Anda di halaman 1dari 15

RS.

Dustira TGL : Nilai : TGL : Nilai : Rata-rata :

ParafCI+Stempel Paraf Dosen :

Demam Typoid (Typoid Fever)

A. Definisi

Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella

typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular

(Cahyono, 2010).

Demam typhoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah

penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi

penyakit multi sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi (Muttaqin, A

& Kumala, S. 2011)

Demam typhoid atau Typhoid Fever ialah suatu sindrom sistemik

terutama disebabkan oleh Salmonella typhi.Demam typhoid merupakan jenis

terbanyak dari salmonelosis.Jenis lain dari demam enterik adalah demam

paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S.

paratyphi B), dan S. hirschfeldii (semula S. paratyphi C).

B. Etiologi

Penyebab demam thypoid adalah salmonella thyposa, basil gram negatif,

bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya

empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi dan protein

membran hialin.

Penyebab thypoid tidak bergantung pada iklim, tetapi banyak dijumpai di

negara yang beriklim tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih,
sanitasi lingkungan dan kebersihan individu dan lingkungan.
C. Pathway

Fekal Cuci tangan tidak bersih Makanan terkontaminasi

(salmonellathypii)

Masuk saluran pencernaan

Bersarang di dinding usus halus

Demam Typoid

Kuman masuk peredaran darah


Bakterimia
Keseluruh tubuh terutama diorgan RES

Kuman mengeluarkan endotoksin Usus Halus

Proses Sistem cerna Resiko


Termolegulator dihipotalamus
Terganggu inflamasi terganggu komplikasi

Distensi abdomen terjadi gangguan hipoperistaltik


Ketidakefektifan
termogulasi
Nyeri epigastrik mekanisme motilitas usus konstipasi

Patologis hiperperistaltik

Peningkatan Nyeri akut Diare anoreksia mual


muntah
metabolisme
Ketidakseimbangan
Kehilangan cairan tubuh nutrisi kurang dari
dehidrasi kebutuhan tubuh
penurunan tonus otot
Kekurangan
kelemahan fisik
volume cairan
dirawat dirumah sakit kurang terpaparnya informasi
Intoleransi bedrest total
aktivitas Defisiensi pengetahuan
dampak hopitalisasi

gangguan kesadaran
Ansietas
Gangguan pola
tidur
(Muttaqin & Kumala,2011 ; NANDA, 2012; & Wilkinson, 2011)
D. Manifestasi klinis

Gejala dapat timbul secara tiba-tiba/berangsur-angsur yaitu

antara10 sampai 14 hari. Mulainya samar-samar bersama nyeri kepala,

malaise, anoreksia dan demam, rasa tidak enak di perut dan nyeri di

seluruh badan. Minggu pertama keluhan dan gejala serupa dengan

penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala,

pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, konstipasi /diare,

perasaan tidak enak pada perut, batuk dan epistaksis.

Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas yaitu : demam,

bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung

merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus,

gangguan mental.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. PemeriksaanLaboratorium.

a. PemeriksaanLeukosit.

Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada

sediaan darah tepi dalam batas normal, malahan kadang terdapat

leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi

sekunder.

b. Pemeriksaan SGOT danSGPT.

Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali

normal setelah sembuh dari demam typhoid.


c. TesWidal.

Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti

bodi (aglutinin).Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella

terdapat dalam serum pasien demam typhoid, juga pada orang

yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah

divaksinasi terhadap demamtyphoid.

Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di

laboratorium.Maksud tes widal adalah untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam

typhoid.

F. Penatalaksanaan

1. Tirah baring atau bedrest

2. Diet

Dimasa lalu penderita tifoid diberi bubur saring, kemudian

bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan

penderita.Pemberian bubur saring ini dimaksudkan untuk

menghindari komplikasi perdarahan usus, karena ada pendapat

bahwa ulkus-ulkus perlu diistirahatkan.Banyak penderita tidak

menyukai bubur saring karena tidak sesuai dengan selera

mereka.Karena mereka hanya makan sedikit dan ini berakibat

keadaan umum dan gizi penderita semakin mundur dan masa

penyembuhan menjadi lama.


Makananpadatdini,yaitunasidenganlaukpaukrendahselulosa(pa

ntang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan

aman pada penderita tifoid.

3. Obat-obatan

a. Antimikroba

 Kloramfenikol 4 X 500 mgsehari/iv

 Tiamfenikol 4 X 500 mg seharioral

 Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet =

sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis

yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairaninfuse

 Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv,

dibagi dalam 3 atau 4dosis

Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari

bebas demam.

b. Antipiretik seperlunya

c. Vitamin B kompleks dan vitamin C

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dari demam thypoid adalah:

1. Komplikasi pada usus halus : perdarahan usus, perforasi usus,

dan peritonitis.

2. Komplikasi di luar usus halus : bronkhitis dan bronkopneumoni,

kolesistitis,thypoidensefalopati,meningitis,miokarditis,karierkro

nik.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Didalamidentitasmeliputinama,umur,jenis kelamin, alamat,

pendidikan, no. registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan,

tinggi badan, berat badan, tanggal masukRS.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan

kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.

b. Riwayat penyakitdahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid,

apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam,

anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat

(anemi),nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor),

gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita

Thypoid atau sakit lainnya.

3. pola fungsi kesehatan

a. Pola Persepsi dan PemeliharaanKesehatan


Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah dalam kesehatannya.
b. Pola nutrisi danmetabolisme

Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit,

lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat

mempengaruhi status nutrisi tubuh.

c. Pola aktifitas dan latihan

Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik

serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat

penyakitnya.

d. Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan

yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.

e. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif

Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi

pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.

f. Pola Hubungan dengan oranglain

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan

interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam

menjalankan perannya selama sakit.

g. Pola reproduksi dan seksualitas

Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang telah atau

sudah menikah dan terjadi perubahan.

h. Persepsi diri dan konsep diri


Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi

masalah penyakitnya.

i. Pola mekanisme koping

Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi

masalah penyakitnya.

4. Pemeriksaan fisik

a. KeadaanUmum

Biasanya pada pasien thypoid mengalami badan lemah, panas,

pucat, mual, perut tidak enak, anorexia.

b. Kepala danleher

Biasanya pada pasien thypoid yang ditemukan adanya

konjungtiva anemia, mata cowong, bibir kering, lidah kotor

ditepi dan ditengah merah.

c. Dada dan abdomen

Didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.

d. Sistem integumen

Kulit bersih,turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak.

B. Rencana keperawatan
Menurut NANDA (2012), dalam rencana keperawatan pada pasien

dengan penyakit demam typhoid adalah:

1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan infeksi.

Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal

Intervensi:

a. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2jam


b. Monitor TD, nadi, danRR

c. Monitor suhu kulit danwarna

d. Monito tanda – tanda hipertermi danhipotermi

e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

f. Ajarkan pasien cara mencegah keletihan akibatpanas

g. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan

penanganan yang diperlukan

h. Kolaborasi dengan dokter pemberian antipiretik


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen

injurybiologis Tujuan : nyeri berkurang

atauhilang.

Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, dan faktor presipitasi.

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

c. Berikan lingkungan yangkondusif.

d. Kurangi faktor presipitasinyeri.

e. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi

nyeri (teknik nafas dalam)

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kekurangan asupancairan.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi


Intervensi :

a. Kaji intake dan outputpasien.

b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

c. Monitor vitalsign.

d. Monitor status nutrisi.

e. Kolaborasi pemberian cairan IV.

f. Dorong masukan oral.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidakadekuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat

terpenuhi. Intervensi :

a. Kaji adanya alergimakanan.

b. Monitor intake outputpasien

c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkanpasien.

d. Berikan makanan yang sudah di konsultasikan

dengan ahli gizi.

e. Berikan infoermasi tentang kebutuhannutrisi.

f. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi

yang di butuhkan.

5. Diare berhubungan dengan prosesinfeksi

Tujuan : diare dapat di kendalikan atau di

hilangkan Intervensi :
a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak,

pemberian makanan danminuman.

b. Keseimbangan elektrolit dalam batas normal.

c. Jelaskan obat-obatan yang di berikan, efek samping

dan kegunaannya

d. Tingkatkan keseimbangan cairan

e. Anjurkan banyak minumair.

f. Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air tiap kali

sesudah buang air besar atau kecil dan sebelum

menyiapkanmakanan.

6. Kontipasi berhubungan dengan asupan cairan yang tidak


mencukupi.

Tujuan : Kontipasi menurun

Intervensi :

a. Mempertahankan pola eliminasi defekasi yangteratur.

b. Manajemenkontipasi/inpakasi

Manajemen cairan : tingkatkan keseimbangan cairan

dan cegah komplikasi akibat kadar cairan yang tidak

normal atau tidak di inginkan.

c. Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan

serat dan cairan dalam diet.

7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu dan


lingkungan sekitar.

Tujuan : Kebutuhan tidur

pasien adekuat. Intervensi :

a. Jelaskan pentingnya tidur yangadekuat.

b. Kaji pola tidurpasien.

c. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

d. Kolaborasi pemberian obat tidur

e. Diskusikan keluarga dengan pasien dan keluarga

tentang teknik tidur pasien.

f. Catat kebutuhan tidur pasien setiap hari danjam.

8. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit,

misin terprestasi informasi.

Tujuan : secara subjektif melaporkan rasa cemas

berkurang. Intervensi :

a. Gunakan pendekatan yang menenangkan.

b. Kaji tingkatkecemasan.

c. Jelaskan semuaprosedur

d. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan


kecemasan.

e. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi.

f. Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik


relaksasi

g. Temani pasien untuk memberikan


kenyamanan dan mengurangutakut.

h. Dorong keluarga untuk menemani anak.

i. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.


9. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan

kognitif, salah interprestasi informasi, kurang pajanan,

kurang minat dan belajar.

Tujuan : pasien mampu melaksanakan apa yang telah di

informasikan. Intervensi :

a. Kaji pengetahuan awal pasien dankeluarga

b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal

ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan

cara yang tepat.

c. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang cepat.

d. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa mucul


padapenyakit.

e. Berikan pada pasien dan keluarga tentang informasi


yangtepat.

10. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahanumum.

Tujuan : Aktivitas

kembali normal.

Intervensi :

a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas tyang

mampu dilakukan.

b. Bantu untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai

dengan kamapuan fisik, psikologi, dansosial.


c. Bantu untuk mendapatkan alat bantuanaktifitas.

d. Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi

kekurangan dalamberaktifitas

e. Monitor respon fisik,emosi

Anda mungkin juga menyukai