Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan di
negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwatidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat
menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkaryaserta ketidakpatuhan
individu dalam berperilaku yang dapat menganggu kelompok masyarakat serta
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak kooperatif . Gangguan
jiwa dapat mempengaruhi fungsikehidupan seseorang, aktivitas penderita,
kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga jadi
terganggu karena gejala ansietas,depresi, dan psikosis. Seseorang dengan
gangguan jiwa apa pun harus segera mendapatkan pengobatan, keterlambatan
pengobatan akan semakin merugikan penderita keluarga, dan masyarakat
(Videback S. L., 2008).
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan
persepsi.Bentukhalusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau
mendengung, tapi yang palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalam
bentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan
mengenai keadaan pasien sedih atau yangdialamatkan pada pasien itu. Akibatnya
pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien
terlihat seperti bersikap dalam mendengar ataubicara keras-keras seperti bila ia
menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang
pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya.
Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman
dan lain-lain.
Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu diikuti
dengan gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat
menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkngan sosialnya, hanyut
dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi
dengan lingkungan disekitarnya.

1
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan therapy aktifitas
kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam
hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti
terapi ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi
sehingga pada saat TAK klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari
halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat berkerja sama dan tidak
mengganggu anggota kelompok yang lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari halusinasi?
2. Apa saja klasifikasi dari halusinasi ?
3. Apa etiologi dari halusinasi?
4. Apa menifestasi klinis dari halusinasi ?
5. Bagaimana tahap-tahap dari halusinasi ?
6. Bagaimana rentang respon dari halusinasi?
7. Bagaimana Terapi Aktivitas kelompok (TAK) untuk pasien halusinasi?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari halusinasi
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari halusinasi
3. Untuk mengetahui etiologi dari halusinasi
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari halusinasi
5. Untuk mengetahui tahap-tahap dari halusinasi
6. Untuk mengetahui rentang respon dari halusinasi
7. Untuk mengetahui Terapi Aktivitas kelompok (TAK) untuk pasien
halusinasi

1.4 MANFAAT
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai
mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan, penyebab

2
serta upaya pencegahan halusinasi agar terciptanya kesehatan masyarakat
yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang psoriasis
sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.
3. Bagi pasien dan keluarga
Sebagai sarana untuk mengontrol halusinasi yang ada pada klien
halusinasi.

BAB 2
KONSEP TEORI

2.1 HALUSINASI
2.1.1 Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu

3
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Jenny,
2010).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Yosep,
2010).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2009).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan mengenai halusinasi di atas,
maka dapat di ambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui
panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang
nyata.

2.1.2 Klasifikasi
Menurut Stuart (2009) halusinasi terdiri dari tujuh jenis. Penjelasan secara
detail mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi sebagai berikut :
1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan
sesuatu kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat
stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

4
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Cenesteti
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine.
7. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

2.1.3 Etiologi
Menurut Stuart (2009), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah
1. Faktor predisposisi
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah :
1.) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2.) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3.) Sumber koping

5
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

2.1.4 Manifestasi Klinis


Menurut (Yosep, 2009) tanda gejala dari halusinasi sebagai berikut :
1. Berbicara sendiri, senyum sendiri, tertawa sendiri
2. Menggerakan bibir tanpa suara
3. Pergerkan mata yang cepat
4. Respon verbal lambat
5. Menarik diri dari orang lain
6. Tidak dapat membedakan nyata dengan yang tidak nyata
7. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
8. Ekpresi muka tegang
9. Mudah tersinggung, jengkel dan marah
10. Tampak tremor dan berkeringat
11. Perilaku panik
12. Curiga dan bermusuhan
13. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
14. Ketakutan

2.1.5 Tahapan Halusinasi


Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart (2009) dan
setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
2. Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-
tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-
tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik
dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
3. Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan
dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah

6
dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan.

2.1.6 Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang 1.Gangguan pikiran


2. Persepsi akurat menyimpang atau waham
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Halusinasi
dengan pengalaman 3.Reaksi emosional 3.Ketidakmampuan
4. Perilaku sesuai berlebihan atau kurang untuk kontrol emosi
5. Hubungan sosial 4. Perilaku aneh atau 4.Ketidakteraturan
tak lazim perilaku
5. Menarik diri 5. Isolasi sosial

Dari bagan diatas bisa dilihat rentang respon neurobiologis bahwa respon adaptif
sampai maladaptif yaitu:
a. Respon adaptif
1. Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
2. Persepsi akurat
Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman
Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
4. Perilaku sesuai

7
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut
diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan
moral.
5. Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan di tengah-tengah
masyarakat.
b. Respon transisi
1. Pikiran kadang menyimpang
Kegagalan dalam mengabstrakkan dan mengambil kesimpulan.
2. Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
3. Reaksi emosi berlebihan atau berkurang
Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
4. Perilaku aneh atau tak lazim
Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran
mengolah dan tidak kenal orang lain.
5. Menarik diri
Perilaku menghindar dari orang lain.
c. Respon maladaptif
1. Gangguan pikiran atau waham
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walau tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.
2. Halusinasi
Persepsi yang salah terhadap rangsang.
3. Ketidakmampuan untuk kontrol emosi
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami
kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.
4. Ketidakteraturan perilaku
Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
5. Isolasi sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam

8
2.2 TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI PERSEPSI
2.2.1 Definisi
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
(keliat, 2010).

2.2.2 Tujuan
Menurut Keliat (2010), Tujuan umum dari TAK stimulasi persepsi adalah
klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaiakan masalah yang diakibatkan
oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara tujuan khususnya:
1. Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan
tepat.
2. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.

2.2.3 Aktivitas
Menurut Keliat (2010), terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada
pasien halusinasi dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:
a. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: membantu pasien mengenal
halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi
b. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan bercakap – cakap bersama orang lain.
c. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan melaksanakan aktivitas terjadwal.
d. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi : melatih pasien obat secara
teratur

2.2.4 Persiapan Pelaksanaan TAK


1. Persyaratan Umum kriteria peserta

9
 Klien yang tidak terlalu gelisah.
 klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya
Terapi Aktifitas Kelompok

 Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi


dalam kelompok kecil

 Klien tenang dan kooperatif

 Kondisi fisik dalam keadaan baik

 Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas

 Klien yang dapat memegang alat tulis

2. Tata Tertib :
 Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
 Berpakaian rapi dan bersih

 Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama


kegiatan TAK

 Peserta boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan


selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta
tersebut diganti peserta cadangan

 Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib


dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti
kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak
dapat diganti oleh peserta cadangan.

 Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai

 Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengangkat tangan terlebih


dulu dan berbicara setelah dipersilahkan.

 TAK berlangsung selama 45 menit

10
BAB 3
RENCANA PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Topik : TAK Stimulasi Persepsi dengan halusinasi


Terapis : Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Lamongan
Sasaran : Pasien dengan halusinasi
Hari / tgl : Mei 2018
Waktu : 08.00 – 08.45 WIB
Tempat : Kelas 6B-Keperawatan STIKES MUHLA

3.1 Tim Terapis


1. Leader :
Bertugas :
- Memimpin jalannya TAK

- Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya TAK

- Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK

- Memimpin diskusi kelompok

2. Co-leader :
Bertugas :
- Membuka acara

- Mendapingi leader

- Mengambil alih posisi leader jika leader bloking

- Menyerahkan kembali posisi kepada leader

- Menutup acara diskusi

3. Observer :
Bertugas :
- Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir
- Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok

11
- Mencatat serta mengamati respon klien
- Mengamati peserta drop out
4. Fasilitator :
Bertugas :
- Menyiapkan tempat dan alat
- Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan
- Mendampingi peserta TAK
- Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
- Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
3.2 Daftar Pasien
Pasien dengan halusinasi
3.3 Metode
1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan Tanya jawab

3.4 Media dan Alat


1. Spidol dan white board/ papan tulis
2. Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK) sebelumya
3.5 Setting Tempat

O
L CL

P P

F F

12
3.6 Pasien
1 Kriteria pasien

a Pasien dengan halusinasi penglihatan dan pendengaran sudah


menunjukkan kemauan untuk menceritakan apa yang dilihat dan apa
yang didenga

b Pasien dengan halusinasi pendengaran, pasien sudah mampu mengatasi


jika halusinasi tersebut muncul

2 Proses seleksi

a Mengidentifikasi pasien yang masuk criteria

b Mengumpulkan pasien yang masuk criteria

c Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut kegiatan TAK

3.7 Pelaksanaan
3.7.1 Sesi 1: Mengenal Halusinasi
Tujuan
1. Klien dapat mengenal halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadinya halusinasi
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat
1. Spidol
2. Papan tulis/ whiteboard/flipchart
Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran / stimulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi; halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

13
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1.) Salam dari terapis kepada klien
2.) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3.) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1.) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengenal suara – suara yang didengar
2.) Terapis menjelaskan aturan main berikut;
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu isinya, waktu
terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi
b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
Mulai klien dari yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua
klien mendapat giliran. Hasilnya tulis di whiteboard
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
d. Simpulkan isi, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien
dari suara yang biasa didengar
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1.) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2.) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya
jika terjadi halusinasi
c. Kontrak yang akan datang
1.) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi
2.) Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai denga tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 1, kemampuan yang diharapkan

14
adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya
halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi. Formulir evaluasi sebagai
berikut.
Sesi 1: TAK
Stimulasi persepsi: Halusinasi
Kemampuan mengenal halusinasi
No. Nama Menyebut isi Menyebut Menyebut Menyebut
klien halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi halusinasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama penggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu,

situasi dan perasaan. Beri tanda jika klien mampu dan tanda X jika klien

tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi:
Halusinasi Sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi halusinasi (menyuruh
memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal
dan geram). Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan
menyampaikan kepada perawat.

3.7.2 Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik


Tujuan

15
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untiuk
mengatasi halusinasi.
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.

Setting

1. Terspis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruang nyaman dan tenang.
Alat
1. Spidol dan papan tulis /whiteboard/flipchart.
2. Jadwal kegiatan klien.

Langkah kegiatan

1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi:isi, waktu,
situasi, dan perasaan.
c. Kontrak
1. Menjelkaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan sattu cara
mengontrol halusinasi.
2. Menjelaskan aturan main, yaitu:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikutikegiatan awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a) Terapis meminta klien menceritakaan apa yang dilakukan pada
saatmengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai
semua klien mendapat giliran.
b) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
c) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul.
d) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu: “pergi
jangan ganggu saya”, “saya mau bercakap-cakap dengan…”.

16
e) Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi dimulai dari klien disebelah kiri terapis
berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapatkan
giliran.
f) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua kllien bertepuk
tangan saat setiap klien selesai memperagakan menghardik
halusinasi.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1. Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang
telah dipelajari jika halusinasi muncul.
2. Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan.
2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang
diharapkan adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik. Formulir evaluasi
sebagai berikut.
Sesi 2
Stimulasi persepsi : halusinasi
Kemampuan menghardik halusinasi

Nama klien
No. Aspek yang diniali

1. Menyebutkan cara yang selama ini


digunakan mengatasi halusinasi

17
2. Menyebutkan efektivitas cara

3. Menyebutkan cara mengatasi halusinasi


dengan menghardik

4. Memperagakan menghardik halusinasi

Petunjuk
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara menghardik

halusinasi, dan memperagakiannya. Beri tanda jika klien mampu dan tanda

x jika klien tidak mampu


Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
halusinasi sesi 2. Klien mampu memperagakan cara enghardik halusinasi.
Anjurkan klien menggunakannya jika halusinasi muncul, khusus pada malam
hari (buat jadwal).

3.7.3 Sesi 3 : Mengontrol Halusinasi Dengan Kegiatan


Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi
2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Jadwal kegiatan harian
2. Pulpen
3. Spidol dan whiteboard/papan tulis.flipchart
Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran/simulasi dan latihan
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi

18
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/vaiidasi
1. Terapis menanyakan keadaan klien saat ini
2. Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari
3. Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara
menghardik halusinasi
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan
2. Menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan cara kedua yaitu melakukan kegiatan sehari-
hari. Jelaskan bahwa melakukan legiatan yang teratur akan mencegah
munculnya halusinasi.
b. Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa
dilakukan sehari-hari dan tulis di whiteboard
c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis
menulis formulir yang sama di whiteboard
d. Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal
kegiatan harian , dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien
menggunakan formulir, terapis menggunakan whiteboard
e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun
f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang
sudah selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyunsun
jadwal kegiatan dan memperagakannya
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol
halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan
c. Kontrak yang akan datang

19
1. Terapis membuat kegiatan dengan klien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi di lakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3, kemampuan yang di harapkan
adalah klien melakukan kegiatan harian untuk mencegah timbulnya halusinasi.
Formulir evaluasi sebagai berikut

Sesi 3: TAK

Stimulasi persepsi halusinasi

Kemampuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan

Nama klien
No Aspek yang di miliki

1. Menyebutkan kegiatan yang biasa


di lakukan

2. Memperagakan kegiatan yang


biasa di lakukan

3. Menyusun jadwal kegiatan harian

4. Menyebutkan dua cara


mengontrol halusinasi

20
Petunjuk:

1. Tulis nama pangilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri peniliaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan
harian yang biasa di lakukan, memperagakan salah satu kegiatan, menyusun
jadwal kegiatan harian dan menyebutkan dua cara mencegah halusinasi. Beri
tanda(√) pada klien mampu dan tanda (x) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi:
halusinasi sesi 3. Klien mampu memperagakan kegiatan harian dan menyusun
jadwal. Anjurkan klien melakukan kegiatan untuk mencegah halusinasi

3.7.4 Sesi 4 : Mencegah Halusinasi Dengan Bercakap-Cakap


Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi
2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart
2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen
Metode
1. Diskusi kelompok
2. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi
b. Terapis membuat kontrak dengan klien 3
c. Mempersiapkan alat dan pertemuan

21
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang
telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan
terarah) untuk mencegah halusinasi
c. Kontrak
1. Terapismenjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dariawal sampai akhir
3. Tahap kerja
a. Terapismenjelaskan pentingnya bercakap-cakapndengan orang lain
untuk mengontrol dan mencegah halusinasi
b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa
diajak bercakap-cakap
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang
biasa dan bisa dilakukan
d. Terapis memperagakan carabercakap-cakap jika halusinasi muncul
“Suster daya mau ngobrol saja dengan suster” atau “Suster sata mau
ngobrol tentang kapan saya boleh pulang”
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan
orang disebelahnya
f. Berikan pujian atas keberhasilan klien
g. Ulangi e dan f sampai semua klien mendapat giliran
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah
dilatih
3. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang

22
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat
2. Terapis menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk stimulasi persepsi halusinasi Sesi 4, kemampuan yang diharapkan
adalah mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap. Formulir evaluasi sebagai
berikut
Sesi 4: TAK
Stimulasi persepsi : halusinasi
Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi
No Aspek yang dinilai Nama klien

1 Menyebutkan orang yang biasa diajak


bicara

2 Memperagakan percakapan

3 Menyusun jadwal percakapan

4 Menyebutkan tiga cara mengontrol dan


mencegah halusinasi

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan orang yang biasa
diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal percakapan,
menyebutkan tiga cara mencegah halusinasi. Beri tanda jika klien mampu,
dan tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi

23
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
halusinasi sesi 4. Klien belum mampu secara lancar bercakap-cakap dengan
orang lain. Anjurkan klien bercakap-cakap dengan perawat dan klien lain di
ruang rawat.

3.7.5 Sesi 5 : Mengontrol Halusinasi Dengan Patuh Minum Obat


Tujuan

1. Klien memahami pentingnya patuh minum obat


2. Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Spidol dan whitboard/papan tulis/flipchacrt


2. Jadwal kegiatan harian
3. Beberapa contoh obat

Metode

1. Diskusi dan tanya jawab


2. Melengkapi jadwal harian

Langkah kegiatan

4. Persiapan
a. Mengingatkan kontak kepada klien yang telah mengikuti sesi 4
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
5. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Terapis dan klien memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini

24
2. Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi
setelah menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik,
menyibukkan diri dengan kegiatan, dan bercakap-cakap)
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan yaitu mengontrol halusinasi dengan
patuh minum obat
2. Menjelaskan aturan main berikut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
6. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat memberi perasaan tenang dan memperlambat
kambuh.
b. Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat , yaitu
penyebab kambuh
c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan
waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara
bergiliran
f. Berikan pujian pada klien yang benar
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard)
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard)
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi/kambuh
j. Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi/kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat
l. Memberi pujian tiap kali klien benar
7. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

25
2. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang
sudah dipelajari
3. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi
yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap dan
patuh minum obat
c. Kontrak yang akan datang
1. Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol
halusinasi
2. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan
indikasi klien
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakuakn saat proses TAK berlangsung, khisisnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan halusinasi sesi 5, kemampuan
klien yang diharapkan adalah menyebutkan 5 benar cara minum obat,
keuntungan minum obat , dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi
sebagai berikut.

Sesi 5 : TAK
Stimulasi persepsi : halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
No Nama klien Menyebutkan 5 Menyebutkan Menyebutkan
benar minum obat keuntungan minum akibat tidak patuh
obat minum obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk

26
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat dan akibat tidak patuh minum
obat. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (x) jika klien tiadk mampu
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 5 , TAK stimulasi persepsi
halusinasi. Klien mampu meyebutkan lima benar cara minum obat , manfaat
minum obat dan akibat tidak patuh minum obat (kambuh). Anjurkan klien
minum obat dengan cara yang benar.

27
BAB 4
PELAKSANAAN TAK HALUSINASI SESI 2
(Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik)

Topik : TAK Stimulasi Persepsi dengan halusinasi


Terapis : Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Lamongan
Sasaran : Pasien dengan halusinasi
Hari / tgl : Mei 2018
Waktu : 08.00 – 08.45 WIB
Tempat : Kelas 6B-Keperawatan STIKES MUHLA

4.1 Pembagian Tugas


1. Leader : Eriska Saputri
Bertugas :
− Memimpin jalannya TAK

− Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya TAK

− Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK

− Memimpin diskusi kelompok

2. Co-leader : Istikharoh
Bertugas :
− Membuka acara

− Mendapingi leader

− Mengambil alih posisi leader jika leader bloking

− Menyerahkan kembali posisi kepada leader

− Menutup acara diskusi

3. Observer : Wardatul Munfatiha


Bertugas :
− Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir

28
− Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
− Mencatat serta mengamati respon klien
− Mengamati peserta drop out
4. Fasilitator : Erma Regita dan Nur Azizah
Bertugas :
− Menyiapkan tempat dan alat
− Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan
− Mendampingi peserta TAK
− Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
− Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
4.2 Daftar Pasien
1. Alexander Attaubah
2. Harissatul Amanah
3. Nida Khusniah
3.3 Metode
1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan Tanya jawab

3.4 Media dan Alat


1. Spidol dan white board/ papan tulis
2. Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK) sebelumya
3.5 Setting Tempat
1. Terspis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruang nyaman dan tenang.

L CL O
P P
F F
P

3.6 Susunan Acara

29
WAKTU KEGIATAN TERAPIS KEGIATAN PASIEN

5Menit Persiapan :
a. Membuat kontrak dengan klien  Mendengarkan dan
b. Mempersiapkan alat dan tempat menanggapi
5Menit Orientasi :
a. Salam terapeutik  Menja
 Salam dari terapis kepada klien.
wab salam
 Klien dan terapis pakai papan
nama.
b. Evaluasi/validasi  Mena
 Terapis menanyakan perasaan
nggapi/bercerita
klien saat ini.
 Terapis menanyakan pengalaman
 Memp
halusinasi yang terjadi:isi, waktu,
erhatikan dan
situasi, dan perasaan.
c. Kontrak menyepakati
 Menjelkaskan tujuan kegiatan,
yaitu dengan latihan sattu cara
mengontrol halusinasi.
 Menjelaskan aturan main, yaitu:
- Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok,
harus minta izin terapis.
- Lama kegiatan 30 menit.
- Setiap klien
mengikutikegiatan awal
sampai selesai.
10 Kerja :
a. Terapis meminta klien menceritakan  Memperhatikan
Menit
apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan
bagaimana hasilnya. Ulangi sampai
semua klien mendapat giliran.
b. Berikan pujian tiap klien selesai
bercerita.
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi
 Melakukan yang

30
halusinasi dengan menghardik di instruksikan
halusinasi saat halusinasi muncul. oleh terapis
d. Terapis memperagakan cara
memperagakan menghardik
halusinasi, yaitu “pergi... jangan
ganggu saya”, “saya mau bercakap –
cakap dengan ...”
 Berbicara
e. Terapis meminta masing – masing
klien memperagakan cara
menghardik halusinasi dimulai dari
klien disebelah kiri terapis berurutan
searah jarum jam sampai semua
peserta mendapatkan giliran.
f. Terapis memberikan pujian dan
mengaja semua klien bertepuk
tangan saat setiap klien selesai
memperagakan menghardik
halusinasi.
10 Terminasi :
Evaluasi
Menit
 Terapis menanyakan perasaan klien  Menja
setelah mengikuti TAK wab pertanyaan
 Terapis memberi pujian atas
keberhasilan kelompok
 Menganjurkan agar pasien bercakap-
cakap tentang kehidupan pribadi dan
memasukkan ke dalam jadwal harian  Meng
pasien ungkapkan

Kontrak yang akan datang perasaan

 Terapis menyepakati kegiatan TAK


berikutnya
 Terapis menyepakati waktu dan
 Memp

31
tempat TAK erhatikan

Dokumentasi

 Meny
epakati

BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2009).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin,
2010).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2009).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan mengenai halusinasi di atas,
maka dapat di ambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui

32
panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang
nyata.
Klasifikasi halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, perabaan, cenestetik, genestetik.
Faktor predisposisi yaitu faktor biologis, psikologis, sosial budaya.
Sedangkan faktor presipitasi yaitu biologis, stress lingkungan, sumber koping.
Manifestasi klinisnya yaitu Berbicara sendiri senyum sendiri, tertawa
sendiri, menggerakan bibir tanpa suara, pergerkan mata yang cepat, respon
verbal lambat, menarik diri dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata
dengan yangtidak nyata, terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan
tekanan darah, perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa
detik, bekonsentrasi dengan pengalaman sensori, sulit berhubungan dengan
orang lain, ekpresi muka tegang , mudah tersinggung, jengkel dan marah, tidak
mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat,
perilaku panik, agitasi dan kataton, curiga dan bermusuhan, bertindak merusak
diri ,orang lain dan lingkungan, ketakutan, tidak dapat mengurus sendiri, biasa
terdapat disorientasi :waktu, tempat dan orang.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada pasien halusinasi ada empat sesi.
Sesi 1 (mengenal halusinasi), sesi 2 (mengontrol halusinasi dengan menghardik),
sesi 3 (mengontrol halusinasi dengan kegiatan), sesi 4 (mencegah halusinasi
dengan bercakap-cakap), sesi 5 (mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat)

5.2 SARAN
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat
mengaktualisasikannya.
2. Bagi pembaca
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
kepribadian yang baik untuk seorang perawat dalam menghadapi pasien
dan keluarganya

33
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.

Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah


Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Keliat, B. A. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC.

Teguh, S. &. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stuart, G. W. (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Videback, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

34

Anda mungkin juga menyukai