk patuh
terhadap regimen pengobatan.

Keberhasilan diet hipertensi ditentukan oleh faktor kepatuhan dimana kepatuhan


dipengaruhi faktor lainnya. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan diet meliputi
pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, perubahan
model terapi, interaksi profesional kesehatan dengan pasien, umpan balik dari
tenaga kesehatan, kepercayaan dan agama yang dianut, faktor geografis, sikap
individu, dan dukungan petugas kesehatan dan keluarga. Nenek N dan keluarga
dalam hal ini belum terlalu patuh dikarenakan adanya perubahan faktor
lingkungan dan sosial seperti penyediaan menu yang sama karena dimasak satu
kali sehari dan perubahan keluarga. Kurangnya kepatuhan juga dikarenakan
adanya perubahan proses keluarga yaitu keluarga yaitu Istri Bapak R melahirkan
anak pertama sehingga merubah pola penyajian makanan dan menu dirumah.

Orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih mudah memahami dan
mematuhi perilaku diet dibandingan dengan orang yang tingkat pendidikannya
rendah (Ouyang, 2007). Tingkat pendidikan nenek N yang lulus SD dan keluarga
yang rata-rata SMA membuat memahami informasi yang diberikan terkait
dengan hipertensi. Hal ini terlihat dari Ibu E dan Nenek N yang menyebutkan
kembali definisi, tanda dan gejala, penyebab, akibat, dan cara perawatan yang

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


58 
 

tepat. Perubahan perilaku nenek N untuk melakukan diet sudah juga dilakukan
yaitu pada seminggu pertama setelah dilakukan intervensi diet nenek dan keluarga
melakukan intevensi sesuai yang direncanakan.

Ellis (2010) mengatakan bahwa klien yang rutin melakukan cek kesehatan
memiliki kepatuhan lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang tidak mengecek
kesehatan secara rutin. Meskipun perawat melakukan cek tekanan darah secara
ruitn namun kepatuhan diet hipertensi kurang hal ini terlihat adanya sulitnya
nenek N mempertahankan tekanan darah yang turun 5 mmHg pada minggu ke 5
pada sistole. Namun nenek N mampu mempertahankan tekanan darah diastole
turun 10 mmHg.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah penulis lakukan terhadap intervensi


manajemen diet, didapatkan hasil bahwa kadar hipertensi Nenek N turun 5-10
mmHg. Hal ini disebabkan Nenek N belum sepenuhnya mengubah kebiasaan
untuk mengatur pola makan dengan baik. Menurut Potter dan Perry (2005), klien
dalam mengubah kebiasaannya mungkin memiliki hambatan seperti hambatan
eksternal (kurang fasilitas, kurang materi, dan kurang dukungan sosial) dan
hambatan internal (kurang pengetahuan, kurang motivasi, kurang keterampilan
untuk mempengaruhi perubahan pada kebiasaan kesehatan, dan ketidakjelasan
tujuan jangka pendek serta jangka panjang). Berdasarkan hasil wawancara
penulis, ternyata klien memiliki hambatan internal yaitu kurangnya motivasi dari
dalam diri klien untuk melakukan keteraturan diet hipertensi. Hal ini sesuai
dengan penelitian Agrina, Rini, dan Hairatama (2011) mengenai kepatuhan lansia
terhadap diet hipertensi bahwa sebanyak 56,7% lansia tidak patuh terhadap diet
hipertensi. Selain itu kebiasaan yang sudah sering sulit diubah dan perlu waktu
perlahan-lahan. Selanjutnya penelitian Tumenggung (2013) kepatuhan diet
hipertensi berbanding lurus dengan dukungan sosial keluarga dan menyebutkan
adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan dalam menjalankan diet
hipertensi. Keluarga Bapak R terlihat sudah cukup baik dukungan misalnya
dengan mengingatkan nenek N untuk tidak memakan ikan asin dan membantu
penyediaan makanan yang sesuai anjuran. Disisi lain ada dukungan keluarga yang
belum maksimal seperti penyediaan makanan yang dihindari dan dibatasi.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


59 
 

Keluarga masih menyediakan makanan seperti ikan asin dan makanan yang gurih
untuk anggota keluarga lain namun ini seringkali membuat nenek tidak bisa
menghindari untuk mencicip. Selain itu adanya tugas perkembangan keluarga lain
seperti kelahiran anggota keluarga baru membuat perubahan dalam penyajian dan
pengaturan makanan.

4.4. Alternatif Pemecahan yang Dilakukan


Masalah yang menjadi penghambat dalam keberhasilan manajemen diet pada
keluarga Bapak R terutama Nenek N adalahnya kurangnya kepatuhan pada nenek
N dan kepercayaan nenek N bahwa perlunya manajemen diet dalam menurunkan
tekanan darah dan mencegah komplikasi. Perawat mengatasinya dengan membuat
buku kontrol tekanan darah yang berisi perilaku nenek N dan tekanan darah secara
berkala. Harapannya dengan ada kartu kontrol hipertensi keluarga dan Nenek N
dapat mengetahui perkembangan kesehatan Nenek N dengan diet yang telah
dilakukan sehingga dapat menumbuhkan rasa kepercayaan dan kepatuhan Nenek
N untuk melakukan diet hipertensi. Lebih lanjut buku kontrol ini dapat
dipergunakan di Posbindu atau Puskesmas sehingga ada motivasi Nenek N dan
keluarga untuk mempertahankan gaya hidup sehat salah satunya diet hipertensi.
Perawat juga telah memberikan lembar berisi tentang makanan yang boleh dan
tidak boleh untuk nenek N. Selain itu perawat meminta keluarga untuk
menuliskan menu harian di dalam lembar yang disediakan untuk seminggu.
Sehingga pada kunjungan berikutnya perawat dapat mendiskusikan menu
makanan pada hari sebelumnya dan perawat dapat memberi motivasi kepada
keluarga atas kepatuhan diet hipertensi atau hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk
melakukan diet hipertensi.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


60 
 

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Bab penutup ini menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil analisi situasi yang
dijabarkan oleh penulis pada bab sebelumnya. Pada bagian ini diuraikan
kesimpulan dari hasil analisis situasi, sehingga dapat diketahui hasil dari karya
ilmiah. Setelah itu, bab ini akan menguraikan saran untuk penulisan selanjtunya
agar lansia dengan hipertensi pada keluarga dapat melakukan perawatan dan
pengontrolan tekanan darah.

5.1. SIMPULAN
Kesehatan Perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena penduduk
kota di Indonesia yang semakin pesat. Perkembangan yang cukup pesat juga
diiringi dengan peningkatan permasalahan pada perkotaan. Permasalahan ini
adalah akibat dari arus urbanisasi dan kegagalan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya baik dari segi ekonomi, sosial, kesehatan, dan kesejahteraan.

Perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan berdampak pada pola makan yang
tidak memenuhi kebutuhan, pola kerja, stress, beban hidup, dan tuntutan
pekerjaan yang mengakibatkan kebiasaan masyarakat berubah. Kebiasaan yang
terus menerus dilakukan dapat mengakibatkan perluasan Penyakit Tidak Menular
salah satunya hipertensi.

Praktik Keperawatan Mahasiswa di Kelurahan Sukatani, khususnya RW 22


bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama keluarga
dengan lansia hipertensi. Berdasarkan hasil surve lebih dari 60% lansia memiliki
hipertensi dan masih ada 30% yang tidak melakukan perubahan gaya hidup.
Survey pada lansia di RW 22 menunjukan juga masih kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai hipertensi dan cara merawat lansia dengan hipertensi.

Asuhan Keperawatan komunitas dengan melakukan pembinaan keluarga


bertujuan untuk melakukan intervensi yang dapat dipraktikan keluarga dalam
mengontrol hipertensi dan melakukan upaya perawatan untuk pencegahan
perburukan hipertensi. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh
61
mahasiswa pada keluarga Bapak R, khususnya nenek N. Tanda-tanda

  60   Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


61 
 

ketidakefektifan manajemen kesehatan diri adalah klien sudah meminum obat


akan tetapi tidak melakukan tindakan untuk merawat dan mencegah. Nenek N
tidak memiliki tanda dan gejala hipertensi, nenek N termasuk kepada katergori
hipertensi tanpa tanda dan gejala. Tekanan darah Nenek N yaitu 180/110 mmHg
yang termasuk kategori hipertensi berat.

Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan


dengan menggunakan pendekatan keluarga. Intervensi utama yang dilakukan pada
lansia adalah dengan diet hipertensi dan menyusun menu makanan hipertensi
dengan menghindari dan membatasi makanan yang tidak diperbolehkan.
Pemilihan intervensi tersebut dilakukan agar keluarga memahami pentingnya
melakukan perubahan pola makan untuk mendukung efektifitas terapi obat dan
menurunkan tekanan darah. Keluarga diharapkan dapat menyadari manfaat diet
hipertensi sebagai salah satu upaya untuk mengontrol tekanan darah dan
mencegah perburukan hipertensi.

Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada Bapak R selama 5-7


minggu. Evaluasi dilakukan melalui pengukuran tekanan darah Nenek N dan
didapatkan hasil penimbangan nenek N turun 5-10 mmHg pada diastole dan
sistole 10 mmHg. Tingkat kemandirian keluarga Bapak R saat ini berada pada
tingkat kemandirian III.

5.2. SARAN
5.2.1. Puskesmas/Perawat Komunitas
Puskesmas perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait hipertensi
pada keluarga dengan lansia hipertensi. Edukasi dapat dilakukan pada saat lansia
melakukan kunjungan ke Puskesmas dan dilakukan pencatatan serta motivasi
untuk mengontrol tekanan darah. Sehingga akan meningkatkan dukungan dan
kontrol dari tenaga kesehatan. Perawat kesehatan masyarakat dari Puskesmas
perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan lansia yang memiliki
kerentanan terhadap Penyakit Tidak Menular melalui asuhan keperawatan
keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan
keperawatan dalam mengatasi masalah hipertensi pada lansia. Puskesmas juga
dapat menerapkan media promosi yang sesuai dengan lansia sehingga mudah

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


62 
 

dipahami oleh lansia. Diet hipertensi dapat menjadi materi edukasi perawat di
Puskesmas terutama berkaitan dengan penjelasan mengapa makanan yang tinggi
garam tidak dibolehkan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan untuk
melakukan diet hipertensi.

5.2.2. Pendidikan Keperawatan


Pendidikan keperawatan dapat memasukan materi mengenai diet hipertensi atau
mengembangkan metode-metode perawatan lainnya yang dapat diajarkan kepada
mahasiswa. Sehingga dapat menambah khasanah keilmuan mahasiswa untuk
mengajarkan keluarga dan masyarakat mengenai cara perawatan dan pencegahan
komplikasi. Inovasi seperti edukasi diet hipertensi kepada masyarakat juga
menjadi tantangan bagi pendidikan keperawatan terutama meningkatkan
kepatuhan lansia dan keluarga untuk melakukan diet hipertensi.

5.2.3. Penelitian Selanjutnya


Tulisan ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya
mengenai hal-hal yang mempengaruhi diet hipertensi pada lansia, selain itu juga
dapat menjadi dasar untuk meneliti metode bagaimana yang paling tepat untuk
meningkatkan kemampuan lansia dan keluarga dalam melakukan diet hipertensi
pada lansia di Indonesia.

5.2.4. Keluarga
Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan lansia dengan
aktif bertanya dan berkonsultasi pada petugas kesehatan. Keluarga diharapkan
dapat tetap mempertahankan diet hipertensi yang telah dilakukan. Anggota
keluarga lain selain nenek yang sakit juga diharapkan dapat memberikan
dukungan agar Nenek N patuh terhadap diet hipertensi dengan tidak menyediakan
makanan yang dilarang dan dihindari. Keluarga diharapkan mampu menyediakan
menu makanan dengan rendah garam pada nenek. Setelah itu keluarga dan lansia
diharapkan dapat melakukan cara perawatan lainnya seperti manajemen stress,
melakukan aktifitas fisik rutin dengan olahraga ringan pada lansia. Lansia juga
diharapkan selalu melakukan kunjungan ke posyandu untuk melakukan
pemeriksaan fisik terutama tekanan darah, berat badan,dan tinggi badan.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


63 
 

5.2.5. Masyarakat/Kader
Kader diharapkan dapat melakukan kunjungan keluarga yang berisiko hipertensi.
Kader juga diharapkan dapat memotivasi keluarga untuk kontrol ke Puskesmas.
Selanjutnya kader diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat
ataupun individu mengenai hipertensi

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


64 
 

DAFTAR PUSTAKA

Agrina, Rini S. S., Hairitama, R. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi


dalam pemenuhan Diet Hipertensi. Vol 6, No 1, April 2011: 46 – 53

AHA. (2006). Dietary Approaches to Prevent and Treat Hypertension: A


Scientific Statement From American Heart Associaton.
http://hyper.ahajournals.org/content/47/2/296

AHA. (2011). Expert Consensus Document On Hypertension in Elderly; A Report


American Collage of Kardiologi Foundation Task Force on clinical expert
Consesnsus Document.
http://circ.ahajournals.org/content/123/21/2434.full.pdf

AHA. (2012). What is Symptom of Hipertension.


http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/Symptom
sDiagnosisMonitoringofHighBloodPressure/What-are-the-Symptoms-of-
High-Blood-Pressure_UCM_301871_Article.jsp

Allender,J. A. , Rector, C., & Warner, K.D. (2010). Community health nursing :
promoting and protecting the public’s health. Lippincott: Williams & Wilkins

Anderson, E.T., dan McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas:


Teori dan Praktik. Edisi ke 3. Alih bahasa: Agus Sutarna, dkk. EGC: Jakarta

Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2013).


http://depokkota.bps.go.id/publikasi/kematan-tapos-dalam-angka-tahun-2013

BPS. (2010). Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010
tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia.
http://www.bps.go.id/download_file/MFD/MFD_2010_Buku_3.pdf diunduh
pada 1 Juli 2014 pukul 11.30 WIB.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes. (2013). Riset


Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes

BPSDM Kemenkes. (2014). Presentasi Pengorganisasian dan manajemen Perawat


Kesehatan Masyarakat di Puskesmas.

Browning, C. J., & Thomas, S.A. (2005). Behavioral change: An evidence-based


for social and public Health. USA: Elsevier Health Sciences

Dinas Kota Depok. (2012). Profil Kesehatan Kota Depok. Dinkes Depok

Ellis, G. E. (2010). An Assesment of the factors than affect the self care behaviour
of diabetes. Birmingham: ProQuest Information and Learning Company.

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


65 
 

Feinstein, L. & dkk. (2005). What are the Effects of Education on Healh?.
diunduh pada 2 Juni 2013 http://www.oecd.org/edu/country-
studies/37425753.pdf

Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research,
theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.

JNC. (2003). The Seventh Report of the Joint National Comitter on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf

Kaakinen, Duff, Coehlo, Hanson, R.J., Duff, V.G., Coehlo, D. P., Hanson, S. M.
H. (2010). Familiy Health Care Nursing. Philadelphia: Davis Company

Kemenkes RI. (2012). Buletin Jendela dan Informasi Kesehatan. Penyakit Tidak
Menular

Kemenkes. (2011). Brosur Diet Hipertensi

Kemenkes. (2011). Prinsip-Prinsip Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM)


dan Regulasinya http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2337.

Lundy, K. S., & Janes, S. (2009). Community Health Nursing; Caring For the
Public’s Health. UK: Joanes & Barlett International Publisher.

Maddens, M., Imam, K., Ashkar, A. (2005). Hypertension in Elderly. Primary


Care: Clinic in Office Practice; 32; 723-753

Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).
Philippine : Argonauta Corporation.

Muhammadis, (2011). Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Kepatuhan


Diet Garam pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Kedungmundu
Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-
muhammadis-6122-2-babii.pdf 06 Juli 2014 Pukul 20:11 WIB

NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Rabkin, S. W. (1994). Non-pharmacologic Therapy in the Management Of


Hypertension: an Update. Canadian Journal Of Public Health. S 44-47
http://www.jstor.org/stable/41991200\ tanggal 31 Mei 2014 pukul 01.47

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


66 
 

Ramayulis, R.(2009). Menu dan Resep untuk Penderita Hipertensi. Jakarta:


Penebar Plus

Sines, D., Saunders, M., dan Burford, J., F. (2013). Community Health Care
Nursing: Fourth Edition. US. America: Wiley-Blackwell

Steyn, K., & Damasceno, A. (2006). Lifesityle and Related Risk Factor For
Chronic Diseases. www.ncbi.com 02 Juli 2014 Pukul 19.00

Stanhope, M., & Lancester, J. (2000). Community & Public Health Nursing.
USA: Mosby elsevier

Tumenggung, I. (2013). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kepatuhan


Diet Hipertensi di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.

Vitahealth. (2004). Hipertensi:Informasi Lengkap untuk Penderita & Keluarga.


Jakarta: Gramedia.

WHO Statistic. (2013).


http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2013/en/ tanggal
27 Juni 2014 Pukul 21.00

WHO. (2014). Raised blood pressure.


http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/
pada 28 Juni 2014 Pukul 20.11 WIB

Zuraidah, Maksuk, & Apriliadi, N. (2012). Riset Pembinaan Tenaga Kesehatan:


Analissi Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat di Kecamatan
Kemuning Kota Palembang Tahun 2012. Poltek Palembang:2012

    Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Lampiran I

PENGKAJIAN KELUARGA KELOLAAN

Tanggal Pengkajian: Senin, 17 April 2014

I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga :R
2. Alamat : RT 03 RW 22
3. Komposisi Keluarga :

No Nama Hub dg KK TTL/Umur L/P Pekerjaan Pendidikan


1 R KK 28 tahun L Karyawan D3
2 N Nenek 67 tahun P Pensiun SMP
3 E Ibu 46 tahun P IRT SMK
4 S Istri 23 tahun p IRT SMA
5 B Adik 24 tahun L Karyawan SMK
6 Y Adik 19 tahun P Pelajar SMA

Genogram

Ny.N 
(68) 

E      
(46)

S(23 R  B  Y 
) (28)  (24)  (19)

Keterangan:

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


= laki-laki meninggal = Wanita meninggal

= Tinggal Bersama

4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Bpk. R merupakan keluarga besar yang terdiri atas keluarga
inti dengan lansia. Keluarga Bpk. R adalah keluarga yang dibentuk (family
of procreation). Pengambilan keputusan oleh Bpk.R bersifat demokratis,
sesekali bp. R otoriter untuk beberapa hal penting. Norma yang digunakan
bilateral, suami dan istri saling mempengaruhi. Meski bapak R adalah
seorang anak, namun dalam keputusan beliau melibatkan ibunya yang sudah
ditinggalkan bapaknya.

5. Suku
Suku yang diterapkan sehari-hari yaitu suku jawa. Bahasa yang digunakan
sehari-hari bahasa jawa dan bahasa indonesia. Tidak ada pantangan
makanan terkait dengan budaya, keluarga mengatakan semakin tua memang
sudah seharusnya mengurangi. Acara-acara yang merupakan adat istiadat
selalu dilakukan. Kebiasaan kebudayaan yang berkaitan yaitu konsumsi
jamu-jamu atau rempah ketika mengalami sakit, seperti minum kunir, jahe,
dll. Keluarga tinggal di lingkungan yang beragam suku yaitu jawa, betawi,
dan sumatera. Keluarga meyakini pada usia tua adalah wajar adanya
penurunan, saat tua merupakan buah pada saat upaya muda.

6. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga adalah islam . Nenek N sering melakukan
ibadah solat, tidak ada halangan untuk ibadah yang dilakukan. Klien
mengatakan beribadah dapat membuat dirinya lebih tenang dan
mengharapkan tuhan menyelesaikan masalah-masalahnya. Nilai utama
dalam hidup yang dipegang klien bahwa harus berbuat baik dengan orang
lain dan berpikir positif tentang orang lain. Anggota keluarga lainnya
mengatakan sering beribadah. Keluarga lainnya tampak rajin beribadah
untuk yang perempuan, namun untuk Bp. R sendiri dan adiknya tidak
tampak mengerjakan solat lima waktu. Hal ini dibenarkan oleh Ibu E
anaknya yang laki-laki hanya solat jum’at.

