Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

BAB I
PENDAHULUAN
Serviks merupakan bagian uterus yang berada di bagian bawah, berupa
saluran yang menghubungkan uterus dengan vagina. Pada daerah ini sering
didapatkan pola pertumbuhan jaringan abnormal, baik jinak maupun ganas. Salah
satu kasus yang dapat ditemukan adalah bentuk polip serviks. Polip serviks
merupakan pertumbuhan massa polip atau tumor bertangkai, yang berasal dari
permukaan kanal serviks. Polip serviks tumbuh dari kanal serviks dengan
pertumbuhan ke arah vagina. Terdapat berbagai ukuran dan biasanya berbentuk
gelembung-gelembung dengan tangkai yang kecil. Secara histopatologi, polip
serviks sebagian besar bersifat jinak (bukan merupakan keganasan) dan dapat
terjadi pada seseorang atau kelompok polulasi.1,2
Polip serviks dapat tumbuh dari lapisan permukaan luar serviks dan disebut
sebagai polip ektoserviks. Polip ektoserviks sering diderita oleh wanita yang telah
memasuki periode paska-menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia
produktif. Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga 5% wanita.2 Pada
wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya satu
anak, pertumbuhan polip sering berasal dari bagian dalam serviks, atau disebut
polip endoserviks. Meskipun pembagian polip serviks menjadi polip ektoserviks
dan endoserviks cukup praktis untuk menentukan lokasi lesi berdasarkan usia,
namun hal itu bukan merupakan ukuran absolut untuk menetapkan letak polip
secara pasti. Sejumlah prosedur lain tetap harus dilakukan sebelum tindakan bedah
dan pengobatan dilakukan.1
Polip serviks memiliki ukuran kecil, yaitu antara 1 hingga 2 cm. Namun,
ukuran polip dapat melebihi ukuran rata-rata dan disebut polip serviks raksasa bila
melebihi diameter 4 cm. Polips serviks berukuran besar jarang ditemukan di
polulasi dan gambaran mengenai penyakit ini sedikit sekali dibahas dalam literatur-
literatur ginekologi. Dalam laporan kasus international yang termuat di MEDLINE,
hanya terdapat 8 kasus yang dilaporkan sepanjang periode 1966 –
2002, menggambarkan kecilnya angka kejadian tersebut di dunia.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Serviks
Secara anatomi makro, serviks memiliki ukuran diameter antara 2,5-3 cm
dan panjang 3-5cm. Posisi anatomi serviks normal adalah sedikit angulasi ke
bawah-depan. Di bagian bawah, serviks berhubungan dengan vagina sebagai portio
vaginalis dan bagian kanal serviks yang berhubungan dengan vagina disebut
orificium uterina externus atau mulut rahim. Kanal serviks berukuran sekitar 8 mm.
Bagian antara endoserviks dan kavum uteri disebut itsmus dan merupakan bagian
dari segmen bawah rahim.4
Sirkulasi limfatik serviks yang utama meliputi nodus parametrial, obturator,
iliaka internal, dan iliaka eksternal. Aliran limfe sekunder meliputi nodus presakral,
iliaka komunis, dan nodus para-aortika. Innervasi serviks adalah plexus
Frankenhauser, yang merupakan bagian terminal dari plexus presakral. Serabut
saraf memasuki segmen bawah rahim dan bagian atas serviks membentuk pleksus
semisirkuler. Vaskularisasi utama serviks berasal dari cabang desendens arteri
uterina dan cabang servikal arteri vaginalis. Aliran vena mengikuti pembuluh darah
arteri.4
Secara anatomi mikroskopis, stroma servikal terdiri atas campuran serabut
fibrous, muskular (15%) dan jaringan elastik. Epitel tersusun atas skuamosa di
bagian ektoserviks dan kolumnar di bagian endoserviks. Di antara kedua area
tersebut, terdapat bentuk peralihan antara epitel di ektoserviks dan endoserviks
yang disebut squamocolumnar junction. Pada bagian distal area ini tersusun atas
epitel metaplastik squamosa yang imatur. Trauma, iritasi kronis, dan infeksi
berperan penting terjadinya perkembangan dan maturitas epitel serviks menjadi
bentuk neoplastik.4

B. Gambaran Umum Polip Serviks


Pertumbuhan polip merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal
di daerah serviks, sebagai konsekuensi dari proses inflamasi kronik, stimulasi
hormonal abnormal, atau kongesti vaskular lokal di area serviks. Kejadian polip
sering dihubungkan dengan hiperplasia endometrial, yang menunjukkan adanya
keterlibatan faktor estrogen yang berlebihan.5
Gambar 1. Polip Serviks.

Polip endoserviks biasanya berwarna merah, dengan ujung seperti nyala api,
fragil, dan bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm hingga mencapai lebar 3 cm
dan panjang beberapa cm (gambar 1). Polip seringkali tumbuh di endoserviks yang
berbatasan dengan ektoserviks, berbasis lebat, dan mengandung jaringan ikat
fibrosa. Karena sering terjadi ekstravasasi darah ke jaringan, maka sering terjadi
perdarahan pada kelainan ini. Infiltrasi sel-sel radang menyebabkan
leukorea.5
Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging, lunak, dan
tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel. Polip ini tumbuh di area porsio
dan jarang sekali menimbulkan perdarahan sebagaimana polip endoserviks atau
degenerasi polipoid maligna. Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks lebih
banyak mengandung serat fibrosa di banding polip endoserviks. Polip ektoserviks
memiliki atau bahkan tidak mengandung kelenjar mukosa. Bagian luar polip
ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum skuamosa.4
Perubahan sel menjadi ganas dapa terjadi, terutama pada polip ektoserviks
yang disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan nekrosis di bagian ujung
polip. Insidensi degenerasi maligna dari polip ektoserviks diperkirakan kurang dari
1%. Karsinoma sel skuamosa merupakan yang tersering, meskipun
adenokarsinoma juga pernah dilaporkan.1,2
Struktur polip memiliki vaskularisasi yang adekuat, sehingga bila terjadi
torsi atau trauma (saat koitus) dapat terjadi perdarahan. Selain itu, dapat pula terjadi
infeksi dan inflamasi yang cukup berpotensi meluas ke organ-organ sekitar. Karena
setiap polip memiliki kemungkinan untuk berdegenerasi maligna, maka
pemeriksaan sitologi perlu dilakukan setelah polip dieksisi atau diekstirpasi.5

C. Gambaran Klinis
1. Gejala dan Tanda
Polip serviks sering kali tidak bergejala, namun perlu dipertimbangkan bila
ternyata terdapat riwayat:1,3
- Leukorea
- Perdarahan di luar siklus menstruasi
- Perdarahan setelah koitus
- Perdarahan setelah menopause
Perdarahan intermenstrual atau paska-koitus merupakan gejala umum untuk
polip serviks.
Gejala lain yang juga berhubungan dengan kelainan ini adalah leukorea dan
hipermenorea. Perdarahan abnormal vagina juga sering dilaporkan. Perdarahan
paska-menopause merupakan gambaran umum penyakit pada wanita lanjut usia.
Pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah terdapat adanya peradangan
serviks atau polip.1,2,6
Polip serviks tampak sebagai massa kecil, merah, dan tampak seperti jari
yang keluar melalui kanal serviks dan biasanya berukuran panjang 1-2 cm dan
diameter 0,5-1 cm. Umumnya, polip ini teraba lunak bila dilakukan pemeriksaan
menggunakan jari.1,5

2. Pemeriksaan Radiologi
Polip yang terletak jauh di endoserviks dapat dievaluasi melalui
pemeriksaan histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus salin.
Biasanya, hasil pemeriksaan ini memberikan hasil yang bermakna dalam
mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya.4
3. Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan sering kali
ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu banyak
membantu menegakkan diagnosis.3,4

4. Pemeriksaan Khusus
Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai melalui in
speculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus menggunakan speculum
endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip endoserviks ditemukan secara tidak
sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan perdarahan abnormal. Pemeriksaan
ultrasonografi dilakukan untuk menyingkirkan adanya massa atau polip yang
tumbuh dari uterus.1,2

D. Diagnosis Banding
Massa polipoid yang tampak tumbuh dari serviks tidak selalu didiagnosis
sebagai polip serviks. Adenokarsinoma endometrium atau sarkoma endometrial
dapat tumbuh di bagian mulut rahim, dan sering kali kelainan ini menyebabkan
perdarahan dan leukorea lebih sering.5 Pada dasarnya, polip serviks tidak sulit
dibedakan dengan bentuk kelainan polipoid lainnya secara inspeksi. Bentuk
pertumbuhan ulseratif dan atipik merupakan ciri mioma submukosa pedenkel kecil
atau polip endometrial yang tumbuh di bagian bawah uterus. Biasanya kelainan ini
menyebabkan dilatasi serviks, dan keluar melalui OUE menyerupai polip. Hasil
konsepsi, misalnya desidua, dapat mendorong keluar serviks sehingga menyerupai
jaringan polipoid.
Kondilomata, mioma submukosa, dan karsinoma polipoid didiagnosis
dengan
pemeriksaan mikroskopis.1,5

E. Komplikasi Penyakit
Polip serviks dapat terinfeksi, biasanya oleh kelompok
Staphylococcus,Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius biasanya
terjadi setelah dilakukan instrumentasi medik untuk menegakkan diagnosis atau
setelah membuang polip. Antibiotik spektrum luas perlu diberikan bila tanda awal
infeksi telah tampak. Inisiasi atau eksaserbasi salfingitis akut dapat terjadi sebagai
konsekuensi polipektomi.5

F. Penatalaksanaan

- Dilakukan ekstirpasi pada tangkainya

- Dilakukan curettage sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan

- Hasil pemeriksaan menentukan terapi lebih lanjut

Sebagian besar polip serviks dapat dihilangkan di poliklinik atau tempat


praktik. Hal ini karena sebagian besar polip serviks berukuran kecil. Teknik
pembuangan polip serviks yang berukuran kecil umumnya tidak sulit. Biasanya
dengan cara memfiksasi pedikel menggunakan hemostat atau instrument
pemfiksasi lain kemudian memutar pedikel hingga lepas. Perdarahan yang terjadi
biasanya sedikit. Polip serviks yang berukuran besar biasanya dilakukan eksisi di
ruang operasi. Pada tindakan ini, psien perlu dianestesi dan selama eksisi dilakukan,
perdarahan harus dikontrol.1,5
Bila serviks lunak dan berdilatasi, sedangkan polip cukup besar, maka
histeroskopi harus dilakukan, terlebih lagi bila pedikel sukar dilihat. Eksplorasi
serviks dan kavum uteri menggunakan histeroskop dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya polip lain di daerah itu. Seluruh jaringan yang diambil
perlu diperiksa secara histoPA untuk menilai secara spesifik apakah massa polipoid
berdegenerasi jinak, pre-maligna, atau malignansi.1,5,6
Bila dari hasil pemeriksaan sekret serviks ditemukan profil sel-sel infektif,
atau secara klinis dan laboratoris mengarah kepada infeksi, maka pemberian
antibiotik dianjurkan untuk kasus ini.5

G. Prognosis
Prognosis penyakit umumnya baik. Ekstirpasi sederhana dengan cara
menghilangkan langsung polip merupakan tindakan yang sangat kuratif dan jarang
sekali untuk berulang.5
Gambar-gambar

Polip serviks

Polip endoserviks
DAFTAR PUSTAKA

1. NHS Foundation Trust. Cervical Polyp. Doncaster and Bassetlaw Hospital


Gynecology 2002.
2. Merck Manual Professional. Benign Gynecologic Lession: Cervical Polyp.
Gynecology and Obstersics, 2008.
3. Bucella D, Frédéric B, Noël JC. Giant cervical polyp: a case report and
review of a rare entity. Arch Gynecol Obstet 2008;278(3):295-8
4. Kaminski PF, Nguyen K. Benign Cervical Lession. Emergency Medicine
Textbook. Editor: Pritzker JG, Talavera F, Gaupp FB, Rivlin ME. 2007
(Available at www.eMedicine.com)
5. Dirk C, Yves vB, Guido V, Xavier dM, Edgar dM, Rudi C. Hysteroscopic
finding in patients with a cervical polyp. Am J Obstet Gynecol
1993;169(6):1563-5
6. Smith MN. Medical Encyclopedia: Cervical Polyp. MedlinePlus Medical
Encyclopedia, 2006. (Available at www.medlinePlus.com)

Anda mungkin juga menyukai