TESIS
Pustika Efar
0806484862
TESIS
Pustika Efar
0806484862
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan
anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tugas akhir ini
disusun untuk memenuhi persyaratan pendidikan sebagai peserta Program
Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan hormat dan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
iv Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
2. DR. Dr. Aryono Hendarto Sp.A(K) sebagai Kepala Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI/RSCM dan Dr. Bambang Tridjaja AAP Sp.A(K)
sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Anak, Prof. DR. Dr.
Bambang Supriyatno, Sp.A(K) sebagai Kepala Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI/RSCM terdahulu dan DR. Dr. Partini P. Trihono,
Sp.A(K), M.Med (Paed) sebagai Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Anak terdahulu, yang telah memberikan kesempatan dan memfasilitasi
penulis dalam menjalankan dan menyelesaikan pendidikan dokter spesialis
anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.
3. Prof. Dr. Asril Aminullah, Sp.A(K), Dr. Idham Amir Sp.A(K), DR. Dr.
Rinawati Rohsiswatmo Sp.A(K), dan Dr. Imral Chair Sp.A(K) yang berkat
jasa dan bimbingannya, penulis akhirnya berkesempatan mengenyam dan
menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di FKUI ini.
Penulis juga menghaturkan terima kasih banyak kepada DR. Dr. Pustika
Amalia Wahidiyat Sp.A(K), yang telah memberikan nasihat berharga
selama penulis menjalani pendidikan dan memberikan dukungan moril
saat penulis sempat tersendat di akhir penulisan tesis ini, dan Dr. Nastiti
Kaswandani Sp.A(K) atas dukungan dan sarannya saat penulis menemui
kesulitan dalam merencanakan jadwal ujian tesis seminar dan pra-seminar.
5. Mba Andriyani (Yani) serta staf Klinik Anakku Kelapa Gading dan Kayu
Putih: Kak Nuri, Kak Qory, Kak Nuri, Tante Dewi, Tante Lia, Tante Eha,
Tante Raras, Tante Vika, Tante Raras, Tante Ria, Tante Rinda, Om Saiful,
Tante Indri, dan Tante Vidya yang telah membantu penulis dalam proses
recruitment subjek penelitian. Terima kasih juga kepada Mbak Liza
v Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
Meilany yang telah menjadi rekan seperjuangan di awal penyusunan
proposal dan memulai pencarian lokasi penelitian ini.
7. Saya persembahkan tesis ini untuk kedua orangtua tercinta: Mami Ariyani
Suryawan dan Papi Iwan Efendi yang telah memberikan kasih sayang tak
terhingga kepada penulis sampai detik ini. Tanpa doa, perjuangan, dan
dukungan mereka yang tanpa henti, penulis tidak akan mampu mencapai
tahap pendidikan ini. Penulis menghaturkan doa agar Tuhan senantiasa
memberikan berkat dan anugerahNya kepada Papi dan Mami, dan
memberikan kesempatan serta kemampuan kepada penulis untuk
membalas jasa dan melukiskan senyum bangga di wajah mereka.
8. Adik-adikku tercinta: Mirna Efar dan Toto Suryo Efar, yang telah menjadi
adik yang sangat pengertian selama penulis menjalani pendidikan. Terima
kasih Mirna, untuk nasihat yang meringankan beban hidup, dan sesi
konsultasi psikologi gratis saat penulis mengalami masa-masa sulit sebagai
PPDS. Tanpa dukungannya, penulis mungkin akan berakhir sebagai
mantan PPDS Anak tanpa gelar Sp.A.
9. Tidak lupa penulis juga berterima kasih kepada Andry Juliansen, sahabat
dan pendamping, yang telah memberikan dukungan kepada penulis sejak
penyusunan proposal, pengumpulan subjek, sampai mewujudkan tesis ini,
dan memberikan nasihat untuk tetap bersyukur atas jalan, yang mungkin
tidak selalu mulus, yang telah Tuhan rencanakan dalam hidup penulis.
vi Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
10. Seluruh anak dan keluarganya yang telah bersedia menjadi subjek dalam
penelitian ini. Semoga partisipasi mereka tidak akan sia-sia dan penelitian
ini mampu memberi sumbangan keilmuan yang berharga.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
banyak membantu penulis selama menjalani proses pendidikan dan
penelitian ini.
Pustika Efar
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah kemampuan gerak
kasar anak GSA lebih rendah dibandingkan anak normal, (2) gambaran kemampuan
gerak kasar anak GSA, (3) gambaran kemampuan sosialisasi anak GSA, (4)
hubungan kemampuan gerak kasar dengan kemampuan sosialisasi pada anak GSA.
Hasil. Sebanyak 40 subjek GSA (12 gangguan autistik, 3 gangguan Asperger, dan 26
PDD-NOS) dan 40 kontrol memenuhi kriteria penelitian. Kemampuan gerak kasar di
bawah normal ditemukan pada 8 dari 40 (20%) anak GSA. Rerata v-scale gerak kasar
pada kelompok GSA 15,1 (SD 3,12), lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol
18,7 (SD 2,09) dengan p 0,000 (p<0,05) dan interval kepercayaan 95% (IK95%) -
4,725;-2,525 berdasarkan uji T-berpasangan. Perbedaan tersebut tampak nyata pada
klaster melempar dan menangkap bola, menggunakan tangga, melompat, dan
mengendarai sepeda. Subdomain hubungan interpersonal menunjukkan nilai v-scale
terendah (median 9, rentang 3-15) dibandingkan kedua subdomain lain (subdomain
waktu bermain dan bersantai dengan rerata 11,2 (SD 3,2) dan subdomain kemampuan
coping dengan median 15, rentang 10-18). Kemampuan gerak kasar berhubungan
dengan kemampuan sosialisasi pada anak GSA. Anak GSA dengan gangguan gerak
kasar memiliki rerata nilai standar domain sosialisasi 66,6 (SD 6,50). Nilai tersebut
lebih rendah dibandingkan 85,7 (SD 10,90) pada anak GSA tanpa gangguan gerak
kasar, dengan p 0,000 dan IK95% -25,327;-12,736.
Simpulan. Kemampuan gerak kasar anak GSA lebih rendah dibandingkan anak
normal. Dua puluh persen anak GSA mengalami gangguan gerak kasar berdasarkan
Vineland-II, khususnya pada klaster melempar dan menangkap bola, menggunakan
tangga, melompat, dan mengendarai sepeda. Anak GSA memiliki kemampuan
sosialisasi yang rendah khususnya pada subdomain hubungan interpersonal. Anak
GSA dengan gangguan gerak kasar memiliki kemampuan sosialisasi lebih rendah
dibandingkan anak GSA yang tidak mengalami gangguan gerak kasar.
ix Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
ABSTRACT
Objectives. This study aimed: (1) to compare gross motor skills in ASD to normal
children, (2) to describe gross motor problems in ASD, (3) to describe socialization skills
in ASD, (4) to identify the relationship of gross motor and socialization skills in ASD.
Results. Forty ASD children (12 autistic disorder, 3 Asperger syndrome, 26 PDD-NOS)
and 40 age-matched control fulfilled study criteria. Gross motor below normal were
reported in 8 of 40 (20%) ASD children. Mean gross motor v-scale of ASD group 15.1
(SD 3.12), significantly lower than control group 18.7 (SD 2.09) with p value 0.000 (p <
0.05) and confidence interval 95% (CI95%) -4.725;-2.525 using paired T-test. The
differences were prominent in several cluster− throwing and catching ball, using stairs,
jumping, and bicycling. The lowest v-scale score was found in interpersonal relationship
subdomain (median 9, interval 3-15), compared to the other subdomains (play and leisure
time with mean 15 (SD 3.2) and coping skills with median 15, interval 10-18). Gross
motor skills is associated with socialization skills in ASD. ASD children with gross motor
impairments showed socialization domain mean score 66.6 (SD 6.50). The score is lower
than 85.7 (SD 10.90) in those without gross motor impairments, with p value 0.000 and
CI95% -25.327;-12.736.
Conclusion. Gross motor skill in ASD is lower than normal children. Gross motor
impairments were found in 20% ASD children based on Vineland-II, especially in several
cluster – throwing and catching ball, using stairs, jumping, and bicycling. ASD children
showed poor socialization skill especially in interpersonal relationship subdomain. ASD
children with gross motor impairments showed lower socialization skills compared to
those without gross motor impairments.
Key words: autism spectrum disorders, gross motor skills, socialization skills
x Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum ...............................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus ..............................................................................4
1.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat dalam Bidang Akademis..................................................5
1.5.2 Manfaat dalam Bidang Pelayanan..................................................5
1.5.3 Manfaat dalam Bidang Pengembangan Penelitian........................5
xi Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
2.4 Gangguan Gerak pada GSA...................................................................... 8
2.4.1 Gangguan Gerak Kasar ................................................................. 9
2.4.1.1 Gangguan Koordinasi Gerak Kasar ............................. 11
2.4.1.2 Abnormalitas dan Kecanggungan Cara Berjalan........ 11
2.4.1.3 Gangguan Keseimbangan dan Postural........................ 11
2.4.1.4 Gangguan Imitasi dan Praksis...................................... 11
2.4.2 Gangguan Gerak Halus............................................................... 12
2.4.3 Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Gerak pada GSA........ 12
2.4.4 Keterkaitan Gangguan Gerak Kasar dengan Kemampuan
Sosialisasi pada GSA……………………………………...….....13
2.5 Vineland Adaptive Behavior Scales edisi ke-2 (Vineland-II)................. 14
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian .................................................. 38
6.2 Karakteristik Subjek Penelitian .............................................................. 40
6.3 Gambaran Kemampuan Gerak Kasar Kelompok GSA dan Kontrol..... 41
6.4 Gambaran Kemampuan Sosialisasi Kelompok GSA dan Kontrol ......... 44
6.5 Hubungan Kemampuan Gerak Kasar dan Kemampuan Sosialisasi pada
Anak GSA ....................………….......................................................... 46
LAMPIRAN ........................................................................................................ 54
xv Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
DAFTAR SINGKATAN
BISCUIT : Baby and Infant Screen for Children with aUtIsm Traits
BSID : Bayley Scales of Infant Development
BOT-2 : Bruininks-Oseretsky Test of Motor Proficiency, 2nd edition
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
CMC : Check My Child
DSM-IV TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th
edition text revision
DSM-5 : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th
edition
GSA : Gangguan spektrum autisme
IK95% : Interval kepercayaan 95%
IQ : Intelligence quotient
MABC : The Movement Assessment Battery for Children
MSEL : Mullen Scales of Early Learning
PDD-NOS : Pervasive developmental disorder not otherwise specified
PDMS-2 : Peabody Developmental Motor Scales, 2nd edition
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
SD : Standar deviasi
TGMD : Test of Gross Motor Development
TK : Taman Kanak-kanak
Vineland-II : Vineland Adaptive Behavior Scales, 2nd edition
WHO : World Health Organization
PENDAHULUAN
Gangguan interaksi sosial merupakan karakteristik utama dari GSA. Studi oleh
Perry dkk5 dan Sparrow dkk6 yang menilai kemampuan adaptif anak GSA dengan
Vineland Adaptive Behavior Scales, 2nd edition (Vineland-II) mendapatkan skor
rendah pada domain sosialisasi. Kemampuan sosialisasi anak GSA bahkan masih
lebih rendah dibandingkan anak retardasi mental seusianya. Gangguan sosialisasi
pada GSA tidak hanya dialami pada anak dengan kemampuan kognitif rendah,
tetapi juga anak dengan kemampuan kognitif yang baik. Anak GSA sulit memulai
dan mempertahankan interaksi sosial dengan teman-teman sebayanya karena
keterbatasan pengalaman dan pemahaman terhadap aspek sosial-emosional.7
1 Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
2
gangguan praksis.10 Koordinasi lengan dan tungkai yang buruk, canggung dalam
permainan yang memerlukan keterampilan tangan, kelemahan dalam mengimitasi
sikap dan gerak tubuh, serta kesulitan saat belajar menggunakan peralatan adalah
beberapa contoh gangguan gerak yang dapat ditemui pada GSA. Bukti adanya
gangguan gerak pada anak GSA dapat ditemukan pada penelitian Dewey, dkk
yang menggunakan instrumen Bruininks-Oseretsky Test of Motor Proficiency.11
Penelitian tersebut menunjukkan 59% anak GSA memiliki gangguan gerak,
namun penelitian ini tidak membagi secara terperinci antara gangguan gerak halus
dan kasar. Penelitian lainnya menggunakan instrumen Movement Assessment
Battery for Children mendapatkan gangguan gerak pada 79 % dari 101 anak
GSA.12 Studi menggunakan Vineland-II menunjukkan rerata nilai v-scale gerak
kasar anak GSA mencapai 10,4, SD 3,0, lebih rendah dibandingkan anak normal
(rerata 15, SD 3).6 Gangguan gerak ini merupakan komorbiditas yang dapat
menurunkan kapasitas fungsional dan memengaruhi kemampuan sosialisasi
anak.13
Gerakan, khususnya gerak kasar, adalah elemen utama dari bermain aktif pada
anak. Bermain dapat memfasilitasi perkembangan keterampilan gerak, sosialisasi,
pemahaman terhadap dunia luar, serta aktivitas rutin sehari-hari.14 Keterbatasan
kemampuan gerak anak GSA dapat menjadi hambatan untuk berpartisipasi dalam
permainan dengan teman sebaya dan meningkatkan kecemasan mereka saat
memasuki pra-sekolah,14,15 terlebih lagi anak dengan GSA pada dasarnya sudah
memiliki keterampilan sosialisasi yang buruk. Lingkaran setan dari gangguan
gerak, kemampuan sosialisasi terbatas, dan semakin buruknya gangguan gerak
anak dapat terjadi.14 Hubungan antara gangguan kemampuan gerak kasar dengan
kemampuan sosialisasi anak GSA pernah dilaporkan oleh Sipes16 dan
MacDonald.17,18 Penelitian oleh Sipes pada tahun 2011 dengan instrumen Baby
and Infant Screen for Children with aUtIsm Traits (BISCUIT) menunjukkan anak
GSA dengan kemampuan gerak kasar rendah memiliki nilai sosialisasi yang lebih
buruk (rerata 20,46, SD 8,58) dibandingkan anak dengan kemampuan gerak kasar
yang baik (rerata 17,94, SD 8,57). Nilai BISCUIT yang lebih tinggi
mencerminkan gangguan sosialisasi yang lebih berat. Penelitian MacDonald
menunjukkan skor kontrol objek (rerata 30,2, SD 6,6) berdasarkan instrumen Test
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
3
Disfungsi sosial dan gangguan gerak, keduanya, penting untuk diintervensi dan
menjadi target keberhasilan terapi GSA. Sayangnya, seringkali tim yang
menangani anak GSA tidak memprioritaskan penanganan gangguan gerak dan
sosialisasi sejak dini.
Hingga saat ini belum ada data mengenai prevalens maupun gambaran gangguan
gerak kasar pada anak GSA di Indonesia, termasuk kemungkinan kaitannya
dengan kemampuan sosialisasi. Penelitian ini ingin menilai kemampuan gerak
kasar pada GSA dan gangguan sosialisasi yang merupakan pendahuluan dari
penelitian lanjutan yaitu penilaian pengaruh terapi terhadap perbaikan
kemampuan gerak kasar dan sosialisasi. Gangguan gerak kasar pada GSA mulai
dapat dideteksi sejak usia 14 bulan, semakin nyata pada 24 bulan,19 dan harus
diterapi sebelum anak memasuki umur sekolah yaitu 6 tahun,13 sehingga
penelitian ini mengambil subjek anak usia 18 bulan sampai 6 tahun. Gangguan
gerak kasar dan sosialisasi keduanya dapat dinilai dengan instrumen Vineland-II.
Instrumen ini menilai 4 domain yaitu komunikasi, aktivitas harian, sosialisasi, dan
kemampuan gerak, ditambah satu indeks perilaku maladaptif melalui metode
wawancara dengan orangtua. Vineland-II telah menjadi salah satu alat ukur
terbaik untuk menilai keterampilan sosial personal dan dapat digunakan pada
individu usia 0-90 tahun dengan disabilitas, termasuk GSA. Aspek gerak kasar
yang dinilai pada Vineland-II cukup luas, mencakup kemampuan berjalan dan
berlari, melempar dan menangkap bola, memanjat, menggunakan tangga,
melompat, mengendarai sepeda, mengangkat dan membawa benda, dan stamina.
Orangtua merupakan sumber informasi paling tepat untuk menilai kemampuan
tertinggi yang dapat dicapai anak karena skor ditentukan bukan semata-mata dari
performa anak saat diuji, sehingga Vineland-II dipilih untuk penelitian ini.6
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
4
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
5
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Prevalens GSA terus meningkat dalam 20 tahun terakhir. Pada tahun 1990,
prevalens GSA di California untuk anak berumur 5 tahun adalah 0,62 per 1000.21
Laporan berikutnya dari Amerika Serikat prevalens GSA 4 per 1000 anak pada
tahun 2003,2 dan Centers for Disease Control and Prevention melaporkan
prevalens GSA 11,3 per 1000 anak pada tahun 2008.3 Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia memperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak GSA dari
66.000.805 jiwa populasi usia 5-19 tahun di Indonesia pada tahun 2010, yang
berarti prevalens GSA di Indonesia adalah 2 per 1000 anak.4
GSA merupakan suatu kesatuan kondisi dengan karakteristik utama defisit pada
komunikasi dan interaksi sosial, serta perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas
dan repetitif, seperti tampak dalam kriteria diagnosisnya (Tabel 2.1).22 Dalam
penelitian ini, istilah gangguan autistik, Asperger, dan PDD-NOS masih tetap
digunakan. Gangguan Rett dan gangguan disintegrasi masa kanak tidak
6 Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
7
dikelompokkan dalam GSA karena penyebab dan perjalanan penyakit yang sangat
berbeda.1
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
8
atensi orang lain untuk bersama-sama memperhatikan suatu objek atau kejadian
misalnya tindakan menunjukkan mainan yang dimilikinya. Perilaku meminta
(requesting behavior) misalnya menunjuk ke arah mainan untuk meminta orang
lain mengambilkan benda tersebut. Ketiga perilaku tersebut kemudian akan
berkembang menjadi perilaku sosial berupa tindakan meraih atau menyentuh
orang lain, kesadaran untuk memberi dan menerima benda sambil
mempertahankan kontak mata, menggunakan bahasa tubuh seperti menunjuk,
serta berbagi benda miliknya.23
Studi oleh Perry dkk5 yang menilai kemampuan adaptif anak GSA dengan
Vineland-II mendapatkan rerata nilai standar domain sosialisasi 58,8, lebih rendah
daripada domain kemampuan gerak (63,6), namun lebih tinggi dibandingkan
domain komunikasi (57,2) dan keterampilan aktivitas harian (57,3). Sparrow dkk6
mendapatkan skor terendah pada domain Sosialisasi dibandingkan domain lain.
Sparrow membedakan anak GSA usia 3-15 menjadi 2 kelompok yaitu GSA verbal
(mampu mengucapkan lebih dari 5 kata bertujuan secara konsisten setiap hari)
dan GSA nonverbal (mampu mengucapkan 5 kata atau kurang setiap hari). Anak
GSA verbal memiliki rerata nilai standar domain komunikasi 74,5, keterampilan
aktivitas harian 74, sosialisasi 67,6, dan kemampuan gerak 86,2. GSA nonverbal
memiliki rerata nilai standar domain komunikasi 35,7, keterampilan aktivitas
harian 43,9, sosialisasi 44,5, dan kemampuan gerak 72,9. Kemampuan sosialisasi
anak GSA bahkan masih lebih rendah dibandingkan anak retardasi mental
seusianya. Gangguan sosialisasi pada GSA tidak hanya dialami pada anak dengan
kemampuan kognitif rendah, tetapi juga anak dengan kemampuan kognitif yang
baik. Anak GSA sulit memulai dan mempertahankan interaksi sosial dengan
teman-teman sebayanya karena keterbatasan pengalaman dan pemahaman
terhadap aspek sosial-emosional.7
Spektrum gangguan gerak pada anak GSA sangat bervariasi. Gangguan gerak ini
dapat menjadi komorbiditas yang menurunkan kapasitas fungsional dan
menghambat interaksi sosial anak.13,15 Gangguan gerak pada anak GSA terdiri
dari gangguan koordinasi gerak kasar dan halus,8,9 kecanggungan dalam cara
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
9
Studi-studi yang menilai fungsi gerak pada GSA sebagian menggunakan alat ukur
standar seperti Bruininks-Oseretsky Test of Motor Proficiency,11 the Movement
Assessment Battery for Children,12 Peabody Developmental Motor Scales,25
Vineland-II,6 atau Test of Gross Motor Development26 namun sebagian lagi
meneliti dengan metode tersendiri untuk melihat secara spesifik aspek gerak kasar
tertentu. Setiap instrumen tersebut menggunakan pembagian gerak kasar yang
berbeda (Tabel 2.2.) namun umumnya menilai posisi statis (postur,
keseimbangan), dinamis (lokomosi, ketangkasan, koordinasi), serta manipulasi
objek (keterampilan bola).
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
11
Anak GSA menunjukkan koordinasi ekstremitas yang buruk pada tugas yang
memerlukan keseimbangan, ketangkasan, dan kecepatan.15 Gangguan koordinasi
gerak kasar biasanya terjadi pada gerakan yang memerlukan koordinasi otot
agonis dan antagonis dan visuomotor, seperti gerakan tungkai dan lengan
bergantian saat melompat, menaiki tangga, bersepeda,32 serta menangkap dan
melempar bola.12
Gerakan yang canggung (motor clumsiness) dan abnormalitas cara berjalan dapat
dialami oleh anak GSA. Rentang gerak sendi pergelangan kaki dan fleksi lutut
saat berjalan berkurang dan lebar langkah tidak konsisten. Kelainan cara berjalan
ini diduga terkait dengan abnormalitas aktivitas dopaminergik pada ganglia basal
atau gangguan serebelum.15,33,34 Jalan berjinjit juga sering ditemui pada anak
GSA.15
Gangguan imitasi dapat terjadi pada imitasi orofasial, manual, dan postural,
reversal error (ketika meniru posisi telapak tangan menghadap ke depan, anak
GSA menghadapkan telapak tangannya terbalik ke arah dirinya sendiri), dan
body-part-for-tool error (ketika diminta menunjukkan bagaimana menggunakan
sikat gigi, anak GSA justru menggunakan tangannya sendiri sebagai sikat gigi,
bukan mempertunjukkan tangan yang menggenggam sikat gigi). Beberapa penulis
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
12
Usia diduga berkorelasi negatif dengan kemampuan gerak pada GSA. Penelitian
Perry dkk dan Kanne dkk menunjukkan skor standar kemampuan gerak menurun
seiring pertambahan usia pada GSA.5,24 Hal ini diduga terjadi karena kecepatan
perkembangan kemampuan gerak anak lebih lambat daripada pertambahan usia,
sehingga gap atau perbedaan antara skor aktual mereka dengan skor yang
diharapkan untuk anak seusianya semakin jauh dari waktu ke waktu.30
GSA diduga memiliki kemampuan gerak yang berbeda antara Asperger dengan
gangguan autistik, khususnya dalam aktivitas berjalan, keseimbangan, dan
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
13
Gerakan adalah elemen utama dari bermain aktif pada anak. Bermain juga
merupakan salah satu kesempatan anak untuk aktif secara fisik dan terlibat dengan
teman sebayanya.14 Untuk dapat terlibat dalam interaksi sosial secara penuh,
seorang anak memerlukan kemampuan bergerak yang variatif untuk digunakan
dalam komunikasi dan memahami makna yang ingin disampaikan dari gerakan
orang lain. Keterbatasan gerak pada anak dapat menimbulkan lingkaran setan dari
gangguan gerak, interaksi sosial terbatas, dan semakin buruknya gangguan gerak
anak.14,15
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
14
Terapi yang tidak hanya memperbaiki sosialisasi tetapi juga kemampuan gerak
anak GSA diharapkan dapat menghasilkan luaran kemampuan adaptif yang lebih
baik di kehidupan anak GSA sehari-hari.14,15
Vineland-II merupakan instrumen untuk menilai perilaku adaptif pada usia 0-90
tahun. Sampel normatif Vineland-II terdiri dari 2000 individu normal maupun
dengan disabilitas intelektual dan perkembangan, termasuk GSA, gangguan
pemusatan perhatian/ hiperaktivitas, gangguan pendengaran, atau populasi
berkebutuhan khusus lain. Instrumen ini merupakan kuesioner yang diisi dengan
wawancara terstruktur kepada orangtua, pengasuh, atau guru yang dapat
diselesaikan dalam waktu 25-90 menit. Sejak awal dikembangkan, instrumen
Vineland telah menjadi salah satu alat ukur terbaik untuk menilai keterampilan
sosial personal yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari dan dapat digunakan
untuk evaluasi pasca-terapi.6
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
15
Tabel 2.3. Klaster yang Dinilai pada Domain Sosialisasi dan Keterampilan
Gerak Vineland-II6
Orangtua diminta menilai apakah anak telah mampu melakukan hal-hal yang
tertulis dalam kuesioner tersebut dengan skor 4, 3, 2, 1, atau 0. Skor ―4‖ jika
individu hampir selalu menunjukkan perilaku tersebut secara independen (tanpa
perlu dibantu atau diingatkan); ―hampir selalu‖ berarti minimal 90% dari seluruh
waktunya. Skor ―3‖ jika individu sering menunjukkan perilaku tersebut secara
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
16
independen; ―sering‖ berarti 50-89% dari seluruh waktunya. Skor ―2‖ jika
individu kadang-kadang menunjukkan perilaku tersebut secara independen;
―kadang-kadang‖ berarti 10-49% dari waktunya. Skor ―1‖ jika individu jarang
menunjukkan perilaku tersebut secara independen; ―jarang‖ berarti kurang dari
10% waktunya. Skor ―0‖ jika individu tidak pernah menunjukkan perilaku
tersebut, atau tidak pernah melakukannya secara independen.6
Nilai mentah dari tiap sub-domain akan dikonversi menjadi nilai v-scale sub-
domain (rerata 15, standar deviasi 3). Nilai v-scale sub-domain akan dijumlahkan
menjadi nilai standar domain (rerata 100, standar deviasi 15). Nilai v-scale sub-
domain dan nilai standar domain dapat dianalisis tersendiri ataupun digabungkan
menjadi adaptive behavior composite. Nilai domain dan sub-domain dinyatakan
dalam bentuk numerik, namun dapat dikategorikan menjadi rendah (low), rendah
menengah (moderately low), menengah (average), tinggi menengah (moderately
high), dan tinggi (high).6
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Utama Penyerta
Diperiksa dengan
Memengaruhi / menyebabkan
17 Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
18 Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
19
Kriteria Inklusi:
a. Usia 18 bulan sampai 6 tahun 11 bulan
b. Telah mampu duduk dan berjalan sendiri tanpa bantuan
Kriteria Eksklusi:
a. Anak dengan keterlambatan bicara
b. Anak dengan dugaan gangguan pendengaran
c. Anak dengan retardasi mental
d. Orangtua menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
20
Penelitian ini merupakan penelitian awal dari penelitian lanjutan yang akan
menilai perbaikan kemampuan gerak anak pasca-terapi integrasi sensori, sehingga
penelitian ini juga memperhitungkan angka drop-out. Angka drop out
diperkirakan 20% sehingga jumlah sampel yang direkrut adalah:
40 anak GSA berusia 2-6 tahun, 40 anak normal sebagai kontrol
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
21
Sementara itu subjek untuk kelompok kontrol yaitu anak bukan GSA yang
memenuhi kriteria dan matched dalam usianya (± 3 bulan) akan diminta
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
22
Pemeriksaan Vineland-II
Nilai v-scale sub-domain gerak kasar
Nilai standar domain sosialisasi
Profil kemampuan gerak kasar dan sosialisasi
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
23
1. Enam atau lebih gejala dari (a), (b), and (c), dengan paling sedikit 2 dari (a) dan 1 dari
masing-masing (b) and (c)
(a). Gangguan kualitatif interaksi sosial, yang terlihat sebagai paling sedikit 2 dari
gejala berikut:
i. Gangguan yang jelas pada beberapa perilaku nonverbal (misalnya:
kontak mata sangat kurang, ekspresi wajah kurang hidup, postur
tubuh dan sikap kurang mendukung untuk terciptanya interaksi sosial
yang optimal).
ii. Tidak mampu bermain dengan teman seumurnya dengan cara yang
sesuai.
iii. Kurangnya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat, atau
kemampuan mencapai sesuatu hal dengan orang lain (misalnya: tidak
memperlihatkan atau membawa mainan pada orangtua, tidak
menunjuk ke suatu benda yang diminatinya).
iv. Kurangnya interaksi sosial timbal balik (misalnya: tidak berpartisipasi
aktif dalam bermain, lebih senang bermain sendiri).
(b). Gangguan kualitatif komunikasi, yang terlihat sebagai paling sedikit satu dari
gejala berikut:
i. Keterlambatan atau belum dapat mengucapkan kata-kata atau
berbicara, tanpa disertai usaha kompensasi dengan cara lain misalnya
dengan mimik atau bahasa tubuh.
ii. Bila dapat berbicara, terlihat gangguan memulai atau
mempertahankan komunikasi dengan orang lain.
iii. Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang, atau bahasa yang
tidak dapat dimengerti.
iv. Tidak adanya cara bermain yang bervariasi dan spontan, atau bermain
imitasi sosial yang sesuai dengan umur perkembangannya.
(c). Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang dan tidak berubah
(stereotipik), yang ditunjukkan dengan paling sedikit 1 dari gejala berikut:
i. Preokupasi pada satu atau beberapa pola minat yang terbatas dan
stereotipik yang menetap dan abnormal dalam intensitas dan fokus.
ii. Keterikatan pada ritual yang spesifik tetapi tidak fungsional secara
kaku dan tidak fleksibel.
iii. Gerakan motorik yang streotipik dan berulang, misalnya flapping
tangan dan jari, atau gerakan tubuh yang kompleks.
iv. Preokupasi terhadap bagian dari benda.
2. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada keterampilan interaksi sosial, bahasa yang
digunakan sebagai komunikasi sosial, dan bermain simbolik atau imajinatif, yang
muncul sebelum umur 3 tahun.
3. Bukan lebih merupakan gejala gangguan Rett atau gangguan disintegratif masa kanak
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
25
menghindar. Kategori ini juga mencakup autisme atipikal, yang tidak dapat
digolongkan sebagai gangguan autistik karena umur awitan yang lebih tua,
gejala yang tidak khas, gejala lebih ringan, atau semuanya.20
Anak normal: didefinisikan sebagai anak bukan GSA yang melalui anamnesis
dan pemeriksaan fisis tidak menunjukkan keterlambatan bicara, gangguan
pendengaran, atau retardasi mental. Anak normal yang diikutsertakan dalam
penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi yaitu berusia 18 bulan hingga 6
tahun 11 bulan, dan telah mampu berjalan sendiri tanpa dibantu.
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
26
Usia saat pertama kali didiagnosis GSA: usia pasien saat pertama kali
didiagnosis GSA (di Klinik Anakku Kelapa Gading atau di tempat lain
sebelumnya).
Usia saat dilakukan penilaian: usia kronologis pasien dinyatakan dalam bulan
saat menjalani penilaian Vineland-II di Klinik Anakku.
Status gizi: ditentukan berdasarkan status antropometri, yaitu berat badan dan
tinggi badan diplot ke dalam kurva WHO 2005 (untuk subjek usia ≤5 tahun)
atau CDC 2000 (untuk subjek berusia lebih dari 5 tahun). Jika BB/TB anak
lebih dari 110% (CDC 2000) atau Z-score +2 SD (WHO 2005), maka status
gizi lebih atau obesitas ditentukan berdasarkan IMT/U. Subjek berusia 18 bulan
hingga 2 tahun menggunakan kurva IMT/U WHO 2005, sedangkan subjek
berusia lebih dari 2 tahun menggunakan kurva IMT/U CDC 2000. Subjek yang
―berisiko gizi lebih‖ pada kurva WHO 2005 akan dimasukkan ke dalam
kelompok ―gizi baik‖.
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
27
Tabel 4.3. Status Gizi Berdasarkan Kurva CDC 2000 dan WHO 2005
CDC 2000 WHO 2005
Status gizi Batasan nilai Status gizi Batasan nilai
Berat Obesitas > 120% Obesitas z-score > 3SD
badan Gizi lebih 110 – 120% Gizi lebih z-score >2 s/d 3 SD
menurut Gizi baik 90 – 110% Berisiko gizi z-score >1 s/d 2 SD
tinggi lebih
badan Gizi kurang 70 – 90% Gizi baik z-score -2 s/d 1 SD
(BB/TB) Gizi buruk < 70% Gizi kurang z-score <-2 s/d -3 SD
Gizi buruk z-score < -3 SD
Indeks Obesitas ≥ persentil 95 Obesitas z-score > 3 SD
massa Gizi lebih ≥ persentil 85 Gizi lebih z-score >2 s/d 3 SD
tubuh Berisiko gizi z-score >1 s/d 2 SD
(IMT/U) lebih
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
28
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Karakteristik subjek penelitian yang mencakup jenis kelamin, usia, dan status gizi
diuraikan dalam Tabel 5.1. Distribusi usia subjek tidak normal dengan median
usia 2,9 tahun (rentang usia 1,5 – 6,4 tahun) dan sebagian besar memiliki status
gizi baik (85%). Satu subjek pada kelompok kontrol lahir prematur pada usia
gestasi 36 minggu sedangkan tidak ada subjek GSA yang lahir prematur. Subjek
pada kelompok GSA lebih banyak berjenis kelamin lelaki dengan rasio lelaki :
perempuan 4 : 1. Kelompok kontrol memiliki perbandingan lelaki dan perempuan
seimbang (1 : 1).
28 Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
29
gangguan Asperger paling sedikit dengan proporsi 5%. Sebanyak 77,5% subjek
mendapatkan diagnosis GSA dari dokter atau psikolog pada usia kurang dari 3
tahun (Tabel 5.2).
Kemampuan gerak kasar di bawah normal ditemukan pada 8 dari 40 (20%) anak
GSA. Dua subjek dalam kategori rendah adalah anak dengan gangguan autistik
berusia 3 tahun 8 bulan dan 6 tahun, sedangkan 6 subjek dalam kategori
menengah rendah terdiri dari 2 anak dengan gangguan autistik dan 4 anak dengan
PDD-NOS yang seluruhnya berusia lebih dari 3 tahun. Sebagian besar kelompok
kontrol berada dalam kategori cukup (32,5%) atau menengah tinggi (52,5%), dan
tidak ada subjek yang menunjukkan kemampuan gerak kasar di bawah normal.
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
30
Tabel 5.4 Gambaran Kemampuan Gerak Kasar Kelompok GSA dan Kontrol
untuk Setiap Rentang Usia (n=80)
V-scale sub- Usia
domain gerak 1-2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun 6 tahun
kasar* (n=48) (n=18) (n=6) (n=4) (n=4)
Kelompok GSA 16,8 (1,98) 13,4 (2,92) 12,0 (2,00) 13,0 (2,83) 9,0 (1,41)
Kelompok
19,4 (1,97) 18,2 (2,22) 17,7 (1,53) 16,5 (2,12) 17 (0,00)
Kontrol
p 0,000** 0,014** 0,093 0,295 0,205
IK 95% -3,731;-1,436 -8,317;-1,239 -13,652;2,319 -29,41;21,41 -39,27;24,27
*Data disajikan dalam rerata (standar deviasi)
**p<0,05, bermakna secara statistik dengan uji T-berpasangan
Data v-scale sub-domain gerak kasar kelompok GSA dan kelompok kontrol
memiliki distribusi normal. Subjek dengan gangguan autistik memiliki v-scale
13,7 (SD 3,82), gangguan Asperger 14,5 (SD 0,71), sedangkan PDD-NOS 15,8
(SD 2,73). Rerata v-scale gerak kasar pada kelompok GSA secara umum 15,1 (SD
3,12) sedangkan pada kelompok kontrol 18,7 (SD 2,09). Nilai v-scale gerak kasar
kedua kelompok berbeda bermakna berdasarkan uji T-berpasangan dengan p
0,000 (p<0,05) dan interval kepercayaan 95% (IK95%) -4,725;-2,525.
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
31
Tabel 5.5 Gambaran Nilai Mentah dari 13 Klaster Kemampuan Gerak Kasar
Kelompok GSA dan Kontrol
Kelompok GSA Kelompok p
Kontrol (Uji
Klaster kemampuan gerak kasar Wilcoxon)
A. Duduk 20 (20-20) 20 (20-20) 1,000
B. Mulai bergerak 16 (12-16) 16 (16-16) 0,059
C. Mulai berdiri dan berjalan 28 (23-28) 28 (28-28) 0,180
D. Melempar bola 10 (0-16) 16 (10-16) 0,000*
E. Memanjat 12 (6-12) 12 (6-12) 0,111
F. Berlari 12 (0-12) 12 (7-12) 0,073
G. Menggunakan tangga 26 (1-28) 28 (18-28) 0,007*
H. Melompat 7 (0-23) 17 (1-24) 0,000*
I. Berjalan kaki 7 (0-12) 10,5 (2-12) 0,077
J. Menangkap bola 1,5 (0-9) 7 (0-12) 0,000*
K. Mengendarai sepeda 0 (0-12) 9 (0-16) 0,000*
L. Mengangkat dan membawa 4 (0-18) 4 (0-14) 0,781
benda
M. Stamina 5,5 (0-10) 5,5 (0-12) 0,872
Data disajikan dalam median (minimum-maksimum)
*p<0,05, bermakna secara statistik berdasarkan Uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon digunakan karena
sebaran data tidak normal sehingga syarat uji parametrik tidak terpenuhi
Tabel 5.6 Kemampuan Melempar Bola pada Setiap Rentang Usia (n=80)
Proporsi subjek yang hampir Usia
selalu atau sering mampu 1-2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun 6 tahun
melakukan hal berikut * (n=48) (n=18) (n=6) (n=4) (n=4)
Menggelindingkan GSA 15/24 4/9 2/3 2/2 2/2
bola ketika duduk di
Kontrol 23/24 9/9 3/3 2/2 2/2
lantai
Melempar bola GSA 16/24 4/9 2/3 2/2 2/2
Kontrol 24/24 9/9 3/3 2/2 2/2
Menendang bola GSA 14/24 3/9 2/3 1/2 1/2
Kontrol 22/24 9/9 3/3 2/2 2/2
Melempar bola ke arah GSA 4/24 1/9 2/3 1/2 1/2
tertentu Kontrol 22/24 9/9 3/3 2/2 2/2
*Jumlah subjek yang hampir selalu atau sering mampu / total subjek dalam kelompok
usia tersebut
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
32
Tabel 5.7 Kemampuan Menggunakan Tangga pada Setiap Rentang Usia (n=80)
Proporsi subjek yang hampir Usia
selalu atau sering mampu 1-2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun 6 tahun
melakukan hal berikut * (n=48) (n=18) (n=6) (n=4) (n=4)
Merangkak/merayap GSA 23/24 8/9 3/3 2/2 2/2
menaiki tangga Kontrol 24/24 9/9 3/3 2/2 2/2
Merangkak/ merayap GSA 21/24 8/9 3/3 2/2 2/2
menuruni tangga Kontrol 23/24 9/9 3/3 2/2 2/2
Berjalan menaiki GSA 23/24 8/9 3/3 2/2 2/2
tangga 2 kaki tiap
Kontrol 24/24 9/9 3/3 2/2 2/2
anak tangga
Berjalan menuruni GSA 19/24 8/9 3/3 2/2 2/2
tangga 2 kaki tiap
Kontrol 23/24 9/9 3/3 2/2 2/2
anak tangga
Berjalan menaiki GSA 19/24 8/9 2/3 2/2 2/2
tangga bergantian
Kontrol 23/24 9/9 3/3 2/2 2/2
kaki kiri dan kanan
Berjalan menuruni GSA 13/24 4/9 1/3 2/2 1/2
tangga tangga
bergantian kaki kiri Kontrol 22/24 9/9 3/3 2/2 2/2
dan kanan
Menaiki >= 8 anak GSA 15/24 8/9 2/3 1/2 1/2
tangga dengan
Kontrol 16/24 9/9 3/3 2/2 2/2
kecepatan normal
*Jumlah subjek yang hampir selalu atau sering mampu / total subjek dalam kelompok
usia tersebut
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
33
Tabel 5.9 Kemampuan Menangkap Bola pada Setiap Rentang Usia (n=80)
Proporsi subjek yang hampir Usia
selalu atau sering mampu 1-2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun 6 tahun
melakukan hal berikut * (n=48) (n=18) (n=6) (n=4) (n=4)
Menangkap bola kecil GSA 2/24 2/9 0/3 1/2 0/2
dari 1-1,5 m dengan
Kontrol 15/24 8 /9 2/3 2/2 2/2
merentang kedua tangan
Menangkap bola besar GSA 3/24 2/9 1/3 2/2 0/2
dari minimal 2 m dengan
Kontrol 11/24 5/9 2/3 2/2 2/2
kedua lengan/ tangan
Menangkap bola GSA 0/24 0/9 0/3 1/2 0/2
seukuran bola tenis dari
Kontrol 3/24 4/9 2/3 1/2 1/2
minimal 3 m
*Jumlah subjek yang hampir selalu atau sering mampu / total subjek dalam kelompok
usia tersebut
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
34
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
35
Anak GSA dengan diagnosis gangguan autistik memiliki rerata terendah yaitu
75,6 (SD 12,04), diikuti dengan PDD-NOS 83,6 (SD 12,2) dan gangguan
Asperger 96,0 (SD 5,66). Rerata nilai standar domain sosialisasi pada kelompok
GSA adalah 81,8 (SD 12,71) sedangkan kelompok kontrol 112,7 (SD 11,45).
Perbedaan tersebut bermakna berdasarkan uji T-berpasangan dengan p 0,000
(p<0,05) dan IK95% -36,284;-25,516. Rerata nilai v-scale sub-domain hubungan
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
36
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
37
dengan kemampuan sosialisasi cukup baik memiliki kemampuan gerak kasar yang
normal/tinggi.
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik potong lintang yang bertujuan
untuk mengetahui gambaran kemampuan gerak kasar dan sosialisasi anak dengan
GSA dibandingkan anak normal, serta perbedaan kemampuan sosialisasi antara
anak GSA dengan atau tanpa gangguan gerak kasar. Penelitian ini dilakukan di
Klinik Anakku Kelapa Gading, Klinik Anakku CMC Kayu Putih, RSCM, dan TK
Adik Irma Jakarta dalam kurun waktu Agustus-September 2013.
Instrumen Vineland-II memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Sara Sparrow
dalam buku manual Vineland-II menyatakan bahwa instrumen tersebut dapat
digunakan tanpa translasi/penerjemahan jika digunakan oleh pewawancara
bilingual, namun penelitian ini tidak melakukan adaptasi kultural sehingga
penarikan kesimpulan perlu dilakukan dengan hati-hati. Penilaian sub-domain
gerak kasar mencakup kemampuan berjalan dan berlari, melempar dan
menangkap bola, memanjat, menggunakan tangga, melompat, mengendarai
sepeda, mengangkat dan membawa benda, dan stamina, bersifat universal untuk
anak Indonesia maupun populasi normatif di Amerika, sehingga nilai referensi
dan cut-off untuk penentuan nilai normal dapat digunakan juga pada populasi
penelitian ini. Penilaian domain sosialisasi berbeda dengan kemampuan gerak
kasar. Kemampuan sosialisasi anak dinilai berdasarkan ekspektasi masyarakat
setempat, sehingga nilai referensi populasi normatif di Amerika mungkin tidak
38 Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
39
sepadan dengan nilai normal anak Indonesia. Studi ini berusaha meminimalkan
bias kultural ini dengan cara mengikutsertakan kelompok kontrol. Pencapaian
anak GSA berdasarkan instrumen Vineland-II dibandingkan dengan anak normal
yang dibesarkan dalam budaya masyarakat yang sama yaitu Indonesia. Perbedaan
nilai yang dicapai antara kedua kelompok merupakan parameter yang lebih
dipercaya daripada klasifikasi ―rendah‖, ―menengah rendah‖, ―cukup baik‖,
―menengah tinggi‖, dan ―tinggi‖ pada domain sosialisasi karena klasifikasi
tersebut dibuat berdasarkan cut off nilai pada populasi Amerika. Kelebihan lain
penelitian ini adalah subjek yang berusia 18 bulan – 6 tahun. Gangguan gerak
kasar pada GSA mulai dapat dideteksi sejak usia 14 bulan, semakin nyata pada 24
bulan,19 dan harus diterapi sebelum anak bersekolah yaitu 6 tahun,13 sehingga
hasil penelitian ini diharapkan dapat mendeteksi gangguan gerak kasar secara dini
dan dapat menjadi masukan untuk upaya memperbaiki kemampuan gerak dan
sosialisasi anak sebelum memulai interaksi nyata dengan teman-teman di sekolah.
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
40
Penelitian ini mendapatkan proporsi gizi lebih/obesitas 17,5% pada anak GSA
sedangkan kelompok kontrol 7,5%. Proporsi gizi lebih/obesitas pada GSA ini
masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan proporsi balita gemuk 14%
berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2010.45 Temuan
serupa dilaporkan oleh survei kesehatan nasional Amerika. Populasi anak GSA
rentan mengalami obesitas karena masalah perilaku, fisik, dan psikososial yang
mereka alami. Gangguan keterampilan gerak seperti keterlambatan pencapaian
milestone, tonus otot rendah, dan instabilitas postural pada anak GSA membatasi
partisipasi anak dalam olahraga atau aktivitas fisis. Gangguan interaksi sosial juga
membuat anak jarang berpartisipasi dalam permainan aktif dengan teman
sebayanya.42 Faktor lain yang dapat berperan adalah kecenderungan anak GSA
lebih menyukai jenis makanan tertentu, khususnya makanan manis dan padat
energi (misalnya kue, nugget ayam, hotdog, selai kacang) dan makanan tersebut
sering dijadikan imbalan untuk memotivasi anak mengikuti instruksi dalam sesi
terapi atau aktivitas sehari-hari.46 Selain faktor imbang energi positif tersebut
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
41
terdapat dugaan bahwa gizi lebih dan obesitas pada GSA terkait dengan gangguan
sistem neuroregulasi serotonergik, dopaminergik, dan neuropeptida Y, atau
disregulasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal.47
Sebanyak 20% anak GSA menunjukkan kemampuan gerak kasar di bawah normal
berdasarkan Vineland-II. Bukti gangguan gerak pada anak GSA ditemukan pada
penelitian Dewey yang menggunakan instrumen Bruininks-Oseretsky Test of
Motor Proficiency (BOT). Pada penelitian Dewey 59% anak GSA menunjukkan
gangguan gerak.11 Penelitian lainnya menggunakan instrumen Movement
Assessment Battery for Children (MABC) dan mendapatkan gangguan gerak pada
79% dari 101 anak GSA.12 Studi menggunakan Vineland-II menunjukkan rerata
skor standar kemampuan gerak anak GSA berada di bawah anak normal.6
Beberapa faktor dapat menyebabkan angka kejadian gangguan gerak kasar pada
penelitian ini lebih rendah dibandingkan penelitian sebelumnya. Pertama,
penelitian Green menggunakan subjek usia 9-12 tahun, penelitian Dewey
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
42
menggunakan subjek usia 5 – 18 tahun, lebih tua daripada usia subjek pada
penelitian ini. Semakin tua usia anak GSA, diduga gangguan gerak semakin
prominen sehingga persentase subjek dengan gangguan gerak akan lebih besar.
Dugaan tersebut didukung oleh penelitian ini (Tabel 5.4) yaitu perbedaan nilai v-
scale antara kelompok GSA dan kontrol paling jauh ditemukan pada usia 6 tahun
(8 poin) sedangkan perbedaan paling sedikit pada usia 18 bulan – 2 tahun (2,6
poin). Seluruh subjek dengan kemampuan gerak kasar di bawah normal (8 anak
GSA) pada penelitian ini pun berusia lebih dari 3 tahun. Penelitian Perry dan
Kanne juga menunjukkan yaitu usia berkorelasi negatif dengan skor standar
Vineland. Skor standar akan menurun seiring pertambahan usia pada GSA.5,24
Kecepatan perkembangan kemampuan gerak anak lebih lambat daripada
pertambahan usia, sehingga gap atau perbedaan antara skor aktual mereka dengan
skor yang diharapkan untuk anak seusianya semakin jauh dari waktu ke waktu.
Hal ini terjadi mungkin karena kemampuan gerak kasar khususnya mengontrol
objek (melempar atau menendang bola) sangat bergantung pada kekerapan
melakukannya. Kurangnya latihan dan pengalaman pada anak GSA
mengakibatkan perbedaan kemampuan gerak kasar anak GSA dengan anak
normal semakin jauh seiring bertambahnya usia.30
Faktor kedua yang menyebabkan persentase gangguan gerak kasar pada penelitian
ini lebih rendah adalah perbedaan instrumen yang digunakan. Penelitian Dewey
menggunakan BOT sedangkan Green menggunakan MABC. Beberapa item
penilaian MABC dan BOT memerlukan pemahaman anak terhadap instruksi dan
kedua peneliti tersebut mengungkapkan bahwa defisit gerak pada anak GSA
sangat nyata pada gerakan yang diinstruksikan secara verbal dan gerakan meniru
(imitasi).11,12 Studi lain oleh Scattone juga mendapatkan skor kemampuan gerak
Vineland-II secara signifikan lebih tinggi daripada Bayley-III. Bayley-III
dilakukan dengan instruksi dan observasi langsung pada anak.49 Instrumen yang
berbasis instruksi dapat menyebabkan skor kemampuan gerak anak tidak optimal
karena anak tidak mampu memahami dan melakukan instruksi, bukan karena ia
tidak mampu melakukan gerakan tersebut. Kendala tersebut tidak ditemukan pada
penelitian ini karena Vineland menilai kemampuan anak berdasarkan informasi
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
43
Penelitian ini menemukan bahwa 9 subjek GSA memiliki kemampuan gerak kasar
kategori menengah tinggi. Faktor informasi yang tidak akurat dari orangtua
(overestimation) perlu dipikirkan sebagai penyebab, namun faktor penyebab lain
yang mungkin adalah kemampuan gerak kasar 9 subjek tersebut memang tidak
lebih rendah dibandingkan anak seusianya, namun menyimpang. Anak dapat
memiliki kemampuan berlari dan stamina di atas rata-rata namun tidak mampu
melempar atau menendang bola dengan baik, sehingga ketika nilai tiap klaster
dijumlahkan masih menghasilkan nilai yang baik.49 Gangguan perkembangan
dapat terjadi dalam 2 pola yaitu keterlambatan (delay) dan penyimpangan
(deviance/deficit). Keterlambatan berarti perkembangan anak setara dengan anak
yang berusia lebih muda. Progresi keterampilan yang dimiliki akan muncul
dengan urutan yang sama dengan anak normal namun dengan kecepatan yang
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
44
lebih rendah. Penyimpangan berarti pola perkembangan yang terjadi berbeda dari
norma yang ada. Anak GSA dapat mengalami keduanya.30
Kemampuan gerak kasar anak GSA lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol
terutama pada klaster melempar bola, menggunakan tangga, melompat,
menangkap bola, dan mengendarai sepeda. Temuan ini sejalan dengan penelitian
Staples tahun 2010 pada anak GSA. Sebagian anak memerlukan pengulangan
instruksi verbal dan demonstrasi untuk dapat melakukan suatu tugas yang diminta.
Beberapa anak tidak dapat membedakan antara melempar dengan
menggelindingkan bola. Anak GSA memiliki skor lokomotor (berlari, melompat
ke atas, ke depan, meluncur) dan kontrol objek (memukul, menendang,
menangkap, melempar, atau menggelindingkan bola) yang lebih rendah
dibandingkan kelompok kontrol seusianya (p<0,01) dan menunjukkan kualitas
gerakan yang buruk. Anak GSA sulit melakukan gerakan yang memerlukan
koordinasi kedua sisi tubuh (kiri dan kanan) atau kedua lengan dan tungkai,
misalnya saat melakukan lompatan ke depan. Sangat sedikit anak GSA yang
mengayunkan tangannya ke depan saat melompat untuk menghasilkan daya
dorong dan menapakkan tangannya di depan saat mendarat. Ketika melompat ke
atas, tangan menggantung di sisi tubuh dan tidak dipakai untuk memperkuat
lompatan. Banyak anak GSA juga sulit mengontrol kekuatan dan arah saat
melempar atau menendang bola.30 Studi pustaka oleh Downey dan Miyahara
menyimpulkan bahwa beberapa komponen gangguan gerak pada anak GSA
adalah kontrol postural, koordinasi tubuh, serta imitasi gerak dan bahasa
tubuh.50,51 Kontrol postural dan koordinasi yang buruk serta gangguan imitasi
gerak dapat berkontribusi pada nilai klaster melompat, melempar, menangkap
bola, dan bersepeda yang rendah pada anak GSA.
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
45
Anak dengan gangguan autistik memiliki rerata nilai standar sosialisasi terendah
yaitu 75,6, diikuti dengan PDD-NOS 83,6 dan gangguan Asperger 96,0.
Penelitian oleh Kjellmer yang mengikutsertakan 129 subjek ASD mendapatkan
subjek dengan gangguan autistik memiliki nilai standar domain sosialisasi
terendah dibandingkan PDD-NOS dan gangguan Asperger.40
Kelompok kontrol memiliki rerata nilai standar domain sosialisasi 112,7 (kategori
cukup baik), sedangkan nilai standar domain sosialisasi populasi normatif
Vineland-II usia 3-6 tahun adalah 100,6 (kategori cukup baik).6 Rerata nilai
standar domain sosialisasi pada kelompok GSA 81,8 (kategori menengah rendah),
lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan dasar
diagnosis GSA yaitu gangguan interaksi sosial, namun nilai tersebut sedikit lebih
tinggi dibandingkan beberapa penelitian pada GSA sebelumnya yang berkisar
antara 77,4 sampai 78,1 (kategori menengah rendah).24,37,53,54 Perbedaan rerata
nilai pada penelitian ini dibandingkan nilai referensi tersebut mungkin disebabkan
oleh perbedaan kultural antara populasi Indonesia dengan populasi normatif di
Amerika Serikat. Beberapa contoh item yang diujikan pada domain sosialisasi
Vineland-II adalah ―Mengunyah dengan mulut tertutup‖, ―Menahan diri untuk
tidak berbicara ketika mulut terisi makanan‖, ―Mengatakan terima kasih ketika
menerima pemberian‖, ―Menunjukkan rasa hormat kepada orang yang lebih tua‖,
―Menahan diri dari perilaku mengejek atau menyindir orang lain‖. Kemampuan
tersebut mungkin lebih cepat dicapai oleh anak Indonesia dibandingkan populasi
Amerika karena masyarakat kita di Indonesia sejak usia dini telah menanamkan
kesopanan, sikap hormat pada orang yang lebih tua, dan kepatuhan sebagai bagian
dari budaya Timur.
Hasil yang janggal dapat dilihat pada Tabel 5.11 yaitu hanya 60% anak GSA
yang memiliki kemampuan sosialisasi di bawah normal, padahal seharusnya
seluruh anak GSA memiliki gangguan sosialisasi. Hal ini mungkin terjadi karena
penilaian domain sosialisasi pada Vineland-II tidak hanya berdasarkan
kemampuan hubungan interpersonal (subdomain pertama), tetapi juga 2
subdomain lainnya. Sebanyak 90% anak GSA mengalami kemampuan
interpersonal yang rendah/menengah rendah, sedangkan hanya 65% dan 20%
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
46
Subjek GSA dengan gangguan gerak kasar menunjukkan nilai standar domain dan
v-scale sub-domain sosialisasi yang lebih rendah daripada subjek GSA tanpa
gangguan gerak kasar. Uji T tidak berpasangan menghasilkan nilai p kurang dari
0,05 namun penelitian ini tidak dapat menyimpulkan hubungan murni antara
gangguan gerak kasar dengan kemampuan sosialisasi. Jumlah sampel sebenarnya
mencukupi untuk uji hipotesis namun penelitian ini tidak memperhitungkan
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
47
kemungkinan faktor perancu seperti jenis kelamin, tingkat kognitif, dan derajat
beratnya GSA.
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
48
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Kemampuan gerak kasar anak GSA lebih rendah dibandingkan anak normal.
2. Gangguan gerak kasar berdasarkan Vineland-II ditemukan pada 20% anak
GSA. Gangguan gerak kasar ditemukan pada klaster melempar bola,
menangkap bola, menggunakan tangga, melompat, dan mengendarai sepeda.
3. Kemampuan sosialisasi yang rendah berdasarkan Vineland-II ditemukan pada
60% anak GSA. Subdomain yang paling terpengaruh adalah subdomain
hubungan interpersonal.
4. Kemampuan gerak kasar berhubungan dengan kemampuan sosialisai pada
anak GSA. Anak GSA dengan gangguan gerak kasar memiliki kemampuan
sosialisasi lebih rendah dibandingkan anak GSA yang tidak mengalami
gangguan gerak kasar.
7.2 Saran
1. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk menilai hubungan murni antara
kemampuan gerak kasar dengan sosialisasi anak GSA dengan
memperhitungkan faktor perancu yaitu jenis kelamin, fungsi kognitif, dan
derajat keparahan GSA.
2. Penilaian kemampuan gerak anak pada penelitian lanjutan idealnya dilakukan
berdasarkan informasi dari orangtua dan dikonfirmasi dengan peragaan oleh
anak.
3. Kemampuan gerak kasar perlu dinilai sebelum anak GSA menjalani terapi
dan program terapi dapat dirancang untuk melatih anak melakukan gerakan
yang belum mampu dilakukannya.
4. Penelitian lanjutan juga perlu dilakukan untuk mengetahui prevalens GSA dan
kemampuan gerak kasarnya pada anak dengan riwayat kelahiran prematur di
Indonesia.
49 Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
50
Daftar Pustaka
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
51
15. Bhat AN, Landa RJ, Galloway JC. Current perspectives on motor functioning in
infants, children, and adults with autism spectrum disorders. Phys Ther.
2011;91:1116-29.
16. Sipes M, Matson JL, Horovitz M. Autism spectrum disorders and motor skills: the
effect on socialization as measured by the Baby And Infant Screen For Children with
aUtIsm Traits (BISCUIT). Dev Neurorehabil. 2011;14:290-6.
17. MacDonald M, Lord C, Ulrich DA. The relationship of motor skills and social
communicative skills in school-aged children with autism spectrum disorder. Adapt
Phys Act Q. 2013;30:271-82.
18. MacDonald M. The influence of motor skills on the social communicative skills of
children with autism spectrum disorder [disertasi]. Michigan: The University of
Michigan; 2011.
19. Landa R, Garrett-Mayer E. Development in infants with autism spectrum disorders:
a prospective study. J Child Psychol Psyc. 2006;47:629-38.
20. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders fourth edition, Text Revision. Washington DC: American Psychiatric
Association; 2000.
21. Hertz-Picciotto I. Commentary: Diagnostic change and the increased prevalence of
autism. Int J Epidemiol. 2009;38:1239-41.
22. Hyman SL. New DSM-5 includes changes to autism criteria. AAP News. Juni 2013
[disitasi Agustus 2013]; Diunduh dari: http://aapnews.aappublications.org/content/
early/2013/06/04/aapnews.20130604-1.full.pdf.
23. Mundy P, Sigman M, Ungerer J, Sherman T. Defining the social deficits of autism:
The contribution of non-verbal communication measures. J Child Psychol Psychiat.
1986;27:657-69.
24. Kanne SM, Gerber AJ, Quirmbach LM, Sparrow SS, Cicchetti DV, Saulnier CA.
The role of adaptive behavior in autism spectrum disorders: implications for
functional outcome. J Autism Dev Disord. 2011;41:1007-18.
25. Provost B, Lopez BR, Heimerl S. A comparison of motor delays in young children:
autism spectrum disorder, developmental delay, and developmental concerns. J
Autism Dev Disord. 2007;37:321-8.
26. Emck C, Bosscher RJ, van Wieringen PC, Doreleijers T, Beek PJ. Gross motor
performance and physical fitness in children with psychiatric disorders. Dev Med
Child Neurol. 2011;53:150-5.
27. Bayley N. Bayley Scales of Infant and Toddler Development-third edition:
Administration manual. San Antonio, Texas: Harcourt Assessment; 2005.
28. Bruininks RH, Bruininks BD. Bruininks-Oseretsky test of motor proficiency (BOT-
2). Minesotta: AGS Publishing; 2005.
29. Venetsanou F, Kambas A, Ellinoudis T, Fatouros I, Giannakidou D, Kourtessis T.
Can the Movement Assessment Battery for Children-test be the "gold standard" for
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
52
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
53
44. Movsas TZ, Paneth N. The effect of gestational age on symptom severity in children
with autism spectrum disorder. J Autism Dev Disord. 2012;42:2431-9.
45. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. [disitasi September 2013]; Diunduh dari:
http://www riskesdas litbang depkes go id/download/TabelRiskesdas2010 pdf. 2010.
46. Hyman SL, Stewart PA, Schmidt B, Cain U, Lemcke N, Foley JT dkk. Nutrient
intake from food in children with autism. Pediatrics. 2012;130:S145-53.
47. Nousen EK, Franco JG, Sullivan EL. Unraveling the mechanisms responsible for the
comorbidity between metabolic syndrome and mental health disorders.
Neuroendocrinology. 2013;Sep 21:[Epub ahead of print].
48. Ghaziuddin M, Butler E. Clumsiness in autism and Asperger syndrome: A further
report. J Intellect Disabil Res. 1998;42:43-8.
49. Scattone D, Raggio DJ, May W. Comparison of the Vineland Adaptive Behavior
Scales, second edition, and the Bayley Scales of Infant and Toddler Development,
third edition. Psychol Rep. 2011;109:626-34.
50. Downey R, Rapport MJK. Motor activity in children with autism: A review of
current literature. Pediatr Phys Ther. 2012;24:2-20.
51. Miyahara M. Meta review of systematic and meta analytic reviews on movement
differences, effects of movement based interventions, and the underlying neural
mechanisms in autism spectrum disorder. Front Integr Neurosci. 2013;7:16.
52. Tan M, Reich J, Hart L, Thuma PE, Grigorenko EL. Examining the specific effects
on context on adaptive behavior and achievement in a rural African community: six
case studies from rural areas of Southern Province, Zambia. J Autism Dev Disord.
2012;Mar 3[Epub ahead of print].
53. Valenti M, Ciprietti T, Di Edigio C, Gabrielli M, Masedu F, Tomassini AR, dkk.
Adaptive response of children and adolescents with autism to the 2009 earthquake in
L'Aquila, Italy. J Autism Dev Disord. 2012;42:954-60.
54. Williams BT, Gray KM. The relationship between emotion recognition ability and
social skills in young children with autism. Autism. 2012;0:1-7.
55. Oberman LM, Ramachandran VS. The simulating social mind: The role of the
mirror neuron system and simulation in the social and communicative deficits of
autism spectrum disorders. Psychol Bull. 2007;133:310-27.
56. Cossu G, Boria S, Copioli C, Bracceschi R, Giuberti V, Santelli E, dkk. Motor
representation of actions in children with autism. PLoS One. 2012;7:e44779.
Universitas Indonesia
Kemampuan geraka…, Pustika Efar, FK UI, 2013
54
INFORMED CONSENT
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan spektrum autisme (GSA)? GSA terdiri atas
gangguan autistik, pervasive developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS),
dan gangguan Asperger. Seorang anak dikatakan mengalami GSA jika ia
menunjukkan gangguan interaksi, gangguan komunikasi, dan cara bermain yang
repetitif dan stereotipik.
4. Penilaian dilakukan di awal terapi dan diulang pasca-terapi (terapi integrasi sensori)
untuk menjadi acuan evaluasi keberhasilan terapi. Hasil penilaian tersebut akan
menjadi bagian dari penelitian yang akan dipublikasikan dalam artikel jurnal ilmiah
untuk kepentingan pendidikan dan penelitian.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah mendapat penjelasan tentang hal tersebut di
atas:
Nama : <<<<<<<< Umur : <<<<< th
Alamat : <<<<<<<<<<<<<<<<......
Nomor KTP : <<<<<<<<<<<<<<<<......
(<<<<<<<<<<.) (<<<<<<<<<<.)
INFORMED CONSENT
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan spektrum autisme (GSA)? GSA terdiri atas
gangguan autistik, pervasive developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS),
dan gangguan Asperger. Seorang anak dikatakan mengalami GSA jika ia
menunjukkan gangguan interaksi, gangguan komunikasi, dan cara bermain yang
repetitif dan stereotipik.
4. Bagaimana cara mendeteksi gangguan tersebut dan apa saja yang akan dilakukan?
Gangguan gerak dan kemampuan sosialisasi dapat dinilai dengan instrumen
Vineland Adaptive Behavior Scales (Vineland - II). Penilaian Vineland – II akan
dilakukan dengan metode wawancara selama 25-90 menit dengan Anda sebagai
orangtua, pengasuh, atau guru yang merupakan orang terdekat anak.
6. Hasil penilaian tersebut akan menjadi bagian dari penelitian yang akan
dipublikasikan dalam artikel jurnal ilmiah untuk kepentingan pendidikan dan
penelitian.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah mendapat penjelasan tentang hal tersebut di
atas:
Nama : <<<<<<<< Umur : <<<<< th
Alamat : <<<<<<<<<<<<<<<<......
Nomor KTP : <<<<<<<<<<<<<<<<......
(<<<<<<<<<<.) (<<<<<<<<<<.)
Score “4” if the individual Skor “4” jika individu hampir Score “4” if the individual
almost always performs the selalu menunjukkan perilaku almost always shows the
behavior independently (that tersebut secara independen behavior independently
is, without physical help or (tanpa perlu dibantu atau (without help or being
reminders); “almost always” diingatkan); “hampir selalu” reminded); “almost always”
means 90% of the time or more. berarti minimal 90% dari seluruh means minimum 90% of the
waktunya. time.
Score “3” if the individual Skor “3” jika individu sering Score “3” if the individual
often performs the behavior menunjukkan perilaku tersebut often shows the behavior
independently; “often” means secara independen; “sering” independently; “often” means
50% to 89% of the time. berarti 50-89% dari seluruh 50-89% of the time.
waktunya.
Score “2” if the individual Skor “2” jika individu kadang- Score “2” if the individual
sometimes performs the kadang menunjukkan perilaku sometimes shows the behavior
behavior independently; tersebut secara independen; independently; “sometimes”
“sometimes” means 10% to “kadang-kadang” berarti 10-49% means 10-49% of the time.
49% of the time. dari waktunya.
Score “1” if the individual Skor “1” jika individu jarang Score “1” if the individual
rarely performs the behavior menunjukkan perilaku tersebut seldom shows the behavior
independently; “rarely” means secara independen; “jarang” independently; “seldom”
less than 10% of the time. berarti kurang dari 10% means less than 10% of the
waktunya. time.
Score “0” if the individual Skor “0” jika individu tidak Score “0” if the individual
never performs the behavior, or pernah menunjukkan perilaku never shows the behavior, or
never performs it tersebut, atau tidak pernah never did it independently.
independently. melakukannya secara
independen.
If an item includes a Scoring Jika suatu item memiliki If an item have an explanation
Tip, use the guidelines in the penjelasan Scoring Tip, gunakan in Scoring Tip, use the tip to
tip to help determine the panduan tersebut untuk help to decide the appropriate
appropriate score. membantu menentukan skor score.
yang sesuai.
Some subdomains do not apply Beberapa subdomain tidak Some subdomains are not
to very young children. If the sesuai untuk anak yang lebih suitable for younger children.
person being assessed is muda. Jika anak yang dinilai If they are younger than the
younger than the age of the lebih muda dari usia pada start age of start point, do not use
first start point,do not point, jangan pakai subdomain the subdomain.
administer that subdomain. tersebut.
Basal Rule: For each Aturan Basal: Untuk setiap Basal Rules: For every
subdomain, establish a basal of subdomain, tentukanlah basal subdomain, determine the
two consecutive cluster with all dari 2 klaster berturut-turut yang basal of 2 simultaneous cluster
items scored “3” or “4”. It is not memiliki nilai “3” atau “4”. Tidak with score “3” or “4”. No need
necessary to score items in perlu memberikan skor di klaster to give scores in clusters before
clusters preceding the first sebelum klaster basal pertama, the first basal cluster, but give
basal cluster; rather, assign namun berikanlah nilai a maximum score for all those
those clusters the maximum maksimum pada seluruh klaster clusters (the score is written in
possible cluster sum (shown in tersebut (angka tertulis di sudut the upper right corner of the
the upper right corner of the kanan atas kotak JUMLAH). TOTAL box). There is no ceiling
SUM box). There is no ceiling Tidak terdapat aturan ceiling. rule. Seek guideline book for
rule. See the manual for a Lihat buku petunjuk untuk further explanations.
complete explanation. penjelasan lengkapnya.
Play and Leisure Time Waktu Bermain dan Bersantai Play and Leisure Time
Pilihan Jawaban: 4 = Hampir Answer Options: 4 = Almost
Response Options: 4 = Selalu, 3 = Sering, 2 = Kadang- always, 3 = Often, 2 =
Almost always, 3 = Often, 2 = kadang, 1 = Jarang, 0 = Tidak Sometimes, 1 = Seldom, 0 =
Sometimes, 1 = Rarely, 0 = Pernah, Never, DK = Don’t Know
Never, DK = Don’t know DK = Don’t Know (maksimal 3 (maximum 3 for each
(limit to 3 per subdomain) untuk tiap subdomain) subdomain)
A. Beginning play Mulai bermain Start playing
Responds to caregiver’s playful Merespon ajakan pengasuh untuk
Responds to caregiver’s offer to
1 overtures (smiles, laughs, claps bermain (tersenyum, tertawa,
play (smiles, laughs, claps, etc)
hands, etc) bertepuk tangan, dll)
Menunjukkan ketertarikan
Shows interest to surroundings
Shows interest in environment terhadap lingkungan (berjalan-
(walking, checking the place,
2 (moves about, inspects places, jalan, memeriksa tempat tersebut,
touching things or people he
touches objects or people, etc) menyentuh benda/orang yang
met, etc)
dijumpai, dll)
Mengikuti permainan interaksi
Plays simple interaction games Follows a simple interaction play
sederhana dengan orang lain
3 with others (peekaboo, patty- with others (peek a boo, singing
(cilukba, bernyanyi sambil
cake, etc) and clapping, etc)
bertepuk tangan, dll)
Bermain di dekat anak lain,
Plays near one child, each Plays near another child, each
4 masing-masing melakukan
engaging in separate activities doing separate activity
kegiatan terpisah
B. Playing with others Bermain dengan teman sebaya Playing with friends
Plays cooperatively with one or Cooperatively plays with one or
Bermain kooperatif dengan 1 atau
1 more children for up to 5 more friends for 5 minutes or
lebih teman selama ≤ 5 menit
minutes less
Plays cooperatively with others Bermain kooperatif dengan teman Cooperatively plays with friends
2
without damaging toy or object tanpa merusak mainan atau benda without breaking toys or things
Meniru tindakan anak yang Imitates another child’s act who
Imitates actions of child playing
bermain di dekatnya, tanpa is playing near him, without or
3 nearby with little or no
interaksi, atau dengan sedikit with minimal interaction
interaction between the two
interaksi antara keduanya between the two
Chooses to play with other Memilih untuk bermain dengan
Chooses to play with other kids
children (does not stay on the anak-anak lain (tidak diam di
4 (instead of stood quietly at the
periphery or actively avoid pinggiran atau sengaja
edge or purposely avoiding)
them) menghindar)
Plays cooperatively with more Bermain kooperatif dengan lebih Cooperatively plays with more
5 than one child for more than 5 dari 1 teman selama lebih dari 5 than 1 friends for more than 5
minutes menit minutes
Continues activity with another Melanjutkan kegiatan bersama Resumes activity with other kids
child with minimal fussing or anak lain tanpa terhenti atau without pause or just a little
6
interruption when caregiver hanya rewel sedikit ketika whiny when being left by
leaves ditinggalkan oleh pengasuh caregiver
Bermain dengan anak-anak lain
Plays with others with minimal Plays with other kids under
7 dengan pengawasan/supervisi
supervision minimal supervision
minimal
Protects self by moving away Melindungi dirinya sendiri dengan Protects himself by retracting
8 from those who are destructive menjauhi teman yang suka from friends that brake or hurt
or cause injury (those who bite, merusak atau melukai (anak yang others (kids that bites, hits,
Stands for at least 1 hour Berdiri selama minimal 1 jam Standing for minimum 1 hour
3 without resting
without a break tanpa istirahat
Tentang Anak:
Nama: ________________________________________________________________________________
Jenis kelamin: ______________ Nomor rekam medis: _______________ Kelas (jika ada): _________________
Kelas tertinggi yang telah diselesaikan (jika ada): __________________________________________________
Sekolah atau institusi pendidikan lain (jika ada): ___________________________________________________
Diagnosis atau klasifikasi saat ini: _____________________________________________________________
Bahasa lisan di rumah: _____________________________________________________________________
Usia: Tahun Bulan Tanggal Usia untuk titik awal pemeriksaan:____
Tanggal wawancara: ________ ________ __________ Tipe (lingkari salah satu): Kronologis
Tanggal lahir: ________ ________ __________ Mental
Usia kronologis: ________ ________ __________ Sosial
Data dari uji lain: Kecerdasan Prestasi Perilaku adaptif Lain-lain
____________ __________ _______________ ____________________________
Alasan untuk wawancara: ________________________________________________________________
V ineland-II Record
Booklet
8
JUMLAH
G. Pertemanan 4 3 2 1 0 DK
Menunjukkan perilaku mencari teman dengan anak/orang seusianya
1
(tersenyum, melambai, memberikan komentar bersahabat, bertanya, dll)
2 Memiliki dua atau lebih teman (yang bukan anggota keluarga)
Memiliki sahabat (seseorang yang dipilihnya untuk menghabiskan waktu
3
bersama lebih dari teman-teman lain)
12
JUMLAH
13-15 H. Menunjukkan kepedulian terhadap orang lain (caring) 4 3 2 1 0 DK
Menggunakan tindakan untuk menunjukkan kegembiraan, simpati, atau
1 kepedulian terhadap orang lain (memeluk, menepuk-nepuk, menggenggam
tangan, dll)
Menunjukkan keinginan untuk menyenangkan orang lain (memberikan hadiah
2
buatan sendiri, menolong orang lain, dll)
Menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan kegembiraan, simpati, atau
3 kepedulian terhadap orang lain (“Aku ikut senang”; “Apa kamu baik-baik
saja?”; dll)
Mengetahui hal-hal yang disukai atau tidak disukai oleh orang lain (“Tante
4
suka es krim coklat”; “Ayahku benci kucing”; dll)
Mengetahui ulang tahun anggota keluarga dekat (mengucapkan “Selamat ulang
5 tahun”; “Selamat untuk ulang tahun pernikahanmu”; dll)
Meminta orangtua membelikan hadiah untuk orang lain pada suatu
6
kesempatan khusus
Scoring tip: Beri skor “4” kalau anak pernah mampu melakukannya dahulu,
dan sekarang sudah melewatinya
Merespon secara verbal dan positif terhadap hal baik yang terjadi pada orang
7 lain (memberi selamat kepada teman yang menerima penghargaan, dll)
Membuatkan atau membelikan hadiah kecil untuk pengasuh atau anggota
8 keluarga pada hari raya besar atas inisiatif sendiri
32
JUMLAH
Komentar
Memahami bahwa orang lain tidak akan mengetahui isi pikirannya kecuali ia
4 mau berkomunikasi dengan mereka
5 Mendiskusikan hal-hal pribadi secara diam-diam
20
JUMLAH
K. Keterampilan dalam percakapan 4 3 2 1 0 DK
Merespon secara verbal dalam percakapan ringan yang dimulai oleh orang
1 dewasa (jika ditanya, “Apa kabar?” dapat menjawab “Kabarku baik”; jika
ditanya, “Kamu tampak cantik,” dapat menjawab “Terima kasih”; dll)
Perhatian: Item ini lebih mudah dibandingkan item di klaster sebelumnya
Bercakap-cakap dengan orang lain tentang topik yang diminati bersama
2
(olah raga, film, rencana liburan, dll)
Menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain (menyimak dan menanggapi,
3 menerima atau meminta pendapat, dll)
Memulai percakapan ringan ketika bertemu orang yang dikenal (“Apa kabar?”;
4
“Hey, sedang apa kamu sekarang?”; dll)
Memulai percakapan tentang topik tertentu yang diminati oleh orang
5
lain(“Carlo mengatakan kamu suka komputer”; dll)
Merespon petunjuk atau tanda-tanda tersirat dalam percakapan (menyadari
6 bahwa seseorang yang menguap dapat berarti “Aku bosan”; pergantian topik
tiba-tiba dapat berarti “Aku tidak mau membicarakannya”; dll)
24
JUMLAH
L. Aktivitas kelompok 4 3 2 1 0 DK
1 Bertemu dan berinteraksi dengan sekelompok teman secara rutin
2 Pergi ke acara kelompok
Scoring tip: Beri skor “4” kalau individu pernah mampu melakukannya dahulu,
dan sekarang sudah melewatinya
8
JUMLAH
Meniru tindakan anak yang bermain di dekatnya, tanpa interaksi, atau dengan
3 sedikit interaksi antara keduanya
Scoring tip:Beri skor “4” kalau anak pernah mampu melakukannya dahulu, dan
sekarang sudah melewatinya
Memilih untuk bermain dengan anak-anak lain (tidak diam di pinggiran atau
4
sengaja menghindar)
5 Bermain kooperatif dengan lebih dari 1 teman selama lebih dari 5 menit
Melanjutkan kegiatan bersama anak lain tanpa terhenti atau hanya rewel
6 sedikit ketika ditinggalkan oleh pengasuh
7 Bermain dengan anak-anak lain dengan pengawasan/supervisi minimal
Melindungi dirinya sendiri dengan menjauhi teman yang suka merusak atau
8 melukai (anak yang suka menggigit, memukul, melempar barang-barang,
menjambak, dll)
Mencari teman bermain atau untuk menemani (mengundang teman ke
9 rumah, bermain ke rumah teman, bermain di taman, dll)
36
JUMLAH
C. Aktivitas berpura-pura (make-believe activities) 4 3 2 1 0 DK
Scoring tip: Beri skor “4” kalau anak pernah mampu melakukannya dahulu,
dan sekarang sudah melewatinya
Menggunakan alat rumah tangga atau benda lain untuk aktivitas berpura-pura
1 (mengandaikan sebuah balok adalah mobil, kotak kardus adalah rumah, dll)
Terlibat dalam aktivitas berpura-pura sederhana bersama orang lain
2 (bermain “dress-up”, berpura-pura menyajikan makan malam, atau
mengendarai truk, dll)
Terlibat dalam aktivitas berpura-pura yang lebih rumit bersama orang lain ,
3 terdiri dari lebih dari 1 peran (bermain sekolah-sekolahan, menjadi tokoh
televisi atau film, dll)
Terlibat dalam aktivitas berpura-pura yang lebih rumit, menerima peran
4 yang ditentukan oleh orang lain
16
JUMLAH
Komentar
Ketika menjumlahkan,
hitung DK sebagai “2”,
namun jika lebih dari 3
item ditandai “DK”, jangan
Komentar
Scoring tip: Beri skor “4” kalau anak pernah mampu melakukannya dahulu,
dan sekarang sudah melewatinya
Berjalan menaiki tangga, meletakkan kedua kaki setiap 1 anak tangga; boleh
3 sambil berpegangan pada jeruji/pagar
Scoring tip: Beri skor “4” kalau anak pernah mampu melakukannya dahulu,
dan sekarang sudah melewatinya
Berjalan menuruni tangga, menghadap ke depan, meletakkan kedua kaki
4
setiap 1 anak tangga; boleh sambil berpegangan pada jeruji/pagar
Scoring tip: Beri skor “4” kalau anak pernah mampu melakukannya dahulu,
dan sekarang sudah melewatinya
Berjalan menaiki tangga dengan bergantian kaki kiri dan kanan; boleh sambil
5
berpegangan pada jeruji/pagar
Berjalan menuruni tangga dengan bergantian kaki kiri dan kanan; boleh sambil
6 berpegangan pada jeruji/pagar
7 Menaiki ≥ 8 anak tangga dengan langkah/kecepatan normal
28
JUMLAH
H. Melompat (jumping, hopping, skipping) 4 3 2 1 0 DK
Scoring tip: Beri skor “4” kalau anak pernah mampu melakukannya dahulu,
dan sekarang sudah melewatinya
1 Melompat ke atas dengan kedua kaki
2 Melompat ke depan minimal 3 kali dengan kedua kaki
3 Berdiri dengan satu kaki selama minimal 2 detik
Melompat dengan satu kaki minimal 1 kali tanpa terjatuh; boleh sambil
4 berpegangan pada orang lain atau objek yang stabil
5 Melompat ke depan dengan satu kaki, dengan mudah
6 Melompat ke depan sejauh minimal 1,5 meter
24
JUMLAH
Komentar