Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengantar

Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang

menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai

sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke

dalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan.

Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua

kejadian patofisiologis (Brunner & Suddarth, 2002) sebagai berikut :

1. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral

2. Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal

3. Hidrosefalus

4. Gangguan fungsi hipofisis

Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab

kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker

pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak

jarang bermetastase keluar system saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak

biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah,

pancreas, ginjal dan kulit (melanoma).

Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat

struktur dan mendukung system otak dan medulla spinalis) dan merupakan

supratentorial (terletak diatas penutup serebelum). Jejas neoplastik didalam otak

akhirnya menyebabkan kematian yang menganggu fungsi vital seperti pernafasan

atau adanya peningkatan tekanan intrakranial.


2.2. Klasifikasi Tumor Otak

Tumor-tumor otak dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok

besar (Brunner & Suddarth, 2002):

1. Tumor yang muncul dari pembungkus otak, seperti meningioma dura

2. Tumor yang berkembang di dalam atau di atas saraf cranial, misalnya

neuroma akustik

3. Tumor yang berasal dari jaringan otak, seperti pada jenis glioma

4. Lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh lainnya.

Tumor mungkin jinak atau malignan. Namun, karena tumor jinak dapat

terjadi di dalam daerah vital, tumor ini mempunyai efek yang sama seriusnya

dengan tumor malignan.

2.3. Definisi Glioma

Glioma merupakan tumor yang berasal dari jaringan otak. Glioma

merupakan tumor penginflitrasi yang dapat menyerang beberapa bagian otak.

Glioma malignan biasanya banyak terjadi pada neoplasma otak yang jumlahnya

kira-kira 45% dari semua tumor otak. Biasanya tumor-tumor ini tidak dapat

dibuang secara total, karena tumor menyebar dengan infiltrasi ke dalam sekitar

jaringan saraf dan hal ini tidak dipertimbangkan untuk direseksi tanpa

menyebabkan kerusakan sekali pada struktur vital.

2.4. Jenis- jenis glioma

Subklasifikasi glioma sesuai tipe sel (Brunner & Suddarth, 2002) :

1. Astrositoma (derajat 1 dan 2)

2. Glioblastoma (derajat 3 dan 4 astrositoma)

3. Ependimoma
4. Medulloblastoma

5. Oligodendroglioma

6. Kista koloid

2.5. Patofisiologi Tumor Otak

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi

berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.

Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala

neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan

fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi

apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim

otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar

terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat

tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan

otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai

kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan

cerebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro

dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan

otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak

sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan

tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya

massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan

sirkulasi cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan

mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas

menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya

dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan

perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah

otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi

cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan

hidrocepalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi

secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.

Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk

menjadi efektif dan oelh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial

timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume

darahintra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan

mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati

mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis

lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam

hemisfer otak.

Herniasi menekan ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan

menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke

bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula

oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranialyang cepat adalah

bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan

pernafasan).
Etiologi (Virus, radiasi, gen,
dll)

Pertumbuhan sel DNA abnormal


abnormal (CNS)

Tidak dapat mengontrol


pembelahan sel

Pertumbuhan sel berlebih

Sel berkembang di
otak

Glioma (Tumor
otak)
Kerusakan
nervous VII
Terjadi gangguan
Lesi pada neurologis (gang.
Otak Fokus, peningkatan TIK)
Dilatasi sel,
Resiko cedera atrofinervous VII

2.6. Manifestasi Klinik (Brunner & Suddarth, 2002)

1. Gejala peningkatan tekanan intrkranial

Disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat

pertumbuhan tumor. Gejala yang biasanya banyak terjadi adalah sakit kepala,

muntah, papiledema (“choken disc” atau edema saraf optic), perubahan

kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensorik dan

disfungsi saraf cranial.

2. Lokasi

Gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang

terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti pada

ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang.


Karena fungsi-fungsi otak berbeda-beda di setiap bagiannya maka untuk

mengindentifikasi lokasi tumor dapat ditentukan dari perubahan yang terjadi,

seperti :

a. Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan

gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut

kejang Jacksonian.

b. Tumor lobus oksipital menimbulkan manisfestasi visual, hemianopsia

homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang

pandangan, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi

penglihatan.

c. Tumor serebellum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan

keseimbangan) atau gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan

jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus

(gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan

horisontal.

d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,

perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku

mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang

merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.

e. Tumor sudut serebopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan

memberi rangkaian gejal yang timbul dengan semua karakteristik gejala

pada tumor otak.

1) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan

saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gg saraf cranial ke-8).


2) Berikutnya, kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (b.d

saraf cranial ke-5).

3) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf cranial

ke-7).

4) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada

abnormalitas pada fungsi motorik.

f. Tumor intracranial dapat menghasilkan gg kepribadian, konfusi, gg fungsi

bicara dan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang

paling sering adalah meningioma, glioblastoma dan metastase serebral dari

bagian lain.

Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan lokasinya, karena tumor-

tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi (silent areas) dari otak (daerah

yang di dalam fungsinya tidak dapat ditentukan dengan pasti).Perkembangan

tanda dan gejala adalah menentukan apakah tumor berkembang atau menyebar.

2.7. Diagnostik

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Keluhan yang timbul dapat berupa sakit kepala, mual, penurunan nafsu

makan, muntah proyektil, kejang, defisit neurologik (penglihatan dobel,

strabismus, gangguan keseimbangan, kelumpuhan ekstremitas gerak, dsb),

perubahan kepribadian, mood, mental, atau penurunan fungsi kognitif.

Pemeriksaan status generalis dan status neurologis.

Pemeriksaan Neurooftalmologi Kanker otak melibatkan struktur yang dapat

mendestruksi jaras pengllihatandan gerakan bola mata, baik secara langsung

maupun tidak langsung, sehingga beberapa kanker otak dapat memiliki


manifestasi neurooftalmologiyang khas seperti tumor regio sella, tumor regio

pineal, tumor fossa posterior, dan tumor basis kranii. Oleh karena itu perlu

dilakukan pemeriksaan neurooftalmologi terutama untuk menjelaskan

kesesuaian gangguan klinis dengan fungsional kanker otak. Pemeriksaan ini

juga berguna untukmengevaluasi pre- dan post tindakan (operasi, radioterapi

dan kemoterapi) pada tumor-tumor tersebut.

2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium terutama untuk melihat keadaan umum pasien dan

kesiapannya untuk terapi yang akan dijalani (bedah, radiasi, ataupun

kemoterapi), yaitu: Darah lengkap, Hemostasis, LDH, Fungsi hati, ginjal, gula

darah, Serologi hepatitis B dan C, Elektrolit lengkap

Pemeriksaan radiologis: CT Scan dengan kontras (berguna untuk melihat

adanya tumor pada langkah awal penegakkan diagnosis dan sangat baik untuk

melihat kalsifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang tengkorak), MRI dengan

kontras (dapat melihat gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat

baik untuk tumor infratentorial, namun mempunyai keterbatasan dalam hal

menilai kalsifikasi. Pemeriksaan fungsional MRI seperti MRS sangat baik

untuk menentukan daerah nekrosis dengan tumor yang masih viabel sehingga

baik digunakan sebagai penuntun biopsi serta untuk menyingkirkan diagnosis

banding), MRS, DWI dan PET CT (atas indikasi, Pemeriksaan positron

emission tomography (PET) ini dapat berguna pascaterapi untuk membedakan

antara tumor yang rekuren dan jaringan nekrosis akibat radiasi).

Pemeriksaan cairan serebrospinal

Dapat dilakukan pemeriksaan sitologi dan flowcytometry untuk menegakkan


diagnosis limfoma pada susunan saraf pusat atau kecurigaan metastasis

leptomeningeal atau penyebaran kraniospinal, seperti ependimoma.

2.8. Penatalaksanaan menurut Brunner & Suddarth, 2002

1. Craniotomy ( insisi tulang)

Untuk mengobati pasien meningioma, neuroma akustik, astrositoma kistik

pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ketiga, tumor congenital seperti

kista dermoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien-pasien glioma malignan,

pengangkatan tumor secara menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin.

Tetapi tindakan tersebut mungkin saja yang mencakup pengurangan TIK,

mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi bagian yang besar dari tumor

yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi

resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.

2. Pendekatan Stereotaktik

Penggunaan kerangka 3 dimensi yang mengikuti lokasi tumor yang sangat

tepat, kerangka stereotaktik dan studi pencitraan multiple (sinar-x, CT) yang

lengkap digunakan untuk menentukan lokasi tumor dan memeriksa posisinya.

Laser atau radiasi dapat dilepaskan dengan pendekatan stereotaktik.

Radioisotope (131I) dapat juga ditempelkan langsung ke dalam tumor untuk

menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor (brakhiterapi) sambil

meminimilkan pengaruh pada jaringan otak disekitarnya.

3. Penggunaan pisau gamma

Dilakukan pada bedah radio sampai dalam, untuk tumor yang tidak dapat

dimasukkan obat, tindakan tersebut sering dilakukan sendiri.

4. Kemoterapi dan sinar radiasi eksternal.


Diagnosa keperawatan

1. Defisit self care b.d kehilangan atau kerusakan fungsi motorik dan

sensorik serta penurunan kemampuan kognitif.

2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari keb.tubuh b.d kakeksia akibat

pengobatan dan pengaruh tumor, intake yang kurang dan malabsorbsi.

3. Ansietas b.d kemungkinan kematian, ketidakpastian, perubahan dalam

penampilan, perubahan gaya hidup.

4. Potensial terhadap proses berduka keluarga b.d beban yang ditimbulkan

oleh perawatan terhadap individu yang sakit terminal.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8

volume 3, EGC, Jakarta

Haryani dan Siswandi, 2004, Nursing Diagnosis: A Guide To Planning Care,

available on: www.Us.Elsevierhealth.com

Anda mungkin juga menyukai