Anda di halaman 1dari 28

Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep.

Universitas Jember 2019

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN TERAPI TAWA PADA LANSIA


DENGAN HIPERTENSI DI WISMA TERATAI UPT PSTW JEMBER
KABUPATEN JEMBER TAHUN 2019

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Stase Keperawatan Gerontik

Oleh
Siti Aisyah, S.Kep NIM 182311101112
Dewi Rizki A, S.Kep NIM 182311101126
Sri Ariani, S.Kep NIM 182311101141

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No.37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014). Hipertensi merupakan tekanan aliran darah
pada arteri yang kurang lentur dan kurang elastis. Seseorang tidak menyadari
bahwa tekanan darah mereka meningkat dan tidak menjalani upaya
penanggulangan (Kowalski, 2010). Tekanan darah tinggi merupakan gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh (Sulistyarini Indahria, 2013).
Faktor yang dapat meningkatkan kasus hipertensi diantaranya adalah faktor yang
tidak dapat dikontrol seperti bertambahnya umur, stress psikologi, hereditas
(keturunan), dan juga dapat disebabkan karena penyakit lain seperti ginjal yang
tidak berfungsi dan pemakaian kontrasepsi oral sehingga menyebabkan
terganggunya keseimbangan hormone. Adapun faktor yang dapat terkontrol
adalah kegemukan, kurang olahraga, merokok serta mengkonsumsi alkohol dan
garam yang berlebihan (Hussain, 2016).
Menurut Kemenkes (2014), gambaran ditahun 2013 menunjukkan bahwa
secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika
saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110
jiwa yang menderita hipertensi. Menurut status sosial ekonomi, prevalensi
hipertensi relatif lebih banyak ditemukan pada kelompok umur ≥ 65 tahun
(70,2%), jenis kelamin perempuan (35,5%), cerai mati (65,5%), tidak pernah
sekolah (54,4%), dan pada tingkat pengeluaran tertinggi (36,7%). Sedangkan
menurut demografinya, prevalensi relatif tertinggi dipedesaan (35,5%) dan
menurut kawasan, prevalensi tertinggi di pulau Jawa dan Bali (35.9%) (Kanti
Wilujeng dan Rukmini, 2009).
Berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa PSP2N Fakultas Keperawatan
Universitas Jember terhadap lansia di Wisma Teratai UPT PSTW Jember
diketahui bahwa lansia sebagian besar mengalami hipertensi. Berdasarkan
pengkajian tersebut, mahasiswa Profesi Ners akan memberikan intervensi terapi
kelompok yakni terapi tawa.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada kegiatan
yang akan dilakukan ini adalah bagaimana cara melakukan terapi tawa kepada
beberapa lansia di wisma teratai UPT PSTW Jember?
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan tentang
hipertensi dan manfaat terapi tawa untuk menurunkan tekanan darah serta
deteksi tekanan darah lansia yang dapat meningkatkan motivasi untuk
melalukan tindakan preventif
2.1.2 Tujuan Khusus
1. Klien mampu meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi.
2. Klien mampu meingkatkan pengetahuan tentang upaya preventif
hipertensi.
3. Klien mampu meningkatkan pengetahuan tentang manfaat terapi tawa
untuk tekanan darah tinggi.
4. Klien mampu mendemonstrasi terapi tawa.

2.2 Manfaat
2.2.1 Bagi Klien
Manfaat yang bisa dirasakan oleh klien pada kegiatan ini dapat
memberikan kenyamanan dan rileks, sehingga klien dapat mengurangi rasa sakit
dan hipertensi yang dideritanya.

2.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan Masyarakat


Dapat mengetahui keefektifan dan manfaat kegiatan terapi tawa sebagai
salah satu cara mengatasi hipertensi yang diderita lansia
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Teknik terapi tawa sangat baik diterapkan sebagai upaya perawatan
penyakit hipertensi non farmakologi. Terapi tawa adalah salah satu cara untuk
mencapai kondisi rileks. Tertawa merupakan paduan dari peningkatan sistem saraf
simpatik dan juga penurunan kerja sistem saraf simpatik. Peningkatannya
berfungsi untuk memberikan tenaga bagi gerakan pada tubuh dan membuat
perubahan kondisi otot menjadi rileks sehingga terapi tawa dapat menurunkan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi terutama pada nilai Sistolik segera
setelah dilakukan terapi tawa (Oktariana dan Sulistiawan, 2018). Teknik terapi
tawa ini dapat direkomendasikan sebagai terapi komplementer dalam menurunkan
tekanan darah pada lansia dan dapat dilakukan setiap hari. Perubahan tekanan
darah ini tidak hanya dipengaruhi oleh terapi tawa yang diberikan, namun juga
dipengaruhi oleh kebiasaan hidup lansia yang baik (Tage, 2012).
Pemberian terapi tawa yang diberikan satu kali selama 20 menit dapat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah sistolik,
dimana terapi tawa ini sama dengan efek latihan fisik yang membantu
meningkatkan suasana hati, menurunkan hormon stress, meningkatkan aktivitas
kekebalan tubuh dan dapat menurunkan tekanan darah (Surbaikti dkk., 2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan nilai tekanan darah pada
masing-masing responden dengan rentang perubahan nilai tekanan darah sistolik
antara 10 – 30 mmHg dan perubahan tekanan darah diastolik antara 10 – 20
mmHg (Khristina, 2008).

3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah


Kerangka penyelesaian masalah pada Lansia di Wisma Teratai UPT
PSTW Jember adalah melalui kegiatan teknik terapi tawa yang dilakukan untuk
mengatasi lansia yang menderita hipertensi
Mengajarkan kegiatan terapi tawa

Mendemonstrasikan dan mengajarkan


terapi tawa

Lansia dapat melakukan kegiatan


terapi tawa

Memberikan reinforcement positif


lansia
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Kegiatan terapi tawa ini merupakan upaya yang dilakukan kepada lansia untuk
mengurangi tekanan darah tinggi atau hipertensi yang dirasakan lansia di Wisma
Teratai UPT PSTW Jember yang akan dilakukan pada tanggal 26 Maret 2019
pukul 06.40-07.00 WIB di Wisma Teratai UPT PSTW Jember.

4.2 Khalayak Sasaran


Sasaran kegiatan penyuluhan ini diberikan kepada lansia yang berada di
Wisma Teratai UPT PSTW Jember, diharapkan mampu melakukan kegiatan
terapi tawa untuk mengurangi hipertensi yang diderita klien.

4.3 Metode yang Digunakan


1. Landasan teori: Demonstrasi
2. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Menjelaskan manfaat terapi tawa pada lansia
c. Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya
d. Mendemonstrasikan manfaat kegiatan terapi tawa pada lansia
\ e. Mengevaluasi hasil latihan

=sasaran

=pemateri
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

BAB V. HASIL KEGIATAN

5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil-hasilnya


Setelah kegiatan ini dilaksanakan maka:
5.1.1 Evaluasi Struktur
1. Mahasiswa telah mengontrak waktu untuk dilakukan Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) tentang terapi tawa
2. Lansia menyetujui dan bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok
tentang terapi tawa
3. Tercipta lingkungan yang nyaman, kondusif dan semangat selama proses
TAK terapi tawa
4. Latihan terapi tawa yang dipraktikkan sangat mudah untuk dilaksanakan
5. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi dan diskusi yang baik dengan
klien
5.1.2 Evaluasi Proses
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang terapi tawa dan klien mampu
mempraktikkannya dengan baik
2. Saat dilakukan implementasi klien sangat kooperatif dibuktikan dengan
klien mengikuti arahan kegiatan yang dilakukan.
5.1.3 Evaluasi Hasil
1. Semua lansia merasa senang dan bahagia saat diberikan terapi tawa
2. Semua lansia dapat mempraktikkan terapi tawa
3. Semua lansia mampu mengingat kembali sedikit demi sedikit kegiatan
terapi tawa yang sudah dilakukan
4. Semua lansia sangat antusias dan bersemangat untuk mengikuti kegiatan
terapi tawa

5.2 Faktor Pendorong


Faktor yang mendorong keberhasilan kegiatan ini adalah:
1. Adanya bina hubungan saling percaya antara klien dengan mahasiswa
sehingga klien mau mengikuti dan melakukan terapi tawa yang dipandu
oleh mahasiswa
2. Adanya komunikasi yang baik antara mahasiswa dengan klien sehingga
klien mau melakukan terapi tawa yang diberikan
3. Klien bersedia mengikuti evaluasi pertanyaan diakhir kegiatan terapi
tawa

5.3 Faktor Penghambat


Faktor yang menghambat keberhasilan ini adalah:
1. Klien merasa sedikit lelah saat tertawa sehingga perlu istirahat sebentar
untuk memulainya kembali
2. Lansia yang mudah lupa sehigga hanya bisa mengingat sedikit kegiatan
terapi tawa setelah diberikan
3. Klien kurang jelas mendengar instruksi mahasiswa sehingga perlu
adanya suara yang keras dan lantang agar bisa didengar dan dimengerti
oleh lansia
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang dilakukan di Wisma
Teratai UPT PSTW Jember yaitu proses kegiatan berjalan dengan lancar.
Kegiatan terapi tawa dapat dilakukan dengan baik oleh semua lansia sesuai
dengan yang diinstruksikan. Kegiatan ini mendapatkan respon kooperatif dan
antusias dari klien yang bersemangat sebagai peserta TAK.

6.2 Saran
6.1.2 Bagi Klien
Semua lansia diharapkan mampu untuk melakukan kegiatan terapi tawa ini
lebih sering dan dilakukan secara rutin untuk mengatasi stress dan merilekskan
pikiran
6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Kegiatan terapi tawa ini diharapkan perlu dilakukan secara berkelanjutan
pada lansia-lansia di PSTW Jember untuk mengilangkan stress dan membangun
perasaan senang dan bahagia. Kegiatan ini dapat dimasukkan terhadap kegiatan
harian klien atau lansia agar menjadi suatu kegiatan yang rutin dilakukan.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

DAFTAR PUSTAKA

Hussain M, Mamun A, Reid C, RR H. 2016. Prevalence, Awareness, Treatment


and Control of Hypertension in Indonesian Adults Aged ≥40 Years:
Findings from the Indonesia Family Life Survey (IFLS). PLoS ONE. Aug:
p. 1-6.

Kanti Wilujeng, L. dan D. Rukmini. 2009. Prevalensi penyakit hipertensi


penduduk diindonesia dan faktor yang berisiko. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan. 12(2):154–162.

Kemenkes.RI. 2014. Hipertensi. Infodatin. (Stroke):1–7.

Khristina. 2008. Efektivitas pemberian terapi tertawa dalam menurunkan tekanan


darah pada pasien dengan hipertensi di puskesmas pembantu bulusan
tembalang. 5–6.

Kowalski, R. E. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu Menurunkan


Tekanan Darah Tinggi Dan Mengurangi Risiko Serangan Jantung Dan
Stroke Secara Alami. Bandung: Qanita.

Oktariana, N. Y. dan A. Sulistiawan. 2018. Pengaruh terapi tertawa terhadap


penurunan tekanan darah penderita hipertensi di puskesmas olak kemang
kota jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi. 1:75–81.

Surbaikti, T., G. A. Joan, dan D. Ricky. 2013. Terapi tertawa dan perubahan
tekanan darah pada mahasiswa di universitas advent indonesia. Jurnal
Skolastik Keperawatan. 2(2):187–190.

Tage, P. K. S. 2012. Pengaruh terapi tertawa terhadap perubahan tekanan darah


pada lansia dengan hipertensi sistolik terisolasi di panti sosial budi agung
kupang. 1–11.

Novarenta Affan. 2013. Guided Imagery untuk Mengurangi Rasa Nyeri saat
Menstruasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan.

Prabu & Subhash. 2015. Guided Imagery Therapy. Journal of Nursing and Health
Science.

Sulistyarini Indahria. 2013. Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan Darah


dan Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Jurnal Psikologi.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Berita acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Satuan Operasional Prosedur (SOP) jika ada
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Media Leaflet
Lampiran 7 : Dokumentasi

Jember, 26 Maret 2019

Pemateri

Kelompok Teratai
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN T.A 2018/2019

BERITA ACARA

Pada hari ini, Selasa tanggal 26 Maret tahun 2019 jam 06.40 – 07.00 WIB di
Wisma Teratai UPT PSTW Jember, Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur telah
dilaksanakan kegiatan terapi tawa. Kegiatan ini diikuti oleh 6 orang.

Jember, 26 Maret 2019

Pembimbing/Penguji
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Latifa Aini S, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom


NIP 19710926 200912 2 001
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

Lampiran 2: Daftar hadir

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN T.A 2018/2019

DAFTAR HADIR

Kegiatan terapi tawa pada hari Selasa tanggal 26 Maret tahun 2019 jam 06.40 s/d
07.00 WIB di Wisma Teratai UPT PSTW Jember Kabupaten Jember

NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN

1. Sriati 1.
2. Suprapto 2.
3. Mujayani 3.
4. Saikem 4.
5. Purwati 5.
6. Hartini 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.

Jember, 26 Maret 2019

Pembimbing/Penguji
PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Latifa Aini S, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom


NIP 19710926 200912 2 001
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

Lampiran 3: SOP

TERAPI TAWA

FKEP
UNIVERSITAS JEMBER
PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN : NO REVISI : HALAMAN :

TANGGAL DITETAPKAN OLEH :


TERBIT :

1. PENGERTIAN Terapi tawa adalah tertawa spontan tanpa ada rangsangan


tertawa, baik itu rangsangan emotif maupun kognitif
yang diakukan secara terstruktur dengan tujuan terapi.
Terapi tawa adalah terapi yang digunakan untuk
menurunkan stress dan masalah kesehatan fisik dan
FKepologis lainnya dengan cara tertawa secata
terprogram
2. TUJUAN a. Menghilangkan ketegangan
b. Menyembuhkan sakit kepala
c. Membantu menyembuhkan penyakit tekanan darah
tinggi dan kanker
d. Menghilangkan stress
e. Mengurangi asma dan bronchitis
f. Mencegah penyakit jantung
g. Memperlancar peredaran darah
h. Meningkatkan relaksasi tubuh dengan cara melatih
jantung, paru-paru, otot-otot perut, dada, bahu,
mengaktifkan system endokrin (merangsang
susunan saraf pusat) dan memeperlancar peredaran
darah tubuh
i. Menjadikan hidup lebih nyaman, senang, tenang,
dan sehat serta rileks
3. INDIKASI Lansia dengan permasalahan proses menua
4. KONTRAINDIKASI Klien dengan wasir, hernia, penyakit jantung, sesak
nafas, post operasi, hamil, prolaps uteri, TB paru, flu,
pilek, dan glaukoma.
5. PERSIAPAN PASIEN 1. Membuat kelompok kecil dengan anggota 5-10
orang
2. Mempunyai seorang tutor
3. Ciptakan lingkungan secara nyaman dan kondusif
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

Agar pelaksanaan terapi tawa dapat terstruktur dengan


baik maka sebaiknya terapi tawa dilakukan secara
berkelompok atau membentuk klub terapi tawa, sebab
dalam klub terapi tawa akan terjadi tawa secara alami
karena terprogram. Mudah tertawa alami karena
dibimbing oeh seorang tutor dan rekan satu klub dan ada
jadwal yang dapat dilakukan secara rutin serta lebih
bermanfaat secara bersama-sama.
6. PERSIAPAN ALAT Club Tawa. Untuk mendidikan suatu klub sebaiknya
dipenuhi syarat berikut ini :
1. Mempunyai anggota 5-10 orang;
2. Sebaiknya rentang usia anggota 17-70 tahun;
3. Harus dibimbing oleh tutor yang berpengalaman
pada terapi tawa dengan syarat tutor adalah yang
memiliki pribadi menarik, humoris, luwes, serta
tidak kaku;
4. Terapi tawa dilakukan pada pagi dan sore hari.
Siang hari tidak dilakukan karena dianggap kurang
baik;
5. Terapi tawa sebaiknya dilakukan secara periodik,
jika dilakukan 2 kali sehari maka lakukanlah pada
pagi hari dan sore harinya;
6. Agar terapi cepat terasa manfaatnya, bagi anggota
klub sebaiknya dilakukan 3-4 kali dalam seminggu.
Jika hal seperti ini dilakukan, maka hanya dengan
satu bulan semua anggota klub sudah merasakan
manfaatnya.
7. CARA KERJA Tahapan Terapi Tawa
Satu sesi terapi tawa adalah kombinasi antara latihan
pernafasan, peregangan dan berbagai teknik tawa
stimulus. Biasanya satu sesi membutuhkan waktu antara
20-30 menit, sedangkan satu putaran tawa memakan
waktu antara 30-40 menit. Tahapan tersebut adalah :
1. Pertama, pemanasan dengantepuk tangan
serempak semua anggota klub sambil
mengucapkan ho ho ho…..ha ha ha…… . Tepuk
tangan disini sangat bermanfaat bagi peserta
karena saraf-saraf di telapak tangan akan ikut
terangsang sehingga menciptakan rasa aman dan
meningkatkan energi dalam tubuh;
2. Kedua, Pernafasan dilakukan seperti pernafasan
biasa yang ddilakukan semua cabang-cabang
olahraga pada awal latihan yaitu melakukan
pernafasan dengan mengambil nafas melalui
hidung lalu nafas ditahan selama 15 detik dengan
pernafasan perut. Kemudian dikeluarkan
perlahan-lahan melalui mulut, hal ini dilakukan 5
kali berturut-turut;
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

3. Ketiga, Memutar engsel/sendi bahu ke depan dan


kearah belakang. Kemudian menganggukkan
kepala ke bawah sampai dagu hamper
menyentuh dada, lalu mendongakkan kepala ke
atas belakang. Lalu menoleh ke kiri dan ke
kanan.
Melakukan gerakan ini harus dilakukan secara
perlahan, tidak dianjurkan untuk melakukan
gerakan memutar leher karena bisa terjadi cidera
pada otot leher. Peregangan di lakukan dengan
memutar pinggang kea rah kanan kemudian di
tahan beberapa saat, kemudian memutar kearah
kiri dan ditahan beberapa saat, lalu kembali ke
posisi semula. Peregangan ini juga dapat
dilakukan dengan otot bagian tubuh lainnya.
Semua gerakn ini dilakukan masing-masing 5
kali;
4. Keempat, Setelah melakukan latihan leher, baha,
dan peregangan, kita masuk ke tawa semangat.
Dalam tawa ini tutor memberikan aba-aba untuk
memulai tawa, 1…2…3… semua anggota klub
tertawa serempak, diharapkan jangan ada yang
tertawa terlebih dalu atau belakangan, harus
kompak seperti nyanyian koor. Dalam tawa ini
tangan diangkat ke atas beberapa saat lalu
diturunkan dan diangkat kembali, sedangkan
kepala agak mendongak ke belakang. Melakukan
tawa ini harus bersemangat. Jika tawa
bersemangat mau berakhir, maka sang tutor
mengeluarkan kata-kata
ho…ho…ho…ha…ha…ha… beberapa kali
sambil bertepuk tangan;
5. Setiap selesai melakukan satu tahap dianjurkan
menarik nafas secara pelan dan dalam;
6. Kelima, Tawa sapaan, Tutor memberikan aba-
aba agar peserta tawa tertawa dengan suara
sedang sambil mendekat dan bertegur sapa satu
sama lainnya. Dalam melaksanakan sesi ini mata
peserta diharapkan saling memandang satu sama
lainnya. Peserta dianjurkan menyapa sambil
tertawa pelan, cara menyapa ini sesuai dengan
kebiasaan kita masing-masing atau budaya
masing-masing orang. Setelah itu kita menarik
nafas secara pelan dan dalam;
7. Ke enam, Tawa Penghargaan, dimana para
peserta membuat lingkaran kecil dengan
menghubungkan ujung jari telunjuk dengan ibu
jari. Kemudian tangan digerakkan ke depan dan
ke belakang sekaligus memandang anggota
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

lainnya dengan melayangkan tawa yang manis


sehingga kita kelihatan memberi penghargaan
kepada yang kita tuju. Kemudian bersama-sama
dengan tutor mengucapkan
ho…ho…ho…ha…ha…ha… sekaligus bertepuk
tangan. Setelah melakukan tawa ini kembali
menarik nafas secara pelan dan dalam agar
kembali tenang,
8. Ke tujuh, sesi ini adalah Tawa Satu Meter,
dimana tangan kira dijulurkan ke samping tegak
lurus dengan badan, sementara tangan kanan
melakukan gerakan seperti melepas anak panah,
lalu tangan ditarik ke belakang sepeprti menarik
anak panah dan dilakukan dalam tiga gerakan
pendek seraya mengucapkan : ae…ae…ae…lalu
tertawa leps seraya merentangkan kedua tangan
dan kepala agak mendongak serta tertawa dari
perut. Gerakan seperti ini dilakukan ke arah kiri
lalu ke arah kanan, hal serupa diulangi 2-4 kali
setelah selesai kembali menarik nafas secara
perlahan dan dalam
9. Ke delapan, Tawa Milk Shake, anggota klub
seolah-olah memegang dua gelas berisi susu,
yang satu ditangan kanan dan satu di tangan kiri.
Saat tutor memberikan instruksi lalu susu
dituang dari gelas yang satu ke gelas yang
satunya sambil mengucapkan Aaeee…..setelah
selesai melakukan gerakan itu, para anggota klub
tertawa sambil melakukan gerak seperti minum
susu. Hal ini serupa dilakukan sebanyak empat
kali, lalu bertepuk tangan seraya mengucapkan
ho…ho…ho…ha…ha…ha…kembali lakukan
tarik nafas dalam dan pelan,
10. Ke Sembilan : Tawa Hening tanpa suara, harus
dilakukan hati-hati sebab tawa ini tidak bisa
dilakukan dengan tenaga berlebihan, dapat
berbahaya jika beban di dalam perut
mendapatkan tekanan secara berlebihan. Dalam
melakukan gerakan ini perasaan lebih banyak
berperan daripada penggunaan energi berlebihan.
Pada tawa ini mulut dibuka selebar-lebarnya
seolah-olah tertawa lepas tanpa suara, sekaligus
saling memandang satu sama lainnya dan
membuat berbagai gerakan dengan telapak
tangan serta menggerak-gerakkan kepala dengan
mimic –mimik lucu. Dalam melakukan tawa
hening ini otot-otot perut bergerak cepat seperti
melakukan gerakan tawa lepas. Kemudian
kembali menarik nafas dalam dan pelan,
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

11. Ke Sepuluh, Tawa Bersenandung dengan Bibir


Tertutup, ini adalah gerakan tawa yang harus
hati-hati dilakukan sebab tertawa tanpa suara,
sekaligus mengatupkan mulut yang dipaksakan
akan berdampak buruk karena menambah
tekanan yang tidak baik dalam rongga perut.
Dalam pelaksanaan gerakan ini peserta
dianjurkan bersenandung hmmm….dengan
mulut tetap tertutup, sehingga akan terasa
bergema di dalam kepala. Dalam melakukan
senandung ini diharapkan semua peserta saling
berpandangan dan saling membuat gerakan-
gerakan yang lucu sehingga memacu peserta lain
semakin tertawa. Kemudian kembali menaeik
nafas dalam dan pelan,
12. Ke Sebelas : Tawa Ayunan, merupakan tawa
yang banyak digemari para klub tawa karena
tawa ini seakan-akan bermain-main dan kompak.
Peserta klub harus mendengar aba-aba dari tutor,
dan peserta dalam gerakan ini lebih baik
berbentuk lingkaran. Peserta disuruh mundur dua
meter sambil tertawa, untuk memperbesar
lingkaran dan kemudian maju kembali sekaligus
mengeluarkan ucapan aee…aee…aee… dan
seluruhnya mengangkat tangan dan serempak
tertawa lepas dan pada saat yang sama semua
bertemu ditengah-tengah dan melambaikan
tangan masing-masing. Tahap berikutnya mereka
kembali ke posisi semula, dan melanjutkan
gerakan maju ke tangah dan mengeluarkan
ucapan aee…ooo…ee..uu…dan sekaligus
tertawa lepas dan serupa dilakukan bisa sampai
empat kali, setelah selesai menarik nafas dalam
dan pelan,
13. Ke Duabelas, Tawa Singa, ini merupakan tawa
yang sangat bermanfaat buat otot-otot wajah,
lidah dan memperkuat kerongkongan serta
meperbaiki saluran dan kelenjar tiroid sekaligus
menjadikan peserta klun menghilangkan rasa
malu dan takut. Dalam gerakan ini mulut dibuka
lebar-lebar dan lidah dijulurkan keluar
semaksimal mungkin, mata dibuka lebar-lebar
seperti melotot, dan tangan diangkat ke depan
dimana jari-jari dibuat seperti akan mencakar,
seolah-olah seperti singa mau mencakar
mangsanya. Pada saat itulah peserta klub tertawa
dari perut, setelah selesai lakukan kembali
gerakan menarik nafas secara dalam dan pelan,
14. Ke Tigabelas, Tawa Ponsel, dimana peserta klub
dibagi dalam dua kelompok yang saling
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

berhadapan, dan masing-masing seolah-olah


memengang handphone. Dengan aba-aba tutor
mereka disuruh saling menyeberang sambil
memegang handphone, pada saat itulah peserta
klub tertawa sambil saling erpandangan dan
setelah itu kembali lagi ke posisi semula dan
tarik nafas dalam dan pelan,
15. Ke Empatbelas, Tawa Bantahan, dimana anggota
klub dibagi dalam dua bagian yang bersaing
dengan dibatasi jarak. Biasanya mereka dibagi
dengan kelompok perempuan dan laki-laki.
Dalam kelompok itu mereka saling
berpandangan sekaligus tertawa dan saling
menuding denga jari telunjuk kepada kelompok
yang berada dihadapannya. Gerakan ini sangat
menarik para peserta karena mereka akan bisa
tertawa lepas, kemudian tarik nafas dalam dan
pelan,
16. Ke Limabelas : Tawa Memaafkan, peserata klub
mememgang kuping telinga masing-masing
sekaligus menyilangkan lengan dan berlutut
diikuti dengan tawa. Tawa memaafkan ini
mengajarkan kepada kita ada perselisihan
terhadap orang lain maka diajarkan harus
memaafkan, dan setelah itu tarik nafas dalam dan
pelan,
17. Ke Enambelas : Tawa Bertahap, Disini tutor
menginstruksikan agar semua anggota
klubmendekatinya. Dalam sesi ini tutir mengajak
anggotanya untuk tersenyum kemudian bertahap
menjadi tertawa ringan, berlanjut menjadi
tertawa sedang dan terakhir menjadi tertawa
lepas penuh semangat. Dalam melakukan tawa
ini sesama anggota saling berpandangan dari
anggota yang lain ke anggota lainnya juga. Tawa
ini dilakukan selama satu menit. Setelah selesai
tarik nafas dalam dan pelan, setelah tertawa
selesai akan terasa sekali bahwa badan kota akan
segar.

Tahapan Praktis Terapi Tawa:


1. Pemanasan denga tepuk tangan serentak semua
anggota sambil mengucapkan
ho…ho…ho…h…ha…ha…
2. Melakukan teknik pernafasan dengan mengambil
nafas melalui hidung, ditahan selama 15 detik
dengan pernafasan perut kemudian keluarkan
perlahan-lahan melalui mulut. Hal ini dilakukan
lima kali berturut-turut
3. Memutar engsel bahu ke arah depan dan ke
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

belakang, menganggukkan kepala ke bawah


sampai dagu hamper menyentuh dada lalu
mendongakkan kepala keatas belakang lalu
menoleh ke kiri dan ke kanan. Gerakan ini
dilakukan secara perlahan. Lakukan peregangan
dengan memutar pinggang ke arah kanan ditahan
beberapa saat kemudian memutar kearah kiri dan
tahan beberapa saat, lalu kembalike posisi
semula. Semua gerakan ini dilakukan lima kali
4. Melakukan tawa semangat . Dlam tawa ini, tutor
memberikan aba-aba untuk memulai tawa
1,2,3,… semua anggota klub tertawa serentak.
Dalam tawai ini, tangan diangkat keatas
beberapa saat lalu diturunkan dan diangkat
kembali sedangkan kepala agak mendongak ke
belakang. Tahap ini diakhiri dengan sang tutor
dan anggota bertepuk tangan sambil menarik
nafas dalam dan pelan
5. Melakukan tawa sapaan. Pada tahap ini tutor
memberikan aba-aba agar anggota tertawa
dengan suara sedang sambil mendekat dan
bertegur sapa satu sama lain. Pada sesi ini mata
peserta diharapkan saling memandang, sesi ini
diakhiri dengan menarik nafas dalam dan pelan
6. Melakukan tawa penghargaan. Anggota
membuat ingkaran kecil, masing-masing
menghubungkan ujung jari telunjuk dengan ibu
jari. Kemudian tangan digerakkan ke depan dank
e belakang sambil memandang anggota lainnya
dengan melayangkan tawa yang manis sehingga
terlihat saling memberikan penghargaan. Tahap
ini diakhiri denga tutor bertepuk tangan dan
anggota menarik nafas dalam dan pelan
7. Melakukan tawa bersenandung dengan bibir
tertutup. Tawa ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena menambah tekanan yang tidak baik
dalam rongga perut, dalam pelaksanaan ini
anggota dianjurkan bersenandung
hmm…hmm…hmm.. dengan mulut tetap
tertutup sehingga terasa bergema didalam
kepala. Anggota diharapkan saling berpandangan
dan membuat geraka-gerakan lucu sehingga
memicu anggota lain tertawa. Tawa inidiakhiri
dengan menarik nafas dalam dan pelan
8. Melakukan tawa ponsel. Tawa ini dilakukan
dengan cara saling berhadapan dan masing-
masingseolah-olah memegang handphone. Pada
saat itulah anggota tertawa sambil slaing
berpandangan dan mendekat setelah itu kembali
ke posisi semula. Setelah itu diakhiri dengan
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

menarik nafas dalam dan pelan


9. Melakukan tawa bantahan. Anggota dibagi 2
bagian/kelompok yang saling bersaing dan
dibatasi jarak. Dalam kelompok ini saling
berpandangan sambil tertawa dan saling
menuding denga jari telunjuk kepada kelompok
di depannya, setelah selesai menarik nafas
perlahan dan dalam agar tenang dan senang
10. Melakukan tawa bertahap.Disini tutor
menginstruksikan agar semua anggota
mendekatinya. Tutor mengajak anggotanya
untuk tersenyum kemudian bertahap menjadi
tertawa ringan berlanjut tertawa sedang dan
terakhir tertawa lepas dan penuh semangat. Tawa
ini dilakukan saling berpandangan. Kegiatan ini
dilakukan selama satu menit. Setelah selesai
menarik nafas dalam dan pelan
11. Melakukan tawa dari hati ke hati. Tawa ini
merupakan sesi terakhir. Semua anggota saling
berpegangan tangan sambil berdekatan sekaligus
bersama-sama tertawa dengan saling bertatapan
dengan perasaan lega. Anggota bisa saling
bersalaman atau berpelukan sehingga menjalin
keakraban yang mendalam
12. Setelah selesai melakukan terapi tawa masing-
masing anggota mengakhirinya dengan cara
melakukan tawa secara spontan selama lima
menit dan menarik nafas dalam dan pelan
8. HASIL Evaluasi verbal : Dalam evaluasi verbal setelah
mengikuti terapi tawa maka seseorang akan menyatakan
bahwa dirinya merasa segar, bebas dari stress, badan
lebih rileks dan tenang
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

Lampiran 4: SAP

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN T.A 2018/2019

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Kegiatan Terapi Tawa


Sasaran : Lansia Wisma Teratai
Waktu : 06.40 – 07.00 WIB
Hari/Tanggal : Selasa, 26 Maret 2019
Tempat : Wisma Teratai UPT PSTW Jember
Standar Kompetensi
Setelah diberikan dan dilakukan kegiatan ini, sasaran dapat
mengerti, memahami, dan dapat mempraktikkan kegiatan terapi tawa.
1. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi selama 20
menit, klien dapat:
a. menjelaskan pengertian latihan terapi tawa
b. menjelaskan tujuan dan manfaat terapi tawa
c. mempraktikkan gerakan latihan terapi tawa
2. Pokok Bahasan: Latihan terapi tawa
3. Subpokok Bahasan
a. Pengertian kegiatan terapi tawa
b. Tujuan dan manfaat kegiatan terapi tawa
c. Gerakan kegiatan terapi tawa
4. Waktu: 1 x 20 menit
5. Bahan/Alat yang diperlukan: Kursi
6. Model Pembelajaran
a. Jenis model penyuluhan: ceramah dan praktik
b. Landasan teori: demonstrasi
c. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana pertemuan yang baik
2) Menjelaskan manfaat kegiatan terapi tawa
3) Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya
4) Mendemonstrasikan manfaat kegiatan terapi tawa
5) Mengevaluasi hasil latihan
7. Persiapan
Menyiapkan tempat dan lingkungan yang nyaman
8. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. Pembukaan  Memberikan salam  Menjawab salam
2 menit  Perkenalan  Mendengarkan
 Menjelaskan TIU dan TIK dan
 Kontrak waktu memperhatikan
2. Inti  Menanyakan (review) kepada  Menjawab
15 menit lansia tentang hipertensi pertanyaan
 Menjelaskan materi tentang: penyuluh
a. Pengertian hipertensi  Mendengarkan
b. Gejala hipertensi dan
c. Penyebab hipertensi memperhatikan
d. Pencegahan hipertensi  Bertanya pada
e. Dampak hipertensi penyuluh bila
f. Cara melakukan terapi tawa masih ada yang
 Diskusi dan tanya jawab belum jelas
3. Penutup  Evaluasi  Menjawab
3 menit  Mengucapkan salam penutup pertanyaan
 Memperhatikan
 Menjawab salam
9. Evaluasi
a. Apa pengertian hipertensi?
b. Apa saja gejala hipertensi?
c. Apa penyebab hipertensi?
d. Bagaimana pencegahan hipertensi?
e. Apa saja dampak hipertensi?
f. Bagaimana melakukan terapi tawa?
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

Lampiran 5: Materi

a. Pengertian hipertensi
Tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh (Sulistyarini Indahria, 2013). Tekanan
darah tinggi disebut dengan hipertensi, menurut Soenarta, dkk (2015)
hampir semua consesus/pedoman utama baik dari dalam walaupun luar
negeri menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila
memiliki tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada pemeriksaan yang berulang.
Hipertensi sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat,
berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole
95-104, hipertensi sedang tekanan diastole-nya 105-114, sedangkan
hipertensi berat tekanan diastolenya lebih dari 115.

b. Gejala hipertensi menurut Kemenkes (2014):


1. Sakit kepala/rasa berat ditengkuk,
2. Mumet (vertigo),
3. Jantung berdebar-debar,
4. Mudah lelah,
5. Penghilatan kabur,
6. Telinga berdenging (tinnitus)
7. Mimisan

c. Penyebab hipertensi
Faktor resiko hipertensi esensial meliputi umur (lebih lanjut), jenis
kelamin (pria), riwayat keluarga mengalami hipertensi, obesitas yang
dikaitkan dengan peningkatan volume intravaskuler, aterosklerosis
(penyempitan arteria-arteria dapat membuat tekanan darah meningkat),
merokok (nikotin dapat membuat pembuluh darah menyempit), kadar
garam tinggi (natrium membuat retensi air yang dapat menyebabkan
volume darah meningkat), konsumsi alkohol dapat meningkatkan plasma
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

keatokelamin dan stres emosi yang merangsang saraf simpatis (Baradero


Mary, dkk, 2005).
Bentuk sekunder dari hipertensi, penyakit parenkim dan penyakit
renovaskular adalah faktor penyebab paling umum. Kontrasepsi oral telah
dihubungkan dengan hipertensi ringan yang berhubungna dengan
peningkatan substrat renin dan peningkatan kadar angiotesin II dan
aldosteron (Tambayong Jan, 2000).

d. Pencegahan Hipertensi (Alodokter)


1. Mengonsumsi makanan sehat. Konsumsilah makanan yang rendah
lemak dan kaya serat, seperti roti dari biji-bijian utuh, beras merah,
serta buah dan sayuran. Kurangi konsumsi garam dalam makanan
Anda, setidaknya tidak lebih dari 6 gram garam per hari (sekitar
satu sendok teh).
2. Mengurangi konsumsi garam dan kafein. Kurangi konsumsi
minuman yang mengandung banyak kafein seperti kopi, teh, cola
serta minuman berenergi. Meminum lebih dari empat cangkir kopi
sehari bisa meningkatkan risiko hipertensi.
3. Berhenti merokok. Rokok tidak menyebabkan hipertensi secara
langsung, tapi akan mempertinggi risiko serangan jantung dan
stroke karena dapat memicu penyempitan arteri. Kombinasi
merokok dan hipertensi akan meningkatkan risiko penyakit jantung
atau paru-paru secara drastis.
4. Berolahraga secara teratur. Untuk menurunkan tekanan darah dan
menjaga jantung serta pembuluh darah dalam kondisi baik,
olahraga dan rutin beraktivitas perlu dilakukan. Bagi orang dewasa,
beraktivitas dengan intensitas menengah (bersepeda atau jalan
cepat) setidaknya harus dilakukan selama 2 hingga 3 jam setiap
minggu.
5. Menurunkan berat badan, jika diperlukan. Meski hanya beberapa
kilo, menurunkan berat badan akan membuat perbedaan besar pada
tekanan darah dan kesehatan secara keseluruhan.
6. Mengurangi konsumsi minuman keras.
7. Terapi relaksasi, seperti yoga atau meditasi. Terapi-terapi tersebut
dapat membantu Anda untuk mengendalikan stres.

e. Dampak hipertensi (Alodokter)


1. Serangan jantung atau stroke. Hipertensi berpotensi menyebabkan
penebalan dan pengerasan dinding arteri sehingga dapat memicu
serangan jantung serta stroke.
2. Aneurisme atau pelebaran abnormal pada arteri. Peningkatan
tekanan darah dapat memicu pelebaran dinding pembuluh darah
(seperti menggembung). Dinding yang menggelembung akan
menjadi lemah saat menahan tekanan aliran darah. Komplikasi ini
berpotensi mengancam jiwa, terutama jika pembuluh darah pecah.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

3. Pembuluh darah kecil pada ginjal yang rusak akibat hipertensi.


Kondisi ini bisa menghalangi ginjal untuk berfungsi dengan baik.
Beberapa gejalanya adalah pembengkakan kedua tungkai bawah,
keinginan untuk buang air kecil di malam hari meningkat tapi
volume urine sedikit, dan hipertensi yang semakin parah.
4. Sindrom metabolik, yaitu munculnya sejumlah masalah kesehatan
yang dialami secara bersamaan. Lingkar pinggang meningkat,
tingginya kadar trigliserida, rendahnya kadar kolesterol baik
(HDL), kadar gula darah puasa yang tinggi, disertai hipertensi akan
meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik. Sindrom ini
juga dikenal sindom resistensi insulin, dimana tubuh gagal
menggunakan insulin dalam darah dengan efektif. Pada akhirnya,
risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan diabtes juga akan
meningkat.

f. Cara melakukan terapi tawa


Satu sesi terapi tawa adalah kombinasi antara latihan pernafasan,
peregangan dan berbagai teknik tawa stimulus. Biasanya satu sesi
membutuhkan waktu antara 20-30 menit, sedangkan satu putaran tawa
memakan waktu antara 30-40 menit. Tahapan tersebut adalah :
1. Pertama, pemanasan dengantepuk tangan serempak semua anggota klub
sambil mengucapkan ho ho ho…..ha ha ha…… . Tepuk tangan disini
sangat bermanfaat bagi peserta karena saraf-saraf di telapak tangan akan
ikut terangsang sehingga menciptakan rasa aman dan meningkatkan energi
dalam tubuh;
2. Kedua, Pernafasan dilakukan seperti pernafasan biasa yang ddilakukan
semua cabang-cabang olahraga pada awal latihan yaitu melakukan
pernafasan dengan mengambil nafas melalui hidung lalu nafas ditahan
selama 15 detik dengan pernafasan perut. Kemudian dikeluarkan perlahan-
lahan melalui mulut, hal ini dilakukan 5 kali berturut-turut;
3. Ketiga, Memutar engsel/sendi bahu ke depan dan kearah belakang.
Kemudian menganggukkan kepala ke bawah sampai dagu hamper
menyentuh dada, lalu mendongakkan kepala ke atas belakang. Lalu
menoleh ke kiri dan ke kanan.
Melakukan gerakan ini harus dilakukan secara perlahan, tidak dianjurkan
untuk melakukan gerakan memutar leher karena bisa terjadi cidera pada
otot leher. Peregangan di lakukan dengan memutar pinggang kea rah
kanan kemudian di tahan beberapa saat, kemudian memutar kearah kiri
dan ditahan beberapa saat, lalu kembali ke posisi semula. Peregangan ini
juga dapat dilakukan dengan otot bagian tubuh lainnya. Semua gerakn ini
dilakukan masing-masing 5 kali;
4. Keempat, Setelah melakukan latihan leher, baha, dan peregangan, kita
masuk ke tawa semangat. Dalam tawa ini tutor memberikan aba-aba untuk
memulai tawa, 1…2…3… semua anggota klub tertawa serempak,
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

diharapkan jangan ada yang tertawa terlebih dalu atau belakangan, harus
kompak seperti nyanyian koor. Dalam tawa ini tangan diangkat ke atas
beberapa saat lalu diturunkan dan diangkat kembali, sedangkan kepala
agak mendongak ke belakang. Melakukan tawa ini harus bersemangat.
Jika tawa bersemangat mau berakhir, maka sang tutor mengeluarkan kata-
kata ho…ho…ho…ha…ha…ha… beberapa kali sambil bertepuk tangan;
Setiap selesai melakukan satu tahap dianjurkan menarik nafas secara pelan
dan dalam.
5. Setelah itu lakukan beberapa macam terapi tawa dengan rileks dan tanpa
beban.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

Lampiran 6. Media Leaflet


Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – F.Kep. Universitas Jember 2019

Lampiran 7: Dokumentasi

Gambar 1. Kegiatan Latihan Terapi Tawa pada lansia di Wisma Teratai


UPT PSTW Jember Kabupaten Jember pada tanggal 26 Maret 2019 oleh
Kelompok 5 Mahasiswa PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Gambar 1. Kegiatan Latihan Relaksasi Otot Progresif pada lansia di


Wisma Teratai UPT PSTW Jember Kabupaten Jember pada tanggal 26 Maret
2019 oleh Kelompok 5 Mahasiswa PSP2N Stase Keperawatan Gerontik
Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai