Anda di halaman 1dari 22

PAPER

“Sudden Death: Kematian Mendadak karena


Penyakit Kardiovaskular”
Paper ini di buat untuk melengkapi persyaratan mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
RSUD Dr. Pirngadi Medan

DISUSUN OLEH :

Afrina Fazira (140611001)

Fajri Alratisda (140611039)

PEMBIMBING :

dr. Rita Mawarni, Sp.F

S.M.F ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RSUD Dr. PIRNGADI

MEDAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini
guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
dengan judul “Sudden Death: Kematian Mendadak karena penyakit
Kardiovaskular”.

Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih


kepada dr. Rita Mawarni, Sp.F atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti
kepaniteraan klinik senior di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih banyak kekurangan, hal ini di
karenakan keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Maka dengan segala
kerendahan hati, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca dan sekaligus guna menyempurnakan paper ini kedepannya.

Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu
pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan ilmu
kedokteran dalam praktik di masyarakat.

Medan, Oktober 2019

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kematian mendadak akibat penyakit sering kali mendatangkan kecurigaan

baik bagi penyidik, masyarakat, atau keluarga korban. Kecurigaan adanya unsur

kriminal atau tindak pidana pada kasus kematian mendadak, atau yang merupakan

kematian tidak wajar, memerlukan penyelidikan lebih lanjut dari segi kedokteran

forensik untuk mengetahui sebab mati korban melalui pemeriksaan dalam atau

otopsi.1

Pada tahun tahun terakhir ini penyebab kematian mendadak tersering adalah

penyakit kardiovaskuler. Penyebab penyakit jantung bermacam-macam mulai dari

penyakit jantung koroner, kardiomiopati, penyakit katup jantung hingga akibat

kelainan genetik. Di Amerika Serikat, terhitung 300.000-400.000 kematian jantung

mendadak setiap tahunnya, dan lebih dari 50% kejadian disebabkan oleh Chronic

Heart Disease (CHD).1 Di Indonesia, berdasarkan hasil survei yang dilakukan

Departemen Kesehatan RI didapatkan angka prevalensi penyakit jantung koroner

(PJK) menempati peringkat ke-3 penyebab kematian. Berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2013 di Riau didapatkan 8.214 penderita

penyakit gagal jantung pada umur diatas 15 tahum.2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Paris, didapatkan 72% dari

korban sudden cardiac death tidak memiliki riwayat penyakit Jantung. Ditemukan

83% kasus kematian mendadak itu terjadi di rumah dan 30% nya terjadi saat tidur.

Biasanya sudden cardiac death dilatarbelakangi oleh stenosis pada pembuluh darah

3
yang multipel.3 Pada kasus kematian mendadak sangat penting otopsi dan

pemeriksaan histopatologi untuk menjawab penyebab mati pada korban.4

Kematian dikatakan wajar apabila kematian tersebut didahului oleh

keluhan, gejala dan terdapat saksi seperti dokter, contoh pada pasien rawat jalan

atau pasien rawat inap, biasanya tidak akan menjadi masalah dalam kedokteran

forensik. Namun apabila kematian tersebut terjadi tanpa riwayat penyakit dan tanpa

saksi, maka dapat menimbulkan kecurigaan bagi penyidik, apakah terkait unsur

pidana didalamnya sebagai penyebab kematian korban.4,5

Forensik patologi tidak hanya berkaitan dengan kematian karena tindak

kriminal, kecurigaan, kecelakaan dan bunuh diri. Berdasarkan penelitian

sebelumnya, seseorang dengan penyakit jantung dapat meninggal secara mendadak

meskipun tanpa gejala atau riwayat penyakit jantung sebelumnya. Oleh karena itu

dibutuhkan pengetahuan mengenai penemuan yang muncul dalam pemeriksaan

kedokteran forensik pada kasus sudden cardiac death ini.4

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi sudden cardiac death

Definisi kematian mendadak menurut WHO, yaitu kematian dalam waktu 24

jam sejak gejala timbul, namun sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan

menit atau bahkan detik sejak gejala timbul.4 Kematian mendadak pada kasus

kematian wajar dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem kardiovaskular, sistem

respirasi, sistem pencernaan, sistem reproduksi, asma, dan epilepsi.6

Definisi sudden cardiac death (SCD) adalah kematian yang tidak terduga dan

disebabkan oleh kegagalan sistem kardiovaskuler dalam waktu yang singkat,

dimana pada umumnya sistem kardiovaskular kolaps lebih dari 1 jam dari onset

gejala.8,9 Henti jantung mendadak bukan merupakan serangan jantung (infark

miokard), tetapi dapat terjadi selama serangan jantung. Serangan jantung terjadi

ketika ada penyumbatan dalam satu atau lebih pembuluh darah ke jantung, sehingga

darah yang kaya oksigen akan terhambat masuk ke jantung dan mengakibatkan otot

jantung kekurangan oksigen. Sebaliknya henti jantung mendadak terjadi saat terjadi

malfungsi dalam sistem listrik jantung dan menjadi tidak teratur. Jantung berdetak

cepat dan ventrikel fibrilasi bisa terjadi sehingga tidak dapat mencapai seluruh

tubuh. Dalam beberapa detik aliran darah ke otak akan berkurang dan seseorang

akan kehilangan kesadaran, jika tidak ditangani akan menimbulkan kematian.7

5
1.2 Epidemiologi Sudden cardiac death

Menurut National Heart Center Singapore didapatkan 229 kematian mendadak

tidak diharapkan pada orang berusia 18-60 tahun selanjutnya studi ini juga

menemukan bahwa 0,6 orang Singapura dibawah 60 tahun menjadi korban SCD

setiap harinya dan bahwa 91% orang meninggal karena serangan jantung mendadak

adalah pria. 81% kematian SCD disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

Kejadian sudden cardiac death di Inggris ialah 3500 kematian per tahun pada umur

16-64 tahun.8

Fibrilasi ventrikel menjadi mekanisme utama penyebab sudden cardiac death.8

Pada sudden cardiac death, 95% terjadi karena memiliki abnormalitas pada jantung

dan 30% diantaranya memiliki abnormalitas yang tidak spesifik seperti fibrosis

interstitial.10 Di negara barat, penyebab tersering sudden cardiac death ialah

aterosklerosis arteri koroner sehingga disebut “The Captain of the man of death”.4

Di Amerika Serikat, terhitung 300.000-400.000 kematian mendadak kardiovaskular

setiap tahunnya, dan lebih dari 50% kejadian disebabkan oleh Chronic Heart

Disease (CHD).1

Dari hasil pemeriksaan Gonzales tahun 1954 terhadap 2030 kasus kematian

mendadak yang di autopsi ditemukan bahwa tertinggi disebabkan oleh kelainan

jantung (44,9%). Dibanyak negara dengan banyak proposi otopsi medico-legal dan

di Inggris terdapat 80% otopsi koroner, sisanya karena bunuh diri, kecelakaan dan

pembunuhan.10

Mayoritas SCD terjadi pada populasi orang dewasa, dengan <1% terjadi pada

individu berusia <35 tahun. Di antara orang dewasa, tingkat absolut SCD meningkat

tajam seiring bertambahnya usia; namun, proporsi kematian yang tiba-tiba

6
tampaknya lebih tinggi di Indonesia kelompok usia yang lebih muda. Ada juga

perbedaan yang diakui dalam insiden SCD berdasarkan jenis kelamin dan ras, yang

sebagian besar tidak dapat dijelaskan. Wanita memiliki insiden SCD dan SCA yang

lebih rendah daripada laki-laki, 37 bahkan ketika seseorang menghitung prevalensi

yang lain kondisi predisposisi seperti PJK, infark miokard (MI), dan gagal jantung

(HF).11

1.3 Faktor risiko sudden cardiac death12,13

1.3.1 Umur dan jenis kelamin

Kejadian SCD lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan,

75% SCD terjadi pada laki-laki dan biasanya 3-4 kali lebih tinggi

dibandingkan laki-laki. Puncak umur penderita SCD biasanya berada pada

antara awal kelahiran hingga 6 bulan yang dikarenakan sindroma kematian

mendadak pada bayi (sudden infant death syndrom) serta umur diantara 45

dan 75 tahun.12

1.3.2 Aktivitas

Faktor resiko di satu sisi, aktivitas fisik yang meningkat dapat memicu

terjadinya SCD dan infark miokard akut. Disisi lain, aktivitas fisik yang

rutin dapat membantu menurunkan perlengketan platelet.12

1.3.3 Faktor anatomis

Perubahan anatomis ditemukan pada pembentukan plak pada arteri koroner,

seperti trombus, ruptur plak, atau bahkan keduanya pada lebih dari 50%

kasus Sudden Coronary Death. Ruptur plak akan mengaktivasi sistem

pembekuan. Interaksi antara ateroma dengan bekuan akan mengisi lumen

arteri sehingga aliran darah mendadak tertutup.12

7
2.3.4 Faktor risiko lainnya

Usia, riwayat hipertensi, left ventricular hypertrophy (LVH),

hiperkolesterol, intoleransi glukosa, merokok, menurunnya kapasitas vital

merupakan faktor risiko penting lainnya. Menurut Framingham, angka

kejadian SCD meningkat 2,5 kali pada korban yang mengonsumsi rokok

lebih dari 20 rokok per hari. Dengan menghentikan kebiasaan merokok

dapat mengurangi faktor risiko SCD melalui mekanisme penurunan adhesi

platelet, menurunnya katekolamin, dan mekanisme lainnya.12

Hiperkolesterolemia merupakan faktor predisposisi terjadinya ruptur plak

dimana pada pasien perokok akan semakin menambah angka kejadian

terjadinya trombosis akut.12

Berdasarkan penelitian, SCD cenderung terjadi di rumah sebagaimana

disebutkan pada penelitian Maastricht, yaitu 80% sudden cardiac death

terjadi di rumah korban sendiri. Stress emosional menjadi pemicu penting

dalam hal ini. Riwayat keluarga dengan sudden cardiac death berhubungan

dengan peristiwa aritmia dan munculnya fibrilasi ventrikel.8

1.4 Penyakit jantung penyebab Sudden Cardiac Death

2.4.1 Penyakit jantung koroner (coronary aterosklerosis)

Mekanisme dasar penyebab penyakit ini ialah adanya penyempitan

dan penebalan arteri koroner baik satu atau lebih cabang besar dari arteri

koroner tersebut yang diakibatkan oleh lesi ateromatous atau lesi lainya.

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbanyak. 1 dari

8
4 laki-laki, dan 1 dari 5 perempuan meninggal setiap tahunnya akibat

penyakit jantung koroner.12

Penyakit jantung koroner terjadi akibat adanya ketidakseimbangan

antara kebutuhan dan penyediaan oksigen untuk jantung yang disebabkan

oleh aterosklerosis. Penyempitan dan penebalan pembuluh darah,

khususnya pada ramus desenden arteri koronaria sinistra yang merupakan

arteri penyuplai darah untuk sistem konduksi jantung atau pace maker,

dapat mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke tempat tersebut

sehingga terjadi hipoksia serta fibrilasi atrium dan berakhir pada kematian.4

Gambar 2.1. Gambaran makroskopis aterosklerosis pada lumen pembuluh


darah

Para ahli jantung menyebutkan bahwa setidaknya 80% dari lumen

menyempit sebelum terjadinya nekrosis miokardium.4

9
Tabel 2.1 Lokasi Penyempitan Arteri Koronaria12

Cabang arteri koronaria (%)


Arteri koronaria dekstra 24-46%
Ramus desendens arteri koronaria sinistra 45-64%
Arteri circumflexa koronaria sinistra 3-10%
Pangkal arteri koronaria sinistra 0-10%

2.4.2 Hypertensive heart disease

Sudden cardiac death dapat disebabkan oleh left ventrikel hypertrophy.

Batas atas berat normal jantung adalah sekitar 400 gram meskipun tetap

tergantung pada ukuran badan dan berat badan, pada hipertensi ini berat

jantung akan meningkat dikarenakan oleh penebalan oleh ventrikel kiri.4,15

Gambar 2.2 Left Ventricle Hypertrophy pada penyakit jantung hipertensi

Darah dapat beredar melewati arteri koroner saat diastol karena darah

tersebut tertekan saat sistol. Pada akhirnya pada saat keadaan diastol yang

terlalu lama, seluruh otot jantung dapat perfusi secara adekuat, tapi apabila

denyut jantung meningkat waktu diastol akan menurut dan perfusi otot

10
jantung tepatnya pada sel endokardial juga menurun. Sel-sel ini akan

menjadi tidak stabil dan irritable sehingga mengakibatkan aritmia dan

fibrilasi. Ateroma sering kali berhubungan dengan hipertensi karena jantung

yang membesar dapat mengganggu aliran darah normal pada pembuluh

darah koroner mayor dengan adanya aterom atau plak dan

komplikasinya.4,15

2.4.3 Stenosis Aorta

Stenosis aorta merupakan penyakit yang tersering pada laki-laki yang

berumur lebih dari 60 tahun yang biasanya terjadi pada katup trikuspid

aorta, tetapi juga dapat ditemukan pada orang muda jika punya kelainan

bawaan pada katup bikuspid. Pada stenosis aorta, aliran perfusi semakin

diperparah dengan adanya katup yang dipersempit karena menghasilkan

tekanan yang rendah pada ostium koroner dan begitu juga yang terjadi pada

arteri koroner maka terjadilah sudden cardiac death.4,15

2.4.4 Penyakit arteri pada jantung

Sebagai penyebab kematian mendadak, penyakit arteri yang paling

penting adalah aneurisma, sehingga mudah ruptur. Jika ruptur terjadi pada

aorta ascenden, atau terjadi diseksi aorta, maka darah dapat masuk ke dalam

paru-paru, kandung perikardium, rongga pleura, bahkan trakea, bronkus,

dan esophagus. Darah masif yang masuk dalam kandung perikardium akan

menekan atrium, ventrikel, dan vena kava sehingga curah jantung menurun

dan denyut jantung menjadi lambat dan pada akhirnya terjadi tamponade

jantung.12

11
Selain ruptur aneurisma, mati mendadak karena kelainan aorta juga

disebabkan oleh koarktasio aorta, meskipun biasanya berakibat terjadinya

ruptur dan deseksi. Hal yang sama pada kematian mendadak akibat

aneurisma, apabila koarktasio aorta terjadi pada aorta pars descenden, maka

darah masif akan memenuhi kandung perikardium yang juga akan

menyebabkan tamponade jantung.11

2.4.5 Infark miokard

Kebutuhan oksigen melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh

darah yang mengalami gangguan, dapat menyebabkan terjadinya iskemia

miokard. Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan

menyebabkan infark miokard, yaitu terjadi kerusakan sel yang irreversibel

serta nekrosis jaringan otot jantung akibat insufisiensi aliran darah. Infark

umumnya baru terjadi bila lumen tertutup lebih dari atau sama dengan

70%.16

Gambar 2.3 Gambaran makroskopis infark miokard

Efek dari adanya infark yang luas adalah menurunnya fungsi jantung

dikarenakan jantung gagal memompa dan jaringan otot yang telah nekrosis

tidak dapat berkontrksi. Kematian mendadak dapat disebabkan oleh

12
rupturnya plak dan menghasilkan emboli sehingga terjadi mikroinfark di

distal miokardium.4

2.4.6 Penyakit katup jantung

Penyakit katup jantung sering ditemukan pada kasus kematian

mendadak. Penyebab tersering biasanya adalah kalsifikasi stenosis dari

katup aorta yang dapat berhubungan dengan kejadian aterosklerosis. Lesi

ini sering terjadi pada pria usia lebih dari 60 tahun. Kematian mendadak

terjadi oleh karena penyempitan katup yang berakibat menurunya aliran

perfusi koroner.12

2.4.7 Miokarditis

Miokarditis adalah radang pada miokardium akibat dari suatu proses

infeksi yang ditandai dengan adanya proses eksudasi dan sebukan sel

radang. Miokarditis juga dapat timbul aibat demam rematik akut, radiasi,

zat-zat kimia difteri dan obat-obatan. Diagnosis miokarditis pada kematian

mendadak hanya bisa di pastikan melaui pemeriksaan histologi dari jaringan

yang diautopsi.11,12

2.4.8 Tamponade jantung

Tamponade jantung merupakan keadaan gawat darurat yang dapat

menyebabkan kematian, seperti pada acute haemorragic cardiac

tamponade, karena terdapat pengumpulan cairan intraperikardium dan

menekan gerakan pompa jantung sehingga curah jantung menurun dan

denyut jantung melemah. Pendarahan intraperikardium juga dapat terjadi

akibat dari intervensi koroner, pemasangan pacu jantung, tuberkulosis, dan

penggunaan antikoagulan. Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan

13
tamponade jantung adalah 250 cc (bila berlangsung cepat) hingga 1000 cc

(bila berlangsung lambat) dikarenakan perikardium memiliki waktu untuk

merenggang dan menyesuaikan dengan bertambahnya volume cairan.17

2.5 Pemeriksaan kedokteran forensik pada sudden cardiac death

2.5.1 Kepentingan autopsi pada kasus sudden cardiac death

Pada kasus kematian mendadak, sangat perlu mendapatkan perhatian

terhadap keadaan korban sebelum kematian, mengingat kemungkinan dalam

kematian mendadak tersebut terdapat unsur kriminal, atau kematian tersebut

berhubungan dengan kelalaian perbuatan orang lain. Apakah korban baru

menjalankan aktivitas, atau sewaktu istirahat sehabis melakukan aktivitas.

Keadaan lingkungan tempat kejadian perkara juga harus dijadikan perhatian,

dengan tujun menemukan proses penyakit atau adanyan cedera, menerangkan

penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-

kelainan yag ditemukan dengan penyebab kematian.18,22

Pemeriksaan khusus jantung pada autopsi:

1. Evaluasi akurat dari arteri-arteri koroner

Dilakukan pemotongan melintang arteri kornaria mulai dari muara arteri

koronaria dipangkal aorta sampai ke bagian distal dengan jarak setiap ½ cm,

tidak dianjurkan pemotongan dengan menelusuri aliran darah. Jangan

melakukan sondase dengan sonde, sebab dapat menolak embolus atau

trombus ke arah distal.

2. Karakterisasi kardiomegali

a. Bentuk dan ukuran jantung dilatasi, dan/atau hipertrofi, berat jantung

bertambah

14
b. Ruang jantung yang dilatasi atau hipertrofi

c. Deskripsi daerah yang terlihat secara makroskopik akan adanya

lempeng fibrosis atau nekrosis miokard, atau adanya infark diskret

subendokard maupun transmural baru maupun yang lama

3. Pemeriksaan miokardium melalui pemeriksaan histologi

4. Pemeriksaan sistem konduksi jantung melalui pemeriksaan histologi serial

dan pemeriksaan jarngan sistem konduksi.

5. Dokumentasi objektif dari penemuan saat autopsi merupakan hal penting

untuk menentukan peran penyakit jantung pada trauma yang fatal.

6. Autopsi harus mencakup dokumentasi rinci dari lesi traumatik dan penilaian

toksikologi yang sesuai.

2.5.2 Temuan pada pemeriksaan luar

Pada pemeriksaan luar pada korban yang diduga mati akibat Sudden Cardiac

Death, biasanya terdapat tanda-tanda asfiksia. Tanda-tanda tersebut dapat dilihat

dari pemeriksaan luar seperti:19

a. Sianosis, keadaan ini diakibatkan oleh kurangnya oksigen dalam darah

sehingga darah menjadi lebih encer dan gelap. Sianosis dapat ditemukan

pada bibir, ujung-ujung jari, dan kuku. Warna kulit dan mukosa terlihat

gelap dan juga lebam mayat.

b. Bendungan sistemik, yaitu bendungan khas yang terjadi di kulit dan organ

lain selain paru. Tampak bintik-bintik perdarahan (petechie hemoragik

atau tardieu spot) sebagai akibat dari kongesti vena. Bintik perdarahan ini

tampak pada jaringan selaput bening kelopak mata, selaput bening mata,

15
dan jaringan longgar lainnya. Pada asfiksia berat, bintik perdarahan dapat

terlihat pada faring atau laring.

c. Lebam mayat, warna lebam mayat kebiruan gelap terbentuk lebih cepat

dan terdistribusi luas akibat kadar CO2 yang tinggi dan akibat

berkurangnya fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan

mudah mengalir.

d. Edema, kekurangan oksigen yang lama mengakibatkan kerusakan pada

pembuluh darah kapiler sehingga permeabilitas meningkat dan

menyebabkan timbulnya udem terutama udem paru.

2.5.3 Temuan pada pemeriksaan dalam

Pada kasus sudden cardiac death ditemukan beberapa tanda pada

pemeriksaan dalam seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Temuan Khusus pada pemeriksaan dalam4,15,20,21

Penyakit jantung penyebab Temuan khusus


sudden cardiac death
Ateroskelrosis koroner  Biasanya ditemukan pada ramus
desendens arteri koronaria
sinistra, pada lengkungan arteria
koronaria dextra, pada ramus
sirkumfleksa arteri koronaria
sinistra tampak lesi bercak
kuning putih pada intima hingga
bagian dalam.
 Adanya pin point pada lumen
untuk menegakkan diagnosis
iskemik.
Infark Miokardium  Infark dini tampak sebagai
daerah yang berwarna gelap atau
hemoragik.
 Infark lama tanpak kuning-padat
 Infark berulang akan tampak
dinding jantung menipis karena
digantikan dengan jaringan ikat.

16
 Usia infark 8-12 jam, secara
mikroskopik akan ditemukan
serat otot nekrotik,
bergelombang(wavy),
eosinofilik, granulasi
sitoplasma, membran sel
mengabur, pola serta lintang
menghiang, perubahan inti,
fragmentasi dan infiltrasi
leukosit. Pada usia infark 5
minggu hingga 3 bulan akan
tampak jaringan parut
 Usia infark 1-2 jam, akan
ditemukan pada pemeriksaan
histokimia enzim sitokrom
oksidasi, dan enxim
suksinodehidrogenase.
Miokarditis  Pada pemeriksaan histopatologi
dengan menggunakan 20
potongan otot jantung dari 20
lokasi yang berbeda akan tampak
peradangan interstitial parankim,
edema, perlemakan, nekrosis,
degenerasi otot, perlemakan,
nekrosis. Infiltrat lekosit berinti
jamak dan tunggal, plasmosit,
histiosit tampak jelas.
Insufisiensi koroner  Pada pembuluh darah ditemukan
ateroma. Terdapat oklusi komplit
dipembuluh darah koroner.
 Tampak plak dari jaringan parut
pada pembuluh darah
 Terdapat fibrosis pada
miokardium dan interventrikular
septum
 Terdapat jaringan sikatrik di
miokardium akibat infark
Penyakit jantung Hipertensi  Berat jantung akan meningkat
menjadi ≥600 gram
 Tampak ventrikel kiri menebal
 Pada membran alveolar
pulmunal terdapat transudat

17
Penyakit katup aorta/ stenosis  Pengembungan interkordal dari
aorta daun-daun katup mitral
 Daun katup tebal seperti karet
 Corda tendinae memanjang,
menipis, dan kadang ruptur

Kardiomiopati  Pembesaran otot jantung


 Pada pemeriksaan histologi
ditemukan ukuran yang irregular,
inti plemorfik

Hasil autopsi dapat ditemukan pada infark miokard :4

a. 8- 12 jam pertama atau kurang dari 24 jam, tidak dijumpai perubahan secara

maksroskopik, hanya edema pada daerah otot yang terkena, pemotongan

tampak otot yang bergranulat dan keras.

b. 24 jam s/d hari ke-2, tampak infark terlokalisasi berwarna kuning.

c. Beberapa hari atau minggu, infark menjadi lunak dan rapuh disebut juga

dengan “myomalacia cordis”

d. Lebih dari 3 minggu, pusat infark menjadi seperti gelatin, warna memudar

menjadi abu-abu.

18
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu disiplin ilmu yang

menerapkan ilmu kedokteran klinis dalam rangka penegakan hukum dan keadilan.

Peran ilmu kedokteran forensik salah satunya adalah untuk dapat mengidentifikasi

penyebab kematian pada sudden cardiac death.

Sudden cardiac death merupakan kematian yang disebebkan oleh

kehilangan fungsi jantung secara mendadak. Kasus ini banyak ditemukan baik

dari tingkat internasional hingga nasional yang disebabkan oleh penyakit jantung

koroner. Faktor resiko terjadinya sudden cardiac death seperti: umur, jenis

kelamin, faktor anatomis, riwayat keluarga, aktivitas, LVH, hiperkolesterol,

intoleransi glukosa dan merokok. Penyakit jantung yang dapat menyebabkan

sudden cardiac death ialah penyakit jantung koroner, hypertensi heart disease,

stenosis aorta, aneurisma, infark miokard, penyakit katup jantung, miokarditis,

tamponade jantung, ateroskeloris, dan kardiomiopati.

Kasus sudden cardiac death memerlukan pemeriksaan khusus untuk

mencari sebab mati yaitu melalui pemeriksaan bedah mayat atau autopsi. Pada

pemeriksaan luar pada korban yang diduga mati akibat Sudden Cardiac Death,

biasanya terdapat tanda-tanda asfiksia seperti sianosis, bendungan sistemik

(petechie hemoragik atau tardieu spot), lebam mayat yang berwarna kebiruan

gelap dan oedem. Pada autopsi akan didapatkan temuan khusus pada organ

19
jantung seperti pembesaran jantung, penyempitan pembuluh darah, ditemukan

jaringan sikatrik pada otot jantung, kelainan katup.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Zipes DP, MD: wellwns H.J.J, MD. Clinical cardiology: New Frontiers:
Sudden Cardiac Death.2015

2. Riset Kesehatan dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia, Pusat dat dan informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

3. Bagnall RD, Weintraub RG, Ingles J, Duflou J, Yeates L, Lam L, Davis


AM, Thompson T, Connell V, Wallace J, Naylor C. A prospective study of
sudden cardiac death among children and young adults. New England
Journal of Medicine. 2016 Jun 23;374(25):2441-52.

4. Knight B.The pathology of sudden death. In: KnighT’s forensic pathology.


3rd Edition. New York : Arnold. 2004;492-513.

5. Sampson B, Hammers JL. Forensic Aspects of Cardiovascular Pathology.


In Cardiovascular Pathology 2016 Jan 1 (pp. 773-798). Academic Press.

6. World Health Organization. Sudden cardiac death. 1985

7. Heart disease and sudden cardiac death. Diunduh di


http://www.webmd.com/heart-disease/guide/sudden-cardiac-death pada
tanggal 4 desember 2015 pukul 22.41

8. Kannel WB, Cupples LA, D’ Agostino RB. Sudden death risk in overt
coronary heart disease: the Framingham study. Am Heart J. 1987 Mar.
113(3):799-804

9. Chugh SS, Kelly KL, Titus JL. Sudden cardiac death with apparently
normal heart: Circulation. 2000. 102 (2):649-654)

10. Hakim FA. Aspek medikolegal kematian mendadak akibat penyakit. Bagian
Forensik Fakultas kedokteran Universitas Jambi

11. Abriel H, Rougier JS, Jalife J. Sudden Cardiac Death Compendium.


Circulation Research. 2015 Jun 5.

12. Zipes DP, wellens HJJ. Sudden cardiac death. Circulation: American heart
association

13. Jayaraman R, Reinier K, Nair S, Aro AL, Uy-Evanado A, Rusinaru C,


Stecker EC, Gunson K, Jui J, Chugh SS. Risk factors of sudden cardiac
death in the young: multiple-year community-wide assessment. Circulation.
2018 Apr 10;137(15):1561-70.

21
14. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. 1997

15. Shepherd, R. Simpson forensic medicine: 12th Edition. London: Arnold.

16. Brown CT. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-
enam, diterjemahkan oleh Hartanto, H. Jakarta: EGC. 2005

17. Rilantono I. Buku ajar kardiologi. Fakultas Kedokteran Unversitas


Indonesia. 2003

18. Mulyono D. Ilmu kedokteran kehakiman. Surakarta: UNS press. 1986.

19. Dahlan, S. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro: 2004.

20. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S,dkk. Ilmu kedokteran Forensik.


Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.1997

21. Medeiros Domingo A, Bolliger S, Gräni C, Rieubland C, Hersch D,


Asatryan B, Schyma C, Saguner AM, Wyler D, Bhuiyan Z, Fellman F.
Recommendations for genetic testing and counselling after sudden cardiac
death: practical aspects for Swiss practice. Swiss medical weekly. 2018;148.

22. Wilhelm M, Bolliger SA, Bartsch C, Fokstuen S, Gräni C, Martos V,


Medeiros Domingo A, Osculati A, Rieubland C, Sabatasso S, Saguner AM.
Sudden cardiac death in forensic medicine-Swiss recommendations for a
multidisciplinary approach. Swiss medical weekly. 2015;145.

22

Anda mungkin juga menyukai