Anda di halaman 1dari 9

Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No.

2, Agustus 2016 35

Journal of Information Systems for Public Health Volume 1 No. 2 Agustus 2016 Halaman 35 - 43

Analisis Kesiapan Penerapan


Rekam Medis Elektronik Menggunakan DOQ-IT
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung
Ika Sudirahayu1, Agus Harjoko2
1
RSUD Dr.H.Abdul Moeloek, Provinsi Lampung
2
Program Studi Eletronik dan Instrumentasi, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
1
ikasudirahayu1@gmail.com, 2aharjoko@ugm.ac.id

Received: 28 Juni 2015 Accepted: 17 Februari 2016 Published online: 28 September 2017

ABSTRAK ABSTRACT
Latar Belakang: Penilaian kesiapan sebelum penerapan Background: Assessment of readiness before the adoption
rekam medis elektronik (RME) penting dilakukan, untuk of electronic medical records (EMR) is important, to
optimalisasi penerapan RME. RSUD Dr.H. Abdul optimalization the implementation of EMR. RSUD Dr. H.
Moeloek sudah menerapkan SIMRS. Hal ini membuka Abdul Moeloek already implementing SIMRS. This opens
kesempatan untuk pengembangan sistem informasinya up opportunities for the development of information
dengan implementasi RME. Untuk itu diperlukan analisa systems to the implementation of EMR. It is necessary for
kesiapan penerapan RME secara menyeluruh. the analysis of the implementation of overall EMR
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan readiness.
rancangan studi kasus. Data dikumpulkan dengan Methods: This study was a qualitative research with case
wawancara mendalam kepada pengambil keputusan dan study design. Data were collected by in-depth interviews
pengguna RME di instalasi rawat jalan, observasi, dan to the decision makers and users of RME in outpatient
telaah dokumen. Analisa kesiapan menggunakan EHR installation, observation and document analysis.
Readiness Starter Assessment dari DOQ-IT. Readiness analysis using EHR Readiness Assessment from
Hasil: Kesiapan sumber daya manusia untuk penerapan DOQ-IT.
RME di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek berada pada range Results: Readiness of human resources for the
I, mengindikasikan belum ada pemahaman yang kuat implementation of EMR in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
tentang RME dan manfaatnya. Sumber daya manusia was in the range I, indicated no firm understanding of
dibidang teknologi informasi masih sangat kurang, dan EMR and its benefits. Human resources in the field of
sebagian besar petugas belum memiliki pengetahuan information technology were still lacking, and most
mengenai RME. Budaya kerja organisasi berada pada officers did not yet have knowledge of EMR. Cultural
range II, mengindikasikan bahwa telah ada pemahaman organizations were working on the second range,
akan adanya perubahan budaya kerja organisasi bila indicating that there had been an understanding of the
RME diterapkan. Ada kecenderungan untuk menerima dan organization's work cultures change when RME applied.
mendukung apabila RME di aplikasikan. Tata kelola dan There was a tendency to accept and support the EMR if
kepemimpinan berada pada range II, mengindikasikan applicable. Governance and leadership were in the range
bahwa telah ada pemahaman tentang nilai RME terkait II, indicating that there had been an understanding of the
strategi dan dukungan manajemen TI. Pengambil value of EMR related to strategy and IT management
keputusan berkomitmen terhadap penerapan RME. support. Decision makers committed to the application of
Infrastruktur berada pada range III, mengindikasikan EMR. Infrastructure was in the range III, indicating that
bahwa kapasitas teknologi informasi cukup kuat dan the capacity of information technology was quite strong
kemungkinan untuk berhasil dalam adopsi RME cukup and likely to succeed in the adoption of RME was quite
tinggi. high.
Kesimpulan: Secara keseluruhan, kesiapan untuk Conclusion: Overall, the readiness of Dr. H. Abdul
penerapan RME berada pada range II. Ini menunjukkan Moeloek Hospital for the implementation of EMR were in
bahwa RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung range II. This shows that the RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Cukup Siap untuk Penerapan Rekam Medis Elektronik. Provinsi Lampung Quite Ready for EMR Implementation.

Kata Kunci: DOQ-IT, Kesiapan, Penerapan, Rekam Keywords: DOQ-IT, Electronic Medical Record,
Medis Elektronik Implementation, Readiness
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 36

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN


Penerapan teknologi informasi di sektor Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
kesehatan yang sedang menjadi trend global adalah rancangan studi kasus yang mengambil tempat di RSUD
Rekam Medis Elektronik (RME). RME merupakan sub Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung, subyek
sistem informasi kesehatan yang mulai banyak di penelitian ditentukan dengan purposive sampling, yaitu
terapkan di Indonesia. RME dipercaya dapat pengambil keputusan dan pengguna RME yang terdiri
meningkatkan kualitas keseluruhan perawatan1 dan atas, dokter, perawat, petugas rekam medis dan teknisi.
berperan terhadap patient safety2. RME sangat penting Variabel-variabel yang diteliti adalah sumberdaya
bagi manajemen untuk mengelola masalah kesehatan manusia, budaya kerja organisasi, tata kelola dan
karena menyediakan integritas dan akurasi, juga dapat kepemimpinan, dan infrastruktur.
menjadi solusi untuk meningkatkan efisiensi biaya, Jenis data yang digunakan sebagai bahan
peningkatan akses dan kualitas pelayanan di rumah sakit penelitian adalah data primer dan data sekunder, data
3
. primer didapat melalui wawancara mendalam, observasi
Teknologi informasi (TI) memang menawarkan dan kuesioner. Data sekunder didapat dengan telaah
banyak keunggulan dibandingkan dengan penggunaan dokumen.
kertas untuk penyimpanan dan pengambilan data pasien. Hasil analisis setelah dideskripsikan dalam bentuk
Namun untuk menerapkan RME dijumpai beberapa narasi, kemudian diskoring mengunakan EHR
tantangan, diantaranya yaitu masalah infrastruktur dan Assessment and Readiness Starter Assessment oleh
struktur, masalah teknologi informasi, kurangnya need Doctor’s Office Quality - Information Technology
assessment, masalah budaya, tingginya biaya software, (DOQ-IT)6, yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan
hardware, dan standar pertukaran data1. konteks rumah sakit. Penilaian kesiapan pada setiap
Oleh sebab itu perlu dilakukan penilaian kesiapan komponen variabel berdasarkan kisaran skor berikut:
sebelum implementasi RME. Hal ini akan membantu 4 – 5 = Sangat Siap
identifikasi proses dan skala prioritas, juga membantu 2 – 3 = Cukup Siap
pembentukan fungsi operasional untuk mendukung 0 – 1 = Belum Siap
optimalisasi implementasi RME4. Penilaian kesiapan Semakin tinggi skor, menunjukkan tingkat kesiapan
harus menyeluruh meliputi sumber daya manusia, yang lebih tinggi untuk masing-masing elemen.
budaya kerja organisasi, tata kelola dan kepemimpinan, Selanjutnya keseluruhan hasil penilaian akan di
dan infrastruktur 5. interpretasi sesuai dengan kelompok nilai yang
ditunjukkan tabel 1.

Tabel 1. Interpretasi Penilaian Kesiapan Implementasi RME


Kisaran Skor Interpretasi Keterangan
I Skor dalam kisaran ini menunjukkan bahwa sumberdaya manusia, Rumah Sakit Sangat
98 – 145 budaya kerja organisasi, tata kelola dan kepemimpinan dan Siap untuk
infrastruktur rumah sakit siap akan pemanfaatan RME serta dapat implementasi RME
mengatasi kemungkinan tantangan untuk keberhasilan adopsi RME
II Skor dalam kisaran ini menunjukkan bahwa, ada kemampuan yang Rumah Sakit Cukup
50 – 97 baik di beberapa komponen kesiapan, namun ada pula beberapa Siap untuk
kelemahan di beberapa komponen. Diperlukan identifikasi dan implementasi RME
antisipasi lebih lanjut pada komponen yang lemah, agar implementasi
bisa tetap berjalan baik
III Skor dalam kisaran ini menunjukkan adanya kelemahan di beberapa Rumah Sakit Belum
0 – 49 komponen yang penting bagi keberhasilan implementasi RME. Siap untuk
Diperlukan identifikasi dan perencanaan secara komprehensif implementasi RME
sebelum bergerak maju dalam adopsi dan implementasi
Sumber : Doctor’s Office Quality - Information Technology (DOQ-IT, 2009)

HASIL adalah meningkatkan mutu dan efisiensi di segala bidang


1. Gambaran Umum RSUD Dr. H. Abdul Moeloek pelayanan, meningkatkan kepercayaan masyarakat dan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Abdul Moeloek terciptanya sistem informasi manajemen yang handal.
adalah rumah sakit tipe B pendidikan dengan kapasitas Sehingga salah satu strategi yang di programkan adalah
600 tempat tidur,yang memiliki visi menjadi ”Rumah Peningkatan Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit Profesional Kebanggaan Masyarakat Lampung “, Sakit7.
merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Rumah sakit wajib menyelenggarakan Sistem
Lampung Informasi Manajemen Rumah Sakit sejak
Misi pertama RSUD Dr. H. Abdul Moeloek adalah dikeluarkannya Undang-undang No 44 tahun 2009
Memberikan Pelayanan Prima di Segala Bidang. tentang Rumah Sakit yang disahkan oleh Presiden
Sasaran yang ingin di capai dalam misi pertama tersebut Republik Indonesia pada tanggal 28 Oktober 2009, Pasal
52 ayat 1 yang menyebutkan “Setiap Rumah Sakit Wajib
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 37

melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua dalam bidang teknologi informasi yaitu 1 orang kepala
kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk instalasi yang berpendidikan S2 dibidang informatika
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit”. kesehatan, dan 1 orang sarjana ilmu komputer.
Undang-undang tersebut didukung dengan Organisasi pengelola sistem informasi setidaknya
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia terdiri atas tenaga programer, network administrator,
(Permenkes RI) Nomor 82 tahun 2013 pasal 3 ayat 1 interface designer, dan teknisi. Dengan minimal 4
yang menyebutkan Setiap Rumah Sakit wajib komponen, yaitu sekretaris, seksi jaringan, seksi
menyelenggarakan Sistem Informasi Manajemen Rumah komunikasi, dan seksi sistem informasi dan dikepalai
Sakit. seorang chief information officer (CIO)9. Dalam
Peningkatan SIMRS di RSUD Dr. H. Abdul Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Moeloek diwujudkan dalam bentuk pengadaan untuk 82 tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen
implementasi SIMRS, yang sudah dimulai sejak tahun Rumah Sakit, Sumber daya manusia teknologi informasi
2010. Kemudian pada bulan April 2014 aplikasi yang untuk SIMRS paling tidak terdiri dari staf yang memiliki
sudah berjalan diganti dengan aplikasi dari vendor lain, kualifikasi dalam bidang; Analis Sistem; Programmer;
yang menggunakan sistem kerjasama operasional Hardware; dan Maintanance Jaringan10.
(KSO). Pihak ketiga dalam KSO ini, menyediakan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek belum mempunyai
sistem informasi rumah sakit terintegrasi, termasuk staf yang memiliki kualifikasi dalam bidang tersebut
didalamnya, menyediakan aplikasi front office dan back diatas. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab SIMRS
office, pengadaan dan pemasangan perangkat keras, belum bisa mandiri sehingga diadakannnya kerjasama
hingga layanan pemeliharaan sistem. SIMRS yang operasional dengan pihak ketiga. Pilihan jatuh pada KSO
berjalan saat ini telah sesuai dengan Permenkes RI ditentukan oleh faktor kemampuan sumber daya dari
Nomor 82 tahun 2013 pasal 6 ayat 1 yaitu paling sedikit departemen sistem teknologi informasi. karena tidak
sudah terdiri atas kegiatan pelayanan utama (front mempunyai analis dan pemrogram yang berkualitas dan
office), kegiatan administratif (back office), dan tidak punya teknologi yang memadai11.
komunikasi dan kolaborasi.
Dalam perjanjian kerjasama operasional, rekam 3. Staf Klinik dan Admnistrasi
medis masuk dalam kategori aplikasi yang disiapkan Staf klinik dan administrasi, yang memiliki
oleh pihak ketiga, namun pada kenyataannya sampai saat kemampuan menganalisa dan menyampaikan kebutuhan
ini, rekam medis pasien di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek akan produk, sebaiknya terlibat dalam perancangan
masih didistribusikan dan ditulis secara manual (paper- RME, karena bagaimanapun staf klinis dan administrasi
based). Rekam medis manual membutuhkan tempat yang akan menggunakan RME tersebut, sehingga produk
penyimpanan yang luas. Proses penyimpanan, yang dihasilkan dapat sesuai kebutuhan6. Pelibatan
pengambilan kembali dan distribusinya membutuhkan dokter dan staf klinis dapat menimbulkan keinginan dan
banyak tenaga. meminimalisir keengganan menggunakan aplikasi baru.
Saat ini, modul-modul SIRS yang sudah digunakan Seperti penelitian yang dilakukan di amerika
diantaranya billing, kepegawaian, accounting, inventori menyebutkan bahwa dokter enggan untuk menggunakan
farmasi, laboratory information system, dan administrasi sistem karena akan membutuhkan waktu lebih lama
rekam medis. Administrasi rekam medis yang dimaksud untuk menyelesaikan tugas12. Akar masalahnya adalah
adalah sistem registrasi pasien di pendaftaran, ketidaknyamanan menggunakan sistem di awal
manajemen berkas rekam medis, coding diagnosa, penggunaan, karena sebelumnya tidak mengenal dan
monitoring pengembalian rekam medis, laporan-laporan, tidak dilibatkan dalam perancangan.
laporan harian, laporan indeks, dan laporan SPRS. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek saat ini memiliki 4
Namun belum ada rekam medis elektronik. orang Perekam Medis Terampil, jumlah ini masih jauh di
Sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam bawah formasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
penerapan RME yaitu dokter, perawat, perekam medis, Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 tahun 2013
tenaga teknisi TI, dan pengambil keputusan tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka
. Kreditnya, disebutkan bahwa untuk rumah sakit tipe B
2. Tingkat Pendidikan Sumber Daya Manusia seharusnya ada 45 Perekam Medis Terampil dan 10
Kesiapan sumber daya manusia berkaitan dengan orang Perekam Medis Ahli13.
keterlibatan pengguna, hal ini juga secara signifikan
berhubungan dengan tingkat pendidikan 8. Di RSUD Dr. 4. Keterampilan Mengoperasionalkan Komputer
H. Abdul Moeloek sebagian besar (45,16%) pengguna RME akan memudahkan dokter untuk mengakses
berpendidikan S1 sederajat, namun sumber daya secara real time ke informasi pasien. RME terintegrasi
manusia yang memiliki kemampuan spesifik dibidang memungkinkan dokter untuk memperbarui informasi
teknologi informasi belum mencukupi untuk mengelola klinis dan lainnya tentang seorang pasien, melihat
seluruh proses pengolahan data dan maintenance sejarah kondisi medis pasien dan kunjungan ke penyedia
infrastruktur teknologi informasi secara mandiri. Di layanan kesehatan, melihat gambar dan laporan dari
instalasi EDP-TI yang bertanggung jawab atas prosedur diagnostik, mengetahui status obat, status
pengelolaan data elektronik dan teknologi informasi fungsional dan kelayakan pelayanan sosial, mengetahui
hanya ada 2 orang yang memiliki kualifikasi pendidikan jadwal preventif layanan, alergi, dan kontak informasi
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 38

untuk perawat keluarga14. Untuk memperoleh semua medis merupakan sarana untuk mendokumentasikan
kemudahan tersebut, diperlukan pengetahuan komputer. berbagai hal terkait kesehatan pasien18.
Pengetahuan komputer yang dimaksud adalah Pengetahuan tentang RME, dideskripsikan
kemampuan mengoperasionalkan komputer yang baik dengan distribusi frekuensi, dan digolongkan menjadi
dari para pengguna RME. Ya, yaitu tahu tentang RME dan Tidak, yaitu tidak tahu
Kemampuan mengoperasionalkan komputer ini tentang RME, ditunjukkan pada tabel 3.
berperan penting terhadap keberhasilan penerapan RME.
Seperti penelitian yang dilakukan di Inggris bahwa Tabel 3. Distribusi Frekuensi
kesuksesan penerapan RME berhubungan dengan Pengetahuan RME (n=31)
tingkat umum literasi komputer dalam populasi15. Frequency Percent
Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, dari hasil Tidak 17 54.84
analisa diketahui, hanya sebagian kecil (6,45%) dari Ya 14 45.16
informan yang mengaku tidak dapat Total 31 100.00
mengoperasionalkan komputer. Keterampilan (Sumber : Data Primer)
mengoperasionalkan komputer ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Keterampilan Mengoperasionalkan Mengingat bahwa sebagian besar (54,84%)
Komputer (n=31) informan belum mengetahui apa dan bagaimana RME,
Keterampilan Komputer Jumlah Persentase perlu dilakukan sosialisasi mengenai RME yang ideal,
Bisa dan mampu mengajarkan 10 32.26 apa saja manfaatnya dan seberapa besar efisiensi yang
Bisa dengan minimum bantuan 17 54.84 dapat diperoleh bila menerapkan RME.
Bisa dengan maksimum bantuan 2 6.45
Tidak bisa komputer 2 6.45 6. Training
Total 31 100.00 Sumber daya manusia di RSUD Dr. H. Abdul
(sumber : Data Primer) Moeloek sedang dalam tahap mulai mengenal untuk
belajar lebih jauh mengenai sistem komputer melalui
Kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan SIMRS yang sedang berjalan. Hal ini merupakan modal
pelatihan dan pendampingan. Faktor pembiasaan juga menuju RME.
berpengaruh karena pembiasaan akan menjadikan orang Dibutuhkan pelatihan teknis bagi para tenaga
terampil mengerjakan suatu hal. medis dan para medis untuk kelancaran implementasi
RME, karena kurangnya pelatihan dan dukungan teknis
5. Pengetahuan tentang RME dapat menjadi penghalang untuk mengadopsi RME19.
Staf perlu mengetahui bahwa RME mencakup data Persiapan – persiapan, sosialisasi, dan pelatihan-
riwayat kesehatan, data demografi pasien, catatan dokter, pelatihan dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas staf
informasi obat, peresepan elektronik, order entri dan menuju penerapan RME.
catatan pemeriksaan penunjang. Sesuai dengan Peningkatan kapasitas staf yang dilakukan
pernyataan16, rekam medis elektronik adalah gudang dengan pelatihan dapat menambah pengetahuan,
penyimpanan informasi secara elektronik mengenai menambah ketrampilan, dan merubah sikap. Pelatihan
status kesehatan dan layanan kesehatan yang diperoleh merupakan sarana mengembangkan kemampuan
pasien sepanjang hidupnya, tersimpan sedemikian seseorang dalam hidup dan pekerjaannnya20. Pelatihan
hingga dapat melayani berbagai pengguna rekam medis juga merupakan sarana untuk meningkatkan dan
yang sah. mengembangkan sikap, skil, dan kemampuan pegawai.
Rekam medis elektronik diharapkan mampu Dalam pelatihan dapat diketahui kekurangan individu
memfasilitasi berbagai kemudahan bagi pengguna, untuk kemudian diperbaiki21.
seperti proses kelengkapan data, pemberi tanda
peringatan waspada, pendukung sistem keputusan klinik 7. Budaya Kerja Organisasi
dan penghubung data dengan pengetahuan medis serta Kesiapan budaya mencakup penerimaan tenaga
alat bantu lainnya17. kesehatan atas teknologi informasi. Diperlukan
Rekam medis yang baik mempunyai nilai peningkatan pengetahuan dan kesadaran pengguna akan
administratif karena merupakan rekaman data pentingnya rekam medis. Tenaga kesehatan harus
administratif pelayanan kesehatan; mempunyai nilai memiliki pemahaman dan komitmen untuk pelaksanaan
hukum karena dapat dijadikan bahan pembuktian di sesuai yang direncanakan. Memotivasi praktisi
pengadilan; mempunyai nilai finansial karena dapat kesehatan untuk berkomitmen melaksanakan proses
dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan sesuai dengan perubahan alur kerja. Menangani
kesehatan yang harus dibayar oleh pasien; bernilai untuk tantangan dan hambatan, dan menerima saran dan
penelitian karena dapat dijadikan bahan untuk penelitian modifikasi berdasarkan masukan 4.
dalam lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan;
mempunyai nilai pendidikan karena didalam rekam 8. Budaya
medis terdapat bahan pengajaran dan pendidikan Ada kecenderungan pengguna untuk menerima
mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga dan mendukung apabila RME di aplikasikan. Hasil
kesehatan lainnya; dan nilai dokumentasi karena rekam penelitian ini sesuai dengan identifikasi yang dilakukan
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 39

dalam sebuah penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih beban kerja meningkat. Dalam hal ini dokter merasa
Yogyakarta, yang menyatakan bahwa hampir semua menggunakan RME mengganggu komunikasi mereka
menyatakan setuju dan mendukung RME22. dengan pasien, terutama dokter yang mempunyai
Sebuah penelitian menyatakan bahwa tahap awal keterampilan komputer yang terbatas19.
implementasi RME adalah pergeseran budaya dan Perubahan pola pikir mutlak dibutuhkan untuk
menerapkan RME merupakan proses yang memiliki efek mulai bekerja menggunakan teknologi. Dari yang semula
fisik dan fisiologis23. terbiasa dengan menulis, kedepannya dengan
Manajemen harus memotivasi penerimaan staf menggunakan teknologi harus membiasakan diri
pada RME karena hal itu menjadi penentu utama mengentri menggunakan komputer. Ini diakui oleh
keberhasilan sistem24 beberapa informan yang menyatakan bahwa diperlukan
. waktu yang tidak sebentar untuk merubah kebiasaan dan
3.1.9 Keterlibatan pasien pola pikir.
Rekam medis pasien yang baik mengandung Hasil ini sesuai dengan pernyataan bahwa tahap
unsur SOAP, yaitu subjective, berisi keterangan sesuai awal implementasi RME adalah pergeseran budaya dan
dengan pernyataan pasien, keluhan utama, riwayat menerapkan RME merupakan proses yang memiliki efek
penyakit sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, fisik dan fisiologis23.
riwayat penyakit keluarga, dan keadaan sosial ekonomi; Bila tidak diantisipasi, perubahan alur kerja akan
objective, berisi hasil observasi dan pemeriksaan yang menyebabkan kompleksitas teknologi, dan tambahan
telah dilakukan dokter, data-data pemeriksaan psikologi, waktu untuk implementasi sehingga akan membuat
dan hasil pemeriksaan penunjang; assessment atau tambahan hambatan dalam mengadopsi sistem24.
penilaian, merupakan interpretasi atau kesan kondisi saat
pemeriksaan, bisa berupa diagnosa; berikutnya adalah 10. Kekhawatiran Dalam Persepsi Pengguna
plan atau rencana kelanjutan pengobatan25. Untuk Ada beberapa kekhawatiran terkait penerapan
memperoleh rekam medis yang baik tersebut, sangat RME. Diantaranya adalah ; Kekhawatiran akan menjadi
diperlukan keterlibatan pasien, terutama untuk data yang kurang efisien dalam melayani pasien karena tenaga
sifatnya subjektif. medis akan sibuk berkutat dengan entri data;
Pada penelitian yang dilakukan di Austria Infrastruktur yang tidak support seperti mati listrik; Data
mengenai pemberdayaan pasien dengan RME, hilang karena program terkena virus; Keamanan data;
disebutkan bahwa keterlibatan pasien secara teknis Keenggganan tenaga medis untuk mengentri.
dilakukan dengan pasien dapat mengakses langsung data Kekhawatiran yang sama dijumpai dalam penelitian19.
kesehatannya sesuai haknya melalui portal pasien26. Keengganan tenaga medis untuk mengentri salah
Namun ini terkait dengan kemampuan komputer satunya ditengarai karena resisten terhadap kemajuan
pasien15. teknologi informasi. Seperti penelitian yang dilakukan di
Di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek keterlibatan Pakistan, menyebutkan bahwa di hampir semua negara
pasien untuk penerapan RME, belum terdokumentasi. berkembang, implementasi RME berhadapan dengan
Pemberdayaan pasien baru sebatas perannya untuk pengguna, dalam hal ini dokter yang resisten terhadap
kelengkapan input data terkait data demografi. Itupun penerapan teknologi lanjutan3.
tidak secara langsung. Teknisnya adalah petugas Resistensi dapat terjadi ketika penyedia aplikasi
melakukan wawancara terkait data sosial pasien dan RME mengganggap remeh faktor tingkat keterampilan
membacanya dari kartu identitas yang dimiliki pasien, komputer dokter dan staf lain, termasuk keterampilan
kemudian petugas yang mengentrikan kedalam mengetik untuk menginput catatan medis dan resep
komputer atau menuliskan pada berkas rekam medis. pasien. RME dianggap rumit karena menggunakan
Pasien tidak menyadari bahwa pasien mempunyai peran banyak layar, pilihan dan alat navigasi. Dokter harus
dalam kelengkapan input data. Ini sesuai dengan mengalokasikan waktu dan usaha jika ingin menguasai
penelitian yang menyebutkan bahwa tidak banyak pasien RME, harus belajar bagaimana menggunakan sistem
yang paham akan keamanan, prosedur, dan kerahasiaan RME secara efektif dan efisien dilihat sebagai beban19.
data medis, juga manfaatnya untuk perkembangan ilmu Keengganan mengentri juga dapat terjadi karena
kesehatan, padahal pasien mempunyai peran dalam benturan kepentingan. Terlebih apabila tenaga kesehatan
kelengkapan input data5. yang terlibat terutama dokter tidak merasakan adanya
Interaksi pasien dengan RME dapat menjadi keuntungan keuangan atas berjalannya sistem baru
pertimbangan bagaimana merancang RME yang ideal, tersebut. Pada awal pelaksanaan, dokter yang
meskipun tidak menjadi persyaratan. bertentangan merasa bahwa RME adalah momok,
meskipun secara diam-diam menerima nilainya23.
9. Proses Perubahan Alur Kerja Pengguna sering membutuhkan waktu antara enam bulan
Idealnya bila dokter menguasai sistem RME, akan sampai satu tahun sebelum mereka merasa nyaman
dapat bekerja lebih efisien, namun dikeluhkan bahwa menggunakan teknologi baru12.
pengenalan RME akan memperlambat alur kerja dokter, Kenyamanan menggunakan teknologi baru, akan
karena akan menyebabkan waktu tambahan untuk belajar semakin cepat diperoleh ketika ada motivasi kerja dalam
menggunakan RME dan memasukkan data ke dalam diri pengguna. Motivasi kerja adalah dorongan yang
sistem, hasilnya produktivitas mereka berkurang dan timbul dalam diri sesorang yang berasal dari luar maupun
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 40

dalam dirinya untuk melakukan pekerjaan dengan menerapkan kontrol, membuat pelatihan-pelatihan
segenap kemampuan yang dimiliki demi mencapai hasil pendukung, dan monitoring proses28.
kerja yang memuaskan. Motivasi seseorang tergantung Komponen fisik yang harus disiapkan
pada kekuatan motifnya27. Dalam hal penerapan RME, diantaranya server, laptop (atau netbook) dan personal
motif kerja pengguna bisa berupa kemudahan dan computer (pc), dial-up modems, wireless hardware,
manfaat yang dirasakan bila menggunakan RME, reward printer, scanner, dan mesin fax, kabel modem, digital
keuangan, atau kepatuhan pada pimpinan dan aturan. subscribe line, dan kamera digital (sesuai kebutuhan).
Layar komputer juga perlu diperhitungkan besarnya,
11. Tata Kelola dan Kepemimpinan Persepsi dan karena bila terlalu kecil akan tidak mendukung aplikasi
Motivasi Pimpinan yang dijalankan. Perhatikan juga perusahaan pembuat
Pimpinan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek hardwarenya, yang paling banyak digunakan di fasilitas
berkomitmen terhadap penerapan RME. Ini dibuktikan kesehatan diantaranya Dell, Fujitsu, Hewlett-Packard,
dengan telah dibentuknya instalasi yang Motion, dan Panasonic, ini juga akan berpengaruh pada
bertanggungjawab menangani SIMRS, yaitu instalasi anggaran. Hardware yang dipilih dicocokkan dengan
EDP-TI. Ini sesuai dengan konsep pengembangan sistem alur kerja tenaga medis. Kebutuhan jaringan harus
informasi manajemen yang menyebutkan harus ada memperhatikan Digital Imaging and Communication in
bagian khusus yang mengelola sistem informasi untuk Medicine (DICOM) dan Picture archiving and
penerapan RME sebagai bukti komitmen manajemen9. Communication System (PACS), perhatikan juga
Kebijakan pimpinan berpengaruh besar pada heating, ventilation, and air conditioning (HVAC)28.
kesuksesan penerapan RME. Ini disimpulkan dari hasil Komponen teknis yang harus disiapkan
penelitian, dimana para pengguna menyatakan akan diantaranya adalah software, jaringan, interface, back up,
patuh bila ada ketentuan dari pimpinan yang mewajibkan dan cadangan power supply. Software yang umumnya
untuk menggunakan RME dan mengentri langsung digunakan adalah software anti virus, enkripsi,
menggunakan komputer. Dikemukakan hal lain yang manajemen dokumen, dan microsoft office atau
dapat membuat pengguna bersemangat untuk penerapan sejenisnya. Mempersiapkan interface yang easy and
RME adalah apabila ada reward dalam penerapan RME. friendly user. Mempersiapkan tim teknis pendukung
Ini sesuai dengan pernyataan bahwa keuntungan untuk mengantisipasi apabila terjadi kendala dilapangan.
keuangan dapat memotivasi seseorang, dan bahwa Mendesain dan membangun jaringan, dan menggunakan
pemberian insentif dapat menahan gelombang yang server yang sesuai dengan banyaknya pengguna, dengan
timbul akibat implementasi sistem baru8. memperhitungkan berapa titik akses wireless yang
dibutuhkan. Mempersiapkan back-up data dan tenaga
12. Strategi (listrik) dengan menggunakan redudant power supply
Dalam dokumen rencana strategis bisnis rumah atau uninterrupted power supply (UPS)28.
sakit tahun 2009 – 2014 belum disebutkan tentang RME. Aplikasi SIMRS di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Dukungan struktur dibutuhkan karena pada umumnya, menggunakan server dengan kapasitas sementara 8
transisi ke sistem informasi baru, dapat menyebabkan Terabytes, dan kapasitas ini sifatnya dinamik, kalau
ketakutan, kecemasan, dan komputer fobia24. dirasa kurang bisa ditambahkan lagi. Database yang
digunakan adalah SyBase dan bahasa pemrograman
13. Akuntabilitas Power Builder. Sedangkan untuk hardware ada 176
SIMRS yang berjalan saat ini adalah sosialisasi Personal Computer khusus untuk SIMRS yang
menuju RME, manajemen memiliki target untuk ditempatkan disetiap ruangan yang sudah ditentukan
penerapan RME, yaitu paling lama 3 atau 4 tahun dengan spesifikasi memadai.
kedepan RME sudah bisa dilaksanakan. Peran dan Untuk penerapan RME hanya perlu ditambahkan
tanggungjawab untuk menganalisa produk pilihan, software aplikasi RME. Namun perlu diingat sebelum
kontrak, ketentuan dan negosiasi dengan vendor RME memasang aplikasi, para pengguna harus dilibatkan
diserahkan pada tim khusus yang diketuai oleh kepala dalam perancangannya. Karena para pengguna pasti
bagian hukum dan ham. Selama ini hubungan dengan mempunyai pandangan dan harapan bagaimana aplikasi
vendor penyedia layanan SIMRS terjalin baik. tersebut dapat mempermudah dan bukannya
Mengelola hubungan dengan vendor diperlukan dalam mempersulit mereka. Jika diperlukan dapat di bentuk tim
memilih sistem dan mengembangkan program baru bagi khusus untuk hal tersebut9.
pengguna4. Pertimbangan lainnya adalah karena setiap dokter
memiliki perbedaan dalam hal kecepatan kerja dan
14. Infrastruktur Teknologi waktu entri data, ini membuat fungsi RME harus dibuat
Infrastruktur yang dibangun untuk implementasi sefleksibel mungkin dalam hal navigasi, personalisasi,
RME harus memperhatikan persyaratan untuk privasi kustomisasi, akses pada beberapa pasien sekaligus,
dan keamanan, juga terkait asuransi kesehatan dan delegasi tanggung jawab antar petugas medis, variasi
akuntabilitas. Beberapa yang bisa dirancang untuk data dan visualisasi12. Dari sisi infrastruktur perangkat
keamanan diantaranya membentuk tim keamanan, teknologi, dengan bantuan pihak KSO, RSUD Dr. H.
memperhitungkan resiko, membuat kebijakan dan SOP, Abdul Moeloek sudah siap untuk penerapan RME.
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 41

15. Anggaran Dari penilaian kesiapan budaya kerja organisasi


Anggaran yang digunakan untuk operasional dan diperoleh skor 22 dari maksimal skor 55. Berada pada
pemeliharaan SIMRS di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek range II. Ini mengindikasikan telah ada pemahaman
telah mendapat persetujuan dari DPRD yaitu sebesar tentang perubahan budaya kerja organisasi yang
3,33% dari pendapatan rumah sakit yang diproses mungkin terjadi bila RME diterapkan. Diperlukan
melalui aplikasi SIMRS. Dalam kontrak kerjasama eksplorasi rinci dan perencanaan untuk mengantisipasi
operasional dengan pihak ketiga, disebutkan bahwa perbedaan pendapat dan pemahaman sebagai dampak
rekam medis merupakan bagian dari aplikasi back office yang mungkin terjadi terkait perubahan budaya kerja
yang harus disiapkan oleh pihak KSO, sehingga, organisasi6.
anggaran untuk RME sudah tidak ada masalah. Dari penilaian kesiapan tata kelola dan
kepemimpinan diperoleh skor 22 dari maksimal skor 40.
PEMBAHASAN Berada pada range II. Ini mengindikasikan telah ada
Telah dilakukan penilaian menggunakan pemahaman tentang nilai RME pada pengambil
instrumen kesiapan dari DOQ-IT, terhadap kesiapan keputusan. Ada beberapa kelemahan yang bisa di
sumber daya manusia, budaya kerja organisasi, tata eksplorasi secara rinci dan didiskusikan terkait strategi
kelola dan kepemimpinan, dan infrastruktur. dan dukungan manajemen TI6.
Dari penilaian kesiapan sumber daya manusia Dari penilaian kesiapan infrastruktur diperoleh skor
diperoleh skor 9 dari maksimal skor 30. Berada pada 13 dari maksimal skor 20. Berada pada range III, ini
range I. Ini mengindikasikan tidak ada pemahaman yang mengindikasikan bahwa kapasitas teknologi informasi
kuat tentang RME dan apa manfaatnya untuk rumah cukup kuat dan kemungkinan untuk berhasil dalam
sakit. Diperlukan pengembangan visi dan penguatan adopsi RME cukup tinggi6.
kapasitas staf klinis dan administrasi sebelum bergerak Dari ke empat variabel yang dinilai, jika di
menuju penerapan RME6. gambarkan dengan grafik akan tampak area kesiapan
seperti gambar 1.

Area Kesiapan Penerapan RME

Sumber Daya Manusia


5

3 2

Infrastruktur 4 0 2 Budaya Kerja Organisasi

Area Kesiapan
3

Tata Kelola Kepemimpinan

Gambar 1. Area Kesiapan Penerapan RME RSUD Dr. H. Abdul Moeloek


Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 42

Daerah yang dihubungkan dengan garis tebal pada 8. Marques A, Oliveira T, Martins MFO, Lisboa
gambar 1 menunjukkan area kesiapan penerapan RME di UN De. Adoption of Medical Records
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek secara keseluruhan. Management System in European Hospitals.
Terlihat bahwa variabel yang paling siap dengan skor 2008:265-275.
tertinggi adalah infrastruktur. Sedangkan variabel yang 9. Nugroho E. Sistem Informasi Manajemen,
belum siap dengan skor rendah adalah variabel sumber
Konsep, Aplikasi, & Perkembangannya.
daya manusia dan budaya kerja organisasi.
Yogyakarta: Penerbit Andi; 2008.

KESIMPULAN 10. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI


Dari hasil penilaian, diperoleh total skor 66 dari NO. 82 Tahun 2013 Tentang Sistem Informasi
maksimal skor 145. Berada pada range II. Skor dalam Manajemen Rumah Sakit. Indonesia; 2013.
kisaran ini menunjukkan bahwa, ada kemampuan yang 11. Jogiyanto H. Sistem Teknologi Informasi. 3rd
baik dibeberapa komponen kesiapan, namun ada pula ed. Yogyakarta: ANDI OFFSET; 2009.
beberapa kelemahan di beberapa komponen.
12. Smelcer JB, Jacobs HM, Kantrovich L.
Diperlukan identifikasi dan antisipasi lebih lanjut
Usability of Electronic Medical Records. J
pada komponen yang lemah, agar implementasi bisa
Usability Stud. 2009;4(2):70-84.
tetap berjalan baik. Secara keseluruhan, RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Cukup Siap untuk 13. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
penerapan rekam medis elektronik. Selain itu diperlukan Reformasi Birokrasi RI. Peraturan Menteri
pengembangan visi dan penguatan kapasitas staf klinis Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
dan administrasi sebelum bergerak menuju penerapan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
RME. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek membutuhkan Tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis
tenaga ahli sistem informasi manajemen dan ahli Dan Angka Kreditnya. Republik Indonesia;
komputer yang memadai agar bisa memiliki SIMRS 2013.
yang mandiri. Perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan 14. Redhead CS. Promoting Electronic
pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan Connectivity in Healthcare. In: CRS Report for
keterampilan staf untuk penerapan RME. Sosialisasi dan Congress Health Information Technology :.
pelatihan juga dapat dijadikan sarana untuk merubah Washington; 2005.
mindset pengguna terhadap pentingnya rekam medis.
Perlu dipertimbangkan untuk menjadikan reward 15. Munir S, Boaden R. Patient Empowerment and
sebagai pendorong keberhasilan penerapan RME. The Electronic Health Record. Eur Pubmed
Cent. 2001;84:663-665.
KEPUSTAKAAN 16. Shortliffe EH, Cimino JJ. Biomedical
1. Tavakoli N, Jahanbakhsh M, Mokhtari H, Reza Informatics; Computer Application in Health
Tadayon H. Opportunities of electronic health Care and Biomedicine. 4th ed. New York:
record implementation in Isfahan. Procedia Springer; 2014.
Comput Sci. 2011;3:1195-1198. 17. Hatta GR. Pedoman Manajemen Informasi
doi:10.1016/j.procs.2010.12.193. Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan.
2. Venkatraman BYS, Bala H, Venkatesh V, Bates Jakarta: Universitas Indonesia; 2008.
J. Six Strategies for Electronic Medical Records 18. Huffman EK. Health Information Management.
Systems. Commun ACM. 2008;51(11):140-144. 10th ed. (Cofer J, ed.). Ann Arbor: Physicians’
3. Qureshi QA, Ahmad I, Nawaz A. Readiness For Record Company, 1994; 2008.
E-Health in Developing Countries Like 19. Boonstra A, Broekhuis M. Barriers to the
Pakistan. Gomal Univ J Res. 2012;10(1). acceptance of electronic medical records by
4. Ghazisaeidi M, Ahmadi M, Sadoughi F. An physicians from systematic review to taxonomy
Assessment of Readiness for Pre- and interventions. BMC Health Serv Res.
Implementation of Electronic Health Record in 2010;10:231. doi:10.1186/1472-6963-10-231.
Iran : a Practical Approach to Implementation in 20. Patak A., Said H, Yaumi M, Ernawati A, Nur
general and Teaching Hospitals. Acta Med Iran. D. Integrating Knowledge Science and
2013;52(7):533-544. Religion. In: The 1st Academic Symposium on
5. Parker C. DOQ IT. Health Information Integrating Knowledge (The 1st ASIK). Johor
Technology Masspro. Malaysia: Ibnu Sina Institute for Knowledge
Science and Religion; 2014.
6. Doctor’s Office Quality - Information
Technology (DOQ-IT). EHR Assessment and 21. Hariandja MTE. Manajemen Sumber Daya
Readiness Starter Assessment. DOQ-IT. Manusia, Pengadaan, Pengembangan,
Pengkompensasian Dan Peningkatan
7. RSUD Dr. H Abdul Moeloek. Rencana Produktivitas Pegawai. Jakarta: PT. Grasindo;
Strategis Bisnis. 2010:100. 2007.
Journal of Information Systems for Public Health, Vol. 1, No. 2, Agustus 2016 43

22. Markus SN. Rancangan Database Dalam and Teach. N Engl J Med. 1972.
Pengembangan Rekam Medis Elektronik Rawat 26. Ammenwerth E, Schnell-Inderst P, Hoerbst A.
Jalan Pada Klinik Gigi di Rumah Sakit Panti Patient Empowerment by Electronic Health
Rapih Yogyakarta. 2010.
Hecords: First Results of a Systematic Review
23. Shoolin JS. Change Management – on The Benefit of Patient Portals. Eur Pubmed
Recommendations for Successful Electronic Cent. 2011;165:63-67.
Medical Records. Appl Clin Inform. 2010:286- 27. Winardi. Motivasi Dan Pemotivasian Dalam
292. doi:10.4338/ACI-2010-01-R-0001.
Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada;
24. Ajami S, Ketabi S, Isfahani SS, Heidari A. 2002.
Readiness assessment of electronic health 28. Hartley CP, Jones EDI. EHR Implementation A
records implementation. Acta Inform Med. Step by Step Guide for the Medical Practice.
2011;19(4):224-227.
2nd ed. United States: American Medical
doi:10.5455/aim.2011.19.224-227. Association; 2012.
25. Weed M.D. LL. Medical Record That Guide

Korespondensi
Ika Sudirahayu
ikasudirahayu1@gmail.com
Jl. Dr. Rivai No. 6, Penengahan, Tanjung Karang Pusat, Penengahan, Tj. Karang Pusat, Kota Bandar Lampung, Lampung
35121, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai