SKRIPSI
SKRIPSI
Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung tersusunnya skripsi ini, tanpa doa dan dukungan mereka skripsi ini
tidak akan terselesaikan dengan baik. Beribu terima kasih saya ucapkan kepada:
1. Siti Chodidjah, S.Kp., M.N selaku pembimbing skripsi yang selalu
mengobarkan panas dan semangat dalam diri untuk terus melakukan yang
terbaik. Tak pernah lelah untuk memberikan arahan dan saran terbaik selama
proses penyelesaian skripsi ini.
2. Ns. Widyatuti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom selaku pembimbing akademik yang
selalu memberi semangat dan motivasi untuk selalu lebih baik.
3. Elfi Syahreni, Ns., Sp. Kep. An dan Happy Hayati, Ns., Sp. Kep. An selaku
penguji dalam sidang yang mau meluangkan waktunya untu memberikan
saran dan motivasi terkait penelitian yang akan saya lakukan.
4. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M. App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan
5. Kuntarti, S.Kp., M.Biomed selaku koordinator mata ajar Skripsi.
6. Ns Nurlaila, S.Kep. selaku pembimbing penelitian di Rumah Sakit Anak dan
Bunda Harapan Kita Jakarta dan juga kepala ruangan Ruang Widuri Bedah
anak beserta direksi Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta yang
sudah mengijinkan saya untuk melakukan penelitian.
7. Keluarga tercinta yang jauh di sana (Babah, Mamah, Kakak, dan Keponakan
tercinta) yang walaupun jauh namun doa dan dukungannya terasa dekat di hati
untuk terus menyemangati
8. Serta teman-teman Pejuang Ekstensi Ruar Biasa 2013 (PETIR 2013) yang
selalu bersemangat dan kompak untuk sukses bersama dalam suka dan duka,
“Masuk Bersama, Keluar Bersama” Salam Responsif !!!.
ii
Besar harapan saya skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia
keperawatan.
Penulis
iii
DAFTAR PUSTAKA
Usia dua tahun pertumbuhan dan perkembangan anak membutuhkan gizi cukup
yang dipengaruhi oleh faktor internal berupa genetik dan faktor eksternal berupa
asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari (Ministry of Health, 2008).
Berdasarkan data WHO 2011, prevalensi anak gizi kurang di Indonesia mencapai
54% (WHO,2011). Menurut data Riskesdas tahun 2013 prevalensi status gizi
kurang pada balita mengalami peningkatan menjadi 19,6%, yang awalnya sudah
menunjukkan penurunan pada tahun 2007 18,4% dan pada tahun 2010 17,9%
(Riskesdas, 2013).
Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah praktik pemberian makan pada
anak yang tidak tepat (Depkes, 2010). Berdasarkan data WHO 2010, 1,5 juta anak
meninggal karena pemberian makanan yang tidak tepat dan 90% diantaranya
terjadi di negara berkembang (WHO, 2010).
Pemberian makanana pendamping ASI yang tepat waktu dan berkualitas juga
dapat menurunkan dan menekan angka kematian balita sebesar 6% (Jones et al,
dalam Irawati 2004). Salah satu bentuk tanggung jawab dan kasih sayang orang
tua kepada bayinya adalah memberi perhatian dan perawatan yang baik,
diantaranya adalah memberi asupan gizi yang cukup sesuai degan usia dan
Dalam Supriyati (2009), menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi, balita
dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP ASI yang tidak tepat.
Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyedian pangan tetapi
dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan ibu. Dalam penelitian Islam et al. (2013), menemukan adanya
hubungan positif yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan nutrisi
pada anak. Hubungan positif tersebut ada karena tingkat pendidikan ibu sangat
terkait dengan perawatan anak yang baik dan kesehatan yang baik. Bila
dibandingkan antara wanita dengan pendidikan tinggi daripada wanita dengan
pendidikan rendah mungkin dapat membantu dalam peningkatan pendapatan
keluarga mereka, dengan membantu keluarga untuk memberikan kualitas
makanan yang lebih baik kepada anak–anak mereka. Selain itu, tingkat
pendidikan ibu yang baik dapat memanfaat segala keterbatasan sumber daya yang
ada di rumah tangga dan fasilitas kesehatan yang tersedia, pembatasan dalam
keluarga, mempertahankan dengan baik perilaku hidup sehat dan perawatan
kesehatan bagi anak – anak mereka.
Pada tahun 1997 Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO),
United Nations Children’s Fund (UNICEF), dan IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) bekerja sama mengadapatasi suatu manajemen terpadu bagi balita sakit
yang salah satunya penanggulangan gizi kurang pada balita (Depkes, 2007).
Terdapat 3 komponen pada penerapan manajemen ini yang diantaranya
memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit
Berbasis Masyarakat) (komponen III). Dalam manajemen terpadu ini berisi
diantaranya tentang pemberian nutrisi sesuai usia pada balita sakit dan
pendidikan pada orang tua tentang cara pemberian makan pada anak sesuai usia
pada balita sakit.
Pada manajemen ini, orang tua atau ibu yang memiliki anak yang sakit di ajak dan
di ajarkan bagaimana cara pemberian nutrisi yang baik agar anak yang sakit dapat
kembali sehat dengan nutrisi yang baik sesuai dengan salah satu strategi pada
Nutrisi yang baik akan diserap dengan baik oleh tubuh apabila sistem
pencernaannya baik. Namun kita ketahui bahwa setelah bayi lahir sistem
pencernaannya belum matur dan sangat rentan terjadinya infeksi dan masalah
pencernaan lainnya. Selain itu, terdapat pula penyebab lain yang mengakibatkan
adanya masalah pencernaan lainnya yaitu kelainan kongenital seperti penyakit
Hirschsprung (Hirschsprung Desease atau Megacolon Aganglionik Congenital)
dan Malformasi Anorektal (Wong, 2010).
Penelitian yang berkaitan dengan gambaran praktik pemberian makan dan status
gizi pada anak yang mengalami penyakit Hisrhchcprung atau Malformasi
Anorectal sampai saat ini belum ditemukan oleh peneliti baik. Namun peneliti
mendapatkan penelitian yang dilakukan oleh Wandini (2012) dimana penlitian ini
melakukan penelitian tentang praktik pemberian makan kepada anak-anak di panti
asuhan di Jakarta dimana hasil dari penelitian tersebut mendapati gizi anak-anak
usia 0-59 bulan di panti tersebut dalam keadaan baik. Dari 144 responden yang
diteliti terdapat 4% yang mengalami gizi rendah dan stunting (dengan berat badan
rendah) dan 7% mengalami wasting.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Etiologi
2.1.2. Patofisiologi
Istilah Megakolon Aganglionik kongenital menunjukkan defek primer yang
berupa tidak adanya sel-sel ganglion pada satu segmen kolon atau lebih. Segmen
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dapat dikerjakan pada prosedur tersebut
meliputi prosedur Swenson, Duhamel, Boley, serta Soave.
2.2.1. Etiologi
Penyebab kelainan ini belum diketahui secara pasti. Dalam beberapa kasus,
malformasi anorectal kemungkinan disebabkab oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan (seperti penggunaan obat-obatan dan konsumsi alkohol selama
kehamilan) namun hal ini masih belum jela (Bobak, 2005).
2.2.2. Patofisiologi
Embriogenesis malformasi ini tidak jelas. Rectum dan anus berkembang dari
bagian dorsal usus atau ruang kloaka ketika mesenchym bertumbuh ke dalam
membentuk septum anorectum pada midline. Septum ini memisahkan rectum dan
canalis anus secara dorsal dari vesica urinaria dan uretra. Duktus kloaka adalah
Selama itu, bagian ventro urogenital berhubungan dengan dunia luar, membran
analis dorsalis terbuka kemudian. Anus berkembang dengan pernyatuan
tuberculum analis dan invaginasi external, diketahui sebagai proctodeum yang
mengarah ke rectum tetapi terpisah oleh membran anal. Membran pemisah ini
akan terpisahkan pada usia 8 minggu kehamilan.
Anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang adekuat dapat mengalami
kekurangan gizi. Masalah kurang gizi pada anak dapat dilihat dari tinggi badan
yang tidak sesuai dengan usia (stunted), berat badan yang tidak sesuai dengan usia
(wasted), dan tinggi badan yang tidak sesuai dengan berat badan (undernutrition).
Stundted merupakan indikator terpaparnya anak pada kondisi kurang gizi secara
kronik. Sementara wasted merupakan indikator dari kondisi gizi kurang. Stundted
dan wasted merupakan jenis undernutrition.
Sebagian besar balita dengan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang
beragam. Pola makan yang kurang beragam memiliki arti bahwa balita
tersebut mengkonsumsi hidangan dengan komposisi yang tidak memenuhi gizi
seimbang. Berdasarkan keseragaman susunan hidangan pangan, pola makanan
yang meliputi gizi seimbang adalah jika mengandung unsure zat tenaga yaitu
makanan pokok, zat pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan
zat pengatur yaitu sayur dan buah (Soekirman, 2000).
Bekerja bagi ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu yang
bekerja mempunyai batasan yaitu ibu yang melakukan aktivitas ekonomi yang
mencari penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan
secara regular di luar rumah yang kan berpengaruh terhadap waktu yang
dimiliki oleh ibu untuk memberikan pelayanan terhadap anaknya. Pekerjaan
tetap ibu yang mengharuskan ibu meninggalkan anaknya dari pagai sampai
d. Pendidikan Ibu
Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan
dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan
dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting
dalam masalah kurang gizi. Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya
kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Adanya pendidikan yang rendah
tersebut menyebabkan seseorang kurang mempunyai ketrampilan tertentu
yang diperlukan dalam kehidupan. Rendahnya pendidikan dapat
mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya
mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita (Depkes RI, 2004).
Berkaitan dengan pengetahuan tentang ASI dan gizi seimbang, semakin baik
pengetahuan ibu semakin baik pula tingkat ketahanan pangan keluarga dalam
hal praktik pemberian ASI dan makanan kepada bayi serta pola pengasuhan
anak (CORE, 2004)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga dapat disebabkan oleh bayi lahir
kecil untuk masa kehamilan yaitu bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan saat berada di dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh
keadaan ibu atau gizi ibu yang kurang baik. Kondisi bayi lahir kecil ini sangat
tergantung pada usia kehamilan saat dilahirkan. Peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonates, bayi, dan anak merupakan faktor utama
yang disebabkan BBLR (PONED, 2008). Gizi buruk dapat terjadi apabila
BBlr jangka panjang. Pada BBLR zat anti kekebalam kurang sempurna
sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini
menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan makanan yang
masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk
(Kosim, 2008).
h. ASI
Asi adalah makanan ideal untuk pertumbuhan dan pembangunan kesehatan
bayi dana anak-anak dan memproteksi dari infeksi dan konsekuensinya.
Sejak tahun 1999 badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi
diberikan ASI Eksklusif hingga 6 bulan pertama kehidupannya untuk
mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal.
Pemberian ASI dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun yang
disertai dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (WHO, 2004).
Menurut Roesli (2008) rekomendasi ini terkait bukan hanya karena ASI
mengandung zat proteksi bagi tubuh bayi, tetapi juga karena ASI masih
memenuhi 70% kalori untuk bayi 6-8 bulan, 55% untuk bayi 9-11 bulan dan
40% untuk 12-23 bulan. Keadaan ini secara bermakna memenuhi kebutuhan
makanan bayi sampai usia dua tahun. Dengan kata lain, pemberian ASI
membantu mengurangi angka kejadian kekurangan gizi dan berhentinya
pertumbuhan yang umumnya terjadi pada usia ini.
Dalam bab ini dijelaskan cara penilaian status gizi anak dengan menggunakan
“Standar Antopometri WHO 2005” sesuai dengan surat keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2005. Dimana
bahwa untuk menilai status gizi anak diperlukan standar antopometri yang
mengacu pada Standar World Health Organization (WHO) (Kemenkes RI, 2011).
Apabila nilai SD atau Z-Score berada antara -2SD sampai +2SD maka anak
dikategorikan memiliki gizi yang baik atau normal. Bila nilai SD atau Z-Score
berada antara <-2SD maka anak dikategorikan memiliki gizi kurang atau kurus.
Dan apabila nilai SD atau Z-Score berada antara >+2SD maka anak dikategorikan
gizi lebi atau gemuk.
MTBS sudah ada sejak tahn 1996 yang merupakan kerjasama anatara
Kementerian Kesehatan RI dan World Health Organization (WHO), yang
kemudian diadaptasi kembali pada tahun 1997 bersama UNICEF, dan IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia) (Depkes, 2008). Tujuan MTBS adalah untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan, kecacatan, serta meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak dibawah usia 5 tahun (Depkes RI, 2008).
MTBS merupakan suatu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara
terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep
pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita
di negara-negara berkembang (Depkes, 2008).
MTBS, selain berfokus pada kesehatan pada balita juga terdapat konseling bagi
ibu yang merupakan upaya preventif dari MTBS untuk menjaga kesehatan balita
Anjuran ini terdiri dari 5 kelompok umur, yaitu anak bayi baru lahir sampai 6
bulan ibu hanya memberikan ASI sesuai keinginan anak paling sedikit 8 kali
sehari pagi, siang dan malam dan jangan memberikan makanan dan minuman lain
selain ASI.
Anak usia 6 sampai 9 bulan, anak masih diberikan ASI dan sudah mulai diberikan
makanan pendamping ASI (MP ASI) seperti bubur susu, pisang dan pepaya yang
dilumat dan air jeruk dair air tomat yang disaring. MP ASI diberikan 2 kali sehari.
Dan secara bertahap sesuai pertambahan umur (6 sampai 8 bulan di berikan 2-3
kali 6 sendok makan) berikan bubur tim ditambah kuning telur/ ayam/ ikan/
tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/ minyak.
Anak usia 9 sampai 12 bulan tetap diberikan ASI dan pada usia ini sudaha mulai
dikenalkan pada makanan keluarga secara dimulai dari bubur nasi, nasi tim,
sampai makanan keluarga. Tambahakan telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging
sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/ minyak. Makanan diberikan sesuai
tahap pertambahan umur yaitu 9 sampai 11 bulan 9-10 sendok makan. Dan tetap
berikan makanan selingan 2 kali sehari seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit,
naga sari diantara waktu makan.
Anak usia 12 sampai 2 tahun tetap memberikan ASI. Beri makan makanan
keluaraga 3 kali sehari dengan porsi ½ porsi makanan orang dewasa. Beri
Anak usia 2 tahun atau lebih. Pada usia ini ibu sudah tidak memberikan ASI.
Berikan makanan yang biasa dimakan keluarga 3 kali sehari, yang terdiri dari
nasi, lauk pauk, sayur, dan buah. Berikan makanan yang bergizi sebagai selingan
2x sehari seperti bubur kacang hijau, biskuit, nagasari, diantara waktu makan
makanan pokok.
Penyakit Hirschsprung
atau Malformasi Anorectal
Gizi kurang:
Stunted
Wasted Status Nutrisi
Undernutrition
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Anak:
1. Usia
2. Jenis kelamin.
3. Berat badan lahir.
4. Lama mendapat ASI.
Praktik pemberian makan:
Sesuai
Tidak Sesuai
Karakteristik Orang Tua:
1. Usia. Status nutrisi Anak:
2. IMT ibu. Sangat Kurus
3. Status pekerjaan. Kurus
4. Tingkat pendidikan Normal
ibu.
5. Jumlah anak.
6. Jumlah anggota
keluarga.
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Indenpent
Keterangan:
n= Z2 x P x Q
2
Z2= derivate baku
d
alfa (1,96)
n= (1,96)2 x (0,5) x (0,5)
P= Proporsi kategori
2
(15%) variabel yang diteliti
n= 43 responden Q= 1-P
d= presisi (15%)
Hasil minimal sampel yang didapatkan adalah 43 sampel atau responden.
N=N
1-f
Keterangan:
N: Besar sampel yang dihitung
f: Perkiraan proporsi drop out (10%)
N = 43
1-0,1
` N= 48 responden
Sehingga besar sampel yang dapat di ambil untuk melakukan penelitian ini adalah
48 responden
Privacy
Menjaga kerahasiaan dan informasi yang diperoleh selama penelitian. Informasi
yang diperoleh dari responden hanya untuk kepentingan penelitian. Peneliti
menjelaskan kepada responden bahwa semua data yang diperoleh selama
penelitian ini dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Anonimity
Pengolahan dan penyajian data dalam kegiatan penelitian tidak menggunakan
nama responden, tetapi penelitian ini hanya menggunakan nomor responden.
Nomor responden ini digunakan untuk menjaga kerahasiaan responden dan
mencegah kekeliruan peneliti dalam memasukkan data.
Alat ukur timbang berat badan dan tinggi badan digunakan untuk mengukur berat
badan dan tinggi badan. Yang sebelumnya telah dikalibrasi untuk menghindari
hasil yang tidak valid..
Tabel MTBS dan tabel atau diagram Z-Score digunakan sebagai acuan untuk
mengidentifikasi status nutrisi anak.
Pada penelitian ini peneliti hanya melakukan uji validitas content (isi) (theory-
related validity). Uji validitas ini dilakukan dengan melakukan konsultasi dengan
pembimbing dan pemahaman peneliti
Coding merupakan suatu kegiatan dalam mengubah suatu data yang tadinya
dalam huruf ke dalam bentuk kode. Peneliti melakukan pengkodean data sesuai
dengan kode yang telah ditetapkan oleh peneliti dan dilakukan dengan cermat,
karena kesalahan pengkodean dapat menghasilkan interpretasi yang keliru. Data
karakteristik responden dikode dengan 1 dan 2 dan data praktik pemberian makan
dikode dengan 1-5.
Pada penelitian ini jenis data yang disajikan adalah data yang bersifat kategorik
dan disajikan daam bentuk persentase (%)
5.1.Pelaksanaan Penelitian
Proses pengambilan data penelitian gambaran praktik pemberian makan dengan
status gizi pada anak yang mengalami penyakit Hirschsprung atau Malformasi
Anorectal dilakukan pada tanggal 22 Mei 2015 sampai dengan 23 Juni 2015.
Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden
yaitu anak yang terdiagnosa penyakit Hirschsprung (Morbus
Hirschsprung/Hirschsprung Desease) atau Malformasi Anorectal beserta ibunya
yang berada di Ruang Rawat Widuri (Ruang Bedah Anak), Ruang Rawat Seruni
(Ruang Perinatologi) dan Rawat Jalan Bedah Anak Rumah Sakit Anak dan Bunda
Harapan Kita Jakarta (RSAB Harapan Kita Jakarta). Kuesioner yang berhasil
dikumpulkan sebanyak 48 kuesioner.
5.2.Penyajian Data
Hasil penelitian dipaparkan menjadi tiga bagian, yaitu bagian pertama mengenai
karakteristik responden dan bagian kedua mengenai riwayat penyakit anak dan
bagian ketiga praktik keperawatan: pemberian makan pada anak.
Pendidikan
SD 4 8.3
SMP 4 8.3
SMA 26 54.2
D3/S1 11 22.9
S2/S3 3 6.3
Berdasarkan usia Ibu, semua rerponden berada pada tahap usia dewasa muda (20 -
- 40 tahun) Berdasarkan tingkat pendidikan, responden terbanyak berada pada
tingkat pendidikan SMA (54,2%) dan yang paling sedikit berada pada tingkat SD
dan SMP (8,3%).
Pemasukan/penghasilan
Tidak sesuai UMR 4 8.3
Sesuai UMR 44 91.7
Berdasarkan kondisi perawatan anak saat ini, hampir seluruh responden memiliki
status gizi yang baik. Baik pada responden dengan diagnosa penyakit
Hirschsprung (62,5%) dan pada diagnosa Malformasi Anorectal (78,3%) dan
sesudah tindakan pembedahan.
Pada usia 9 - 12 bulan, teruskan pemberian ASI, berikan MP ASI yang lebih padat
dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim, atau nasi lembik. Tambahkan kuning telur/
ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/
minyak. Setiap hari (pagi, siang, sore): 9 bulan: 3 x 9 sdm peras, 10 bulan: 3 x 10
Pada usia 12 - 24 bulan, teruskan pemberian ASI, berikan makanan keluarga secar
bertahap sesuai dengan kemampuan anak, berikan 3 x sehari sebanyak 1/3 porsi
makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah. Berikan makanan
selingan 2 x sehari diantara waktu makan (buah, biskuit, kue).
Pada usia 24 bulan atau lebih, berikan makanan keluarga 3 x sehari sebanyak 1/3
– ½ porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah. Berikan
makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan.
Tabel 5.9 Distribusi Berdasarkan Praktik Pemberian Makan Dan Status Gizi
di Rumah Sakit Anak Bunda Harapan Kita Jakarta pada Tanggal 22 Mei -
23 Juni 2015 (n= 48)
Karakteristik Status Gizi
Praktik Pemberian Makan n (%) n (%)
Baik 19(76)
Sesuai 25(52,1) Kurang 2(8)
Sangat Kurang 0(0)
Lebih 4(16)
Baik 14(61)
Tidak Sesuai 23(47,9) Kurang 3(13)
Sangat Kurang 3(13)
Lebih 3(13)
Menurut teori tahap perkembangan Erikson usia dewasa muda (20-40 tahun)
mempunyai peran baru di tempat kerja, rumah dan masyarakat serta
mengembangkan minat, nilai – nilai dan sikap terkait dengan peran tersebut. Pada
tahap dewasa muda orang akan mempunyai tingkat kematangan dan kemampuan
yang lebih dalam berpikir dan bekerja (Kozier, 2010). Semakin bertambahnya
usia, seseorang akan semakin berkembang daya tangkap dn pola pikir seseorang
sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik (Notoatmojo, 2007).
Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan umur ibu sebagai faktor
pendukung dalam mencapai status gizi yang baik dalam praktik pemberian
makan. Hal ini bisa dijelaskan bahwa ibu dengan kelompok usia di atas 30 tahun
mempunyai persepsi lebih baik dalam menyerap informasi baik dari media
maupun dari petugas kesehatan sehingga mereka lebih mudah mengikuti anjuran
yang diberikan petugas kesehatan dalam praktik pemberian makan kepada
anaknya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yanti (2008), kelompok usia
terbanyak berada pada usia di atas 30 tahun (50,2%). Dari hasil uji statatistik
penelitian ini tidak ada hubungan bermakna antara usia ibu dengan praktik
b. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan dalam penelitian ini, mayoritas responden
memiliki tingkat pendidikan SMA (54,2%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Yanti (2008) tingkat pendidikan terbanyak berada pada tingkat
pendidikan SMA (42,6%). Pada penelitian yang dilakukan oleh Jesmin et a.l
(2010) yang dilakukan di Kota Dhaka Bangladesh menunjukkan tingkat
pendidikan yang terbanyak berada pada tingkat tertiary education (below
graduation) setara SMA sebanyak (53%).
Pendidikan adalah usaha yang terencana dan sadar untuk mewujudkan suasana
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
diri dan keterampilan yang diperlukan oleh diri sendiri, masyarakat, bangsa dan
negara. Tingkat pendidikan terutama pendidikan ibu dapat mempengaruhi derajat
kesehatan karena pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan anak.
Tingkat pendidikan yang tinggi membuat seseorang mudah untuk menyerap
informasi dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari (Depkes RI, 2004).
Tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan status gizi balita karena pendidikan
yang meningkat kemungkinan akan meningkatkan pendapatan dan dapat
meningkatkan daya beli makanan. Pendidikan diperlukan untuk meperoleh
informasi yang dapat meningkatkan status gizi.
Dalam penelitian Islam et al. (2013), menemukan adanya hubungan positif yang
signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan nutrisi pada anak. Hubungan
seperti itu ada karena tingkat pendidikan ibu sangat terkait dengan perawatan anak
yang baik dan kesehatan yang baik. Bila dibandingkan antara wanita dengan
pendidikan tinggi daripada wanita dengan pendidikan rendah kemungkinan dapat
membantu dalam meningkatan pendapatan keluarga mereka, dengan membantu
keluarga untuk memberikan kualitas makanan yang lebih baik kepada anak – anak
mereka. Selain itu, tingkat pendidikan ibu yang baik dapat memanfaat segala
Dalam penelitian ini walaupun responden terbanyak berada pada tingkat SMA
namun dapat menyerap informasi sehingga dapat menciptakan status gizi anak
yang baik. Walaupun pada umumnya semakin tinggi upaya pendidikan semakin
mudan ibu memberi respon terhadap informasi yang di dapatkan.
c. Pemasukan/Penghasilan
Berdasararkan pemasukan/penghasilan menunjukkan sebanyak 91,7% responden
memiliki pemasukan/penghasilan diatas UMR. Sosial ekonomi merupakan suatu
konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi keluarga dilihat dari variabel
tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi keluarga akan berdampak dengan
rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu, rendahnya kualitas dan
kuantitas konsumsi pangan merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi
pada anak balita. Keadaan ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah
kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk
mengatasi berbagai masalah tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Desi (2008), responden terbanyak
memiliki pendapatan yang tinggi (69,6%). Hasil penelitian ini pun sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jesmin et al. (2010) yang dilakukan di Kota Dhaka
Bangladesh, dimana responden memiliki pemasukan/penghasilan yang didapatkan
berada di atas tarif ekonomi rata – rata di negara tersebut (43,2%). Menurut
penelitian Desi (2008), didapatkan tidak ada hubungan bermakna antara
pendapatan dengan praktik pemberian makan (p=0,465). Ada kecenderungan
responden dengan pendapatan tinggi lebih banyak melakukan praktik pemberian
makan kurang baik (44,4%) dibandingkan responden dengan pendapatan rendah.
Dalam penelitan Wong, Moy dan Nair (2014) menyatakan bahwa mayoritas ibu
rumah tangga dengan anak malnutrisi tidak memiliki kekayaan pribadi. Walaupun
d. Status Pekerjaan
Berdasarkan status pekerjaan, hasil penelitian ini menunjukkan hampir sebagian
besar responden adalah seorang ibu rumah tangga (tidak bekerja) (68,8%). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Desi (2008), responden terbanyak adalah
tidak bekerja (95,2%). Penelitian ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Jesmin et al. (2010) yang dilakukan di Kota Dhaka Bangladesh, responden
terbanyak adalah ibu rumah tangga/tidak bekerja (82%).
f. Jumlah Anak
Berdasarkan jumlah anak yang dimiliki, hasil penelitian ini menunjukkan
responden terbanyak memiliki anak < 2 anak (39,6%) Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Wong, Moy, dan Nair (2014), responden terbanyak
memiliki anak < 3 orang (67,9%).Menurut Hien (2008), umummnya keluarga
dengan anak yang banyak mengalami ketegangan dalam ekonomi untuk
mengonsusmi makanan dan karenanya dapat menyebabkan kemungkinan
terjadinya gizi buruk. Ketidakefektifan dalam pembagian di rumah tangga
diantaranya mungkin menjadi pencetus terjadinya status nutrisi menurun.
Terutama pada keluarga miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi pada
anak. Keluarga dengan banyak anak memiliki waktu yang sedikit untuk merawat
anak – anak mereka. Karena pengaruh negatif dari tingginya angka kelahiran
dengan status nutrisi anak, pertambahan jarak kelahiran menjadi penting sebagai
strategi untuk memperbaiki status nutrisi pada anak.
Hasil penelitian ini sejalan penelitian Rahman et.al (2010), responden terbanyak
dengan penyakit Hirschsprung berada pada usia 1 – 3 tahun (38,46%). Akan
tetapi, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Corputty (2015),
responden terbanyak dengan penyakit Hirschsprung berada pada usia 0 – 1 bulan
(38,46%).
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian ini jenis kelamin terbanyak adalah
laki-laki yaitu (81,8%). Baik pada responden dengan diagnosa penyakit
Hirschsprung atau Malformasi Anorectal jenis kelamin responden terbanyak
adalah laki-laki yaitu (84%) dan (82,6%).
Secara umum, Malformasi Anorectal lebih banyak ditemukan pada anak laki –
laki daripada anak perempuan. Fistula rektouretra merupakan kelainan yang
paling banyak ditemui pada bayi laki – laki, diikuti oleh fistula perineal.
Sedangkan pada bayi perempuan, jenis Malformasi Anorectal yang paling banyak
ditemui adalah anus imperforata diikuti fistula rektovestibular dan fistula perineal
(Oldham, 2005). Hasil penelitian ini pun sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Grano et.al (2013), responden terbanyak yang terdiagnosa Malformasi
Anorectal adalah laki – laki (62,1%)
Sampai saat ini peneliti belum mendapatkan hasil penelitian maupun artikel atau
jurnal yang membahas tentang penjelasan kecenderungan anak dengan jenis
kelamin laki – laki lebih banyak terkena penyakit Hirschsprung atau Malformasi
Anorectal.
Sejak tahun 1999 badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi
diberikan ASI Eksklusif hingga 6 bulan pertama kehidupannya untuk mencapai
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal. Pemberian ASI
dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun yang disertai dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai (WHO, 2004). Menurut Roesli (2008)
rekomendasi ini terkait bukan hanya karena ASI mengandung zat proteksi bagi
tubuh bayi, tetapi juga karena ASI masih memenuhi 70% kalori untuk bayi 6-8
bulan, 55% untuk bayi 9-11 bulan dan 40% untuk 12-23 bulan. Keadaan ini secara
bermakna memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia dua tahun. Dengan
kata lain, pemberian ASI membantu mengurangi angka kejadian kekurangan gizi
dan berhentinya pertumbuhan yang umumnya terjadi pada usia ini.
Dalam penelitian ini, orang tua responden yaitu ibu masih memiliki persepsi
bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi anaknya usia 24 bulan. Pada ibu dengan
responden berusia di bawah 24 bulan berharap bisa memberikan ASI hingga usia
2 tahun walaupun setelah usia 6 bulan anaknya mendapatkan makanan
pendamping ASI (MP-ASI).
Namun demikian status kurang gizi masih didapatkan pada klien yang sudah
dilakukan tindakan pembedahan. Hal ini masih terjadi disebabkan karena tingkat
pengetahuan ibu yang rendah dan pola pemberian makanan yang tidak mencukupi
yang dapat menyebabkan menurunnya status gizi dari anak tersebut. Selain itu,
peneliti mendapatkan informasi bahwa beberapa responden belum melakukan
praktik pemberian makan yang sesuai dikarenakan faktor tumbuh kembang yang
belum mampu untuk makan sesuai dengan usianya, contohnya pada anak usia 12
bulam baiknya sudah diajarkan makan makanan yang lebih padat dan bertekstur
namun sang anak belum mampu mengunyah dengan baik sehingga bila diberikan
anak tersebut dapat tersedak hingga muntah.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wandini (2012). Penelitian ini
dilakukan di panti asuhan untuk melihat status gizi dan praktik pemberian makan
pada anak yang tinggal di panti asuhan. Hasil penelitian ini memiliki hasil 27,8%
anak – anak tidak mendapatkan makanan sesuai dengan usianya. Menurut
petunjuk WHO pada usia 6 bulan anak mendapatkan makanan lembut (nasi
lumat), usia 9 bulan mendapatkan makanan semi padat (nasi lembek) dan usia 12
bulan anak sudah dapat makanan yang sama dengan makanan keluarga (nasi)
(WHO, 2005). 19,4% anak usia lebih dari 12 bulan belum mendapatkan makanan
padat dan memiliki status gizi kurang (75,6%). Penelitian ini didukung oleh
penelitian Yanti (2008) memiliki hasil yang sama. Penelitian ini dilakukan pada
responden anak 0-12 bulan untuk melihat praktik pemberian makan MP-ASI.
Hasilnya 87% sudah melakukannya, namun 42,6% masih kurang baik dalam
pelaksanaannya. Praktik pemberian makan kurang baik karena masih adanya
pemberian MP ASI diberikan rata – rata usia 3,7 bulan sebesar (33,6%).
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011), dari hasil analisis dan menggunakan
korelasi Kendal Tau didapatkan hasil z hitung sebesar 0,596 dan z tabel sebesar
0,281 jika dibandingkan antara z hitung dengan z tabel mak z hitung z tabel
Pemberian makan pada bayi/anak adalah cara memberi makan pada bayi/anak.
Praktik pemberian makan pada bayi/anak merupakan perilaku yang melibatkan
orang lain tidak hanya ibu dan bayi/anak, tetapi juga melibatkan orang tua,
anggota rumah tangga, petugas kesehatan, pengambil kebijakan dan produsen
makanan bayi. Masalah praktik pemberian makan pada bayi/anak adalah
multidimensial, karena banyak faktor yang terlibat, termasuk faktor budaya yaitu
kepercayaan dan kebiasaan, lingkungan sosial dan pengalaman masa lalu (Irawati,
2004).
Sejak tahun 1999 badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi
diberikan ASI Eksklusif hingga 6 bulan pertama kehidupannya untuk mencapai
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal. Pemberian ASI
dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun yang disertai dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai (WHO, 2004). Makanan pendamping
ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telas berusia 6 bulan atau
lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian makanan
pendamping dilakukan secara berangsur untuk mengembangkan kemampuan bayi
mengunyah dan menelan serta menerima bermacam-macam makanan dengan
berbagai tekstur dan rasa (Sulistijani, 2004). Balita membutuhkan tambahan zat
gizi, kualitas makanan yang baik dalam jumlah yang cukup selama periode ASI
dilanjutkan sampai umur dua tahun setelah masa ASI eksklusif. Strategi global
pemberian makan pada bayi dan balita menganjurkan pemberian makanan
pelengkap mulai umur 6 bulan dengan kriteria bergizi cukup, aman, dan sesuai
umur (UNICEF, 2008).
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pada karakteristik responden
a. Ibu
Rata – rata usia ibu dalam penelitian berada pada rentang usia 31-40 tahun dengan
tingkat pendidikan setara SMA, status pekerjaan ibu yang terbanyak adalah
seorang ibu rumah tangga atau tidak bekerja dengan penghasilan/pemasukan
sesuai UMR. Status gizi ibu baik / normal dengan jumlah anak terbanyak
memiliki < 2 anak dan jumlah anggota keluar > 4 orang.
b. Anak
Rata – rata usia anak dalam penelitian ini berada pada rentang usia lebih dari 6
bulan sampai dengan 2 tahun dengan jenis kelamin terbanyak laki – laki. Durasi
pemberian ASI masih mendapatkan dengan rentang usia responden pada saat
pengambilan data 0 – 24 bulan (2 tahun), nilai Z-Score berada pada rentang -2 SD
- +2 SD (gizi baik/normal). Jenis penyakit terbanyak pada penelitian ini adalah
penyakit Hirschsprung.
2. Status gizi pada anak yang mengalami penyakit Hirschsprung dan Malformasi
Anorectal
Status gizi pada anak yang mengalami penyakit Hirschsprung dan Malformasi
Anorectal pada penelitian ini adalah baik/normal
3. Praktik pemberian makan
Praktik pemberian makan pada penelitian ini sudah sesuia dengan buku tujukan
yang digunakan oleh peneliti yaitu buku bagan Manjaemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Negara Republik
Indonesia tentang konseling bagi ibu: cara pemberian makan anak.
Ahmed, SAM., Ahmed, T., Roy, S.K,. Alam, N., & Hossain, Md. I. (2012).
Determinant of undernutrition in children under 2 years of age from rural
bangladesh. Indian Pediatric, 49. 821-824.
Almatsier, S. (2005). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Alvarado, B. E., Zunzunegur, M. V., Delisle, H., & Osornoj. (2005). Growth
trajectories are influenced by breastfeeding and infant health an an Afro-
Colombian community. 135: 2171-2178. www.jn.nutrition.org
Anwar, K, Juffrie, M, & Julia, M. (2005). Fakto risiko kejadian gizi buruk di
Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia. Diunduh dari http://ijcn.or.id/v2/content/view/33/40/ diakses April
2015.
Baxter, KJ., & Bhatia, AM. (2013). Hirschsprung’s diseases in preterm infant:
implications for diagnostic and outcomes. The American Surgeon Articles.
Vol 79 No 7. Juli 2013. Hal 734-738
Baker, J. L., Micahelsen, K. F., Rasmussen, K. M., & Sorensen, T. I.A. (2004).
Maternal pregnant bodu massa index, duration of breastfeeding and timing of
complementary food introduction of associated with infant gain. The
American journal of clinical journal of clinical nutrition, 80: 1579-1588.
http://www.ajcn.org.
Brown, J. E.(2005). Nutrition through the life cycle. Edisi II. United State of
America: Wads Worth
Depkes RI. (2004). Analisa situasi dan kesehatan masyarakat. Jakarta: Depkes
RI.
Depkes RI. (2005). Rencana aksi nasional pencegahan dan penanggulangan gizi
buruk 2005-2009. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2005). Manajemen laktasi, buku panduan bagi bidan dan petugas
kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2008). Buku bagan manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI. (2010). Buku bagan manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2013.
Dinkes Prov Sulawesi Tengah. (2009). Manajemen terpadu balita sakit modul 4
konseling bagi ibu. Prov Sulawesi Tengah: Dinkes.
Fitriani, E.I., Anzar, J., Nazir, H.M.& Theodoris. (2013). Dampak usia pertama
pemberian makanan pendamping ASI terhadap status gizi bayi usia 8-12
bulan di Kecamatan Seberang Ulu I Palembang. Sari Pediatri: Vol. 15 No. 4.
Grano, C., Bucci, S., Aminoff, S., Lucidi, S., & Violam, C. (2013). Quality Of
Life In Children And Adolescent With Anorectal Malformation. Pediatric
Surgery Int. (29). page: 927
Hien, N.N & Kam.S. (2008). Nutritional Status And Characteristic Related To
MalnutritionIn Children Under Five years Of Age In Nighean, Vietnam. J
Prev Med Publ Health.41(4): 232-240.
Islam, M.M,. Morshed. A., Md. T., Mohammad. A. K., Rokhsona. P., Munni. B.,
& Md. m. H.K. (2013). Predictor of the Number Of Under Five
Malnourished Children In Bangladesh: Application Of The Generalized
Possion Regression Model. BMC Public Health. page: 6-8.
Jesmin, A., Shelby, S.Y., Ahmad. A.M., & Md, A.H. (2011). Prevalence And
Determinants Of Chronic Malnutrition Among Preschool Children: A Cross-
Sectionnal Study In Dhaka City, Bangladesh. J. Health Popul Nutr. (5):
496:498.
Kent, J.C., Mitoulas,l., Cregan, M.D., Ramsay, D. T., Doherty, D.A., & Hartman,
P. E.. (2005). Volume and frequency of breastfeeding and fat content of
breats milk throughout the day. Official journal og the American Academy of
Pediatrics. 117;e387-e395. Di akses di www.pediatrics.org
Kosim, S.M. (2008). Buku ajar neonatologi edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.
Kusriadi. (2010). Analisa faktor risiko yang mempengaruhi kejadian kurang gizi
pada anak baita di Propinsi Nusa Tenggara Barat. (Karya Tuis Imiah).
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Levitt, M. A., Kant, A., & Pena, A. (2010). The morbidity of constipation in
patient with anorectal malformation. Eur Journal of Pediatric Surgery, 45.
1228-1233.
Maramis, P.P., Erling, D.K., & Johry, R. (2014). Hubungan penyakit jantung
bawaan dengan status gizi anak Di RSUP. DR. R. D. Kandou Manado. Jurnal
e-Clinic (eCl): Vol. 2 No.2 Hal: 8.
Ministry of Health. (2008). Food and nutrition guidelines for healthy infant and
toddlers (aged 0-2). A background paper (4th Ed). New Zealand: Ministry of
Health
Oldham. K., Colombani. P., Foglia. R. & Skinner. M. (2005) Principle and
Practice of Pediatric Surgery Vol. 2. Philadelphia: Lipppincott Williams.
Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Volume 1&2. Jakarta: EGC
Pudjiaji, S. (2005). Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: Gaya Baru.
Rochadi. (2012). Terapi Pembedahan Dan Peran GENA RET Pada Penyakit
Hirschsprung. Disertasi: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Yogyakarta.
Roesli, U. (2008). Inisiasi menyususi dini plus ASI eksklusif. Cetakan II. Jakarta:
Pustaka Bunda.
Rogers, J., & Anna, T. (2012). Pediatric continances advisor. UK: Down’s
Syndrome Association.
Sherwood. (2009). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Soekarman. (2006). Gizi seimbang untuk bayi dan balita dalam siklus kehidupan
manusia. Jakarta: PT. Prima Media Pustaka.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Indonesia. Buku kuliah ilmu
kesehatan anak. Jakarta: Infomedika.
Sulistidjani. (2004). Menjaga kesehatan bayi dan balita. Jakarta: Puspa Swara.
Tim Paket Pelatihan Klinik PONED. Buku acuan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi dasar (PONED). Jakarta: EGC.
United Nations Children’s Fund (UNICEF). (2013). Improving child nutrition: the
achievable for global progress. USA: New York.
Wandini, K. (2012). Nutritional status and feeding practice of children aged 0-59
month living in orphanage in Jakarta, Indonesia. Thesis: Faculty of Medicine
University of Indonesia.
Wong, D.L. (2009). Essentials of pediatric nursing 6th ed. Philadelphia: Mosby
Wong (2010). Buku ajar keperawatan pediatric. Edisi 6. Volume 1&2. Jakarta:
EGC.
Wong, H.J., Foong, M.M., & Sulochana, N. (2014), Risk Factor Of Malnutrition
Among Preschool Children In. Terengganu, Malaysia: A Case Control Study.
BMC Public Health. Page:6-9.
Wound, Ostomy and Continency Nurse Society. Ostomy Care. Diakses dari
www.wocn.org 2006.
Kepada Yth,
Responden Penelitian
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian apapun bagi responden. Peneliti akan
menjaga kerahasiaan data yang diperoleh, baik dalam pengumpulan data,
pengolahan dan penyajian data. Peneliti juga menghargai hak responden apabila
tidak bersedia untuk mengikuti kegiatan penelitian ini serta memberikan
kesempatan kepada responden untuk bertanya.
Peneliti
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PRAKTIK PEMBERIAN MAKAN DENGAN
STATUS GIZI PADA ANAK YANG MENGALAMI PENYAKIT
HIRSCHSPRUNG DAN MALFORMASI ANORECTAL
Dengan hormat,
Saya yang bernama Rizki Dewi Utami adalah mahasiswi Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian
dengan judul “Gambaran praktik pemberian makan dengan status gizi pada anak
yang mengalami penyakit hirschsprung dan malformasi anorectal”. Penelitian ini
dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses Strata 1 (S1)
Keperawatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran praktik pemberian
makan dengan status gizi pada anak yang mengalami penyakit hirschsprung dan
malformasi anorectal. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Jika ibu bersedia maka silahkam
menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.
Identitas pribadi ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan informasi yang
diberikan hanya untuk kepentingan penelitian ini. Sebelumnya ibu akan mendapat
penjelasan dari peneliti tentang kuesioner ini, bila terdapat hal yang kurang
dipahami, ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan
kesediaan ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, 2015
Partisipan, Peneliti,
KUESIONER A
Petunjuk Pengisian:
Isilah data diri di bawah ini. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan seksama, kemudian isilah
jawaban dengan memberi tanda () pada kolom yang tersedia apabila membutuhkan jawaban
dengan pilihan. Isilah sesuai dengan data diri Anda dan Anak Anda saat ini. Untuk pengisian nama
baik orang tua dan anak cukup inisialnya saja. Untuk pengisian berat badan, tinggi badan dan IMT
baik ibu dan anak dikosongkan saja, akan di isi oleh peneliti
Data Demografi
Ibu
1. Nama :__________ 7. Berat Badan Saat Ini :________ gram
2. Usia :__________ Tahun 8. Tinggi Badan Saat Ini:________cm
3. Agama :__________ 9. IMT :__________
4. Pendidikan: 10. Jumlah Anak:______________Orang
SD 11. Jumlah Anggota Keluarga:____Orang
SMP )* Lingkari salah satu.
SMA
D3/S1
S2/S3
Anak
5. Pekerjaan:
Bekerja: Nama :__________
(PNS/Swasta/Buruh/Wirausaha)*
Ibu Rumah Tangga Usia :_____ Tahun
6. Penghasilan/Pemasukan:
< Rp. 2.500.000 Jenis Kelamin : L/P
> Rp. 2.500.000 Tinggi Badan Saat Ini :______ gram
Anak Ke_____dari_____Saudara
KUESIONER B
Petunjuk Pengisian:
Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan penyakit atau diagnosa medis yang diderita pada
anak Anda. Dan jawablah pertanyaan hanya pada kolom yang sesuai dengan penyakit atau
diagnosa medis yang anak Anda derita. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan seksama.
Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda () pada kolom yang telah disediakan apabila
membutuhkan jawaban dengan pilihan. Isilah sesuai dengan keadaan anak Anda saat ini.
Petunjuk Pengisian:
Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan kelompok usia anak Anda. Dan jawablah
pertanyaan hanya pada kolom yang sesuai dengan kelompok usia anak Anda. Bacalah
pertanyaan dibawah ini dengan seksama. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda ()
pada kolom yang telah disediakan apabila membutuhkan jawaban dengan pilihan. Isilah
sesuai dengan keadaan anak Anda saat ini.
Bubur saring
Bubur lumat
Nasi lembek/Nasi Tim
Nasi keluarga
Lainnya ________________________________________________
Berapa kali dan berapa banyak Ibu memberikan MP ASI tersebut :
Bubur saring
Bubur lumat
Nasi lembek/Nasi Tim
Nasi keluarga
Lainnya ________________________________________________
Berapa kali dan berapa banyak Ibu memberikan MP ASI tersebut :
Ya
Tidak
Berapa kali diberikan:
1x/hari
2x/hari
Kadang-kadang
Yth. Direkturr
RSAB. Harapan Kita
Jl. Let.Jend. S. Parman
Jakarta
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir (skripsi) bagi mahasiswa Program Studi Sarjana (S I)
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK Ul):
akan melakukan pengumpulan data penelitian dengan judul "Gambaran Praktik Pemberian
Makan dengan Status Gizi pada Anak yang mengalami Penyakit Hischsprung dan
Malformasi Anorectal".
Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami mohon dengan hormat kesediaan Saudara
mengijinkan mahasiswa FIK-UI tersebut untuk melakukan pengumpulan data penelitian di
RSAB. Harapan Kita pada bulan April s.d Jur.i 2015.
Dekan,
;/Dt~Ph.D~
NIP. 195701151980032002
Tembusan:
I. Kabid. Keperawatan RSAB. Harapan Kita
2. Kabid. Diklat RSAB. Harapan Kita
3. Kepala Pusat Administrasi Fakultas
4. Manajer Pendidikan dan Kemahasiswaan FIK Ul