Disusun Oleh:
Preseptor Fakultas :
Preseptor Lapangan :
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
Jurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Disusun Oleh:
2
BAB I
Ny. T berbentuk Nuclear Family, dengan Tn. S sebagai kepala keluarga dan
bekerja sebagai Pegawai asuransi. Ny. T dan Tn. S memiliki satu orang anak An.
A (3) yang tinggal bersama di satu rumah. Ny. T sedang hamil ke 3 pernah
kehamilannya saat ini, dan berobat di Puskesmas Pekuncen diantar oleh suaminya.
Dalam hal Ny. T mendapatkan perhatian dari seluruh anggota keluarga karena
3
BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang wanita
ini datang dengan keluhan mudah lelah dalam kehamilannya sejak 1 minggu
yang lalu.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. T
Usia : 28 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan : SMP
4
C. ANAMNESIS (diambil melalui autoanamnesis)
Pekuncen karena mengeluh mudah lelah sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
mengaku keluhan baru pertama kali dirasakan. Keluhan terasa memberat saat
beraktivitas dan membaik jika pasien beristirahat. Selain itu, pasien juga
mengeluhkan lemas dan sering pusing. Keluhan mual muntah disangkal oleh
pasien. Pasien mengaku BAK dan BAB normal, tidak ada sesak nafas, nyeri
dan aktivitas harian lain menjadi terganggu. Pasien memiliki harapan agar
5
- Riwayat Operasi : disangkal
4. Riwayat Obsetri
pada kemilan pertama, tetapi pasien tidak mengetahui secara pasti sebab
langsung menangis, berat lahir 3100gram,saat ini anak tersebut sudah berusia
ini pasien sudah kontrol dua kali di bidan, tiga kali dipuskesmas, dan satu
5. Riwayat Menstruasi
lancar dengan siklus 30 hari sekali. Lama menstruasi rata rata 7 hari.
6. Riwayat Menikah
mens nya menjadi tidak teratur, setelah itu pasien tidak menggunakan alat
kontrasepsi lain.
6
- Riwayat jantung : disangkal
7
- Diet : Pola makan pasien tidak teratur, rata-rata pasien makan 2-
Pasien tidak bekerja, dan hanya mengandalkan dari gaji suami sebagai
sekitar.
8
f. Hidung : tidak ada keluhan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. KU/ Kes
2. Tanda Vital
d. Suhu : 36,7 oC
3. Status gizi
a. BB : 54 kg
b. TB : 154 cm
c. IMT : 22,74
9
e. LILA : 24.6 cm
b. Pulmo :
Per : sonor/sonor
10
I : pergerakan dada kanan = kiri
Per : sonor/sonor
13. Abdomen
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
TFU : 29 cm
bengkak - -
- -
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
11
5 5 N N + + - -
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Insight : baik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. RESUME
Puskesmas Pekuncen karena mengeluh mudah lelah yang dirasakan sejak 7 hari
yang lalu. Pasien mengaku keluhan baru pertama kali dirasakan. Terasa
lainnya yaitu lemas dan nyeri kepala. Keluhan seperti mual munta disangkal
oleh pasien. Pasien mengaku BAK dan BAB normal, tidak ada sesak nafas,
Pasien memiliki tidak begitu suka buah buahan dan sayur sayuran hiaju.
Setiap hari pasien hanya mengkonsumsi nasi, dan lauk pauk seperti tahu tempe.
12
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis,
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
KU : mudah lelah
2. Aspek Klinis
anemia
Gejala klinis yang muncul : mudah lelah, pusing, lemas, letih, lesu
Diagnosis Penyerta :-
i. Kehamilan
ii. Wanita
13
i. Pasien kurang senang mengkonsumsi daging, hati dn sayuran hijau
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 2, karena pasien mulai terganggu
H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Aspek kuratif
a) Initial Plan
b) Medikamentosa
PO Sulfaferosus 325 mg 1 x 1
c) Non Medikamentosa
14
Edukasi bahwa sangat penting bagi ibu hamil mengecek Hb serial
sebelum melahirkan
bagi ibu hamil, serta efek samping yang mungkin muncul dari tablet
b. Aspek Preventif
b) Pola diet sehat dengan perbanyak sayur dan buah buahan serta minum
susu
c. Aspek Promotif
bidan terdekat
d. Aspek Rehabilitatif
2. Family Care
15
c. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk mengawasi pasien
pasien
3. Community Care
pasien mengenai definisi anemia pada ibu hamil, etiologi, faktor resiko,
disekitar pasien
I. FLOW SHEET
nyeri S : 36,7o C
kepala
16
BAB III
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
dengan suami dan anaknya. Komunikasi dengan suami dan anak relatif
baik.
2. Fungsi Psikologis
3. Fungsi Sosial
Pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien aktif aktif dalam mengikuti
Penghasilan keluarga Ny.T berasal dari sang suami yang bekerja sebagai
ADAPTATION
17
PARTNERSHIP
GROWTH
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri dan
anaknya berjalan baik. Pasien merasa istri dan anaknya perhatian dengan
istri.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien relatif baik, baik dari
18
Tabel 3.1. Nilai APGAR dari Ny.T (Pasien)
saya
perhatian dll
19
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
saya
perhatian dll
=9
berkomunikasi yang disempatkan setelah suami pulang kerja. Jika ada masalah,
Secara keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah
18, sehingga rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 9. Hal ini
20
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
kesopanan.
Religion Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran juga baik, hal ini -
hamil
21
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan -
menggunakan BPJS
Keterangan :
Kesimpulan :
Dalam keluarga Ny.T fungsi patologis yang positif adalah fungsi edukasi dan
ekonomi
D. Family Genogram
22
E. Pola Interaksi Keluarga
23
BAB IV
KESEHATAN
1. Faktor Perilaku
pendidikan, dan ekonomi. Pasien tidak begitu menyukai sayuran dan buah
buahan, serta tidak begitu suka mengkonsumsi hati ayam. Pasien kesehariannya
merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien tidak memiliki aktivitas olahraga
Pasien mengaku tidak rutin meminum tablet tambah darah setiap hari, pasien
anemia ibu hamil kurang. Keluarga dan pasien kurang menyadari bahwa
anemia dalam kehamilan merupakan suatu masalah yang serius. Mereka belum
mengerti apa saja komplikasi yang dapat muncul dari kehamilan dengan
24
penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada
berasal dari sumur. Dan sudah terdapat septictank untuk pembuangan feces.
kebutuhan primernya.
control ke bidan desa dan puskesmas. Selama hamil pasien sudah melakukan
25
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
jarak rumah pasien dan jalan raya sekitar 100 m. Luas rumah pasien 8x13
lantai rumah terbuat dari keramik, dinding sebagian dapur dan toilet
Kebersihan rumah cukup terjaga dengan baik. Atap rumah terbuat dari
Rumah terdiri dari ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga,
2 kamar tidur, dan 1 ruang dapur, dan 1 kamar mandi. Pasien memasak
dengan menggunakan kompor gas. Sumber air bersih berasal dari air
sumur. Jarak sumur dan septic tank sejauh 11 m. Terdapat septic tank untuk
pembuangan feses.
antar rumah sekitar 1-2 meter. Lingkungan tempat tinggal Ny. T berada di
26
2. Denah Rumah
27
BAB V
A. Masalah medis :
B. Masalah nonmedis :
Riwayat abortus
D. Matrikulasi Masalah
28
Tabel 5.1. Prioritas masalah menurut Hanlon
D Urutan
Masalah A B C NPD NPT
P E A R L prioritas
Mengkonsumsi tablet
tambah darah yang 1 5 5 1 1 1 1 1 25 25 1
kurang teratur
Pengetahuan pasien
tentang kehamilan 2 9 4 1 1 1 1 1 44 44 2
dengan anemia kurang
Riwayat abortus 3 3 1 0 0 0 0 0 6 0 3
Ekonomi keluarga
pasien menengah 1 5 1 1 0 1 0 1 6 0 3
kebawah.
4. Riwayat abortus
Kesimpulan :
29
Prioritas masalah yang diambil adalah pengetahuan pasien tentang
30
BAB VI
pentingnya jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya
selesainya masalah):
2) Tidak langgeng
3) Cukup langgeng
4) Langgeng
5) Sangat langgeng
31
c. V (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan
penyelesaian masalah):
b. Biaya murah
d. Biaya mahal
berikut :
Tabel 5.2 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
32
2 Adanya pengawas pasien dalam memilih 4 2 2 2 8 2
makanan dan pengawas meminum tablet
tambah darah
3 Pembagian leaflet menegani anemia ibu 4 2 2 3 5,3 2
hamil
meliputi anemia ibu hamil dan faktor risikonya, tata cara penatalaksanaan,
1. Tujuan
2. Materi
anemia:
tersebut.
d. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai diet yang baik untuk
33
e. Menganjutkan untuk kontrol rutin Hb secara mandiri ke puskesmas.
meningkat.
3. Cara Pembinaan
4. Sasaran
5. Rencana Evaluasi
oleh pasien dan anggota keluarga yang ada di rumah (Ny. T dan Tn. S).
d. Angka keberhasilan:
34
>80% : baik
60%-80% : cukup
<60% : kurang
Anggota
keluarga Hasil
No Tanggal Kegiatan yang dilakukan
yang kegiatan
terlibat
pencegahannya
1. Hasil Evaluasi
a. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada dua orang yang terdiri dari,
pasien Ny. T dan suami Tn.S. Metode yang digunakan berupa diskusi
mengenai anemia ibu hamil mulai dari pengertian, faktor resiko,
pencegahan, dan pengobatan, komplikasi.
35
b. Evaluasi Promotif
Sasaran pembinaan sebanyak dua orang yaitu, pasien dan keluarga
pasien, saat pelaksaan lengkap ada Ny. T dan Tn.S. Waktu pelaksanaan
kegiatan pada Sabtu, 21 September 2019 di rumah pasien. Pembinaan
berjalan dengan lancar dan pasien merasa puas karena merasa lebih
diperhatikan dengan adanya kunjungan ke rumahnya untuk memberikan
edukasi tentang anemia pada ibu hamil..
c. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling, pasien dan keluarga mengaku belum
memahami dengan baik penyakit yang diderita Ny.T sehingga dengan
adanya konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih
paham tentang penyakitnya. Sebelum konseling, dilakukan tanya jawab
dengan lima pertanyaan. Pasien dan suami mampu menjawab 2
pertanyaan dengan cukup benar yaitu mengenai gejala. Setelah konseling
dilakukan tanya jawab, narasumber memberikan 5 pertanyaan yang sama,
pasien dan suami dapat menjawab empat pertanyaan. Walaupun jawaban
yang diberikan belum maksimal namun sudah mampu menjelaskan poin
penting dari masing-masing materi, sehingga tingkat pengetahuan pasien
cukup meningkat menjadi 80% dari yang sebelumnya hanya 40%.
36
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang dari
normal, yang berbeda untuk kelompok umur dan jenis kelamin. Secara
klinis, definisi anemia berupa hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah
persentil 10 (Cunningham, et al., 2005).
Berdasarkan WHO batas normal hemoglobin untuk ibu hamil adalah
11gr%. Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, definisi
anemia dalam kehamilan adalah seperti yang berikut :
1. Hb kurang dari 11,0 gr/dL di trimester pertama dan ketiga
2. Hb kurang dari 10,5 gr/dL di trimester kedua.
B. Epidemiologi
Frekuensi anemia dalam kehamilan di seluruh dunia cukup tinggi
yaitu berkisar antara 10-20%. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan yang penyebabnya
merupakan defisiensi zat besi. Di Indonesia angka anemia menunjukkan nilai
yang cukup tinggi yaitu 63,5% Karena defisiensi gizi memegang peranan
yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa
frekuensi anemia dalam kehamilan lebih tinggi di negara berkembang
dibandingkan dengan negara maju.
Dari keseluruhan anemia dalam kehamilan sekitar 95% merupakan
anemia defisiensi besi. Insidens wanita hamil yang menderita anemia
defisiensi besi meningkat. Hal ini menunjukkan keperluan zat besi maternal
yang bertambah pada saat kehamilan. Kematian maternal meningkat oleh
karena terjadinya pendarahan post partum yang banyak pada wanita hamil
yang sebelumnya memang sudah menderita anemia.
C. Patofisiologi
Kehamilan berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat
pada peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan
37
konsentrasi protein pengikat zat gizi dalam sirkulasi darah, termasuk
penurunan zat gizi mikro. Peningkatan produksi sel darah merah ini terjadi
sesuai dengan proses perkembangan dan pertumbuhan masa janin yang
ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan
organ tubuh. Adanya kenaikan volume darah pada saat kehamilan akan
meningkatkan kebutuhan zat besi. Pada trimester pertama kehamilan, zat
besi yang dibutuhkan sedikit karena peningkatan produksi eritropoetin
sedikit, oleh karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua pertumbuhan janin sangat
cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban
sehingga lebih banyak kebutuhan oksigen yang diperlukan. Akibatnya,
kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan
produksi eritrosit dan karena itu rentan untuk terjadinya anemia terutama
anemia defisiensi besi (Cunningham, et al., 2005)..
Konsentrasi hemoglobin normal pada wanita hamil berbeda pada
wanita yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi
proses hemodilusi atau pengenceran darah, yaitu terjadi peningkatan volume
plasma dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit. Dalam hal ini, oleh karena peningkatan oksigen dan
perubahan sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta dan janin, serta
kebutuhan suplai darah untuk pembesaran uterus, terjadi peningkatan volume
darah yaitu peningkatan volume plasma dan sel darah merah. Namun,
peningkatan volume plasma ini terjadi dalam proporsi yang lebih besar yaitu
sekitar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi.
Hemodilusi berfungsi agar suplai darah untuk pembesaran uterus terpenuhi,
melindungi ibu dan janin dari efek negatif penurunan venous return saat
posisi terlentang, dan melindungi ibu dari efek negatif kehilangan darah saat
proses melahirkan (Cunningham, et al., 2005)..
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri yang fisiologis dalam
kehamilan dan bermanfaat pada wanita untuk meringankan beban jantung
yang harus bekerja lebih berat semasa hamil karena sebagai akibat
hipervolemi cardiac output meningkat. Kerja jantung akan lebih ringan
38
apabila viskositas darah rendah dan resistensi perifer berkurang sehingga
tekanan darah tidak meningkat. Secara fisiologis, hemodilusi ini membantu
si ibu mempertahankan sirkulasi normal dengan mengurangi beban jantung
(Hanretty, 2010).
Ekspansi volume plasma dimulai pada minggu ke-6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke-24 kehamilan, namun dapat terus
meningkat sampai minggu ke-37. Volume plasma meningkat sebesar 45-65
% dimulai pada trimester II kehamilan dan mencapai maksimum pada bulan
ke-9 yaitu meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm
serta kembali normal dalam tiga bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldosterone (Hanretty, 2006).
Volume plasma yang bertambah banyak ini menurunkan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin darah, dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Penurunan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu
ke-7 sampai ke-8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke-16 hingga
ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai. Oleh sebab itu, apabila ekspansi
volume plasma yang terus-menerus tidak diimbangi dengan peningkatan
produksi eritropoetin sehingga menurunkan kadar Hct, konsentrasi Hb, atau
hitung eritrosit di bawah batas “normal”, timbullah anemia (Pernoll, 2011).
D. Etiologi
Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu
(Cunningham, et al., 2005). :
1) Didapatkan (acquired)
Anemia defisiensi besi
Anemia karena kehilangan darah secara akut
Anemia karena inflamasi atau keganasan
Anemia megaloblastik
Anemia hemolitik
Anemia aplastik (9)
2) Herediter
39
Thalasemia
Hemoglobinopati lain
Hemoglobinopati sickle cell
Anemia hemolitik herediter
Anemia disebabkan oleh penurunan produksi darah yaitu hemopoetik,
peningkatan pemecahan sel darah (hemolitik), atau kehilangan darah yaitu
hemoragik. Dalam kehamilan, anemia yang sering ditemukan adalah anemia
hemopoetik yaitu karena kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi), asam
folat (anemia megaloblastik), dan protein (Cunningham, et al., 2005)..
E. Gejala Klinis
Gejala klinis dari anemia bervariasi bergantung pada tingkat anemia
yang diderita. Berdasarkan gejala klinisnya anemia dapat dibagi menjadi
anemia ringan, sedang dan berat. Tanda dan gejala klinisnya adalah (Pitkin,
2010) :
a) Anemia ringan : adanya pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu,
dan sesak.
b) Anemia sedang : adanya lemah dan lesu, palpitasi, sesak,
edema kaki, dan tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glossitis,
ginggivitis, emesis atau diare.
c) Anemia berat : adanya gejala klinis seperti anemia sedang
dan ditambah dengan tanda seperti demam, luka memar, stomatitis,
koilonikia, pika, gastritis, termogenesis yang terganggu, penyakit kuning,
rambut halus dan rapuh, hepatomegali dan splenomegali bisa membawa
seorang dokter untuk mempertimbangkan kasus anemia yang lebih berat.
F. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dibutuhkan
anamnesis yang akan diperoleh keluhan berupa pucat, lelah, anoreksia,
lemah, lesu, sesak, berdebar-debar, muntah-muntah, diare. Selain itu dari
pemeriksaan fisis dapat ditemukan edema kaki, tanda malnutrisi seperti
anoreksia, depresi mental, glossitis, ginggivitis, stomatitis, koilonikia, pika,
gastritis, termogenesis yang terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan
40
splenomegali sesuai dengan derajat anemia yang diderita (Cunningham, et
al., 2005).
Pemeriksaan penunjang dan pengawasannya dapat dilakukan dengan
alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai
berikut:
a) Anemia ringan : Hb 10 – 11 gr%
b) Anemia sedang : Hb 7 – 10 gr%
c) Anemia berat : Hb < 7 gr%. (1)
Pada pemeriksaan laboratorium berupa indeks sel darah merah
membantu menentukan ada tidaknya kelainan abnormal pada sel darah
merah seperti defisiensi zat besi (MCV yang rendah) atau makrositosis
(MCV yang tinggi). Pemeriksaan hemoglobin atau hematokrit harus diulang
saat trimester ketiga (lebih kurang 28 sampai 32 minggu) dan lebih sering
jika diindikasikan. Ras tertentu harus mempunyai tes skrining untuk kondisi
tertentu seperti pada pasien kulit hitam harus menjalani tes Sickledex atau
elektroforesis hemoglobin untuk melihat sickle cell trait disease dan
menentukan defisiensi glucose 6-phosphate dehydrogenase (Pernoll, 2011).
G. Klasifikasi
Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah banyak
dikemukakan. Penyebab anemia tersering adalah karena defisiensi zat-zat
nutrisi. Seringkali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi klinik
yang disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti
hemoglobinopati. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi
asupan yang tidak cukup, absorpsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi
yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi
hemopoietik. Sekitar 75 % anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi zat besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik
hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab tersering kedua adalah anemia
megaloblastik yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat atau vitamin
B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah
hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan.
Anemia yang akan dibahas kali ini adalah anemia yang sering ditemukan di
41
Indonesia yaitu anemia defisiensi besi dan anemia megaloblastik
(Cunningham, et al., 2005)..
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering ditemukan
adalah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat
disebabkan oleh (Hudono, 2006):
a. Kurangnya intake unsur zat besi dalam makanan.
b. Gangguan absorpsi zat besi : muntah dalam kehamilan
mengganggu absorpsi, peningkatan pH asam lambung,
kekurangan vitamin C, gastrektomi dan kolitis kronik, atau
dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh
dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium
(susu dan produk susu).
c. Kebutuhan besi yang meningkat
d. Banyaknya zat besi keluar dari tubuh : perdarahan.
Keperluan zat besi bertambah selama kehamilan, seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Peningkatan penggunaan zat besi yang
diabsorpsi di dalam tubuh meningkat dari 0.8mg/hari di awal
kehamilan hingga 7.5mg/hari pada trimester akhir. Zat besi rata-rata
yang dibutuhkan untuk wanita hamil adalah 800 mg, 300 mg adalah
untuk janin dan plasenta, dan 500 mg ditambahkan untuk hemoglobin
ibu. Hampir 200 mg zat besi hilang saat perdarahan persalinan dan
post partum. Jadi, penyimpanan minimal zat besi di dalam tubuh
wanita hamil adalah lebih dari 500 mg di awal kehamilan. Apabila
zat besi tidak ditambahkan dalam kehamilan maka akan mudah
terjadi anemia defisiensi zat besi terutama pada kehamilan kembar,
multipara, kehamilan yang sering dalam jangka waktu yang singkat
dan pada vegetarian (Hanretty, 2010).
Hampir semua kebutuhan zat besi terjadi pada paruh kedua
kehamilan yaitu ketika pembentukan organ janin terjadi. Rata-rata
kebutuhan zat besi harian adalah antara 6 hingga 7 mg dibandingkan
pada kondisi yang normal yaitu 1 mg / hari. Selama 6 sampai 8
minggu terakhir kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat hingga 10
42
mg / hari. Pada wanita yang memasuki kehamilan dengan cadangan
zat besi yang rendah, pemberian suplemen zat besi sering gagal untuk
mencegah kekurangan zat besi. Lebih jauh lagi, kondisi seperti
implantasi plasenta yang abnormal dapat menyebabkan kehilangan
darah kronis dan meningkatkan kebutuhan zat besi selama kehamilan.
Sehubungan dengan periode postpartum, peningkatan volume
plasma selama kehamilan yang secara proporsional lebih tinggi dari
peningkatan massa sel darah merah menghasilkan hemodilusi yang
fisiologis. Akibatnya, ibu terlindungi dari hilangnya sel darah merah
selama perdarahan yang berhubungan dengan persalinan. Walaupun
begitu, 5% dari persalinan disertai dengan kehilangan darah >1 L
disertai gejala anemia termasuk gejala jantung, sehingga harus
transfusi darah (Hanretty, 2010).
Terapi zat besi oral telah terbukti efektif dalam menanggulangi
anemia defisiensi besi pada banyak kasus. Kemanjurannya mungkin,
namun bergantung pada tingkat kepatuhan pasien dan penyerapan zat
besi yang cukup di duodenum. Perlu dicatat bahwa meskipun ada
bukti yang mendukung perbaikan parameter status hematologi dan
besi dengan suplementasi besi oral, data terjadinya peningkatan berat
lahir dan berkurangnya angka kelahiran prematur masih kurang
(Pernoll, 2011)
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai
minggu ke-28 kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat zat
besi dan nonanemik (Hb <11g/dl dan ferritin > 20 µg/l) menurunkan
prevalensi anemia dan bayi berat lahir rendah (Cunningham, et al.,
2005)..
Menurut Depkes RI (1999), tablet zat besi diberikan pada ibu
hamil sesuai dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu: (15)
Dosis Pencegahan
Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb.
Dosisnya yaitu 1 tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam
folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilan mulai
pemberian pada waktu pertama kali ibu memeriksa kehamilannya. (15)
43
Obat yang sering digunakan adalah tablet Fe sulfat, furamat, atau
glukonat secara oral dengan dosis 1x200mg.
Dosis Pengobatan
Diberikan pada sasaran (Hb < ambang batas) yaitu bila kadar Hb <
11gr% pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari
kehamilannya. (15)
Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat
menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung,
kadang terjadi diare dan sulit buang air besar, serta pusing. Selain itu,
setelah mengonsumsi tablet tersebut tinja dapat berwarna hitam,
namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping tablet
zat besi ini bergantung pada dosis zat besi dalam tablet tersebut,
bukan pada bentuk campurannya. Semakin tinggi dosis yang
diberikan maka kemungkinan efek samping akan semakin besar.
Tablet zat besi yang diminum saat perut dalam keadaan terisi akan
mengurangi efek samping yang ditimbulkan namun hal ini juga
menurunkan tingkat penyerapannya (Hudono, 2006).
2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi
asam folat (pterolyglutamic acid) dan jarang sekali oleh karena
defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin). Asam folat merupakan
vitamin larut air yang bersumber dari daging, hati, kacang-kacangan,
dan sayuran hijau. Penyimpanan asam folat pada tubuh yaitu di hepar.
Berbeda dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, frekuensi
anemia megaloblastik dalam kehamilan cukup tinggi di Asia. Hal ini
erat hubungannya dengan defisiensi gizi di negara yang berkembang.
Anemia megaloblastik sering ditemukan pada multipara yang berusia
lebih dari 30 tahun atau individu dengan diet tidak adekuat (intake asam
folat yang kurang). Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik adalah pasien yang mempunyai riwayat penyakit seperti
preeklampsia, eklampsia, sickle cell anemia, dan pasien yang masih
44
dalam pengobatan epilepsi (primidone atau fenitoin) (Cunningham, et
al., 2005)..
Asam folat diperlukan untuk sintesis DNA di dalam tubuh dan karena
itu diperlukan kebutuhan asam folat maksimum saat jaringan janin
dibentuk. Defisiensi asam folat terjadi disebabkan oleh :
a) Intake yang kurang : diet yang kurang asam folat, muntah dalam
kehamilan
b) Penggunaan asam folat meningkat : kebutuhan saat hamil bertambah,
kecepatan pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan uterus.
Turunnya kadar hemoglobin tidak terjadi sampai habisnya simpanan
folat yaitu sekitar 90 hari. Gejala klinis termasuk lesu, anoreksia, depresi
mental, glossitis, ginggivitis, emesis atau diare biasa terjadi.
Efek defisiensi folat pada janin akan dapat menyebabkan kelainan berat
yang mengenai jaringan non hemopoietik, yaitu neural tube defect (NTD)
dan yang dapat terjadi merupakan isolate NTD (tanpa disertai kelainan
kongenital lain) yang kekambuhannya dapat dicegah dengan pemberian
folat. NTD adalah suatu kelainan kongenital yang terjadi akibat kegagalan
penutupan lempeng saraf (neural plate) yang terjadi pada minggu ketiga
hingga keempat masa gestasi (Pitkin, 2010).
Diagnosis anemia megaloblastik ditegakkan apabila ditemukan
megaloblas atau promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas
anemia megaloblastik dari apusan darah tepi adalah makrositik dan
hiperkrom yang tidak selalu dijumpai kecuali apabila anemianya sudah
berat. Perubahan-perubahan dalam leukopoesis seperti hipersegmentasi
granulosit dan polimorfonuklear merupakan petunjuk bagi defisiensi asam
folat. Defisiensi asam folat sering berdampingan dengan defisiensi zat besi
dalam kehamilan. Standar baku emas untuk penegakan diagnosis anemia
megaloblastik adalah dengan pemeriksaan kadar serum folat absorption test
dan clearance test asam folat (Weiner, 2007).
Pengobatan untuk anemia megaloblastik dalam kehamilan sebaiknya
diberikan terapi oral asam folat bersama-sama dengan zat besi. Tablet asam
folat diberikan dalam dosis 1-5 mg/hari pada anemia ringan dan sedang dan
dapat mencapai 10 mg/hari pada anemia berat. Anemia megaloblastik
45
jarang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12. Apabila anemia
megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 maka dapat diberikan
secara parentral 1000µg/minggu selama 6 minggu atau sampai kadar
hemoglobin kembali normal. Oleh karena anemia megaloblastik dalam
kehamilan pada umumnya berat maka transfusi darah kadang-kadang
diperlukan pada kehamilan yang masih preterm atau apabila pengobatan
dengan berbagai obat penambah darah biasa tidak berhasil (Weiner, 2007).
H. Komplikasi
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,
baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya.
Berbagai penyulit dapat timbul akibat anemia seperti berikut (Cunningham,
et al., 2005):
1) Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
a) Abortus (keguguran)
b) Persalinan prematur
c) Gangguan pertumbuhan janin
d) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
e) Mudah terjadi infeksi
f) Hyperemesis gravidarum
g) Perdarahan sebelum persalinan
h) Ketuban pecah dini.
2) Pengaruh Anemia terhadap Persalinan
a) Gangguan his
b) Kala II dapat berlangsung lama dan partus lama
c) Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan kelemahan his.
3) Pengaruh Anemia pada saat Nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum
b) Memudahkan infeksi puerpuerium
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadinya dekompensasi kordis.
4) Pengaruh Anemia terhadap Janin
a) Kematian janin dalam kandungan
46
b) Berat bayi lahir rendah
c) Kelahiran dengan anemia
d) Cacat bawaan
e) Mudah terinfeksi hingga kematian perinatal
f) Inteligensi yang rendah.
I. Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan pada umumnya
baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa
pendarahan banyak atau adanya komplikasi lain. Anemia berat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas wanita hamil. Walaupun bayi yang
dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukkan
hemoglobin (Hb) yang rendah, namun cadangan zat besinya kurang sehingga
baru beberapa bulan kemudian akan tampak sebagai anemia infantum
(Hanretty, 2010).
Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup
baik tanpa adanya infeksi sistemik, preeklampsi atau eklampsi. Pengobatan
dengan asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa
nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan maka anemianya akan
sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan
lahirnya anak, kebutuhan asam folat jauh berkurang. Anemia megaloblastik
berat dalam kehamilan yang tidak diobati mempunyai prognosis buruk
(Weiner, 2007).
47
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. T adalah seorang pasien yang didiagnosis
G3P1A1 28 tahun hamil 36 minggu dengan anemia
1. Aspek Personal
Idea : Pasien ingin memeriksakan dirinya karena mudah lelah
2. Aspek Klinis
Diagnosa : G3P1A1 28 tahun hamil 36 minggu dengan anemia
Gejala klinis yang muncul : mudah lelah, pusing, lemas, letih, lesu
Diagnosis Penyerta :-
i. Kehamilan
ii. Wanita
48
iii. Pasien jarang berolahraga
b) Non Medikamentosa
sebelum melahirkan
49
Edukasi mengenai pentingnya teratur meminum tablet penambah darah
bagi ibu hamil, serta efek samping yang mungkin muncul dari tablet
4) Aspek Preventif
5) Aspek Promotif
6) Monitoring
b. Family Focused
c. Community Focused
50
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham F.G, Hauth J.C, Bloom S.L, Leveno K.J et al. Hematological disorders.
2005. In : William obstetrics. 22nd edition. New York : Mc-Graw Hill
Medical Publishing Division, 1143-8.
Hanretty K.P. Systemic diseases in pregnancy. In : Hanretty K.P, Ramsden I,
Callander R. 2010. Obstetrics illustrated. 6th edition. London : Churchill
Livingstone 137-41.
Hudono S.T. Penyakit darah. Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin A.B, Rachimhadhi
T. 2006. Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo,; 448, 450-7.
Pernoll M.L. Medical and surgical complications during pregnancy :Hematologic
disorders. 2011. In : Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics
&gynecology. 10th edition. New York : McGraw-Hill Medical Publishing
Division,; 435-8
Pitkin J, Peattie A.B, Magowan B.A. Anemia in pregnancy. 2010. In : Obstetrics
and gynaecology, an illustrated colour text. 1st edition. London : Churchill
Livingstone 32-3.
Szymanski L.M, Mumuney A.A. Hematologic disorders of pregnancy. In: Fortner
K.B, Szymanski L.M, Fox H.E, Wallach E.E et al. 2007. The Johns Hopkins
manual of gynecology and obstetrics. 3rd edition. Maryland : Lippincott
Williams & Wilkins ; 216.
Weiner C.P, Oh C. Coagulation and hematological disorders of pregnancy. In :
Reece E.A, Hobbins J.C, GantN.F. 2007. Clinical obstetrics, the fetus &
mother. 3rd edition. Massachusetts : Blackwell Publishing,; 849-51.
51
Lampiran I. Dokumen Kegiatan Kunjungan Rumah
52
Lampiran II. Daftar Pertanyaan (Pretest dan Posttest)
53