proses terbentuknya negara, unsur unsur terbentuknya negara, asal mula terbentuknya negara,
teori asal mula terjadinya negara, proses terbentuknya nkri secara singkat, proses
terbentuknya negara republik indonesia, proses pembentukan nkri, terjadinya negara secara
sekunder, terjadinya negara secara primer, asal mula terjadinya negara secara primer, proses
terbentuknya suatu bangsa, unsur konstitutif terbentuknya negara, unsur deklaratif
terbentuknya negara, unsur unsur pembentuk identitas nasional, 4 unsur terbentuknya negara.
1. Sidang PPKI
Badan yang didirikan sebelum proklamasi, yaitu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) segera mengadakan sidang pada 18 Agustus 1945. Dalam persidangan tersebut
mereka menyepakati pentingnya rumusan wilayah negara.
Rakyat yang menjadi warga negaranya, pemerintahan yang menjalankan amanat rakyat, serta
upaya untuk memperoleh pengakuan internasional.
Melalui sidang tersebut, disepakati tiga hal penting bagi kehidupan kenegaraan bangsa
Indonesia, yaitu:
Pada sidang hari kedua tanggal 19 Agustus 1945, dipimpin oleh Otto Iskandardinata dan
beranggotakan Achmad Soebardjo, Sajuti Melik, Iwa Kusumasumantri, Wiranatakusumah,
dr. Amir, A.A. Hamidhan, Dr. Ratulangi, dan I Gusti Ketut Pudja tersebut mengambil tiga
keputusan sebagai berikut.
Pada 22 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengadakan sidang yang
ke-2. Melalui sidang tersebut ditetapkan beberapa keputusan, di antaranya:
1. Komite Nasional Indonesia (KNI) merupakan badan yang berfungsi sebagai Dewan
Perwakilan Rakyat atau badan legislatif sebelum pemilihan umum diselenggarakan
dan disusun dari tingkat pusat hingga daerah.
2. Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dirancang menjadi partai tunggal Republik
Indonesia, namun akhirnya dibatalkan.
3. Badan Keamanan Rakyat (BKR) berfungsi sebagai penjaga keamanan umum bagi
masing-masing daerah.
Komite Nasional Indonesia (KNI) dibentuk sebagai penjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa
Indonesia dalam menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia telah memiliki pengurus yang
dilantik pada 29 Agustus 1945.
Adapun yang menjadi pengurus Komite Nasional Indonesia (KNI) sebagai berikut.
Salah satu bentuk dukungan yang paling besar adalah dengan terbentuknya KNID di berbagai
provinsi yang baru saja dibentuk. Tanpa adanya dukungan dari seluruh rakyat, KNID tidak
mungkin dapat diwujudkan.
1. BPKNIP menganggap roda pemerintahan telah berjalan dengan baik dan oleh karena
itu, dianggap telah tiba saatnya bagi pemerintah untuk memperoleh dukungan dan
pengertian dan seluruh rakyat.
2. Untuk menegakkan asas demokrasi, BPKNIP tidak setuju dengan keputusan PPKI
tentang pembentukan hanya satu partai politik. Usulan tersebut mendapat jawaban
dari pemerintah melalui Maklumat Pemerintah No. 3 pada tanggal 30 November
1945, mengenai pembentukan partai politik kepada masyarakat yang menghendaki
adanya partai-partai politik.
Sebagai tindak lanjut dari lahirnya maklumat tersebut di atas, maka masyarakat segera
memberi jawaban dengan cara mendirikan partai-partai politik. Tujuannya ialah untuk
menyalurkan aspirasi mereka sesuai dengan latar belakang ideologi, agama, politik, sosial,
dan budaya.
Partai-partai politik yang lahir di antaranya ialah Masyumi, PNI, Partai Buruh Indonesia
(PBI), Partai Katolik, Partai Kristen, dan Partai Sosialis, dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Terbentuknya berbagai partai politik menunjukkan adanya dukungan dari para tokoh
nasional, baik di pusat maupun di daerah terhadap pemerintah Indonesia. Rakyat Indonesia
yang memberikan dukungan terhadap tindakan pemerintah berupa maklumat tersebut, segera
bergabung dengan partai politik.
Dalam perkembangannya, PPKI membentuk berbagai lembaga lainnya seperti kementerian
(departemen) serta lembaga pemerintah di tingkat daerah. Pemerintah daerah yang baru saja
dibentuk dan terdiri atas delapan provinsi itu segera diikuti dengan pembentukan pemerintah
daerah yang dipimpin oleh seorang gubemur.
3. Pembentukan Kabinet
Lembaga pemerintahan seperti kementerian yang diputuskan dalam sidang PPKI tanggal 19
Agustus 1945 tersebut terdiri atas 12 kementerian. Kementerian yang menggarap bidang
tertentu itu disebut sebagai Kabinet Republik Indonesia I dan dipimpin oleh para menteri
yang sesuai dengan keahliannya.
Kabinet ini bersifat presidentil dan bertanggungjawab kepada presiden. Dalam kabinet yang
bersifat presidentil, para menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden. tugasnya
membantu presiden dalam menjalankan pemerintahan.
Adapun susunan kabinet yang diumumkan pada 20 Oktober 1945 adalah sebagai berikut:
Sambutan dan dukungan rakyat di berbagai daerah terhadap pembentukan BKR sangat besar.
Setelah mereka mengetahui himbauan presiden melalui radio dan koran segera mereka
bergabung dengan BKR.
Para pemuda bekas Peta dan barisan perjuangan lainnya di Jakarta dan berbagai daerah
segera membentuk BKR. Maka lahirlah BKR Pusat yang berkedudukan di Jakarta dan BKR
Daerah yang berkedudukan di daerah masing-masing.
Selain bergabung dengan BKR, sebagian rakyat Indonesia, terutama yang telah memperoleh
pengalaman militer pada masa pendudukan militer Jepang segera membentuk laskar-laskar
perjuangan. Tujuannya adalah menjaga keamanan daerah masing-masing serta lebih luas lagi
mempertahankan kedaulatan negara yang baru berdiri.
Oleh karena itu, sejak proklamasi lahirlah berbagai laskar rakyat, seperti Barisan Rakyat
Indonesia (Bara), Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), Barisan Pemberontak Rakyat
Indonesia (BPRI), Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Banteng (BB), Hizbullah, dan
Sabilillah. Untuk menyatukan pandangan dan tujuan, pemerintah RI segera mengeluarkan
maklumat baru pada 5 Oktober 1945.
Dalam perkembangan selanjutnya, BKR dirubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
melalui maklumat yang dikeluarkan pemerintah. Pada tanggal 6 Oktober 1945 keluar lagi
maklumat yang isinya menetapkan Supriyadi, yang pernah memimpin pemberontakan Peta
terhadap Jepang di Blitar sebagai Kepala TKR dan menugaskan Oerip Soemohardjo untuk
membentuk markas tinggi TKR di Jogjakarta.
Markas tersebut membawahi 10 divisi di Jawa dan 6 divisi di Sumatra. TKR yang dibentuk
bulan Oktober 1945 ini menjadi dasar bagi lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Setiap
tanggal 5 Oktober diperingati sebagai hari lahirnya TNI.
http://www.bukupedia.net/2016/08/proses-terbentuknya-nkri-negara-kesatuan-republik-indonesia-
secara-singkat.html
CITA CITA DAN TUJUAN NASIONAL NKRI BERDASARKAN PANCASILA
Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Tujuan
Nasional Negara Republik Indonesia tertuang dalam Alinea Keempat, disebutkan bahwa “…
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …”.
Berdasarkan alinea tersebut, tujuan nasional yang ingin dicapai Negara Republik Indonesia
adalah sebagai berikut.
Dalam rangka perwujudan cita-cita dan tujuan nasional tersebut, beberapa upaya yang dapat
dilakukan negara, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Memberikan kepastian dan perlidungan hukum terhadap semua warga negara tanpa
diskriminatif.
2. Menyediakan fasilitas umum yang memadai yang berdampak pada kesejahteraan
masyarakat.
3. Menyediakan sarana pendidikan yang memadai dan merata di seluruh tanah air.
http://nachabu.ilmci.com/6534/09/cita-cita-dan-tujuan-nasional-nkri-berdasarkan-pancasila.aspx
Setiap interaksi selalu menghasilkan hubungan. Keeratan hubungan negara dengan warga negaranya
sudah mencapai tahap ketergantungan. Sebuah negara tidak mungkin berkembang, apalagi menjadi
negara maju apabila warga negaranya pasif. Begitu juga warga negara dari sebuah negara, tidak
mungkin dapat hidup sejahtera di negara yang kacau.
Negara merupakan suatu wilayah dengan luasan tertentu yang menjadi tempat tinggal dari
sekelompok orang. Namun untuk dapat disebut sebagai negara, wilayah yang ditinggali penduduk
tersebut juga harus mendapatkan pengakuan kedaulatan dari negara lain. Selain itu, sebuah negara
yang sudah berdiri tegak juga harus memiliki undang-undang sendiri untuk mengatur tata kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Tepat di hari Jum’at bulan Ramadhan itu, negara
kita resmi berdiri. Namun perjalanannya tidak berhenti sampai di situ saja. Ada banyak ancaman dan
tekanan dari dalam maupun luar negeri yang menginginkan kehancuran kedaulatan NKRI.
Berkat kegigihan dan kerjasama yang kompak antara penyelenggara negara dengan warga negara,
semua rintangan itu berhasil dilewati. Sampai saat ini, tidak ada lagi peperangan fisik yang harus
dihadapi oleh Indonesia. Ada hubungan yang penting antara negara dengan warga negaranya.
Hubungan inilah yang akan menentukan apakah tujuan negara dapat dicapai atau tidak.
Negara memiliki hubungan emosional yang kuat dengan warga negara. Tidak perlu ada
pemaksaan atau aturan resmi yang mewajibkan warga negara membela negaranya. Karena
hubungan emosional yang kuatlah, warga negara tentunya tidak akan terima bila negaranya
mengalami keadaan buruk.
Sebut saja kasus pelanggaran batas negara. Spontan dan tanpa dikomando oleh pemerintah,
warga negara Indonesia akan berusaha membela kehormatan negaranya sebisa mungkin.
Hanya saja kadang cara yang digunakan tidak selalu benar dan tidak sesuai dengan keinginan
pemerintah.
Hubungan emosional yang kuat antara negara dengan warga negara akan membentuk rasa
cinta tanah air. Rasa inilah yang mendorong warga negara bangga dengan segala hal yang
berasal dari negaranya. Secara tidak sadar, mereka akan sangat loyal dengan segala produk
rumah tangga yang berasal dari produksi dalam negeri.
Lebih dari itu, seorang warga negara yang telah memiliki keterikatan emosional dengan
negaranya akan memperkenalkan budaya bangsanya ke orang-orang luar negeri tanpa disuruh
pemerintah. Baca juga : Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat
Misalkan saja seorang WNI yang sedang kuliah di U.S.A dan telah memiliki ikatan
emosional yang kuat dengan Indonesia akan tetap mengonsumsi tempe sebagaimana
kebiasaannya di Indonesia. Dia juga akan memperkenalkan kesenian dari Indonesia dan
kebiasaan-kebiasaan asli Indonesia seperti ramah dan menjaga sopan santun yang menjadi
adat orang Indonesia.
Apakah anda ingat dengan kebudayaan Jepang yang mendunia. Mulai dari baju Kimono,
jenis-jenis makanan khas Jepang, hingga bahasanya. Semuanya dikarenakan rasa
nasionalisme dan cinta tanah air warga negara Jepang. Sehingga seluruh aktivitas dimanapun
warga Jepang berada, mereka selalu berusaha memperkenalkan kebudayaannya kepada dunia
dan terus memegang budaya Jepang di manapun ia bertempat.
Warga negara yang telah memiliki hubungan emosional kuat dengan negaranya akan
memberi kepercayaan yang tinggi kepada negara. Setiap aturan negara dipercaya memiliki
manfaat untuk mengatur hubungan berbangsa dan bernegara. Karena itulah ia akan berusaha
sebisa mungkin mematuhi aturan negara. Baca juga : Cara Menanamkan Kesadaran Hukum
Pada Warga Masyarakat
Warga negara yang sudah terikat emosionalnya dengan negara secara spontan juga akan
membantu negara menegakkan hukum. Contoh bentuk perwujudannya adalah dengan
menjaga kelakuan agar tetap tertib bermasyarakat, menegur anggota masyarakat yang
melanggar aturan negara dan membantu aparat negara bila dimintai bantuan.
Hubungan emosional yang kuat antara negara dengan warga negaranya akan memacu usaha
pengharuman nama baik. Warga negara yang baik akan selalu menjaga kelakuannya dalam
bermasyarakat, baik di wilayah dalam atau luar negeri. Baca juga : Penyebab Terciptanya
Masyarakat Majemuk dan Multikultural
Selain itu, dia akan terus belajar dan berlatih agar dapat memberikan suatu prestasi yang
membanggakan negara, meningkatkan reputasi negaranya di kancah internasional. Sebagai
timbal baliknya, negaralah yang akan memberikan fasilitas penuh kepada warga negara yang
sedang berjuang mengharumkan nama negara. Mulai dari bonus hadiah, transportasi dan
segala macam akomodasi yang dibutuhkan warga negara akan dipenuhi negara.
Segala hal yang diberikan oleh negara kepada warga negaranya merupakan upaya mencapai
tujuan-tujuan negara dan usaha untuk memenuhi kewajibannya kepada warga negara.
Sementara tindakan yang dilakukan warga negara merupakan bentuk dari pelaksanaan
kewajibannya sebagai warga negara yang baik.
Tujuan tersebut selalu dibacakan kembali pada saat upacara bendera. Baik itu upacara rutin
hari Senin di sekolah maupun upacara peringatan hari kemerdekaan RI. Baca juga : Peran
Generasi Muda Dalam Mengisi Kemerdekaan
Warga Negara
1. Hak
Setiap warga negara memiliki hak perorangan. Hak individu tersebut dapat anda lihat dalam
UUD 1945, tepatnya Pasal 27 sampai dengan Pasal 34. Beberapa contoh hak warga negara
yang mutlak didapatkan oleh setiap individu yaitu sebagai berikut :
Tentunya sebelum dapat menuntut hak dan menjalankan kewajiban sebagai warga negara,
seseorang harus sudah dipastikan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Ingatlah, tidak
semua penduduk di suatu negara merupakan warga negara tersebut. Baca juga : Pelanggaran
Hak Warga Negara
Secara hukum, WNI adalah orang asli Indonesia dan orang dari bangsa lain yang telah
melewati proses naturalisasi dan sudah disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara. Ketetapan tersebut dibuat oleh negara dan menjadi sah karena dimasukkan ke dalam
UUD 1945 Pasal 26. Baca juga : Manfaat UUD Republik Indonesia tahun 1945 bagi warga
negara serta bangsa dan negara
Sampai saat ini, ada beberapa kasus di Indonesia yang mencerminkan kurang mampunya
negara dalam memenuhi hak-hak warga negara. Namun kita tidak bisa begitu saja
menyalahkan lembaga-lembaga negara atas adanya beberapa orang atau sekelompok orang
yang belum mendapatkan hak-haknya. Baca juga : Hak perlindungan Anak
Negara Indonesia sangat luas, penduduknya yang ratusan juta jiwa sudah sangat merepotkan
beberapa orang yang ditugaskan menduduki jabatan di Trias Politica. Daripada menunggu
hasil sempurna dari pemerintah, kita sebagai warga negara seharusnya lebih aktif
menjalankan kewajiban sebagai warga negara agar dapat membantu pemerintah memenuhi
hak-hak warga negara yang belum terpenuhi.
2. Kewajiban
Dalam hubungan apapun, tidak ada hak yang boleh dituntut jika belum kewajiban belum
dijalankan dengan baik. Kewajiban warga negara yang dijalankan dengan baik dapat
membantu memajukan negara. Kewajiban ini pula yang membuat tujuan sebuah negara cepat
tercapai. Dibutuhkan kerjasama yang kompak agar warga negara dapat turut berkontribusi
dalam proses pembangunan negara. Jangan sampai hanya menjadi beban negara yang pada
akhirnya malah melemahkan sendi kehidupan di negara itu sendiri.
Berikut adalah contoh kewajiban warga negara yang harus dipenuhi untuk dapat menuntut
hak sebagai warga negara :
Bela Negara
Gerakan Bela Negara (GBN) sekarang ini semakin banyak diselenggarakan. Sasaran
utamanya adalah generasi muda yang kebanyakan masih apatis terhadap kondisi negara. Ke
depan, tantangan untuk Indonesia di arena global akan semakin berat dan ketat. Gerakan Bela
Negara yang sangat gigih disemarakkan oleh TNI bertujuan untuk menyiapkan mental bangsa
menghadapi masa sulit tersebut. Baca juga : Bentuk-bentuk Usaha Pembelaan Negara
Selain dengan mengikuti pelatihan bela negara, kita yang belum berkesempatan mengikuti
pelatihan tersebut tidak boleh hanya diam menunggu. Harus ada keaktifan dari warga negara
sebagai ungkapan terima kasih kepada negara yang telah menghidupi. Contoh kegiatan yang
dapat mencerminkan bela negara diantaranya :
Negara
Negara bukanlah makhluk hidup. Ia tidak dapat melakukan apapun tanpa adanya subjek yang
aktif menggerakkan. Para penggeraknya adalah rakyat. Di antara rakyat yang banyak dan
beragam tersebut, ada peran-peran tertentu yang diserahkan kepada beberapa orang untuk
menyelenggarakan negara. Baca juga : Peran Ibu Negara
Beberapa orang yang dipilih oleh rakyat banyak akan menduduki jabatan di pemerintahan.
Mereka dianggap sebagai orang-orang yang mampu menjadi penyelenggara pemerintahan
agar negara dapat menjalankan kewajiban dan haknya dengan baik. Montesqieu membagi
mereka ke dalam 3 golongan Trias Politica :
3 buah lembaga negara di atas yang akan berusaha memenuhi hak-hak warga negara secara
resmi. Sementara itu, untuk mendapatkan kejelasan mengenai apa saja yang menjadi
kewajiban dan hak negara saya akan menjelaskannya lebih lanjut.
1. Hak
Sebagai tanah air yang didiami secara turun temurun, tanah yang telah memberi
kesejahteraan air dan berbagai kebutuhan hidup manusianya maka sudah selayaknyalah
warga negara memberikan balasan. Baca juga : Peran Globalisasi di Indonesia
Balasan yang dapat dipersembahkan oleh warga negara yaitu usaha membela tanah air.
Negara berhak mendapatkan pembelaan dari warga negaranya. Negara juga berhak
mendapatkan keharuman nama baik di kancah internasional yang diusahakan oleh warga
negaranya.
2. Kewajiban
Sebuah negara yang ideal adalah negara yang dapat memenuhi hak-hak warga negaranya.
Sederhananya, tugas utama negara kita juga memenuhi hak warga negara. Tentang apakah
sudah terlaksana atau belum, itu merupakan persoalan lain.
Negara harus dapat memberikan perlindungan dan jaminan keamanan kepada penduduk dan
warga negara yang berdiam di wilayahnya. Negara juga harus melakukan pembangunan
secara merata di seluruh wilayah bagian negara. Baca juga : Kekuatan Militer Indonesia
PENDAHULUAN
Hubungan antara negara dan warga negara identik dengan adanya hak dan kewajiban, antara
warga negara dengan negaranya ataupun sebaliknya. Negara memiliki kewajiban untuk
memberikan keamanan, kesejahteraan, perlindungan terhadap warga negaranya serta
memiliki hak untuk dipatuhi dan dihormati. Sebaliknya warga negara wajib membela negara
dan berhak mendapatkan perlindungan dari negara.
Di Indonesia seringkali terjadi adanya kesenjangan antara peranan negara dengan kehidupan
warga negara. Masalah-masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya misalnya, seringkali
terjadi karena adanya kesenjangan antara peranan negara serta kehidupan warga negaranya.
Dalam deretan pasal-pasal beserta ayat-ayatnya, UUD 1945 secara jelas mencantumkan hak
serta kewajiban negara atas rakyatnya yang secara jelas juga harus dipenuhi melalaui tangan-
tangan trias politica ala Monteqeiu. Melalui tangan Legislatif suara rakyat tersampaikan,
melalui tangan eksekutif kewajiban negara, hak rakyat dipenuhi, dan di tangan yudikatif
aturan-aturan pelaksanaan hak dan kewajiban di jelaskan. Idealnya begitu, tapi apa daya
sampai sekarang boleh di hitung dengan sebelah tangan seberapa jauh negara menjalankan
kewajibannya. Boleh dihitung juga berapa banyak negara menuntut haknya.
Bukan hal yang aneh ketika sebagian rakyat menuntut kembali haknya yang selama ini telah
di berikan kepada negara sebagai jaminan negara akan menjaga serta menjalankan
kewajibannya. Negara sebagai sebuah entitas dimana meliputi sebuah kawasan yang diakui
(kedaulatan), mempunyai pemerintahan, serta mempunyai rakyat. Rakyat kemudian
memberikan sebagian hak-nya kepada negara sebagi ganti negara akan melindunginya dari
setiap mara bahaya, serta berkewajiban untuk mengatur rakyatnya. Hak-hak rakyat tadi
adalah kewajiban bagi sebuah negara. Hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan kerja serta
hak-hak untuk mendapatkan pelayanan umum seperti kesehatan, rumah, dan tentunya hak
untuk mendapatkan pendidikan. Semuanya itu harus mampu dipenuhi oleh negara, karena
itulah tanggung jawab negara. Kalau hal itu tak bisa dipenuhi oleh sebuah negara maka tidak
bisa disebut sebuah negara.
BAB II
Landasan Teori
Benar
Milik atau kepunyaan
Kewenangan
Kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang undang,
aturan, dsb)
Kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu
Derajat atau martabat
Wewenang menurut hukum
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada
kita sendiri. Contoh : hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari dosen dan
sebagainya.
(Sesuatu) yang diwajibkan atau sesuatu yang harus dilaksanakan atau juga keharusan,
Pekerjaan atau tugas
Tugas menurut hukum
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Contoh :
melaksanakan tata tertib di kampus, melaksanakan tugas yang diberikan dosen dengan sebaik
baiknya dan sebagainya.
Wujud hubungan warga negara dan negara pada umumnya berupa peranan (role).
Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai
dengan pasal 34 UUD 1945.
ü Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
ü Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
ü Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
ü Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”.
ü Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat1)
ü Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
ü Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
ü Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. (pasal 28I ayat 1).
ü Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi: segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
ü Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan
: “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
ü Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan: “Setiap
orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain”
ü Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat
2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban
umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
ü Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.”
2.3. Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan
30, yaitu :
a) Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-
undang.
b) Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2),
tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
c) Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan,
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
d) Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.
BAB III
PEMBAHASAN
Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan kewajiban dan
hak warga terhadap negara. Beberapa contoh kewajiban negara adalah kewajiban negara
untuk menjamin sistem hukum yang adil, kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga
negara, kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat,
kewajiban negara memberi jaminan sosial, kewajiban negara memberi kebebasan beribadah.
Beberapa contoh hak negara adalah hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan, hak
negara untuk dibela, hak negara untuk menguasai bumi air dan kekayaan untuk kepentingan
rakyat.
Adapun dalam hal kebutuhan pokok kolektif (pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
keamanan), semua itu menjadi tanggung jawab negara, bukan tanggung jawab setiap individu
rakyat. Karena itu, tidak selayaknya Pemerintah membebankan pemenuhan kebutuhan pokok
terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, dan keamanan kepada rakyat; baik pengusaha
maupun buruh. Pengusaha tidak selayaknya dibebani dengan kewajiban untuk menyediakan
jaminan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan keamanan-meskipun ia boleh melakukannya
jika mau, apalagi jika itu telah menjadi bagian dari akadnya dengan buruh. Yang terjadi saat
ini, pengusaha justru sering dibebani oleh beban-beban seperti di atas yang seharusnya
menjadi tanggung jawab Pemerintah.
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan
dan kedaulatan negara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
2) Pembelaan negara adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara. Pada
umumnya pengertian pembelaan negara (bela negara) dipersepsikan identik dengan
pertahanan keamanan. Hal ini dapat dimengerti, karena sejak awal berdirinya NKRI,
keikutsertaan warga negara dalam bela negara diwujudkan dalam kegiatan di bidang
Perhankam. Berdasarkan hal itu, terdapat baik di kalangan aparatur pemerintah negara
maupun di kalangan masyarakat luas, bahwa seorang warga negara dapat dinyatakan
menunaikan hak dan kewajibannya dalam bela negara apabila ia telah melaksnakan kegiatan-
kegiatan di bidang komponen-komponen kekuatan Hankam.
3) Bahwa Bab XII Pasal 30 dikaitkan dengan bab-bab lainnya dalam UUD 1945 (Bab I, II,
VII, dan X), maka upaya pembelaan negara mengandung makna perwujudan asas demokrasi,
dalam arti :
Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 30 Ayat (1) menyebutkan tentang hak dan
kewajiban tiap warga negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Ayat
(2) menyebutkan usaha pertahanan dan keamanan rakyat, Ayat (3) menyebutkan tugas TNI
sebagai “mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara”.
Ayat (4) menyebut tugas Polri sebagai “melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, dan
menegakkan hukum”. Ayat (5) menggariskan, susunan dan kedudukan, hubungan
kewenangan TNI dan Polri dalam menjalankan tugas, serta hal-hal lain yang terkait dengan
pertahanan dan keamanan, diatur dengan undang-undang (UU).
Dari pembacaan Pasal 30 secara utuh dapat disimpulkan, meski TNI dan Polri berbeda dalam
struktur organisasi, namun dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing keduanya
bekerja sama dan saling mendukung dalam suatu “sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta”. Pengaturan tentang sinkronisasi tugas pertahanan negara (hanneg) dan keamanan
negara (kamneg) itulah yang seyogianya ditata ulang melalui undang-undang yang
membangun adanya “ke-sistem-an” yang baik dan benar.
Pasal 30 UUD 1945 menerangkan bahwa, pertahanan negara tidak sekadar pengaturan
tentang TNI dan bahwa keamanan negara tidak sekadar pengaturan tentang Polri. Pertahanan
negara dan keamanan negara perlu dijiwai semangat Ayat (2) tentang “sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta”. Makna dari bunyi Ayat (5), “yang terkait pertahanan dan
keamanan negara, diatur dengan undang-undang” adalah bahwa RUU, UU, dan Peraturan
Pemerintah lain seperti RUU Intelijen, UU tentang Keimigrasian, UU tentang Kebebasan
Informasi, UU Hubungan Luar Negeri, RUU tentang Rahasia Negara, UU tentang Otonomi
Daerah, dan hal-hal lain yang terkait pertahanan dan keamanan negara perlu terjalin dalam
semangat kebersamaan “sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta”.
Di dalam UUD1945 pasal 31 berisi tentang hak dan kewajiban dalam pendidikan dan
kebudayaan. Kalau kita bicara tentang undang-undang pendidikan mestinya kita melihat
dasarnya Kalau era reformasi ,sebagai dasarnya adalah hasil amandemen UUD 1945 ke IV
(empat). Hasil amandemen UUD 1945 Ke IV ( tahun 2002) yaitu tentang pendidikan.
Tanggapan penulis tentang hak dan kewajiban dari ayat-ayat yang terkandung dalam
UUD1945 pasal 31:
Sudah di jelaskan dengan tegas bahwasanya setiap warga negara mempunyai hak dalam
mendapatkan pendidikan yang layak.
Dijelaskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya. Untuk meralisasikan pasal tersebut pemerintah mencanangkan program
wajib belajar 9 tahun. Dan telah menyelenggarakan pendidikan gratis melalui program BOS.
Walaupun dalam pelaksanaannya masih ada pungutan-pungutan biaya yang dilakukan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pasal 31 ayat 3 terdapat kalimat “pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia”. Pendidikan nasional yang meningkatkan kepada ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hekmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada pasal tersebut sudah di jelaskan bahwasanya pemerintah harus memajukan ilmu
pngetahuan dan teknologi dengan tidak melanggar nilai-nilai agama yang dapat memecah
belah persatuan bangsa dan negara.
3.1.4. Trias Politica Dalam Kaitannya Dengan Hak Dan Kewajiban Negara
Trias Politika adalah sebuah konsep politik yang berarti pemisahan kekuasaan. Pada intinya,
konsep trias politika adalah sebuah ide dimana kekuasaan negara terdiri atas tiga macam
kekuasaan: kekuasaan legislatif (membuat undang-undang), eksekutif (melaksanakan
undang-undang) dan yudikatif (mengadili atas pelanggaran undang-undang). Konsep ini
pertama kali dicetuskan oleh filsuf Inggris John Locke dan kemudian dikembangkan oleh
sarjana Perancis Montesquieu. Segenap negara demokratis, termasuk Indonesia, menerapkan
trias politika agar tidak ada penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat memilih pemisahan kekuasaan tugas
dalam menjalankan sistem ketatanegaraannya. Konsep pemisahan kekuasaan ini dikemukaan
oleh seorang pemikir hebat asal perancis yaitu Baron de La Brède et de Montesquieu atau
yang lebih dikenal Montesquieu.
Dewan Perwakilan Rakyat atau yang di sebut Parlemen yang berasal dari kata “parle” berarti
bicara, artinya mereka harus menyuarakan hati nurani rakyat, setelah mengartikulasikan dan
mengagregasikan kepentingan rakyat, mereka harus membicarakan dalam sidang parlemen
kepada pemerintah yang berkuasa.
Dalam hal ini parlemen wajib menyuarakan suara-suara rakyat yang diwakilinya, sehingga
rakyat merasa dilindungi dan diperhatikan haknya. Hak-hak yang disuarakan itu kemudian
diteruskan kepada dewan eksekutif (pemerintah) yang berwenang untuk menjalakan
pemerintahan yang memperjuangkan cita-cita rakyat, kemudian dewan yukikatif mengawasi
jalanya pemerintah dengan tujuan dicapainya tujuan bersama tanpa adanya penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Hubungan antara negara dan warga negaranya tercermin dalam hak dan kewajiban antara
negara dan warga negara. Hak dan kewajiban itu tertuang dalam pasal-pasal konstitusi
negara, UUD 1945. Misalnya, pasal 30 UUD 1945 yang mengatur tentang Pendidikan, pasal
1(satu) berbunyi: ”Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pasal ini menyuratkan
bahwa negara mempunyai kewajiban untuk mendukung dan membantu warga negaranya
untuk mendapat atau meraih pendidikan.
Namun, dalam kenyataannya pasal-pasal dalam UUD tersebut kadang tidak dijalankan secara
sungguh-sungguh oleh negara. Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor, misalanya lemahnya
kinerja lembaga negara atau badan negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif). Lemahnya
kinerja lembaga legislatif (penyalur aspirasi rakyat), eksekutif (pelaksana kebijakan), dan
yudikatif (pengawas pemerintah) akan berujung pada kesejangan antara peran negara dan
situasi warga negara.
Supaya terdapat keseimbangan dan keselarasan antara hak dan kewajiban antara negara dan
warga negara maka negara harus melaksanakan hak dan kewajibannya dan warga negara
patuh dan taat terhadap negara dan juga sebaliknya.
https://wiralabut.wordpress.com/2014/04/15/hubungan-negara-dan-warga-negaranya/