POLITEKNIK KESEHATAN
PERMATA INDONESIA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
TUGAS 1
Review Jurnal
Jurnal 1
1. Judul Jurnal :
Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Di Jepang
2. Tujuan :
Mahasiswa dapat menganalisis dan memahami upaya pencegahan dan penanganan kasus
korupsi di Jepang sehingga menjadi peringkat ke-18 dunia sebagai negara terbersih yang
bebas dari tindak pidana korupsi sehingga dari analisis tersebut menghasilkan faktor-
faktor yang dapat ditiru oleh Indonesia dalam rangka melakukan upaya pencegahan dan
pemberantasan korupsi yang sudah mengakar.
3. Hasil Review :
Dari segi Sosio Kultural Masyarakat, Negara Jepang tidak memiliki Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi seperti di Indonesia. Hukuman koruptor maksimal
hanya 7 tahun penjara. Jepang memiliki nilai-nilai budaya yang tertanam pada orang
Jepang pada umumnya, yaitu:
a) Malu, Kultur hukum "malu" yang masih besar dari masyarakat Jepang sangat efektif
sebagai alat preventif melawan korupsi. Konon, pengacara Jepang senantiasa
berusaha membujuk klien-nya untuk mengakui kesalahannya, mundur dari jabatan,
dan setelah itu mengembalikan hasil kejahatannya.
b) Jujur, Masih terkait dengan poin sebelumnya yaitu budaya malu, bagi masyarakat
Jepang, kepercayaan adalah sesuatu yang sangat berharga. Melakukan pengkhianatan
atas kepercayaan adalah hal yang sangat memalukan. Dengan demikian secara naluri,
masyarakat Jepang akan berusaha jujur untuk mempertahankan kepercayaan yang
diraihnya.
c) Tertib, dan Disiplin Masyarakat Jepang juga terkenal dengan sikap tertib dan patuh
terhadap aturan. Kepatuhan terhadap norma hukum, sosial, dan budaya menimbulkan
kedisiplinan yang tinggi.
d) Setia, Sebagai perantauan, mereka dituntut untuk memiliki solidaritas tinggi untuk
tetap bertahan dari ancaman penduduk lokal dan fenomena alam yang ganas.
Dari segi Pengaruh Geografis, Masyarakat dituntut untuk bisa bertahan hidup
dengan cara disiplin dan siap siaga.
Dari segi Pengaruh Politik (1) Era Shogun dan Daimyo, Pada jaman kekuasaan
Jepang yang terpecah sesuai klan-klan tuan tanah, masyarakat Jepang dididik untuk
setia kepada majikannya. Pelanggaran yang dilakukan, bisa berakibat kematian. Hal
tersebut diwariskan turun temurun hingga saat ini. (2) Era Modern, Nilai-nilai budaya
adilihung yang ditanamkan orang Jepang tersebut menempatkan Jepang menjadi
negara yang kuat.
Dari segi Peraturan yang Berlaku di Jepang, Jepang tidak memiliki Undang-
undang yang secara khusus mengatur Tindak Pidana Korupsi. Jepang mempunyai
Undang-undang Anti Monopoli dan Undang-undang Anti Bid Rigging yang berfungsi
untuk mencegah terjadinya nepotisme dan kolusi dalam bisnis dan kegiatan bisnis
yang terkait dengan administrasi pemerintahan.
Dari Segi Komitmen Pemerintah Jepang, Perkembangan positif dalam kaitannya
dengan korupsi dan investasi ,Pemerintah mensyaratkan auditor eksternal untuk
melaporkan kegiatan ilegal yang mencurigakan kepada pihak berwenang
Dari Segi Mekanisme Penegakan Hukum di Jepang, Kualitas birokrasi Jepang
sangat efisien, efektif, bersih dan memudahkan tumbuhnya dunia usaha.
Peran Media Masa Media massa di Jepang berperan penting dalam menyebarkan
berita korupsi dan melakukan propaganda. Ketika masyarakat sudah geram, maka
tekanan publik sangat besar agar seseorang yang dinilai korup segera mundur.
4. Pengaruh di Dunia :
Negara Jepang adalah salah satu negara yang sampai sekarang tidak memiliki regulasi
khusus terkait korupsi. Penanganan kasus korupsi mengandalkan hukum pidana reguler.
Begitu pula dari sisi kelembagaan, Negara Jepang tidak mempunyai lembaga khusus
untuk menangani korupsi. Penanganan kasus korupsi dilakukan oleh lembaga kepolisian,
kejaksaan, dan pengadilan umum. Namun demikian komitmen dan performa dari
lembaga tersebut sangat baik, sehingga kasus korupsi dapat ditangani dengan efektif.
Selain itu, mental dan kepribadian masyarakat Jepang tergolong jujur dan berintegritas.
Masyarakat Jepang juga sangat menjunjung budaya malu dan sangat menjaga harga diri.
Dalam hal ini self control dan self esteem sangat dikedepankan. Sehingga pola
pencegahan korupsi dimulai dari diri pribadi masing-masing orang Jepang. Namun
demikian, masih terdapat beberapa risiko yang bisa menyebabkan terjadinya korupsi,
yaitu budaya terima kasih yang juga sangat tinggi dapat menimbulkan risiko gratifikasi.
Kondisi perekonomian yang stabil, dan gaji pegawai negeri yang tinggi menjadi faktor
lain yang dapat mencegah tindakan korup dari para aparatur negara.
Jurnal 2
1. Judul :
Perbandingan Penanganan Tindak Pidana Korupsi Di Negara Singapura Dan Indonesia.
2. Tujuan :
Untuk menjelaskan perbandingan mengenai pemberantasan korupsi yang ada di
Indonesia dan Singapura ditinjau dari segi budaya, peraturan hukum yang ada, dan
kelembagaan lembaga pemberantasan korupsi yang ada di masing-masing negara
tersebut. Sudah menjadi kenyataan bahwa korupsi telah ada sejak dahulu kala.
3. Hasil Review :
Dilihat dari pemaparan tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
dari negara Singapura, dapat di katakan bahwa upaya pencegahan dan penanganan tindak
pidana korupsi di Singapura tersebut sudah sangat baik dan efektif. Bandingkan dengan
Indonesia, meskipun tidak bisa kita pungkiri peran KPK yang begitu dominan dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi selama ini sudah menunjukkan progres yang baik.
Akan tetapi perbandingan antara upaya KPK yang meningkat dengan deret hitung, dan
tindak pidana korupsi yang semakin meluas dengan deret ukur, maka sebesar apapun
upaya KPK akan sulit untuk memberantas tuntas tindak pidana korupsi di Indonesia ini.
Seperti yang telah dipaparkan diatas, Singapura adalah negara maju yang mana kesadaran
masayarakat dan sikap serta budaya profesionalisme sudah mendarah daging. Selain itu
komitmen pemerintah Singapura dalam memberantas korupsi sangatlah besar. Hal ini
ditunjukkan dengan Di Singapura, perdana menteri Lee Kwan Yew pada masa awal
pemerintahannya mendeklarasikan perang terhadap korupsi dengan jargonnya ‘no one,
not even top government officials are immuned from investigation and punishment for
corruption’. ‘Tidak seorang pun, meskipun pejabat tinggi negara yang kebal dari
penyelidikan dan hukuman dari tindak korupsi’. Apabila kita lihat komitmen yang begitu
besar dan cara yang begitu efisien dan efektif yang diterapkan oleh Singapura tersebut,
rasa-rasanya akan sulit untuk diterapkan di Indonesia. Dalam penanganan korupsi di
Indonesia, dewasa ini mulai diterapkan tentang pembuktian terbalik yang di terapkan
dalam kasus Bahasyim Assifie dan cukup berhasil. Penulis berharap mekanisme ini lebih
diadopsi dan diterapkan pada kasus-kasus korupsi lainnya dengan cara ditingkatkan
kualitas dan efektivitas implementasinya.
4. Pengaruh di Dunia :
Secara umum, korupsi di berbagai belahan dunia memiliki corak dan karakter yang
berbeda-beda, maka berbeda pula dalam penanganannya. Indonesia sebagai negara
berkembang dengan segala kendala dalam pemberantasan korupsi dinilai kurang efektif
jika di banding dengan negara lainnya. Upaya dan cara serta mekanisme pemberantasan
korupsi yang selama ini dilakukan oleh Indonesia adalah kurang efektif dalam mencegah
dan memberantas tindak pidana korupsi. Pada negara maju, korupsinya terkesan lebih
canggih dibandingkan dengan negara berkembang dengan corak korupsi yang generik
dan sederhana. Di Indonesia para pelaku korupsi lebih tepatnya dibilang koruptor
menggunakan kekuasaan politik untuk memperkaya diri yang kemudian setelah
tertangkap, ‘tikus-tikus korup’ itu dengan berbagai dalih berusaha mengelak dari
dakwaan. Selain itu perkara yang ditangani KPK didominasi oleh sektor insfrastruktur
yaitu pengadaan barang dan jasa. Sektor ini dinilai memiliki komposisi anggaran dalam
jumlah sangat besar. Diharapkan korupsi sektor ini dapat dicegah, salah satu upayanya
yaitu dengan e-procurement, transparansi siklus anggaran mulai dari perencanaan sampai
pencairan anggaran. Hal tersebut di harapkan berdampak pada penyelamatan keuangan
negara (asset recovery). Sesuai dengan konsideran UU Anti Korupsi, apabila upaya
pengembalian kerugian keuangan negara tidak dilakukan, maka akan menghambat
pembangunan nasional, juga pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional
yang menuntut efisiensi tinggi (Hari Purwadi, Adriana Grahani Firdausy, Sasmini. 2010.
Pengembalian Kerugian Keuangan Daerah Akibat Tindak Pidana Korupsi. Jurnal
Yustisia, Januari-April 2010 Edisi 79. Surakarta. Fakultas Hukum UNS). Dilihat dari segi
budaya, Singapura dengan political will, kesadaran masayarakat dan sikap serta budaya
profesionalisme sudah mendarah daging. Di Indonesia, kesadaran masyarakat dan
political will dari pemerintah masih belum maksimal sehingga sebagian masyarakat
Indonesia menganggap korupsi merupakan hal yang wajar dan dalam penanganannya
masih kurang profesional atau terkesan masih setengah-setengah. Sedangkan dari segi
peraturan, bahwa regulasi di Singapura lebih membedakan pada pemilahan pelaku dari
tindak pidana korupsi, sedangkan di Indonesia lebih membedakan pada delik yang terjadi
Dari segi lembaga, Singapura hanya ada satu lembaga yang berwenang penuh dalam
pemberantasan korupsi yaitu CPIB, sedangkan Indonesia dengan tiga lembaga yaitu
Kepolisian, Kejaksaan dan KPK yang terkesan mempunyai kewenangan sejajar dan sama
dalam penanganan korupsi, sehingga terjadi tumpang tindih kewenangan.
TUGAS 2
1) Apa yang kamu ketahui tentang penyebab korupsi?
Jawab :
Penyebab korupsi merupakan suatu dorongan bagi sesorang yang dapat menyebabkan
sesorang melakukan tindak pidana korupsi. Penyebab korupsi bisa berasal dari dalam
diri seseorang (internal) atau juga dapat berupa factor dari luar (eksternal)/
lingkungannya.
TUGAS 3
1) Sebutkan lembaga penegak hokum dalam tindak pidana korupsi?
Jawab :
a) Kepolisian
b) Kejaksaan
c) KPK
TUGAS 4
1. Buatlah materi tindakan anti korupsi dan pencegahannya?
Jawab :
Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahsa latin, corruptio atau corruptus. Corroptio sendiri
berasal dari kata corrumpere, suatu kata Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin itulah
turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris yaitu corruption, corrupt; Perancis yaitu
corruption; dan Belanda yaitu corruptie. Dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke
bahasa Indonesia yaitu korupsi (Andi Hamzah. 2005 : 4). Dalam kamus hukum (2002),
kata korupsi berarti buruk; rusak; suka menerima sogok; menyelewengkan uang/barang
milik perusahaan/negara; menerima uang dengan jabatannya untuk kepentingan pribadi.
Ciri-ciri korupsi menurut (Shed Husein Alatas : 1983)
1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.
2. Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia, kecuali korupsi itu telah merajalela.
3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
4. Mereka yang mempraktekkan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk menyelubungi
usahanya dengan berlindung dibalik pembenaran hukum.
5. Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang tegas dan mampu untuk
mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
6. Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya dilakukan oleh badan publik
atau umum (masyarakat)
7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.
TUGAS 5
1) Apa yang disebut dengan tindak pidana korupsi?
Jawab :
Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang dengan penyuapan manipulasi
dan perbuatan-perbuatan melawan hukum yang merugikan atau dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, merugikan kesejahteraan atau kepentingan
rakyat/umum.
2) Sebutkan sejarah pemberantasan korupsi di Indonesia pasca kemerdekaan?
Jawab :
1. Orde Lama
Peraturan pertama terkait pemberantasan korupsi yang dibuat adalah Peraturan
Pemberantasan Korupsi No. Prt/PM-06/1957 pada tahun 1957 yang diganti dengan
Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 24 Prp Tahun 1960.
a) PARAN (Panitia Retooling Aparatur Negara)
Diketuai oleh A.H Nasution. Tugasnya melakukan pengumpulan data kekayaan
pejabat negara dan melakukan pengawasan.
b) Operasi Budhi
Diketuai oleh A.H Nasution.tugasnya membawa kasus tindak pidana korupsi
kepada pengadilan.
c) KOTRAR (Komando Tertinggi Retooling Alat Revolusi)
Berada di bawah pimpinan presiden Soekarno secara langsung. Mulai terjadi
stagnasi dalam pemberantasan korupsi.
2. Orde Baru
Untuk peningkatan pemberantasan korupsi pada orde baru,pemerintah mengeluarkan
Undang-Undang :
a) UU No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
mencabut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang_UNdang No. 24 Prp Tahun
1960.
b) UU No. 11 Tahun 1980 Tentang Tindak Pidana Suap.
c) TPK (Tim Pemberantas Korupsi )
Dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 228 Tahun 1967. Tugansnya
yaitumemberantas korupsi secara cepat dan tepat.
d) Komisi IV
Dibentuk tahun 1974 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1970.
Drs. Moh. Hatta sebagai penasehat KOmisi IV.
Pada masa Orde Baru terjadi kasus pungutan liar. Pemerintas untuk memberantas
kasus pungutan liar tersebut melaksanakan Operasi Tertib (Opstib) berdasarkan
Impres Nomor 9 Tahun 1977 tentang Operasi Penertiban yang dipimpin oeleh
Laksamana TNI Sudomo.
3. Reformasi
a) Pemerintahan Masa BJ. Habibie
UU No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Dari korupsi,kolusi dan nepotisme.
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana KOrupsi.
Membentuk komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPNPN)
berdasarkan Keputusan Presiden No. 127 Tahun 1999.
b) Pemberantasan Masa Presiden Abdurrahman Wahid
Membentuk badan-badan negara,antara lain :
- Tim Gabungan Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK).
- Komisi Ombudsman Nasional.
- Komisi Pemerikasa Kekayaan Pejabat Negara,dll.
c) Pemberantasan Masa Megawati Soekarnoputri
UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan tindak pidana Korupsi.
UU No. 20 Tahun 2001 dibuat untuk menambahkan ketentuan pada undang-
undang pemberantasan korupsi mengenai pembalikan beban pembuktian kasus
korupsi.
Pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPTPK)
berdasarkan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk pada tahun 2003.
d) Pemberantasan Masa Susilo Bambang Yudhoyono
UU No.3 Tahun 2010 tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti UU
No. 4 Tahun 2002.
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi terpisah dari Pengadilan Umum.
5) Undang-undang No dan tahun berapa yang menyatakan bahas Negara bebas dari KKN?
Jawab :
Pasal 5 UU RI No. 28 TAHUN 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.