Anda di halaman 1dari 10

ILMU KEPERAWATAN DASAR II

“TAHAP TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK”

Oleh :
1. I KOMANG SUDIARTHA
2. I NENGAH JONI ARTAWAN
3. IIT NURBANUN SUHASMITA
4. ILHAM AL-FATUR
5. INDRI SOFYANTARI
6. ISMA RUMELAH
7. KADEK AYU NATALIANA PUTRI
8. KARINA NOVALITA PRASETIA
9. LALU YODHA ANGGARA
10. MARIANA
11. MARIYATI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2013
KATA PENGANTAR

Puja dan puji sukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ilmu keperawtan dasar II tentang
tahap-tahap komunikasi terapeutik. Tidak lupa pula salam dan terima kasih kami sampaikan
kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami
para penyusun makalah ini.

Mataram, 30 mei 2013

Kelompok 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian kesadaran ........................................................................... 2
Teori-teori kesadaran ........................................................................... 3
Struktur kesadaran .............................................................................. 6
Struktur ketidaksadaran ..................................................................... 8
Bentuk khusus ketidaksadaran .......................................................... 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................ 11
Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agar perawat efektif dalam berinterkasi dengan klien, mereka harus memiliki kterampilan
komunikasi yang efektif. Mereka harus menyadari kata-kata dan bahsa tubuh yang mereka
sampaikan kepada orang lain. Perawat profesional harus efektif bik dalam komunikasi verbal,
maupun tertulis serta bagaimana mereka berkomunikasi dengan pasien yaitu dengan
komunikasi terapeutik. Dan mereka harus memiliki keterampilanyang baik agar dapat
berkomunikasi dengan klien dan pemberi perawatan kesehatan lain dan meningkatkan
pengetahuan mereka melalui sumber-sember tertentu.

Komunikasi meliputi pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih.
Pengirim menguraikan peasan asli dan mengirimkannya ke penerima melalui saluran atau
tahap-tahap komunikasi. Penerima kemudian menginterpretasikan pesan dan memberikan
respon kepada pengirim. Dengan merespon, penerima menjadi penerima pesan baru. Oleh
karena itu, komunikasi adalah proses yang berkelanjutan, yaitu peran pengirim dan penerima
bertukar ketika masing-masing mengirimkan informasi baru atau pemahaman kepada yang
lain.

Komunikasi terapeutik adalah suatu proses intraktif antara perawat dan klien yang
membantu klien menghadapi stress sementara untuk hidup haromonis dengan orang lain,
menyesuaikan dengan sesuatu yang itdak dapat di ubah, dan mengatasi hambatan psikologis
yang menghaangi realisasi diri.

B. TUJUAN

Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu :

1. Mendekripsikan apa itu komunikasi terapeutik.


2. Mengetahui tahap- tahap komunikasi teraputik tersebut.
3. Menyimpulkan komunikasi terapeutik sebagai komunikasi yang efektif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Komunikasi terapeutik di definisikan sebagai suatu proses interaktif antara klien dan
perawat yang membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan
orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat di ubah, dan mengatasi hambatan
psikologis yang menghalangi realisasi diri. (kozier et al., 2000)

Menurut Nursalam (2011) Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran dan perasaan
dan pendapat dalam memberikan nasehat dimana terjadi antara dua orang atau lebih
bekerjasama.

Menurut Stuart & Sundeen (1985) Terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau
mengkomunikasikan perkataan, perbuatan atau ekspresi yang memfasilitasi proses
penyembuhan.
Menurut Supriyanto (2010) Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Jadi, komunikasi terapeutik merupakan suatu bentuk komunikasi yang di rencanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien.

B. TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK


Tahapan komunikasi terapeutik merupakan sebuah siklus atau langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam terapi terapeutik. Komunikasi terapeutik tidak sama dengan
komunikasi sosial. Komunikasi sosial tidak memiliki tujuan yang spesifik dan pelaksanaan
komunikasi ini terjadi begitu saja. Sedangkan terapeutik berfungsi untuk mencapai
kesembuhan pasien melalui perubahan dalam diri pasien. Karena itu pelaksanaan komunikasi
terapeutik direncanakan dan terstruktur dengan baik. Struktur dalam proses komunikasi
terapeutik terdiri dari empat tahap yaitu tahap pra interaksi, tahap perkenalan atau orientasi,
tahap kerja dan tahap terminasi. Pada setiap tahap masing-masing memiliki tugas atau
kegiatan petugas kesehatan yang harus diselesaikan (Stuart, 1998).
Stuart G. W, 2009 menjelaskan bahwa dalam prosesnya komunikasi terapeutik terbagi
menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau
orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

1. TAHAP PERSIAPAN

Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari
informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh
perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh
perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang
lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 20011 dalam Suryani, 2009). Hal ini disebabkan oleh
adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada
saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh
klien dengan baik (Brammer, 2007 dalam Suryani, 2009) sehingga tidak mampu melakukan
active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:

a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.


b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c. Mengumpulkan data tentang klien.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2. ORIENTASI ATAU PERKENALAN


Pada tahap perkenalan atau orientasi, petugas kesehatan memulai kegiatan yang pertama
kali dimana petugas kesehatan bertemu pertama kali dengan klien. Kegiatan yang dilakukan
adalah memperkenalkan diri kepada klien dan menjelaskan keberadaannya sebagai petugas
kesehatan. Tugas dari petugas kesehatan pada tahap perkenalan adalah membina hubungan
saling percaya dengan menunjukkan komunikasi terbuka dan memodifikasi lingkungan yang
kondusif dengan peka terhadap respon klien dan menunjukkan penerimaan, serta membantu
klien mengekspresikan perasaan dan pikirannya (Suryani, 2006).

Petugas kesehatan dituntut mampu membuat suasana tidak terlalu formal sehingga
suasana tidak terkesan tegang dan tidak bersifat menginterogasi. Lingkungan yang kondusif
membantu klien bisa berfikir jernih dan mengutarakan keluhan yang diderita secara terbuka,
lengkap sistematis, dan objektif (Nasir, 2009).

Tugas dari petugas kesehatan yang ketiga pada tahap perkenalan adalah membuat kontrak
dengan klien. Kontrak harus disetujui bersama dengan klien antara lain tempat, waktu
pertemuan, dan topik pembicaraan. Dan tugas yang keempat pada tahap ini adalah petugas
kesehatan menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien dan divalidasi dengan tanda
serta gejala yang lain, maka dari itu petugas kesehatan membenarkan secara aktif untuk
mengumpulkan data tersebut (Suryani, 2006).Petugas kesehatan dituntut memiliki keahlian
yang tinggi dalam menstimulasi klien maupun keluarga agar mampu mengungkapkan
keluhan yang dirasakan secara lengkap dan sistematis serta objektif. Keahlian yang harus
dimiliki petugas kesehatan adalah terkait dengan teknik komunikasi agar klien
mengungkapkan keluhannya dengan sebenarnya tanpa ditutup-tutupi.

Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:

a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.


b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-
sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah
disepakati bersama.
c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya
dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
d. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
e. Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena
tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

3. KERJA

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G. W,
2009). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan
perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi
verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat
mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien
untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian
masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki
pikiran dan ide yang sama (Murray, B. & Judith, P, 2011 dalam Suryani, 2010). Dengan
dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa
keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-
benar dipahami oleh perawat.

4. TERMINASI
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua
yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G. W, 2009). Terminasi sementara
adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:

a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi


objektif). Brammer dan McDonald (2009) menyatakan bahwa meminta klien untuk
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat
berguna pada tahap ini.
b. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang
disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan
interaksi yang akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap
orientasi pada pertemuan berikutnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keperawatan adalah suatu interkasi antara perawat dengan klien, proses interaksi
manusia terjadi melalui komunikasi yang di kenal di dalam dunia perawat dengan pasien
yaitu komunikasi terapeutik, komunikasi terapeutik mempunyai tahapa-tahapan yg membuat
komunikasi ini efektif bagi perawat dalam menjalankan tugasnya. Tahap-tahap ini dapat di
kembangkan oleh perawat dan bisa di jadikan acuan dalam proses atau asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz, Louis. 2012. Http. // Aziz Louis. Prenadamedia. Com /2011/ 03/ Praktika
Komunikasi Terapeutik. Html, diakses tanggal 12/ 02/ 2012 10: 20
2. Budi Ana Keliath, 1996. Komunikasi Terapeutik Perawat. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai