Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“International Financial Reporting Standard (IFRS)”

OLEH :

1. FITRI RAHMAWATI (151350SA)


2. RINALTI WIDIATAMA (151378SA)
3. SYARIFATUL MARDLIYAH (151383SA)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) AMM


MATARAM
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang hingga saat
ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada penulis untuk menikmati segala
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “International
Financial Reporting Standard (IFRS) “.

Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi
Keuangan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri penyusun
tentang mata kuliah ini. Demi kesempurnaannya, penyusun mengharapkan saran dan
masukan dari berbagai pihak.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung hingga terselesaikan makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penyusun sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya.

Hormat kami

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengertian dan Sejarah IFRS.....................................................................................
1.2 Tujuan IFRS..............................................................................................................
1.3 Manfaat IFRS............................................................................................................
1.4 Perbandingan Standar Akuntansi Keuangan: Indonesia, Amerika Serikat, dan
Internasional..............................................................................................................
1.5 Perbandingan dan Perbedaan IFRS dan PSAK........................................................
1.6 Kendala adopsi IFRS di Indonesia...........................................................................
1.7 Kesiapan Indonesia mengadopsi IFRS secara penuh...............................................
1.8 Konvergesi IFRS .....................................................................................................
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan perusahaan multinasional kebutuhan akan standar
akuntansi yang berbasis international mutlak diperlukan. Pelaporan keuangan transnasional
mensyaratkan perusahaan harus memahami praktik akuntansi ditempat perusahaan tersebut
berkedudukan. Pada saat dunia usaha hampir tanpa batas negara, sumberdaya produksi (alat
tukar yang paling likuid) yang dimiliki oleh seorang investor disuatu negara tertentu dapat
dipindahkan dengan mudah dan cepat ke negara lain, misalnya melalui mekanisme
perdagangan di lantai bursa.
Dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi informasi pasar modal, jutaan atau
bahkan miliaran investasi dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar modal di seluruh
penjuru dunia. Pergerakan mereka tak bisa dihalangi teritori negara. Perkembangan yang
mengglobal seperti ini dengan sendirinya menuntut adanya satu standar akuntansi yang
dibutuhkan baik oleh pasar modal atau lembaga yang memiliki masalah internal. Tentu saja
akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di negara tersebut berbeda
dengan standar akuntansi yang dipakai di negara lain. Keanekaragaman standar yang dipakai
menjadi kendala investor dan kreditor serta calon investor dan calon kreditor dalam
memahami laporan keuangan yang disajikan. Hal tersebut diatas yang mendorong timbulnya
standar akuntansi internasional (IFRS) yang dirumuskan oleh IASB (International
Accounting Standard Board).
Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas Standar Pelaporan Keuangan Internasional /
International Financial Reporting Standards (IFRS) berkembang pesat. Proses penentu
standar akuntansi internasional mampu mengklaim sejumlah keberhasilan yang dicapai
dengan makin banyaknya pengakuan dan penggunaan IFRS.
Sebuah terobosan bersar terjadi di tahun 2002 ketika Masyarakat Ekonomi Eropa
mengadopsi peraturan yang dipersyaratkan bagi perusahaan yang terdaftar di bursa saham
Eropa untuk menerapkan IFRS pada laporan keuangan konsolidasinya. Peraturan tersebut
berdampak di tahun 2005 dan diterapkan ke lebih dari 8.000 perusahaan di 30 negara,
termasuk negara-negara seperti Perancis, Jerman, Italia, Spanyol dan Kerajaan Inggris.
Adopsi IFRS mengganti standar akuntansi nasional dan ketentuannya sebagai dasar untuk
penyusunan dan penyajian laoiran keuangan kelompok perusahaan yang terdaftar di Eropa,
yang dianggap oleh banyak orang sebagaimana sebuah pencapaian yang besar di dalam
sejarah akuntansi internasional.
Di luar Eropa, banyak negara lainnya juga telah berpindah ke IFRS. Hingga tahun
2005, IFRS telah menjadi keharusan di banyak negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Lagipula, negara-negara seperti Australia, Hong Kong, Selandia Baru, Philipina dan
Singapura telah mengadopsi standar akuntansi nasional yang mengacu kepada IFRS.

2. Rumusan Masalah
1. Memahami pengertian IFRS, struktur IFRS, dan Konversi IFRS di Indonesia;
2. Bagaimana konversi PSAK ke IFRS di Indonesia saat ini;
3. Bagaimana Pentingnya Standar Akuntansi Internasional; dan
4. Bagaimana perbandingan PSAK dengan IFRS.

3. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian IFRS, struktur IFRS, dan Konversi IFRS di
Indonesia
2) Untuk mengetahui bagaimana konversi PSAK ke IFRS di Indonesia saat ini
3) Untuk mengetahui bagaimana Pentingnya Standar Akuntansi Internasional
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Sejarah IFRS


IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International
Accounting Standard Board (IASB). Standar akuntansi ini disusun oleh empat organisasi
utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa
(EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional
(IFAC).
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar
Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar
akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan
standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dan dapat dipahami.
Saat ini IFRS telah digunakan lebih dari 100 negara, berlaku untuk semua negara di
Uni Eropa pada tahun 2005. Brazi;, Kanada, dan India telah mengumumkan kewajiban untuk
menggunakan IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang berlokasi di negara tersebut. Pada
tahun 2011 diperkirakan semua negara besar sudah mengadopsi IFRS dengan berbagai
variasinya, Cina dan Jepang secara substansi akan menyesuaikan dengan IFRS dan
perusahaan go public di Amerika Serikat akan mempunyai pilihan apakah menggunakan
IFRS atau US GAAP.
Natawidyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian
dari IFRS sebelum nya merupakan International Accounting Standard (IAS) kemudian IASB
mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
Secara keseluruhan IFRS mencakup:
a. International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar yang diterbitkan setelah
tahun 2001.
b. International Accounting Standard (IAS). Standar yang diterbitkan sebelum tahun
2001.
c. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting
Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001.
d. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC)
sebelum tahun 2001.

2. Adopsi atau Harmonisasi?


Adopsi penuh dan harmonisasi terhadap IFRS memiliki arti yang berbeda. Adopsi
penuh adalah mengadopsi secara penuh tanpa adanya perubahan-perubahan untuk diterapkan
di suatu Negara. Berbeda dengan adopsi penuh, harmonisasi IFRS memiliki sifat lebih
fleksibel dan terbuka. Harmonisasi standar pertama kali dikenalkan oleh European
Commision (EC). Harmonisasi berarti juga sebagai sekelompok Negara yang menyepakati
suatu standar akuntansi yang mirip, namun mengharuskan adanya pelaksanaan yang tidak
mengikuti standar harus di ungkapkan.
Sedangkan bagi Indonesia terhadap IFRS, IAI mendukung harmonisasi standar
akuntansi melalui adopsi dan adaptasi IAS. Meskipun dengan adanya IFRS tidak semua
Negara dapat menerima yang disebabkan dengan perbedaan-perbedaan ditiap Negara. Namun
tetap perlu adanya yang menjembatani agar Standar Akuntansi Keuangan sejalan dengan
IFRS yaitu dengan melakukan harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS. Adanya
harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS maka diharapkan informasi akuntansi
memiliki kualitas utama yaitu komparabilitas dan relevansi.

3. Tujuan IFRS
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan
interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
1) Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan (comparable) sepanjang
periode yang disajikan
2) Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3) Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

4. Manfaat Penerapan IFRS


Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah di anggap sebagai suatu
hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk Indonesia sebagai
negara berkembang. Menurut Marsini Purba dalm bukunya yang berjudul “ International
Financial Reporting Standards”, manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar
akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman lebih baik atas laporan
keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini
memudahkan perusahaan menjual sahamnya secara lintas negara atau lintas pasar modal.
Selain itu memberikan efisiensi dalam penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan
banyak dana dan sumber dana setiap tahunnya dan juga dapat menambah kepercayaan
investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan nasional.
Membuat perubahan ke IFRS, artinya mengadopsi bahasa pelaporan global, yang
akan membuat perusahaan dimengerti oleh global market (pasar dunia). The Big-4
Accounting Firm mengatakan bahwa banyak dari perusahaan-perusahaan yang telah
mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan dalam rangka memenuhi maksud
mereka memasuki pasar modal dunia. Dengan Indonesia mengadopsi penuh IFRS, laporan
keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan
laporan keuangan berdasarkan IFRS. Adopsi penuh IFRS diharapkan memberi manfaat:
1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK yang
dikenal secara internasional.
2. Meningkatkan arus investasi global
3. Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global dan menciptakan efisiensi
penyusunan laporan keuangan.
Menurut ketua tim implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Dudi M
Kurniawan yang dimuat harian Kompas tanggal 6 Mei 2010 mengatakan bahwa dengan
mengadopsi IFRS Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus.
1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
2. Mengurangi biaya SAK.
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5. Meningkatkan transparansi keuangan.
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui
pasar modal.
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

5. Perbandingan Standar Akuntansi Keuangan: Indonesia, Amerika Serikat, dan


Internasional.
Untuk melihat terjadinya perbedaan praktek akuntansi di berbagai negara di
dunia ini, berikut ini disampaikan contoh Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
berlaku di Indonesia, Amerika Serikat (Financial Accounting Standard Board/FASB)
dan Stadar Akuntansi Internasional (International Accounting Standard/IAS) atau
International Financial Report Standard (IFRS).
1. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang tentu saja sangat jauh
berbeda bila dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat maupun negara
maju lainnya baik dalam praktek bisnis maupun standar dan praktek akuntansinya.
Praktek bisnis yang telah berkembang di negara maju dan telah dibuat standar
akuntansinya namun praktek bisnis tersebut belum berkembang di Indonesia tentu saja
belum memerlukan standar akuntansi. Sementara praktek bisnis yang berkembang di
Indonesia namun tidak berkembang di negara lainnya termasuk di negara-negara maju,
maka dibuat standar akuntansinya seperti standar akuntansi untuk perbankan syariah.
2. Standar Akuntansi Keuangan Amerika Serikat
Amerika merupakan salah satu Negara maju di dunia yang mempunyai pengaruh
politik, ekonomi, sosial budaya termasuk akuntansi terhadap sesama Negara maju
maupun Negara berkembang sangat kuat. Dapat diibaratkan apa yang terjadi di
Amerika sekarang secara perlahan atau cepat akan ditiru di Negara lain. Khusus
mengenai praktek bisnis di Amerika berkembang begitu pesat yang pada akhirnya
memerlukan standard praktek akuntansi yang berkembang pula sesuai dengan
perkembangan bisnis yang terjadi. Bila dibandingkan dengan Standar Akuntansi
Keungan Indonesia maupun Standar Akuntansi Internasional maka standar akuntansi
keuangan di Amerika jauh lebih banyak akibat praktek bisnis yang memang lebih
beragam.
3. Standar Akuntansi Internasional (IAS / IFRS)
International Accounting Standard/International Financial Reporting Standard
dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board atau Badan Standar
Akuntansi Internasional. Mengingat tujuan penyusunan standar akuntansi tersebut untuk
dapat dipergunakan sebanyak mungking negara di dunia maka dalam penyusunan standar
akuntansi tertentu saja Badan Standar Akuntansi Internasionalmempertimbangkan kondisi
sebagian besar negara sehingga sesuai dengan kebutuhan mereka. Bila kita bandingkan
dengan standar akuntansi Amerika maka dari segi jumlah standar yang
dikeluarkan Badan Standar Akuntansi Internasional jauh lebih sedikit karena memang
mereka tidak mengacu pada perkembangan bisnis dan kebutuhan akuntansi di Amerika
saja melainkan pada sebagian besar negara sehingga standar akuntansi yang mereka
keluarkan dapat diadopsi baik sebagian maupun sepenuhnya. Ketiga standar akuntansi
tersebut baik yang berlaku di Indonesia, Amerika Serikat, dan standar Internasional, maka
secara kuantitas jelas tampak perbedaan yang nyata. Bila melihat dari segi jumlah
standar maka standar akuntansi di Indonesia bila dibandingkan dengan Amerika Serikat
hanya kurang lebih sepertiganya saja sementara bila dibandingkan dengan standar
akuntansi internasional standar akuntansi di Indonesia lebih banyak. Perbedaan jumlah
standar akuntansi di Amerika yang jauh lebih banyak dari Indonesia dapat dijelaskan
bahwa tingkat perkembangan ekonomi Amerika jauh lebih maju bila dibandingkan
dengan Indonesia sehingga di Amerika telah berkembang berbagai jenis instrumen yang
dapat dikategorikan ke dalam rekening harta, kewajiban, maupun ekuitas.
Sementara bila di Indonesia ada standar akuntansi yang sudah berlaku di Amerika
tetapi belum ada di Indonesia menunjukkan bahwa untuk Indonesia hal tersebut masih
dipandang belum mendesak atau penting mengingat frekuensi terjadinya masih rendah atau
bahkan belum timbul sama sekali. Sementara standar akuntansi internasional yang lebih
sedikit bila dibandingkan dengan Amerika bahkan Indonesia dapat dijelaskan bahwa
standar akuntansi internasional berusaha sebanyak mungkin dapat mengadopsi berbagai
keragaman standar akuntansi di berbagai negara di dunia. Standar akuntansi
internasional tersebut diharapkan banyak negara yang dapat mengadopsi atau
menggunakan standar yang ada untuk diberlakukan di negara masing-masing. Semakin
banyaknya negara yang menggunakan standar akuntansi internasional berarti telah
terjadi penyeragaman standar akuntansi meskipun belum sepenuhnya, mengingat seperti
di Amerika berarti masih ada standar akuntansi lainnya yang belum tercakup dalam
standar akuntansi internasional.

6. Perbandingan dan Perbedaan IFRS dan PSAK


 Perbandingan IFRS dan PSAK
IFRS PSAK
1. First time adoption of IFRS 1. Belum diadopsi
2. Share-based payment 2. PSAK 53 belum adopsi IFRS, referensi
3. Business Combinations menggunakan US SFAS 123
4. Insurance Contract 3. PSAK 22 belum mengadopsi IFRS 3,
5. Non-current Assets Held for sale and referensi menggunakan IAS 22 (1993)
Discontinued operations 4. PSAK 28 dan 36, belum adopsi IFRS 4,
6. Exploration for and Evaluation of referensi menggunakan US SFAS dan
Mineral Resources regulasi asuransi
7. Financial Instruments Disclosures 5. PSAK 58 belum adopsi IFRS 5, referensi
menggunakan IAS 35 (1998)
6. PSAK 29 dan 33, belum adopsi IFRS 6,
referensi US SFAS dan regulasi industri
7. PSAK 31 dan 55, belum adopsi IFRS 7,
referensi menggunakan IAS 30, US
SFAS dan regulasi
 Perbedaan IFRS dan PSAK
1. PSAK yang semula berdasarkan Historical Cost merubah paradigmanya menjadi Fair
Value Based.
Terdapat kewajiban dalam pencatatan pembukaan mengenai penilaian kembali
keakuratan berdasarkan nilai kini atas suatu aset, liabilitas, dan ekuitas. Fair value
based mendominasi perubahan-perubahan di PSAK untuk konvergensi ke IFRS selain
hal-hal lainnya. Sebagai contoh perlunya dilakukan penilaian kembali suatu aset,
apakah terdapat penurunan nilai atas suatu aset pada suatu tanggal pelaporan. Hal ini
untuk memberikan keakuratan atas suatu laporan keuangan.
2. PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana US GAAP) berubah
menjadi Prinsiple Based
Rule based adalah manakala segala sesuatu menjadi jelas diatur batasan-batasannya.
Sebagai contoh adalah manakala sesuatu materiality ditentukan misalkan diatas 75%
dianggap material dan ketentuan-ketentuan jelas lainnya.
IFRS menganut prinsip prinsiple based dimana yang diatur dalam PSAK update untuk
mengadopsi IFRS adalah prinsip-prinsip yang dapat disajikan bahan pertimbangan
Akuntan/Management perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan akuntansi
perusahaan.
3. Pemutakhiran (update) PSAK untuk memunculkan transparasi dimana laporan yang
dikeluarkan untuk eksternal harus cukup memiliki kedekatan fakta dengan laporan
internal. Pihak perusahaan harus mengeluarkan pengungkapan-pengungkapan
(disclosures) penting dan signifikan sehingga para pihak pembaca laporan yang
dikeluarkan ke eksternal benar-benar dapat menganalisa perusahaan dengan fakta
yang lebih baik.

7. Kendala adopsi IFRS di Indonesia


1. Kurang siapnya infrastruktur.
2. Kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS.
3. Kurang siapnya sumber daya manusia dan dunia pendidikan di Indonesia. Dilihat dari
minimnya pengajaran dan pembahasan topik-topik akuntansi keuangan terkait IFRS,
karena IFRS belum dijadikan mata kuliah pokok program pendidikan akuntansi di
Indonesia.
4. Proses penerjemahan IFRS menjadi PSAK. Terkadang membutuhkan waktu yang
relatif lama dan terkadang juga memberikan makna yang berbeda dengan sumber
aslinya.

8. Kesiapan Indonesia mengadopsi IFRS secara penuh


Sejak tahun 1994, Indonesia sebenarnya telah mengadopsi sebagian besar IAS. PSAK
dan ISAK yang diberlakukan sejak tahun 1994 adalah saduran dari IAS dan SIC yang
diterbitkan sebelum tahun 1994. DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) yang berada
dibawa h IAI telah mencanangkan adopsi penuh IAS dan IFRS yang telah rampung pada
tahun 2010 dan mulai menerapkannya di tahun 2012.
Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia
menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal.
Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan
SAK merencanakan tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati
konvergensi penuh kepada IFRS. Indonesia sebenarnya masih memiliki banyak regulasi yang
tidak mendukung sehingga adopsi penuh IFRS sulit dilakukan.
Berdasarkan proposal konvergensi yang telah dikeluarkan IAI, proses adopsi dibagi
menjadi tiga tahap yaitu:
a. Tahap adopsi, yaitu dengan mengadopsi seluruh IFRS terakhir kedalam PSAK pada
tahun 2008-2010.
b. Tahap persiapan, yaitu penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi
PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS pada tahun 2011.
c. Tahap implementasi, yaitu penerapan PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS bagi
perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik pada tahun 2012.
Jadi, beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka dilaporan
keuangan, tetapi mungkin akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen didalam
perusahaan.

9. Faktor yang mempengaruhi praktik akuntansi di berbagai Negara


1) Lingkungan sosial
Horrison dan McKinnon (1986) mengembangkan suatu kerangka pikir untuk
menjelaskan bagaimana sistem pelaporan akuntansi berubah. Berdasarkan kerangka tersebut,
perubahan pada akuntansi merupakan produk dari interaksi kejadian-kejadian dilapangan dan
interaksi antara praktik akuntansi dan lingkungan sosial.
2) Ekonomi
a. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan menampilkan sisi
lain dari system akuntansi, antara lain dengan mulai memperhitungkan depresiasi mesin.
Industri jasa juga memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud seperti
merk, goodwill, dan sumber daya manusia.
b. Tingkat inflasi
Timbulnya hyperinflation di beberapa Negara dikawasan Amerika Selatan membuat
adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan lain sebagai alternatif dari
pendekatan hystorical cost.
c. Sumber pendanaan
Kebutuhan akan informasi dan pertanggungjawaban kepada public lebih besar
ditemui pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan sumber pendanaan dari pemegang
saham eksternal dibandingkan dengan perusahaan dengan sumber pendanaan dari perbankan
atau dari dana keluarga.
d. Sistem perpajakan
Negara-negara seperti perancis dan Jerman menggunakan laporan keuangan
perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak penghasilan, sedangkan negara seperti
Amerika Serikat dan Inggris menggunakan laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan
aturan perpajakan sebagai dasar penentuan utang pajak dan disampaikan terpisah dengan
laporan keuangan untuk pemegang saham.
3) Politik
Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada system
akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan politik dinegara tersebut,
seperti halnya pilihan atas perencanaan terpusat (Central Planning) atau swastanisasi (Private
Interprises).
4) Budaya
Violet (1983) menyatakan bahwa bahasa merupakan variabel budaya yang paling
penting. Bahasa merupakan pondasi untuk mempromosikan budaya. Memandang akuntansi
adalah bahasa bisnis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa prinsip akuntansi akan bervariasi
tergantung dari variasi budaya yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan.

10. Implikasi Bagi Standar dan Praktek Akuntansi, serta Solusi terhadap Penerapan
IFRS di Indonesia.
Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis internasional
atau global tentu saja juga akan menghadapi permasalahan dalam standar maupun
praktek akuntansinya yang mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan akuntansi yang berlaku secara internasional. Beberapa negara maju
antara lain Perancis telah memberikan kebebasan kepada perusahaan untuk
menggunakan standar akuntansi Perancis maupun standar akuntansi internasional
yaitu Ineternational Financial Report Standard yang dikeluarkan oleh International
Accounting Standard Board. Pemberian kebebasan kepada perusahaan untuk
menggunakan IFRS tentu saja dapat menjadi kecenderungan bagi negara lainnya yang
pada akhirnya akan mendorong penggunaan IFRS secara meluas di berbagai negara
termasuk Indonesia.
Namun demikian merujuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi praktek
akuntansi, maka Indonesia tidak dengan serta merta mengadopsi IFRS secara penuh
atau mutlak mengingat perbedaan faktor pendukung sehingga harus dilakukan kajian
terlebih dahulu standar mana yang sudah dapat diadopsi dan diterapkan di Indonesia
dan standar mana yang belum dapat diadopsi untuk diterapkan di Indonesia, dengan
demikian penerapan IFRS dibatasi terlebih dahulu hanya pada perusahaan-perusahaan
yang mempunyai kemampuan penyesuaian tinggi terhadap perubahan penggunaan
standar yang berlaku di Indonesia ke IFRS. Perusahaan penanaman modal asing (PMA)
dan perusahaan yang telah go publik mungkin merupakan perusahaan-perusahaan yang
telah siap beralih dari penggunaan standar akuntansi Indonesia ke dalam standar
akuntansi internasional mengingat selama ini mereka telah berinteraksi dengan investor,
kreditor dan badan-badan internasional. Hal ini mengingat di Indonesia terdapat
heteroginitas perusahaan dari perusahaan skala mikro, kecil, menengah hingga yang besar.
Perbedaan karakteristik perusahaan ini tentu saja menuntut pemberlakukan
standar akuntansi yang berbeda sehingga masing-masing kelompok perusahaan dapat
memilih standar akuntansi sesuai dengan karakteristik perusahaan. Khusus mengenai
usaha mikro, kecil, dan menengah misalnya saat ini sedang pada tahap penyerapan
aspirasi dari berbagai pihak yang berkepentingan guna penerapan standar akuntansi
bagi usaha mikro, kecil dan menengah, maka pada satu sisi Indonesia dapat menerima
dan mengadopsi standar akuntansi yang berlaku secara internasional sehingga akan
meningkatkan daya banding laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di
Indonesia. Sementara di sisi yang lain Indonesia masih dapat memberikan ruang gerak
bagi penerapan standar yang bersifat nasional bagi perusahaan-perusahaan yang secara
teknis belum dapat menyesuaikan dengan standar akuntansi yang berlaku secara
internasional.

11. Konvergesi IFRS


Menurut Sri Mulyani, konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu didukung agar
Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal dari komunitas internasional yang sudah lama
menganut standar ini.
Selain IFRS, kutub standar akuntansi yang berlaku di dunia saat ini adalah United
States General Accepted Accounting Standard (IAS) dan International Accounting Standard
Board (IASB).
Setelah berkiblat ke Belanda, belakangan Indonesia menggunakan Persyaratan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Mula-mula
PSAK IAI berkiblat ke Amerika Serikat dan nanti mulai tahun 2012 beralih ke IFRS.
 Dampak Konvergensi IFRS terhadap Bisnis
IFRS menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap dunia bisnis. Berikut ini
adalah berbagai dampak yang ditimbulkan dari program konvergensi IFRS yang disampaikan
dalam seminar setengah hari IAI dengan topik “Dampak konvergensi IFRSterhadap Bisnis”
yang diselenggarakan pada tanggal 28 Mei 2009 kemarin :
1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan
lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai
wajar.
3. Disisi lain, kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-
harga fluktuatif.
4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet
approach dan fair value.
5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan
sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan
kepentingan untuk mengatur laba (earning management).
6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
 Dampak Konvergensi IFRS terhadap penyajian Laporan Keuangan
Konvergensi IFRS di indonesia akan berdampak terhadap berbagai hal salah satunya
adalah berdampak pada sistem akuntansi dan pelaporan.
1. Pengukuran.
Dampak IFRS terhadap sistem akuntansi dan pelaporan adalah:
 Peningkatan penggunaan nilai wajar (fair falue)
Standar IFRS banyak menggunakan nilai wajar, terutama untuk
property investasi,beberapa aset tak berwujud, aset keuangan dan aset
biologis. Diperlukan sumber daya yang kompeten untuk menentukan nilai
wajar atau bahkan perlu menyewa jasa konsultan penilai terutama untuk aset-
aset yang tidak memiliki nilai pasar aktif.

 Penggunaan estimasi dan “judgement”


Akibat karakteristik IFRS yang lebih berbasis prinsip akan banyak
dibutuhkan “judgement” untuk menentukan bagaimana suatu transaksi keuangan
dicatat

2. Pengungkapan
Persyaratan pengungkapan lebih banyak dan lebih rinci. IFRS mensyaratkan
pengungkapan berbagai informasi tentang resiko baik kualitatif maupun kuantitatif.
Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sejalan dengan data/ informasi yang dipakai
untuk pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajemen.
Laporan keuangan menurut IFRS terdiri dari (IAS1.8) :
 Pernyataan Posisi Keuangan
 Pernyataan Pendapatan Komprehensif atau dua laporan terpisah yang terdiri
dari suatu Laporan Laba Rugi dan terpisah Pernyataan Pendapatan
Komprehensif, yang menyatukan Laba atau Rugi pada laporan laba rugi
terhadap total pendapatan komprehensif
 Pernyataan Perubahan Ekuitas (SOCE)
 Pernyataan atau Arus Kas Laporan Arus Kas
 Catatan, termasuk ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, sedangkan tujuan
pelaporan keuangan bertujuan umum adalah menyediakan informasi keuangan tentang entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi yang telah menjadi maupun yang potensial investor, pemberi
pinjaman,dan kreditor lainnya dalam pembuatan keputusan tentang penyediaan sumber daya
entitas. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Suatu laporan keuangan bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun demikian, perlu disadari
bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam rangka penyajian laporan
keuangan Perusahaan, salah satu pihak pengguna laporan yang harus dipertimbangkan adalah
investor. Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1 ( Revisi 2009 ) , Laporan Keuangan
Dasar (basic financial statement ) terdiri dari: 1. Laporan Posisi Keuangan; 2. Laporan Laba-
Rugi Komprehensif; 3. Laporan Arus Kas; 4. Laporan Perubahan Ekuitas ; 5. Catatan atas
Laporan Keuangan.
Pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan Perusahaan dimaksudkan
untuk memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan
mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure), sehingga dapat
memberikan kualitas penyajian dan pengungkapan yang memadai bagi pengguna informasi
yang disajikan dalam pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Laporan keuangan
harus cukup informatif untuk mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang pemakai
yang berpengetahuan.

 Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan


Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari pelaporan keuangan
perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Adopsi standar internasional juga sangat
penting dalam rangka stabilitas perekonomian. Banyaknya standar yang harus dilaksanakan
dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi publik untuk sedari
dini mengantisipasi implementasi program konvergensi IFRS. Beberapa dampak yang terjadi
atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian Pelaporan Keuangan, akan dijelaskan
lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif:
1) Perubahan konsep dari rule based ke principle based
Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat atau
rigid, melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus di
ikuti untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat
diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna bahwa untuk
mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat diperbandingkan, dan objektif,
standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid.
2) Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan
Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang akan
kita gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah
disederhanakan kedalam beberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari IFRS inilah
yang menjadikan peran professional judgement lebih dibutuhkan baik dalam hal
mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan. Dan hal terpenting yang
harus kita lakukan adalah bahwa semua dokumen serta proses Profesional Judgement itu
harus didokumentasikan.
3) Penggunaan Fair Value Accounting
Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu
transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan
keuangan. Nilai adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.
Sehingga dengan adanya fair value accounting maka penyajian atas pelaporan keuangan
untuk nilai aset dan instrumen keuangan tercatat pada nilai sebenarnya atau wajar sesuai
dengan kondisi pasar. Sehingga kualitas yang dihasilkan atas laporan keuangan menjadi dapat
diandalkan.
4) Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penilaian dan pengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga
didalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan mewajibkan
untuk diungkapkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal penting bagi
pengguna laporan keuangan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara sukarela
mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak Negara yang telah
mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standard
nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna
laporan keuangan lainnya. Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional,
namun seiring waktu, Standard internasional telah bergerak maju, dan menekan Negara-
negara yang kontra.
Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. SAK Indonesia
direncanakan akan mengadopsi penuh IFRS tahun 2012. Hal ini diharapkan akan semakin
membawa perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat bersaing dengan perusahaan
internasional lainnya karena dengan melakukan adopsi ini tentunya penyajian laporan
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan juga akan semakin akuntabel dan transparan.
DAFTAR PUSTAKA

 Anjasmoro, Mega. 2010. Adopsi InternasionalFinancial Report Standard. “Kebutuhan


atau Paksaan?” Studi KasusPada PT. GarudaAirlines Indonesia. Skripsi. Universitas
Diponegoro.
 Purba, marsini. 2010. International Financial Reporting Standards. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
 http://www.scribd.com/doc/83892350/makalah-IFRS
 http://febiaziza070809.blogspot.com/2011/11/makalah-ifrs.html

Anda mungkin juga menyukai