Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Allah SWT atas karunia-Nya, saya
dapat menyelasaikan karya ilmiah dengan judul “Diet Hipertensi untuk
Mengontrol Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi”. Karya Ilmiah
Akhir Ners ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan studi di Program Ners
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bmbigan dari berbaga pihak, dari masa perkuiahan hingga
penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
karya ini. Oleh karena itu, saya mengucapka terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah menuntun penulis dan memberi kekuatan dalam
menjalani fase kehidupan di kuliah dan untuk menyelesaikan ini
2. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Ibu Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc, Phd.
3. Ibu Ns. Tri Widyatuti H., S.Kep selaku pembimbing, yang telah memberi
masukan dan mengarahkan serta membimbing dalam penulisan karya
ilmiah akhir ners ini.
4. Ibu Imami Nur Rachmawati S.Kp, Msc selaku pembimbing akademik penulis
5. Ibu Fajar Waluyanti S.Kep. M.Kep., Sp.Anak selaku koordinator mata Ajar
KIA Ners dan seluruh staf pengajar mata ajar Tugas Akhir
6. Drs. Sudirman, M.Pd. dan Kris Isnawati Ida S.Pd., MM., Orang Tua yang
sangat dicintai, selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis.
Adik-adik tercinta Jundi Mangku Aghni, Zaky In’am Azzikra, Oriza Sativa
Arrinal Haq yang selalu menjadi penyemangat untuk segera lulus.
7. Segenap tim dosen FIK UI, Khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas
yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini.
8. drg. Ranti selaku Kepala Puskesmas Sukatani yang telah bekerja sama
dengan penulis selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat
Perkotaan
9. Kader Kesehatan RW 22 Khususnya RT 03 Kelurahan Sukatani Ibu
Ratmana Sukiyo
10. Sahabat dan orang yang saya sayangi telah mengingatkan, memberi saran
dan masukan dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih
Ghulam
v
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
Nurul Huda, Putri Novelia, Rizky Agustina Wulandari,Oktorilla
Fiskasianita, Lystia Tri Utami, Destarasati, Fandiar Nur Isdiati, Rona
Cahyantari, Zakiyyah Ahsanti, Mustafidz Al Abrar, Isni Dalimunthe,
Destarasati, Rona Cahyantari Merduati, Ushal Imami, Dini Fitriani Tjarma,
Ridhaninggar kakak mentor perjuangan, Weni Widya Shari, Ade Martiwi,
Pengurus Harian Nasional ILMIKI 2011-2013,Kesma BEM UI 2010,
Teman-teman Kesma BEM UI 2012, MWA UI UM 2011, Forum Indonesia
Muda, Kakak Mentoring Ceria, dan Kaka Guru Sekolah Bermain Matahari,
dan semua teman-teman yang memberi dukungan yang tak bisa ditulis satu
persatu namun selalu tertera di hati ini.
11. Teman satu perjuangan di RW 22 Kelurahan Sukatani Rizkiyani Istifada,
Arif Ridwan, Hani Fauziah, Hamdana Eka Putri, Rini Fauziah.
12. Teman-teman FIK UI 2009 Mandiri yang telah memicu semangat saya
untuk bisa memakai toga bersama
Penulis
vi
Tingginya prevalensi hipertensi pada masyarakat perkotaan dipicu oleh gaya hidup. Perubahan
gaya hidup tersebut adalah perubahan pola makan yang menjadi lebih banyak gula, garam, lemak,
dan rendah serat. Pravelensi hipertensi meningkat seiiring dengan peningkatan usia. Perawat perlu
memberikan intervensi dalam aspek manajemen diet untuk lansia dengan hipertensi. Karya ilmiah
ini dibuat berdasarkan asuhan keperawatan keluarga yang telah diberikan selama 7 minggu untuk
mengontrol tekanan darah. Perawat menerapkan manajemen diet untuk mengontrol tekanan
darah. Hasilnya terdapat penurunan tekanan darah 10 mmHg pada diastole. Diet hipertensi pada
lansia tercapai sebagian karena ada faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan yaitu
kepatuhan.
ABSTRACT
viii
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
JUDUL.................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.................................vi
ABSTRAK........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xii
1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................7
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................8
1.3.1. Tujuan Umum.......................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................8
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................8
1.4.1 Pendidikan Keperawatan......................................................................8
1.4.2 Pelayanan Keperawatan........................................................................9
1.4.3 Penelitian Selanjutnya..........................................................................9
1.4.4. Bagi keluarga.......................................................................................9
2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................10
2.1. Konsep Keperawatan Perkotaan..................................................................10
2.1.1. Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan. 10
2.1.2. Masalah Gaya Hidup dan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan.....12
2.2. Keluarga dengan Lansia..............................................................................13
2.2.1. Keluarga dengan Lansia...................................................................13
2.2.2. Lansia sebagai Agregat Rawan (Vulnerable)...................................14
2.3. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi..........................15
2.3.1. Pengkajian keluarga.........................................................................15
2.3.2. Diagnosis Keperawatan....................................................................17
2.3.3. Skoring Masalah Keluarga...............................................................19
2.3.4. Perencanaan Keperawatan................................................................20
2.3.5. Implementasi Keperawatan..............................................................21
2.3.6 Evaluasi Keperawatan......................................................................27
2.3.6. Peran Perawat Keluarga...................................................................28
2.3.7 Peran Perawat Komunitas................................................................29
x
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah..............................................................16
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO.............................................17
Tabel 2.3 Cara Membuat Skoring Penentuan Priotitas...................................19
xi
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan yang disebutkan pada daerah perkotaan adalah
Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM terjadi akibat dari gaya hidup yang buruk.
WHO mempublikasikan pravalensi peningkatan tekanan darah pada penduduk
dunia yaitu 29,2 % laki-laki dan 24,8% pada wanita pada tahun 2008 (World
Health Statistic, 2013). Lebih lanjut Hasil Riskesdas (2013) menyebutkan
bahwa angka hipertensi secara nasional dari cakupan nakes terhadap 36,8 persen
penduduk yaitu 25,8 persen. Prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis tenaga
kesehatan dan pengukuran terlihat meningkat seiring dengan bertambahnya
umur (Riskesdas, 2013).
1 Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
57 juta kecacatan atau 3,7% dari total kecacatan (Global Health Observatory,
2014). Indonesia melalui hasil riset Riskesdas (2013) menunjukan angka
kejadian stroke meningkat dari 8,3 per1000 pada tahun 2007 menjadi 12,1
per1000 pada tahun 2013.
Lansia sendiri sebagai agregat yang besar saat ini mengalami permasalahan
PTM cukup besar. Lansia merupakan kelompok yang rawan dan berisiko karena
ketidaktahuannya mengenai program yang ada atau karena lansia tidak tahu
bagaimana mengakses pelayanan kesehatan (Lundy & Janes, 2009). Lansia
dengan penurunan fisik dan psikologis memerlukan bantuan dalam menghadapi
masalah-masalah kesehatan dirinya. Lansia secara fisik mengalami perubahan
dalam ketebalan pembuluh darah dan juga penurunan fisik lainnya yang
mengakibatkan pompa jantung meningkat. Lansia secara psikologis terjadi
perubahan seperti kehilangan, pekerjaan, penghasilan, kebutuhan eksistensi
yang dapat memperngaruhi dan menjadi stressor pada lansia.
Pravalensi hipertensi di perkotaan lebih tinggi dari pedesaan yaitu 26,1 persen dari
25,5 persen. Pravelensi Provinsi hipertensi tertinggi yaitu di Bangka Belitung
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan
Jawa Barat (29,4%). Depok sebagai salah satu Kabupaten Kota di Jawa Barat
berdasarkan profil kesehatan tahun 2012 digambarkan bahwa hipertensi
merupakan penyakit PTM terbesar yaitu sebesar 53,9 persen.
Universitas Indonesia
Nenek N memiliki hipertensi sejak dua tahun yang lalu dengan tekanan darah
180/110 mmHg. Status hipertensi nenek N berdasarkan WHO termasuk kategori
hipertensi Berat. Nenek N mengonsumsi obat Captopril 1x12,5 mg yang
diminum setiap hari. Nenek N tidak merasakan tanda dan gejala seperti pusing,
mata kunang-kunang, sulit tidur, dan sesak napas. Nenek N memiliki riwayat
dirawat karena tekanan darah >200/110 dan saat itu merasakan gejala pusing,
mata kunang-kunang, dan sulit tidur. Pola makan Nenek N sejak muda dan
hingga saat ini sangat menyukai makanan yang gurih dan asin. Nenek N makan
2xsehari dengan lauk pauk yang gurih dan ikan asin. Beliau setiap hari
mengonsumsi makanan ikan asin dan merasa tidak enak jika makan tanpa ikan
asin. Cemilan yang selalu dimakan nenek N yaitu kerupuk gurih. Pola olahraga
yaitu Nenek N tidak berolahraga rutin.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi (2013) dalam salah satu seminar Gizi
menyampaikan prinsip dalam upaya penanggulan PTM yaitu dengan
melaksanakan pencegahan pada semua siklus kehidupan yaitu dengan
memenuhi gizi dan kesehatan agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan. Prinsip
selanjutnya yaitu menerapkan Pedoman Gizi Seimbang yang difokuskan pada
peningkatan konsumsi sayur dan buah, pangan hewani dengan mengurangi
lemak serta minyak dan membatasi gula dan garam. Selanjutnya menggerakan
masyarakat untuk melakukan aktifitas fisik dan menimbang berat badan secara
teratur. Hal ini dikuatkan oleh rekomendasi AHA mengenai pencegahan dan
penurunan tekanan
darah melalui diet yang dilakukan pada lansia menunjukan hasil yang baik. Lansia
mampu melakukan diet hipertensi secara berkesinambungan terutama dalam hal
menurunkan berat badan berlebih dan pengurangan garam dalam jangka waktu
yang lama (AHA ,2006).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan beberapa teori yang disusun secara sistermatis sebagai
landasan teori dalam penyusunana karya ilmiah ini. Tinjauan pustakan dalam
karya ilmiah ini mengenai konsep keperawatan atau kesehatan masyarakat
perkotaan, keluarga dengan lanjut usia, dan strategi asuhan keperawatan
keluarga lanjut usia dengan hipertensi.
Kemiskinan di dalam kota berkaitan erat dengan rendahya kualitas hidup dan
peningkatan masalah kesehatan di rentang semua usia. Beberapa masalah
kesehatan tersebut yaitu peningkatan angka kematian ibu dan angka kematian
anak (Jones. 2006), dan kematian karena penyakit kardiovaskular, penyakit
ginjal, dan angka bunuh diri (Cheung & Hwang, 2004 dalam Lundy & Janes,
2009). Pada abad 20 an masyarakat perkotaan berkontribusi terhadap
peningkatan kasus obesitas, kurangnya keterikatan sosial, meningkatnya stress
karena kemacetan dan kehidupan yang penuh dengan tekanan, tidak memiliki
waktu untuk berolahraga, dan masyarakat yang lebih individual.
Universitas Indonesia
Angka kesakitan lansia adalah proporsi penduduk lansia yang mengalami masalah
kesehatan hingga mengganggu aktifitas. Angka kesakitan lansia di Indonesia
pada tahun 2013 sebesar 26,93% artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia
terdapat 27 orang yang diantaranya mengalami sakit (Kemenkes, 2013). Faktor
yang mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh lansia adalah pola hidup
yang dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup yang kurang sehat berdampak
pada penurunan daya tahan tubuh dan masalah umum yang dialami adalah
rentannya terhadap berbagai penyakit (Kemenkes, 2013).
Keluarga merupakan suatu keterikatan dua orang atau lebih yang diikat oleh
kebersamaan dan ikatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Keluarga bergabung bersama diikat oleh perkawinan, darah, adopsi, dan lainnya
yang berada dalam satu rumah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Oleh
karena itu keluarga merupakan keterikatan dua orang atu lebih dimana ada
kebersamaan dan diikat oleh perkawinan, darah, adopsi dan cara lainnya yang
saling menyatukan diri dan mengidentifikasi sebagai keluarga.
Selanjutnya yang kelima perawat mengkaji (5) fungsi keluarga: fungsi afektif,
fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga:
stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga,
respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi
yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,
pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga, aspek
pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher,
thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan
dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan
keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada (Friedman, Bowden, & Jones,
2003).
Pengkajian status kesehatan pada lansia harus melihat berbagai dimensi yang
mempengaruhi lansia jangka panjang dan komprehensif. Perawatan yang efektif
dari perawat bergantung pada pengkajian yang tepat terhadap status kesehatan
lansia. Instrument yang digunakan harus dapat menjabarkan kondisi
kemampuan, kerusakan yang dialami klien, dan level kapasitas lansia yang
dapat berfungsi (Stanhope & Lancaster, 2000). Dimensi yang perlu ada dalam
pengkajian yaitu sumber sosial, sumber ekonomi, kesehatan fisik, kesehatan
mental, sumber ekonomi, dan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari
(Stanhope & Lancaster, 2000).
Asupan garam harus dikurangi karena dapat menurunkan tekanan darah secara
nyata. Secara umum, individu biasanya mengonsumsi lebih banyak garam dari
kebutuhan tubuh. Idealnya, setiap hari hanya boleh mengonsumsi satu sendok
teh saja atau sekitar 5 gram per hari(Vitahealth, 2004). Pada klien yang telah
terkena hipertensi asupan garam dikurangi sesuai dengan tekanan darah; tekanan
darah 140-160 mmHg yaitu ½ sendok teh; tekanan darah 160-180mmHg yaitu ¼
sendok teh, dan lebih dari 180 mmHg yaitu tidak boleh menggunakan garam
(Kemenkes, 2011). Salah satu cara yang dianjurkan untuk mengurangi rasa
tawar adalah dengan menambah bumbu yang mengandung sedikit garam dan
memisahkan garam dari masakan (Kemenkes, 2011).
Serat yang didapatkan dari makanan sayur dan makanan rumahan dapat
memperlancar buang air besar dan menahan asupan natrium. Konsumsi serat 7
gram serat perhari dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik
sebanyak
5 poin (Vitahealth, 2004). Menghentikan rokok, kopi, dan alkhohol dapat
mengurangi beban jantung dan jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok
sebagaimana diketeahui dapat meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah
dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner.
Sedangkan alhohol dapat memacu tekanan darah. Selain itu kopi dapat memacu
detak jantung.
Kebutuhan kalori pada lansia menurun dari kebutuhan pada tahap dewasa. RDA
(Recommended Daily Allowance) pada lansia (65-75 tahun) untuk laki-laki
sekitar 2300 kkal/hari sedangkan untuk wanita 1900 kkal/hari dan kebutuhan
vitamin serta mineral sama seperti kebutuhan saat dewasa. Pada usia diatas 75
tahun turun menjadi 2050 kkal/hari. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat aktivitas lansia (Stanley, 2005).
Kebutuhan energi total diperlukan untuk metabolisme basal, aktivitas fisik dan
efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (Almatsier, 2004). Ada beberapa
cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita hipertensi. Di
antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada
beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll.
Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi
adalah sebagai berikut:
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150
cm, rumus dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal = BB ideal ± 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).Indeks massa
tubuh dapat dihitung dengan rumus:
IMT = BB(kg)/ TB2(m)
Klasifikasi IMT
< < BB Kurang < 18,5
< < BB Normal 18,5-22,9
< < BB Lebih ≥ 23,0
*WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective:RedefiningObesity and its Treatment dalam PERKI (2011)
Selanjutnya hal yang penting dalam diet adalah komposisi dan jenis makanan.
Anjuran kebutuhan gizi dan pemenuhan nutrisi yaitu 13 gizi dasar dan
seimbang. Namun jika disimpulkan ada tiga kelompok makanan yang sangat
berperan penting atau paling utama yaitu karbohidrat, protein, dan sayur serta
buah (Almatsier, 2004).
Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat berupa upaya preventif dan
promotif masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga, dalam hal ini berkaitan
dengan pengontrolan hipertensi. Perawat keluarga dapat memberikan informasi
kesehatan yang berkelanjutan dan memberikan saran kepada keluarga mencakup
komunikasi terkait temuan masalah kesehatan dan cara mengatasinya. Tujuan
pendidikan adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun
perubahan perilaku tidak secara langsung terlihat dalam waktu singkat
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Kemampuan kognitif atau pengetahuan
yang meningkat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran keluarga untuk
melakukan perubahan.
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Keluarga Bapak R menganut agama Islam dan berasal dari suku Jawa. Bapak R
dan berasal dari dari Magetan. Sejak Kecil Bapak R tinggal di jakarta karena
nenek serta ibunya merantau ke jakarta. Bapak R dan istrinya baru saja menikah
tahun lalu. Lima tahun yang lalu orangtua laki-laki Bapak R meninggal. Sejak
saat itu Bapak R menggantikan menjadi kepala keluarga, mengurus ibu, adik,
dan neneknya. Bapak R dan istrinya tinggal serumah sementara sebelum dapat
membeli rumah sambil menunggu kelahiran anak pertamanya.
Universitas Indonesia
32
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
37
Nenek N mengatakan sejak muda sering bekerja keras dan begadang. Sejak
muda beliau terbiasa makan yang asin dan gurih. Saat ini keluarga mengatakan
pola makan Nenek N yaitu 1-2 kali perhari dengan 1/3-1 porsi. Nenek N
mengatakan hanya makan pagi jam 10.00 dan makan siang pukul 14.00, makan
malam jarang dilakukan. Makanan yang paling disukai yaitu ikan asin dan tahu
tempe. Ikan asin dikonsumsi setiap hari oleh Nenek N. Nenek N mengatakan
terbiasa makan asin dan gurih. Nenek N menyukai nasi yang lembut dan kuah
sayur. Cemilan yang sering dikonsumsi yaitu kripik yang selalu ada di
kamarnya. Nenek N mengatakan mengemil >3x perhari. Pantangan yang
dipatuhi yaitu sayur berwarna hijau, kacang-kacangan dan cabe. Keluarga
mengatakan Nenek N memang sering mengemil keripik dan yang gurih-gurih.
Keluarga mengatakan seringkali nenek N merasa masakan anaknya kurang asin
sehingga ia menambahkan garam. Tidak ada pantangan terhadap santan dan
makanan berlemak. Nenek N pantang dan tidak pernah makan daging kambing.
Berat badan nenek N 54 Kg dengan tinggi badan 145 cm, dengan IMT 25,6
kg/cm2 atau dikategorikan overweight.
Pola BAK Nenek N 1 kali sehari konsistensi agak lembek, terkadang sulit
mengeluarkan jika tidak makan buah. Namun tidak merasakan perih atau sakit
ketika mengeluarkan. Pola minum Nenek N yaitu 5 gelas ukuran 350 cc
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pola istirahat Nenek N malam hari pukul 21.30 sudah ketempat tidur. Namun
baru terlelap tidur 21.00WIB. Terjaga pukul 04.00 wib dengan lama tidur sekitar
5-8 jam dan terjaga terkadang-kadang untuk pipis. Ibu mengatakan cukup puas
dengan kualitas tidurnya. Ketika bangun ia merasakan segar. Selama sebelum
terlelap Nenek N tidak sering memikirkan hl-hal yang sedih. Anggota keluarga
lain seperti Bapak R tidur tidak menentu, biasanya tidur pukul 01.00 WIB. Ibu S
dan Ibu E tidur pukul 22 hingga 05.00. Anggota keluarga lainnya tidur pukul
22.00 WIB dan tidak merasa ada gangguan saat tidur.
Pola olahraga yang dilakukan Nenek N tidak rutin. Setiap pagi biasanya
berjemur sambil melihat kolam ikan dan menggerakan badan, dilakukan 5 menit
perhari. Keseimbangan nenek N masih baik. Meski ada senam setiap hari
minggu di depan rumahnya, ia tidak mengikuti karena senam dirasakan berat.
Anggota keluarga lain yang senam adalah ibu E yang aktif senam setiap hari
minggu. Ibu S yang sedang hamil juga sering berjalan setiap pagi 30 menit,
sering mengajak nenek N namun nenek tidak mau. Setiap malam hari sakit
panas pada kakinya. Gaya berjalan normal dan tidak berpegangan dengan
dinding. Tempat tidur tidak ada penyangga. Suasana rumah terang. Nenek N
masih ingin melakukan kegiatan seperti menyuci ataupun membalik pakaian
yang dijemur.
Afeksi keluarga terlihat sangat akrab dan terbuka satu sama lain. Sesekali
anaknya sering bercanda sambil mengingatkan nenek N. Selama 4 kali
kunjungan nenek N masih tidak melakukan anjuran perawat untuk mengurangi
garam dan ikan asin. Hal ini dikarenakan keluarga masih menyediakan menu
makanan ikan asin.
Rumah nenek N terlihat nyaman, di teras terdapat sedikit kolam ikan. Ventilasi
terbuka lebar dan kamar mandi tanpa undakan. Kamar nenek N memang tampak
lebih gelap dan tidak rapih. Namun jika diperhatikan barang kebutuhan nenek N
sudah didekatkan dan disesuaikan dengan jangkauannya.
Stressor jangka pendek yang sedang dihadapi keluarga adalah harapan adik
kedua Bapak S agar dapat pekerjaan, istri bapak S yang akan melahirkan, dan
kondisi kesehatan nenek N. Cara yang dilakukan untuk menghadapi stressor
tersebut yaitu dengan berdiskusi dan melakukan persiapan serta membuat sistem
pendukung termasuk meminta saran kepada kader kesehatan.
Tujuan khusus tiga setelah dilakukan kunjungan 2x45 menit keluarga mampu
merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan menyebutkan 4
dari 6 cara mengontrol tekanan darah, keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5
cara perawatan hipertensi dan keluarga mampu mendemonstrasikan teknik
relasasi nafas dan menyusun menu sehat diet hipertensi. Keluarga mampu
memilah
makanan yang boleh, tidak boleh, dan dibatasiyaitu minimal 3 makanan.
Keluarga mampu mengidentifikasi makanan yang tidak boleh , dan dibatasi
yang sering dikonsumsi. Keluarga mampu menyusun menu makanan diet
hipertensi selama seminggu termasuk waktu makan, jenis, dan ukurannya. (4)
Tujuan keempat yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan
menyebutkan cara 2 dari 4 cara modifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah
hipertensi. (5) tujuan kelima yaitu keluarga mampu memanfaatkan pelayanan
kesehatan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengatasi hipertensi dengan
mampu menyebutkan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan, keluarga mampu
membawa Nenek N ke fasilitas kesehatan jika mengalami masalah pada
penyakitnya
Perawat setelah mengenalkan masalah juga mengajarkan tanda dan gejala serta
mendiskusikan apa yang dialami oleh nenek N. Selanjutnya Perawat dan
keluarga mengidentifikasi kategori tekanan darah nenek N. Setelah itu perawat
dan keluarga mendiskusikan penyebab hipertensi yaitu akan mengakibatkan
pembuluh darah pecah di otak karena tekanan yang terlalu tinggi, gangguan
ginjal, gangguan jantung, dan gangguan mata. Stroke yang terjadi dapat
mengakibatkan masalah kesehatan sosial dan ekonomi bagi keluarga. Perawat
memotivasi keluarga untuk merawat nenek N.
Universitas Indonesia
Bab ini akan menjelaskan analisis yang diawali dengan uraian profil lahan praktik,
analisis masalah keperawatan dengan konsep keperawatan kesehatan
masyarakatt perkotaan, serta analisis diet hipertensi dengan penelitian yang
sebelumnya, dan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
Luas wilayah Kelurahan Sukatani 508,60 km2 dengan jumlah total penduduk
adalah 57941 jiwa dengan jumlah perempuan 29.152 orang dan laki-laki
berjumlah 28.789. Jumlah Rukun Tetangga 184 RT dengan 26 Rukun Warga.
Jumlah kepala keluarga 16840 Jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk
12215/km2. Sebagian besar beragama Islam dengan 38484 orang memeluk
agama islam. Angka kematian penduduk sukatani 198 dan Angka Kelahiran
114. Jumlah penduduk yang datang sebesar 654 orang dan penduduk yang
pindah 246 orang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keluarga merupakan suatu keterikatan dua orang atau lebih yang diikat oleh
kebersamaan dan ikatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Pernyataan ini sesuai untuk menggambarkan keluarga Bapak R sebagai sebuah
keluarga. Keluarga Bapak R terdiri dari 1 kepala keluarga, 1 orang istri, 2 orang
adiknya, 1 orang nenek, dan 1 orang ibunya yang tinggal dalam satu rumah yang
sama. Berdasarkan tipe keluarga, keluarga Bapak R termasuk keluarga Besar
(Friedman, Bowden, dan Jones. 2003). Keluarga ini termasuk keluarga dengan
lansia dimana salah satu anggota keluarga telah memasuki usia lanjut usia dan
menghadapi tahap tumbuh kembang lansia.
Tanda dan gejala hipertensi yang dialami klien dengan hipertensi yaitu kepala
pusing berat terutama pada tengkuk, cemas yang berlebihan, nafas pendek, dan
pandangan yang kabur (AHA, 2012). Nenek N dengan tekanan darah 180/110
mmHg dalam tiga kali pengukuran tidak merasakan tanda dan gejala seperti
pusing pada tengkuk, pandangan kabur, nafas pendek, ataupun jantung berdegup
lebih kencang. Namun nenek N pernah mengalami hipertensi krisis dimana
nenek N merasakan kepala yang sangat berat dan jantung yang berdegup
kencang sehingga dibawa kerumah sakit dan tekanan darah nenek N 220/110
mmHg. Hal ini sesuai dengan pernyataan AHA (2012) bahwa pada studi yang
terbaru menyatakan bahwa tekanan darah tinggi tidak selalu menyebabkan sakit
kepala kecuali dalam kasus hipertensi krisis yaitu sistolik diatas 180mmHg dan
diastolik diatas 110 mmHg. Oleh karena itu AHA (2012) menyarankan sakit
kepala atau kurangnya sakit bukan indikator yang dapat diandalkan untuk
mengatakan tekanan darah tinggi. Kontrol tekanan darah ke pelayanan kesehatan
dan Posbindu merupakan indikator yang penting untuk dilakukan terutama pada
usia lanjut. Nenek N mengeluhkan meskipun ia sudah meminum obat yang
diberikan dokter tekanan darah saat diperiksa tidak pernah turun dan seringkali
naik.
Anjuran perawatan selain obat medis selalu dianjurkan oleh tenaga kesehatan
untuk mendorong efektifitas manajemen pengobatan. Namun, pada kenyataanya
banyak pasien yang tidak melakukan anjuran tersebut. Ada beberapa faktor yang
dapat mengakibatkan hal ini yaitu kurangnya pengetahuan, belum adanya
kepercayaan kesehatan mengenai hipertensi, dan kurangnya motivasi untuk
patuh terhadap regimen pengobatan.
Orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih mudah memahami dan
mematuhi perilaku diet dibandingan dengan orang yang tingkat pendidikannya
rendah (Ouyang, 2007). Tingkat pendidikan nenek N yang lulus SD dan
keluarga yang rata-rata SMA membuat memahami informasi yang diberikan
terkait dengan hipertensi. Hal ini terlihat dari Ibu E dan Nenek N yang
menyebutkan kembali definisi, tanda dan gejala, penyebab, akibat, dan cara
perawatan yang
tepat. Perubahan perilaku nenek N untuk melakukan diet sudah juga dilakukan
yaitu pada seminggu pertama setelah dilakukan intervensi diet nenek dan
keluarga melakukan intevensi sesuai yang direncanakan.
Ellis (2010) mengatakan bahwa klien yang rutin melakukan cek kesehatan
memiliki kepatuhan lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang tidak
mengecek kesehatan secara rutin. Meskipun perawat melakukan cek tekanan
darah secara ruitn namun kepatuhan diet hipertensi kurang hal ini terlihat
adanya sulitnya nenek N mempertahankan tekanan darah yang turun 5 mmHg
pada minggu ke 5 pada sistole. Namun nenek N mampu mempertahankan
tekanan darah diastole turun 10 mmHg.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab penutup ini menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil analisi situasi
yang dijabarkan oleh penulis pada bab sebelumnya. Pada bagian ini diuraikan
kesimpulan dari hasil analisis situasi, sehingga dapat diketahui hasil dari karya
ilmiah. Setelah itu, bab ini akan menguraikan saran untuk penulisan selanjtunya
agar lansia dengan hipertensi pada keluarga dapat melakukan perawatan dan
pengontrolan tekanan darah.
5.1. SIMPULAN
Kesehatan Perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena penduduk
kota di Indonesia yang semakin pesat. Perkembangan yang cukup pesat juga
diiringi dengan peningkatan permasalahan pada perkotaan. Permasalahan ini
adalah akibat dari arus urbanisasi dan kegagalan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya baik dari segi ekonomi, sosial, kesehatan, dan kesejahteraan.
Perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan berdampak pada pola makan yang
tidak memenuhi kebutuhan, pola kerja, stress, beban hidup, dan tuntutan
pekerjaan yang mengakibatkan kebiasaan masyarakat berubah. Kebiasaan yang
terus menerus dilakukan dapat mengakibatkan perluasan Penyakit Tidak
Menular salah satunya hipertensi.
60 Universitas Indonesia
Diet hipertensi ..., Nahla Jovial Nisa, FIK UI, 2014
61
5.2. SARAN
5.2.1. Puskesmas/Perawat Komunitas
Puskesmas perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait hipertensi
pada keluarga dengan lansia hipertensi. Edukasi dapat dilakukan pada saat lansia
melakukan kunjungan ke Puskesmas dan dilakukan pencatatan serta motivasi
untuk mengontrol tekanan darah. Sehingga akan meningkatkan dukungan dan
kontrol dari tenaga kesehatan. Perawat kesehatan masyarakat dari Puskesmas
perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan lansia yang memiliki
kerentanan terhadap Penyakit Tidak Menular melalui asuhan keperawatan
keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan
keperawatan dalam mengatasi masalah hipertensi pada lansia. Puskesmas juga
dapat menerapkan media promosi yang sesuai dengan lansia sehingga mudah
Universitas Indonesia
5.2.4. Keluarga
Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan lansia dengan
aktif bertanya dan berkonsultasi pada petugas kesehatan. Keluarga diharapkan
dapat tetap mempertahankan diet hipertensi yang telah dilakukan. Anggota
keluarga lain selain nenek yang sakit juga diharapkan dapat memberikan
dukungan agar Nenek N patuh terhadap diet hipertensi dengan tidak
menyediakan makanan yang dilarang dan dihindari. Keluarga diharapkan
mampu menyediakan menu makanan dengan rendah garam pada nenek. Setelah
itu keluarga dan lansia diharapkan dapat melakukan cara perawatan lainnya
seperti manajemen stress, melakukan aktifitas fisik rutin dengan olahraga ringan
pada lansia. Lansia juga diharapkan selalu melakukan kunjungan ke posyandu
untuk melakukan pemeriksaan fisik terutama tekanan darah, berat badan,dan
tinggi badan.
5.2.5. Masyarakat/Kader
Kader diharapkan dapat melakukan kunjungan keluarga yang berisiko
hipertensi. Kader juga diharapkan dapat memotivasi keluarga untuk kontrol ke
Puskesmas. Selanjutnya kader diharapkan dapat memberikan edukasi kepada
masyarakat ataupun individu mengenai hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
Allender,J. A. , Rector, C., & Warner, K.D. (2010). Community health nursing :
promoting and protecting the public’s health. Lippincott: Williams & Wilkins
BPS. (2010). Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010
tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia.
http://www.bps.go.id/download_file/MFD/MFD_2010_Buku_3.pdf diunduh
pada 1 Juli 2014 pukul 11.30 WIB.
Dinas Kota Depok. (2012). Profil Kesehatan Kota Depok. Dinkes Depok
Ellis, G. E. (2010). An Assesment of the factors than affect the self care
behaviour of diabetes. Birmingham: ProQuest Information and Learning
Company.
Feinstein, L. & dkk. (2005). What are the Effects of Education on
Healh?. diunduh pada 2 Juni 2013 http://www.oecd.org/edu/country-
studies/37425753.pdf
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research,
theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.
JNC. (2003). The Seventh Report of the Joint National Comitter on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/jnc7full.pdf
Kaakinen, Duff, Coehlo, Hanson, R.J., Duff, V.G., Coehlo, D. P., Hanson, S. M.
H. (2010). Familiy Health Care Nursing. Philadelphia: Davis Company
Kemenkes RI. (2012). Buletin Jendela dan Informasi Kesehatan. Penyakit Tidak
Menular
Lundy, K. S., & Janes, S. (2009). Community Health Nursing; Caring For the
Public’s Health. UK: Joanes & Barlett International Publisher.
Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).
Philippine : Argonauta Corporation.
Sines, D., Saunders, M., dan Burford, J., F. (2013). Community Health Care
Nursing: Fourth Edition. US. America: Wiley-Blackwell
Steyn, K., & Damasceno, A. (2006). Lifesityle and Related Risk Factor For
Chronic Diseases. www.ncbi.com 02 Juli 2014 Pukul 19.00
Stanhope, M., & Lancester, J. (2000). Community & Public Health Nursing.
USA: Mosby elsevier
Data Umum
Nama Kepala Keluarga :R
Alamat : RT 03 RW 22
Komposisi Keluarga :
Genogram
Ny.N
(68)
E
(46)
S(23 R B Y
) (28) (24) (19)
Keterangan:
= Tinggal Bersama
4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Bpk. R merupakan keluarga besar yang terdiri atas keluarga
inti dengan lansia. Keluarga Bpk. R adalah keluarga yang dibentuk (family
of procreation). Pengambilan keputusan oleh Bpk.R bersifat demokratis,
sesekali bp. R otoriter untuk beberapa hal penting. Norma yang digunakan
bilateral, suami dan istri saling mempengaruhi. Meski bapak R adalah
seorang anak, namun dalam keputusan beliau melibatkan ibunya yang sudah
ditinggalkan bapaknya.
5. Suku
Suku yang diterapkan sehari-hari yaitu suku jawa. Bahasa yang digunakan
sehari-hari bahasa jawa dan bahasa indonesia. Tidak ada pantangan
makanan terkait dengan budaya, keluarga mengatakan semakin tua
memang sudah seharusnya mengurangi. Acara-acara yang merupakan adat
istiadat selalu dilakukan. Kebiasaan kebudayaan yang berkaitan yaitu
konsumsi jamu-jamu atau rempah ketika mengalami sakit, seperti minum
kunir, jahe, dll. Keluarga tinggal di lingkungan yang beragam suku yaitu
jawa, betawi, dan sumatera. Keluarga meyakini pada usia tua adalah wajar
adanya penurunan, saat tua merupakan buah pada saat upaya muda.
6. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga adalah islam . Nenek N sering melakukan
ibadah solat, tidak ada halangan untuk ibadah yang dilakukan. Klien
mengatakan beribadah dapat membuat dirinya lebih tenang dan
mengharapkan tuhan menyelesaikan masalah-masalahnya. Nilai utama
dalam hidup yang dipegang klien bahwa harus berbuat baik dengan orang
lain dan berpikir positif tentang orang lain. Anggota keluarga lainnya
mengatakan sering beribadah. Keluarga lainnya tampak rajin beribadah
untuk yang perempuan, namun untuk Bp. R sendiri dan adiknya tidak
tampak mengerjakan solat lima waktu. Hal ini dibenarkan oleh Ibu E
anaknya yang laki-laki hanya solat jum’at.
Hubungan keluarga harmonis antar ibu dan anak, maupun anak dan anak.
Anak Nenek N tinggal berdekatan dan sering berkomunikasi. Anak
pertama nenek N banyak membantu masalah keuangan untuk anak kedua
sangat membantu terkait tenaga.
III. Lingkungan
13. Karakteristik rumah
Rumah satu lantai merupakan milik Nenek N dengan luas tanah 150 m2
dan luas bangunan 150 m2. Denah rumah terdiri atas 2 kamar tidur, 2
ruangan yang disekat, 1 ruang tengah, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Pada
setiap kamar terdapat jendela yang langsung berhadapan dengan udara dari
luar. Setiap hari terlihat keluarga membuka jendela. Ventilasi terdapat
pada setiap kamar dan ruangan. Lantai rumah semen licin. Ruang tamu
tidak tersusun rapi, halaman tidak tampak sampah, terdapat kolam dengan
ikan yang bersih, dapur tidak tertata, tidak ada meja makan. Televisi dan
alas tampak berada diruang tengah. Kabel listrik berada dibelakang
televisi dan tidak tampak kabel yang melintasi diruangan.
Kamar tidur Bapak R dan anaknya tampak kasur berada pada lantai.
Sedangkan kasur di kamar Nenek N menggunakan dipan. Hal ini
dikatakan Nenek N karena beliau sudah tidak bisa jika harus duduk
dilantai atau jongkok, sehingga harus sejajar dengan pahanya. Kamar
Nenek N terdapat baju dan peralatan dirinya yang tidak disusun rapi.
Lampu kamar Nenek N menggunakan neon dan lampu pijar. Saat siang
hari kamar tampak sangat gelap karena kamarrnya hanya berupa sekat
tanpa jendela. Saat malam hari Nenek N menghidupkan lampu neon.
Benda-benda di kamar Nenek N masih diletakan beberapa jauh dari
jangkauan. Misalnya di lemari yang tinggi.
D H
F G
Keterangan:
A = Kamar tidur Anak R dan Istri
B = Ruang beribadah dan tempat menyetrika
C = Kamar tidur Nenek N
D = Kamar tidur Ibu E dan An.
Y E= Ruang tamu
F= Ruang tengah dan ada dipan An.
B G= Dapur
H= kamar mandi
Khususnya pola makan Nenek N yaitu 1-2 kali perhari dengan 1/3-1 porsi.
Nenek N mengatakan hanya makan pagi jam 10.00 dan makan siang pukul
14.00, makan malam jarang dilakukan. Makanan yang paling disukai yaitu
ikan asin dan tahu tempe. Ikan asin dikonsumsi setiap hari oleh Nenek N.
Pola BAK Nenek N 1 kali sehari konsistensi agak lembek, terkadang sulit
mengeluarkan jika tidak makan buah. Namun tidak merasakan perih atau
sakit ketika mengeluarkan. Pola minum Nenek N yaitu 5 gelas ukuran 350
cc perhari, malam hari 3 gelas ukuran 350 cc. Nenek N mengatakan buang
air kecil 1 kali pada malam hari dan terjaga. Keluarga mengatakan nenek
N tidak terbiasa minum air putih, jadi air yang diminum selalu seduhan
teh. Jika buang air kecil Nenek N berhati-hati. Ny.P sering merasa sering
pipis dan sedikit yang keluar. Meski sering buang air kecil Nenek N
mengatakan tidak mengalami masalah. Pola berkemih anggota lain
dikatakan tidak ada yang bermasalah. Ibu Z yang sedang hamil 34 minggu
juga sering BAK namun mengatakan dapat mengatasinya.
Pola istirahat Nenek N malam hari pukul 21.30 sudah ketempat tidur.
Namun baru terlelap tidur 21.00WIB. Terjaga pukul 04.00 wib dengan
lama tidur sekitar 5-8 jam dan terjaga terkadang-kadang untuk pipis. Ibu
mengatakan cukup puas dengan kualitas tidurnya. Ketika bangun ia
merasakan segar. Selama sebelum terlelap Nenek N tidak sering
memikirkan hl-hal yang sedih. Anggota keluarga lain seperti Bapak R
tidur tidak menentu, biasanya tidur pukul 01.00 WIB. Ibu Z dan Ibu E
tidur pukul 22 hingga 05.00. Anggota keluarga lainnya tidur pukul 22.00
WIB dan tidak merasa ada gangguan saat tidur.
Pola olahraga yang dilakukan Nenek P tidak rutin. Setiap pagi biasanya
berjemur sambil melihat kolam ikan dan menggerakan badan, dilakukan 5
menit perhari. Keseimbangan nenek N masih baik. Meski ada senam
setiap hari minggu di depan rumahnya, ia tidak mengikuti karena senam
dirasakan
Data Objektif
Tekanan darah: 170/90 – 180/110
mmHg BB = 54 kg
TB = 145 cm
IMT = 25,6 kg/m2 (overweight)
Nadi: 84x/menit kuat, reguler
Bunyi jantung: BJ 1 , BJ 11
Normal
Mengonsumsi obat captopril 12,5mgx1
DO:
‐ Nenek bertanya mengenai perubahan
pada lansia seperti sulit memulai
tidur, dan jika terjaga tidak bisa tidur
lagi.
‐ Nenek bertanya mengenai
perubahan BAK, makan, kekuatan
badan
‐ Nenek ingin meningkatkan
pengetahuan mengenai perubahan
normal yang terjadi pada lansia
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah berisiko karena tekanan
: darah nenek N 180/110 tidak
Risiko merasakan tanda dan gejala. Ada
riwayat tekanan darah mencapai
220 merasakan pusing. Jika tidak
diatasi akan mengakibatkan stroke
TOTAL 4 2/3
SKOR
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Masalah saat ini sedang dirasakan.
: Data subjektif bahwa sering merasa
Risiko nyeri saat malam hari. Data objektif
nenek tampak meringisi,Namun
masih dapat beraktifitas. Nenek
Nkan berhenti melakukan aktifitas
dan membaluri yang hangat pada
bagian yang sakit
Angka
Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Tertinggi
Sifat masalah 1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah saat ini tidak dirasakan.
: potensial Nenek merasakan perubahan
dan mengatasi
Kemungkina
n masalah 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Tingkat pendidikan keluarga yang
untuk diubah cukup tinggi (SMA) sehingga dapat
: mudah dengan mudah menangkap
penjelasan perawat, ada motivasi
dari diri nenek untuk dapat
mengatasi, sumber ekonomi
keluarga cukup. Di sekitar rumah
keluarga pun terdapat fasilitas
pelayanan kesehatan
(Posyandu, bidan, & Puskesmas).
Potensi
masalah Potensi masalah sudah
untuk 3 3 1 3/3 x 1 = 1 diadaptasi dengan keluarga
dicegah : hanya perlu ditingkatkan
baik
Menonjol-
nya masalah Tidak perlu segera ditangani
: tidak segera 1 2 1 1/2 x 1 = 1/2
ditangani
TOTAL 3 5/6
SKOR
DIAGNOSA KEPERAWATAN
“penyebabnya
karena makan Respon verbal
Keluarga mampu Keputusan keluarga
kolesterol tinggi mengambil keputusan Motivasi keluarga untuk mengatasi
untuk merawat dan
dan makan garam” untuk mengatasi mengatasi masalah masalah yang dihadapi.
Nenek yang kurang hipertensi. Beri reinforcement positif atas
“tandanya pusing, mampu memelihara keputusan yang diambil keluarga.
mata kunang- kesehatannya.
kunang”
Mengonsumsi obat
captopril 12,5mgx1
CATATAN PERKEMBANGAN I:
Tanggal
Implementasi Evaluasi
1. Stroke A:
2. Serangan jantung
TUK I, II tercapai
3. Risiko jatuh
4. Penglihatan menurun
5. Kerusakan ginjal
P: Evaluasi Tuk 1‐2 dan lanjutkan intervensi
6. Kematian
pada TUK 3
P: