Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KMB I

TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN


BATU EMPEDU

DOSEN PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH : KELOMPOK XI

ANGGOTA :

1. ADITYA RATU SEKAR

2. DESI ANDRIA NINGSIH

3. MUTIARA PUTRI ZULRI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi kami para mahasiswa . Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik bagi para membaca.

Padang, September 2018

Kelompok XI
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ..... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ....ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. ......
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ ......
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................ ......
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definis batu empedu. ................................................................... ......
2.2 Etiologi batu empedu. ................................................................... ......
2.3 Manifestasi klinis……….. ........................................................... ......
2.4Aanatomi dan fisiologi .................................................................. ......
2.5Klasifikasi……………………………………………………………
2.6 Patofisiologi…………………………………………………………
2.7 WOC…………………… …………………………………………..
2.8Penalaksanakan……..……………………………………………….
2.9 Komplikasi……………………………………………………….....
2.10 Askep Teoritis……………………………………………………..
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .................................................................................... ......
3.2 Saran .......................................................................................... ......
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Batu empedu adalah sebuah masalah kesehatan di dunia yang sering dikaitkan dengan
gaya hidup sehari hari, seperti pola makan, ataupun aktifitas. Batu empedu merupakan
partikel keras yang berkembang di dalam kandungan ataupun saluran empedu. Secara
garis besar, batu empedu terdiri dari jenis yakni batu kalesterol, batu pigmen dan batu
campuran. Batu empedu pada umumnya bersifat asimtomatik dan dapat bersifat
timbul gejala atau simtomatik apabila batu sudah berukuran lebih dari lima mm yang
pelatalaksanaannya sebagian besar harus dilakukan kolesistektomi. Risiko penyakit
batu empedu dapat meningkat apabila terdapat factor risiko pada seseorang pasien.
Faktor risiko batu empedu tersebut fat (obesitas), forty (umur) , female (jenis
kelamin) , fertile (estrogen) dan fair (etnik), yang disingkat menjadi 5F. faktor risiko
lainnya adalah sindrom metabolik yang terdiri dari diabetes meritus , ataupun
dislipidemia, dan ada juga karena intensitas aktivitas yang rendah.

1.2 Rumusan Masalah


2. 1 Definis batu empedu
2.2 Etiologi batu empedu
2.3 Manifestasi klinis
2.4Aanatomi dan fisiologi
2.5Klasifikasi
2.6 Patofisiologi
2.7 WOC
2.8Penalaksanakan
2.9 Komplikasi
3.0 Askep Teoritis
1.3 TujuanPenulisan
11. Mengetahui definisi dari batu empedu
12 Mengetahui etilogi batu empedu
13 Mengetahui manifestasi klinis batu empedu
14. Mengetahui anatomi dan fisiologi . batu empedu
15. Mengetahui klasifikasi batu empedu
16. Mengetahui patofisiologi batu empedu.
17. Mengetahui WHO batu empedu.
18. Mengetahui penalaksanakan batu empedu.
19. Mengetahui komplikasi batu empedu.
20. Mengetahui askep teoritis tentang batu empedu.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi batu empedu


Batu empedu adalah partikel keras yang berkembang di dalam kandung atau saluran
empedu. Terdapat beberapa istilah dalam penyakit batu empedu yaitu: 1.
Kolelitiasi, berarti batu empedu (secara umum). 2. Kolesistolitiasis, berarti batu
yang berada di kandung empedu, 3. Kolangiolitiasis berarti batu yang berada pada
cabang duktus hepatikus, dan cabang lain di hati.
3.2 Etiologi batu empedu
a. Genetic
Terjadi mutasi di beberapa titik gen seperti di ABCG5 (transporter kolesterol
kanalikular) pada 11% kasus batu kolesterol, ABCB4 (transporter fosfotydil
kolin) pada 50% kasus batu empedu, dan lainnya (seperti ABCB11, ABCB4).
b. Gaya hidup
Bermula dari aktivitas yang rendah , sehingga menyebabkan displipinemia,
sindrom metabolic , ataupun DM. dimana kondisi ini bisa menyebabkan
hipersekresi kolesterol bilier, ataupun sinstesis asam empedu yang tidak
adekuat.
c. Faktor makanan
Di Negara barat , batu empedu berhubungan dengan makanan rendah serat
dan masa transit usus yang lama, dimana ini akan menyebabkan
dehidrooksilasi asam kolik di kolon oleh bakteri feses sehingga akan
menyebabkan asam deoksikolik di asam empedu. Makan rendah karbohidrat
dan tidak makan sepanjang malam akan melindungi dari batu empedu.
d. Jenis kelamin dan estrogen
Batu empedu dua kali lebih banyak di temukan pada perempuan dari pada
laki laki, terutaama lebih meningkatnya pada wanita hamil periode akhir, dan
pemakaian pil estrogen pada wanita.
e. Infeksi
Bakteri dapat mengalami dekonjugasi garam empedu, dimana ini akan
menyebabkan pengurangan kelarutan kolesterol.
3.3 Manifestasi klinis batu empedu.
Gejala yang timbul dari batu empedu adalah nyeri kolik atau kolik bilier. Nyeri
terjadi karena terdapat obstruksi intermitten di abdomen kuadran kanan atas
atau epigastrium. Dan dapat menyebar kepunggung yaitu di region
interskapular dan scapula kanan. Nyeri ini ditandai dengan nyeri yang
mengakibatkan perut mules, bersifat konstan atau stabil (persisten), derajat
besar, durasi nyerinya bersifat lama sekitar 15-30 menit hingga beberapa jam,
dan nyeri mulai tiba tiba serta berhenti atau mereda secara bertahap/cepat.
2.4 Anatomi dan Fisiologi

3.4 Klasifikasi batu empedu


Ada 3 tipe batu empedu yaitu:
1. Batu kalesterol
Mengandung beberapa zat seperti kalsium karbonat, fosfat, bilirubinat,
palmitat, fosfolipid glikoprotein, dan mikopolisakarida. Dengan > 50%nya
mengandung kolesterol monohidrat plus.
2. Batu pigmen hitam
Mengandung bilirubin indirek, kalsium fosfat dan karbonat, dan tidak
mengandung kolesterol, sering terjadi pada hemolisis kronik, sirosis, ataupun
chrons ‘ disease.
3. Batu pigmen coklat
Mengandung calcium bilurubinat, palmitat , dan stearate , jarang terjadi.
Sehingga terjadi pada infeksi bilier.

3.5 Patofisiologi batu empedu

2.7 WOC batu empedu


2.8 Penalaksanakan batu empedu
Penatalaksanaan Non-Pembedahan
Sasaran utama terapi medikal adalah untuk mengurangi insiden serangan
akut nyeri kandung empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan diit,
dan jika memungkinkan, untuk menyingkirkan penyebab dengan farmakoterapi,
prosedur-prosedur endoskopi, atau intervensi pembedahan.

 Penatalaksanaan Supotif dan Diet


Sekitar 80% pasien dengan inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan
istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastric, analgesic dan antibiotik. Intervensi
bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evaluasi yang lengkap dapat
dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien semakin memburuk.

 Farmakoterapi
Asam Kenodeoksikolat. Dosisnya 12-15 mg/kg/hari pada orang yang tidak
mengalami kegemukan. Kegemukan jelas telah meningkatkan kolesterol bilier,
sehingga diperlukan dosis 18-20 mg/kg/hari. Dosis harus ditingkatkan bertahap yang
dimulai dari 500 mg/hari. Efek samping pada pemberian asam kenodeoksikolat adalah
diare.
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodiol,
chenofalk) telah digunakan untuk mmelarutkan batu empedu radiolusen yang
berukuran kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Asam ursodeoksikolat
dibandingkan dengan kenodeoksikolat jarang menimbulkan efek samping dan dapat
diberikan dengan dosis yang lebih rendah untuk mendapatkan efek yang sama.
Mekanisme kerjanya adalah menhambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya
sehingga terjadi desaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada dapat dikurangi
besarnya, batu yang kecil dilarutkan dan batu yang baru dicegah pembentukannya.
Padabanyak pasien diperlukan pengobatan selama 6 hingga 12 bulan untuk melarutkan
batu empedu, dan selama terapi keadaan pasien dipantau. Dosis yang efektif
bergantung pada berat badan pasien. Terapi ini dilakukan pada pasien yang menolak
terapi pembedahan atau dianggap terlalu beresiko untuk menjalani pembedahan.
Pembentukan kembali batu empedu telah dilaporkan pada 20-50% pasien
sesudah terapi dihentikan, dengan demikian pemberian obat ini dengan dosis rendah
dapat dilanjutkan untuk mencegah kekambuhan tersebut. Jika gejala akut kolesistisis
berlanjut atau timbul kembali, intervensi bedah atau litotropis merupakan indikasi.

 Pengangkatan batu tanpa pembedahan


Beberapa metode telah digunakan untuk melarutkan batu empedu dengan
menginfuskan suatu bahan pelarut (monooktanoin atau metil tertier butyl eter [MTBE])
ke dalam kandung empedu. Pelarut tersebut dapat diinfuskan melalui selang atau
kateter yang dipasang perkutan langsung ke dalam kandung empedu, atau melalui
selang atau drain yang dimasukkan melaui T-tube untuk melarutkan batu yang belum
dikeluarkan pada saat pembedahan, atau bisa juga melalui endoskop ERCP, atau
kateter bilier transnasal.
Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy (ESWL). Prosedur noninvasif ini
menggunakan gelombang kejut berulang (repeated shock waves) yang diarahkan pada
batu empedu di dalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan maksud untuk
memecah batu tersebut menjadi sejumlah fragmen. Gelombang kejut dihasilkan dalam
media cairan oleh percikan listrik, yaitu piezoelektrik, atau muatan elektromagnetik.
Energi ini disalurkan ke dalam tubuh lewat rendaman air atau kantong yang berisi
cairan. Gelombang kejut yang dkonvergensikan tersebut dialirkan kepada batu empedu
yang akan dipecah. Setelah batu dipecah secara bertahap, pecahannya akan bergerak
spontan dari kandung empedu atau duktus koledokus dan dikeluatkan melalui endoscop
atau dilarutkan dengan pelarut asam empedu yang diberikan per oral.
Litotripsi Intracorporeal. Batu yang ada dalam kandung empedu atau duktus
koledokus dapat dipecah dengan menggunakan gelombang ultrasound, laser berpulsa
atau litotripsi hidrolik yang dipasang pada endoscop, dan diarahkan langsung pada
batu. Kemudian fragmen batu atau debris dikeluarkan dengan cara irigasi dan aspirasi.

Penatalaksanaan Pembedahan
 Koleksistektomi Terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan batu
empedu simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna, cidera duktus biliaris, terjadi
dalam kurang dari 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini
telah terlihat dalam penelitian baru-baru ini, yaitu kurang dari 0,5%. Indikasi yang
paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistisi
akut. Praktik pada saat ini mencakup kolesistektomi segera dalam pasien dengan
kolesistisi akut dalam masa perawatan di rumah sakit yang sama. Jika tidak ada bukti
kemajuan setelah 24 jam penanganan medis, atau jika ada tanda-tanda penurunan
klinis, maka kolesistektomi darurat harus dipertimbangkan.

 Mini Kolesistektomi
Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka
insisi selebar 4cm. Jika diperlukan, luka insisi dapat diperlebar untuk mengeluarkan
batu kandung empedu yang berukuran lebih besar. Drain mungkin dapat atau tidak
digunakan pada mini kolasistektomi. Biaya yang ringan dan waktu rawat yang singkat
merupakan salah satu alasan untuk meneruskan bentuk penanganan ini.

 Kolesistektomi laparoskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan batu empedu simtomatik tanpa adanya
kolesistisis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah mulai
untuk melakukan prosedur ini dalam pasien dengan kolesistisis akut dan dalam pasien
dengan batu duktus koledokus. Keuntungan secara toritis dari prosedur ini
dibandingkan dengan konvensional, kolesistektomi mengurangi perawatan di rumah
sakit serta biaaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat bisa kembali bekerja, nyeri
menurun, dan perbaikan kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan adalah keamanan
dari prosedur ini, berhubungan dengan insiden komplikasi mayor, seperti misalnya
cidera duktus biliaris, yang mungkin terjadi lebih sering selama kolisistektomi
laparoskopik. Frekuensi dari cidera mungkin merupakan ukuran pengalaman ahli
bedah dan merupakan manifestasi dari kurva pelatihan yang berkaitan dengan
modalitas baru.

 Bedah Kolesistotomi
Dikerjakan bila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi
yang lebih luas, atau bila reaksi inflamasi yang akut membuat system bilier tidak jelas.
Kndung empedu dibuka melalui pembedahan, batu serta getah empedu atau cairan
drainase yang purulen dikeluarkan, dan kateter untuk drainase diikat dengan jahitan
kantung tembakau (purse-string-suture). Kateter itu dihubungkan dengan sistem
drainase untuk mencegah kebocoran getah empedu disekitar kateter atau perembesan
getah empedu ke dalam rongga peritoneal. Setelah sembuh dari serangan akut, pasien
dapat kembali lagi untuk menjalani kolesistektomi. Maeskipu resikonya lebih rendah,
bedah kolesistotomi memiliki angka moertalitas yang tinggi (yang dilaporkan sampai
setinggi 20-30%) yang disebabkan oleh proses penyakit pasien yang mendasarinya.

 Kolesistotomi Perkutan
Kolesistotomi perkutan telah dilakukan dalam penanganan dan penegakan
diagnosis kolesistisis akut pada pasien-pasien yang beresiko jika harus menjalani
tindakan pembedahan atau anastesi umum. Pasie-pasien ini mencakup para penderita
sepsis atau gagal jantung yang berat dan pasien-pasien gagal ginjal, paru atau hati.
Dibawah pengaruh anastesi local sebilah jarum yang halus ditusukkan lewat dinding
abdomen dan tepi hati ke dalam kandung empedu dengan dipandu oleh USG atau
pemindai CT. Getah empedu diaspirasi untuk memastikan bahwa penempatan jarum
telah adekuat, dan kemudian sebuah kateter dimasukkan ke dalam kandung empedu
tersebut untuk dekompresasi saluran empedu. Dengan prosedur ini hampir selalu
dilaporkan bahwa rasa nyeri dan gejala serta tanda-tanda dari sepsis dan kolesistisi
berkurang atau menghilang dengan segera.

 Koledokostomi
Dalam koledokostomi, insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk
mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan, biasanya dipasang sebuah kateter ke
dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda. Kateter ini
dihubungkan dengan selang drainase gravitas. Kandung empedu biasanya juga
mngandung batu, dan umumnya koledokostomi dilakukan bersama-sama
kolesistektomi.

2.9 Komplikasi ca.paru


Komplikasi dari batu empedu yang cukup sering adalah kolesistitis. Kurang lebih
15% pasien dengan batu simtomatik mengalami kolesistitis akut. Komplikasi
lainnya dapat timbul akibat batu yang berpindah pindah. Komplikasi yang dapat
timbul ialah kolangitis , dan pancreatitis akut. Pada kolangitis akut dapat dikenal
juga gejala trias charcot,terdiri dari nyeri persisten, demam dan ikterus. Diagnosa
dini dari komplikasi ini adalah dengan USG atau MRCP. Terapinya mencakup
terapi suportif dan kolesistektomi (apabila sudah gawat darurat).

2.10 Askep Teoritis

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan :

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&
uact=8&ved=2ahUKEwjjzY336uDdAhWIRY8KHbfpD08QFjADegQIBxAB&url=http%3A
%2F%2Falfianfreezone.blogspot.com%2F2013%2F03%2Fmakalah-kmb-i-kolelitiasis-
batu-kantung.html&usg=AOvVaw2GpVGxV0bHAc7cj0c42K-V

https://www.alodokter.com/batu-empedu/komplikasi

http://analiskesehatand3.blogspot.com/2016/10/anatomi-fisiologi-kandung-empe
du.html

Anda mungkin juga menyukai