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Keluarga Bp.R termasuk status ekonomi menengah keatas. Bpk. R bekerja
di perusahaan konstruksi dan bekerja sistem proyek. Sehingga penghasilan
yang didapat tidak pasti setiap bulan, sehingga rata-rata penghasilan Bp. R
+ 5 juta perbulan. Keluarga Bp. R menyiasati dengan menabung dan
membagi uangnya sesuai dengan kebutuhan. Belanja harian biasanya antara
ibunya Bpk R atau Istrinya. Bapak R bekerja proyek sehingga sering pergi
berhari-hari. Nenek N sendiri tidak memiliki uang simpanan, jika
menginginkan sesuatu biasanya akan dibelikan oleh Bp. R. Nenek N sendiri
terkenal sebagai tukang urut bayi, sesekali beliau diminta untuk mengurut
sehingga mendapat penghasilan 20-50/kali urut. Namun, nenek N
mengatakan hal tersebut bukanlah pemasukan utama, ia tetap mendapatkan
kebutuhan dari Bp R. Ibu E juga menjual kunir asli jika ada yang memesan
dan berjualan dari rumah. Keluarga mengatakan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Biaya untuk kesehatan Bp.R dan istrinya telah
ditanggung asuransi tempat bapak bekerja. Anggota keluarga lainnya
termasuk Nenek N telah memiliki jamkesda. Meski demikian keluarga
menganggap jamkesda dapat digunakan untuk sakit berat di rumah sakit.
Selama ini nenek N kontrol kesehatan di klinik dokter terdekat.
8. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga tidak memiliki jadwal rutin kapan berekreasi. Jika rekreasi
biasanya pergi ke pasar atau mengunjungi. Nenek N sudah lama tidak
berekreasi dan bepergian karena takut kelelahan. Biasanya Nenek N
berjalan-jalan ke rumah tetangga atau nenek N sudah merasa terhibur jika
tetangga datang mengunjungi dirinya, beliau juga seminggu sekali merasa
terhibur dengan pergi ke pengajian. Rekreasi di dalam rumah biasanya
dengan menonton televisi. Nenek N sudah merasa terhibur dengan berjalan
setiap pagi dipinggir rumahnya dan berbincang dengan orang lain juga
sambil melihat ikan.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


9. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu keluarga dengan lansia.
Keluarga menyadari bahwa lansia terjadi banyak penurunan sehingga yang
dapat dilakukan untuk mempertahankan kesehatannya. Nenek N selama ini
menyadari dan menerima penurunan fungsi tubuh, sehingga ia lebih berhati-
hati. Saat ini ia menyadari bahwa sudah sendiri sehingga tidak dapat
bercerita lagi dengan pasangan untuk mengatasi berbagai masalah. Oleh
karena itu sekarang ia hanya berdo’a dan mengandalkan anak-anaknya. Saat

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


ini nenek N sudah merasa puas dengan kehidupannya karena anak-anaknya
sudah mandiri dan cucunya sudah ada yang menikah serta bekerja.

Nenek N merasa dihargai baik di keluarga ataupun di lingkungannya karena


ia sangat perhatian dengan lingkungan. Ketika masa pensiun habiskan
dengan merawat anak, cucu, dan membantu lingkungan sekitar seperti urut
bayi.

Penurunan fisik yang paling dirasakan Nenek N adalah kekuatan tulangnya


yang mulai menurun dan badannya yang mudah tidak enak. Nenek N sering
merasakan nyeri-nyeri pada sendi dan panas pada kaki sekitar paha ke
panggul. Nenek N sejak muda tidak ada pantangan dan bekerja berat. Nenek
N menyadari bahwa kematian akan menjemputnya suatu saat, namun ia
tidak merasa takut atau khawatir, ia hanya ingin agar dapat meninggalkan
keluarga dalam keadaan sejahtera.

Nenek N juga meningkatkan keterikatan sosial seperti menjadi penasehat di


lingkungannya, lalu sering menasehati anak-anaknya. Nenek N merasa
cukup puas dengan kehidupannya karena tidak ada cekcok dengan anak
yang merawatnya. Selain itu anak keduanya juga tinggal disamping
rumahnya dan siap atau perhatian ketika nenek N butuh bepergian jauh.

10. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan yang belum terpenuhi adalah mengubah gaya hidup.
Hal ini dikarenakan ia masih sering merasakan sakit pada badan dan tidak
mengubah pola makan.
11. Riwayat keluarga inti
Bapak R dan istrinya telah menikah selama 2 tahun dan dikarunia satu anak.
Bapak R tinggal bersama Nenek N dan ibu E. Bapak R sering mengalami
sakit pada kepala karena sering tidur malam. Nenek N sudah terdiagnosa
hipertensi dan mengonsumsi obat-obatan. Anggota keluarga lainnya tidak
mengalami masalah kesehatan. Sejak dahulu nenek dan Bapak R tinggal
bersama. Hal ini dikarenakan agar ada yang merawat nenek. Selain itu
Nenek N sudah membagi rumahnya menjadi dua agar anaknya tidak tinggal
berjauhan. Nenek N pernah dirawat dirumah sakit dengan tekanan darah
220/110 dan hampir pingsan. Sejak saat itu nenek N mulai terus berobat dan
kontrol sebulan sekali.
12. Riwayat keluarga sebelumnya
Nenek N dan suaminya bertemu di kota Magetan. Mereka lalu menikah
setelah dua tahun berpacaran. Setelah tinggal di magetan, Nenek N pindah

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


ke Jakarta selama 9 tahun tepatnya di casablanca. Setelah itu beliau pindah
ke sukatani karena ada penggusuran di casablanca. Sejak beberapa puluh
tahun hingga sekarang beliau tinggal di sukatani. Keluarga inti Nenek N
dikatakan cukup harmonis dan sejahtera. Nenek N dan suami bekerja keras
agar dapat hidup lebih baik. Selama muda beliau dan suami tidak
mengalami sakit-sakit. Namun, Suami Nenek N telah meninggal 10 tahun
yang lalu karena sakit komplikasi. Orangtua Nenek N meninggal karena
sudah tua. Saudara Nenek N yang lain ada yang mengalami hipertensi.
Anak-anak Nenek N sesekali mengalami ISPA. Sebagian besar anak nenek
N masih dalam usia dewasa dan produktif bekerja.

Hubungan keluarga harmonis antar ibu dan anak, maupun anak dan anak.
Anak Nenek N tinggal berdekatan dan sering berkomunikasi. Anak pertama
nenek N banyak membantu masalah keuangan untuk anak kedua sangat
membantu terkait tenaga.

III. Lingkungan
13. Karakteristik rumah
Rumah satu lantai merupakan milik Nenek N dengan luas tanah 150 m2 dan
luas bangunan 150 m2. Denah rumah terdiri atas 2 kamar tidur, 2 ruangan
yang disekat, 1 ruang tengah, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Pada setiap
kamar terdapat jendela yang langsung berhadapan dengan udara dari luar.
Setiap hari terlihat keluarga membuka jendela. Ventilasi terdapat pada
setiap kamar dan ruangan. Lantai rumah semen licin. Ruang tamu tidak
tersusun rapi, halaman tidak tampak sampah, terdapat kolam dengan ikan
yang bersih, dapur tidak tertata, tidak ada meja makan. Televisi dan alas
tampak berada diruang tengah. Kabel listrik berada dibelakang televisi dan
tidak tampak kabel yang melintasi diruangan.

Kamar tidur Bapak R dan anaknya tampak kasur berada pada lantai.
Sedangkan kasur di kamar Nenek N menggunakan dipan. Hal ini dikatakan
Nenek N karena beliau sudah tidak bisa jika harus duduk dilantai atau
jongkok, sehingga harus sejajar dengan pahanya. Kamar Nenek N terdapat
baju dan peralatan dirinya yang tidak disusun rapi. Lampu kamar Nenek N
menggunakan neon dan lampu pijar. Saat siang hari kamar tampak sangat
gelap karena kamarrnya hanya berupa sekat tanpa jendela. Saat malam hari
Nenek N menghidupkan lampu neon. Benda-benda di kamar Nenek N
masih diletakan beberapa jauh dari jangkauan. Misalnya di lemari yang
tinggi.

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Keadaan rumah agak rapi dan bersih karena keluarga biasa membersihkan
rumah setiap hari seperti menyapu, mengepel, dan membersihkan tempat
tidur ataupun dapur.
Pembuangan sampah diletakan di suatu tempat dalam tong sampah besar,
lalu setiap 1 hari diangkut oleh petugas ke TPA. Air yang digunakan yaitu
air sumur yang menggunakan pompa jet. Air yang kotor mengalir melalui
selokan yang telah dibuat. Jamban yang digunakan yaitu jamban jongkok di
kamar mandi. Kamar mandi luas, ada jarak 50 cm untuk masuk kamar
mandi. Kamar mandi terang tidak licin. Kondisi air bersih dan segar.
Keluarga mengatakan kebersihan lingkungan juga menjadi kunci untuk
kesehatan, oleh karena itu lingkungan mesti dijaga untuk tetap bersih rapi
dan sehat.

D       H 

        F    G 

C             

          E 

A         

Keterangan:
A = Kamar tidur Anak R dan Istri
B = Ruang beribadah dan tempat menyetrika
C = Kamar tidur Nenek N
D = Kamar tidur Ibu E dan An. Y
E= Ruang tamu
F= Ruang tengah dan ada dipan An. B
G= Dapur
H= kamar mandi

Disebelah dari rumah Nenek N tinggal anak laki-lakinya yang kedua. Beliau
sesekali mengunjungi Nenek N dan membantu kebutuhan Nenek N.

14. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Adat dan istiadat komunitas di sekitar yaitu jawa. Hampir semua warga
menjunjung dan menjalankan adat istiadat jawa. Keluarga bpk. R aktif
bersosialisasi dengan warga dan menjadi termasuk yang disegani di daerah
sekitar. Menurut keluarga bapak R tetangga adalah saudara terdekat,
sehingga sangat penting untuk bersilaturahmi dan menjalin hubungan baik.
Masalah kesehatan yang sering terjadi di komunitas menurut keluarga
adalah penyakit seperi hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit infeksi.
Menurut keluarga hal ini terjadi karena gaya hidup dan juga kebiasaan
sewaktu muda. Menurut keluarga informasi dan pengetahuan tentang
kesehatan sudah cukup baik di lingkungannya dari para kader dan kegiatan
yang dilakukan. Kader kesehatan yang juga merupakan ibu RT 03 berada
didepan rumahnya. Sehingga keluarga sering berkonsultasi dengan kader
tersebut. Lingkungan RT 03 menurut keluarga sangat erat kekeluargaannya.
Hal ini terlihat jika ada yang sakit maka segera dijenguk, hajatan dibantu
bersama, dan masalah dirembukan bersama.

15. Mobilitas geografis keluarga


Alat transportasi yang tersedia di lingkungan cukup banyak. Angkutan
tersebut yaitu ojek, taksi, angkutan umum, dan bis. Keluarga menggunakan
mobil dan motor untuk bepergian. Nenek N biasanya berjalan kaki jika jarak
nya tidak jauh, dan jika jauh akan menggunakan motor diantar oleh
anaknya. Bapak R sendiri menggunakan mobil pribadi untuk bekerja, dan
adik-adiknya menggunakan motor untuk bekerja dan kuliah.

16. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Bpk R bekerja di perusahaan dengan sistem proyek, sehingga untuk acara
resmi beliau seringkali tidak bisa hadir. Namun untuk acara informal di hari
libur terlihat bpk dan keluarga seing bercengkerama dengan tetangga.
Nenek N mengatakan beliau masih mengikuti pengajian mingguan dan
arisan bulanan. Ibu E mengatakan sering membantu jika ada hajatan ataupun
arisan RT. Selain itu ibu E masih sering membantu tetangga sekitar yang
membutuhkan ramuan jamu. Nenek N merasa senang karena sering
dikunjungi baik untuk berbincang atau meminta petuah nenek N terutama
untuk masalah bayi. Nenek N merasa hal itu sangat menyenangkan dan itu
adalah buah dari dahulu apa yang dilakukannya. Waktu muda beliau sangat
perhatian dengan masyarakat dan tetangga lainnya.

17. Sistem pendukung keluarga


sistem pendukung keluarga yang dimiliki yaitu adanya asuransi kesehatan
yang dimiliki keluarga. Selain itu komunikasi dan sifat keluarga yang selalu

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


ingin saling membantu. Dalam anggota keluarga yang bersifat saling
terbuka sangat membantu nenek N mengatasai permasalahannya. Tetangga
yang merupakan kader dan saudara merupakan sumber kekuatan bagi
keluarga.

IV. Struktur Keluarga


18. Pola Komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga yaitu terbuka. Anggota keluarga bisa saling
menyampaikan pendapatnya dan berkomunikasi secara terbuka. Nenek N
mengatakan sering diajak berbicara dengan anggota keluarga lain dan diajak
bercana. Selain itu ia tidak merasa segan untuk mengungkapkan
kebutuhannya.
Ibu Z mengatakan jika ada masalah yang tidak terselesaikan akan
dikomunikasikan lewat musyawarah. Setiap anggot keluarga saling
menghormati dan berbicara santai tapi sopan.

19. Struktur Kekuatan Keluarga


Keputusan di dalam keluarga diambil oleh Bpk. R sebagai kepala keluarga
dengan tetap mempertimbangkan masukan dari anggota keluarga lainnya.
Keputusan yang berkaitan dengan Nenek N diambil oleh semua anggota
keluarga atau anak-anaknya terutama dan Anak perempuannya.

20. Struktur peran


Bpk. R menjalankan perannya sebagai kepala keluarga dengan mencari
nafkah, Bpk. R sangat dihormati di keluarganya. Ibu Z. Berada dirumah
mengurusi rumah tangga dan mempersiapkan kelahiran. Ibu E berada
dirumah mengurusi rumah tangga dan anak-anaknya. Anak-anak terlihat
membantu orangtua untuk pekerjaan rumah dan Nenek N sebagai lansia
sudah tidak banyak melakukan pekerjaan berat.

21. Nilai dan Norma Budaya


Nilai dan norma budaya yang dianut yaitu budaya jawa. Bapak sebagai
pencari nafkah dan ibu mengurusi rumah tangga. Ketika bapak sudah mapan
ibu tidak bekerja lagi dan fokus mengerjakan urusan rumah. Budaya jawa
yang diterapkan tidak bertentangan dengan kesehatan bahkan melengkapi
terapi medis. Seperti jamu-jamuan dan herbal yang diminum oleh nenek N.
Sejak tua sendiri Nenek N lebih percaya terhadap medis sehingga jarang
mengonsumsi jamu.

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


V. Fungsi Keluarga
22. Fungsi Afektif
Bapak R tampak menyayangi ibu dan neneknya. Hal ini terlihat dari gaya
berkomunikasi Bp R yang mengajak anggota keluarganya bercanda sesekali.
Nenek N mengatakan bapak R perhatiaan terhadap dirinya. Ibu E juga
terlihat sangat menyanyangi ibunya, hal ini terlihat dari antusiasme bertanya
mengenai masalah kesehatn dan sering mengingatkan ibunya. Nenek N
mengatakan Nenek N ingatannya sangat baik dan masih sering mengobrol
yang bermacam-macam dan tahan mengobrol dalam jangka waktu lama.
Berdasarkan keterangan tetangga Nenek N seringkali berobat dan berpindah
tempat karena merasa tidak cocok, meski demikian anggota keluarga
dengan sabar mengantarkan nenek N untuk berobat. Jika ada masalah
kesehatan anggota keluarga segera membawa ke pelayanan kesehatan. Ibu E
yang sudah memasuki pra lansia juga sering bepergian bersama ke acara-
acara pengajian. Sesama anggota keluarga saling mengingatkan dan
membantu.

23. Fungsi sosialisasi


Secara umum sosialisasi bapak H dan keluarga sangat baik ditandai dengan
sering berbincang dengan tetangga di depan rumahnya. Selain itu keluarga
juga perhatian dengan tetangga yang sedang memiliki hajatan. Ibu E sering
mengikuti arisan dan pengajian RT dan hampir seluruh warga RT sangat
dekat dengan Ibu E. Nenek N juga sering datang dengan ditemani Ibu E.
Bapak H mengikuti kegiatan di sekitar rumahnya. Nenek N tampak sesekali
mengunjungi tetangga yang sudah melahirkan.

24. Fungsi perawatan keluarga


Perawatan keluarga dapat dilihat dari pola makan, olahraga, pola istirahat,
dan cara merawat masalah kesehatan yang dialami keluarga. Keluarga bapak
H menyediakan makanan sehari-hari dengan selalu memasak. Adapun
makanan yang sering dikonsumsi adalah nasi, tahu, tempe, ikan, ayam,
sayur-sayur, dan sesekali buah. Sebagian besar keluarga menyukai makanan
yang pedas. Sarapan pagi dimulai pukul 08.00, siang 13.00, dan malam
19.00. Nenek N memasak satu sampai dua kali sehari. Makan bersama
dilakukan pada siang hari.

Khususnya pola makan Nenek N yaitu 1-2 kali perhari dengan 1/3-1 porsi.
Nenek N mengatakan hanya makan pagi jam 10.00 dan makan siang pukul
14.00, makan malam jarang dilakukan. Makanan yang paling disukai yaitu
ikan asin dan tahu tempe. Ikan asin dikonsumsi setiap hari oleh Nenek N.

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Nenek N mengatakan terbiasa makan asin dan gurih. Nenek N menyukai
nasi yang lembut dan kuah sayur. Cemilan yang sering dikonsumsi yaitu
kripik yang selalu ada di kamarnya. Nenek N mengatakan mengemil >3x
perhari. Pantangan yang dipatuhi yaitu sayur berwarna hijau, kacang-
kacangan dan cabe. Keluarga mengatakan Nenek N memang sering
mengemil keripik dan yang gurih-gurih. Keluarga mengatakan seringkali
nenek N merasa masakan anaknya kurang asin sehingga ia menambahkan
garam. Tidak ada pantangan terhadap santan dan makanan berlemak. Nenek
N pantang dan tidak pernah makan daging kambing. Pola makan anggota
keluarga lain tidak ada pantangan. Ibu Z yang sedang hamil makan lebih
sering sehat dan bergizi. Ibu E sudah mengurangi makanan yang hijau dan
selain itu tidak ada pantangan. Anak lainnya makan 3xsehari dengan menu
yang dibuat oleh ibunya dan tidak pernah mengalami maag.

Pola BAK Nenek N 1 kali sehari konsistensi agak lembek, terkadang sulit
mengeluarkan jika tidak makan buah. Namun tidak merasakan perih atau
sakit ketika mengeluarkan. Pola minum Nenek N yaitu 5 gelas ukuran 350
cc perhari, malam hari 3 gelas ukuran 350 cc. Nenek N mengatakan buang
air kecil 1 kali pada malam hari dan terjaga. Keluarga mengatakan nenek N
tidak terbiasa minum air putih, jadi air yang diminum selalu seduhan teh.
Jika buang air kecil Nenek N berhati-hati. Ny.P sering merasa sering pipis
dan sedikit yang keluar. Meski sering buang air kecil Nenek N mengatakan
tidak mengalami masalah. Pola berkemih anggota lain dikatakan tidak ada
yang bermasalah. Ibu Z yang sedang hamil 34 minggu juga sering BAK
namun mengatakan dapat mengatasinya.

Pola istirahat Nenek N malam hari pukul 21.30 sudah ketempat tidur.
Namun baru terlelap tidur 21.00WIB. Terjaga pukul 04.00 wib dengan lama
tidur sekitar 5-8 jam dan terjaga terkadang-kadang untuk pipis. Ibu
mengatakan cukup puas dengan kualitas tidurnya. Ketika bangun ia
merasakan segar. Selama sebelum terlelap Nenek N tidak sering
memikirkan hl-hal yang sedih. Anggota keluarga lain seperti Bapak R tidur
tidak menentu, biasanya tidur pukul 01.00 WIB. Ibu Z dan Ibu E tidur pukul
22 hingga 05.00. Anggota keluarga lainnya tidur pukul 22.00 WIB dan tidak
merasa ada gangguan saat tidur.

Pola olahraga yang dilakukan Nenek P tidak rutin. Setiap pagi biasanya
berjemur sambil melihat kolam ikan dan menggerakan badan, dilakukan 5
menit perhari. Keseimbangan nenek N masih baik. Meski ada senam setiap
hari minggu di depan rumahnya, ia tidak mengikuti karena senam dirasakan

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


berat. Anggota keluarga lain yang senam adalah ibu E yang aktif senam
setiap hari minggu. Ibu Z yang sedang hamil juga sering berjalan setiap pagi
30 menit, sering mengajak nenek N namun nenek tidak mau. Setiap malam
hari sakit panas pada kakinya. Gaya berjalan normal dan tidak berpegangan
dengan dinding. Tempat tidur tidak ada penyangga. Suasan rumah terang.
Nenek N masih ingin melakukan kegiatan seperti menyuci ataupun
membalik pakaian yang dijemur.

Saat pertemuaan pertama dan kedua , keluarga mengatakan sudah


menyadari akan kondisi Nenek S yang mengalami hipertensi. Nenek N dan
Ibu E sering membawa nenek N ke pengobatan alternatif, namun atas saran
kader kesehatan, nenek N menyadari ia perlu ke dokter dan mengobat. Oleh
karena itu sejakdua tahun yang lalu nenek N selalu mengonsumsi obat anti
hipertensi. Keluarga mengeluhkan tekanan darah Nenek N tidak turun dan
keluarga tidak mengetahui cara lain selain minum obat. Ibu E mengatakan
Nenek N memang sangat sulit mengatur jenis makanan, setiap hari selalu
makan ikan asin dan merasa tidak enak jika tidak makan ikan asin. Disisi
lain nenek N dan keluarga juga takut dapat membuat stroke pada nenek N
jika tidak dikontrol.

Mengenai masalah kesehatan hipertensi keluarga hanya mengetahui tekanan


darah tinggi jika diatas 200. Keluarga mengatakan hal ini dikarenakan nenek
yang suka makan asin dan sudah tua. Nenek saat ini merawatnya dengan
minum obat captopril 1x12,5 mg. Tanda dan gejala seperti pusing tidak
dirasakan oleh nenek N. Nenek mengatakan akibatnya adalah stroke. Nenek
tidak tahu bagaimana cara merawat lainnya. Saat ini nenek N setiap bulan
kontrol ke dokter terdekat namun tidak pernah datang ke posbindu.
Keluarga mengatakan sulit untuk memberitahu dan mengubah pola makan
nenek N.

VI. Stress dan Koping Keluarga


25. Stressor jangka pendek
Stressor jangkapendek yang dirasakan keluarga adalah masalah kesehatan
pada anggota keluarga lainnya seperti Ibu Z yang akan melahirkan, masalah
hipertensi pada Nenek N, An.B yang belum mendapat pekerjaan setelah
lulus, dan pendidikan yang sedang ditempuh An.Y. Gaya hidup yang baik
selalu diupayakan keluarga meski tampaknya belum berhasil. Seperti nenek
N yang mengalami hipertensi belum efektif merawatnya, sehingga meski
minum obat, tekanan darah tidak turun. lalu bapak R yang masih sering
merokok. Selain itu ada dua tahap tumbuh kembang yang harus dipenuhi

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


keluarga yaitu tahap tumbuh kembang bapak R dengan pasangan baru
menikah dan Nenek P yang lansia. Stressor jangka pendek Nenek Ndalah
masalah kesehatannya yang dirasakan kurang baik seperti sering nyeri pada
sendi dan tekanan darahnya yang selalu tinggi. Stressor jangka pendek
lainnya adalah persiapan melahirkan pada Ibu Z

26. Stressor jangka panjang


Stressor jangka panjang keluarga adalah mempersiapkan kehidupan anak-
anak yang lebih baik. Nenek P sendiri merasa tidak ada yang perlu ia
pikirkan lagi dalam jangka waktu lama karena ia sudah membagi rumah
kepada anaknya, anaknya sudah menikah dan cucunya sudah bekerja. Ia
berharap dapat meninggal dengan meninggalkan anaknya dalam keadaan
sejahtera. Stressor jangka panjang keluarga bapak R adalah mempersiapkan
kehidupan yang mandiri yaitu memiliki rumah. Ibu E sendiri meraskan
stresor jangka panjang adalah mempersiapkan kehidupan yang mandiri
untuk dua anak lainnya yang belum menikah.

27. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah


Keluarga berespon terhadap masalah Nenek N yaitu mengikuti kemauan
nenek N untuk berobat dan mencoba berobat ke beda-beda dokter. Keluarga
menganggap bahwa masalah yang dihadapi nenek N harus diatasi bersama.
Selain itu keluarga juga aktif bertanya kepada petugas kesehatan dan
mengikuti anjuran kesehatan.

28. Strategi koping yang digunakan


Strategi koping yang digunakan yaitu berdo’a dan bercerita dengan anaknya
yang lain sehingga dapat membantu menyelesaikan. Strategi koping yang
dilakukan Nenek N kebanyakan stratgi koping internal, yaitu berdo’a, sabar,
dan berdiskusi dengan anaknya. Strategi koping keluarga lainnya yaitu
mendiskusikan bersama-sama. Keluarga saling terbuka ketika ada masalah.

29. Strategi adaptasi disfungsional


Nenek N sering tidak patuh dengan anjuran dokter meski sudah diingatkan.
Adaptasi disfungsional juga dilakukan anggota keluarga lain kurang
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung. Misalnya mengingatkan
nenek untuk tidak makan ikan asin, namun menu yang disediakan ikan asin.

VII. Harapan Keluarga

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Harapan keluarga Nenek N dapat mempertahankan kesehatannya dan bisa
senang menjalani kehidupan. Keluarga berharap perawat dapat mengatasi
permasalahan yang diatasi Nenek N.

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


VIII. Pemeriksaan Fisik

Jenis Bapak R Ibu E Ibu Z Nenek N An B An Y


pemeriksaan
Suhu 36,5 oC 36,4oC 36,8oC 36,8oC 36,4oC 36,4oC
Nadi 76 x/menit 80 x/menit 85x/menit 88x/menit 89 x/menit 80 x/menit
RR 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit
TD 110/80 mmHg 110/80 mmHg 110/70 mmHg 180/110 mmHg 110/70 mmHg 110/70 mmHg
BB 60 kg 70 kg 69 kg 54 kg 50 kg 49 kg
TB 168 cm 154 cm 150 cm 145 cm 160 cm 152 cm
Kepala tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi, tidak ada lesi,
penyebaran rambut penyebaran rambut penyebaran rambut penyebaran rambut penyebaran rambut penyebaran rambut
merata, rambut merata, rambut ikal merata, rambut ikal merata, rambut ikal merata, rambut ikal merata, rambut ikal
lurus hitam hitam, agak rontok hitam, agak rontok putih, agak rontok hitam, agak rontok hitam, agak rontok
Mata konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak
anemis, pupil bulat anemis, pupil bulat anemis, pupil bulat anemis, pupil bulat anemis, pupil bulat anemis, pupil bulat
isokor isokor isokor isokor isokor isokor
Telinga tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan,
bersih bersih bersih bersih bersih bersih
Hidung tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan,
tidak ada sekret tidak ada sekret tidak ada sekret tidak ada sekret tidak ada sekret tidak ada sekret
Mulut dan gigi gigi masih utuh dan gigi masih utuh dan gigi masih utuh dan Gigi geraham atas gigi masih utuh dan gigi masih utuh dan
lengkap lengkap lengkap tidak ada 1 dan gigi lengkap lengkap
geraham bawa
tidak ada dua

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Leher tidak ada tidak ada pembesaran tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada pembesaran
pembesaran kelenjar getah bening pembesaran pembesaran pembesaran kelenjar getah bening
kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah kelenjar getah
bening bening bening bening
Dada/thorax tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pembesaran, ronkhi pembesaran, ronkhi pembesaran, ronkhi pembesaran, ronkhi pembesaran, ronkhi pembesaran, ronkhi
(-), wheezhing (-) (-) dan wheezhing (-) (-) dan wheezhing (-) dan wheezhing (-) dan wheezhing (-) dan wheezhing (-)
S1 & S2 normal S1 & S2 normal (-) S1 & S2 normal (-) S1 & S2 normal (-) S1 & S2 normal S1 & S2 normal
Abdomen tidak ada keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan
BU (+)
Ekstremitas tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, Nyeri pada sendi tidak ada keluhan, tidak ada keluhan,
deformitas (-) deformitas (-) deformitas (-) dan paha deformitas (-) deformitas (-)
Kulit tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan, tidak ada keluhan,
turgor kulit normal turgor kulit normal turgor kulit normal turgor kulit normal turgor kulit normal turgor kulit normal

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Analisa Data

Data Masalah Keperawatan


Data Subjektif Ketidakefektifan manajemen kesehatan
“saya pernah dirawat karena merasa sangat diri
pusing,ternyata saat ditensi 220/100”
“dengan tekanan darah 180/100 saya tidak
pernah merasakan pusing”
“saya suka makan yang gurih dan asing
saat ini belum mengurangi konsumsi
garam, juga belum mengurangi makanan
berlemak, dan gorengan”
“lebih dari tiga kali sehari atau hampir
setiap hari saya makan ikan asin, rasanya
tidak enak kalau tidak makan ikan asin”
“Tekanan darah tinggi jika diatas 180”
“penyebabnya karena makan kolesterol
tinggi dan makan garam”
“tandanya pusing, mata kunang-kunang”
“saya minum obat teratur dan tidak berani
jika tidak minum obat”
“ saya tidak merasa pusing, jantung
berdebar, mata berkunang-kunang ataupun
sulit tidur saat ini.
“Saya tahu tekanan darah tinggi jika diatas
200”
“saya merawatnya dengan minum obat”
“saya tidak bisa dan sulit mengurangi ikan
asin, makan sedikit saya pikir tidak
masalah”
“saya tidak melakukan kegiatan lain untuk
menurunkan tekanan darah”
“saya selalu membeli obat di apotik jika
obatnya habis”

Data Objektif
Tekanan darah: 170/90 – 180/110 mmHg
BB = 54 kg
TB = 145 cm
IMT = 25,6 kg/m2 (overweight)
Nadi: 84x/menit kuat, reguler
Bunyi jantung: BJ 1 , BJ 11 Normal
Mengonsumsi obat captopril 12,5mgx1

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


DATA SUBJEKTIF: Resiko gangguan mobilisasi fisik Nenek N
“kadang terasa tidak nyaman di kakinya, dengan gout
terasa panas dan cenat cenut terutama
malam hari “
“Ketika merasa tidak nyaman pada
kakinya, maka ia cenderung diam dan
menghentikan aktivitasnya”
“ asam urat menurut keluargadalah karena
sayur warna hijau, tidak mengetahui
kenapa jadi nyeri, tandanya nyeri pada
kaki, sekarang saya pantang dengan tidak
makan hijau, tapi kok tidak berubah
nyerinya”I
“saya hanya mencegah dengan tidak
makan hijau”
“nenek memang minum airnya sedikit 3
gelas ukuran 350 ml dan tidak bisa air
putih, pasti seduhan teh”
“ saya tidak melakukan perawatan
sederhana, kecuali hanya diistirahatkan
saja jika kebas itu kembali menyerang
terkait masalah penumpukan asam urat
pada dirinya:
DATA OBJEKTIF:
Asam urat : 7 mg/dl
Tidak ada gangguan gaya berjalan.
Tampak tidak bisa berlama-lama duduk
dengan kaki dilipat
Sulit berdiri dari duduk
Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
DS: Kesiapan meningkatkan adaptasi
“ nenek sudah mengetahui dirinya tua, peningkatan usia lanjut
makanya sekarang sudah tidak bekerja
berat, dan kegiatan yang dilakukan tidak
jauh-jauh” kata anaknya
“ saya dulu ini bekerja di pasar, namun
sejak anak mapan dan saya mulai tua saat
ini sudah tidak melakukan aktivitas berat”
“ saya sadar sudah lansia, sehingga lebih
banyak menghabiskan waktu untuk
beribadah, makanya ikut pengajian
sekalian hiburan bertemu teman”
“selama suami tidak ada saya banyak
bercerita ke Allah SWT dan kepada anak-
anak”
“kebutuhan sehari-hari dipenuhi sama
anak-anak, terutama anak terakhir yang
belum menikah”
“saya sangat puas dengan kehidupan

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


sekarang dan berharap anak-anak saya
sukses”
“alhamdulillah anak-anak saya kompak
dan selalu membantu jika saya perlu
berobat”
“sekarang saya sering kontrol ke dokter”
“saya merasa puas dengan hidup saya dan
wajar dengan penurunan yang ada”

DO:
‐ Nenek bertanya mengenai perubahan
pada lansia seperti sulit memulai tidur,
dan jika terjaga tidak bisa tidur lagi.
‐ Nenek bertanya mengenai perubahan
BAK, makan, kekuatan badan
‐ Nenek ingin meningkatkan
pengetahuan mengenai perubahan
normal yang terjadi pada lansia

SKORING MASALAH KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifa Manajemen Kesehatan Diri Terkait hipertensi pada Nenek N

Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah berisiko karena tekanan
: darah nenek N 180/110 tidak
Risiko merasakan tanda dan gejala. Ada
riwayat tekanan darah mencapai 220
merasakan pusing. Jika tidak diatasi
akan mengakibatkan stroke

Kemungkina 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Tingkat pendidikan keluarga yang


n masalah cukup tinggi (SMA) sehingga dapat
untuk diubah dengan mudah menangkap
: mudah penjelasan perawat, ada motivasi dari
keluarga untuk menghindari, sumber
ekonomi keluarga cukup. Di sekitar
rumah keluarga pun terdapat fasilitas
pelayanan kesehatan (Posyandu,
bidan, & Puskesmas)

Potensi Masalah sudah terjadi. Nenek N


masalah 3 3 1 3/3 x 1 = 1 sudah mengonsumsi obat namun
untuk merasa belum ada perubahan tekanan
dicegah : darahnya
baik

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Menonjol- Keluarga mengatakan bahwaharus
nya masalah : 2 2 1 2/2 x 1 = 1 segera diatasi agar tidak terjadi
segera komplikasi
ditangani

TOTAL 4 2/3
SKOR

2. Resiko gangguan mobilisasi fisik Nenek N dengan gout

Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah saat ini sedang dirasakan.
: Data subjektif bahwa sering merasa
Risiko nyeri saat malam hari. Data objektif
nenek tampak meringisi,Namun
masih dapat beraktifitas. Nenek Nkan
berhenti melakukan aktifitas dan
membaluri yang hangat pada bagian
yang sakit

Tingkat pendidikan keluarga yang


Kemungkina 2 2 2 2/2 x 2 = 2 cukup tinggi (SMA) sehingga dapat
n masalah dengan mudah menangkap
untuk diubah penjelasan perawat, ada motivasi dari
: mudah keluarga untuk menghindari, sumber
ekonomi keluarga cukup. Di sekitar
rumah keluarga pun terdapat fasilitas
pelayanan kesehatan (Posyandu,
bidan, & Puskesmas)

Potensi Masalah sudah terjadi dan sudah


masalah 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 dapat diatasi. Balsem dikatakan
untuk dapat mengurangi nyeri . Nenek juga
dicegah : sudah tidak makan sayur yang hijau.
cukup

Keluarga mengatakan bahwa nyeri


Menonjol- pada Nenek N dapat diatasi dengan
nya masalah : 2 2 1 2/2 x 1 = 1 pemberian balsem. Nenek
segera mengatakan dapat berjalan meski
ditangani perlahan.

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


TOTAL 4 1/3
SKOR

3. Kesiapan meningkatkan kebutuhan adaptasi lansia

Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah saat ini tidak dirasakan.
: potensial Nenek merasakan perubahan dan
mengatasi
Kemungkina
n masalah 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Tingkat pendidikan keluarga yang
untuk diubah cukup tinggi (SMA) sehingga dapat
: mudah dengan mudah menangkap
penjelasan perawat, ada motivasi dari
diri nenek untuk dapat mengatasi,
sumber ekonomi keluarga cukup. Di
sekitar rumah keluarga pun terdapat
fasilitas pelayanan kesehatan
(Posyandu, bidan, & Puskesmas).
Potensi
masalah Potensi masalah sudah diadaptasi
untuk 3 3 1 3/3 x 1 = 1 dengan keluarga hanya perlu
dicegah : ditingkatkan
baik

Menonjol-
nya masalah : Tidak perlu segera ditangani
tidak segera 1 2 1 1/2 x 1 = 1/2
ditangani
TOTAL 3 5/6
SKOR

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Manajemen Kesehatan diri Terkait hipertensi


pada Nenek N
2. Resiko gangguan mobilisasi fisik Nenek N dengan gout
3. Kesiapan meningkatkan kebutuhan adaptasi lansia 
 
 
 
 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


RENCANA KEPERAWATAN 

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


No. Rencana Intervensi
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1 Ketidakefektifan Setelah tindakan Setelah pertemuan
manajemen keperawatan 4 x 45 selama 4 x 45 menit
kesehatan diri menit selama 2 minggu
terkait hipertensi ketidakefektifan keluarga mampu:
pada Nenek N pemeliharaan
kesehatan tidak Mengenal masalah Respon verbal Hipertensi adalah gangguan Diskusikan dengan keluarga tentang
Ditandai dengan: terjadi hipertensi dengan: sistem peredaran darah yang pengertian hipertensi.
Menyebutkan pengertian menyebabkan kenaikan Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
Data Subjektif hipertensi tekanan darah >140/90 Evaluasi kembali penjelasan yang sudah
mmHg diberikan.
“saya pernah Beri reinforcement positif atas usaha
dirawat karena keluarga menjelaskan kembali.
merasa sangat
pusing,ternyata saat
Menyebutkan penyebab Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan Diskusikan dengan keluarga tentang
ditensi 220/100”
hipertensi 4 dari 6 penyebab hipertensi penyebab hipertensi.
Konsumsi tinggi garam. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
“dengan tekanan
Merokok Tanyakan kembali pada keluarga tentang
darah 180/100 saya Mengkonsumsi kopi dan penyebab hipertensi.
tidak pernah alkohol Beri renforcement positif.
merasakan pusing” Keturunan
Stress
“saya suka makan Berat badan berlebih
yang gurih dan
asing saat ini belum
mengurangi
Menyebutkan tanda dan Respon verbal Keluarga menyebutkan 4 dari Diskusikan dengan keluarga tentang tanda
konsumsi garam,
gejala hipertensi. 5 tanda/gejala hipertensi: dan gejala hipertensi.
juga belum Pusing Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
mengurangi Kaku di bagian tengkuk Evaluasi kembali tentang tanda dan gejala
makanan berlemak, Jantung berdebar-debar yang telah didiskusikan.
dan gorengan” Mudah lelah Beri reinforcement positif.
Sulit tidur
“lebih dari tiga kali
sehari atau hampir Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
setiap hari saya Memutuskan untuk Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan Diskusikan dengan keluarga tentang akibat
makan ikan asin, merawat Nenek N 3 dari 6 akibat hipertensi bila bila hipertensi tidak diatasi.
rasanya tidak enak dengan hipertensinya. tidak diatasi: Beri kesempatan pada keluarga untuk
Keluarga mampu Stroke bertanya bila ada yang belum jelas.
kalau tidak makan
menyebutkan akibat dan Serangan jantung Beri reinforcement positif pada keluarga.
ikan asin” komplikasi hipertensi Risiko jatuh
bila tidak ditangani Penglihatan menurun
“Tekanan darah
dengan baik. Kerusakan ginjal
tinggi jika diatas Kematian
180”

“penyebabnya
karena makan Keluarga mampu Respon verbal Keputusan keluarga untuk Motivasi keluarga untuk mengatasi masalah
kolesterol tinggi mengambil keputusan merawat dan mengatasi yang dihadapi.
dan makan garam” untuk mengatasi Nenek masalah hipertensi. Beri reinforcement positif atas keputusan
yang kurang mampu yang diambil keluarga.
“tandanya pusing, memelihara
mata kunang- kesehatannya.
kunang”

“saya minum obat Keluarga mampu Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan Diskusikan dengan keluarga tentang cara
merawat Nenek N 4 dari 6 cara pencegahan pencegahan hipertensi.
teratur dan tidak Menyebutkan cara hipertensi, yaitu dengan Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
berani jika tidak pencegahan terjadinya disingkat Cerdik: Tanyakan kembali pada keluarga tantang
minum obat” komplikasi dari Cekkan kesehatan secara cara pencegahan terjadinya komplikasi
hipertensi berkala hipertensi.
“ saya tidak merasa Enyahkan rokok secara Beri reinforcement positif pada keluarga.
pusing, jantung berkala.
berdebar, mata Rajin aktivitas fisik
berkunang-kunang Diet sehat dan kalori
ataupun sulit tidur seimbang
Istirahat yang cukup
saat ini.
Kelola stress
“Saya tahu tekanan
Keluarga mampu Respon Verbal Keluarga dapat menyebutkan
darah tinggi jika menyebutkan dan 4 dari 5 cara perawatan
diatas 200” perawatan untuk Nenek hiperternsi: Diskusikan dengan keluarga tentang
N perawatan untuk Nenek N yang hipertensi

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


“saya merawatnya Melakukan kompres hangat Lakukan demontrasi cara kompres bila
dengan minum pada tengkuk jika mengalami temgkuk nyeri.
obat” Keluarga mampu Respon nyeri Lakukan demontrasi teknik nafas dala,
mendemontrasikan psikomotor Melakukan teknik relaksasi Jelaskan diet rendah garam dan pola hidup
“saya tidak bisa dan teknik relaksasi nafas nafas dalam jika mengalami yang baik.
sulit mengurangi dalam, kompres hangat, nyeri pada tubuh Minta keluarga untuk redemonstrasi dengan
dan menyusun menu Melakukan diet rendah bimbingan perawat.
ikan asin, makan
sehat hipe rtensi garam untuk mencegah Beri kesempatan pada keluarga untuk
sedikit saya pikir komplikasi dari hipertensi bertanya yang tidak dimengerti.
tidak masalah” Melakukan pola hidup yang Tanyakan kembali apa yang telah dijelaskan.
sehat dengan tidak merokok Beri reinforcement positif atas jawaban dan
“saya tidak Melakukan pola hidup yang redemontrasi yang benar.
melakukan kegiatan sehat dengan rutin
lain untuk melakukan aktivitas fisik.
menurunkan
tekanan darah” Keluarga mampu Respon verbal Diskusikan bersama keluarga cara
memodifikasi Cara memodifikasi memodifikasi lingkungan.
“saya selalu lingkungan: lingkungan mengatasi Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
Menyebutkan cara-cara masalah hipertensi: Tanya kembali tentang cara modifikasi
membeli obat di
modifikasi lingkungan Menyusun menu makan lingkungan.
apotik jika obatnya untuk mengatasi sehat untuk hipertensi Beri reinforcement positif.
habis” masalah hipertensi. Menyusun jadwal rutin
latihan relaksasi nafas dalam

Keluarga mampu Respon afektif Diskusikan bersama keluarga tentang


Data Objektif memanfaatkan Manfaat fasilitas kesehatan: manfaat fasilitas kesehatan.
pelayanan kesehatan sebagai sarana untuk Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi
Tekanan darah: fasilitas kesehatan yang pemeriksaan, dan beri pujian atas jawaban yang benar.
170/90 – 180/110 ada untuk mengatasi perawatan/pengobatan
mmHg hipertensi: hipertensi, sebagai sarana
Mampu menyebutkan untuk mendapatkan
BB = 54 kg manfaat fasilitas informasi yang akurat dan
pelayanan kesehatan. tepat untuk mengatasi
TB = 145 cm masalah hipertensi
Keluarga mampu Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas
IMT = 25,6 kg/m2 membawa Nenek N ke Respon verbal Keluarga mengatakan akan pelayanan kesehatan yang dapat
(overweight) fasilitas kesehatan jika membawa anggota keluarga dimanfaatkan sesuai kemampuan keluarga.
mengalami masalah yang mengalami hipertensi Motivasi keluarga untuk membawa anggota

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Nadi: 84x/menit pada penyakitnya ke fasilitas pelayanan keluarga yang mengalami hipertensi ke
kuat, reguler kesehatan: Puskesmas, fasilitas pelayanan kesehatan.
dokter praktek, RS, dan rajin Beri reinforcement positif pada keluarga atas
Bunyi jantung: BJ 1 mengunjungi posbindu tiap usaha yang telah dilakukan.
, BJ 11 Normal bulannya.

Mengonsumsi obat
captopril 12,5mgx1

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


IMPLEMENTASI RENCANA KEPERAWATAN 
PADA KELUARGA NENEK N 
(berdasarkan diagnosa prioritas) 
 
CATATAN PERKEMBANGAN  I: 

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi

Tanggal 
Implementasi  Evaluasi 
 

12 Mei   Mengucapkan salam  S: 


2014   Memvalidasi keadaan keluarga 
 Mengingatkan kontrak   Keluarga menjawab salam 
 Menjelaskan tujuan kunjungan   Nenek N mengatakan saat ini Nenek N 
 Melakukan TTV  tidak merasakan pusing 
   Nenek N mengatakan hari ini makan 
ikan asin dan tidak membatasi garam 
TUK 1:   Nenek N sudah minum obat 
 Saat malam hari nenek N merasakan 
Dengan menggunakan lembar balik :  sulit tidur 
 Keluarga dan Nenek N menyetujui 
 Mendiskusikan dengan keluarga  kunjungan saat ini selama 60 menit 
tentang pengertian Hipertensi.  untuk membahas Hipertensi 
Hipertensi adalah gangguan sistem   Nenek N mengatakan Hipertensi yaitu 
peredaran darah yang menyebabkan  tekanan darah yang tinggi >140/90 
kenaikan tekanan darah >140/90   Nenek N mengatakan penyebab 
mmHg  Hipertensi makan yang asin, 
mengkonsumsi kopi, stress, dan 
 Memberi kesempatan keluarga untuk 
keturunan, merokok 
bertanya 
 Nenek N mengatakan bahwa tanda dan 
 Menanyakan kembali tentang  gejala Hipertensi, yaitu: pusing pada 
pengertian Hipertensi  tengkuk, sulit tidur, jantung berdebar, 
dan mudah lelah  
 Mendiskusikan dengan keluarga   Nenek N mengatakan Hipertensi Nenek 
tentang penyebab Hipertensi yaitu  N karena tidak menjaga pola makan 
1. Konsumsi tinggi garam.  sejak muda, sudah tua, berat badan 
2. Merokok  berlebih, dan sering makan ikan asin 
3. Mengkonsumsi kopi dan alkohol   Tanda dan gejala Hipertensi yang 
4. Keturunan  dialami Nenek N jika TD 200 yaitu mata 
5. Stress  berkunang‐kunang, jantung berdebar‐
6. Berat badan berlebih  debar, pusing, dan sulit tidur 
   Nenek N mengatakan Nenek N 
 Memotivasi keluarga untuk  mengatakan bahwa dirinya dengan 
menyebutkan kembali penyebab  tensi diatas 150 tidak merasakan pusing 
Hipertensi   Nenek N mengatakan menjadi lebih 
  tahu tentang Hipertensi  
 Mendiskusikan dengan keluarga   Ibu E mengatakan bahwa akibat dari 
Hipertensi yang tidak dirawat yaitu 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


tentang tanda dan gejala Hipertensi,  stroke, penyakit jantung, dan gnjal. 
yaitu    
1. Pusing 
2. Kaku di bagian tengkuk  O: 
3. Jantung berdebar‐debar 
4. Mudah lelah   TD Nenek N: 180/110, Nadi; 84x/menit, 
1. Sulit tidur  RR: 20x/menit 
   Pertemuan dihadiri oleh Ibu E dan Ibu Z 
 Mendorong keluarga untuk   Nenek N sangat kooperatif dan aktif 
mengidentifikasi penyebab  dalam kegiatan diskusi 
Hipertensi pada Nenek N   Nenek N dan keluarga sangat aktif 
bertanya apabila belum paham dengan 
 Mendorong keluarga untuk  apa yang dijelaskan mahasiswa 
mengidentifikasi tanda dan gejala   Nenek N  dan keluarga mendengarkan 
Hipertensi pada Nenek N  penjelasan dari mahasiswa dengan 
antusias dan seksama 
 Membantu keluarga   Nenek N menjawab pertanyaan yang 
membandingkan apa yang telah  diajukan oleh mahasiswa 
dijelaskan dengan kondisi Nenek N   Nenek N dan keluarga dapat 
 Membantu keluarga untuk  menyebutkan kembali pengertian 
mengidentifikasi masalah yang  Hipertensi 
timbul pada Nenek N   Nenek N dan keluarga dapat 
 Bersama keluarga menyimpulkan  menyebutkan kembali   
masalah yang dihadapi oleh keluarga   Nenek N dan keluarga dapat 
 Memberikan positive reinforcement  menyebutkan kembali 4 dari 5 tanda 
atas usaha yang dilakukan keluarga  dan gejala Hipertensi 
   Nenek N dan keluarga dapat 
menyebutkan kembali 3 dari 5 akibat 
TUK 2:  Hipertensi 
 Nenek N mampu mengidentifikasi 
 Menjelaskan kepada keluarga 
penyebab, tanda gejala, dan akibat 
tentang akibat Hipertensi. Akibat dari 
hipertensi  
Hipertensi yaitu  
 
1. Stroke 
2. Serangan jantung  A: 
3. Risiko jatuh 
 TUK I, II tercapai 
4. Penglihatan menurun 
 
5. Kerusakan ginjal 
6. Kematian 
P: Evaluasi Tuk 1‐2 dan lanjutkan intervensi 
 
pada TUK 3 
 Memotivasi keluarga untuk 
menyebutkan kembali akibat dari   
Hipertensi  yang tidak teratasi 

 Mendiskusikan kembali dengan 
keluarga untuk merawat anggota 
keluarga dengan Hipertensi 
 Memberikan positive reinforcement 
atas jawaban keluarga dan 
keputusan untuk merawat anggota 
keluarga dengan Hipertensi 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


14 mei  TUK 3:  Subjektif:
2014   Nenek N mengatakan dapat berisitrihat 
 Mengucapkan salam   Keluarga mengatakan masih makan 
 Memvalidasi keadaan keluarga  ikan asin 
 Mengingatkan kontrak   Keluarga mendengarkan penjelasan 
 Menjelaskan tujuan kunjungan  dan aktif bertanya 
 Melakukan TTV   Nenek N mengatakan bahwa cara 
  perawatan Hipertensi adalah dengan 
mengecek tekanan darah sebulan 
 Mendiskusikan dengan keluarga  sekali, tidk merokok, beraktifitas, 
tentang cara merawat anggota  makan yang sehat, dan tidak stress  
keluarga yang mengalami Hipertensi,   Nenek N mengatakan cara perawatan 
yaitu  dengan disingkat Cerdik:  seharus dilakukan oleh dirinya adalah 
1. Cekkan kesehatan secara  makanan yang rendah garam, dan 
berkala  olahraga 
2.  Enyahkan rokok secara berkala.   Nenek N mengatakan untuk memberi 
3. Rajin aktivitas fisik  ketenangan yaitu  salah satu nya 
4. Diet sehat dan kalori seimbang  dengan teknik relaksasi 
5. Istirahat yang cukup   Nenek N mengatakan tarik nafas dalam 
6. Kelola stress  bisa menenangkan 
 Nenek N mengatakan menjadi lebih 
 Mendemonstrasikan cara mencegah  paham tentang cara perawatan 
hipertensi dengan relaksasi nafas dalam  Hipertensi di rumah 
dan menghadapi stress  Objektif 
 Memotivasi keluarga untuk   TD: 180/110 awal kunjungan, evaluasi 
menyebutkan kembali cara merawat  180/105 mmHg 
anggota keluarga yang mengalami   Nenek N dapat menyebutkan kembali 5 
Hipertensi di rumah.dan  dari 6 cara merawat anggota keluarga 
mempraktikkan teknik relaksasi nafas  yang mengalami Hipertensi 
dalam   Nenek N mampu mendemonstrasikan 
 Memberikan positive reinforcement  cara menghadapi stress dengan 
atas kemampuan keluarga menjelaskan  relaksasi nafas dalam 
cara pencegahan dan perawatan   Nenek N mampu melakukan tarik nafas 
Hipertensi  dalam 
Analisa: TUK 3 relaksasi teratasi 
Planning: menjadwalkan tarik nafas dalam 
setiap merasa ada yang tidak nyaman, 
Melanjutkan cara merawat hipertensi 
16 Mei   Mengucapkan salam  S: 
2014   Memvalidasi keadaan keluarga 
 Mengingatkan kontrak   Keluarga menjawab salam 
 Menjelaskan tujuan kunjungan   Nenek N  menyetujui kunjungan saat ini 
 Melakukan TTV  selama 60 menit untuk membahas  cara 
TUK 3:  diet hipertensi 
 Nenek N mengatakan beberapa hari ini 
 Menjelaskan cara perawatan  memakan makan yang rebus‐rebusan 
hipertensi:  dan mengurangi garam,namun masih 
1. Melakukan kompres hangat  makan ikan asin sedikit.  
pada tengkuk jika mengalami   Nenek N merasa agak lemas dan 
nyeri  berupaya beradaptasi. 
2. Melakukan teknik relaksasi   Nenek N menyebutkan caa untuk 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


nafas dalam jika mengalami  merawat hipertensi kompres hangat 
nyeri pada tubuh  untuk nyeri, mengurangi makanan asin, 
3. Melakukan diet rendah garam  menghadapi stress dg relaksasi, dan 
untuk mencegah komplikasi dari  rutin berolahraga  
hipertensi   Nenek N mengatakan lebih paham 
4. Melakukan pola hidup yang  makanan yang baik untuk Nenek N 
sehat dengan tidak merokok   Keluarga  mengatakan  akan 
5. Melakukan pola hidup yang  memberikan  nenek  N  makana  bergizi 
sehat dengan rutin melakukan  dan seimbang, 3 kali sehari 
aktivitas fisik.   Nenk  A  mengatakan  akan  membatasi 
 Mendemonstrasikan penyajian  makanan  yang  asin  dan  berusaha 
makanan untuk Nenek N   mengurangi konsumsi ikan asin 
 Memberikan kesempatan kepada   Nenek N mengatakan akan mengurangi 
keluarga untuk memilah makanan  mecin, memperbanyak sayur dan buah 
yang dibatasi, dihindari, dan   Nenek  N  menyusun  menu  seminggu 
dibolehkan  (Lampiran) 
 Memberikan positive reinforcement  O: 
atas usaha yang dilakukan keluarga 
 Memastikan keluarga untuk   TD Nenek N: 120/80, Nadi; 88x/menit, 
melakukan tindakan yang diajarkan  RR: 20x/menit 
   Nenek N sangat aktif dan kooperatif 
 Nenek N mampu mendemonstrasikan 
  makanan yang boleh, dihindari, dan 
dibatasi (diet Hipertensi) 
   Nenek N mampu menyajikan makanan 
yang  dapat dikonsumsi  
   Nenek N dan keluarga mampu memilah 
makanan 
 
 Nenek N dan keluarga mampu 
  menyusun menu sehari (terlampir) 
A: 
 
 Keluarga mampu  mendemonstrasikan 
  diet hipertensi dan penyajian makanan 
untuk Nenek N Hipertensi 
   
P: 
 
 Evaluasi pola makan 
 Melanjutkan TUK IV dan V 
19 Mei   Mengucapkan salam S
2014   Memvalidasi keadaan keluarga   Keluarga menjawab salam 
 Mengingatkan kontrak   Nenek N  menyetujui kunjungan saat ini 
 Menjelaskan tujuan kunjungan  selama 60 menit untuk membahas 
 Melakukan TTV  modifikasi lingkungan terkait hipertensi 
   Keluarga mengatakan sudah tidak 
makan ikan asin lagi dalam seminggu ini
TUK 4:   Keluarga mengatakan sudah membatasi 
garam meski sulit untuk dipisahkan. 
 Mendiskusikan  dengan  keluarga   Nenek N mengatakan sudah 
tentang  cara  memodifikasi  mengurangi rasa asin dan membatasi 
lingkungan 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


1. Menyusun menu makan sehat untuk  mecin pada makannanya 
hipertensi   Keluarga mengatakan sudah mencoba 
2. Menyusun jadwal rutin latihan senam  menghindari makanan yang tidak 
3. Tidak menyajikan makanan yang  dibolehkan perlahan‐lahan 
harus dihindari   Keluarga mengatakan menu hari itu 
  ikan kembung goreng, sayur labu siam, 
 Memberikan  pujian  atas  usaha  dan sambal 
keluarga  untuk  menciptakan   Keluarga mengatakan lebih paham cara 
suasana  yang  meningkatkan  memodifikasi lingkungan untuk 
kenyamanan Nenek N  merawat 
TUK  5:   Keluarga  mengatakan cara 
memodifikasi lingkungan adalah 
 Menjelaskan kepada kelurga tentang  dengan menyusun menu makan sehat 
manfaat fasilitas kesehatan, sebagai  dan menyusun jadwal rutin latihan 
sarana untuk pemeriksaan,  senam 
perawatan/pengobatan hipertensi,   Keluarga mengatakan akan mencoba 
sebagai sarana untuk mendapatkan  tidak mengonsumsi makanan yang 
informasi yang akurat dan tepat  tidak diperbolehkan 
untuk mengatasi masalah hipertensi   Keluarga mengatkan tanda dan gejala 
 Memotivasi keluarga untuk  bahaya hipertensi yaitu tiba‐tiba jatuh, 
mnyebutkan kembali manfaat  tiba‐tiba pusing berat, dan tiba2 sulit 
fasilitas kesehatan  bicara 
 Menjelaskan kepada keluarga   Nenek N mengatkan jenis fasilitas 
tentang jenis‐jenis fasilitas kesehatan  kesehatan yang dapat dikunjungi 
yang dapat digunakan : puskesmas,  adalah Puskesmas, Posyandu, Rumah 
posyandu, RS, praktek perawat,  sakit, mantri, bidan, dokter. 
dokter praktek dan praktek bidan.   Nenek N mengatakan bahwa manfaat 
 Memotivasi keluarga untuk  fasilitas kesehatan adalah 
mnyebutkan kembali jenis‐jenis  mendapatkan informasi tentang sarana 
fasilitas kesehatan yang dapat  pemeriksaan, pengobatan, dan 
digunakan  perawatan Hipertensi. 
 Memberikan positive reinforcement   Nenek N mengatakan bahwa akan pergi 
bahwa Nenek Nkan ke fasilitas  ke posbindu setiap bulannya  
kesehatan apabila sakitnya tidak  O: 
sembuh‐sembuh dan bertambah 
parah.   TD: 180/100, RR: 17X/menit, N: 
89x/menit, Suhu 37 
 Keluarga mampu menyebutkan cara 
memofigikasi lingkungan 
 Keluarga mengatakan ingin 
memodifikasi lingkungan 
 Keluarga mampu mengenali gejala awal 
tanda bahaya hipertensi 
 Keluarga mampu mendukung Nenek N 
untuk olahraga setiap hari 
 Keluarga mampu menyebutkan 
manfaat pelayanan kesehatan dan 
kemana harus berobat 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


A:

 Masalah ketidakefektifan manajemen 
kesehatan diri teratasi sebagian 
P: 

 Mengingatkan kembali keluarga untuk 
membawa an.I ke fasilitas kesehatan 
apabila masalah tidak tertangani. 

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014


Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nahla Jovial Nisa

Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 11 Juli 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat Asal : Jalan Jend. Sudirman Km 2 Belakang Hall Ahwa Dekat


Kantor IKPS Merangin, Jambi

Alamat Tinggal : Jalan Senopati Dalam 2 No. 42 RT 01 RW 03 Senayan,


Jakarta Selatan 12190

Email : nahl.jovial@gmail.com atau nahla.jovial91@ui.ac.id

Telepon : 085695838918 atau 0215272435

Riwayat Pendidikan :

Tahun 2003: SD N 02 Bangko, Merangin, Jambi

Tahun 2006: MTsN Bangko, Merangin, Jambi

Tahun 2009: MAN 4 Model Jakarta

Tahun 2013: Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai