Oleh :
1. I KOMANG SUDIARTHA
2. I NENGAH JONI ARTAWAN
3. IIT NURBANUN SUHASMITA
4. ILHAM AL-FATUR
5. INDRI SOFYANTARI
6. ISMA RUMELAH
7. KADEK AYU NATALIANA PUTRI
8. KARINA NOVALITA PRASETIA
9. LALU YODHA ANGGARA
10. MARIANA
11. MARIYATI
Puja dan puji sukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ilmu keperawtan dasar II tentang
tahap-tahap komunikasi terapeutik. Tidak lupa pula salam dan terima kasih kami sampaikan
kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami
para penyusun makalah ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Agar perawat efektif dalam berinterkasi dengan klien, mereka harus memiliki kterampilan
komunikasi yang efektif. Mereka harus menyadari kata-kata dan bahsa tubuh yang mereka
sampaikan kepada orang lain. Perawat profesional harus efektif bik dalam komunikasi verbal,
maupun tertulis serta bagaimana mereka berkomunikasi dengan pasien yaitu dengan
komunikasi terapeutik. Dan mereka harus memiliki keterampilanyang baik agar dapat
berkomunikasi dengan klien dan pemberi perawatan kesehatan lain dan meningkatkan
pengetahuan mereka melalui sumber-sember tertentu.
Komunikasi meliputi pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih.
Pengirim menguraikan peasan asli dan mengirimkannya ke penerima melalui saluran atau
tahap-tahap komunikasi. Penerima kemudian menginterpretasikan pesan dan memberikan
respon kepada pengirim. Dengan merespon, penerima menjadi penerima pesan baru. Oleh
karena itu, komunikasi adalah proses yang berkelanjutan, yaitu peran pengirim dan penerima
bertukar ketika masing-masing mengirimkan informasi baru atau pemahaman kepada yang
lain.
Komunikasi terapeutik adalah suatu proses intraktif antara perawat dan klien yang
membantu klien menghadapi stress sementara untuk hidup haromonis dengan orang lain,
menyesuaikan dengan sesuatu yang itdak dapat di ubah, dan mengatasi hambatan psikologis
yang menghaangi realisasi diri.
B. TUJUAN
A. DEFINISI
Komunikasi terapeutik di definisikan sebagai suatu proses interaktif antara klien dan
perawat yang membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan
orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat di ubah, dan mengatasi hambatan
psikologis yang menghalangi realisasi diri. (kozier et al., 2000)
Menurut Nursalam (2011) Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran dan perasaan
dan pendapat dalam memberikan nasehat dimana terjadi antara dua orang atau lebih
bekerjasama.
Menurut Stuart & Sundeen (1985) Terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau
mengkomunikasikan perkataan, perbuatan atau ekspresi yang memfasilitasi proses
penyembuhan.
Menurut Supriyanto (2010) Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Jadi, komunikasi terapeutik merupakan suatu bentuk komunikasi yang di rencanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien.
1. TAHAP PERSIAPAN
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari
informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh
perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh
perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang
lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 20011 dalam Suryani, 2009). Hal ini disebabkan oleh
adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada
saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh
klien dengan baik (Brammer, 2007 dalam Suryani, 2009) sehingga tidak mampu melakukan
active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
Petugas kesehatan dituntut mampu membuat suasana tidak terlalu formal sehingga
suasana tidak terkesan tegang dan tidak bersifat menginterogasi. Lingkungan yang kondusif
membantu klien bisa berfikir jernih dan mengutarakan keluhan yang diderita secara terbuka,
lengkap sistematis, dan objektif (Nasir, 2009).
Tugas dari petugas kesehatan yang ketiga pada tahap perkenalan adalah membuat kontrak
dengan klien. Kontrak harus disetujui bersama dengan klien antara lain tempat, waktu
pertemuan, dan topik pembicaraan. Dan tugas yang keempat pada tahap ini adalah petugas
kesehatan menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien dan divalidasi dengan tanda
serta gejala yang lain, maka dari itu petugas kesehatan membenarkan secara aktif untuk
mengumpulkan data tersebut (Suryani, 2006).Petugas kesehatan dituntut memiliki keahlian
yang tinggi dalam menstimulasi klien maupun keluarga agar mampu mengungkapkan
keluhan yang dirasakan secara lengkap dan sistematis serta objektif. Keahlian yang harus
dimiliki petugas kesehatan adalah terkait dengan teknik komunikasi agar klien
mengungkapkan keluhannya dengan sebenarnya tanpa ditutup-tutupi.
3. KERJA
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G. W,
2009). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena
didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan
perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi
verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat
mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien
untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian
masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki
pikiran dan ide yang sama (Murray, B. & Judith, P, 2011 dalam Suryani, 2010). Dengan
dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa
keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-
benar dipahami oleh perawat.
4. TERMINASI
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua
yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G. W, 2009). Terminasi sementara
adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
A. KESIMPULAN
Keperawatan adalah suatu interkasi antara perawat dengan klien, proses interaksi
manusia terjadi melalui komunikasi yang di kenal di dalam dunia perawat dengan pasien
yaitu komunikasi terapeutik, komunikasi terapeutik mempunyai tahapa-tahapan yg membuat
komunikasi ini efektif bagi perawat dalam menjalankan tugasnya. Tahap-tahap ini dapat di
kembangkan oleh perawat dan bisa di jadikan acuan dalam proses atau asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aziz, Louis. 2012. Http. // Aziz Louis. Prenadamedia. Com /2011/ 03/ Praktika
Komunikasi Terapeutik. Html, diakses tanggal 12/ 02/ 2012 10: 20
2. Budi Ana Keliath, 1996. Komunikasi Terapeutik Perawat. EGC: Jakarta.