OLEH
ISTIANNA NURHIDAYATI
10068333804
OLEH
ISTIANNA NURHIDAYATI
10068333804
SUPERVISOR
Dra.Junaiti Sahar,S.Kp., MaPP.Sc., P.hD
Wiwin Wiarsih, S.Kp., MN
ii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kuasa dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang berjudul “Pengaruh
kelompok swabantu ASIEKs sebagai strategi intervensi dalam peningkatan perilaku
memberikan ASI Eksklusif pada Aggregate Ibu hamil dan menyusui di wilayah
Kelurahan Cimanggis kota Depok. Karya Ilmiah Ini ini merupakan salah satu syarat
untuk mencapai gelar Ners spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu
Keperawatan di Universitas Indonesia.
Penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak baik moril maupun materil, maka dengan rendah hati pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada: Dra. Junaiti Sahar,S.Kp.,M.App.SC.,PhD selaku Dekan
Fakultas Ilmu Keperawatan dan supervisor utama, pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan motivasi sejak awal penulisan hingga
terselesaikannya karya ilmiah dengan penuh pengertian dan kesabaran. Terimakasih
dan penghargaan yang sama penulis sampaikan kepada: Wiwin Wiarsih, S.Kp.,M.N
selaku supervisor dan pembimbing II, yang telah membimbing, mengarahkan, dan
banyak memberikan masukan dalam pembuatan karya ilmiah.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, tenaga, sumbangan pemikiran, dukungan moril,
sarana dan dana, selama penyelesaian karya ilmiah ini kepada:
1. Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom. selaku Ketua Program
Studi Magister dan Spesialis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia sekaligus pembimbing dan supervisor praktik residensi I dan II.
2. Widiyatuti,M.Kep.,Sp.Kom; Poppy Fitriyani,M.Kep.,Sp.Kep.Kom; Agus
Setiawan,S.Kp,MN.,DN selaku pembimbing dan supervisor praktik residensi
I dan II, yang telah memberikan banyak masukan, saran selama praktik
residensi Keperawatan Komunitasi.
vi
vii
Istianna Nurhidayati
ABSTRAK
Pemberian ASI eksklusif yang cenderung menurun, menimbulkan berbagai masalah
kesehatan pada bayi. Ibu harus memiliki kemampuan, komitmen dan memperoleh
dukungan untuk tetap memberikan ASI eksklusif. Salah satu upaya untuk
menumbuhkan komitmen dan memberikan dukungan pada ibu adalah dengan
kegiatan kelompok swabantu ASI eksklusif (KS-ASIEKs). Penulisan Karya Ilmiah
ini bertujuan untuk melihat gambaran pengaruh KS-ASIKs dalam meningkatkan
perilaku pemberian ASI eksklusif. Metode yang dilakukan dengan melibatkan
pelayanan keperawatan, kelompok ibu hamil dan menyusui serta keluarga yang
memiliki ibu hamil dan menyusui. Hasil intervensi adalah terdapat pengaruh yang
signifikan ibu hamil dan menyusui yang mengikuti kegiatan KS-ASIEKs dengan
perilaku pemberian ASI eksklusif (p<0,005). Kelompok swabantu ASI eksklusif
sebagai intervensi keperawatan efektif dalam meningkatkan perilaku pemberian ASI
dengan memberikan dukungan dan meningkatkan kepercayaan diri ibu. Perawat
Perkesmas dapat menggunakan intervensi KS-ASIEKs pada asuhan meternal yang
berujuan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
ix
Istianna Nurhidayati
ABSTRACT
Exclusive breastfeeding is decreas, causing various health problems in infants. Mom
must have the ability, commitment and the support to continue to provide exclusive
breastfeeding. One effort to foster commitment and support to the mother is
breastfeeding exclusively self-help group activities (KS-ASIEKs). Scientific Writing
aims to given on overview the effect of KS-ASIKs to increasing exclusive
breastfeeding behavior. The method were carried out with the involvement of
nursing services, a group of pregnant women and lactating mothers and families who
have become pregnant and lactating. The results of the intervention was a significant
difference pregnant and lactating women who follow the activities of KS-ASIEKs
with exclusive breastfeeding behavior (p <0.005). Exclusive breast self-help groups
as a nursing intervention is effective in improving breastfeeding behavior by
providing support and enhance the confidence of the mother. PHN Nurses can use
the KS-ASIEKs intervention in the meternal care to increase exclusive breastfeeding.
HALAMAN JUDUL..................................................................................... I
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 8
1.3 Manfaat .......................................................................................... 9
xi
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisa Pencapaian Kesenjangan ................................................ 128
5.2 Keterbatasan dalam Intervensi Keperawatan ................................ 145
5.3 Implikasi Keperawatan .................................................................. 146
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
xiii
xiv
xv
Bab ini menjabarkan latar belakang disertai evidence based yang mendukung
masalah pemberian ASI, program yang telah dilakukan pemerintah dan dinas
kesehatan, inovasi meningkatkan pemberian ASI serta hasil inovasi, tujuan yang
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, serta manfaat penulisan Karya
Ilmiah Akhir.
1 Universitas Indonesia
(CFR) diare sebesar 1.45% dan angka CFR tahun 2012 menunjukkan tidak
tercapainya target CFR (<1%) (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Provinsi Jawa Barat cakupan pemberian ASI pada tahun 2012 sebesar 47,8%
(Kemenkes, 2013) angka ini menunjukkan penurunan drastis jika dibandingkan
dengan cakupan pemberian ASI di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 sebesar 67,3%
(Kemenkes, 2011). Di Kota Depok persentase ASI eksklusif 38% (Dinkes
Depok, 2012). Di Puskesmas Cimanggis cakupan pemberian ASI eksklusif
sebesar 49.9%. Di kelurahan Curug pemberian ASI eksklusif sebesar 51.1%
(Profil Puskesmas Cimanggis, 2012). Angka cakupan ASI di Depok mengalami
penurunan jika dibandingkan tahun 2010 sebesar 39,6%. Penurunan angka
pemberian ASI eksklusif ini berdampak pada kejadian pneumonia bayi < 1 tahun
di Jawa barat sebesar 68.692 kasus dan meninggal sebanyak 53 bayi. Merujuk
data masih rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indoneia, provini Jawa Barat,
dan di Kota Depok, maka diperlukan upaya peningkatan pemberian ASI di
masyarakat. Sasaran upaya pemberian ASI eksklusif adalah ibu hamil dan
menyusui.
Universitas Indonesia
Saleh dan Noer (2011) mengatakan faktor yang mempengaruhi praktik pemberian
ASI eksklisif adalah pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang masih rendah, ibu
bekerja, dukungan suami yang kurang, dan peran tenaga kesehatan yang masih
kurang. Sholihah., at all (2010) menyimpulkan dalam penelitiannya faktor
dominan yang mempengaruhi ibu memberikan ASI adalah pendidikan ibu.
Rahmah (2011) melakukan studi fenomenologi : Atribusi tentang kegagalan
pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja menyimpulkan faktor penyebab yang
sifatnya internal, tidak stabil dan dapat dikendalikan adalah kondisi psikis ibu
yang mengalami stres, kurangnya usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan,
kurangnya pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi, kurangnya keterampilan
menyusui, kurangnya ketekunan dan kesabaran dalam berlatih menyusui, perepsi
yang salah tentang menyusui, dan tidak adanya motivasi untuk menyusui.
Universitas Indonesia
dibandingkan anak yang tidak disusui. Mulai menyusui pada hari pertama setelah
lahir dapat mengurangi risiko kematian baru lahir hingga 45 persen (Unicef,
2013).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ASIEKs).
Universitas Indonesia
1.3 Manfaat
1.3.1. Pengambil Kebijakan :
1.3.1.1Dinas Kesehatan Kota Depok
Mendukung terlaksananya program Perkesmas di kota Depok, dan
menempatkan program perkesmas sebagai program wajib Puskesmas,
sehingga pelaksanaan kegiatan KS-ASIEKs lebih optimal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini akan menjelaskan mengenai kelompok ibu hamil dan menyusui sebagai
aggregate berisiko, dukungan sosial pada ibu menyusui, proses kelompok dan
perilaku positif dalam menyusui yang terintegrasi dalam intervensi keperawatan
komunitas, model Community As Partner (CAP), serta Family Centered Nursing
(FCN) dalam memberikan memberikan asuhan keperawatan komunitas pada
aggregate ibu menyusui.
11 Universitas Indonesia
Definisi risiko mengacu pada kondisi kesehatan sebagai hasil interaksi dari faktor
genetik seseorang, gaya hidup, serta lingkungan fisik dan sosial dimana orang
tersebut tinggal atau bekerja (Lundy & Janes, 2009). Risiko merupakan efek dari
integrasi beberapa faktor, yang kemudian menyebabkan perubahan pada status
kesehatan seseorang (Sebastian, 2004, dalam Lundy & Janes, 2009). Mc.Murray
(2003) mendefinisikan risk sebagai kemungkinan terjadinya penyakit atau cidera
karena adanya beberapa faktor dari individu maupun faktor dari lingkungan atau
keduanya.
Kelompok ibu hamil dan menyusui menurut Stanhope dan Lancaster (2010)
mendapatkan masalah kesehatan karena hambatan transportasi, birokrasi, petugas
kesehatan yang menolak memberikan pelayanan, klinik yang ramai dan penuh
sesak. Stanhope dan Lancaster (2010) menjelaskan kesehatan perempuan terutama
selama kehamilan di daerah pedesaan perlu diperhatikan oleh perawat komunitas.
Kesehatan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh sosial ekonomi yang kurang,
tingkat pendidikan, umur, pekerjaan dan penggunaan pelayanan prenatal. Melihat
fenomena di masyarakat dan teori peneliti menyimpulkan ibu hamil dan ibu
menyusui sebagai kelompok di masyarakat berisiko diskontinuitas pemberian ASI
karena hambatan transportasi untuk mencapai petugas kesehatan dan konselor
laktasi, birokrasi saat mengunakan pelayanan kesehatan guna mengatasi masalah
menyusui, kesibukan petugas kesehatan di masyarakat sehingga kurang
memberikan layanan konseling menyusui.
12 Universitas Indonesia
Lawrence dan Lawrence (2011) menjelaskan Ibu dengan riwayat penyakit Human
Immunodeficiency virus tipe 1 (HIV-1) dan Human Immunodeficiency virus tipe
2(HIV-2),Human T-Cell Leukimia Virus tipe 1(HTLV-1) dan Human T-Cell
Leukimia Virus tipe II(HTLV-II) merupakan kontra indikasi untuk memberikan
ASI. Ibu terdiagnosa penyakit yang menular melalui udara, droplet pernafasan dan
kontak langsung pemisahan sementara antara ibu dan bayi dapat dilakukan,
namun bayi tetap mendapat ASI perah.
12 Universitas Indonesia
Ibu menyusui sangat membutuhkan dukungan dari pasangan dan keluarga selama
periode menyusui. Dukungan instrumental memegang peran penting dalam
pemenuhan kebutuhan selama periode menyusui. Ibu menyusui berharap bahwa
dukungan sosial yang ada di sekitar mereka akan berdampak pada mobilisasi
dukungan yang ada pada jejaring sosial mereka (Negrog, Martin, Almog, Balnierz
& Howell, 2010).
12 Universitas Indonesia
Transisi perpindahan dari satu tahap atau kondisi merupakan saat berisiko pada
kelompok. Pengalaman mengharuskan kelompok mengubah perilaku, jadual, pola
komunikasi, membuat keputusan baru, mengidentifikasi, dan belajar untuk
menggunakan sumber daya baru (Allender & Spradley, 2010). Perubahan peran
pada kelompok ibu hamil dan menyusui menyebabkan mereka harus beradaptasi.
Pengalaman memberikan ASI sebelumnya, status anak, dan kejadian-kejadian
selama memberikan ASI sebelumnya mempengaruhi kelompok ibu menyusui
tetap memberikan ASI pada bayinya (Thulier & Mercer, 2009).
12 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
Fungsi manajemen menurut Fayol (1925 dalam Marquis 2012) terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, komando, koordinasi dan kontrol. Konsep
manajemen yang dilaksanakan pada pelayanan kesehatan komunitas berdasarkan
konsep yang dikemukakan oleh Marquis dan Huston (2012) yaitu penerapan
fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepegawaan
(staffing), pendelegasian (directing) dan kontrol (controlling).
12 Universitas Indonesia
Setiap organisasi memiliki struktur formal dan informal. Struktur formal melalui
pembagian departemen, pembagian kerja, memberikan kerangka kerja untuk
menjelaskan kewenangan, tanggung jawab dan tanggung gugat manajerial.
Marquis dan Huston (2012) menyebutkan elemen pengorganisasian terdiri
struktur organisasi, uraian tugas, kerjasama lintas sektor dan program, dan
koordinasi.
12 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
perkesmas: RDK, lokakarya mini bulanan, lokakarya mini tri bulanan; (2)
melakukan penilaian yang dilakukan setiap akhir tahun (Kementrian Kesehatan,
2006). Pengendalian kegiatan perkesmas menggunakan indikator kinerja
perawata dan dilakukannya dokumentasi setiap kegiatan Perkesmas dan pelaporan
kegiatan Perkesmas. Indikator kinerja terdiri atas input, proses dan output.
Indikator output di dasarkan pada pencapaian indikator standar pelayanan minimal
pelayanan kesehatan Kabupaten/Kota.
Indikator dampak dilihat dari asuhan keperawatan keluarga yaitu keluarga mandiri
dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya yang dinilai dengan tingkat
kemandirian keluarga. Kementrian Kesehatan RI (2006) menetapkan empat (4)
indikator kemandirian keluarga yaitu: (1) keluarga mandiri tingkat pertama (KM-
I): menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, menerima pelayanan
keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan; (2) keluarga
mandiri tingkat dua (KM-II): menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat,
menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar,
12 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
2.3.1 Pengkajian
Model Community as partner terdapat dua faktor utama yaitu fokus pada
komunitas sebagai mitra dan proses keperawatan (Anderson & McFarlane, 2013).
Pada pengkajian komunitas terdapat core dan 8 (delapan) sub sistem dari
masyarakat. Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregate, demografi,
suku, nilai dan kepercayaan. Sedangkan pada sub sistem terdapat lingkungan fisik,
pelayanan kesehatan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.
Pada aggregate ibu hamil dan ibu menyusui unsur-unsur pengkajian berdasarkan
model community as partner adalah:
2.3.1.1 Core adalah inti dari komunitas terdiri dari :
Riwayat terbentuknya komunitas, yang terdiri dari sejarah terbentuknya
komunitas yaitu sejarah tentang riwayat komunitas yang berhubungan
12 Universitas Indonesia
Vital statistik meliputi: (1) angka kematian ibu, (2) jumlah ibu hamil
dengan KEK, (3) angka kematian bayi, (4) angka kelahiran bayi, (5)
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Nilai dan
keyakinan meliputi (1) kebiasaan baik dan buruk yang dilakukan bayi
selama menyusu, (2) perilaku yang dapat mengakibatkan menyusui secara
eksklusif, (3) keyakinan ibu kemampuan memberikan ASI eksklusif, (4)
keyakinan keluarga terkait pemberian ASI, (5) keyakinan masyarakat
berkaitan pemberian ASI eksklusif.
12 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
2.3.1.3 Stressor
2.3.1.4 Persepsi
Sebelum proses pengkajian komunitas dimulai, fase pra pengkajian perlu dibuat
dalam rangka mengembangkan perencanaan pengkajian. Fase pra pengkajian
meliputi penetapan tujuan pengkajian, menetapkan komunitas dan kerangka kerja
mengenai panduan dalam pengumpulan data. Setelah data dikumpulkan
12 Universitas Indonesia
berdasarkan sumber data yang ada di komunitas proses selanjutnya adalah analisis
data melalui kategori frame work pengkajian komunitas, dan perbandingan
komunitas dengan komunitas yang lebih luas seperti negara dan pemerintah.
Selanjutnya hasil analisa data dilakukan sintesis data, sebagai hasil akhir dari
pengkajian adalah diagnosa keperawatan (Ervin, 2002).
2.3.3 Perencanaan
Perencanaan didefinisikan sebagai suatu respon atau tanggapan sebagai peluang,
tantangan atau kebutuhan didepan pada setiap individu, organisasi atau komunitas.
Di dalam kasus pada praktik keperawatan kesehatan komunitas modern,
perencanaan memberikan arti sebagai sebuah respon dari suatu proses pengkajian
dan diagnosis (Finnegan & Ervin, 1989). Ervin (2002) menjelaskan tiga level
dalam membuat suatu rencana antara lain : mengembangkan rencana strategis
12 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
Choosing (memilih) sebagai hasil dari proses analisis, perencana memilih dari
beberapa alternative yang telah ditemui untuk kebutuhan, tantangan atau peluang
yang telah ditunjukkan. Memilih mungkin relative mudah. Sebagai contoh apabila
lembaga atau komunitas harus memilih dari alternative yang tidak mahal. Setelah
memilih sebuah pendekatan, hasil dihubungkan dengan tujuan yang seharusnya
ditinjau sebagai hasil akhir pada proses perencanaan.
Mapping setelah memilih harus membuat keputusan yang diambil dan hasil yang
berhubungan dengan tujuan terakhir. Memetakan perencanaan yang ada yang
meliputi penetapan kebijakan yang diperlukan atau kerangka prosedural,
memperoleh sumber daya manusia dan materi, dan menetapkan kriteria evaluasi.
Tahapan dalam kegiatan perencanaan program menurut Dignan dan Carr (1992)
dalam ervin 2002 sebagai berikut : membentuk tim perencanaan, menentukan
tujuan umum yang ingin dicapai, menentukan tujuan khusus, mengidentifikasi
sumber daya dan kelemahan yang dimiliki, memilih metode atau kegiatan-
kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
12 Universitas Indonesia
kesehatan lebih pada upaya mengubah perilaku sasaran agar berperilaku sehat
terutama pada aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran), sehingga
pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh
penyuluh kesehatan maka penyuluhan berikutnya akan dijalankan sesuai dengan
program yang telah direncanakan (Nasution, 2004).
Dukungan sosial adalah respon yang diperoleh seseorang dari orang lain dan
memberikan keuntungan, berupa penghargaan, persetujuan terhadap tindakan,
dan persetujuan terhadap sikap yang dilakukan (Hollander, 1981). Dukungan
sosial dapat didefinisikan sebagai perasaan subjektif dari seseorang untuk
diterima, dicintai, dihargai, diperlukan untuk diri sendiri, atau untuk bisa
melakukan sesuatu pada orang lain (Pander, 2002). Baron dan Byrne (2000)
menyebutkan, dukungan sosial merupakan keyamanan secara fisik dan psikologis
yang diperoleh individu dari teman dan anggota keluarga. Pendapat lain
dikemukakan oleh Siegle (1997, dalam Taylor, 2006) bahwa dukungan sosial
adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki
harga diri dan dihargai, serta bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban
bersama. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan dukungan
sosial adalah ketersediaan sumberdaya yang dapat memberikan kenyamanan
secara fisik dan psikologis yang diperoleh melalui interaksi bahwa individu
tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain. Dukungan sosial pada ibu
menyusui merupakan respon bantuan yang diterima oleh ibu menyusui dari orang
lain atau keluarga yang membuat ibu nyaman secara fisik dan psikologis selama
menyusui (Sidi, Suradi, Masoara, Budihardjo & Martono,2011).
12 Universitas Indonesia
Cook dan Stacey (2003) dalam penelitiannya tentang dukungan pada multipara
dan primipara setelah melahirkan menyatakan perempuan yang menyusui
memerlukan dukungan baik dari petugas kesehatan maupun dari orang lain.
Britton, McCormick, Renfrew,Wade dan King (2007) menyatakan semua bentuk
dukungan pada ibu menyusui meningkatkan durasi menyusui. Hal senada
disampaikan oleh Dykes, at al (2003) dari hasil penelitiannya tentang pengalaman
dan dukungan yang dibutuhkan pada ibu menyusui.
a) Dukungan Emosional
Dukungan emosional sangat diperlukan oleh ibu menyusui, khususnya pada ibu
primipara. Adanya dukungan secara emosional dari orang terdekat sangat
membantu ibu dalam menumbuhkan rasa percaya diri untuk dapat memberikan
ASI eksklusif (Sidi, Suradi, Masoara, Budihardjo, & Martono, 2011). Dukungan
12 Universitas Indonesia
sosial sangat dibutuhkan ibu primipara saat pertama kali memberikan ASI pada
bayi mereka (Bello, Adedokun, & Ojengbede, 2009). Schied, Bake, Sheehan,
McCourt, Dykes (2009) menjelaskan pentingnya memberikan dukungan yang
seimbang pada ibu menyusui. Dukungan untuk ibu menyusui harus positif dan
realistis, tidak terlalu idealis, memberikan dorongan, proaktif dan berfokus pada
manfaat, tidak memberikan tekanan pada ibu sehingga membuat mereka merasa
tidak mampu dan merasa gagal. Ibu menyusui merasa didukung jika didengarkan
dengan empati dan diberikan informasi rinci dan realistis yang berpusat pada
kebutuhan mereka, diberikan dorongan dan penegasan.
Budaya masyarakat saat ini yang cenderung individualis, sehingga ibu menyusui
membutuhkan adanya interaksi sosial, baik dengan sebaya maupun komunitasnya.
Dukungan kelompok (support group) atau dukungan swabantu (self help group)
dapat membantu mengurangi beban psikologis dan emosional akibat ketidak
mampuan menyusui dan masalah menyusui yang dihadapi. Dukungan kelompok
berusaha mempertahankan kontak sosial diantara anggota kelompok, biasanya
dilakukan sebulan sekali di tempat yang telah disepakati seperti tempat pelayanan
kesehatan atau di rumah salah satu anggota. Tujuan pertemuan ini adalah saling
bertukar pengalaman, mendengarkan dan menerima pengalaman anggota, saling
memahami dan membuat jejaring sosial. Dukungan sosial juga memberikan
12 Universitas Indonesia
Dukungan integrasi sosial dapat membantu ibu menyusui untuk merasa dapat
diterima pada kelompoknya. Hal ini menyebabkan ibu menyusui dapat berbagi
perasaan, minat, perhatian, dan mampu mempertahankan pemberian ASI secara
eksklusif (Sidi, Suradi, Masoara, Budihardjo, & Martono, 2011). Salah satu
bentuk dukungan integrasi sosial dapat dilihat dalam kehgiatan kelompok
swabantu.
c) Dukungan Penghargaan
d) Dukungan Instrumental
12 Universitas Indonesia
e) Dukungan Informasi
12 Universitas Indonesia
waktu yang cukup dan suasana yang nyaman selam proses menyusui. Dukungan
petugas kesehatan, teman dekat, atau kerabat sangat dibutuhkan oleh ibu,
khususnya pada ibu yang baru pertama kali hamil (Perinasia, 2011).
2) Proses Kelompok
Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang
dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau sosial
support berdasar kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004;
Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). Strategi intervensi dengan proses kelompok
dapat memberikan pengaruh yang positif meliputi ; 1) membangun harapan ketika
anggota kelompok menyadari bahwa ada orang lain yang telah menghadapi atau
berhasil menyelesaikan masalah yang sama; 2) universalitas, dengan menyadari
bahwa dirinya tidak sendiri menghadapi masalah yang sama; 3) berbagi informasi;
4) altruieme dan saling membantu; 5) koreksi berantai atau berurutan, hubungan
yang paralel terjadi dalam kelompok dan dalam keluarga; 6) pengembangan
tekhnik sosialisasi; 7) perilaku imitatif dari pemimpin kelompok; 8) chatarsis,
ketika anggota belajar untuk mengekspresikan perasaan secara tepat; 9) faktor
faktor eksistensial ketika anggota kelompok menyadari bahwa hidup kadang tidak
adil dan setiap orang harus bertanggung jawab terhadap cara hidup yang telah
ditempuh (Yalom, 1983 dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).
12 Universitas Indonesia
Karakteristik dari kelompok swabantu ibu adalah jumlah masyarakat yang cukup
untuk membentuk kelompok dan perekrutan anggota yang menarik (Hutauruk,
Simanungkalit, & Hepiana, 2011). Tujuan utama dari kegiatan ini adalah
memberikan dukungan psikologis kepada setiap anggota kelompok (Hutauruk,
12 Universitas Indonesia
Pembentukan kelompok swabantu terdiri dari lima fase (Hitchcock, Schubert, dan
Thomas, 1999), yaitu: (1) fase orientasi: fase orientasi merupakan fase penjajakan
untuk menentukan arah, tujuan, dan bentuk kepemimpinan yang ingin dicapai
oleh kelompok. Seleksi anggota berdasarkan masalah yang dihadapi. Pada tahap
ini, pengaruh dari pemimpin diperlukan untuk meningkatkan hubungan saling
percaya. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan tujuan bersama, norma dan
nilai yang berlaku, jadual pertemuan, dan bentuk pertemuan yang diharapkan oleh
kelompok; (2) fase konflik: konflik terjadi dalam kelompok karena adanya
perbedaan keinginan yang terjadi dalam kelompok. Adanya seorang pemimpin
yang berpengaruh dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah,
sangat diperlukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam kelompok.; (3)
fase kohesif: fase ini menunjukkan bahwa dalam kelompok mulai terjadi adaptasi
peran dan aturan yang diwujudkan melalui hubungan yang baik dan harmonis
antar kelompok. Pemimpin berperan sebagai pemberi arahan sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh anggota; (4) fase kerja: fase kerja dimulai dari terapi
kelompok. Anggota kelompok swabantu akan saling berbagi pengalaman dan
membantu untuk menyelesaikan masalah yang dirasakan oleh anggota; (6) fase
terminasi: fase terminasi merupakan tahap akhir dari pelaksanaan kelompok, bisa
dari individu anggota kelompok maupun dari kelompok tersebut. Pada tahap ini,
setiap anggota kelompok mengungkapkan perasaan selama mengikuti proses
kelompok, harapan yang ingin dipenuhi, dan umpan balik.
12 Universitas Indonesia
Kelompok swabantu ibu mengutamakan anggota kelompok pada ibu hamil serta
ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Selain itu, kelompok ini sangat terbuka
untuk individu lain yang berminat untuk masuk dalam kelompok swabantu ibu,
misalnya suami atau anggota keluarga yang lain. Diskusi yang dilakukan dalam
pertemuan kelompok swabantu ibu diutamakan pada isu seputar perawatan
kesehatan, pemenuhan gizi untuk menjaga kesehatan, dan pemenuhan gizi untuk
ibu selama hamil dan pasca melahirkan, serta ASI dan menyusui. Diskusi dalam
kelompok swabantu ibu dapat berkembang dengan baik jika disesuaikan dengan
situasi dari peserta, misalnya perawatan pasca melahirkan atau perawatan bayi
baru lahir.
12 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
Keanggotaan dalam kelompok swabantu ibu perlu diperhatikan agar setiap peserta
mendapat kesempatan untuk berbicara sehingga terjadi diskusi yang aktif. Jumlah
peserta dalam kelompok sebaiknya berkisar antara 8-10 orang dalam kelompok
kecil atau 12 -15 dalam kelompok besar (Lung’aho & Jemeines, 2010). Sebab,
jumlah peserta akan mempengaruhi lamanya waktu dan luasnya tempat yang
diperlukan untuk pertemuan. Durasi setiap pertemuan kelompok swabantu ibu
maksimal 120 menit ( Hutauruk, Simanungkalit & Hepiana, 2011).
Giddings dan McVicar (2007) menyatakan manfaat yang diperoleh oleh anggota
kelompok swabantu dari kelompok adalah terjalinnya relationship diantara
anggota. Relationship merupakan hal yang utama, dimana mereka dapat
melakukan sharing dengan para profesional. Katz (1985 dalam Belliveau &
Wagoner, 1989) menyampaikan bahwa kelompok swabantu efektif untuk
gangguan mental, orang tua dengan bayi prematur, penderita penyakit kronik
seperti asma, reumatoid arthritis. Hadi (2001 dalam Nayaar 2004) menjelaskan
keterlibatan perempuan dalam kelompok swabantu menghasilkan manfaat
kesehatan seperti peningkatan perawatan anak, dan peningkatan penggunaan
kontrasepsi. Bhuiya (2000) menjelaskan dengan kegiatan kelompok swabantu
pada perempuan dapat menurunkan kekerasan dalam rumah tangga,
meningkatkan pengetahuan kesehatan dan pencegahan penyakit.
12 Universitas Indonesia
Fokus utama perilaku positif adalah merubah perilaku sehingga hal tersebut akan
merubah cara berfikir. Perilaku positif segera dimulai dengan melatih perilaku
yang telah ditemukan di kelompok. Secara teoritis ada tahapan yang harus
dilakukan yang disebut dengan istilah 6 “D” sebagai langkah yang harus dilalui
dengan catatan yang melakukannya adalah komunitas yang bersangkutan yang
didampingi oleh fasilitator. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Define, tetapkan atau definisikan masalah dan solusinya, dengarkan apa
penyebabnya (analisis situasi) menurut mereka/kelompok sehingga ada
pernyataan masalah dari komunitas. Misalnya, dalam suatu kelompok
masyarakat, ibu menyusui mengalami produksi ASI yang kurang.
12 Universitas Indonesia
3) Kemitraan
Kemitraan secara umum dapat didefinisikan oleh Departemen Kesehatan (2003)
sebagai hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat) untuk mencapai
tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing masing.
Partnership atau kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama aktif antara perawat
komunitas, masyarakat, maupun lintas sektor dan program. Bentuk kegiatannya
12 Universitas Indonesia
4) Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu kegiatan keperawatan komunitas dengan melibatkan
masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang ada di komunitas,
masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah (Stanhope & Lancaster,
2004; Hitchock, Schuber & Thomas, 1999). Pemberdayaan adalah keseluruhan
upaya untuk meningkatkan kontrol dalam pengambilan keputusan pada level
individual, keluarga, komunitas dan masyarakat (Nies & McEwen, 2001). Perawat
dapat menggunakan strategi pemberdayaan untuk membantu masyarakat
mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, menciptakan
jejaring, negosiasi, lobbying, dan mendapatkan informasi untuk meningkatkan
kesehatan (Nies & McEwen, 2001).
12 Universitas Indonesia
masukan yang tepat berkaitan dengan masalah menyusui yang dihadapi oleh ibu-
ibu menyusui.
12 Universitas Indonesia
2.4.1 Pengkajian
Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan pengkajian keperawatan sampai
dengan evaluasi keluarga. Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan FCN
memberikan kerangka acuan untuk mengaplikasikan proses keperawatan melalui
Friedman Assasement Model (FAM). Kedua konsep disintesis selanjutnya menjadi
pedoman pelaksanaan melakukan pengkajian.
12 Universitas Indonesia
Peran adalah kumpulan dari perilaku yang relatif homogen yang dibatasi secara
normatif dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial (Friedman,
2010). Peran keluarga menurut Friedman (2010) dikategorikan dalam dua kategori
yaitu peran formal dan peran informal. Peran keluarga lebih jelas dikemukakan
Satir (1967 dalam Friedman, 2010) peran formal adalah peran eksplisit yang
terdapat pada struktur peran keluarga (seperti ayah-suami) dan peran informal
bersifat implisit, seringkali tidak tampak dan diharapkan untuk memenuhi
kebutuhan emosonal keluarga, serta untuk menjaga dan memelihara
keseimbangan keluarga. Keluarga dapat mengalami tekanan peran pada saat
transisi peran. Transisi peran muncul pada saat memiliki bayi baru (Aldous, 1996
dalam Friedman , 2010).
12 Universitas Indonesia
Keterlibatan ayah dalam memberikan ASI merupakan hal yang baik bagi perawat
dalam melakukan observasi interaksi orang tua dengan bayi dan merupakan tanda
perilaku positif pemberian kasih sayang peran orang tua. Februhartanti (2009)
mengidentifikasi peran ayah untuk mempersiapkan pemberian ASI ada tiga, yaitu:
(1) saat kehamilan: belajar dan mencari informasi tentang kehamilan yang sehat
dan persiapan menyusui, menemani istri memeriksakan kehamilan, berdiskusi
dengan dokter/bidan tentang niat istrinya memberikan ASI eksklusif, memberikan
istri semangat supaya siap memberikan ASI; (2) saat melahirkan: belajar dan
mencari informasi tentang persalinan yang aman serta tehnik menyusui segera
12 Universitas Indonesia
setelah proses kelahiran, siap menemani istri melahirkan, dan menunggui proses
IMD, berdiskusi dengan petugas kesehatan bahwa mereka ingin memberikan ASI
dan menolak pemberian susu formula, memberikan semangat pada istri untuk
dapat menyusui dan tidak tergoda dengan susu formula; (3) saat periode usia bayi
0-6 bulan: belajar dan mencari informasi tentang cara pemberian ASI eksklusif,
memberkan kenyamanan pada istri saat menyusui, membantu pekerjaan rumah
tangga, bersikap ramah saat kebutuhan suami tidak dapat langsung dilaksanakan
oleh istri, membantu meyakinkan istri bahwa ASInya cukup sampai 6 bulan.
Nilai dalam struktur keluarga diartikan sebagai suatu sistem ide, perilaku dan
keyakinan tentang nilai suatu hal atau konsep secara sadar maupun tidak sadar
mengikat angota keluarga dalam kebudayaan sehari-hari (Parad & Caplan, 1965
dalam Friedman, 2010). Johanson, Foldevi dan Rudebeck (2013) serta Brown dan
Lee (2011) dalam penelitian kualitatifnya tentang nilai dalam brestfeeding bagi
seorang perempuan dan pengalaman serta sikap perempuan memberikan ASI
selama enam bulan, memuncukan tema nilai hidup dalam menyusui bagi
perempuan adalah perasaan koherensi, kesenangan, dan kebanggaan sebagai
interaksi dari elemen biologis, sensual, rasional dan sosial, sehingga ibu
memutuskan untuk menyusui; keyakinan yang tertanam dan kuat, pilihan
breastfeeding adalah normal dan sehat.
12 Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
Susu formula yang beredar dimasyarakat membuat ibu memilih memberikan susu
formula dari pada ASI (Friedman, 2010).
Diit ibu hamil dan menyusui meliputi pemenuhan karbohidrat, protein, lemak dan
mineral. Karbohidrat merupakan sumber utama untuk tambahan energi/kalori
yang dibutuhkan selama kehamilan. Karbohidrat meningkatkan asupan serat dan
mencegah konstipasi (sembelit). Satu (1) gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori.
Direkomendasikan penambahan jumlah kalori sebesar 265 – 300 kalori perhari
dibanding saat tidak hamil (1900 kalori) Pada akhir kehamilan dan menusui
dibutuhkan sekitar 80.000 kalori lebih banyak dari kebutuhan kalori sebelum
hamil (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
12 Universitas Indonesia
Kebutuhan nutrisi untuk bayi (0-6 bulan) adalah pemberian ASI eksklusif.
Pemberian ASI eksklusif adalah hanya memberikan ASI dan tidak memberikan
12 Universitas Indonesia
makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan, vitamin,
mineral tetes, serta ASI perah yang dilakukan sampai bayi berusia enam bulan
(WHO, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi lahir sampai
berusia enam bulan. Selama enam bulan tersebut, bayi tidak diberikan tambahan
cairan lain seperti susu formula, air putih, air teh, atau tajin (Perinasia, 2011).
Pada beberapa pengertian tersebut dapat ditarik benang merah ASI eksklusif
adalah pemberian ASI pada bayi tanpa memberikan minuman lain seperti susu
formula, air putih, tajin dan tidak memberikan makanan tambahan lain kepada
bayi. Akan tetapi, obat cair, vitamin, mineral, ASI perah diperbolehkan untuk
diberikan pada bayi hingga bayi berusia 6 bulan.
Kebutuhan ASI pada minggu pertama perlu diperhatiakan. Pemberian ASI dapat
dilakukan tiap 2 sampai 3 jam, atau 8 sampai 12 kali menyusu selama 24 jam.
Pada minggu pertama, stimulasi hisapan bayi sangan diperlukan untuk
meningkatkan produksi ASI. Pemberian ASI dilakukan sesuai dengan kebutuhan
bayi sampai bayi puas (Neifert, 2004 dalam Ackley & Ledwig, 2011)
Istirahat tidur ibu hamil dan menyusui arus dipenuhi. Kebutuhan istirahat dan
tidur ibu hamil dan menyusui sekitar 8 jam. Selain kebutuhan istirahat tidur ibu,
setelah lahir perlu diperhatikan kebutuhan dan keamanan tidur bayi. Kebutuhan
tidur bayi yaitu pada usia 2 sampai 6 minggu, bayi muda dapat tidur 2 sampai 4
jam pada satu waktu. Usia 6 sampai 8 minggu, tidur bayi menjadi lebih
terkonsentrasi pada malam hari karena mereka lebih terjaga di siang hari. Pada
usia 3 bulan, bayi dapat tidur sekitar 4 jam pada satu waktu, dan biasanya
terpanjang pada malam hari. Pada usia 6 bulan, bayi mungkin dapat tidur sampai 6
jam pada satu waktu (Goodlin-Jones, Beth, Burnham, Gaylor, Anders. 2001; Burnham,
Goodlin-Jones, Gaylor, Anders. 2002).
12 Universitas Indonesia
ibu hamil, ibu nifas; kemampuan motorik orang tua dalam melakukan perawatan
dan memenuhi kebutuhan dasar bayi, ibu hamil dan ibu nifas.
12 Universitas Indonesia
Kegiatan yang dapat dilakukan keluarga dari persiapan sampai pemberian ASI
adalah sebagi berikut :
2.4.3.1 Persiapan dan tehnik menyusui
Persiapan menyusui pada masa kehamilan penting dilakukan. Ibu yang
menyiapkan sejak dini. Ibu yang menyiapkan sejak dini akan lebih siap
12 Universitas Indonesia
menyusui bayinya. Persiapan yang harus dilakukan oleh ibu yang akan
menyusui diantaranya :
1) Persiapan Psikologis
Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang
dilakukan sejak masa kehamilan. Persiapan ini penting karena keputusan
dan sikap ibu yang positif terhadap pemberian ASI harus terjadi saat
kehamilan, atau jauh sebelumnya. Sikap ibu terhadap pemberian ASI
dipengaruhi oleh berbagai factor, antaralain adat, kebiasaan, kepercayaan
tentang menyusui di daerah masing-masing. Pengalaman menyusui pada
kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga atau
kalangan kerabat, pengetahuan ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI
juga sikap ibu terhadap kehamilannya (diinginkan atau tidak) berpengaruh
terhadap keputusan ibu, pakah ia akan menyusui atau tidak. Dukungan
dokter, bidan, atau petugas kesehatan lain, teman dekat sangat dibutuhkan
terutama ibu yang baru pertama kali hamil.
2) Pemeriksaan payudara
Payudara ibu perlu diperiksa sebagai persiapan menyusui. Tujuan
pemeriksaan adalah untuk mengetahui keadaan payudara sehingga bila
terdapat kelainan segera diketahui. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
inspeksi dan palpasi.
Payudara yang di inspeksi ukuran dan bentuk , kontur /permukaan: adanya
depresi, elevasi atau luka pada kulit payudara , dan warna kulit. Areola
yang diinspeksi adalah bentuk dan ukuran, permukaan, warna. Putting susu
bentuk dan ukuran , ukuran putting sangat bervariasi bila ditemukan
putting susu yang terbenam, jangan katakan bahwa ibu mengalami
abnormalitas. Putting susu dapat ditonjolkan menggunakan alat atau
dengan prosedur Hoffman. Palpasi payudara meliputi konsistensi karena
pengaruh hormonal akan ada perbedaan konsistensi. Massa, setiap massa
harus digambarkan dengan jelas letak dan ciri-cirinya.
12 Universitas Indonesia
3) Tehnik menyusui
Seorang ibu dengan bayi pertama mungkin akan mengalami masalah
ketika menyusui, yang sebetulnya hanya karena tidak tahu cara yang
sebenarnya. Bayi walaupun sudah dapat menghisap tetap dapat
menimbulkan putting terasa nyeri. Pada minggu awal psetelah persalinan
biasanya ibu lebih sensitive. Pada kondisi ini ibu perlu seorang
pendamping yang dapat membimbingnya untuk bisa merawat bayi,
disarankan ibu mendapatka pendampingan dari orang yang berpengaruh
besar dalam kehidupannya. Termasuk pendampingan tehnik menyusui
dengan benar :
Payudara di pegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang di
bawah. Jangan menekan putting susu atau areola mamae saja. Beri
12 Universitas Indonesia
b) Pengeluaran ASI
Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar, maka sebaiknya ASI
dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari tersedak atau enggan
menyusu. Dan hasilnya ditampung dalam botol steril untuk dapat
disimpan.
Cara pengeluaran ASI dengan tangan: ibu mencuci tangan sampai
bersih, ibu atau keluarga menyiapkan gelas bersih dan telah direbus
dengan air mendidih. Ibu melakukan massage payudara dengan kedua
telapak tangan dari pangkal kea rah areola. Ulangi pemijatan pada
sekeliling payudara, tekan areola kearah dada dengan ibu jari disekitar
aareola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola yang lain. Minta
12 Universitas Indonesia
c) Penyimpanan ASI
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat. Ada
perbedaan lamanya disimpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan. Di
udara bebas /terbuka : 6-8jam, di almari es (4˚C) : 24 jam, di
pendingin/beku (-18˚C) : 6 bulan.
2.5 Peran dan fungsi perawat Komunitas dalam Pemberian ASI eksklusif
Stanhope dan Lancaster (2004) menjelaskan, perawat komunitas harus
memperhatikan prinsip praktik keperawatan komunitas dalam memberikan
layanan keperawatan. Prinsip praktik keperawatan komunitas seperti otonomi,
yaitu memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk melakukan atau memilih
alternatif yang terbaik dan sesuai dengan kondisinya. Selain itu, perawat
komunitas harus menerapkan prinsip kemanfaatan. Prinsip kemanfaatan yaitu
intervensi yang diberikan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
12 Universitas Indonesia
2.5.2 Advocate
12 Universitas Indonesia
Perawat komunitas dapat mengadvokasi para pekerja wanita yang menyusui agar
mendapatkan fasilitas waktu untuk menyusui bayinya atau mendapatkan tempat
untuk memerah dan menyimpan ASI. Perawat komunitas harus dapat
mengadvokasi peraturan yang terkait pemberian ASI eksklusif dan insiasi
menyusu dini di tingkat pemegang kebijakan.
2.5.3 Educator
2.5.4 Counsellor
12 Universitas Indonesia
menjadi pembina kelompok swabantu sehingga jika ada permasalahan yang tidak
terselesaikan oleh motivator, pembina dapat membantu menyelesaikan
permasalahan tersebut.
2.5.6 Researcher
12 Universitas Indonesia
Bab kerangka kerja ini memaparkan dan menelaah keterkaitan antar konsep yang
mendasari pelaksanaan praktek keperawatan komunitas pada aggregate ibu hamil
dan menyusui menggunakan integrasi Community As Partner (CAP), Family
Centered Nursing (FCN), perilaku positif dalam menyusui, dan model dukungan
sosial dan Kelompok Swabantu ASI Eksklusif (KS-ASIEKs), serta manajemen
pelayanan keperawatan.
65 Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan komunitas pada aggregat ibu hamil dan menyusui dilakukan
dengan proses keperawatan. Proses tersebut diawali dengan pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian merupakan
sebuah proses, tindakan untuk mengenal masyarakat, orang-orang di masyarakat
adalah mitra. Pada penelitian ini menggunakan community as partner model sebagai
framework pengkajian. Pengkajian komunitas model ini memiliki tiga bagian yaitu :
(1) core the community, (2) sub sistem komunitas dan (3) persepsi ( (Anderson & Mc
Farlane, 2011). Core terdiri dari riwayat terbentuknya komunitas; data demografi,
tipe rumahtangga, status perkawinan, vital statistik, nilai dan kepercayaan, serta
agama. Data subsistem komunitas terdiri atas : lingkungan, pelayan kesehatan,
ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi,
pendidikan, dan rekreasi. Pada penelitian ini variabel yang digunakan pada integrasi
model dari community as partner: (1) core: demografi, status perkawinan, vital
statistic: angka kelahiran cakupan pemberian Asi eksklusif, nilai dan keyakinan
pemberian ASI eksklusif; (2) sub sistem: lingkungan: dukungan sosial masyarakat
terhadap pemberian ASI, pelayanan kesehatan yang digunakan untuk mengatasi
masalah pemberian ASI; politik dan pemerintahan: dukungan kebijakan pemberian
ASI eksklusif; dan pendidikan.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
67
Konsep model hubungan sosial dan sosial support pada kesehatan terdapat 5 (lima)
konsep utama: (1) adanya hubungan langsung antara jejaring sosial dan dukungan
sosial teadap status kesehatan, (2) efek jejaring sosial dan dukungan sosial terhadap
kesehatan individu, (3) jejaring sosial dan dukungan sosial mempengaruhi frekuensi
dan durasi paparan stressor, (4) efek jejaring sosial dan dukungan sosial terhadap
kesehatan komunitas dan (5) efek jejaring sosial dan dukungan sosial pada perilaku
sehat (Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008). Pada penelitian ini variabel yang
diintegrasikan dalam model adalah efek jejaring sosial dan dukungan sosial terhadap
kesehatan komunitas dan efek jejaring sosial dan dukungan sosial pada perilaku
sehat.
Integrasi dari model program manajemen perkesmas aggregat ibu hamil dan
menyusui dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif memadukan program
pelayanan Perkesmas, klien ibu hamil dan menyusui serta keluarga dalam satu
kesatuan dengan memadukan model hubungan sosial dan dukungan sosial sebagai
strategi intervensi. Strategi intervensi yang digunakan dalam mengatasi masalah
manajemen, dan klien aggregat ibu hamil dan menyusui untuk meningkatkan
pemberian ASI adalah kelompok swabantu ASI eksklusif (KS-ASIEKs).
Pembentukan KS-ASIEKs merupakan intervensi yang didesign untuk membangun
hubungan sosial baru pada ibu hamil dan menyusui saat mereka hanya memiliki
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
68
jaringan sosial yang kecil, terbebani dan tidak memiliki dukungan yang efektif
(Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008). KS-ASIEKs berperan memberikan dukungan
dan menerima dukungan, saling berbagi antar anggota. Berbagi pada anggota
kelompok swabantu, melibatkan pengalaman psitif yang dimiliki anggota dalam
mengatasi masalah pemberian ASI eksklusif. Perilaku positif ini dibagi ada anggota
untuk bisa digunakan oleh anggota yang lain dalam mengatasi masalah pemberian
ASI eksklusif.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
INPUT KERANGKA KONSEP PROSES OUTPUT
Pelayanan Keperawatan: Indikator Manajemen pelayanan
1. Perencanaan : Keperawatan :
a. Sosialisasi tujuan dan sasaran - Tersosisalisasinya kelompok
kelompok masyarakat peningkatan masyarakat peduli ASI eksklusif
-Manajemen : ASI eksklusif - Teridentifikasi jumlah SDM, dana
- Perencanaan: Visi, misi, tujuan, renstra jangka b. Perencanaan SDM,dana sarana dan sarana dan prasarana serta tempat
pdk dan panjang, prosedur, kebijakan, prasarana - Terbentuk KS-ASIEK
pembiyaan dan alokasi sumber daya. c. Perencanaan tahunan - Tersusun programkerja tahunan KS-
- Pengorganisasian:Iderntifikasi Struktur, tupoksi 2. Pengorganisasian : pembentukan KS- ASIEKs
kerja, ASIEKs, stuktur organisasi - Peningkatan pengetahuan, sikap dan
- Kerjasama lintas sektor dan lintas program. 3. Pengarahan : Pelatihan/penyegaran kader ketrampilan kader dalam dukungan
- Pengarahan dan pendelegasian: instruksi pedili ASIEKs, pelatihan fasilitator KS- pemberian ASI eksklusif
pelaksanaan ASIEKs, Materi manajemen laktasi - Dilaksanakannya supervisi dan monev
- Pengawasan : Monev program 4. Pendelegasian : Supervisi deteksi faktor secara periodik di RW dibina
- Core: Jumlah ibu hamil dan menyusui, status risiko diskontinuitas ASIEKs, supervisi (kelengkapan pencatatan dan
perkawinan, vital statistic: angka kelahiran, cakupan fasilitator KS-ASIEKs, Monitoring dan pelaporan)
pemberian Asi eksklusif, nilai dan keyakinan evaluasi program - Terlaksananya pelatihan fasilitator KS-
- Sub sistem : lingkungan: dukungan sosial ASIEKs
masyarakat terhadap pemberian ASI, pelayanan
kesehatan yang digunakan untuk mengatasi masalah Masalah KELOMPOK
pemberian ASI; politik dan pemerintahan: dukungan SWABANTU Asuhan Keperawatan Komunitas : Komunitas :
kebijakan pemberian ASI eksklusif; dan pendidikan. keperawatan : - Pendidikan kesehatan : kader, TOMA, - Terbentuk KS-ASIEKs
- Family Cetered Nursing : - Manajemen ASIKs masyaraat - 80% Peningatan pengetahuan, sikap dan
- - tahap dan riwayat perkembangan perkembangan: - Keluarga - Screening faktor risiko diskontinuitas perilaku ibu hamil dan menyusui
childbearing (KS-ASIEKs) menyusui - perilaku positif diadopsi KS-ASIEKs
- - struktur keluarga: komunikasi, peran, pengambilan - Komunitas - Penggalian perilaku positif dan adopsi - Kepuasan ibu hamil dan menyusui dalam
keputusan, dan nilai dalam keluarga; perilaku positif mengukuti kegiatan KS-ASIEKs
- fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi perawatan - Sistem rujukan kasus menyusui - Perilaku Pemberian ASI eksklusif
kesehatan: perilaku kesehatan, praktik diit keluarga, - Pemantauan kecukupan pemberian ASI meningkat
kebiasaan istirahat tidur, dan praktik perawatan diri pada bayi - 80% BB bayi sesuai KBM
keluarga. - Pemantauan masalah kesehatan pada bayi - Teridentifikasi masalah kesehatan bayi 0-
- Tingkat kemandirian keluarga - Peningkatan kepercayaan diri ibu dalam 1 tahun
- Perilaku Positif dalam menyusui memberikan ASI
- Model dukungan sosial dan jejaring sosial :
- Kelompok swabantu
- Dukungan keluarga Keluarga : Keluarga :
- Dukungan ayah untuk memberikan - Peningkatan dukungan ayah pada
ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif
(Gilles,2000; Anderson, 2011; Friedman, 2010;
Karen,2008)
- Konseling - Peningkatan pengetahuan, sikap
- Coaching :perawatan bayi baru lahir dan perilaku keluarga
.1 Skema Kerangka Konsep - Komplementer : pijat oksitosin dan - Pemberian ASI eksklusif pada
breastcare: marmet keluarga binaan
3.1 Skema Kerangka Konsep - Kemandirian keluarga KM-IV
65 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
71
3.3.2 Tujuan
1) Tujuan Umum : menunjang peningkatan pemberian ASI eksklusif
2) Tujuan khusus :
a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan dasar dan
pemberian dukungan psikologis yang berkaitan dengan peningkatan
pemberian ASI eksklusif
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam pemberian ASI eksklusif
c. Meningkatnya Cakupan pemberian ASI eksklusif di masyarakat
3.3.3 Sasaran
Sasaran kelompok swabantu ASIEKs adalah seluruh masyarakat, utamanya : bayi 0-
6 bulan, ibu hamil trimester 3, dan ibu menyusui.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
72
3.3.4 Fungsi
1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam pemberian dukungan
psikologis pada ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif, dalam rangka
meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif.
2) Sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan problem solving ibu menyusui
yang memiliki permasalahan dalam persiapan menyusui dan selama menyusui.
3) Sebagai wadah kontrol perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui
3.3.5 Manfaat
1) Bagi Keluarga dengan ibu hamil dan menyusui
- Memperoleh kemudahan untuk informasi seputar kehamilan dan
menyusui
- Memperoleh pembinaan secara berkala dari petugas Puskesmas
(Perawat Perkesmas)
2) Bagi Kader dan Kelompok Pendukung
- Mendapat informasi terlebih dahulu tentang upaya yang terkait
dengan peningkatan pemberian ASI eksklusif dan kehamilan
- Sebagai bentuk aktualisasi diri di masyarakat dengan menyelesaikan
masalah kesehatan khususnya pemberian ASI eksklusif
3) Bagi Puskesmas
- Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan
- Sebagai bentuk pelaksanaan upaya perawatan kesehatan masyarakat
dengan melaksanakan asuhan kelompok maternal di masyarakat
- Mendekatkan akses informasi dan pelayanan kesehatan pada ibu
hamil dan menyusui.
3.3.6 Lokasi
Uji coba pelaksanaan kelompok swabantu ASIEKs dilakukan di kelurahan Curug,
diawali di RW 08 kelurahan Curug, dan di replikasi di RW 04 dan 08. Kegiatan ini
dilakukan di kelurahan Curug kerena dekelurahan Curug belum terdapat wadah yang
dapat membantu ibu hamil dan menyusui mengatasi masalah yang mereka hadapi,
dan kader posyandu belum memiliki perencanaan yang baik untuk memberikan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
73
motivasi dan penyuluhan pada ibu hamil dan menyusui, terdapat ibu bekerja yang
ingin memberikan ASI eksklusif namun belum tahu bagaimana menyiapkannya.
Kegiatan kelompok swabantu ASIEKs dapat direplikasi dengan cara yang sama di
tempat lain yang setara dengan wilayah RW. Kelompok Swabantu ASIEKs berada
di setiap RW, dusun atau sebutan lain yang sesuai.
3.3.7 Pengorganisasian
Struktur organisasi ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat pembentukan
Kelompok Pendukung ASI. Struktur organisasi fleksibel dengan kebutuhan, kondisi,
permasalahan dan kemampuan sumberdaya. Struktur organisasi minimal terdiri dari
ketua, sekretaris, dan bendahara serta kelompok pendukung sebagai anggota dan
fasilitator kegiatan KS-ASIEKs.
Kader dan tokoh masyarakat yang peduli dengan pemberian ASI eksklusif
selanjutnya disebut kelompok pendukung, adalah anggota masyarakat yang seusia
ibu menyusui, anggota masyarakat, bersedia , mampu dan memiliki waktu untuk
memfasilitasi kegiatan KS-ASIEKs.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
74
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
75
2) Pemantauan
Setelah KS-ASIEKs terbentuk dan kelompok pendukung mampu
memfasilitasi kegiatan, pertemuan 1-2 boleh difasilitatori oleh petugas
kesehatan selanjutnya, petugas kesehatan memantau pelaksanaan kegiatan
KS-ASIEKs dengan kunjungan pembinaan minimal tiap 3 bulan sekali dan
melihat pencatatan dan pelaporan kegiatan.
3.3.10 Kegiatan
1) Kegiatan utama
Kegiatan kelompok ini sangat terbuka untuk individu lain yang berminat untuk
masuk dalam kelompok swabantu ibu, misalnya suami atau anggota keluarga yang
lain. Diskusi yang dilakukan dalam pertemuan kelompok swabantu ibu diutamakan
pada isu seputar perawatan kesehatan, pemenuhan gizi untuk menjaga kesehatan,
dan pemenuhan gizi untuk ibu selama hamil dan pasca melahirkan, serta ASI dan
menyusui. Diskusi dalam kelompok swabantu ibu dapat berkembang dengan baik
jika disesuaikan dengan situasi dari peserta, misalnya perawatan pasca melahirkan
atau perawatan bayi baru lahir.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
76
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
77
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
BAB 4
78 Universitas Indonesia
Perkesmas baru di tetapkan untuk asuhan keluarga rentan masalah kesehatan dan risiko
tinggi (hight risk family) dengan difokuskan pada masalah maternal, bayi, balita, lansia,
dan penyakit kronik. Perencanaan operasional tahunan Perkesmas tersusun, namun
Perkesmas belum tersusun terinci, dan masih digabung dengan program kesehatan
khusus (kesehatan jiwa, kesehatan kerja, kesehatan olahraga, dan kesehatan gigi dan
mulut), belum adanya tujuan umum dan tujuan khusus pembinaan kelompok di
masyarakat (baru diarahkan pada individu dan keluarga), belum ada kebijakan
penetapan program Perkesmas sebagai program pokok Puskesmas, belum adanya
panduan asuhan keperawatan : kelompok dan keluarga khususnya panduan asuhan
masalah maternal. Perencanaan operasional tahunan belum tersusun secara rinci ini
berdampak pada pelaksanaan program yang belum optimal. Berdasarkan pedoman
kegiatan Perkesmas (2004) perencanaan kegiatan Perkesmas mendukung pencapaian
indikator SPM dalam upaya kesehatan Puskesmas. Indikator tersebut meliputi : promosi
kesehatan, KIA/KB, Gizi, P2M, balita Pneumonia, HIV-AIDS, DBD, Malaria, Diare,
kesehatan lingkungan, pengobatan, dan kesehatan kerja. Indikator SPM pelayanan
kesehatan kabupaten/kota pemberian ASI eksklusif 80% yang dicantumkan dalam
indikator (Kementrian Kesehatan, 2004).
Perencanaan kegiatan program ASI eksklusif setiap tahun oleh seksi kesehatan keluarga
dan gizi. Anggaran peningkatan ASI eksklusif hanya sampai tingkat Puskesmas, tidak
ada anggaran untuk peningkatan ASI di tingkat kelurahan karena selama ini sifatnya
swadana masyarakat. Koordinator seksi kesehatan keluarga dan gizi merencanakan
kegiatan: 1) pelatihan konselor menyusui, 2) penyuluhan ASI di perusahaan, 3)
Universitas Indonesia
Program promosi kesehatan tentang ASI eksklusif diarahkan pada penyediaan pojok
laktasi di Puskesmas Cimanggis. Penyuluhan ASI eksklusif di posyandu belum
dilakukan, walaupun kader yang sudah mendapatkan pelatihan manajemen laktasi.
Kegiatan Posyandu untuk meningkatkan pemberian ASI yang meliputi penyuluhan,
Universitas Indonesia
konseling dan pembinaan keluarga tidak ada. Indikator capaian kegiatan peningkatan
pemberian ASI jangka panjang maupun jangka pendek belum ada di Puskesmas dan
kelurahan. Hal ini berakibat pada ketidak jelasan tujuan yang akan dicapai dan
perencanaan program yang tidak terinci. Perencanaan yang tidak rinci berdampak pada
pelaksanaan kegiatan yang tidak optimal, berakibat lanjut pada tidak dapat
dilakukannya evaluasi dan modifikasi program yang belum dapat dijalankan mulai dari
tingkat Puskesmas dan kelurahan.
Di kelurahan Curug perencanaan bina keluarga balita (BKB) dan Kadarzi belum
optimal. Perilaku kesadaran gizi khususnya ASI masih kurang ditunjukkan cakupan
ASI eksklusif di kelurahan Curug masih rendah 51% (profil kesehatan Puskesmas
Cimanggis, 2012) , kader kesehatan kelurahan curug belum membuat rencana kerja
tahunan dengan optimal, hanya menyelenggarakan kegiatan Posyandu rutin tiap bulan.
Kementrian kesehatan RI (2012) memaparkan keluarga Kadarzi apabila telah
melakukan : menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi
sejak lahir sampai umur enam bulan (ASI eksklusif), makan beraneka ragam,
menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi sesuai anjuran.
Universitas Indonesia
mencapai tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Marquis dan Huston (2012)
menjabarkan dalam pengorganisasian terdapat: struktur organisasi, uraian tugas,
kejasama lintas program dan lintas sektor.
Struktur organisasi program Perkesmas di dinas kesehatan Kota Depok telah ditetapkan
oleh kepala Dinas kesehatan Kota Depok. Penyelia Perkesmas seorang perawat dengan
pendidikan D III keperawatan, memiliki tugas rangkap sekaligus memegang program
kesehatan Jiwa. Berdasarkan hasil wawancara, perawat penyelia mengatakan belum
dapat melaksanakan uraian tugasya, malu karena pendidikannya masih DIII, tidak
menguasai ilmu keperawatan dengan baik, belum mampu memfasilitasi perawat
Puskesmas untuk melakukan RDK. Penyelia Perkesmas kota Depok masih baru,
diangkat dan ditetapkan pada bulan maret 2013. Seharusnya, perawat penyelia
Perkesmas, bertanggung jawab pada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, untuk:
1) pertemuan dengan perawat koordinator Perkesmas Puskesmas secara berkala, 2)
kunjungan lapangan, dan 3) menyusun laporan hasil evaluasi pelaksanaan perkesmas di
Kabupaten/Kota dan menyampaikan umpan baliknya ke Puskesmas (Kementrian
Kesehatan RI, 2006).
Universitas Indonesia
4.1.1.3 Personalia
Ketenaga merupakan suatu hal yang menjadi pertimbangan untuk melaksanakan
kegiatan. Penentuan siapa pelaksana program, jumlah, kualitas tenaga yang dapat
mengupayakan pencapaian keberhasilan program. Saat ini petugas peyelia Perkesmas di
kota Depok berjumlah 1 orang dengan latar belakang pendidikan D3 keperawaran,
belum mendapatkan pelatihan penyeliaan Perkesmas, dan pelatihan keperawatan
komunitas. Perawat tersebut bertanggungjawab mengelola 32 Puskesmas di kota
Depok. Sedangkan petugas Perkesmas di Puskesmas Cimanggis dikoordinatori oleh
seorang perawat dengan latar pendidikan SPK, belum dilatih program Perkesmas. Di
Puskesmas Cimanggis terdapat 10 perawat, dengan latar belakang pendidikan D3
(3orang) dan SPK (7orang). Semua perawat di Puskesmas Cimanggis belum
mendapatkan pelatihan Perkesmas. Marquis dan Huston (2012) menjelaskan pendidikan
staff dipergunakan untuk menetapkan seseorang dalam sebuah posisi.
Universitas Indonesia
Surat Keputusan Menteri Kesehatan no 279 tahun 2006 menyatakan bahwa di Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota, menetapkan adanya perawat penyelia Kabupaten sekaligus
menjadi perawat penyelia Perkesmas Kabupaten/kota dengan kualifikasi Sarjana
keperawatan/Ners telah mendapatkan pelatihan Perkesmas dan memiliki pengalaman
kerja di Puskesmas. Koordinator Perkesmas di Puskesmas ditetapkan oleh kepala
Puskesmas berdasarkan kualifikasi pendidikan minimal D III Keperawatan, telah
mendapatkan pelatihan Perkesmas, mempunyai pengalaman lebih dalam pelaksanaan
Perkesmas dibanding perawat lainnya. Perawat pelaksana Perkesmas adalah semua
tenaga fungsional perawat di Puskesmas.
4.1.1.4 Pengarahan
Fungsi pengarahan di Dinas Kesehatan Kota Depok telah berjalan dengan baik.
Pengarahan intern dilakukan oleh kepala dinas kesehatan kepada seluruh kepala
bidang, selanjutnya kepala bidang melakukan pengarahan pada kepala seksi. Penyelia
Perkesmas mendapat pengarahan dari kepala seksi pelayanan dasar dan khusus.
Pengarahan belum terencana, terlihat masih accidental. Supervisi dinas Kota Depok ke
Universitas Indonesia
Puskesmas belum terlaksana dengan baik tergantung pada anggaran yang disetujui
untuk melakukan supervisi. Kegiatan rutin yang dilakukan adalah meminta laporan
hasil Perkesmas triwulan dari tiap Puskesmas.
Wawancara dengan petugas gizi dan perkesmas di kota Depok (2013), terdapat 5
Puskesmas dengan capaian ASI eksklusif sangat rendah, dibawah nasional dan dibawah
kota Depok, Puskesmas tersebut; Kemiri muka (0%), Cipayung (7,1%), Rangkap jaya
(11,9%) dan depok jaya (14,8%). Kegiatan pengarahan dilakukan bersamaan dengan
monitoring dan evaluasi, dengan cara mengatasi masalah yang saat itu ditemukan.
Belum ada sanksi bagi yang kurang atau reword bagi petugas kesehatan yang dapat
melakukan tugasnya dengan baik. Reword dapat meningkatkan motivasi pada diri staff.
Memberikan motivasi pada staff harus dilakukan oleh seorang manajer. Motivasi yang
diberikan akan meningkatkan kinerja staff dan kepuasan kerja (Marquis & Huston,
2012).
Fungsi pengarahan di Dinas kesehatan Kota Depok belum optimal disebabkan oleh : 1)
kurangnya sosialisasi dan promosi kesehatan di Puskesmas, 2) pelaksanaan peningkatan
pemberian ASI eksklusif hanya diberikan pada petugas gizi, sehingga tidak ada yang
menindak lanjuti di masyarakat, 3) Perkesmas dengan sasaran kelompok maternal di
masyarakat belum dilakukan, 4) petugas perkesmas belum optimal melakukan asuhan
keperawatan keluarga dengan kasus maternal, 5) adanya iklan masyarat tentang susu
formula yang nemenarik, 6) adanya mitos-mitos menyusui yang masih dipercayai oleh
masyarakat.
Merujuk pada uraian diatas disimpulkan fungsi pengarahan pada program Perkesmas
peningkatan pemberian ASI eksklusif belum optomal, ditunjukkan dengan frekuensi
supervisi yang kurang, RDK belum dilaksanakan, motivasi meningkatkan kegiatan
program pemberian ASI belum efektif, kolaborasi lintas program dan lintas sektor
belum efektif.
Universitas Indonesia
4.1.1.5 Pengawasan
Pengawasan kegiatan Perkesmas di dinas kota Depok dilakukan oleh dinas kesehatan
provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan pengawasan diistilahkan dengan monev. Kegiatan
monev dilakukan 1 kali dalam 1 tahun. Monev tidak selalu dilakukan oleh pemegang
program Perkemas di tingkat provinsi yang melakukan monev. Monev berbarengan
dengan program yang berada dalam seksi pelayanan dasar dan khusus. Situasi tersebut
berdampak evaluasi kurang dan analisa temuan masalah di tingkat kabupaten Kota.
Uraian situasi pengawasan program peningkatan pemberian ASI eksklusif di dinas Kota
Depok, puskesmas Cimanggis dan kelurahan Curug dapat mengindikasikan masalah
fungsi pengawasan adalah belum optimalnya supervisi pelaksanaan program
peningkatan pemberian ASI eksklusif.
Universitas Indonesia
PENGARAHAN PENGAWASAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Masalah I
Belum adanya struktur organisasi kelompok ibu hamil dan menyusui untuk
memperoleh dukungan dalam memberikan ASI
Tujuan Umum
Tujuan khusus :
Universitas Indonesia
Pembenaran :
KS-ASIEKs adalah bentuk intervensi pada ibu menyusui yang bertujuan untuk
mengembangkan jejaring sosial untuk mengatasi masalah selama menyusui. Levi dalam
Universitas Indonesia
Pender (2002) mengidentifikasi empat tujuan kelompok swabantu, yaitu sebagai kontrol
perilaku, koping stress dan memberi dukungan, orientasi hidup, dan aktualisasi diri.
Pelaksanaan kelompok swabantu ibu menyusui di Dadaab Refuge camp diperoleh
hasil: dapat meningkatkan inisiasi menyusui dini dari 66,2% pada tahun 2007 menjadi
76,5% pada tahun 2008. Pemberian ASI eksklusif dari 4.1% menjadi 25.6% di tahun
yang sama. Pengenalan makanan pada bayi pada usia 6 bulan dari 53,8% menjadi
68.9% .Pemberian ASI yang dilajutkan sampai 1 tahun dari 35% menjadi 54.4%
(Lung’aho & Jemeines.,2010).
Pelaksanaan :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Evaluasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Puskesmas
Melakukan pengarahan dan supervisi secara rutin terjadual oleh perawat
perkesmas. Melakukan bimbingan dan kemitraan dengan kader dalam
pemantaun deteksi faktor risiko diskontinuitas pemberian ASI eksklusif
2. Kelurahan Curug
Kerja sama dengan team penggerak PKK khususnya pokja 4 untuk menindak
lanjuti pencatatan pemberian ASI eksklusif di kelurahan curug, sehingga setiap
RW membina keluarga ibu menyusui 0-6 bulan.
3. Kader kesehatan
Melakukan pertemuan rutin kelompok pendukung, mengajak kader yang belum
aktif, menyebarluaskan pada kader di RW lain untuk melakukan deteksi risiko
diskontinuitas pemberian ASIeksklusif. Melakukan kunjungan rumah dan
pembinaan keluarga menyusui 0-6 bulan 1 keluarga tiap bulan.
Masalah II
Tujuan Umum
Universitas Indonesia
Tujuan Khusus
Rencana tindakan :
Universitas Indonesia
Pembenaran
Pelaksanaan
Universitas Indonesia
Evaluasi
Universitas Indonesia
2. Puskesmas Cimanggis
Melakukan kegiatan RDK lebih rutin dengan pembinaan dinas kesehatan kota
Depok.
3. PKK kelurahan Curug
Melakukan pencatatan dengan benar rekapitulasi pemberian ASI eksklusif di
kelurahan Curug tiap bulan.
Jenis data yang disajikan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Selaanjutnya
kegiatan asuhan keperawatan komunitas sebagai bentuk penelitian eksperimen
semu (quasi experiment). Intervensi KS-ASIEKs sebagai perlakukan pada asuhan
keperawatan komunitas kelompok ibu hamil dan menyusui. Penelitian yang menguji
coba suatu intervensi pada kelompok subyek dengan atau tanpa kelompok
pembanding, namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subyek ke
dalam kelompok (Dharma, 2011). Pengkajian awal sebagai data pre test kegiatan
penulis di kelurahan Curug. Kriteria sampel pengambilan data pengkajian adalah
ibu hamil usia antara 4 – 9 bulan, ibu menyusui bayi usia 0-1 tahun, tinggal
diwilayah kelurahan Curug. Data diambil dengan membagikan kuesioner pada 95
responden, 40 ibu hamil dan 45 ibu menyusui. Data kualitatif. Diambil dengan
tehnik Focus Group Discuss(FGD), dilakukan 2 kali, pertama dengan sasaran
partisipan ibu hamil dan menyusui, ke-2 dengan partisipan kader dan ibu yang
sudah memiliki cucu.
Universitas Indonesia
Berdasarkan pada hasil kuesioner yang dibagikan pada 95 orang ibu hamil dan
menyusui. Jumlah ibu hamil: 20% tersebar di RW 08, 30% di RW 04 dan lainnya
tersebar di 9 RW. Jumlah ibu menyusui 32% di RW 08, 15 % di RW 04 dan 10%
di RW 10, sisanya tersebar di 8 RW lainnya. Pekerjaan ibu 58% ibu rumah tangga.
Penghasilan keluarga 70% kurang dari UMR kota Depok. Josefa dan Margawati
(2010) menjelaskan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di
Semarang adalah status pekerjaan ibu. Pendidikan ibu 48% SMA dan 36% SMP.
Hikmawati, Sakundarno,dan Purwanti (2008) menyimpulkan ibu berpendidikan
rendah dan alasan karena ibu bekerja, sehingga mereka memilih tidak memberikan
ASI eksklusif.
Perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif terdiri dari 3 domain yaitu
pengetahuan, sikap dan perilaku. Data diperoleh sebagai berikut pengetahuan secara
umum 24 % kurang baik. Pada manfaat ASI dan keunggulan ASI sebesar 15%,
persiapan dan tehnik menyusui 59%, ibu mengalami masalah selama menyusui
42%, pengetahuan ibu tentang gizi ibu hamil dan menyusui kurang sebesar 23%,
Sikap ibu hamil dan menyusui tentang gizi dan manajemen laktasi dengan kategori
kurang sebesar 31%, dan perilaku ibu hamil dan menyusui tentang gizi dan
manajemen laktasi dengan kategori kurang sebesar 44%. Peran keluarga dalam
memberikan dukungan untuk memberikan ASI eksklusif sebesar 22%. Baetul dan
Hamzens (2012) menyimpulkan penelitiannya faktor yang paling dominan
mempengaruhi perilaku ibu memberikan ASI eksklusif adalah dukungan keluarga
setelah dikontrol oleh variabel sikap dan penolong persalinan. Malonda, Bolang
dan Kapantow (2012) menyimpulkan sikap berhubungan signifikan dengan
pemberian ASI eksklusif pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Tompaso.
Hasil FGD pada ibu hamil dan ibu menyusui dikelurahan Curug di dapatkan tema :
tidak dipahami IMD, ASI tidak cukup, disarankan orang tua dan puting susu lecet.
FGD dilakukan untuk menggali : penyebab memberikan susu formula atau
pemberian makan dini pada bayi, siapa orang yang menganjurkan pemberian susu
Universitas Indonesia
formula dan makan dini, serta masalah yang terjadi selama menyusui. Hikmawati
(2008) menyimpulkan faktor risiko kegagalan pemberian ASI eksternal adalah
pengenalan awal susu formula oleh keluarga maupun petugas kesehatan.
Skema 4.2 Web of Caution asuhan keperawatan komunitas pada aggregat ibu menyusui
Universitas Indonesia
menyusui di kelurahan Curug; (3) kurangnya dukungan sosial pada ibu menyusui di
kelurahan Curug; (4) koping terhadap masalah menyusui tidak efektif masyarakat
kelurahan Curug. Penapisan masalah terlampir di lampiran 2.
Masalah 1
Tujuan Umum
Tujuan khusus
Universitas Indonesia
Pembenaran
Antze (1976 dalam Belliveau & Wagone, 1999) menjelaskan kelompok swabantu dapat
mendorong terjadinya adopsi pengetahuan. Adapun adaptasi terjadi dengan cara: 1)
hubungan yang lama antara anggota , 2) penyampaian pengalaman, mendengarkan dan
penggunaan pengetahuan, 3) mendorong anggota untuk membujuk anggota yang lain
untuk memahami pengetahuan, 4) pemberian penghargaan akan meningkatkan
keinginan anggota lain, 5) anggota yang memiliki masalah mendapatkan support dari
anggota lain.
Pelaksanaan
Universitas Indonesia
Evaluasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Masalah II
Universitas Indonesia
Tujuan Umum
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 9 bulan ibu dan bayi mendapatkan
ASI dengan perlekatan yang baik.
Tujuan Khusus
Rencana Tindakan
Pembenaran
Universitas Indonesia
Proses belajar juga terjadi dalam kegiatan kelompok swabantu. Kelompok swabantu
menciptakan interaksi sosial, ketika masing-masing peserta berinteraksi, menjadi
bagian dari yang lain, saling belajar dari pengalaman anggota lain. kelompok lebih
memberikan kesempatan untuk belajar dari variasi yang ada dalam anggota, prinsip
mendasar dalam pemecahan masalah dapat dipelajari dari pengalaman kelompok,
sehingga anggota mendapatkan pengalaman lebih mendalam dalam proses
kelompok (Maglaya et al, 2009).
Pelaksanaan
Evaluasi
Universitas Indonesia
sebesar 0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan pengetahuan ibu
yang signifikan pengetahuan ibu sebelum mengikuti dengan setelah mengikuti
kegiatan penyuluhan
2. Pelaksanaan pendidikan kesehatan pada KS-ASIEKs di RW 08, 04 dan 10
membahas tentang tehnik perlekatan ibu – bayi saat menyusui untuk mencegah
puting susu lecet. Hasil observas tehnik menyusui dan perlekatan kelompok ibu
hamil dan menyusui adalah 18% ibu belum dapat melakukan perlekatan dan
tehnik menyusui dengan baik. Ibu yang belum dapat melakukan perlekatan
dengan benar karena ibu tersebut ibu primipara, masih kurang berpengalaman,
selanjutnya dilakukan kunjungan keluarga oleh kader kesehatan pad ibu yang
belum dapat melakukan perlekatan dengan benar.
3. Pelaksanaan konseling laktasi di Posyandu RW 08, 04 dan 10 dengan konseli 2
orang tiap pelayanan. Konseling dilaksanakan pada ibu yang mengalami
masalah menyusui, ibu melakukan konseling, karena ia tidak bergabung sebagai
anggota KS-ASIEKs.
4. Pelaksanaan kemitraan dengan keluarga dalam memberikan dukungan
pemberian ASI eksklusif dilakukan pada 10 keluarga binaan. 5 (lima) keluarga
di RW 08, 4 (empat) keluarga di RW 04 dan 1(satu) keluarga di RW 10. Hasil
dukungan keluarga pada ibu
5. Hasil penimbangan BB bayi : BBL dibandingkan BB bulan Mei setelah
diberi ASI terjadi perubahan nilai median. Penilaian kenaikan BB bayi terlihat
pada peningkatan skor median 2973 menjadi 7383 dengan standar deviasi
sebesar 311. Selisih atau beda nilai kenaikan median BBL dengan BB bulan
Mei sebesar 4410 sehingga didapatkan peningkatan pengetahuan signifikan
sebesar 7383-2973/7383*100 = 60%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi
dengan Uji Wilcoxon (data tidak berdistribusi normal, Uji S-W 0,002 untuk
BBL dan 0,550 untuk BB bayi bulan mei) didapatkan p-value 1-tailed sebesar
0,000 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan BB bayi yang signifikan
dengan diberikan ASI eksklusif.
6. Pemantaun kesehatan bayi, terdapat 16,6% bayi terkena batuk pilek selama
pemberian ASI eksklusif, dan 100% bayi tidak mengalami diare. Bayi yang
mengalami batuk pilek tinggal di rumah kontrakan dengan penataan ruangan
Universitas Indonesia
dan ventilasi yang kurang, ada anggota keluarga yang sedang pilek, sehingga
bayi tertular.
Keluarga bapak I adalah keluarga extended. Dalam keluarga tinggal ayah bapak I
(Bp J, 67th), ibu bapak I (Ibu S 62th) mereka tinggal bersama sejak pernikahan
Universitas Indonesia
bapak I dengan ibu N. Saat dilakukan pengkajian ibu N sedang hamil 32minggu,
memiliki tanda KEK, dan anak pertama (An. F) baru berusia 16 bulan. Anak F
tidak diberi ASI eksklusif. Anak F mulai diberikan makan tambagan saat berusia 4
bulan, karena sering rewel. Nenek menyarankan untuk diberikan tajin, ibu N
akhirnya memberikan tajin pada An. F saat berusia 4 bulan.
Grassley dan Eschiti (2008) pada penelitian kualitiatif tentang apa yang diperlukan
dan diinginkan ibu dari nenek untuk dapat menyusui memunculkan tema
menghargai menyusui, dukungan kasih sayang, adanya hambatan, serta
menghadapi mitos. Arora, McJunkin, Wehrer, dan Kuhn (2000) menyimpulkan
untuk mencapai 75% ibu memberikan ASI diperlukan pemahaman yang
menyeluruh tentang manfaat ASI dari suami dan nenek. Pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan mereka dapat dimulai sejak trimester pertama.
Selama tahap childbearing memiliki sembilan tugas khusus untuk tumbuh dan
mencapai kesejahteraan keluarga. Sembilan tugas keluarga childbearing dirinci
berikut ini: penyediaan ruang untuk anak, pembiayaan kelahiran anak dan
membesarkan anak, mengasumsi tanggung jawab bersama untuk perawatan anak
dan pengasuhan, memfasilitasi pembelajaran peran anggota keluarga, menyesuaikan
diri dengan perubahan pola komunikasi, rencana untuk anak-anak berikutnya,
menyelaraskan pola antargenerasi, menjaga anggota keluarga motivasi dan
semangat kerja, membangun ritual dan rutinitas keluarga (Kaakinen, Gedaly-Duff,
Choehlo & Hanson., 2010).
Ibu N hamil anak ke 2 saat An. F berusia 7 bulan. Ibu N saat itu belum
merencanakan hamil lagi karena tidak menggunakan kontrasepsi, dan belum
mengetahui alat kontrasepsi yang aman selama menyusui ia memutuskan untuk
Universitas Indonesia
tidak menggunakan alat kontrasepsi, akhirnya ibu N hamil anak F berusia 7 bulan.
Ibu N merasa bersalah pada An. F, karena setelah tahu dirinya hamil ia
memutuskan untuk menyapih pemberian ASI pada an. F. Pada trimester pertama
kehamilannya ia mengalami morning sickness, dan ia malas untuk makan. Saat
dilakukan pengkajian ditemukan tanda KEK kehamilan, Lingkar Lengan Atas ibu N
hanya 22 Cm, BB 45Kg, BB sebelum hamil 39Kg.
Struktur keluarga bapak I digali dalam hal nilai, peran dan kekuatan, serta
komunikasi dalam keluarga. Nilai- nilai yang dikembangkan dalam keluarga bapak
I adalah nilai adat budaya Jawa. Ibu I tidak terlalu memahami nilai Jawa, ia
menganut ajaran Islam yang ia yakini adalah agama islam memerintahkan
pemberian ASI disempurnakan sampai 2 tahun, pada saat menyusui anaknya yang
pertama ia merasa sedih dan bersalah karena tidak dapat menyusui sampai 2 tahun.
Orang tua bapak I menganut nilai jawa meyakini anak lahir ke dunia minta makan,
jika bayi menangis karena lapar sehingga harus diberi makan.
Ibu N saat ini sedang mengalami ketegangan peran yaitu ketidak mampuan
mendefinisikan situasi, kurangnya kesepakatan pembegian tugas. Ibu N mengatakan
bingung bagaimanan nanti mengasuh dua balitanya, apakah ia mampu
melakukannya. Saat bayi F lahir ia masih tinggal bersama ibunya, jadi perawatan
bayi F dibantu oleh ibunya. Ibu N mengatakan tidak tahu bagaimana menjadi ibu
dengan 2 balita. Bagaimana cara memandikan bayi baru lahir , bagaimana
perawatan tali pusat . Selama menjalani pengasuhan anak pertama ia merasakan
lelah sekali dan kurangnya bantuan dari anggota keluarga lain, termasuk suaminya.
Pada perawatan bayi anak pertama bapak I kurang terlibat karena kesibukannya
Universitas Indonesia
Ibu N mengatakan tidak tahu bagaimana menjalankan perannya nanti saat anak
keduanya lahir, bagaimana supaya tidak terjadi iri pada anak F. Ibu N juga tidak
mengetahui akibat jika ia tidak berperan dengan baik. Ibu N belum pernah
berkonsultasi pada pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan.
Fungsi keluarga pada keluarga bapak I yang dikaji meliputi fungsi afektif, fungsi
sosial dan fungsi perawatan kesehatan. Pada analisa situasi ini dipaparkan fungsi
perawatan kesehatan yang menunjukkan adanya data maladaptif. Praktik diit
keluarga: Ibu N mengatakan makannya sekarang 3 kali sehari dengan porsi sedang.
Universitas Indonesia
Ibu N ingin dapat menyusui bayinya secara eksklusif setelah mengetahui manfaat
ASI yang banyak untuk bayi. Ia mengetahui manfaat ASI saat mengikuti
penyuluhan ASI eksklusif di Posyandu. Ibu N tidak mengetahui kebutuhan makan
pada ibu hamil dan menyusui. Ibu N tidak mengetahui tanda dan gejala ibu kurang
nutrisi saat hamil dan menyusui.
Untuk memenuhi kebutuhan ASI bayinya nanti ibu N belum mempersiapkan dari
saat kehamilan. Ibu N tidak tahu apa yang harus disiapkan, karena waktu menyusui
anak pertama ia tidak melakukan persiapan. ASInya keluar setelah hari ke 3, An. F
diberi madu dan susu formula pada tiga hari pertama. Ibu N mengatakan saat
menyusui anaknya yang pertama mengalami payudara bengkak yang membuat ia
panas dingin, putingsusu lecet yang terasa nyeri sekali. Saat di observasi cara
melakukan perlekatan ibu N salah melakukan perlekatan.
Ketidak efektifan
hubungan Konflik peran orang tua Koping keluarga thd
masl menyusui tidak
efektif
Skema 4.2 Web Of Caution Asuhan Keperawatan Keluarga pada ibu Hamil dan
Menyusui
Universitas Indonesia
Masalah I
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pertemuan selama 60 menit tiap minggu keluarga mampu (1)
mengenal masalah peran : definisi peran, peran orang tua, (2) keluarga memutuskan
menjalankan perannya , dengan pernyataan verbal berusaha menjalankan peran
dengan baik, (3) mampu melakukan perannya dalam hal : post partum care,
pengendalian kehamilan, pemberian ASI, infant care, (4) Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan psikologis: anticipatory guideance, (5) keluarga mampu
memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Rencana Tindakan
Universitas Indonesia
Pembenaran
Pelaksanaan
Universitas Indonesia
Evaluasi
Ketegangan melakukan peran pemberian asuhan keluarga pada bapak I dapat diatasi
dengan melakukan pendidikan kesehatan, konseling dan coaching. Diakhir
pemberian asuhan keperawatan selama 9 bulan, keluarga menunjukkan peningkatan
pengetahuan dan kemampuan merawat bayi baru lahir, dan melaksanakan perannya
sebagai istri dan sebagai ibu, ditunjukkan dengan : (1) keluarga mampu mengenal
masalah ketengangan peran dengan mengidentifikansi peran parenting dan peran
suami-istri yang positif dan negatif, (2) keluarga mampu mengambil keputusan
secara verbal mengungkapkan akan melakukan peran parenting dan peran suami-
istri yang positif, (3) keluarga mampu melakukan antisipatory guidance, untuk
Universitas Indonesia
mencegah sibling rivalry pada anak mereka, keluarga mampu melakukan perawatan
bayi baru lahir, (4) keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan psikologis
untuk pertubuhan dan perkembangan balita mereka, (5) keluarga mampu
memanfaatkan pelayanan posyandu tiap bulan untuk memantau berat badan balita
mereka, berobat ke Puskesmas untuk ANC dan saat anak mereka sakit.
Coaching infant care dengan melibatkan ayah untuk memberikan dukungan pada
ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
Masalah II
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 9 bulan, pemberian ASI pada
keluarga bapak I efektif
Tujuan Khusus
Universitas Indonesia
ibu hamil dan menyusui, (5) keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk melakukan pemantauan gizi ibu hamil, persalinan, dan konseling laktasi.
Rencana Tindakan
1. Pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi yang meliputi : IMD dan ASI
eksklusif, tehnik perlekatan dan posisi menyusui yang nyaman untuk ibu, diit
ibu hamil dan menyusui, masalah-masalah menyusui dan cara mengatasi.
2. Coaching langkah menyusui, tehnik perlekatan, pembuatan diit ibu hamil dan
menyusui
Pembenaran
Pelaksanaan
Universitas Indonesia
dengan standar yang di tetapkan peawat, (5) memberikan support pada keluarga
untuk mengambil keputusan supaya tidak mengalami masalah selama menyusui.
Evaluasi
Ketidak efektifan pemberian ASI pada keluarga bapak I tidak terjadi dengan
diberikan asuhan keperawatan selama 8 bulan. Keluarga bapak I menunjukkan
peningkatan pengetahuan tentang langkah menyusui, tehnik perlekatan, pembuatan
diit ibu hamil dan menyusui ditunjukkan dengan : (1) mengenal masalah
ketidakefektifan menyusui dengan menyebutkan tanda bayi mendapatkan ASI yang
cukup, tanda bayi melakukan perlekatan dengan benar, langkah menyusui dengan
benar, (2) keluarga secara verbal menyatakan keinginan dan keputusannya untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka setelah lahir (3) untuk merawat
anggota keluarga yang menyusui untuk tetap dapat memberikan ASI dengan
mengkonsumsi gizi seimbang untuk ibu hamil dan menyusui, perawatan payudara
dan pijat oksitosin oleh ayah (4)keluarga mampu menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk memeriksakan kehamilan, persalinan (di RS dengan tindakan sectio
caesar atas indikasi panggul sempit), pemeriksaan bayi baru lahir dan imunisasi bayi
mereka.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Post test sikap keluarga diberikan asuhan keperawatan terjadi perubahan nilai-rata-
rata. Penilaian sikap terlihat pada peningkatan skor rata-rata 24 menjadi 49 dengan
standar deviasi sebesar 4,6. Selisih atau beda nilai rata-rata pretest dengan postest
sebesar 25 sehingga didapatkan peningkatan sikap signifikan sebesar 25/60*100 =
40%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji paried t-test (data
berdistribusi normal, Uji S-W pretest 0.600 dan 0,003 untuk postest) didapatkan p-
value 1-tailed sebesar 0,0025 dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan
sikap yang signifikan sebelum diberikan asuhan dengan setelah setelah diberikan
asuhan keperawatan.
Post test perilaku keluarga diberikan asuhan keperawatan terjadi perubahan nilai-
rata-rata. Penilaian perilaku terlihat pada peningkatan skor rata-rata 34 menjadi 48
dengan standar deviasi sebesar 2,6. Selisih atau beda nilai rata-rata pretest dengan
postest sebesar sehingga didapatkan peningkatan perilaku signifikan sebesar
14/60*100 = 20%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi dengan Uji paried t-
test (data berdistribusi normal, Uji S-W 0,175 untuk pretest dan 0,036 untuk
postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,0025 dengan nilai α =0,05. Artinya
terjadi peningkatan perilaku yang signifikan sebelum diberikan asuhan dengan
setelah setelah diberikan asuhan keperawatan.
Post test percaya diri ibu setelah diberikan asuhan keperawatan terjadi perubahan
nilai-rata-rata. Penilaian percaya diri terlihat pada peningkatan skor rata-rata 33
menjadi 48 dengan standar deviasi sebesar 1,3. Selisih atau beda nilai rata-rata
pretest dengan postest sebesar sehingga didapatkan peningkatan percaya diri
Universitas Indonesia
signifikan sebesar 15/60*100 = 20%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji signifikasi
dengan Uji paired t-test (data berdistribusi normal, Uji S-W 0,175 untuk pretest
dan 0,05 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,0025 dengan nilai α
=0,05. Artinya terjadi peningkatan perilaku yang signifikan sebelum diberikan
asuhan dengan setelah setelah diberikan asuhan keperawatan.
Post test dukungan suami setelah diberikan asuhan keperawatan terjadi perubahan
nilai-rata-rata. Peningkatan dukungan suami terlihat pada peningkatan skor rata-
rata 24,4 menjadi 38,7 dengan standar deviasi sebesar 4,4. Selisih atau beda nilai
rata-rata pretest dengan postest sebesar sehingga didapatkan peningkatan percaya
diri signifikan sebesar 14,3/52*100 = 28%. Hal ini dibuktikan dari hasil uji
signifikasi dengan Uji paired t-test (data berdistribusi normal, Uji S-W 0,175
untuk pretest dan 0,05 untuk postest) didapatkan p-value 1-tailed sebesar 0,0025
dengan nilai α =0,05. Artinya terjadi peningkatan dukungan yang signifikan
sebelum diberikan asuhan dengan setelah setelah diberikan asuhan keperawatan.
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Tingkat Kemandirian keluarga (KM) dalam pemberian ASI eksklusif
No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Menerima petugas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Perkesmas
2 Menerima Pelayanan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kesehatan sesuai rencana
3 Menyatakan masalah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kesehatan secara benar
4 Memanfaatkan fasilitas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kesehatan sesuai anjuran
5 Melaksanakaan perawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sederhana sesuai anjuran
6 Melaksanakan tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pencegahan secara aktif
7 Melaksanakan tindakan √ √ - √ - √ √ √ √ √
promotif secara aktif
Tingkat Kemandirian IV IV III IV III IV IV IV IV IV
akhir
Universitas Indonesia
Pendeteksian faktor risiko terputusanya pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil
dan menyusui juga dilakukan oleh anggota KP-ASIEK, setiap kader memiliki 1
keluarga binaan diluar anggota KS-ASIEKs. Dokumentasi deteksi kader dilakukan
pada buku kerja kelompok pendukung ASI eksklusif. Terdapat 21 keluarga yang
dibina oleh kelompok pendukung, yang dilakukan pemantauan pemberian ASI
eksklusif.
Universitas Indonesia
PEMBAHASAN
Bab lima pembahasan memaparkan kesenjangan dan pencapaian hasil dengan teori
konsep, maupun penelitian yang mendukung hasil dan berbeda dengan hasil.
Pembahasan meliputi analisis kesenjangan dan capaian pelaksanaan manajemen
pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan komunitas, dan asuhan keperawatan
keluarga. Pada bab ini penulis juga memaparkan implikasi hasil praktik terhadap
pelayanan dan penelitian dalam keperawatan komunitas.
5.1.1.1 Pengorganisasian
Uraian tugas organisasi KS-ASIEKs terdiri dari 1) tugas kader : mempersiapkan dan
melaksanakan kegiatan KS-ASIEKs agar berjalan dengan baik sesuai dengan
panduan yang ditetapkan, melaksanakan pendataansasaran (ibu hamil dan
menyusui), memfasilitasi kegiatan secara rutin, melakukan kunjungan rumah dan
membina keluarga berisiko terputus pemberian Asi eksklusif, membuat pencatatan
dan pelaporan rutin bulanan; 2) tugas pengarah (Team penggerak PKK dan Lurah)
mengarahkan dan memberikan arahan kebijakan umum program MDGs di
kelurahan; 3) pembina kesehatan (perawat Perkesmas) merumuskan dan memberikan
kebijakan operasional terhadap kegiatan KS-ASIEKs di kelurahan. Setelah terbentuk
organisasi, dilakukan pelatihan pada kader pendukung ASI eksklusif sebagai
fasilitator kegiatan KS-ASIEKs
Hasil kegiatan pelatiahan adalah terjadi peningkatan pengetahuan IMD dan ASI
eksklusif sebesar 12 %, Manajemen laktasi 13%, masalah menyusui 9%, MP-ASI
15% dan pertolongan pertama balita sakit 17%, 80% kader memiliki ketrampilan
baik dalam perawatan payudara, 87% kader mampu menggunakan buku kerja, 81%
kader mampu memfasilitasi KS-ASIEKs. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan
terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap objek tertentu, dan sebagaian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Efendi & Makhfudli, 2009). Hasil
peningkatan pengetahuan pada kader berbeda-beda dan tiga peningkatan tertinggi
pertolongan pertama balita sakit, MP-ASI dan manajemen laktasi. Ketiga materi ini
disampaikan oleh penulis dengan cara demonstrasi secara langsung dan selanjutnya
kader kelompok pendukung diminta mempraktekkan secara bergantian. Pertolongan
balita sakit demontrasi pengukuran sushu tubuh, kompres hangat, pembuatan larutan
gula garam dan cara memberikan obat pada bayi dan balita. MP-ASI, penulis
melakukan demontrasi pembuatan bubur ASI dari berbagai macam bahan : nasi,
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
130
beras merah, dan tepung maizena selain itu demontrasi membuat pure buah ASI.
Demontrasi manajemen laktasi adalah langkah menyusui, tehnik perlekatan dan
posisi menyusui. Hasil kegiatan ini sesuai dengan pemaparan Suryaningsih (2012),
bahwa tehnik pendidikan kesehatan demontrasi dapat meningkatkan motivasi ibu
memberikan ASI.
Capain hasil kegiatan pada kader dilaksanakan menggunakan metode ceramah dan
demonstrasi, serta metode belajar berdasarkan masalah. Sugiharto, Duljahman dan
wahyuni (2003) menjelaskan bahwa pelatihan kader dengan metode ceramah dan
diskusi lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah. Hasil menunjukkan
capaian pengetahuan lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil perilaku. Masih
adanya kader yang belum mampu menggunakan buku kerja, dan melakukan
perawatan payudara dan belum mampu memfasilitasi KS-ASIEKs.
Notoatmojo(2010) menjelaskan ketrampilan merupakan kemampuan menggunakan
koordinasi otak dan otot serta mengutamakan ketrampilan motorik. Sukiarko dan
Edy (2007) menjelaskan metode belajar berdasarkan masalah pada kader
meningkatkan pengetahuan kader dibandingan dengan metode konvensional.
Kader sebagai kelompok pendukung ASI eksklusif dan fasilitator kegiatan KS-
ASIEKs. Ibu menyusui memerlukan adanya dukungan, hasil study Morrell (2000)
menyimpulkan dukungan kelompok ibu menyusui minimal 2 jam tiap pertemuan
kelompok meningkatkan durasi pemberian ASI eksklusif enam minggu dan enam
bulan.Haddinot (2009) menjelaskan hasil studinya pada kelompok ibu hamil dan
menyusui yang difasilitasi oleh kader kesehatan meningkatkan pelaksanaan inisiasi
menyusui dini, pemberian ASI sampai 8 bulan dan kepuasan maternal. Faqsheet
Linkages project (2010) menjelas kan manfaat ibu mengikuti kelompok dari ibu
untuk ibu adalah ibu mendapatkan bantuan dan dukungan dari ibu lain, ibu yang
lebih berpengalaman menyusui membagikan informasi dan pengalamannya, dalam
kelompok ibu mendapatkan dukungan dari ibu lain dalam suasana kekeluargaan dan
penuh rasa hormat. Ibu dapat mengeksplorasi pengalaman ibu lain dalam menyusui
dan pengaturan kehamilan.Analisa penulis kader pendukung diperlukan di kelurahan
Curug karena ibu hamil dan menyusui kurang berpengalaman dalam berorganisasi
dan belum termotivasi untuk menggerakkan masyarakat. KS-ASIEKs dibentuk untuk
memberikan dukungan pada ibu dengan memanfaatkan sumberdaya masyarakat
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
131
yang ada, yaitu kader kesehatan sebagai fasilitator. Paul (2008) menjelaskan
perlunya ada fasilitator dalam kelompok swabantu. Kelompok swabantu pada daerah
dengan pendidikan minimal, dan berpenghasilan kurang diperlukan fasilitator yang
dapat menjalankan dan memotivasi. Fasilitator tidak berperan sebagai guru, atau
pelatih, fasilitator memfasilitasi ibu untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka saat
berdiskusi.
Merujuk pada peran perawat, Registered Nurses (RN) (RNAO, 2003) di Canada
terlibat dalam mempengaruhi dan mendorong ibu untuk menyusui. Keterlibatan
perawat dirinci dalam 3 hal : membangun sikap positif, memberikan pendidikan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
132
dan advokasi. Steube (2009, dalam ARNNL,2011) menjelaskan persepsi ibu tentang
durasi menyusui dipengaruhi secara langsung oleh petugas kesehatan; perawat
memberikan informasi yang akurat dan konsisten, perawat bertanggung jawab untuk
membantu ibu membuat keputusan menyusui, perawat pemberi asuhan keluarga
harus mendukung prinsip kode pemasaran pengganti ASI dari WHO.
5.1.1.2 Perencanaan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
133
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
134
Mengacu pada definisi dan tujuan yang ditetapkan, nampak bahwa perkesmas tidak
dapat dilakukan oleh profesi lain selain perawat, karena berbeda latar belakang
keilmuan. Perkesmas telah menetapkan standar proses asuhan yang harus dilakukan
oleh perawat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai sasaran.
Gillis (2000) menjelaskan bahwa standar adalah kesesuaian antara praktek dengan
kewenangan profesional yang menyangkut kualitas praktek, pelayanan dan
pendidikan. Perencanaan Perkesmas perlu diupayakan pelaksanaannya sebagai upaya
wajib Puskesmas, sehingga perawat tidak kehilangan peran dan fungsinya di
Puskesmas dan dapat melaksanakan standar asuhan yang telah ditetapkan pada
individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
Standar lain yang ditetapkan adalah struktur. Gillies (2000) menjelaskan standar
struktur berorientasi pada lembaga kesehatan, berkaitan dengan struktur
organisasi,yang telah dibahas pada sub bab diatas. Standar ke tiga adalah standar
hasil merupakan pernyataan deskriptif tentang hasil perawatan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Dalam perencanaan Perkesmas yang disusun
oleh kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menunjukkan adanya standar
yang harus dipenuhi dalam sebuah program yang dilaksanakan oleh profesi.
Pedoman Penyelenggaraan upaya perkesmas telah menetapkan standar struktur
organisasi perkesmas, standar proses perkesmas, dan standar hasil perkesmas.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
135
5.1.1.3 Personaliaan
Personaliaan perawat Perkesmas yang ada di puskesmas Cimanggis saat ini cukup
memenuhi rasio kecukupan tenaga perawat masyarakat.WHO menetapkan 1 perawat
untuk 10.000 penduduk, sedangkan berdasarkan konferensi international public
health nursing (2013) disampaikan rasio perawat di masyarakat adalah 1:5000
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
136
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
137
5.1.1.4 Pengarahan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
138
Untuk mengukur mutu asuhan yang diberikan oleh perawat perkesmas dapat
dilakukan dengan mengukur dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan,
informasi yang dikumpulkan untuk menentikan apakah standar telah tercapai, dan
tindakan edukasi dan koreksi diambil jika kriteria tidak tercapai (Marquis & Huston,
2012). Hasil pemantauan terhadap pencapaian indikator kinerja digunakan untuk
perbaikan dan peningkatan kinerja perawat, peningkatan cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan. Marquis dan Huston (2012) memaparkan penilaian kinerja
harus menggunakan standar yang tepat dan melibatkan pegawai.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
139
Faq sheet Linkages (2004) memaparkan bahwa keuntungan ibu mengikuti kegiatan
KS-ASIEKs adalah mendapatkan pengetahuan persiapan menyusui pada ibu
hamil.Teori Pender, Murdaugh dan Person(2001) memaparkan seseorang yang
mengikuti kegiatan kelompok swabantu akan mendapatkan informasi, dukungan
emosional, dan dalam kelompok individu akan memperoleh semangat, meningkat
harapan hidup dan pengetahuannya. Dalam kegiatan kelompok KS-ASIEKs ibu
anggota mendapatkan informasi baru yang ada di masyarakat, seperti: kegiatan
bulanan posyandu dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dimasyarakat.
Kegiatan KS-ASIEKs adalah intervensi keperawatan pada kelompok ibu hamil dan
menyusui dengan strategi proses kelompok. Allender, Rector dan Warner (2010)
menyebutkan peran group di masyarakat adalah memberikan informasi tentang
kejadian dan pengalaman hidup yang dialami oleh anggota. Guna mencapai tujuan
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
140
Ibu hamil dan ibu menyusui di kelurahan Curug yang mengikuti kegiatan KS-
ASIEKs meningkat rasa percaya diri mampu menyusui sebesar 27,8% setelah
mengikuti kegiatan KS-ASIEKs. Kepercayaan diri ibu untuk dapat menyusui
diperlukan untuk menjaga keberlangsungan pemberian ASI pada bayi. Blyth et al
(2002) mengutarakan kepercayaan diri pada ibu menyusui untuk dapat memberikan
ASI merupakan faktor prediktor yang signifikan menentukan durasi memberikan
ASI. Dennis (2006) menjelaskan faktor yang mempengaruhi terbentuknya
kepercayaan diri ibu menyusui adalah pendidikan ibu, dukungan dari ibu lain,
paritas, kepuasan saat persalinan, persepsi kemajuan menyusui, dan kecemasan ibu.
Hasil evidence based menjelaskan terjalinnya hubungan antara ibu, petugas
kesehatan dan dukungan sosial memperpanjang pemberian ASI (Britton,
McCormick, Renfrew, wade, & King, 2007).
Penelitian lain yang mendukung peningkatan kepercayaan diri ibu disampaikan oleh
Salonen et al (2009) dan Tarkka (2003). Mereka menyatakan dukungan kelompok
membantu dalam mengambilan keputusan pada masa transisi, kelompok swabantu
berfokus pada kebutuhan maternal saat itu sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan diri ibu. Kepercayaan diri berhubungan dengan keyakinan pada
kemampuan untuk menjalankan peran menjadi ibu dan merupakan suatu hal yang
kompleks. Kepercayaan diri ibu juga dipengaruhi oleh hubungan dinamik dalam
kelompok sosial, faktor sosial dan budaya, dan adanya dukungan formal dan
informal.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
141
bubur susu saat berusia 2 bulan. Bayi lain yang gagal pemberian ASI eksklusifnya
adalah saat lahir dipelayanan kesehatan yang belum melaksanakan progran rumah
sakit sayang bayi, sehingga bayi diberikan susu formula oleh petugas kesehatan yang
ada dirumah sakit. Selanjutnya keluarga ini dibina oleh kader kesehatan dengan
dilakukan kunjungan rumah, ibu merasakan yakin dapat menyusui. Setelah diberikan
penjelasan intensif oleh kader kesehatn ibu beralih dengan memberi ASI.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
142
terlindung dari agent penyebab infeksi saluran cerna dan saluran pernafasan. Hanson
et al (2002 dalam Lawrence & Lawrence, 2008) menyimpulkan neonatus yang
mendapatkan ASI terlindungi dari agen penyebab infeksi saluran kencing.
Pada sub bab ini penulis menganalisa hasil asuhan keperawatan keluarga dengan
membandingkan hasil asuhan dengan teori dan hasil riset yang telah dilakukan. Hasil
dilihat apakah ada kesamaan atau perbedaan. Asuhan keperawatan keluarga
dilakukan pada 10 keluarga binaan. Pada awal asuhan 5 keluarga dengan kehamilan
trimester tiga dan 5 keluarga dengan menyusui bayi 0-2 bulan. Terdapat 8 keluarga
dengan tahap perkembangan childbearing, 1 keluarga dengan pre school dan 1
keluarga dengan anak sekolah. Hasil asuhan keperawatan pada 10 keluarga
diperoleh hasil peningkatan rerata pengetahuan sebesar 60%, sikap 40%, dan
perilaku 20%. Hasil FGD dengan keluarga diperoleh tema : takut, senang dibantu
petugas kesehatan, menjadi orang tua, merawat anak, menyusui, mengambil
keputusan, bertambah pengalaman.
Temuan peningkatan rerata pengetahuan, sikap dan perilaku pada keluarga diberi
asuhan menunjukkan peningkatan yang baik. Hasil ini dipengaruhi oleh tehnik
implementasi yang dilakukan pada keluarga. Penulis melakukan implementasi
keperawatan dengan metoda coaching dan pendidikan kesehatan. Implementasi yang
dilakukan pada keluarga merupakan bentuk promosi kesehatan pada bayi, keluarga
dan masyarakat untuk mempertahankan kesehatan lebih lama. Kemampuan ibu
untuk memberikan perawatan pada bayinya, dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal, kesejahteraan psikologis, dan adanya dukungan sosial (WHO, 2004;
Salonen et al, 2009). Queensland Health (2008) dan Hirst (2005) menjelaskan
pentingnya intervensi untuk membantu orang tua mengambil keputusan dan
mendukung orang tua melaksanakan perannya pada masa 8 minggu pertama setelah
kelahiran. Terdapat evidence based yang kuat hubungan antara kepercayaan diri ibu
menjalankan perannya dan kemampuan menjalankan kompetensi peran (Jones &
Prinz, 2005). Penulis berpendapat dengan melakukan pendampingan pada keluarga
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
143
Kepercayaan diri ibu yang diberi asuhan meningkat 20%. Hasil ini di dukung eviden
based Tarkka (2003) membuktikan bahwa keberhasilan ibu merawat bayinya,
memberikan ASI dan hubungan positif pada pasangan serta hubungan sosial
merupakan bagian kompetensi infant care yang harus dilakukan ibu. Pendidikan
yang diperlukan pada masa childbearing difokuskan pada dukungan untuk
peningkatan kemampuan pengambilan keputusan, perilaku dan perawatan untuk
menjaga kesehatan bayi. Terdapat evidence based yang menyimpulkan pendidikan
kesehatan berhubungan positif terhadap parenting self efficasy, pengetahuan
parenting, boanding dan attachment, dan kepuasan ibu pada masa childbearing
(Lin, Chien, tai & Lee, 2008; Rosen, 2004).
Selama tahap childbearing memiliki sembilan tugas khusus untuk tumbuh dan
mencapai kesejahteraan keluarga. Sembilan tugas keluarga childbearing dirinci
berikut ini: penyediaan ruang untuk anak, pembiayaan kelahiran anak dan
membesarkan anak, mengasumsi tanggung jawab bersama untuk perawatan anak dan
pengasuhan, memfasilitasi pembelajaran peran anggota keluarga, menyesuaikan diri
dengan perubahan pola komunikasi, rencana untuk anak-anak berikutnya,
menyelaraskan pola antargenerasi, menjaga anggota keluarga motivasi dan semangat
kerja, membangun ritual dan rutinitas keluarga (Kaakinen, Gedaly-Duff, Choehlo &
Hanson., 2010).
Hasil wawancara mendalam dengan seorang ibu yang diberi asuhan keperawatan ia
mengatakan “saya berterimakasih ibu telah mengajarkan semuanya pada saya, yang
pada mulanya saya ingin memberikan susu formula sekarang tidak lagi, ibu
membantu saya, suami saya mau bekerjasama mengasuh anak kami, dengan
bantuan ibu saya merasa menjadi tahu, awalnya saya bingung dan banyak hal yang
tidak saya ketahui, sekarang saya bisa menyusui, merawat bayi saya, bayi saya
sehat... seneng saya bu, terimakasih (K1)”
Coaching yang baik dan intensif dari petugas kesehatan, dalam konteks kebutuhan
pelaksanaan peran ibu sangat berkontribusi pada keberhasilan ibu primipara
menjalankan perannya. Pada kesempatan ini promosi kesehatan keterikatan antara
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
144
Hasil dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif sebanyak 80% ibu
mendapatkan dukungan suami dan 20% ibu tidak mendapat dukungan suami. Hasil
ini didukung Tahota et al (2009) yang menyimpulkan dukungan emosional, praktis
dan fisik ayah diidentifikasi sebagai faktor penting untuk meningkatkan keberhasilan
menyusui dan meningkatkan pengalaman ibu dan ayah. Diperjelas oleh penelitian
Susin dan Giugliani (1994) yang menyimpulkan bahwa ibu memerlukan bantuan
dari pasangan, tapi ibu tidak menyampaikannya dengan jelas pada pasangan.
Demikian pula, Sheehan et al (2001) menyampaikan ayah tidak hanya berpengaruh
keputusan untuk menyusui, tetapi ayah juga memegang peranan penting dalam
keberlangsungan pemberian ASI eksklusif, apakah ibu akan terus menyusui atau
berhenti sebelum waktunya. Johnson (2009) menyimpulkan dukungan dari ayah
untuk memberikan ASI dalam bentuk sikap mengijinkan ibu menyusui di tempat
umum dan mengetahui berapa banyak kebutuhan ASI untuk bayinya.
Hasil wawancara mendalam dengan seorang ayah yang terlibat aktif, dan mengikuti
coaching menyampaikan “ kasih tahu saja kalau butuh bantuan, jadi saya bisa
membantu dan melakukan apa yang diperlukan setelah jagoanku lahir, senang
sekali diajari cara mengganti popok, cara menyendawakan dan memandikan walau
saya belum berani melakukan sendiri.” Hasil ini diperkuat evidence based Tahotoa
(2009) yang memaparkan empat (4) tema terkait dukungan ayah dalam menyusui:
ingin terlibat, menginginkan informasi yang relevan, belajar peran dan menjadi
advokat.
Pada praktik residensi ini penulis menyoroti pentingnya dukungan praktis, emosional
dan fisik untuk ibu. Penulis menunjukkan kepada ayah bahwa ibu mengalami
kesulitan saat menyusui, perlu dukungan dari pasangan untuk bisa sukses
memberikan ASI eksklusif, selanjutnya ayah perlu memahami manfaat Asi untuk
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
145
ibu, bayi dan keluarga, mengajarkan ayah mencegah masalah menyusui. Pria ingin
melaksanakan peran orang tua, namun mereka membutuhkan informasi dan
pengetahuan.
Peran dukungan praktis dan emosional ayah merupakan unsur penting untuk
keberhasilan menyusui, meningkatkan kepercayaan diri ibu, sehingga produksi ASI
cukup untuk bayi. Memberdayakan orang tua untuk membuat dan mempertahankan
komitmen memerlukan dukungan sumberdaya petugas kesehatan. Pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga maternal lebih dioptimalkan pelaksanaannya di
masyarakat.
Hambatan dan kendala serta keterbatasan dalam praktik residensi antara lain:
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
146
Asuhan pada kelompok ibu hamil dan menyusui dengan intervensi KS-ASIEKs
terbukti meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif. Perawat Perkesmas
harus terlibat dalam upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif di Indonesia
dalam kontribusi pencapaian MGGs 4. Bentuk kontribusi yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan pembinaan KS-ASIEKs. Pembinaan kegiatan KS-
ASIEKs merupakan kegiatan pelayanan perkesmas diluar gedung.
Perkesmas selama ini belum berjalan dengan optimal, bahkan sebagian kota tidak
melaksanakan karena bukan program wajib atau esensial, sehingga pemberdayaan
masyarakat dalam bentuk kelompok swabantu, seperti KS-ASIEKs tidak
dilaksanakan bahkan yang sudah diprakarsai mahasiswa spesialis keperawatan
komunitas UI pun tidak berlanjut. Kondisi ini sungguh memprihatinkan
mengingat tujuan pembangunan kesehatan terwujudnya masyarakat sehat,
mandiri dan berkeadilan sulit tercipta. Dengan demikian pemberdayaan
perkesmas sebagai program esensial Puskesmas menjadi suatu keharusan bagi
pemangku kebijakan.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
147
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang simpulan dan saran dari uraian bab sebelumnya.
Simpulan dan saran berdasarkan pada hasil dan pembahasan pengelolaan manajemen
pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan
keluarga.
6.1 Simpulan
6.1.1 Kemampuan kader sebagai fasilitator kegiatan KS-ASIEKs meningkat setelah
dilakukan pelatihan tentang IMD dan manfaat ASI manajemen laktasi dan
permasalahan menyusui, manajemen laktasi, MP-ASI , pertemuan ke 7
penggunaan buku kerja kelompok pendukung, pertolongan pertama balita
sakit, perawatan komplementer meningkatkan produksi ASI (perawatan
payudara dan pijat oksitosin).
6.1.2 Pertemuan rutin KS-ASIEKs dilaksanakan rutin tiap 2 minggu, lebih dari
separuh ibu hamil dan menyusui anggota aktif, dan kader pendukung ASI
sebagai fasilitator lebih dari separuh mampu memfasilitasi pelaksanaan
kegiatan reguler KS-ASIEKs.
6.1.3 Kemampuan ibu hamil dan menyusui anggota KS-ASIEKs terjadi
peningkatan secara signifikan setelah mengikuti 8 kali pertemuan rutin, dan
ada hubungan bermakna antara keaktifan mengikuti kegiatan KS-ASIEKs
dengan perilaku pemberian ASI eksklusif, dimana ibu anggota KS-ASIEKs
berpeluang memberikan ASI eksklusif.
6.1.4 Kepercayaan diri ibu hamil dan menyusui anggota KS-ASIKs terjadi
peningkatan secara signifikan, dan ada hubungan bermakna keaktifan
mengikuti kegiatan dengan peningkatan kepercayaandiri ibu, serta ada
hubungan bermakna peningkatan kepercayaan diri dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif.
6.1.5 Dukungan suami mengalami peningkatan setelah diberikan asuhan
kepeawatan selama 8 minggu, dan ada hubungan yang bermakna dengan
6.2 Saran
6.2.1 Pelayanan kesehatan
6.2.1.1 Dinas Kesehatan Kota Depok
1) Menetapkan Program Perkesmas sebagai upaya wajib Puskesmas
dan melaksanakan asuhan kelompok maternal di Dinas Kesehatan
Kota Depok baik kelompok maupun keluarga.
2) Menempatkan perawat untuk mengembangkan perkesmas dengan
latar belakang Ners sebagai penyelia perkesmas di kota Depok,
kedepan dapat ditingkatkan seorang Ners Spesialis komunitas.
3) memberikan kesempatan pada perawat untuk dapat mengembangkan
diri, menempuh pendidikan untuk meningkatkan kompetensinya
sebagai perawat perkesmas.
4) KS-ASIEKs dapat diterapkan di masyarakat sebagai bentuk
pelaksanaan program perkesmas di luar gedung untuk mencapai
masyarakat sehat, mandiri dan berkeadilan.
6.2.1.2 Puskesmas Cimanggis
1) Menempatkan perawat dengan latar belakang DIII keperawatan
sebagai koordinator Perkesmas di Puskesmas, kedepan dapat
ditingkatkan seorang Ners
2) Melaksanakan program perkesmas, terutama program perkesmas
diluar gedung, sehingga masyarakat lebih terarah dalam upaya
pemberdayaan kesehatan.
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
150
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
151
Universitas Indonesia
Pengaruh kelompok ..., Istianna Nurhidayati, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Allender.J.A, Rector.C & Warner.K.D. 2014. Community & Public Health Nursing:
Promoting the public’s health. Wolter Kluwer. Lippincott Williams & Wilkins.
Philadelphia
Armstrong J, Reilly JJ & Child Health Information Team. 2002. Breastfeeding and
lowering the risk of childhood obesity. Lancet 359, 2003-2004.
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Marco International. (2007). Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2007. Calverton. Maryland, USA: BPS dan Marco
International
Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010) Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar 2010, Jakarta : Kementrian Kesehatan
Aumann O., 2008. The role and scope of practice of Community Health Nurses in
Victoria
Bapenas. 2014. Rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 Sub Bidang kesehatan dan
gizi Masyarakat. Kementrian PPN. Bapenas. http://www. binfar.depkes.go.id
diakses 19 Juni 2014
Burnham MM, Goodlin-Jones BL, Gaylor EE, Anders TF. 2002; Nighttime sleep-wake
patterns and selfsoothing from birth to one year of age: a longitudinal
intervention study. J Child Psychol Psychiatry.
Februhartanty. 2009. ASI dari Ayah untuk Ibu dan Bayi, Panduan praktis peran ayah
dalam mendukung keberhasilan Pemberian ASI. Semesta Medika. Jakarta.
Fitria A. (2010) Faktor-faktor yang berhubungan dengan produksi ASI pada ibu
menyusui di syah Kuala Banda Aceh. www.lppm.stikesu’budiyah Banda Acah
Friedman.M.M, Bowden.V.R & Jones.E.G. 2003. Family nursing: Research, theory and
practice, 5th ed. Alih bahasa Hamid, Sutarna, Subekti, Yuliyanti & Herdina.
2010. EGC. Jakarta
Gielen AC, Faden RR, O’Campo P, Brown CH, Paige DM. 1991. Maternal employment
during the early postpartum period: effects on initiation and continuation of
breast-feeding. Pediatrics;87:298–305. PMID:2000269
Glanz.K, Rimer.B.K & Viswanath.K.. 2008. Health Behavior and Health Education:
theory, research, and practice. 4th edition. Jossey-Bass. Sanfrancisco
Hawkins SS, Griffiths LJ, Dezateux C, Law C. 2007. Millennium Cohort Study Child
Health Group. The impact of maternal employment on breast-feeding duration
in the UK Millennium Cohort Study. Public Health Nutr;10:891–6.
PMID:17381907
Kementrian Kesehatan. 2013. Pusat data dan Informasi: Health Statistics Profil
Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI
Kwan ML, Buffler PA, Abrams B, Kiley VA. 2004. Breastfeeding and the risk of
childhood leukemia: a meta-analysis. Public Health Report
Lawrence & Lawrence. 2011. Breastfeeding Guide for the Medical Profession. Mosby,
Elsevier.
Lundy & Janes., 2009. Community health nursing : caring for public’s health. 2nd ed.
Jones and Barlett Publishers. Canada
Maurer.F.A & Smith.C.M. 2005. Community /Public Health Nursing Practice: health
for families and Populations. Sagung seto. Indonesia. Jakarta
Moody & Jane.(2006). Menyusui cara mudah, paktis dan nyaman;alih bahasa Susi
purwoko. Jakarta: Arcan
Nannkunda et al. (2010). She would sit with me : Mother experiences of individual peer
support for exclusive breastfeeding in uganda. Vol:5
www.internationalbreastfeedingjournal.com. Diperoleh 5 Agustus 2012
Rahmah (2011). Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI pada ibu pekerja (sebuah
studi fenomenologi). Jurnal Psikologi Proyeksi Vol 6 No 1 April 2011.
Universitas Sultan Agung
Randal,M.C. (2003) Support group: what they are and what they do. http://
www.genetichealth.com/Resources_support_Group_What_They_Are_and_W
at_They_Do.shtml. Diperoleh 27 Agustus 2012
Sholehah et all (2010) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI dalam
satu jam pertama. ejournal.litbang.depkes.go.id
Sumamo, I; E Sarasrmti; E Musa; Yhazhazy; R.Aryanti; dkk. 1998. Risiko ibu hamil
anemia untukrnelahirkan bayi berat badan behir rendah (BBLR). Bandung:
Kerjasama Dinkes Prov. Jawa Barat dengan Puslitbang Gin Depkes RI.
Soleh & Noer (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan. eprints.undip.ac.id
Urbayatun.S. 2006. Dukungan sosial dan kecenderungan depresi post partum pada ibu
di Bantul. http://jogjapress.com/index.php/HUMANITAS/article/view/224.
diakses 19 Juni 2014
Watkins D, Cousins J, Whitehead D., 2010. Public Health and Community Nursing :
Frameworks for practice. Third Ed. Elsevier. China
Wright CM, Parkinson KN, Drewett RF. 2004.Why are babies weaned early? Data from
a prospective population based cohort study. Archives of Disease in Childhood
;89(9):813–6.
_______, (2011)., Manual Mother to Mother Support Groups trainer manual, IYCN
3. Belum adanya 1 Perhatian komunitas terhadap masalah 8 7 Pelayanan keehatan, jenis masalah 56
wadah untuk ibu kesehatan
hamil &menyusui 2 Motivasi komunitas untuk 8 8 Kurang yakin masalah dapat 64
memperoleh menyelesaikan masalah diselesaikan karena lebih komplek
dukungan dlm 3 Kemampuan perawat untuk 8 8 Perawat dilatih meningkatkan 64
memberikan ASI mempengaruhi penyelesaian masalah kesadaran dan dukungan
4 Kesiapan untuk menyelesaikan 8 8 Tenaga kader menyadari kesiapan 64
masalah sebagai pembaharu
5 Hasil Penyelesaian masalah sulit 7 7 Masalah dapat dikontrol dengan baik 49
dicapai
6 Kecepatan pencapaian penyelesaian 7 7 Waktu untuk mobilisasi penduduk 49
maslah mendapatkan dukungan dan kegiatan
sosial lainnya
JUMLAH 346
4. Belum 1 Perhatian komunitas terhadap masalah 7 7 Pelayanan keehatan, jenis masalah 49
optimalnya kesehatan
pelaksanaan 2 Motivasi komunitas untuk 7 7 Kurang yakin masalah dapat 49
sistem monitoring menyelesaikan masalah diselesaikan karena lebih komplek
Pemberian ASI 3 Kemampuan perawat untuk 7 7 Perawat dilatih meningkatkan 49
mempengaruhi penyelesaian masalah kesadaran dan dukungan
eksklusif.
4 Kesiapan untuk menyelesaikan 7 7 Tenaga kader menyadari kesiapan 49
masalah sebagai pembaharu
5 Hasil Penyelesaian masalah sulit 6 6 Masalah dapat dikontrol dengan baik 36
dicapai
6 Kecepatan pencapaian penyelesaian 6 6 Waktu untuk mobilisasi penduduk 36
maslah mendapatkan dukungan dan kegiatan
sosial lainnya
JUMLAH 268
3. Belum adanya 1 Perhatian komunitas terhadap masalah 8 7 Pelayanan keehatan, jenis masalah 56
wadah untuk ibu kesehatan
hamil &menyusui 2 Motivasi komunitas untuk 8 8 Kurang yakin masalah dapat 64
memperoleh menyelesaikan masalah diselesaikan karena lebih komplek
dukungan dlm 3 Kemampuan perawat untuk 8 8 Perawat dilatih meningkatkan 64
memberikan ASI mempengaruhi penyelesaian masalah kesadaran dan dukungan
4 Kesiapan untuk menyelesaikan 8 8 Tenaga kader menyadari kesiapan 64
masalah sebagai pembaharu
5 Hasil Penyelesaian masalah sulit 7 7 Masalah dapat dikontrol dengan baik 49
dicapai
6 Kecepatan pencapaian penyelesaian 7 7 Waktu untuk mobilisasi penduduk 49
maslah mendapatkan dukungan dan kegiatan
sosial lainnya
JUMLAH 346
4. Belum adanya 1 Perhatian komunitas terhadap masalah 7 7 Pelayanan keehatan, jenis masalah 49
sistem reword yg kesehatan
optimal pada 2 Motivasi komunitas untuk 7 7 Kurang yakin masalah dapat 49
perawat menyelesaikan masalah diselesaikan karena lebih komplek
Perkesmas 3 Kemampuan perawat untuk 7 7 Perawat dilatih meningkatkan 49
mempengaruhi penyelesaian masalah kesadaran dan dukungan
4 Kesiapan untuk menyelesaikan 7 7 Tenaga kader menyadari kesiapan 49
masalah sebagai pembaharu
5 Hasil Penyelesaian masalah sulit 6 6 Masalah dapat dikontrol dengan baik 36
dicapai
6 Kecepatan pencapaian penyelesaian 6 6 Waktu untuk mobilisasi penduduk 36
maslah mendapatkan dukungan dan kegiatan
sosial lainnya
JUMLAH 268
o
Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada kelompok Ibu hamil dan Menyusui
di Kelurahan Curug kecamatan Cimanggis Kota Depok 2014
Diagnosa Rencana Kegiatan Evaluasi
No keperawatan Tujuan Strategi Kegiatan Kriteria Standar Evaluator
Komunitas
1. Risiko Tujuan Umum
terputusnya Setelah diberikan asuhan
penyusuan
keperawatan selama 9 bulan
pada ibu
menyusui di diharapkan terjadi
kelurahan peningkatan pemberian ASI
Curug
Eksklusif
Tujuan khusus
setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 9 bulan
diharapkan :
1. Terjadi peningkatan
pengetahuan ibu setelah
Proses Kegiatan reguler KS- Kognitif 1. Peningkatan Mahasiswa
mengikuti kegiatan KS- Kelompok ASIEKs pengetahuan
ASIEKs sebesar 2SD anggota KS ASIEKs
2. Terjadi peningkatan sikap dalam manajemen Kader
laktasi dan
ibu setelah mengikuti
perawatan bayi
kegiatan KS-ASIEKs Puskesmas
Kader mampu
melakukantindakan
komplementer
peningkatan produksi
ASI
Kader mampu
memberikan
pertolongan pertama
balita sakit
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION) KOMUNITAS PADA AGGREGAT IBU MENYUSUI DI KELURAHAN CURUG
KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK 2013-2014
4. Terlaksananya - Tersosialisasinya program KPASI di Residen Minggu ke 2 -mgg 4 Swadana Gedung posyandu
pemantauan dan masyarakat dan disupervisi oleh Ketua RW Siaga Januari 2014 Donatur Rw 08 dan PAUD
pencatatan oleh Puskesmas Puskesmas masyarakat RW 04 dan 10
anggota KPASI ibu - Proses pemecahan masalah terhadap Ketua Posyandu
menyusui di RW 04 ibu menyusui yg dilakukan Kader
dan 08 dan 10 masyarakat yang dilakukan
pendampiangan oleh ketua posyandu
5. Pembentukan - Tersedianya wadah bagi ibu Residen Minggu ke 3 Oktober Swadana Gedung posyandu
kelompok Swabantu menyusui untuk menyampaikan Ketua RW Siaga 2013 sampai minggu 4 Donatur Rw 08, 04 dan 10
KS ASI / self help permasalahan yang dihadapi Puskesmas Januari 2014 masyarakat
group ASI di RW 08, Ketua Posyandu
04 dan 10 Kader
Ibu hamil dan ibu
menyusui
6. Pelaksanaan kegiatan - Terlaksananya kegiatan rutin KS- Residen Minggu ke 3 Oktober Swadana Gedung posyandu
KS-ASIEKs di RW ASIEKs Ketua RW Siaga 2013 – minggu ke 2 Donatur Rw 08, 04 dan 10
08, 04 dan 10 - Terjadi perubahan pengetahuan, Puskesmas Mei 2014 masyarakat
sikap dan ketrampilan ibu hamil dan Ketua Posyandu
ibu menyusui tentang manajemen Kader
laktasi dan mengatasi kendala Ibu hamil dan ibu
menyusui menyusui
- Ibu hamil dan ibu menyusui dapat
berbagi pengalaman dalam
mengatasi masalah menyusui
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION) KELUARGA PADA IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI
DI KELURAHAN CURUG KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK 2013 -2014
6. Evaluasi asuhan keperawatan Terevaluasinya asuhan keperawatan Mahasiswa Minggu XI Mahasiswa RW 08 dan 04,10
keluarga binaan dengan ibu hamil keluarga dengan ibu hamil dan menyusui Kader
dan ibu menyusui 0-6 bulan bayi 0-6 bulan pada 5 keluarga binaan
melalui tingkat kemandirian keluarga I
s/d 4
7. Penyusunan laporan akhir Terlaporkannya lima asuhan Mahasiswa Minggu XIII Mahasiswa
asuahan keperawatan keluarga keperawatan keluarga binaan dengan ibu
hamil dan menyusui bayi 0-6 bulan pada
5 keluarga binaan
Rencana Asuhan Keperawatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Pada kelompok Ibu hamil dan Menyusui
di Kelurahan Curug kecamatan Cimanggis Kota Depok 2013-2014
Diagnosa Tujuan Intervensi Evaluasi Standar Evaluator
No keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus
Komunitas
1. Belum adanya Setelah intervensi Setelah tindakan
struktur keperawatan selama keperawatan dilakukan di
organisasi 9 bulan diharapkan komunitas selama 9 bulan
kelompok ibu struktur organisasi diharapkan :
hamil dan wadah untuk ibu 1. Tersosialisasi
1.1 Sosialisasi pembentukan 1.1.1 Pembina kesehatan, team Puskesmas
menyusui untuk hamil dan menyusui pentingnya
KS-ASIEKs pada pembina penggerak PKK dan kader Kelurhan
memperoleh memperoleh pengorganisasian KS- kesehatan, team penggerak menyetujui dan mendukung Supervisor
dukungan dalam dukungan terbentuk ASIEKs pada Team PKK dan Kader kesehatan pembentukan kelompok Mahasiswa
kelurahan Curug swabantu ASI dengan struktur:
memberikan ASI dan melaksanakan penggerak PKK dan
pengarah, pembina, ketua,
kegiatan reguler. kader kesehatan sekretaris, bendahara dan
kelurahan Curug. anggota
3. Tersedianya buku 3.1 Penyusunan buku 3.1 Tersedia buku panduan Mahasiswa
panduan fasilitator Ks- panduan dan buku kerja fasilitator dan buku kerja Supervisor
kader pendukung dalam kelompok pendukung
ASIEK dan Buku kerja
memfasilitasi kegiatan
Kelompok Pendukung KS-ASIEKs
ASI Eksklusif
5. Terbina keluarga risiko 5.1 Pembinaan keluarga 5.1 Pembinaan keluarga dengan Puskesmas
terputus penyusuan oleh dengan ibu hamil dan ibu hamil dan menyusui Kelurhan
menyusui oleh kader oleh kader 1 keluarga tiap Supervisor
kader
bulan Mahasiswa
3. Terbinanya komunikasi 3.1 Jalin komunikasi dengan 3.1 Pokja 4 PKK kelurahan Puskesmas
dengan team team penggerak PKK pokja 4, Curug memahami sistem Kelurhan
Supervisor
penggerak PKK untuk menindak lanjuti pencatatan dan pelaporan
Mahasiswa
khususnya pokja IV pencatatan dan pelaporan pemberian ASI, serta
dalam pemantauan kegiatan KS-ASIEKs rekapitulasi cakupan ASI
pemberian ASI eksklusif di kelurahan Curug.
eksklusif. Pencatatan
dan pelaporan
pemberian ASI
eksklusif di kelurahan
Curug lebih baik.
2. Keluarga Respon verbal Akibat anggota keluarga tidak Diskusi Problem solving
memutuskan komitmen melakukan peran : ketegangan 2.1.1 Jelaskan pada keluarga akibat
menjalankan verbal dengan peran, konflik peran , dan konflik tidak dilaksanakan peran
perannya , dengan mengutarakan keluarga 2.1.2 Berikan kesempatan
pernyataan verbal keinginan keluarga untuk menanyakan
berusaha hal-hal yang belum
menjalankan peran dimengerti oleh keluarga
dengan baik 2.1.3 Tanyakan kembali peran
2.1 menyebutkan dalam keluarga
akibat peran 2.1.4 Beri reinforsment positif
tidak atas jawaban keluarga dalam
dilaksanakan bentuk pujian
3 Mampu melakukan Respon psiko 3.1 Melakukan 6 perawatan post Diskusi Problem solving :
perannya dalam hal motorik partum dengan baik. Perawatan 3.1.1 Jelaskan pada keluarga
: Post Partum di Rumah : perawatan post partum
3.1 post partum care, a. Aktivitas (Aktivitas yang cukup 3.1.2 Berikan kesempatan
beralasan sangat dianjurkan untuk keluarga untuk menanyakan
dilakukan. Tidur siang harus hal-hal yang belum
dilakukan untuk memulihkan dimengerti oleh keluarga
tenaga ibu.) 3.1.3 Tanyakan kembali
b. Personal Hygiene ( Kebersihan peranperawatan post partum
diri ibu membantu mengurangi keluarga
sumber infeksi. Mandi setiap hari 3.1.4 Beri reinforsment positif
sangat dianjurkan) atas jawaban keluarga dalam
c. Istirahat (Setelah bayi lahir bentuk pujian
kebanyakan wanita sangat
emosional dan merasa letih)
d. After Pain (Jika perineum robek
atau dilakukan episiotomi saat
melahirkan maka akan terasa sakit
diperineum dan mungkin akan
berlanjut beberapa minggu atau
2. Risiko ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Setelah dilakukan 1.1 secara Pengertian ketidakefektifan Pendidikan kesehatan:
menyusui
kunjungan rumah 8 kunjungan rumah 1 verbal menyusui: penghentian kontinuitas 1.1.1 Diskusi pengertian
kali selama 45 kali selama 45 menyebutkan proses pemberian ASI akibat ketidakefektifan menyusui
menit diharapkan menit diharapkan pengertian ketidakmampuan 1.1.2 Anjurkan keluarga untuk
diskontinuitas keluarga mampu diskontinuitas mengucapkan kembali
menyusui tidak mengenal menyusui pengertian diskontinuitas
terjadi diskontinuitas menyusui
menyusui 1.1.3 Beri pujian atas kemampuan
keluarga
1.2 secara Menyebutkan 2 penyebab dari 4 Pendidikan kesehatan :
verbal Penyebab ketidak efektifan 1.2.1 identifikasi bersama keluarga
menyebutkan menyusui: penyebab diskontinuitas menyusui
penyebab 1. Penyakit ibu 1.2.2 Anjurkan keluarga
diskontinuitas 2. Ibu bekerja mengungkapkan kembali
menyusui 3. Prematuritas 1.2.3 Beri pujian atas kemampuan
4. Kontra indikasi menyusui keluarga
3. Setelah dilakukan 5 3.1 Tehnik Tehnik menyusu yang benar : COACHING tehnik menyusui
kali kunjungan menyusu yang 1. Bayi tampak tenang dengan benar:
rumah selama 45 benar 2. Bayi menempel pada perut 3.1.1 berikan arahan pada keluarga
menit diharapkan ibu untukmelakukan tehnik
keluarga mampu 3. Mulut bayi terbuka lebar menyendawakan bayi dengan
melakukan 4. Dagu bayi menempel pada benar
manajemen laktasi payudara ibu 3.1.2 bersama keluarga melakukan
5. Sebagian besar areola langkah-langkah
masuk ke dalam mulut menyendawakan bayi
bayi, areola bagian bawah 3.1.3 pandu keluarga melakukan
lebih banyak masuk menyendawakan bayi
6. Bayi Nampak menghisap 3.1.4 motivasi keluarga untuk
kuat dengan irama mendemonrasikan langkah
perlahan menyendawakan bayi
7. Putting susu ibu tidak 3.1.5 berikan reinfoscement positif
3.6 cara memijit Cara memijit payudara , mulai dari Coaching pemijatan payudara :
payudara pangkal payudara : 3.6.1 berikan arahan pada keluarga
1. tekan 2 jari atau 3 jari ke untukmelakukan tehnik
dinding dada, buat gerakan menyendawakan bayi dengan
melingkar pada satu daerah di benar
payudara. Pindah ke daerah 3.6.2 bersama keluarga melakukan
c. Mengidentifikasi koping yang Ungkapan jenis koping yang 1.3.1 Bantu keluarga
tidak efektif dalam keluarga. sedang berlangsung dalam mengidentifikasi jenis koping
keluarga. yang sedang berlangsung
dalam keluarga.
1.3.2Beri dukungan kepada
keluarga.
2. Keluarga memutuskan untuk Menyebutkan akibat koping 2.1.1 Diskusikan dengan keluarga
menciptakan koping yang Respon yang tidak efektif dalam akibat koping yang tidak
efektif dalam keluarga. verbal. keluarga: efektif
a. Menyebutkan manfaat koping 1. Hubungan dalam keluarga Tanyakan kembali kepada
yang efektif. tidak harmonis. keluarga akibat koping yang
2. Perselisihan antar anggota tidak efektif.
keluarga. Beri reinforcement positif atas
3. Perasaan tertekan/ tdk jawaban keluarga.
nyaman
b. Ungkapan keinginan untuk Respon Manfaat koping yang efektif: 2.2.1 Diskusikan manfaat koping
menciptakan koping yang verbal 1. Melegakan perasaan yang efektif dengan keluarga.
efektif dalam keluarga. 2. Tidak menyakiti orang lain. 2.2.2 Tanyakan kembali kepada
3. Menyelesaikan masalah keluarga tentang manfaat
secara baik. koping yang efektif.
2.2.3 Bantu keluarga untuk
mengingat kembali tentang
manfaat koping yang efektif.
2.2.4 Beri pujian atas jawaban
keluarga.
3. Menciptakan koping yang Keinginan keluarga untuk 2.3.1 Tanyakan kepada keluarga
efektif dalam keluarga. menciptakan koping yang keinginan untuk menciptakan
a. Menjelaskan cara-cara Respon efektif. koping yang efektif dalam
membentuk koping yang verbal keluarga.
efektif 2.3.2 Fasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
2.3.3 Motivasi keluarga untuk
menciptakan koping yang
efektif
(Kegiatan Perkesmas terintegrasi dalam upaya KIA, khususnya peningkatan pemberian ASI eksklusif)
NO Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Waktu Vol keg Hasil diharapkan
Puskesmas
1. Kesehatan Pembinaan Kelompok ibu Meningatkan 1. Pencatatan
Ibu dan Anak hamil dan menyusui Capaian keluarga
(UKM) Pemberian childbearing
1. Petemuan reguler ASI eksklusif 150 ibu Terbentuk KS- 1 tahun 15 KS- berisiko
kelompok 8 kali hamil dan ASIEKs ASIEKs 2. Kegiatan
setahun menyusui (75 OK) reguler KS-
ASIEKs
2. Asuhan 56 keluarga 100% 1tahun 280 OK 3. Ibu
keperawatan childbearing memberikan memberikan
keluarga ASI eksklusif ASI Eksklusif
childbearing 4. Keluarga
berisiko tidak mendukung
memberikan ASI pemberian
eksklusif (5 kali per ASI eksklusif
keluarga)