Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 1 Ekodrainase:

1. Adinda Dwi Safitri (082001600001)


2. Fida Rizki Anggraeni (082001600031)
3. Khairunnajah Amaliah (08200160008)
4. Hamasah Ibrahim A (082001600032)

Permeabilitas tanah

Permeabilitas didefenisikan secara kuantitatif sebagai pengurangan gas-gas , cairan-cairan


atau penetrasi akar tanaman atau lawat melalui suatu massa tanah atau lapisan tanah. Permeabilitas
timbul karena adanya pori kapiler yang saling bersambungan satu dengan yang lainnya. Secara
kuantitatif permeabilitas dapat dinyatakan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media
berpori dalam keadaan jenuh.
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-
ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap
tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer
dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah diasumsikan jenuh
walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan
tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah
dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air
larian.
Permeabilitas ini merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media poros.
Secara kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien permeabilitas. Banyak peneliti telah
mengkaji problema permeabilitas dan mengembangkan beberapa rumus. Permeabilitas intrinsik suatu
akifer bergantung pada porositas efektif batuan dan bahan tak terkonsolidasi, dan ruang bebas yang
diciptakan oleh patahan dan larutan. Porositas efektif ditentukan oleh distribusi ukuran butiran, bentuk
dan kekasaran masing-masing partikel dan susunan gabungannya, tetapi karena sifat-sifat ini jarang
seragam, konduktivitas hidrolik suatu akifer yang berkembang dibatasi oleh permeabilitas lapisan-
lapisan atau masing-maisng zone, dan mungkin bervariasi cukup besar tergantung pada arah gerakan
air.
Pengukuran permeabilitas tanah sangat penting untuk beberapa kepentingan di bidang
pertanian, misalnya masuknya air ke dalam tanah, gerak air ke akar tanaman,aliran air drainase,
evaporasi air pada permukaan tanah, kesemuanya itu dapat dipengaruhi oleh permeabilitas tanah yang
mana berkaitan pula dengan peranan kondektifitas Hidroliknya.
Satuan permeabilitas dalam satuan internasional (SI) adalah m2 . Satuan lain yang biasa
digunakan adalah darcy (D) atau yang lebih umum milidarcy (mD). Satu darcy setara dengan 10-12
m2. Satuan lain yang biasa digunakan adalah cm2 . (1 m2 = 104 cm2). Hukum Darcy menjelaskan
tentang kemampuan air mengalir pada rongga-rongga (pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang
memengaruhinya. Ada dua asumsi utama yang digunakan dalam penetapan hukum Darcy ini. Asumsi
pertama menyatakan bahwa aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat laminar. Sedangkan asumsi kedua
menyatakan bahwa tanah berada dalam keadaan jenuh.
Hukum Darcy menunjukkan bahwa permeabilitas tanah ditentukan oleh koefisien
permeabilitasnya. Koefisein permeabilitas tanah bergantung pada berbagai faktor. Setidaknya, ada
enam faktor utama yang memengaruhi permeabilitas tanah, yaitu:
1. Viskositas cairan, semakin tinggi viskositasnya, koefisien permeabilitas tanahnya akan
semakin kecil.
2. Distribusi ukuran pori.semakin merata distribusi ukuran porinya, koefesien permeabilitasnya
cenderung semakin kecil.
3. Distibusi ukuran butiran, semakin merata distribusi ukuran butirannya, koefesien
permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
4. Rasio kekosongan (void), semakin besar rasio kekosongannya, koefisien permeabilitas
tanahnya akan semakin besar.
5. Kekasaran partikel mineral, semakin kasar partikel mineralnya, koefisien permeabilitas
tanahnya akan semakin tinggi.
6. Derajat kejenuhan tanah, semakin jenuh tanahnya, koefisien permeabilitas tanahnya akan
semakin tinggi
Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada rongga-rongga (pori) dalam tanah
dan sifat-sifat yang memengaruhinya. Ada dua asumsi utama yang digunakan dalam penetapan hukum
Darcy ini. Asumsi pertama menyatakan bahwa aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat laminar.
Sedangkan asumsi kedua menyatakan bahwa tanah berada dalam keadaan jenuh.
ν = k.i
dengan:
v = kecepatan aliran (m/s atau cm/s)
k = koefisien permeabilitas
i = gradien hidrolik
Lalu telah diketahui bahwa:
v = Q/At dan i = ∆h/L , sehingga hukum Darcy bisa dinyatakan dengan persamaan:

Q = (k.A.t.∆h)/L
Dengan:
A = luas penampang aliran (m2 atau cm2)
t = waktu tempuh fluida sepanjang L (detik)
Δh = selisih ketinggian (m atau cm)
L = panjang daerah yang dilewati aliran (m atau cm)

Gambar 1. permeabilitas tanah


Sumur Resapan
Sumur resapan adalah suatu teknik konservasi tanah dan air yang memiliki prinsip utama
untuk memperluas bidang penyerapan sehingga aliran permukaan berkurang dengan optimal. Upaya
pembangunan sumur ini merupakan teknik konservasi air yang pada hakikatnya adalah upaya manusia
dalam mempertahankan, meningkatkan, dan mengembangkan daya guna air sesuai dengan
peruntukannya dan dapat dicapai dengan memperbesar tampungan air tanah, memperkecil dimensi
jaringan drainase, mempertahankan elevasi muka air tanah, mencegah intrusi air laut untuk daerah
pantai dan memperkecil tingkat pencemaran tanah.
Konservasi air merupakan merupakan upaya memasukkan air ke dalam tanah baik secara
buatan maupun alami dengan tujuan meningkatkan besarnya laju infiltrasi pada suatu daerah dalam
rangka pengisian air tanah. Sumur ini berbeda dengan sumur air minum. Dalam hal ini sumur resapan
merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum adalah lubang
yang berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Oleh sebab itu dari segi konstruksi maupun
kedalamannya pun berbeda. Sumur resapan memiliki kedalaman di atas muka air tanah, sedangkan
sumur air minum digali lebih dalam lagi (di bawah muka air tanah)

Manfaat sumur resapan


Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 68 Tahun 2005, pembuatan sumur resapan
bertujuan untuk menampung, menyimpan, dan menambah cadangan air tanah serta dapat mengurangi
limpasan air hujan ke saluran pembuangan dan badan air lainnya, sehingga dapat dimanfaatkan pada
musim kemarau sekaligus mengurangi peluang timbulnya banjir.
penerapan salah satu teknik konservasi tanah dan air ini sangat penting artinya dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air
2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah
3. Mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan
wilayah pantai
4. Mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang
berlebihan
5. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah

Ketentuan Umum menurut SNI 8456-2017


Persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
a. Sumur resapan dan parit resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar
dengan kemiringan maksimum < 2%;
b. Air yang masuk kedalam sumur resapan dan parit resapan adalah limpasan air hujan;
c. Penempatan sumur dan parit resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan
bangunan sekitarnya;
d. Sumur resapan dan parit resapan air hujan bisa dibuat secara individual dan komunal;
Harus memperhatikan peraturan daerah setempat;
e. Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui oleh instansi yang
berwenang.

Teknis menurut SNI 8456-2017


Persyaratan teknis yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
a. Sumur resapan air hujan digunakan untuk kedalaman air tanah > 2 m, jika kedalaman air tanah
< 2 m bisa menggunakan parit resapan air hujan. Penampang melintang parit resapan air hujan
berbentuk segi empat atau trapesium. Pada bentuk trapesium perbandingan kemiringan talud
1:2
b. Penampang sumur resapan air hujan berbentuk segi empat atau lingkaran, dimungkinkan
untuk bentuk lainnya dengan memperhatikan kemudahan dalam pengerjaan;
c. Ukuran sisi penampang sumur resapan air hujan 80 cm sampai dengan 100 cm.
d. Permeabilitas tanah
Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai koefisien permeabilitas
tanah > 2.0 cm/jam, dengan klasifikasi sebagai berikut :
1) nilai permeabilitas tanah sedang (jenis tanah lanau, 2,0 - 3,6 cm/jam atau 0,48 - 0,864
m3/m2/hari); .
2) nilai permeabilitas tanah agak cepat (jenis tanah pasir halus, 3,6 - 36 cm/jam atau
0,864 - 8,64 m3/m2/hari);
3) nilai permeabilitas tanah cepat (jenis tanah pasir kasar, lebih besar 36 cm/jam atau
8,64 m3/m2/hari).
e. Periode ulang hujan yang digunakan untuk perencanaan 2 tahun sekali terlampaui;
f. Intensitas hujan ditentukan dengan analisis Intensity Duration Frequency (IDF) dari daerah
lokasi pembangunan dengan durasi hujan 2 jam dan periode ulang 2 tahunan
Cara kerja sumur resapan
Konsep dasar sumur resapan adalah memberikan kesempatan dan jalan pada air hujan yang
jatuh di atap atau lahan yang kedap air untuk meresap ke dalam tanah dengan jalan menampung air
tersebut pada suatu sistem resapan dan sumur resapan dalam kondisi yang kosong dalam tanah dengan
kapasitas tampung yang cukup besar sebelum air meresap ke dalam tanah.
Prinsip dasar sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung curah hujan ke dalam
sebuah sumur dengan tujuan agar air hujan memiliki waktu tinggal di permukaan tanah lebih lama
sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap ke dalam tanah.
Berikut adalah ilustrasi dari prinsip kerja sumur resapan :
Gambar 2. Sumur Resapan
Pembuatan sumur resapan di pekarangan rumah sudah memiliki standar nasional. Standar yang
digunakan adalah SNI No. 03-2453-2002. Berdasarkan SNI tersebut berikut adalah persyaratan umum
yang harus dipenuhi dalam pembuatan sumur resapan :
1. Lokasi pembuatan harus pada tanah yang datar, tidak bergelombang, berlereng, curam, atau
labil.
2. Letaknya harus jauh dari tempat penimbunan sampah (baik sampah organik maupun
anorganik), jauh dari septic tank (minimum berjarak 5 m dari tepi), dan berjarak minimum 1
m dari pondasi bangunan.
3. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) lebih
besar atau sama dengan 2 cm/jam (artinya genangan air setinggi 2 cm akan surut dalam kurun
waktu satu jam) dengan tiga klasifikasi sebagai berikut:
Permeabilitas sedang (2 – 3.6 cm/jam)
Permeabilitas tanah agak cepat/pasir halus (3.6 – 36 cm/jam)
Permeabilitas tanah cepat/pasir kasar (lebih besar dari 36 cm/jam)
kondisi tanah sangat berpengaruh pada besar kecilnya daya resap tanah terhadap air hujan.
Dengan demikian konstruksi dari sumur resapan harus mempertimbangkan sifat fisik tanah. Sifat
fisik yang langsung berpengaruh terhadap besarnya infiltrasi adalah tekstur dan pori-pori tanah.
Tanah berpasir dan porus lebih mampu menginfiltrasikan air hujan dengan cepat.
Gambar 3. di atas merupakan contoh desain bangunan sumur resapan berjenis individu yang
dapat diterapkan di pekarangan rumah.

Sumur resapan menurut jenisnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sumur resapan
individu dan sumur resapan kolektif. Sumur resapan individu adalah sumur resapan yang dibuat secara
pribadi untuk masing-masing rumah dengan biaya pembuatan dan pemeliharannya diserahkan kepada
pemiliknya, sedangkan sumur resapan kolektif adalah sumur resapan yang dibangun secara bersama-
sama dalam satu kawasan tertentu. Sumur resapan ini dapat dibuat persepuluh rumah, per blok, satu
RT, atau satu kawasan pemukiman.
Sumur resapan individu sesuai dengan jenis bahan yang digunakan diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, yaitu sumur resapan tembok, sumur resapan dari hong, sumur resapan dari fiberglass,
dan sumur resapan dari bambu. Sumur individu ini harus diperhatikan tata letaknya, maka dari itu
harus memperhatikan lokasi relatif terhadap septic tank, sumur air minum, jalan, rumah, dan jalan
umum. Berikut adalah jarak minimal sumur resapan dengan bangunan lainnya.
Sumur resapan dapat dibuat dengan beberapa jenis, di antaranya adalah kolam resapan, sumur
resapan dalam, dan parit berorak. Sama halnya dengan tipe yang individu sumur ini pun harus
memperhatikan tata letak dalam pembuatannya. Letak sumur yang tepat adalah pada lokasi yang
terendah di suatu kawasan sehingga air dapat dengan mudah mengalir dari semua tempat dalam suatu
kawasan
Volume Reservoir
Dalam suatu sistem perencanaan penyediaan air minum diperlukan adanya suatu perhitungan
reservoir karena reservoir merupakan yang sangat penting dalam suatu sistem. Dalam suatu distribusi
reservoir memegang peranan penting, instalasi pengolahan air memberikan kapasitas berdasarkan
kebutuhan air maksimum per hari, sedangkan sistem distribusi direncanakan dengan berdasarkan pada
debit puncak perjam. Dalam hal ini ada persediaan yang besar antara kapasitas yang satu dengan yang
lainnya. Untuk menyeimbangkan perbedaan tersebut diperlukan suatu tempat penampungan air yaitu
reservoir distribusi. Kelebihan air yang diakibatkan oleh pemakaian air yang tidak maksimal disimpan
dalam reservoir.

Fungsi reservoir antara lain :


1. Equalizing Flows yaitu untuk menyeimbangkan aliran-aliran, sedangkan debit yang keluar
bervariasi atau berfluktuasi, unsur ini diperlukan suatu penyeimbangan aliran yang selain
melayani fluktuasi juga dapat digunakan untuk menyimpan cadangan air untuk keadaan
darurat.
2. Equalizing pressure atau menyeimbangkan tekanan, pemerataan tekanan diperlukan akibat
bervariasinya pemakaian air di daerah distribusi.
3. sebagai distributor, pusat atau sumber pelayanan
Sistem distribusi mencakup aliran secara gravitasi penggunaan pompa bertekanan, dan suatu
kombinasi aliran secara gravitasi dan dengan pompa. Perhitungan kapasitas reservoir distribusi
dilakukan berdasarkan pemakaian air dari jam ke jam yang selalu berbeda, selain itu metode
pengaliran juga mempengaruhi besarnya kapasitas reservoir yang harus disediakan.
Variasi reservoir disesuaikan sistem pengaliran, yaitu:
1. Reservoir tinggi, yaitu pengaliran distribusi dilakukan secara gravitasi, reservoir ini bisa
berupa ground tank (reservoir), atau berupa reservoir menara (roof tank ) yang ketinggiannya
harus diperhitungkan agar pada titik kritis masih ada sisa tekan.
2. Reservoir rendah yaitu pengaliran distribusi dilakukan dengan pemompaan, reservoirnya
berupa ground tank.
3. Penggunaan reservoir pembantu, misalkan karena adanya batasan konstruksi, sehingga
volume yang keluar dari reservoir tidak mencukupi

Reservoir distribusi harus diletakkan secara terpusat dalam area yang dilayani, atau setidaknya
pada pusat daerah pelayanan yang dimaksud. Reservoir tersebut juga harus memiliki elevasi yang
cukup untuk menjamin terpenuhinya tekanan yang diperlukan untuk pengaliran air.
Alasan penempatan pada titik pusat daerah pelayanan yaitu untuk mereduksi kehilangan
tekanan akibat aliran dalam pipa distribusi dengan cara meminimalkan jarak yang ditempuh oleh
aliran. Lokasi reservoir akan memberikan pengaaruh yang cukup besar pada fluktuasi tekanan air di
beberapa bagian sistem distribusi. Penempatan reservoir harus diperhatikan agar dapat menjamin
tekanan pada seluruh sistem distribusi.
Untuk menghitung kapasitas reservoir ini, maka reservoir ditinjau dari fungsinya sebagai
equalizing flow. Reservoir diperlukan untuk menyeimbangkan fluktuasi permukaan air harian,
sehingga kebutuhan maksimum per jam dapat terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai