WIJI SARASWATI
1006823601
WIJI SARASWATI
1006823601
Tanda Tangan
Unlvortltas lndonr*la
DEWA}T PENGUJI
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R dengan Masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Balita di
RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok”. Karya
Ilmiah Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners.
Penulis mendapatkan banyak dukungan, arahan, bimbingan, dan doa dari berbagai
pihak dalam penyusunan Karya Ilmiah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dewi Irawaty, MA, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP, selaku koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah
Akhir.
3. Ibu Ns. Tri Widyastuti, S.Kep., selaku pembimbing karya ilmiah saya yang
selalu sabar dalam memberikan arahannya selama pembuatan karya ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Dwi Cahya Rahmadiyah, S.Kep., selaku dosen penguji I.
5. Bpk. Ns. Jajang Rahmat., S.Kep., M.Kep., selaku dosen penguji II.
6. Dr. Hendrik Alamsyah, Kepala Puskesmas Kecamatan Cimanggis Kota
Depok, yang telah memberikan izin sehingga karya ilmiah ini dapat
terlaksana.
7. Sri Rahayu, S.Kep., dan Ponsinah, S.Kep., teman seperjuangan sesama peserta
tugas belajar PemProv. DKI Jakarta.
8. Kedua orang tua dan mertuaku tercinta untuk dukungan, doa dan restunya.
9. Suami tercinta, matahariku, Supriyanto, dan sun shines; Caca, Dea, Rafi, dan
Arsya, sumber inspirasiku yang selalu memberikan semangat dan doa kepada
penulis untuk terus maju.
iv
Gizi kurang pada balita merupakan salah satu masalah kesehatan pada masyarakat
perkotaan akibat faktor sosial ekonomi dan kemiskinan. Karya ilmiah akhir ini
menggambarkan asuhan keperawatan keluarga Bapak R dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada balita. Tingkat
pengetahuan ibu yang rendah dan asupan makanan yang tidak adekuat
menyebabkan masalah gizi kurang pada An. M. Implementasi inovasi berupa
Penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan
selingan kaya energi dan protein pada balita diberikan selama 6 minggu. Hasil
evaluasi yang dilakukan, An. M mengalami peningkatan berat badan sebanyak
500 gram dan status gizinya meningkat menjadi normal.
vii
Universitas Indonesia
Underweight among children under five is one of the health problems in urban communities
due to socio-economic factors and poverty. This final scientific papers describe the family
nursing care of Mr. R with nutritional imbalance less than body requirements problems in
toddlers. A low level of mother knowledge and inadequate food intake causes underweight
among children. Nursing intervention that become the main intervention is arranging a
balance nutrition menu and making a healthy food which rich of energy and protein in
toddler given for 6 weeks. the results of evaluation conducted, the body weight of children
has increased as much as 500 grams and his nutritional status increased to normal.
viii
Universitas Indonesia
ix
Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................50
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................50
5.2 Saran .............................................................................................................52
5.2.1 Kader Posyandu .................................................................................52
5.2.2 Tenaga Kesehatan ..............................................................................52
5.2.3 Keluarga dengan Balita .....................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 : Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan
indeks............................................................................................ 21
Tabel 2.2 : Skoring prioritas masalah keluarga ............................................ 24
xii
Universitas Indonesia
xiii
Universitas Indonesia
1.1.Latar Belakang
Kawasan perkotaan merupakan wilayah non rural dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi (Stanhope & Lancaster, 2004). Bintarto (1989)
mengatakan perkotaan memiliki karakteristik kepadatan penduduknya yang
tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan
coraknya yang materialistis. Kepadatan penduduknya yang tinggi
menyebabkan tingginya persaingan sosial ekonomi pada masyarakat
perkotaan. Golongan yang mampu makin berkuasa dan makin kaya sedangkan
golongan miskin bertambah miskin (Sarlito, 1992). Krisis ekonomi yang
berkepanjangan sejak tahun 1997 dan persaingan sosial ekonomi
menyebabkan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan yang pada
akhirnya menimbulkan banyaknya masalah kesehatan pada masyarakat
perkotaan (BPPN, 2007).
Masalah kesehatan yang muncul beraneka ragam, salah satunya masalah gizi.
Allender, Rector, dan Warner, (2010) mengatakan bahwa masalah
perekonomian akibat kehilangan pekerjaan dan krisis ekonomi maupun akibat
dari harga yang melambung berdampak terhadap ketidaktersediaan pangan
dan sulitnya akses terhadap bahan pangan yang bermutu. Balita merupakan
salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah gizi kurang karena faktor
sosial ekonomi dan kemiskinan (Hitchcock, Schubert, & Thomas,1999).
Anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami resiko kurang gizi karena
keterbatasan suplai makanan, keterbatasan akses terhadap makanan, faktor
orang tua dengan keterbatasan pendidikan, pilihan gaya hidup yang tidak
sehat, dan kurangnya informasi dan akses kesehatan (Hitchcock, Schubert, &
Thomas,1999). DEPKES (2008) dalam Hidayati, (2011) mengatakan asupan
makan balita yang kurang dari kebutuhan dan kebiasaan keluarga yang kurang
Universitas Indonesia
1
Prevalensi balita dengan masalah gizi kurang di dunia menurut WHO (2012)
diperkirakan sebesar 16 % tahun 2011, menurun sebanyak 36 % dari estimasi
di tahun 1990. Balita dengan masalah gizi kurang di Indonesia sejak tahun
1989 sampai dengan 2000 mengalami penurunan dari 31,17 5 menjadi 17,13
% namun meningkat kembali menjadi 19,24 % pada tahun 2005 (BPPN,
2007). Data prevalensi balita gizi kurang di Indonesia tahun 2010 berdasarkan
BB/U sebesar 4,9 % untuk kategori gizi buruk dan 13 % untuk kategori gizi
kurang dan 21 %-nya tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan prevalensi gizi
kurang pada provinsi Jawa Barat berdasarkan BB/U sebanyak 3,1 % untuk
gizi buruk dan 9,9 % untuk kategori gizi kurang (RISKESDAS, 2010).
Laporan penanganan gizi buruk Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2005
mencatat dari 114.980 balita, didapatkan 1.133 balita (1,03 %) mengalami
gizi buruk dan 9.714 balita (8,8 %) mengalami gizi kurang (Fitriyani, 2009).
Balita yang tinggal di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis
Kota Depok mengalami gizi kurang sebanyak 25 % dari 56 balita yang
diambil secara acak (random sampling) pada tahun 2013 oleh mahasiswa
residensi FIK UI. Hasil skrining yang dilakukan mahasiswa profesi ners
Tahun 2013 terhadap 183 balita yang tinggal di wilayah RW 07 Kelurahan
Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok dan melakukan
penimbangan di posyandu pada bulan Mei 2013 sebanyak 5 balita (2,73 %)
mengalami gizi buruk dan 7 balita (3,83 %) mengalami gizi kurang. Angka
gizi kurang yang masih tinggi tersebut membutuhkan upaya dari berbagai
pihak untuk mengatasinya.
Indonesia bersama 189 negara anggota PBB turut serta dalam deklarasi
pembangunan milennium yang berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar
Universitas Indonesia
manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup manusia atau yang
dikenal sebagai Milennium Development Goals strategy (MDGs) melakukan
berbagai upaya untuk menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk
dan menjadikannya sebagai salah satu indikator pencapaian targetnya (BPPN,
2007). Upaya penanggulangan masalah gizi tersebut meliputi berbagai bidang
seperti pertanian, pendidikan, dan ekonomi. Upaya yang dilakukan di
antaranya yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
berpihak pada penanggulangan kemiskinan yang salah satunya melalui
menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok seperti beras serta revitalisasi
pertanian dan usaha mikro, kecil, dan menengah; dan meningkatkan akses
masyarakat miskin terhadap pendidikan, kesehatan, dan gizi, termasuk
keluarga berencana (BPPN, 2007). Dinas Kesehatan Kota Depok sendiri telah
melakukan program penyuluhan, pemantauan dan perbaikan gizi melalui
pemberian makanan tambahan terhadap 600 balita selama 90 hari sebagai
upaya mengatasi masalah gizi kurang pada balita (Anonim, 2008, dalam
Fitriyani, 2009). Upaya yang dilakukan melibatkan berbagai tatanan
masyarakat dan salah satunya keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga
sebagai salah satu pendekatan untuk menangani masalah gizi pada balita.
Penelitian Widyatuti (2001) mengatakan bahwa asuhan keperawatan keluarga
dapat meningkatkan status gizi pada balita melalui peningkatan pengetahuan
dan keterampilan keluarga dalam pemenuhan gizi balita.
An. M (35 bulan) merupakan anak ke-tujuh dari keluarga Bpk. R (45 tahun)
yang mengalami masalah ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan
tubuh. Berat badan An. M berdasarkan BB/U Standar Gizi Nasional
Kemenkes Tahun 2011 berada pada range -3SD sampai dengan -2SD atau
kategori gizi kurang. An. M mengalami sulit makan. Ia cenderung pilih-pilih
dalam mengkonsumsi makanan dan berdasarkan pengamatan perawat,
makanan yang dikonsumsi An. M tidak sesuai baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga An. M mengalami masalah gizi.
Upaya yang sudah dilakukan perawat untuk mengatasi masalah gizi kurang
pada An. M meliputi meningkatkan pengetahuan keluarga tentang gizi kurang
dan manfaat gizi seimbang pada balita, cara pemilihan dan pengolahan bahan
makanan yang sehat, penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang dan
pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein pada balita.
Implementasi unggulan yang merupakan inovasi perawat yaitu penyusunan
menu makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya
energi dan protein pada balita. Penelitian Fitriyani (2009) mengatakan salah
satu cara untuk meningkatkan dan merubah status gizi balita, diantaranya
melalui pemberian makanan camilan yang sehat. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BPPN, (2007)). mengungkapkan bahwa hal utama
untuk memperbaiki gizi pada balita yaitu salah satunya melalui pemenuhan
energi protein pada balita. Hasil yang diperoleh yaitu, An. M menunjukkan
kenaikan berat badan sebesar 500 gram setelah dilakukan implementasi
keperawatan tersebut selama 5 minggu.
1.2.Rumusan Masalah.
Tingginya prevalensi masalah gizi kurang dan gizi buruk pada balita,
khususnya balita yang tinggal di wilayah RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok yaitu berjumlah 12 orang. Beragam upaya
telah dilakukan pemerintah Kota Depok seperti program penyuluhan,
pemantauan dan perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan
Universitas Indonesia
terhadap 600 balita selama 90 hari namun belum mengatasi masalah gizi di
wilayah Kota Depok. Perawat merasa tertarik memberikan asuhan
keperawatan keluarga terhadap keluarga Bpk. R khususnya An. M dengan
masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita.
1.3.Tujuan Penulisan.
1.3.1. Tujuan Umum.
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Bpk. R khususnya An. M dengan masalah keperawatan
“Ketidakseimbangan nutrisi pada balita”
1.4.Manfaat Penulisan.
1.4.1. Pelayanan Kesehatan, khususnya Program Upaya Perbaikan Gizi
Masyarakat (UPGM) dan Program Perkesmas di Puskesmas
Kecamatan Cimanggis.
Hasil asuhan keperawatan dapat menjadi data dasar dalam pemberian
asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan balita gizi kurang,
maupun penerapan intervensi keperawatan inovasi yang mandiri dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gizi kurang dan terutama gizi buruk memiliki kontribusi terhadap 30%
kematian pada balita (KEMENKES, 2013).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dengan 12,5 cm, tidak ada edema, nafsu makan baik, dan
tidak ada komplikasi medis.
2) Gizi buruk tanpa komplikasi. Bila pada pemeriksaan
ditemukan satu atau lebih tanda anak tampak sangat kurus,
terdapat edema minimal pada kedua punggung kaki atau
tanpa edema, BB/PB atau BB/TB <-3SD, LILA <11,5 cm
(untuk anak usia 6-59 bulan), dan nafsu makan baik.
3) Gizi buruk dengan komplikasi. Bila pada pemeriksaan
ditemukan tanda anak tampak sangat kurus, terdapat edema
pada seluruh tubuh, BB/PB atau BB/TB < -3SD, LILA <11,5
cm (untuk anak usia 6-59 bulan), dan disertai satu atau lebih
tanda komplikasi medis seperti: anoreksia, pneumonia berat,
anemia berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi, dan
penurunan kesadaran sehingga anak memerlukan penanganan
secara rawat inap.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Upaya lain untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita yaitu
melalui peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi dan pola asuh
anak yang baik dan juga melalui pemberdayaan masyarakat, seperti
kader. Alibas, (2006) menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang
gizi dan keterlibatan TP-PKK, dalam hal ini kader, berpengaruh
terhadap prevalensi gizi kurang. Retno (2012) juga menyatakan ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan
status gizi balita setelah mendapat PMT-P di DKI Jakarta. Depkes,
(2002) dalam Puspitasari (2012) menyatakan rendahnya pengetahuan
dan pendidikan ibu merupakan penyebab dasar kurang gizi karena
sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan keluarga dalam
mengelola sumber daya yang ada untuk mendapatkan kecukupan
bahan makanan, serta pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan gizi
dan sanitasi lingkungan. Harsiki (2002) menyatakan terdapat
hubungan yang bermakna antara pola asuh anak, konsumsi energi
dan protein dengan keadaan gizi anak balita.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Pengkajian.
Proses pengkajian keluarga merupakan proses pengumpulan
informasi/data yang terus menerus secara sistematik
menggunakan alat pengkajian keluarga kemudian
diklasifikasikan dan dianalisis untuk diinterpretasikan artinya
(Friedman, Bowden, & Jones (2003). Proses pengumpulan data
keluarga dapat diperoleh melalui berbagai sumber: (1).
Wawancara terhadap satu anggota keluarga atau lebih tentang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 2.1. Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan
indeks.
INDEKS KATEGORI AMBANG BATAS
Z Score
Berat Badan menurut Gizi buruk < -3SD
Umur (BB/U) anak Gizi kurang -3SD sampai dengan -2SD
umur 0-60 bulan. Gizi baik -2SD sampai dengan 2SD
Gizi lebih >2SD
Panjang Badan Sangat pendek < -3SD
menurut Umur Pendek -3SD sampai dengan -2SD
(PB/U) atau Tinggi Normal -2SD sampai dengan 2SD
Badan menurut Umur Tinggi >2SD
(TB/U) anak umur 0-
60 bulan.
Berat Badan menurut Sangat kurus < -3SD
Panjang Badan Kurus -3SD sampai dengan -2SD
(BB/PB) atau Berat Normal -2SD sampai dengan 2SD
Badan menurut Gemuk >2SD
Tinggi Badan
(BB/TB) anak umur
0-60 bulan.
Indeks Massa Tubuh Sangat kurus < -3SD
menurut Umur Kurus -3SD sampai dengan -2SD
(IMT/U) anak umur Normal -2SD sampai dengan 2SD
0-60 bulan. Gemuk >2SD
(Sumber: KEMENKES, 2011).
Universitas Indonesia
b. Diagnosis Keperawatan.
Diagnosis keperawatan yaitu keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan baik yang aktual maupun potensial
(NANDA, 2001, dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Diagnosis keperawatan ini yang nantinya akan menjadi dasar
dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
yang menjadi akuntabilitas perawat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Perencanaan.
Perawat terlibat dalam menyusun rencana keperawatan bersama
keluarga untuk mencapai hasil yang diharapkan. Perawat
membantu keluarga menentukan tujuan kesehatan mereka
dengan memberikan informasi yang relevan tentang hal yang
menjadi masalah mereka. Penetapan tujuan meliputi tujuan
jangka panjang, tujuan jangka pendek, serta kriteria hasil yang
dapat digunakan untuk mengevakuasi hasil asuhan yang dapat
Universitas Indonesia
d. Intervensi Keperawatan.
Intervensi keperawatan yang diberikan mengacu pada lima tugas
keluarga menurut Friedman 1986 dalam Maglaya, et al (2009)
yang terdiri dari: mampu mengenal masalah kesehatan keluarga,
mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan yang ada, mampu merawat anggota keluarganya yang
sakit, mampu memodifikasi lingkungan keluarga, dan mampu
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Bentuk
intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada keluarga
menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) meliputi
modifikasi perilaku, membuat kontrak, manajemen kasus
(termasuk koordinasi dan advokasi), kolaborasi, konsultasi,
konseling, strategi pemberdayaan keluarga, modifikasi
lingkungan, advokasi keluarga, modifikasi gaya hidup,
dukungan jaringan (kelompok swabantu dan dukungan sosial
lainnya), rujukan kasus, model peran, dll. Intervensi
keperawatan lain terkait masalah gizi menurut Hitchcock,
Schubert, dan Thomas(1999) meliputi memberikan edukasi
tentang piramida makanan, pemilihan makanan,
mendemonstrasikan teknik memasak yang benar, dan
perencanaan makan, pengkajian lanjutan terhadap kebiasaan
makan anak dan keluarga dan sumber daya ekonomi, misalnya
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Evaluasi.
Evaluasi pada keperawatan keluarga berdasarkan pada seberapa
efektif intervensi yang dilakukan dan bagaimana respon
keluarga. Evaluasi dapat dilakukan mengacu pada kriteria hasil
yang telah ditetapkan pada saat menyusun perencanaan bersama
keluarga. Evaluasi dapat dilakukan secara formatif maupun
sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan
berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk
menilai kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Bentuk evaluasi formatif
disusun dengan menggunakan format SOAP seperti berikut ini:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Riwayat kesehatan dalam keluarga yang berkaitan dengan gizi balita; Nenek
L memiliki riwayat DM sejak dua tahun yang lalu. Ia biasa mengontrol gula
darahnya di puskesmas dan minum obat glibenklamid dan metformin. Gula
darah sewaktunya saat ini 170 mg/dl. An. M tidak pernah menderita sakit
berat, sakit yang pernah diderita yaitu batuk pilek, demam dan diare. An. M
juga tidak pernah menderita flek paru dan tidak ada riwayat sakit paru dalam
keluarga.
Bpk. R memiliki peran sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama.
Bpk. R bekerja sebagai supir bus pariwisata antar kota dan antar propinsi
dengan penghasilan 2-3 juta per bulannya, dan pulang ke rumah seminggu
sekali. Penghasilan Bpk. R tidak menentu karena tergantung seberapa sering
Bpk. R membawa bis. Penghasilan Bpk. R kadang tidak mencukupi
kebutuhan keluarga dengan anaknya yang banyak. Ibu Rs membantu Bpk. R
Universitas Indonesia
30
Port d’entry pada keluarga Bpk. R adalah pada An. M, dimana saat ini An. M
memiliki badan yang kurus dan sulit makan. Nenek L mengatakan An. M
memang sulit makan. Ia biasa makan disuapi Nenek L 2-3 kali sehari. Porsi
yang dihabiskan An. M dalam satu kali makan kadang hanya 5 sendok makan
saja. Nenek L mengatakan, biasanya bila An. M sedang sulit makan, ia tidak
memberikan makanan pengganti, namun ia membiarkan An. M mengambil
jajanan seperti biskuit maupun ciki-cikian dari warungnya.
Universitas Indonesia
Hasil pemeriksaan fisik yang sudah dilakukan perawat pada tanggal 17 Mei
2013 yaitu, berat badan An. M 11 kg, tinggi badan 90 cm, IMT 12,94, dan
LILA 13 cm. An. M tampak kurus dengan rambut tipis hitam kemerahan.
Anak M tampak aktif, konjungtiva tak anemis, tak terdapat cairan pada
hidung dan telinga, tak terdapat perbesaran kelenjar getah bening pada leher
dan ketiak, Thoraks simetris, tak terdapat ronkhi maupun wheezing, BJ I dan
II reguler, tak terdapat murmur maupun gallop. Abdomen flat, supel, bising
usus 12 kali/menit. Tak terdapat edema pada ekstremitas dan massa otot
teraba lunak. Berdasarkan Standar Gizi Nasional KEMENKES, 2011,
didapatkan hasil:
Nenek L dan Ibu Rs mengatakan yang ia ketahui tentang gizi seimbang balita
yaitu pemenuhan makan 4 sehat 5 sempurna. Nenek L dan Ibu Rs belum
mengetahui tentang gizi kurang. Mereka mengetahui An. M badannya kurus
namun tidak mengetahui bila An. M masuk kriteria gizi kurang, karena
selama ini An. M sendiri yang pergi ke posyandu tanpa diantar orang tuanya
dan ia tidak memiliki KMS. Ibu Rs pernah diingatkan adiknya tentang
anaknya yang kurus dan ia disarankan untuk memeriksakan anaknya, namun
hal tersebut belum ia lakukan. Ibu Rs juga merencanakan untuk memberikan
anaknya suplement, namun hal tersebut juga belum ia lakukan. Nenek L
maupun Ibu Rs belum melakukan tindakan apapun dan juga belum membawa
An. M ke fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah gizi anaknya tersebut.
Tingkat kemandirian keluarga saat pengkajian yaitu Mandiri I.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
membuat camilan sehat kaya energi dan protein (puding tinggi karbohidrat
dan tinggi protein), memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang
pentingnya pemberian PMT/makanan selingan sehat yang kaya energi dan
protein, manfaat, serta contohnya, dan memotivasi keluarga untuk
melakukan redemonstrasi pembuatan camilan sehat; puding tinggi
karbohidrat dan tinggi protein, dan menyusun menu makanan selingan yang
sehat bagi balita selama satu minggu. Perawat juga memberikan
reinforcement positif atas usaha keluarga selama interaksi.
Universitas Indonesia
b. Evaluasi Obyektif.
Keluarga terlihat antusias dan kooperatif dalam mengatasi masalah
gizi kurang pada An. M terutama Ibu Rs dan Nenek L. Pada awal
interaksi, keluarga belum mengetahui tentang gizi kurang, penyebab,
tanda dan gejala gizi kurang, dan manfaat gizi seimbang. Keluarga
juga menganggap badan An. M yang kurus bukan merupakan suatu
kondisi gizi kurang, sehingga keluarga tidak mengambil sikap apa pun
dalam mengatasinya. Setelah akhir interaksi, Ibu Rs dapat
menyebutkan kembali pengertian, penyebab dan tanda dan gejala gizi
kurang dan manfaat gizi seimbang, Ibu Rs juga dapat menyebutkan
cara mengatasi gizi kurang melalui pemberian makanan dengan gizi
yang seimbang dan pemberian makanan selingan/camilan sehat yang
mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Ibu Rs mampu
menyebutkan dua contoh camilan sehat. Berdasarkan pengamatan
perawat, An. M makan sudah dalam porsi yang terpisah dari
kakaknya. Jenis makanan yang dikonsumsi pun sudah memenuhi
kriteria gizi seimbang. Keluarga terlihat kadang belum mematuhi
jadwal menu yang telah disepakati bersama, namun sudah
menggantinya dengan komponen yang sesuai. Keluarga juga tampak
sudah menyiapkan makanan tambahan berupa camilan sehat seperti
bubur kacang hijau yang diberi susu, puding kaya energi dan protein,
dan jagung keju susu. An. M tampak menyukai camilan sehatnya. An.
M terlihat lebih ceria. Berat badan An. M setelah intervensi selama 1
bulan mengalami peningkatan sebanyak 500 gram.
c. Analisa Hasil.
Tujuan yang telah ditetapkan perawat dalam kriteria hasil TUK 1
sampai dengan TUK 5 sudah mampu dicapai oleh keluarga. Berat
badan An. M saat ini berdasarkan Standar Gizi Nasional KEMENKES
(2011) berdasarkan kriteria BB/U dan BB/PB berada pada range -2SD
sampai dengan -1SD atau kategori gizi baik.
Universitas Indonesia
d. Planing.
Perawat memotivasi keluarga untuk meningkatkan kembali
pengetahuan keluarga tentang gizi balita dengan banyak membaca
majalah tentang gizi balita maupun banyak bertanya terhadap kader
posyandu atau petugas puskesmas. Perawat memberikan
reinforcement positif atas keberhasilan keluarga memperbaiki status
gizi balitanya dan memotivasi keluarga untuk mempertahankan sikap
positif yang telah dilakukan keluarga dalam memodifikasi
lingkungannya untuk meningkatkan nutrisi anak. Perawat juga bekerja
sama dengan kader posyandu untuk terus memantau gizi An. M.
Universitas Indonesia
dengan benar, 58,82% balitanya mengalami sulit makan, dan 82,35% ibu
tidak melakukan modifikasi makanan anak.
Universitas Indonesia
Anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami resiko kurang gizi karena
keterbatasan suplai makanan, keterbatasan akses terhadap makanan, faktor
orang tua dengan keterbatasan pendidikan, pilihan gaya hidup yang tidak
sehat, dan kurangnya informasi dan akses kesehatan (Hitchcock, Schubert, &
Thomas,1999). Muljati, dkk (1992) dalam Puspitasari (2012) menyatakan
bahwa anak dengan masalah gizi kurang lebih banyak dijumpai pada keluarga
dengan jumlah anak banyak, pendapatan keluarga yang rendah mungkin
masih dapat mencukupi untuk 1-2 anak, tetapi tidak cukup untuk 3 anak atau
lebih. Kartono (1993) dalam Puspitasari (2012) menyatakan semakin besar
nomor urut kelahiran anak dalam keluarga, semakin cenderung untuk
menderita gizi kurang. Harsiki (2002) menyatakan terdapat hubungan yang
bermakna antara pola asuh anak, konsumsi energi dan protein dengan
keadaan gizi anak balita.
demonstrasi pembuatan nuget sayur sebagai trik mengatasi balita yang sulit
makan sayur dan pembuatan makanan selingan berupa puding ekonomis
namun kaya energi dan protein.
Hal ini sejalan dengan penelitian Fitriyani (2009) yang mengatakan salah satu
cara untuk meningkatkan dan merubah status gizi balita, diantaranya melalui
pemberian makanan camilan. Dan penelitian Putri (2011) yang
mengungkapkan ada hubungan antara kasus gizi kurang dengan asupan
energi. UNICEF (2009) juga menganjurkan nutrisi yang adekuat merupakan
kunci penting mengatasi gizi kurang pada anak dan pemberian makanan
tambahan terjadwal dan adekuat menggunakan makanan lokal terutama yang
berbahan dasar lemak merupakan salah satu intervensi utama mengatasi gizi
kurang pada balita. Sedangkan jenis makanan lokal untuk pemulihan gizi
yang dianjurkan oleh KEMENKES (2011) adalah jenis makanan yang padat
energi.
tambahan kaya energi dan protein terhadap orang tua balita khususnya yang
balitanya memiliki masalah gizi kurang. Selain itu perlu adanya
pendampingan kader terhadap keluarga yang memiliki balita gizi kurang
untuk membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
serta memberikan motivasi agar keluarga mampu mengatasi masalah
kesehatannya. Kader posyandu juga seyogyanya menjadi role model bagi
keluarga balita dalam memberikan jenis makanan tambahan yang sehat di
posyandu yang dikelolanya. Alibas, (20--) menyatakan bahwa pengetahuan
ibu tentang gizi dan keterlibatan TP-PKK, dalam hal ini kader, berpengaruh
terhadap prevalensi gizi kurang. Retno (2012) juga menyatakan ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita
setelah mendapat PMT-P di DKI Jakarta. DEPKES (2002) dalam puspitasari
(2012) menyatakan rendahnya pengetahuan dan pendidikan ibu merupakan
penyebab dasar kurang gizi karena sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan
keluarga dalam mengelola sumber daya yang ada untuk mendapatkan
kecukupan bahan makanan, serta pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan
gizi dan sanitasi lingkungan.
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan.
Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan yang muncul pada masyarakat
perkotaan. Masalah gizi muncul salah satunya sebagai akibat dari faktor sosial ekonomi
dan kemiskinan pada masyarakat perkotaan. Ketidaktersediaannya bahan pangan yang
bermutu karena harga pangan yang melambung dengan kondisi perekonomian warga
yang menurun turut berkontribusi dalam menimbulkan masalah gizi. Balita sebagai salah
satu kelompok yang rentan terhadap masalah gizi karena faktor sosial ekonomi dan
kemiskinan mengalami masalah gizi terutama balita yang berasal dari keluarga miskin
atau tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah karena keterbatasan suplai makanan,
keterbatasan akses terhadap makanan, faktor orang tua dengan keterbatasan pendidikan,
pilihan gaya hidup yang tidak sehat, dan kurangnya informasi dan akses kesehatan .
Asupan makan balita yang kurang dari kebutuhan dan kebiasaan keluarga yang kurang
sehat dalam memberikan asupan makanan pada balita turut berkontribusi dalam
mempengaruhi pemenuhan gizi balita.
Beragam upaya dilakukan pada berbagai tatanan untuk mengatasi masalah gizi kurang
pada balita, salah satunya melalui keluarga, sebagai salah satu pendekatan intervensi
untuk menangani masalah gizi pada balita. Teori model keperawatan yang digunakan
dalam melakukan asuhan keperawatan kepada keluarga yaitu model Family Centre
Nursing (FCN) menurut Friedman atau asuhan yang berpusat pada keluarga. Asuhan
keperawatan yang dilakukan terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.
An. M (35 bln), keluarga Bpk. R (45 Thn), berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan
perawat memiliki BB 11 kg dengan TB 90 cm, dimana berdasarkan BB/U maupun
BB/PB Standar Gizi Nasional KEMENKES Tahun 2011 berada pada range -3 SD
sampai dengan -2SD atau kategori gizi kurang atau kurus. Keluarga Bpk. R berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Hasil pengamatan perawat, asupan
Universitas Indonesia
50
makanan An. M tidak adekuat baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga An. M
mengalami masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi pada balita.
Implementasi inovasi perawat yaitu “Penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang
dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan protein” yang diberikan kepada balita
bersama-sama keluarga sesuai jadwal yang telah disepakati bersama keluarga.
Implementasi tersebut sudah dilakukan perawat bersama keluarga selama satu bulan dan
saat dilakukan evaluasi berhasil meningkatkan berat badan balita sebesar 500 gram.
Status gizi An. M saat ini berdasarkan BB/U dan BB/TB Standar Gizi Nasional
KEMENKES (2011) berada pada range -3SD sampai dengan -2SD atau Kategori Gizi
Baik atau Normal. Hal ini sejalan dengan penelitian Fitriyani (2009) yang mengatakan
salah satu cara untuk meningkatkan dan merubah status gizi balita, diantaranya melalui
pemberian makanan camilan. Pemberian makanan camilan atau makanan tambahan,
tentu saja harus dipilih baik dari jenis, komposisi maupun jumlahnya. Putri (2011)
mengungkapkan ada hubungan antara kasus gizi kurang dengan asupan energi. Sehingga
KEMENKES (2011) menganjurkan makanan untuk pemulihan gizi salah satunya adalah
jenis makanan lokal yang padat energi dan diperkaya dengan vitamin dan mineral.
Evaluasi akhir terhadap asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat terhadap
keluarga Bpk. R, khususnya An. M dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada
balita telah tercapai, dimana status gizi An. M saat ini Gizi Baik atau Normal, dan
berhasil meningkatkan tingkat kemandirian keluarga dari Tingkat Kemandirian 1
menjadi Tingkat Kemandirian III.
Universitas Indonesia
5.2. Saran.
5.2.1. Bagi Kader Posyandu.
Kader agar terus bersemangat dalam memotivasi keluarga dengan masalah gizi
kurang maupun yang beresiko mengalami kurang gizi melalui penyusunan menu
makanan dengan gizi seimbang dan pembuatan makanan selingan kaya energi dan
protein pada balita. Kader sebaiknya dapat menjadi role model bagi ibu-ibu yang
balitanya mengalami gizi kurang melalui pemberian makanan yang padat gizi sebagai
makanan tambahan yang diberikan bagi balita di posyandu yang dikelolanya. Kader
sebagai perpanjangan tangan puskesmas harus lebih meningkatkan pengetahuannya
tentang gizi seimbang balita dan memberikan edukasi terkait gizi balita di meja 4
posyandu untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu balita tentang pentingnya gizi
seimbang bagi balita.
Kader dapat memberikan dukungan bagi keluarga yang balitanya mengalami masalah
gizi kurang berupa pendampingan keluarga; 1 kader mendampingi 8-10 keluarga
balita. Deteksi dini terhadap masalah gizi kurang dapat dilakukan di posyandu
terhadap balita yang berat badannya tidak naik atau turun dalam dua kali
penimbangan. Kader juga dapat mengaktifkan sistem pelaporan hasil penimbangan
balita di posyandunya kepada puskesmas dan memberikan label khusus atau tanda
khusus pada Kartu Menuju Sehat (KMS) balita bagi balita yang memiliki masalah gizi
maupun yang beresiko terhadap masalah gizi, misalnya label kuning pada KMS balita
yang beresiko mengalami masalah gizi dan label merah pada KMS balita yang sudah
mengalami masalah gizi.
Universitas Indonesia
penyemangat bagi kader untuk berperan serta aktif mangatasi masalah gizi kurang di
wilayahnya. Supervisi dan monev terhadap kinerja posyandu perlu ditingkatkan dalam
rangka deteksi dini terhadap masalah gizi kurang yang ada di wilayah Cisalak Pasar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. PENGKAJIAN.
a. Data Umum.
1) Nama kepala keluarga : Bpk. R.
2) Umur : 45 tahun.
3) Alamat : Jl. Mawar RT 02/07 No. 57 Kelurahan
Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok.
4) Komposisi anggota keluarga
:
35
bln
Keterangan:
Keluarga Bpk. R merupakan type extendeed family, dimana dalam satu keluarga terdiri dari
keluarga inti dan orang lain selain keluarga inti, yaitu nenek L dan Tn. D. Bpk. R merupakan
anak pertama dari empat bersaudara yang berasal dari suku Betawi-Sunda, sedangkan Ibu Rs
merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Keluarga Bpk. R memiliki tujuh orang anak
dimana anak pertamanya sudah menikah dan tinggal bersama keluarga barunya. Port d’entry
dari keluarga Bpk. R yaitu pada An.M dimana status gizi An.M saat ini berada pada rentang -
3 Standar Deviasi sampai -2 Standar Deviasi atau kategori Kurus.
6) Type Keluarga.
Keluarga Bpk. R merupakan Type Extendeed Family, dimana dalam satu
keluarga terdiri dari keluarga inti dan orang lain selain keluarga inti, yaitu
ibu kandung Ibu. Rs atau nenek dari An. M dan adik ibu Rs.
7) Suku.
Bpk. R dan Ibu. Rs berasal dari Suku Betawi-Sunda. Keluarga Bpk. R
tinggal di rumah keluarga Ibu. Rs bersama dengan ibu kandung Ibu. Rs.
Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Tidak ada
nilai yang terkait budaya yang diyakini keluarga yang dapat merugikan
kesehatan.
An. M tidak pernah menderita sakit berat, sakit yang pernah diderita yaitu
batuk pilek, demam dan diare. An. M juga tidak pernah menderita TB Paru
dan tidak ada riwayat sakit paru dalam keluarga.
c. Lingkungan.
1) Karakteristik Rumah.
Keluarga Bpk R tinggal di rumah permanen berukuran 7x10 meter yang
berada di Jalan Mawar RT 02/07 No. 57 Kelurahan Cisalak Pasar,
Cimanggis, Depok yang berlantai tegel. Kamar tidur ada 3 buah dan ruang
tamu berfungsi sebagai kamar tidur juga di malam hari, dan memiliki satu
buah kamar mandi yang terletak di dalam rumah dengan pencahayaan
yang cukup yang berasal dari lampu listrik. Lantai kamar mandi terbuat
dari keramik dan tidak licin. Pencahayaan ruangan rumah secara
keseluruhan dan ventilasi kurang karena jendela tidak berfungsi terhalang
oleh warung yang menyatu di teras rumah.
d. Struktur Keluarga.
1) Pola komunikasi keluarga.
Pola komunikasi dalam keluarga dua arah. Ibu Rs selalu membicarakan
segala sesuatunya dengan suaminya meskipun melalui telepon. Nenek L
juga kerap dimintai pendapatnya dalam mengatasi masalah yang ada di
keluarga.
3) Struktur Peran.
Bpk R berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama. Ibu Rs
berperan sebagai ibu rumah tangga namun ia juga membantu suaminya
mencukupi kebutuhan rumah tangga. Ibu Rs banyak dibantu oleh Nenek L
e. Fungsi Keluarga.
1) Fungsi Afektif.
Bpk. R dan Ibu Rs saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
Mereka saling menyayangi, walaupun Bpk R hanya pulang seminggu
sekali, namun Ibu Rs memahami apa yang dilakukan suaminya untuk
kepentingan keluarga. Walaupun Ibu Rs dan Bpk. R memiliki banyak
anak, namun mereka saling menghargai satu sama lain dan tidak pernah
terlibat pertengkaran hebat di antara mereka.
2) Fungsi Sosialisasi.
Keluarga Bpk. R menghormati tetangga mereka dan hidup rukun dengan
tetangganya, walaupun mereka lebih banyak menghabiskan waktu di
rumah bila sedang tidak bekerja. Nenek L terkadang masih mengikuti
kegiatan yang ada di lingkungan mereka, terutama jika ada tetangga yang
kesusahan, seperti meninggal. Nenek L juga rajin mengikuti pengajian dan
semasa mudanya ia pernah menjadi kader posyandu.
g. Harapan keluarga
Dengan informasi yang diperoleh dari perawat puskesmas, Ibu Rs berharap
anaknya dapat terkontrol dan dibantu dalam mengatasi masalah kurang gizi pada
anggota keluarganya
3.6 Mendemonstrasikan Respon Perawat dan keluarga mengolah a. Demonstrasikan cara mengolah
cara mengolah makanan. verbal, makanan yang sederhana, yaitu memasak makanan kepada keluarga.
afektif, dan sayur bayam. Caranya sebagai berikut: b. Anjurkan keluarga untuk
psikomotor. Sayuran dicuci di air mengalir kemudian mendemonstrasikan mengolah
dipotong-potong . Rebus air hingga makanan bersama perawat.
mendidih, masukkan potongan bayam c. Berikan kesempatan kepada
dan irisan bawang merah dan bawang keluarga untuk bertanya mengenai
putih, tambahkan dua lembar daun salam, materi yang diberikan
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
masukkan garam dan gula sesuai selera. d. Motivasi keluarga untuk
Sayuran tidak dimasak terlalu lama. mendemonstrasikan secara
Sebelum dan sesudah mengolah mandiri.
makanan, perawat dan keluarga mencuci e. Berikan reinforcement positif atas
tangan usaha keluarga
3.7 Menyebutkan cemilan Respon Keluarga dapat menyebutkan cemilan a. Diskusikan bersama keluarga apa
sehat, manfaat, serta verbal sehat ialah cemilan/ makan selingan yang yang diketahui keluarga
contohnya disediakan di sela jam makan balita yang mengenai cemilan sehat
terbuat dari bahan makanan yang aman b. Berikan pujian kepada keluarga
yang mengandung komponen gizi untuk tentang pemahaman keluarga
membantu memenuhi kebutuhan gizi mengenai cemilan sehat yang
seimbang baita. Manfaatnya ialah: benar.
a. Aman bagi balita c. Berikan informasi kepada
b. Mengandung komponen gizi keluarga mengenai cemilan sehat
terutama zat energi dan protein dengan menggunakan media
c. Mudah dibuat dirumah oleh ibu lembar balik
balita d. Berikan kesempatan kepada
d. Bahan mudah diperoleh dengan keluarga untuk bertanya tentang
harga terjangkau materi yang disampaikan.
e. Membantu memenuhi kebutuhan e. Berikan penjelasan ulang
nutrisi anak terhadap materi yang belum
Contohnya yaitu nagasari, bubur dimengerti.
sumsum, kacang hijau, bukan makanan f. Motivasi keluarga untuk
MSG, buah, susu UHT. mengulang materi yang telah
dijelaskan.
g. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga.
3.8 Mendemonstrasikan Respon Perawat dan keluarga mengolah contoh a. Diskusikan bersama keluarga
pembuatan cemilan/ verbal, cemilan yang sederhana, yaitu membuat komponen-komponen zat gizi
selingan sehat yaitu afektif, dan puding tinggi karbohidrat tinggi protein yang harus ada dalam camilan
puding TKTP psikomotor. sehat, yaitu terutama zat energi
dan protein.
b. Demonstrasikan bersama
keluarga cara membuat camilan
yang sederhana; puding kaya
energi dan protein.
c. Motivasi keluarga untuk
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
melakukan redemonstrasi
pembuatan puding kaya energi
dan protein.
d. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga.
3.9 Menyusun jadwal Respon Anggota keluarga mampu menyusun a. Dorong keluarga untuk
makanan selingan/camilan verbal, jadwal makanan selingan/camilan sehat menceritakan bagaimana jadwal
sehat di sela jam makan afektif, di sela jam makan anak. pemberian makanan tambahan
anak. psikomotor yang disediakan keluarga bagi
balita.
f. Berikan informasi kepada
keluarga mengenai cara menyusun
jadwal menu makanan selingan di
sela jam makan anak.
g. Anjurkan keluarga untuk
menyusun jadwal makanan
selingan/camilan sehat di sela jam
makan anak.
h. Motivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali materi yang
telah disampaikan.
i. Berikan reinforcement positif
terhadap kemampuan yang dicapai
oleh keluarga.
4. Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
1x45 menit, keluarga
mampu memodifikasi
lingkungan untuk
merawat balitanya
dengan masalah gizi
kurang.
4.1 Menyebutkan cara Respon Anggota keluarga mampu menyebutkan a. Diskusikan bersama keluarga
penyajian makanan. verbal & 3 dari 4 cara menyajikan makanan, yaitu: bagaimana cara menyajikan
afektif a. Jenis makanan bervariasi setiap makanan.
harinya. b. Berikan pujian kepada keluarga
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
b. Mengkombinasikan jenis tentang pemahaman keluarga
makanan hewani dan nabati. yang benar.
c. Perhatikan jadwal menu c. Berikan informasi kepada
makanan. keluarga mengenai cara
d. Jumlah makanan sesuai dengan menyajikan makanan dengan
kebutuhan menggunakan media flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang
terhadap materi yang belum
dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dijelaskan.
g. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga.
4.2 Menyebutkan cara Respon Anggota keluarga mampu menyebutkan a. Diskusikan bersama keluarga
mengatasi anak yang tidak verbal & 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak bagaimana cara mengatasi anak
mau makan. afektif yang tidak bersedia makan, yaitu: yang tidak bersedia makan
a. Jangandipaksa tapi, ikuti b. Berikan pujian kepada keluarga
keinginan anak tentang pemahaman keluarga
misalnya, sambil yang benar.
bermain. c. Berikan informasi kepada
b. Beri makan sesuai selera keluarga mengenai cara
anak dan tidak mengatasi anak yang tidak
membosankan. bersedia makan dengan
c. Jangan memberi menggunakan media lembar
makanan yang manis balik.
sebelum makan. d. Berikan kesempatan kepada
d. Sajikan makanan dalam keluarga untuk bertanya tentang
bentuk menarik. materi yang disampaikan.
e. Berikan makanan dalam e. Berikan penjelasan ulang
porsi kecil tapi, sering. terhadap materi yang belum
dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
dijelaskan.
g. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga.
4.3 Memodifikasi Respon Anggota keluarga mampu menyebutkan e. Diskusikan bersama keluarga
lingkungan yang verbal & 3 dari 4 lingkungan yang mendukung tentang modifikasi lingkungan
mendukung untuk afektif untuk meningkatkan status gizi balita, untuk meningkatkan status gizi
meningkatkan status gizi yaitu: balita.
balita. a. Makan bersama anggota f. Berikan pujian kepada keluarga
keluarga yang lain. tentang pemahaman keluarga
b. Menggunakan alat makan yang benar.
yang menarik. g. Berikan informasi kepada
c. Makan sambil bercerita. keluarga mengenai modifikasi
d. Jenis makanan bervariasi lingkungan untuk meningkatkan
dan menarik. status gizi balita dengan
menggunakan media lembar
balik.
h. Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
mengenai materi yang dibahas
i. Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dibahas
j. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga.
5. Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
1x45 menit keluarga
mampu menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
meningkatkan gizi
balita.
5.1 Menyebutkan fasilitas Respon Keluarga dapat menyebutkan fasilitas a. Diskusikan bersama keluarga
pelayanan kesehatan yang verbal kesehatan yang dapat dikunjungi: mengenai fasilitas kesehatan
terdapat disekitar a. Posyandu. yang ada disekitar tempat
lingkungan tempat tinggal b. Puskesmas tinggal
terkait dengan c. Rumah sakit b. Motivasi keluarga untuk
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
peningkatan status gizi d. Klinik dokter mengulang fasilitas kesehatan
balita. yang dapat dikunjungi
c. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga
5.2 Menjelaskan manfaat Keluarga dapat menyebutkan manfaat a. Diskusikan bersama keluarga
mengunjungi fasilitas kunjungan: apa yang diketahui keluarga
pelayanan kesehatan a. Mendapatkan pemeriksaan mengenai manfaat mengunjungi
sesuai jadwal kesehatan anak. fasilitas pelayanan kesehatan
b. Mendapatkan penyuluhan atau b. Berikan pujian kepada keluarga
pendidikan kesehatan. tentang pemahaman keluarga
c. Memeriksa status gizi anak. mengenai manfaat tersebut
c. Berikan informasi kepada
keluarga mengenai manfaat
mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan dengan menggunakan
media lembar balik.
d. Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang
terhadap materi yang belum
dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga
5.3 Mengunjungi fasilitas Respon Keluarga rutin mengunjungi pelayanan a. Motivasi keluarga untuk
pelayanan kesehatan afektif kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan berkunjung ke fasilitas
anak dan status gizi anak. kesehatan.
b. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga untuk
menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan.
Risiko gangguan Setelah dilakukan
tumbuh pertemuan selama 3x45
kembang pada menit, diharapkan
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
An. M keluarga mampu:
1. Mengenal tahapan
tumbuh kembang anak
yang normal sesuai
usia
1.1 Menyebutkan definisi Respon Keluarga dapat menyebutkan definisi a. Diskusikan bersama keluarga
pertumbuhan dan Verbal pertumbuhan dan perkembangan: mengenai definisi pertumbuhan
perkembangan a. Pertumbuhan yaitu bertambahnya dan perkembangan anak.
ukuran fisik dan struktur tubuh b. Berikan pujian kepada keluarga
sebagian/keseluruhan. terhadap pemahaman yang
b. Perkembangan yaitu benar.
bertambahnya strukstur dan c. Berikan informasi kepada
fungsi tubuh yang lebih kompleks keluarga mengenai definisi
dalam kemampuan; gerak kasar, pertumbuhan dan
gerak halus, bicara dan bahasa, perkembangan, 5 aspek
dan sosialisasi dan kemandirian. perkembangan yang harus
dipantau, faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas tumbuh
kembang anak, dan tugas
pertumbuhan dan perkembangan
anak usia 4 bulan dengan
menggunakan media lembar
balik.
d. Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
terhadap materi yang kurang
dipahaminya.
e. Berikan penjelasan ulang
mengenai materi yang belum ia
pahami.
f. Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali materi yang
telah disampaikan.
g. Berikan reinforcement positive
atas usaha keluarga.
1.2 Menyebutkan kembali Respon Keluarga dapat menyebutkan kembali 2 a. Diskusikan bersama keluarga
aspek-aspek pertumbuhan Verbal dari 5 aspek pertumbuhan dan mengenai aspek pertumbuhan
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
& perkembangan yang perkembangan yang harus dipantau: dan perkembangan yang harus
harus dipantau. a. Tinggi badan dan berat badan. dipantau.
b. Gerak kasar/motorik kasar; b. Berikan pujian kepada keluarga
kemampuan anak melakukan terhadap pemahaman yang
pergerakan dan sikap tubuh yang benar.
melibatkan otot-otot besar. c. Berikan informasi kepada
c. Gerak halus/motorik halus; keluarga mengenai 5 aspek
kemampuan anak melakukan pertumbuhan & perkembangan
pergerakan yang melibatkan otot- yang harus dipantau
otot kecil dan koordinasi. d. Berikan kesempatan kepada
d. Kemampuan bicara dan bahasa; keluarga untuk bertanya
kemampuan memberikan respon terhadap materi yang kurang
terhadap suara, berbicara, dipahaminya.
berkomunikasi, mengikuti e. Berikan penjelasan ulang
perintah, dsb. mengenai materi yang belum ia
e. Sosialisasi dan kemandirian; pahami.
kemampuan mandiri anak, f. Motivasi keluarga untuk
bersosialisasi dan berinteraksi mengulang kembali materi yang
dengan lingkungannya. telah disampaikan.
g. Berikan reinforcement positive
atas usaha keluarga.
1.3 Menyebutkan faktor- Respon Keluarga dapat menyebutkan kembali 2 a. Diskusikan bersama keluarga
faktor yang Verbal faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi dan perkembangan anak: dapat mempengaruhi kualitas
pertumbuhan dan a. Keturunan. tumbuh kembang anak
perkembangan anak b. Umur. b. Berikan pujian kepada keluarga
c. Nutrisi. terhadap pemahaman yang
d. Hormon. benar.
e. Penyakit infeksi. c. Berikan informasi kepada
f. Lingkungan. keluarga mengenai faktor-faktor
g. Stimulasi dan rangsangan. yang dapat mempengaruhi
kualitas tumbuh kembang anak
d. Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
terhadap materi yang kurang
dipahaminya.
e. Berikan penjelasan ulang
mengenai materi yang belum ia
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
pahami.
f. Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali materi yang
telah disampaikan.
g. Berikan reinforcement positive
atas usaha keluarga.
1.4 Mengidentifikasi tugas Keluarga mampu mengidentifikasi tugas a. Diskusikan bersama keluarga
pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan anak mengenai tugas pertumbuhan
perkembangan anak usia usia 35 bulan: dan perkembangan anak usia 35
35 bulan a. Berjalan naik tangga sendiri. bulan
b. Berdiri satu kaki selama 2-6 b. Berikan pujian kepada keluarga
detik. terhadap pemahaman yang
c. Melompat dengan kedua kaki benar.
diangkat. c. Berikan informasi kepada
d. Dapat menunjuk satu atau lebih keluarga mengenai tugas
bagian tubuh. pertumbuhan dan perkembangan
e. Mampu melepas pakaiannya anak usia 35 bulan dengan
sendiri. menggunakan media lembar
f. Mendengarkan cerita. balik.
g. Makan nasi sendiri tanpa banyak d. Berikan kesempatan kepada
tumpah. keluarga untuk bertanya
h. Bermain bersama teman, terhadap materi yang kurang
mengikuti aturan permainan. dipahaminya.
e. Berikan penjelasan ulang
mengenai materi yang belum ia
pahami.
f. Identifikasi bersama keluarga
tugas pertumbuhan dan
perkembangan anak usia 35
bulan yang belum dicapai An. M
g. Berikan reinforcement positive
atas usaha keluarga.
2. Mengambil keputusan
yang tepat dalam
mengoptimalkan
tumbuh kembang anak
melalui:
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
2.1 Keluarga dapat Respon Keluarga dapat menyebutkan kembali 3 a. Diskusikan bersama keluarga
menyebutkan gangguan- verbal dari 5 gangguan tumbuh kembang yang tentang gangguan-gangguan
gangguan tumbuh sering terjadi: tumbuh kembang yang sering
kembang yang sering a. Gangguan bicara dan bahasa. terjadi/ditemukan.
ditemukan b. Retardasi mental. b. Berikan pujian kepada keluarga
c. Perawakan pendek. terhadap pemahaman yang
d. Gangguan autisme. benar.
e. Gagal tumbuh c. Berikan informasi kepada
keluarga mengenai gangguan-
gangguan tumbuh kembang yang
sering terjadi dengan
menggunakan media lembar
balik.
d. Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
terhadap materi yang kurang
dipahaminya.
e. Berikan penjelasan ulang
mengenai materi yang belum ia
pahami.
f. Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
disampaikan.
g. Berikan reinforcement positive
atas usaha keluarga.
2.2 Keluarga mengambil Respon Keluarga memutuskan untuk a. Bantu keluarga untuk mengenal
keputusan tepat untuk verbal dan mengoptimalkan tumbuh kembang dan menyadari adanya risiko
mengoptimalkan tumbuh afektif anaknya sesuai usia 35 bulan gangguan tumbuh kembang
kembang anaknya sesuai sesuai dengan materi yang telah
usia 35 bulan diberikan.
b. Bantu keluarga untuk
memutuskan mengoptimalkan
tumbuh kembang anaknya.
c. Berikan reinforcement positif
atas keputusan tepat yang telah
diambil keluarga.
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
3. Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama 4
x 45 menit, keluarga
mampu
merawat/mengoptima
lkan tumbuh
kembang anak
balitanya yang
berusia 35 bulan
Keluarga melatih Respon Keluarga dapat menyebutkan dan a. Diskusikan bersama keluarga
kemampuan bicara dan Verbal dan mendemonstrasikan stimulasi melatih mengenai cara stimulasi
bahasa pada An. M Psikomotor kemampuan bicara dan bahasa pada An. kemampuan bicara dan bahasa
M: pada anak usia 35 bulan dengan
a. Menyebut nama lengkap. menggunakan media lembar
b. Bercerita tentang diri anak. balik.
c. Menyebut nama berbagai jenis b. Demonstrasikan bersama
pakaian. keluarga mengenai cara
d. Menyatakan keadaan suatu benda. stimulasi kemampuan bicara dan
bahasa pada An. M.
c. Motivasi keluarga untuk
mendemonstrasikan kembali
cara stimulasi kemampuan
bicara dan bahasa pada An. M.
d. Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
terhadap materi yang kurang
dipahaminya.
e. Berikan penjelasan ulang
mengenai materi yang belum ia
pahami.
f. Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
disampaikan.
g. Berikan reinforcement positive
atas usaha keluarga.
Keluarga melatih Respon Keluarga dapat menyebutkan dan a. Diskusikan bersama keluarga
kemampuan gerak motorik Verbal dan mendemonstrasikan stimulasi melatih mengenai cara stimulasi melatih
kasar pada An. M Psikomotor kemampuan gerak motorik kasar pada kemampuan gerak motorik
An. M: kasar pada An. M dengan
a. Melanjutkan stimulasi memanjat, menggunakan media lembar
berlari, melompat, melatih balik.
keseimbangan badan dan b. Demonstrasikan bersama
bermain bola. keluarga mengenai cara
b. Melompat jauh dengan stimulasi melatih kemampuan
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
menggunakan kedua kakinya gerak motorik kasar pada An. M
bersamaan. c. Motivasi keluarga untuk
c. Keterampilan melempar dan mendemonstrasikan kembali
menangkap. cara stimulasi melatih
kemampuan gerak motorik kasar
pada An. M
d. Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya
terhadap materi yang kurang
dipahaminya.
e. Berikan penjelasan ulang
mengenai materi yang belum ia
pahami.
f. Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
disampaikan.
g. Berikan reinforcement positive
atas usaha keluarga.
4. Setelah dilakukan Respon Keluarga dapat menyebutkan dan a. Diskusikan bersama keluarga
intervensi verbal, mendemonstrasikan cara modifikasi cara memodifikasi lingkungan
keperawatan selama 1 afektif, dan lingkungan untuk mengoptimalkan yang dapat mengoptimalkan
x 45 menit keluarga psikomotor. tumbuh kembang anaknya. tumbuh kembang anak.
mampu melakukan a. Menyediakan makanan yang b. Berikan reinforcement positif
modifikasi lingkungan bergizi. atas pemahaman keluarga yang
yang dapat b. Mengoptimalkan kesehatan anak. sudah benar.
mengoptimalkan c. Menyediakan mainan yang aman c. Jelaskan pada keluarga cara
tumbuh kembang bagi anak yang sesuai usianya. memodifikasi lingkungan yang
anaknya. d. Menjaga lingkungan yang aman dapat mengoptimalkan tumbuh
bagi anaknya mengembangkan kembang anak melalui media
kreativitasnya. lembar balik.
e. Mematuhi jadwal stimulasi d. Motivasi keluarga untuk
tumbuh kembang yang telah memodifikasi lingkungan
dibuat bersama rumahnya untuk
mengoptimalkan tumbuh
kembang An.M.
e. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga.
5. Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama
1x45 menit keluarga
mampu menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
mengoptimalkan
tumbuh kembang
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
anaknya.
5.1 Menyebutkan fasilitas Respon Keluarga dapat menyebutkan fasilitas a. Diskusikan bersama keluarga
pelayanan kesehatan yang verbal kesehatan yang dapat dikunjungi: mengenai fasilitas kesehatan
terdapat disekitar a. Posyandu. yang ada disekitar tempat
lingkungan tempat tinggal b. Puskesmas tinggal
terkait dengan c. Rumah sakit b. Motivasi keluarga untuk
pengoptimalan tumbuh d. Klinik dokter mengulang fasilitas kesehatan
kembang anak. yang dapat dikunjungi
c. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga
5.2 Menjelaskan manfaat Keluarga dapat menyebutkan manfaat a. Diskusikan bersama keluarga
mengunjungi fasilitas kunjungan: apa yang diketahui keluarga
pelayanan kesehatan a. Mendapatkan pemeriksaan mengenai manfaat mengunjungi
sesuai jadwal kesehatan anak. fasilitas pelayanan kesehatan
b. Mendapatkan penyuluhan atau b. Berikan pujian kepada keluarga
pendidikan kesehatan. tentang pemahaman keluarga
c. Memeriksa status gizi anak. mengenai manfaat tersebut
d. Memantau tumbuh kembang c. Berikan informasi kepada
anak. keluarga mengenai manfaat
mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan dengan menggunakan
media lembar balik.
d. Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang
terhadap materi yang belum
dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif
atas usaha keluarga
5.3 Mengunjungi fasilitas Respon Keluarga rutin mengunjungi pelayanan a. Motivasi keluarga untuk
pelayanan kesehatan afektif kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan berkunjung ke fasilitas
anak dan tumbuh kembang anak. kesehatan.
b. Berikan reinforcement positif
Asuhan keperawatan..., Wiji Saraswati, FIK UI, 2013
atas usaha keluarga untuk
menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
sudah dijelaskan. gizi kurang, faktor penyebab, dan tanda dan gejala
6. Memberikan reinforcement pada keluarga gizi kurang serta akibat dari gizi kurang
atas pemahaman yang tepat dan atas usaha 2. Keluarga tampak mampu mengulang melakukan
keluarga. redemonstrasi pemilihan bahan makanan dan
mengulang materi yang sudah dijelaskan.
A:
Keluarga mampu mengulang melakukan redemonstrasi
pemilihan bahan makanan dan mengulang materi yang
sudah dijelaskan, sehingga dapat dikatakan tujuan
berhasil dicapai.
P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada.
29 Mei 2 1. Mendiskusikan bersama keluarga tentang S:
2013 tumbuh kembang anak. 1. Nenek L mengatakan pertumbuhan itu
2. Memberikan reinforcement positif pada bertambahnya ukuran fisik, sedangkan
keluarga atas pemahaman yang sudah perkembangan bertambahnya kemampuan anak.
benar. 2. Ibu Rs mengatakan untuk memantau tumbuh
3. Menjelaskan pada keluarga tentang kembang anaknya bisa melalui penimbangan
pengertian pertumbuhan dan berat badan dan pengukuran tinggi badan setiap
perkembangan, aspek tumbang yang harus bulan di posyandu.
dipantau, faktor-faktor yang dapat 3. Nenek L mengatakan faktor makanan dan
mempengaruhi pertumbuhan dan penyakit bisa mempengaruhi tumbuh kembang
perkembangan anak, dan mengidentifikasi anak.
tugas pertumbuhan dan perkembangan 4. Nenek L mengatakan An. M sudah sesuai tumbuh
anak berusia 35 bulan. kembangnya dengan usianya, namun ia belum
4. Mendiskusikan bersama keluarga tentang bisa makan sendiri dan kadang harus dibantu
gangguan tumbuh kembang yang sering melepas pakaiannya.
terjadi. 5. Nenek L mengatakan cucunya memang agak
5. Memotivasi keluarga untuk mengambil pendek tapi ia tidak tahu jika hal tersebut bisa
keputusan yang tepat untuk disebabkan oleh nutrisi yang kurang.
2. Mendemonstrasikan bersama keluarga cara sehat yaitu untuk mengatasi masalah gizi pada
membuat camilan sehat; puding ekonomis balita.
tinggi energi dan protein. O:
3. Memotivasi keluarga untuk melakukan 1. Keluarga tampak mampu menyebutkan kembali
redemonstrasi ulang. manfaat makanan selingan.
4. Memberikan reinforcement positif atas 2. Keluarga tampak mampu melakukan
usaha keluarga dan atas pemahaman redemonstrasi pembuatan makanan selingan
keluarga yang sudah benar. sehat; puding kaya energi dan protein.
A: Keluarga sudah mampu mengulang melakukan
redemonstrasi cara pembuatan makanan selingan kaya
energi dan protein dengan harga ekonomis sehingga
dapat dikatakan tujuan berhasil dicapai.
P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada.
8 Juni 2013 2 1. Mengevaluasi pemahaman keluarga S:
tentang tumbuh kembang anak. 1. Ibu Rs mengatakan salah satu faktor yang dapat
2. Memberikan reinforcement positif atas mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah
usaha keluarga. nutrisi anak harus sesuai usianya.
3. Memberikan penjelasan ulang atas materi 2. Ibu Rs mengatakan salah satu cara melatih
yang kurang dipahami atau yang kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada
terlupakan oleh keluarga. anak melalui melatih anaknya berpakaian sendiri.
4. Menjelaskan pada keluarga cara O:
melakukan stimulasi kemampuan 1. Ibu Rs tampak masih harus dibantu dalam
bersosialisasi dan kemandirian untuk anak mengingat materi tumbuh kembang yang pernah
usia 35 bulan. diberikan sebelumnya.
5. Mendemonstrasikan stimulasi kemampuan 2. Ibu Rs tampak melakukan stimulasi melatih
bersosialisasi dan kemandirian pada An. M kemampuan bicara dan bahasa yang pernah
dan memotivasi keluarga untuk melakukan diajarkan sebelumnya.
redemonstrasi ulang. 3. Ibu Rs mampu mengulang kembali stimulasi
2013 manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan 1. Ibu. Rs mengatakan salah satu manfaat
dan fasilitas-fasilitas kesehatan mana saja mengunjungi fasilitas kesehatan yaitu untuk
yang dekat dan mudah di akses keluarga. memantau status gizi anak, memantau tumbuh
2. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan kembang anak, dan untuk berobat.
salah satu fasilitas kesehatan untuk 2. Nenek L mengatakan bahwa ia yang akan
memantau berat badan dan masalah gizi mengantar An. M untuk kontrol ke Posyandu
An. M. sekarang ini.
3. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan 3. Ibu Rs mengatakan bahwa ia akan berhenti kerja
kembali apa yang sudah disampaikan sementara waktu untuk konsentrasi mengurus An.
perawat. M.
4. Memberikan reinforcement positif atas O:
usaha keluarga dan atas pemahaman Keluarga mampu menyebutkan kembali manfaat
keluarga yang sudah benar mengunjungi fasilitas kesehatan dan memutuskan
untuk memanfaatkan posyandu untuk memantau berat
badan dan tumbuh kembang An. M.
A: Keluarga sudah mampu menyebutkan kembali
manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan dan
memutuskan untuk memanfaatkan posyandu untuk
memantau berat badan An. M sehingga dapat dikatakan
tujuan berhasil dicapai.
P: Lanjutkan rencana keperawatan yang sudah ada.
Kemandirian III.
A: Status gizi An. M saat ini berada pada kategori gizi
baik atau normal dan tak terdapat gangguan tumbuh
kembang pada An.M, keluarga Bpk. R juga sudah
mampu melakukan perawatan sederhana untuk
mencegah anaknya kembali dalam masalah gizi.
Tingkat Kemandirian keluarga berada pada
kemandirian III. Masalah nutrisi kurang pada balita
di keluarga bpk. R sudah teratasi.
P:
1. Lakukan terminasi program.
2. Motivasi keluarga untuk terus mematuhi program
yang telah dibuat bersama.
3. Pendampingan kader.