Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Defenisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty
yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa
penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah,nyeri ulu hati,disertai dengan
tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam
(purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran
menurun. Hal yang dianggap serius pada Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah jika muncul perdarahan dan tanda-tanda syok/renajatan (Sodikin,
2012).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat
gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan,
hepatomegali dan tanda - tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan
(sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian (C.D. Sucipto ,2011).
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemoragic Fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes Albopictus yang ditandai dengan
demam/panas dan adanya perdarahan, hepatomegali dan tanda-tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan akibat kebocoran plasma
(Zulkoni, 2011)
Jadi, demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai
gejala perdarahan dan bila timbulrenjatan dapat menyebabkan kematian.

5
2. Anatomi Fisiologi
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen
dari traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem
sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-
sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa
metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh
darah, dan darah.
a. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax,
diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.Gambar anatomi sistim
sirkulasi (Sumber: Guyton, 1997)
Struktur jantung :
1) Atrium kanan
Atrium kanan berada di sebelah kanan jantung dan terbuka pada
bagian kirinya kedalam segitiga ventrikel kanan.
2) Atrium kiri
Atrium kiri berbentuk persegi tidak beraturan dengan vena
pulmonalis masuk kedalam setiap sudutnya.
3) Ventrikel kanan
Atrium ini berada pada bagian depan jantung, dan memompakan
darah keatas masukke arteri pulmonalis.
4) Ventrikel kiri
Dinding ventrikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dinding
ventrikel kanan namun strukturnya sama. Dinding yang tebal
diperlukan untuk memompa darah teroksigenasi dengan tekanan
tinggi melalui sirkulasi sistemik.
5) Katup bikuspidalis
Katup yang menjaga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
6) Katup trikuspidalis
7) Katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel kanan
yang terdiri dari 3katup.

6
8) Endokardium
Merupakan lapisan jantung yang terdiri dari jaringan indotel atau
selaput lender yang melapisi permukaan rongga jantung.
9) Miokardium
Merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung,
otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot.
10) Perikardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus,
terdiri dari 2lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu
dipangkal jantung membentuk kantung jantung.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu:
1) Arteri (Pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa
pembuluh darah arteri yang penting yaitu :
a) Arteri koronaria
Arteri yang mendarahi dinding jantung.
b) Arteri subklavikula
Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan
melewati aksila.
c) Arteri Brachialis
Arteri yang berada pada lengan atas.
d) Arteri radialis
Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari.
e) Arteri karotis
Arteri yang mendarahi kepala dan otak.
f) Arteri temporalis
Arteri yang teraba denyutnya di depan telinga.
g) Arteri facialis
Teraba denyutan di sudut kanan bawah.
h) Arteri femoralis

7
Arteri yang berjalan ke bawah menyusuri paha menuju ke
belakang lutut.
i) Arteri Tibia
Arteri pada kaki
j) Arteri Pulmonalis
Arteri yang menuju ke paru-paru.
2) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah
yang lebih besar yang disebut vena.
3) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
Beberapa vena yang penting:
a) Vena Cava Superior.
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor
dari daerah kepala, thorak dan ekstremitas atas.
b) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua
organ tubuh bagian bawah.
c) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.
d) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah
c. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian yaitu bagian
cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah
adalah suatu jaringantubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
berwarna merah. Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel
dan plasma.

8
Fungsi darah secara umum terdiri dari:
1) Sebagai alat pengangkut
a) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru untuk diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh.
b) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan
dan dibagikan ke seluruh jaringan / alat tubuh.
d) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh.
Terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibodi atau zat-zat
anti racun.
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Fungsi khususnya lebih lanjut diterangkan lebih banyak di struktur
atau bagian dari masing-masing sel darah dan plasma darah.

Proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat di tiga tempat,


yaitu sum sum tulang, hepar dan limpa.
1) Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah:
a) Tulang Vertebra
Vertebra merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak teratur
bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang belakang
mampu melaksanakan fungsinya sebagai pendukung dan penopang
tubuh. Tubuh manusiamempunyai 33 vertebra, tiap vertebra
mempunyai korpus (badan ruas tulangbelakang) terbentuk kotak dan
terletak di depan dan menyangga. Bagian yang menjorok dari korpus
di belakang disebut arkus neoralis (lengkung neoral) yang dilewati
medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke
semua bagian tubuh. Pada arkus neoralis terdapat bagian yang

9
menonjol pada vertebra dan dilekati oleh otot-otot yang
menggerakkan tulang belakang yang dinamakan prosesus spinosus.
b) Sternum (tulang dada)
Sternum disebut juga dengan tulang dada. Tulang dada sebagai
pelekat tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium
sterni, corpussterni dan processus xipoideus.
c) Costa (tulang iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3 pasang
costavertebio condralis dan 2 pasang costa fluktuantes. Costa
dibagian posterior tubuh melekat pada tulang vertebra dan di bagian
anterior melekat pada tulang sternum, baik secara langsung maupun
tidak langsung, bahkan ada yang sama sekali tidak melekat.
2) Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada
tubuh manusia.Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di
bawah diafragma, kelenjar initerdiri dari 2 lobus yaitu lobus dextra dan
duktus hepatikus sinestra, keduanyabertemu membentuk duktus
hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis menyatu dengan duktus
sistikus membentuk duktus koleduktus.
3) Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa berbentuk
setengah bulat berwarna kemerahan, limpa adalah organ berkapsula
dengan berat normal 100sampai 150 gram. Limpa mempunyai 2 fungsi
sebagai organ limfaed dan memfagosit material tertentu dalam sirkulasi
darah. Limpa juga berfungsi menghancurkan sel darah merah yang
rusak. Volume darah pada tubuh yang sehat/organ dewasa terdapat
darah kira kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4sampai 5 liter.
Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ tidak sama tergantung
pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan
viskositas atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air
yaitu mempunyai beratjenis 1.041 sampai 1.067 dengan
temperatur38°C dan PH 7.37 sampai 1.45.

10
Sel-sel darah ada 3 macam yatiu:
1) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti,
ukurannya kira kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5
juta dalam mm3.Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena
didalamnya mengandung suatuzat yang disebut hemoglobin. Warna ini
akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2.
Fungsi dari eritrosit adalah mengikatCO2 dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru.
Pengikat O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin yang telah
bersenyawa dengan O2 disebut oksihemoglobin yang telah bersenyawa
dengan O2 disebut oksi hemoglobin (Hb+ O2 HbO2) jadi O2 dingkut
dariseluruh tubuh sebagai oksi hemoglobin dan kemudian dilepaskan
dalam jaringan HbO2 Hb+O2 dan seterusnya Hb akan mengikat dan
bersenyawa dengan Hb+ O2 HbO2CO2 yang disebut karbondioksida
hemoglobin (Hb+ CO2 HbCO2) yang mana CO2 akan dilepaskan dari
paru.
Eristrosit dibuat dalam sumsum tulang, limpa dan hati, yang
kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14 sampai 15 hari,
setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati
akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang menjadi Fe yang
berguna untuk pembuatan eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat
yang terdapat dalam eritrosit yang berguna untuk mengikat O2 dan
CO2. Jumlah Hb dalam orang dewasa kirakira 11,5 sampai 15 mg
%.Normal Hb wanita 11,5 sampai 15,5 mg % dan
Hb laki-laki 13,0 sampai 17,0 mg %.
Dari dalam tubuh banyaknya sel darahmerah ini bisa berkurang,
demikian juga banyaknya hemoglobin dalam seldarah merah. Apabila
keduanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia. Biasanya hal ini
disebabkan karena pendarahan yang hebat dan gangguan dalam
pembuatan eritrosit.

11
2) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-
macam inti sel sehingga dapat dibedakan berdasarkan inti sel. Leukosit
berwarna kuning (tidak berwarna), banyaknya kira-kira 4000 sampai
11.000/mm3. Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu
membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk dalam
tubuh jaringan RES (RetikuloEndotel System). Fungsi yang lain yaitu
sebagai pengangkut dimana leukositmengangkut dan membawa zat
lemak dari dinding usus melalui limpa danke pembuluh darah.
Sel leukosit selain dari dalam pembuluh darah juga terdapat di
seluruhjaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan
karena kemasukan kuman/ infeksi maka jumlah leukosit yang ada
dalam darah akan meningkat. Hal ini disebabkan sel leukosit yang
biasanya tinggal di dalam kelenjar limfa sekarang beredar dalam darah
untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit tersebut.
Macam-macam leukosit adalah sebagaiberikut:
a) Agranulosit
Sel yang tidak mempunyai granula di dalamnya, terdiri dari:
 Limfosit
Leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfa
didalam sitoplasmannya tidak terdapat granula dan inti besar
banyaknya 20 % sampai 25 %. Fungsinya membunuh kuman
dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
 Monosit
Fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 30%.
b) Granulosit
 Neutrofil
Mempunyai inti, protoplasma, banyaknya bintik-bintik,
banyaknya 60%sampai 70%.
 Eosinofil
Granula lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.

12
 Basofil
Inti teratur dalam protoplasma terdapat granula besar banyaknya
½%
c) Trombosit (sel pembeku)
Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong. Warnanya
putih dengan jumlah normal 150.000 sampai 450.000/mm3.
Trombosit memegang peranan penting dalam pembekuan darah
jika kurang dari normal. Apabila timbul luka, darah tidak lekas
membeku sehingga timbul pendarahan terus menerus. Proses
pembekuan darah dibantu oleh zat yaitu Ca2+ dan fribinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Jika tubuh
terluka,darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan
zat yang disebut trombokinase. Trombokinase akan bertemu
protombin dengan bantuan Ca2+akan menjadi thrombin. Thrombin
akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus,
bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel
darah. Dengan demikian terjadi pembekuan.
d) Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening
kekuningan hampir 90% plasma darah terdiri dari:
 Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah
 Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan
lain-lainyang berguna dalam metabolisme ).
 Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas
darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
 Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
 Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
 Antibodi atau anti toksin.

13
3. Etiologi
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat
di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis
virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40
nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 420).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna ,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. DBD akan terjadi jika
seseorang yang pernah mendapatkan infeksi dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama
kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya
melalui plasenta (Soedarto,1990:38)
DBD disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy.Virus nyamuk Aedes
Aegepthy berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri
nyamuk penyebar demam berdarah menurut (Nursalam, 2008) adalah :

14
a. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
b. Hidup didalam dan sekitar rumah
c. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
d. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan didalam kamar
e. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

4. Klasifikasi

Spektrum
Manifestasi Klinis
Klinis

 Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi
DD berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia (pegal-pegal),

(Demam manifestasi perdarahan, dan leukopenia.

Dengue)  Dapat disertai trombositopenia.


 Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.

 Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala,


nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
 Uji torniquet positif.
 Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.

DBD  Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis,


perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri.
(Demam  Hepatomegali.
Berdarah
 Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan
Dengue)
ke rongga peritoneal.
 Trombositopenia.
 Hemokonsentrasi.
 Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit
dapat berkembang menjadi syok

DSS  Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).

(Dengue Syok  Gejala syok :

15
Syndrom) - Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
- Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
- Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
- Akral dingin, capillary refill turun.
- Diuresis turun, hingga anuria.

Keterangan:
 Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama
perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
 Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang
mengakibatkan haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.
 Uji torniquet positif : terdapat 10 – 20 atau lebih petekiae dalam diameter
2,8 cm (1 inchi).

Menurut derajat ringannya penyakit, Demam Berdarah Dengue (DBD)


dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :

a. Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji tourniquet hasilnya positif
b. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan
spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis,
melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
c. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti
nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg)
tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik
dibawah 80 mmHg.
d. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140
mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

16
WHO, 1986 mengklasifikasikan DBD menurut derajat penyakitnya
menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah
menurun, (120/80  120/100  120/110  90/70  80/70  80/0 
0/0 )
d. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung  140x/mnt)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

5. Patofisiologi
Virus Dengue adalah anggota dari group B Arbovirus yang termasuk
dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Dikenal ada 4 jenis serotipe virus
Dengue yaitu virus Dengue tipe 1 (DEN-1), virus Dengue tipe 2 (DEN-2),
virus Dengue tipe 3 (DEN-3), dan virus Dengue tipe 4 (DEN-4) ditularkan ke
manusia melalui vektor nyamuk jenis Aedes Egypty dan Aedes Albopictus.
Virus yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
yang telah terinfeksi virus Dengue selanjutnya akan beredar dalam sirkulasi
darah selama periode sampai timbul gejala demam dengan masa inkubasi 4 –
6 hari (minimal 3 hari sampai maksimal 10 hari) setelah gigitan nyamuk
yang terinfeksi virus Dengue. Pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar

17
getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan oleh kongesti
pembuluh darah di bawah kulit.
DBD dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama
kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan
konsentrasi kompleks antigen antibodi (kompleks virus antibodi) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan
pembentukan aktivasi sistem komplemen, agregasi trombosit dan aktivasi
koagulasi.
Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, yang
berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a, histamin dan serotinin
yang menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang
amat berperan dalam terjadinya renjatan timbulnya agregasi trombosit
menyebabkan pelepasan trombosit oleh sistem retikuloendotelial dengan
akibat trombositopenia hebat sehingga terjadi koagulapati atau gangguan
fungsi trombosit yang menimbulkan renjatan/syok. Renjatan yang
berkepanjangan dan berat menyebabkan diseminated intravaskuler
coagulation (DIC) sehingga perdarahan hebat dengan prognosis buruk dapat
terjadi.
Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini,
plasminogen akan menjadi Plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin. Disamping itu akan merangsang
sistem kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah. Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma, hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Plasma merembes
selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai
puncaknya pada saat renjatan. Renjatan hipovolemia bila tidak segera diatasi
dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Manifestasi klinis yang mungkin muncul pada DHF adalah demam atau
panas, lemah, sakit kepala, anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan, nyeri

18
ulu hati, nyeri otot dan sendi, pegal – pegal pada seluruh tubuh, mukosa
mulut kering, wajah kemerahan (flushing), perdarahan gusi, lidah kotor
(kadang-kadang), petekie (uji turniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma,
hematemesis, melena, hiperemia pada tenggorokan, nyeri tekan pada
epigastrik. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstrimitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal. Pada DBD sering
dijumpai pembesaran hati (hepatomegali), limpa (splenomegali), dan kelenjar
getah bening yang akan kembali normal pada masa penyembuhan. Adapun
komplikasi dari penyakit DBD adalah Hipotensi, Hemokonsentrasi,
Hipoproteinemia, Efusi dan Renjatan / Syok hipovolemia (H. Akhasin
Zulkoni, 2011).

6. Manifestasi Klinis

a. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari
kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan
berlangsung demam gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
aureksia. Nyeri punggung, nyeri tulang dan persendian, nyeri kepala, dan
rasa lemah dapat menyertainya (soedarto1990 : 139)
b. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekai dan purpura
(soedarto 1990 : 39).
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna
bagian atas hingga meyebabkan hematemesis (nelson, 1993)
c. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah.bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus diperhatikan kemungkinan akan
terjadi renja tanpa penderita(soederita,1995:38)

19
d. Syok
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukkan prognasis yang buruk(Soedarto:39)
Menurur Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain :
a. Demam tinggi selama 5-7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limfa, dan kelenjar getah bening
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).

7. Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu : (Aru W Sudoyo, 2006)
a. Darah
Pada DBD akan dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari
ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya.
Pada saat suhu meningkat kedua kalinya sel limposit relatif sudah
bertambah.sel-sel eusinofil sangat berkurang. Pada DBD umumnya
dijumpai trombositopenia (<100.000/mm 3) dan haemokonsentrasi (kadar
HCT  20% dari normal). Uji tourniquet yang positif merupakan
pemeriksaan penting pada pemeriksaan kimia darah tampak
hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokalemia, SGOT, SGPT, ureum
dan PH darah mungkin meningkat.

20
b. Air seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan.
c. Sumsum tulang
Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada
hari kelima dengan gangguan maturasi sedangkan pada hari kesepuluh
biasanya sudah kembali normal untuk semua data.
d. Serologi
Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan menjadi:
1) Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada
masa akut dan konvalesen.
2) Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue blood yang
mengukur antibodi.
e. Rontgen Thoraks
Ditemukan Efusi pleura

8. Penatalaksanaan
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet makanan lunak.
c. Minum banyak 50ml/kg BB dalam 4 – 6 jam pertama dapat berupa :
susu, teh manis, sirup, jus buah, dan oralit, pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi penderita DBD. Setelah
keadaan dehidrasi dapat diatasi, memberikan cairan rumatan 80 – 100
ml/kg BBdalam 24 jam berikutnya.
d. Pemberian cairan intravena pada pasien DBD tanpa renjatan dilakukan
bila pasien terus menerus muntah sehingga tidak mungkin diberikan
makanan per oral atau didapatkan nilai hematokrit yang
bartendensi terus meningkat (>40 vol %). Jumlah cairan yang
diberikan tergantung dariderajatdehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan glukosa 5% dalam 1/3 larutan Nacl 0,9%.
e. Cairan-cairan yang digunakan untuk penggantianvolume dengan cepat
mencakup berikut ini :
1) Kristaloid.

21
Larutan ringer laktat (RL) atau dektrose 5%dalam larutan RL
(D5/RL),larutan Ringer Asetat (RA) atau dektrose 5% dalam larutan
asetat (D5/RA), larutan garam faali (D5/GF).

2) Koloid.
Dekstran 40 dan plasma.

f. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan) jika
kondisipasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
g. Periksa HGB, HCT dan trombosit setiap hari.
h. Pemberian obat antipiretik.
i. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratoriurn yang memburuk.
j. Monitor tanda-tanda pendarahan lebih lanjut.
k. Pemberian antibiotika bila terdapat kekhwatiran infeksi sekunder.
l. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan
dokter).
Penatalaksanan Penderita DBD berdasarkan derajat keparahan
a. Penanganan DBD deraja I atau derajat II tanpa peningkatan hematokrit
Pasien masih dapat minum.
1) Beri minum banyak 1-2 liter/hari.
2) Jenis minuman : air putih, teh manis, sirup, jus buah, susu.
3) Bila suhu > 380C beri parasetamol.
4) Bila kejang beri antikonvulsif.
5) Monitor gejala klinis dan laboratorium.
6) Perhatikan tanda syok.
7) Palpasi hati setiap hari.
8) Ukur diuresis setiap hari.
9) Awasi perdarahan.
10) Periksa HGB, HCT, trombosit tiap 6-12 jam.
11) Jika ada perbaikan klinis dan laboratorium pasien diijinkan untuk
pulang.

22
Pasien tidak dapat minum
1) Jika pasien muntah terus-menerus maka lakukan kolaborasi
pemasangan IVFD NaCl 0,9% : Dekstrosa 5% (1:3), tetesan rumatan
sesuai berat badan.
2) Periksa HGB, HCT, trombosit tiap 6-12 jam, jika HCT naik atau
trombosit turun maka pemasangan IVFD NaCl, 0,9% berbanding
dekstrosa 5% diganti dengan ringer laktat dengan tetesan
disusaikan.
b. Penanganan DBD derajat I dengan peningkatan HCT>20%.
1) Pertama berikan cairan awal yaitu : RL/NaCI 0,9% atau
RL/DS/NaCl 0,9% + D5, 6-7 ml/kg BB/jam.
2) Setelah itu monitor tanda-tanda vital/nilai HCT dan tromboosit
tiap 6 jam
Jika ada perbaikan maka ada menunjukkan tanda-tanda : tidak
gelisah, nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup(12m/kg
BB/jam), HCT turun (2 kali pemeriksaan).
3) Jika sudah menunjukkan perbaikan tetesan dikurangi menjadi
5ml/kg BB/jam.
4) Setelah 1 jam berlalu dan kondisi pasien masi menunjukan
perbaikan maka tetesan di sesuaikan menjadi 3 ml/kgBB/jam
5) Setelah itu IVFD di stop pada 24-48 jam, bila tanda vital/ HCT
stabil, diuresis cukup.
6) Jika pada saat menurunkan tetesan menjadi 5 ml/kg BB/jam
kemudian ditemukan tanda vital memburuk dan HCT meningkat
maka tetesan dinaikkan 10-15ml/kg BB/jam tetesan dinaikkan
secara bertahap. Kemudian lakukan evaluasi 12-24 jam jika pada
saat evaluasi ditemukan tanda vital tidak stabil dengan tanda
adanya distres pernapasan dan HCT naik maka segera berikan
koloid 20-30m1/kgBB dan jika HCT menurun maka lakukan
transfusi darah segera 10ml/kgBB.
7) Jika sudah ada perbaikan, maka lanjutkan tindakan dari
pengurangan tetesan 5ml/kgBB/jam dan seterusnya. Jika tidak

23
ada perbaikan yang ditunjukkan dengan tanda-tanda: gelisah,
distres pernapasan, frekwensi nadi meningkat, tekanan nadi <
20 mmHg, diuresis kurang/ tidak ada.
8) Jika tidak menunjukkan adanya perbaikan maka tetesan akan
dinaikkan 10-15ml/kgBB/jam secara bertahap.
9) Kemudian dilakukan evaluasi 12-24 jam.
10) Setelah dilakukan evaluasi didapatkan tanda vital tidak Stabil
yang di tunjukan dengan adanya distres pernapasan dan
peningkatan HCT, maka segera berikan koloid 20-30 ml/kgBB dan
jika HCT menurun maka lakukan transfusi darah segera 10
ml/kgBB.
11) Jika sudah ada perbaikan maka lanjutkan tindakan dari
pengurangan dari tetesan 5ml/kgBB/jam dan seterusnya.
c. Penangan DBD derajat III dan IV
1) Lakukan oksigenasi.
2) Penggantian volume(cairan kristaloid isotonik) Ringer Laktat/NaCl
0,9 % 20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit).
3) 30 menit kemudian lakukan evaluasi untuk mengetahui apakah syok
sudah teratasi.
4) Kemudian pantau tanda vital setiap 10 menit dan catat balance cairan
intravena.
5) Jika syok teratasi yang dapat ditunjukkan dengan tanda-tanda:
a) Kesadaran membaik.
b) Nadi teraba kuat.
c) Tekanan nadi>20 mmHg.
d) Tidak sesak napas atau sianosis.
e) Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam.
Kemudian cairan dan tetesan disesuaikan10ml/kgBB/jam,
setelah itu lakukan evaluasi ketat, misalnya ukur tanda vital,
tanda perdarahan, diuresis, HGB, HCT, trombosit. Jika dalam
24 jam sudah stabil, maka berikan tetesan 5ml/kgBB/jam
kemudian lanjutkan tetesan 3ml/kgBB/jam. Infus dihentikan

24
tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Jika syok tidak
teratasi yang ditunjukkan dengan tanda-tanda : kesadaran
menurun, nadi lambat/tidak teraba, tekanan nadi<20 mmHg,
ditress pernapasan/sianosis, kulit dingin dan lembab, ekstremitas
dingin dan periksa kadar gula darah, kemudian lanjutkan
pemberian cairan 20ml/kgBB/jam, setelah itu tambahkan
koloid/plasma, dekstran 10-20 (maksimal 30) ml/kgBB/jam.
Kemudian lakukan koreksi asidosis, setelah 1 jam
lakukanevaluasi untuk mengetahui apakah syok sudah teratasi
atau belum. Jika syok belum teratasi yang ditunjukkan dengan
penurunan HCT atau HCT tetap tinggi/naik, maka berikan
koloid 20 ml/kgBB, kemudian dilanjutkan dengan pemberian
transfusi darah segar 10 ml/kgBB diulang sesuai kebutuhan. Jika
syok sudah teratasi maka lanjutkan tindakan dari mengevaluasi
ketat tanda vital, tanda perdarahan, diuresis, HGB, HCT,
trombosit dan tindakan seterusnya.

d. Kriteria untuk pemulangan pasien

Kriteria berikut harus dipenuhi sebelum pasien yang pulih


dari DBD atau Demam Syock Syndrome (DSS) dipulangkan.

1. Tidak ada demam selama sedikitnya 24 jam tanpa penggunaan


terapi anti demam.
2. Kembalinya nafsu makan
3. Perbaikan klinis yang dapat terlihat
4. Haluaran urine baik
5. Hematokrit stabil
6. Melewati sedikitnya 2 hari setelah pemulihan dari syok
7. Tidak ada distres pernapasan dari efusi pleural atau asites
8. Jumlah trombosit lebih dari 50.000 per mm3(Ngastiyah, 2005)

25
9. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan pada DBD disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit <100.000 /mm³ (trombositopenia) dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan terlihatpada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis,
dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
b. Kegagalan sirkulasi
Dengue Syok Sindrom (DSS) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 sampai 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia,hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan. DSS juga disertai
dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivitas dan
integritas sistem kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung
menurun,sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel
dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12 sampai 24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
kapiler.Terkadang tampak sel neutrofil dan limposit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibodi
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasialiran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas.

26
e. Ensefalopati Dengue
Umumnya terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan
dengan perdarahan tetapi dapat juga terjadi pada DBD tanpa syok.
Didapatkan kesadaran pasien menurun menjadi apatis/somnolen, dapat
disertai kejang. Penyebabnya berupa edema otak perdarahan kapiler
serebral, kelainan metabolik, dan disfungsi hati. Tatalaksana dengan
pemberian NaCl 0,9 %:D5=1:3 untuk mengurangi alkalosis, dexametason
o,5 mg/kgBB/x tiap 8 jam untuk mengurangi edema otak (kontraindikasi
bila ada perdarahan sal.cerna), vitamin K iv 3-10 mg selama 3 hari bila ada
disfungsi hati, GDS diusahakan > 60 mg, bila perlu berikan diuretik untuk
mengurangi jumlah cairan, neomisin dan laktulosa untuk mengurangi
produksi amoniak.
f. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Diuresis merupakan
parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah
syok telah teratasi. Dieresis diusahakan > 1 ml/kg BB/jam.
g. Edema Paru: Merupakan komplikasi akibat pemberian cairan yang
berlebih.
h. Syok Hipovolemik
i. Penurunan kesadaran
j. Koagulasi Intravascular Disretmia (KID) yang terjadi karena hipotermi
dan asidosis metabolik yang sering menyertai pasien DBD apabila tidak
dikoreksi. Apabila penggantian cairan plasma diberikan secepatnya dan
dilakukan koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan
sebagai akibat KID tidak terjadi sehingga heparin tidak di perlukan.

10. Pencegahan
Vaksin pencegah DBD hingga saat ini belum tersedia oleh karena itu
pencegahan dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk dengan
penyemprotan insektisida dan upaya pembasmian jentik nyamuk yang
dilakukan dengan 3 M

27
a. Gerakan 3 M
1) Menguras tempat-tempat penampungan air
2) Menutup rapat tempat penampung air
3) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air pemberantasan vektor
b. Fogging (penyemprotan)
Kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologis memenuhi
criteria
c. Abatisasi
Semuat empat penampung air dirumah dan bangunan yang ditemukan
jentik nyamuk ditaburi bubuk abate dengan dosis 1 sendok makan
peresuntuk 100 liter

28
11. WOC

29
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Meliputi Nama, Umur (pada DBD paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun karena pada tahap perkembangannya
anak usia 15tahun berada pada tahap sekolah sehinga kebanyakan pada
tahap ini anakterkena di sekolah), Jenis kelamin, Tempat tinggal, Agama,
Pendidikan, nama orangtua, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua,
diagnose medis.
b. Riwayat Keperawatan
P (Provocative) : Virus dengue.
Q (Quality) : Keluhan dari ringan sampai berat.
R (Region) : Semua sistem tubuh akan terganggu.
S (Severity) : Dari Grade I, II, III sampai IV.
T (Time) : Demam 5 – 8 hari, ruam 5 – 12 jam.
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit
kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai
menggigildan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas tinggi
(Demam) 2–7 hari,Turunya panas terjadi antarahari ke-3 dan ke-7,
lemah, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, ruam, malaise, mual,
muntah, sakit kapala, sakit pada saat menelan, nyeri ulu hati, penurunan
nafsu makan (anoreksia). Kadang-kadang disertaikeluhan batuk pilek,
diare atau konstipasi, pergerakan bola mataterasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (gradeIII, IV), melena atau
hematemasis.

30
3) Riwayat Kesehatan Daahulu
Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, pernah
dirawat sebelumnya. Pada DBD, anak biasanya mengalami serangan
ulangan DBD denan type virus yang lain.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit DBD didalam keluarga yang lain (yang
tinggal didalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui gigitan
nyamuk aides aigepty.
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan
lingkumgan yang kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti
kaleng bekas,ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan baju yang digantung--gantung.
Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter.
d. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
e. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebaalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindari
f. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizibaik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor
predisposisinya. Anak yangmenderita DBD sering mengalami keluhan
mual, muntah, dan nafsu makan menurun.Apabila kondisi ini berlanjut dan
tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, makaanak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme
Nutrisi dan metabolisme meliputi frekuensi, jenis, pantangan, nafsu
makanberkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi BAB

31
Eliminasi BAB meliputi kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi.Sementara DBD grade III sampai IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi BAK
Eliminasi BAK yaitu perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat
Tidur dan istirahat yaitu anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan
Kebersihan yaitu upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga
yang sakit serta upaya untukmenjaga kesehatan.
h. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki.Berdasarkan tingkatan grade DBD, keadaan fisik anak adalah :
1) Kesadaran : Apatis
2) Vital sign : TD : 110/70 mmHg
3) Kepala : Bentuk mesochepal
4) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mata anemis
5) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
6) Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis
7) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.
8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher
tidak ada, nyeri telan.
9) Dada
Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
Perkusi : Sonor

32
Palpasi : taktil fremitus normal
10) Abdomen
Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)
Auskultasi : bising usus 8x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas
11) Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi
tulang
12) Genetalia : bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter

i. Pengkajian Persistem
1) Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal,
tachypnea, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi
terdengar ronchi, effusi pleura (crackless).
2) Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi
cepat (tachycardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis
sekitar mulut, hidung dan jari-jari.Pada grade IV nadi tidak teraba dan
tekanan darah tak dapat diukur.
3) Sistem Persyarafan / neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III
pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat terjadi DSS
4) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
5) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan,
nyeri tekan pada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran pada hati
(hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus,

33
abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat
menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
6) Sistem integumen
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin dan lembab.Kuku sianosis atau tidak.Kepala dan leher
(a) Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis,hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
telan.Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan
terjadi perdarahantelingga (grade II, III, IV ).
(b) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan,
(efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III
dan IV.
(c) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
Ekstremitas :akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta
tulang.
j. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
dengue adalah :
1) Uji rumple leed / tourniquet positif
2) Darah, akan ditemukan adanya HB dan PVC meningkat(≥20%),
Trombositopenia (≤100.000/ml), Leukopenia (mungkin normal atau
leukositosis ), Ig. D dengue Positif, Hasil pemeriksaan kimia darah
menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia, Ureum
dan PH darah mungkin meningkat, Asidosis metabolik: pCO2 ≤ 35-40
mmHg dan HCO3 rendah, SGOT/SGPT mungkin meningkat,
trombositopenia, hemokonsentrasi, masa perdarahan memanjang.
3) Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan.

34
4) Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan
adanya infeksi virus dengueantara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa
5) Isolasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body technique
test secara langsung / tidak langsung menggunakan conjugate
(pengaturan atau penggabungan)
6) Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body tehnique
test secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan
conjugate
7) Radiology
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah
hemi thorax kanan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga
pleura
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan perdarahan
e. Hipovolemi berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma.
f. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler keekstravaskuler
g. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
h. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah ( trombositopeni )
i. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah
baring.

35
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO SDKI SLKI SIKI
1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
berhubungan keperawatan selama ... x Observasi
dengan proses 24 jam, termoregulasi - Identifikasi penyebab hipertermia
infeksi virus dapat membaik dengan - Monitor suhu tubuh
dengue kriteria hasil : - Monitor kadar elektrolit
- Menggigil ↓ - Monitor haluaran urine
- Kulit merah ↓ - Monitor komplikasi akibat hipertermi
- Kejang ↓ Terapeutik
- Akrosianosis ↓ - Sediakan lingkungan yang dingin
- Konsumsi Oksigen ↓ - Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Pucat ↓ - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Takikardi ↓ - Berikan cairan oral
- Takipnea ↓ - Hindari pemberian antipiretik atau
- Sianosis ↓ aspirin
- Hipoksia ↓ - Berikan oksigen, jika perlu
- Suhu tubuh membaik Edukasi
- Suhu kulit membaik - Anjurkan tirah baring
- Pengisian kapiler Kolaborasi
membaik - Kolaborasi pemberian cairan dan
- Tekanan darah membaik elektrolit intravena
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas dan Pemantauan
efektif keperawatan selama ...x Respirasi
berhubungan 24 jam, pola nafas dapat Observasi
dengan membaik dengan kriteria - Monitor frekuensi, irama, upaya dan
penumpukan hasil : kedalaman nafas
cairan di rongga - Ventilasi semenit ↑ - Monitor pola nafas
pleura - Kapasitas Vital ↑ - Monitor bunyi nafas tambahan
- Tekanan ekspirasi ↑ - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Tekanan Inspirasi ↑ - Auskultasi bunyi nafas
- Dispnea ↓ - Monitor saturasi oksigen
- Penggunaan otot bantu - Monitor nilai AGD
nafas ↓ Terapeutik
- Pernafasan cuping - Posisikan semi fowler atau fowler
hidung ↓ - Berikan oksigen, jika perlu
- Frekuensi nafas - Atur interval pemantauan respirasi
membaik sesuai kondisi pasien
- Kedalaman nafas - Dokumentasikan hasil pemantauan
membaik Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator

36
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan selama ...x Observasi
dengan proses 24 jam, tingkat nyeri dapat
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
patologis menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
penyakit hasil : nyeri.
- Kemampuan - Identifikasi skala nyeri
menuntaskan aktivitas ↑ - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Keluhan nyeri ↓ - Identifikasi faktor yang memperberat
- Meringis ↓ dan memperingan nyeri
- Gelisah↓ - Identifikasi pengetahuan dan
- Kesulitan tidur ↓ keyakinan tentang nyeri
- Anoreksia ↓ - Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
- Ketegangan otot ↓ kualitas hidup
- Pupil dilatasi ↓ - Monitor keberhasilan terapi
- Muntah ↓ komplementer yang sudah diberikan
- Mual ↓ - Monitor efek samping penggunaan
- Frekuensi nadi membaik analgetik
- Pola nafas membaik Terapeutik
- Tekanan darah membaik - Berikan teknik non farmakologis
- Nafsu makan membaik untuk mengurangi rasa nyeri
- Pola tidur membaik - Kontrol lingkungan yang
- Fungsi berkemih memperberat rasa nyeri
membaik - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Perilaku membaik - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Observasi
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan nyeri secara
tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
4. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif keperawatan selama ...x Observasi
berhubunganden 24 jam, perfusi perifer - Periksa sirkulasi perifer
ganperdarahan dapat meningkat dengan - Identifikasi faktor resiko gangguan
kriteria hasil : sirkulasi
- Denyut nadi perifer ↑ - Monitor panas,kemerahan, nyeri atau
- Sensasi ↑ bengkak pada ekstremitas
- Warna kulit pucat ↓ Terapeutik
- Edema perifer ↓ - Hindari pemasangan infus atau
- Nyeri ekstremitas ↓ pengambilan darah vena di area

37
- Kelemahan otot ↓ keterbatasan perfusi
- Kram otot ↓ - Hindari pengukuran TD di ekstremitas
- Pengisian kapiler keterbatasan perfusi
membaik - Lakukan pencegahan infeksi
- Akral membaik - Lakukan hidrasi
- Turgor kulit membaik Edukasi
- Tekanan darah sistol dan - Anjurkan melakukan perawatan kulit
diastol membaik yang tepat
- Anjurkan program rehabilitasi
vaskular
- Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
- Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
5. Hipovolemi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemi
berhubunganden keperawatan selama ...x Observasi
ganpeningkatan 24 jam, keseimbangan - Periksa tanda dan gejala hipovolemi
permeabilitasdin cairan dapat meningkat - Monitor intake dan output cairan
ding plasma. dengan kriteria hasil :
- Asupan cairan ↑ Terapeutik
- Haluaran urine ↑ - Hitung kebutuhan cairan
- Kelembapan membran - Berikan posisi modlified
mukosa ↑ - Berikan asupan cairan oral
- Asupan makanan ↑ Edukasi
- Edema ↓ - Anjurkan memperbanyak asupan
- Dehidrasi ↓ cairan oral
- Asites ↓ - Anjurkan menghindari perubahan
- Tekanan darah membaik posisi mendadak
- Mata cekung membaik Kolaborasi
- Turgor kulit membaik - Kolaborasi pemberian cairan IV
- Berat badan membaik isotonis
- Kolaborasi pemberian cairan IV
Hipotonis
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
- Kolaborasi pemberian produk darah
6. ResikoSyokhyp Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok
ovolemik keperawatan selama ...x Observasi
berhubungan 24 jam, tingkat syok dapat - Monitor status kardiopulmonal
dengan menurun dengan kriteria - Monitor status oksigenasi
perdarahan yang hasil : - Monitor status cairan
berlebihan, - Kekuatan nadi↑ - Monitor tingkat kesadaran dan respon
pindahnya - Output urine↑ pupil
cairan - Tingkat kesadaran↑ - Periksa riwayat alergi
intravaskuler ke - Saturasi oksigen↑ Terapeutik
ekstravaskuler - Akral dingin ↓ - Berikan oksigen untuk
- Pucat ↓ mempertahankan saturasi oksigen
- Haus ↓ >94%
- Letargi ↓ - Persiapkan intubasi dan ventilasi

38
- Asidosis metabolik ↓ mekanis
- MAP membaik - Pasang jalur IV
- Tekanan darah sistol dan - Pasang kateter urin untuk menilai
diastol membaik produksi urin
- Tekanan nadi membaik - Lakukan skintest untuk mencegah
- Pengisian kapiler reaksi alergi
membaik Edukasi
- Frekuensi nadi membaik - Jelaskan penyebab atau faktor resiko
- Frekuensi nafas syok
membaik - Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika menemukan
tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV
- Kolaborasi pemberian transfusi darah
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi
7. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
berhubungan keperawatan selama ...x Observasi
dengan intake 24 jam, status nutrisi dapat - Identifikasi status nutrisi
nutrisi yang membaik dengan kriteria - Identifkasi alergi danintoleransi
tidak adekuat hasil : makanan
akibat mual dan - Porsi makanan yang - Identifikasi makanan yang disukai
nafsu makan dihabiskan ↑ - Identifikasi kebutuhan kalori dan
yang menurun. - Serum albumin ↑ nutrien
- Kekuatan otot - Identifikasi perlunya penggunaan
mengunyah dan menelan NGT
↑ - Monitor asupan makanan
- Verbalisasi keinginan - Monitor berat badan
untuk meningkatkan - Monitor hasil pemeriksaan
nutrisi ↑ laboratorium
- Perasaan cepat kenyang Terapeutik
↓ - Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Nyeri abdomen ↓ - Berikan makanan tinggi serat untuk
- Diare ↓ mencegah konstipasi
- Berat badan membaik - Berikan makanan tinggi kalori dan
- IMT membaik tinggi protein
- Frekuensi makan - Berikan sumpelen makanan jika perlu
membaik Edukasi
- Nafsu makan membaik - Anjurkan posisi duduk
- Bising usus membaik - Ajarkan diet yang diprogramkan
- Membran mukosa Kolaborasi
membaik - Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrien

39
8. Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan
perdarahan keperawatan selama ...x 24 Observasi
berhubungan jam, tingkat perdarahan - Monitor tandadan gejala perdarahan
dengan dapat menurun dengan - Monitor nilaiHemoglobin, hematokrit
penurunan kriteria hasil : sebelum dan setelah kehilangan darah
factor-faktor - Kelembapan membran - Monitor tanda-tanda vital ortostatik
pembekuan mukosa↑ - Monitor koagulasiatau platelet
darah - Kelembapan kulit ↑ Terapeutik
(trombositopeni) - Hemoptisis ↓ - Pertahankan bedrest selama
- Hematemesis ↓ perdarahan
- Hematuria ↓ - Hindari pengukuran suhu rektal
- Perdarahan Vagina ↓ Edukasi
- Distensi abdomen ↓ - Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Hemoglobin membaik - Anjurkan meningkatkan asupan cairan
- Hematokrit membaik - Anjurkan menghindari aspirin atau
- Tekanan darah membaik koagulan
- Denyut nadi membaik - Anjurkan meningkatkan asupan
- Suhu tubuh membaik makanan dan vitamin K
- Anjurkan melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat pegontrol
perdarahan
- Kolaborasi pemberian produk darah
9. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik keperawatan selama ...x 24 Observasi
berhubungan jam, mobilitas fisik dapat - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
dengan rasa meningkat dengan kriteria fisik lainnya
nyeri, terapi hasil : - Identifikasi toleransi fisik melakukan
tirah baring. - Pergerakan ekstremitas↑ pergerakan
- Kekuatan otot↑ - Monitor frekuensi jantung dan
- ROM↑ tekanan darah sebelum mobilisasi
- Nyeri ↓ Terapeutik
- Kecemasan↓ - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
- Kaku sendi ↓ alat bantu
- Gerakan terbatas↓ - Fasilitasi melakukan pergerakan jika
- Kelemahan fisik ↓ perlu.
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
- Edukasi tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan

40

Anda mungkin juga menyukai