Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

LONG CASE STUDY

G3P1A1 28 TAHUN HAMIL 36 MINGGU DENGAN ANEMIA

Disusun Oleh:

Yulandita Debi Widiyaningtyas G4A017037

Preseptor Fakultas :

Dr. dr. Nendyah Roestijawati, MKK

Preseptor Lapangan :

dr. Dhini Puspitosari

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

JURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NEGERI JENDRAL SOEDIRMAN

2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN LONG CASE STUDY

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

“3P1A1 28 TAHUN HAMIL 36 MINGGU DENGAN ANEMIA”

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga

Jurusan Kedokteran

Fakultas Kedokteran

Universitas Jendral Soedirman

Disusun Oleh:

Yulandita Debi Widiyaningtyas G4A017037

Telah dipresentasikan dan disetujui :

Tanggal, September 2019

Preseptor Lapangan Preseptor Fakultas

dr. Dhini Puspitosari Dr. dr. Nendyah Roestijawati, M.KK

NIP.19810129.200501.2011 NIP. 1901110.200801.2026

2
BAB I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Ny. T

Alamat lengkap : Desa Karangklesem RT 04 RW 03

Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 1.1.Daftar anggota keluarga

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Terakhir Pekerjaan

1. Tn. S KK L 27 tahun SMA/ Sederajat Pegawai Asuransi

2. Ny. T Istri P 28 tahun SLTP/ Sederjata Ibu Rumah Tangga

3. An. A Anak L 3 tahun Belum Sekolah Belum/ Tidak Bekerja

Sumber : Data Primer, Desember 2018

Kesimpulan dari demografi keluarga diatas adalah bentuk keluarga dari

Ny. T berbentuk Nuclear Family, dengan Tn. S sebagai kepala keluarga dan

bekerja sebagai Pegawai asuransi. Ny. T dan Tn. S memiliki satu orang anak An.

A (3) yang tinggal bersama di satu rumah. Ny. T sedang hamil ke 3 pernah

melahirkan 1x dan mengalami keguguran 1x. Ny. T mengalami anemia dalam

kehamilannya saat ini, dan berobat di Puskesmas Pekuncen diantar oleh suaminya.

Dalam hal Ny. T mendapatkan perhatian dari seluruh anggota keluarga karena

mengalami anemia dalam kehamilan dengan gejala-gejala yang cukup

mengganggu aktivitas sehari harinya.

3
BAB II

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang wanita

berusia 28 tahun yang datang ke Balai Pengobatan Puskesmas Pekuncen. Pasien

ini datang dengan keluhan mudah lelah dalam kehamilannya sejak 1 minggu

yang lalu.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. T

Usia : 28 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMP

Alamat : Desa Karangklesem RT 04 RW 03

Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas

Pengantar (Pasien) : Suami

Tanggal Periksa : 17 September 2018

4
C. ANAMNESIS (diambil melalui autoanamnesis)

1. Keluhan Utama : Mudah lelah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien Perempuan 28 tahun datang ke Balai Pengobatan Puskesmas

Pekuncen karena mengeluh mudah lelah sejak 1 minggu yang lalu. Pasien

mengaku keluhan baru pertama kali dirasakan. Keluhan terasa memberat saat

beraktivitas dan membaik jika pasien beristirahat. Selain itu, pasien juga

mengeluhkan lemas dan sering pusing. Keluhan mual muntah disangkal oleh

pasien. Pasien mengaku BAK dan BAB normal, tidak ada sesak nafas, nyeri

dada, maupun kelemahan anggota gerak.

Pasien memeriksakan diri ke Puskesmas Pekuncen karena keluhan

tersebut menganggu aktivitas sehari-hari pasien sebagai ibu rumah tangga,

Pasien mengaku menjadi malas untuk memasak, mencuci baju,, menyapu

dan aktivitas harian lain menjadi terganggu. Pasien memiliki harapan agar

penyakitnya bisa membaik. Pasien juga kawatir apabila tidak berobat

keluhan tersebut semakin lama akan berbahaya bagi kehamilannya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat mengalami keluhan yang sama : disangkal

- Riwayat mondok : disangkal

- Riwayat darah tinggi : disangkal

- Riwayat kolesterol : disangkal

- Riwayat kencing manis : disangkal

- Riwayat jantung : disangkal

- Riwayat asma : disangkal

- Riwayat alergi makanan/obat : disangkal

5
- Riwayat Operasi : disangkal

4. Riwayat Obsetri

Pasien mengaku sudah hamil 3x, pernah mengalami 1x keguguran

pada kemilan pertama, tetapi pasien tidak mengetahui secara pasti sebab

kegugurannya tersebut. Pada kehamilan yang kedua pasien melahirkan bayi

laki-laki pada usia kehamilan 40 minggu, lahir normal di Puskesmas,

langsung menangis, berat lahir 3100gram,saat ini anak tersebut sudah berusia

3 tahun. Saat ini merupakan kehamilan ke 3 pasien. Pada kehamilannya saat

ini pasien sudah kontrol dua kali di bidan, tiga kali dipuskesmas, dan satu

kali di dokter spesialis kandungan.

5. Riwayat Menstruasi

Pasien pertama menstruasi saat usia 13 tahun, setiap bulan menstruasi

lancar dengan siklus 30 hari sekali. Lama menstruasi rata rata 7 hari.

6. Riwayat Menikah

Pasien menikah sebanyak 1 kali, dan belum pernah bercerai

7. Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi

Setelah kelahiran anaknya, pasien sempat menggunakan KB suntik

selama 2 athun, kemuadian berhenti menggunakan KB Suntik karena siklus

mens nya menjadi tidak teratur, setelah itu pasien tidak menggunakan alat

kontrasepsi lain.

8. Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat mengalami keluhan yang sama : disangkal

- Riwayat hamil dangan tekanan darah tinggi : disangkal

- Riwayat kencing manis : disangkal

- Riwayat darah tinggi : disangkal

6
- Riwayat jantung : disangkal

- Riwayat asma : disangkal

9. Riwayat Sosial dan Exposure :

- Community : Pasien tinggal di daerah pemukiman penduduk pedesaan.

Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien cukup bersih.

- Home : Pasien tinggal di rumh warisan. Luas rumah 8x13 m,

memiliki ventilasi udara, cahaya matahari yang masuk ke

rumah cukup, lantai rumah terbuat dari keramik, dinding

sebagian dapur dan toilet terbuat dari semen. Jendela

terdapat di masing-masing ruangan. Kebersihan rumah

cukup terjaga dengan baik. Atap rumah terbuat dari

genting dan kayu. Tingkat kelembapan rumah terkesan

cukup. Rumah terdiri dari ruang tamu yang menyatu

dengan ruang keluarga, 2 kamar tidur, dan 1 ruang dapur,

dan 1 kamar mandi. Pasien memasak dengan

menggunakan kompor gas. Sumber air bersih berasal dari

air sumur. Terdapat septic tank untuk pembuangan feses.

Antara rumah pasien dan rumah tetangga saling

berdekatan. Jarak antar rumah sekitar 1-2 meter.

Lingkungan tempat tinggal Ny. T berada di jalan yang

dapat dilalui oleh satu mobil. Tempat sampah keluarga

diletakkan di halaman belakang rumah, terbuka.

- Hobby : Tidak memiliki hobi tertentu

- Occupational : Keseharian pasien adalah ibu rumah tangga

7
- Diet : Pola makan pasien tidak teratur, rata-rata pasien makan 2-

3 kali sehari dengan nasi, lauk tahu tempe atau gorengan,

dan sayur. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran

hijau serta tidak begitu menyukai makan daging ayam

atau hati ayam.

- Drug : Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan.

10. Riwayat Psikologi

Pasien mengaku stress karena ekonomi keluarganya pas-pasan.

11. Riwayat Ekonomi

Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah.

Pasien tidak bekerja, dan hanya mengandalkan dari gaji suami sebagai

pekerja asuransi. Pasien dan keluarganya merupakan menggunakan BPJS

untuk mengakses pelayanan kesehatan.

12. Riwayat Demografi

Hubungan antara pasien dengan keluarganya cukup harmonis.

13. Riwayat Sosial

Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien masih aktif

mengikuti kegiatan berkumpul dan berkomunikasi dengan tetangga-tetangga

sekitar.

14. Anamnesis Sistemik

a. Keluhan Utama : mudah lelah

b. Kulit : tidak ada keluhan

c. Kepala : nyeri kepala

d. Leher : tidak ada keluhan

e. Mata : tidak ada keluhan

8
f. Hidung : tidak ada keluhan

g. Telinga : tidak ada keluhan

h. Mulut : tidak ada keluhan

i. Tenggorokan : tidak ada keluhan

j. Pernafasan : tidak ada keluhan

k. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan

l. Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan

m. Sistem Saraf : tidak ada keluhan

n. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan

o. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan

p. Ekstremitas Atas : tidak ada keluhan

Bawah : tidak ada keluhan

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. KU/ Kes

Baik, kesadaran compos mentis

2. Tanda Vital

a. Tekanan darah : 110/70 mmHg

b. Nadi : 83 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

c. Pernafasan : 20 x/menit, reguler

d. Suhu : 36,7 oC

3. Status gizi

a. BB : 54 kg

b. TB : 154 cm

c. IMT : 22,74

d. Kesan status gizi : Normoweight

9
e. LILA : 24.6 cm

4. Kulit : Dalam batas normal

5. Kepala : Dalam batas normal

6. Mata : Konjungtiva anaemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

7. Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

8. Mulut : Dalam batas normal

9. Telinga : Dalam batas normal

10. Tenggorokan : Tonsil T1/T1 dan pharing dalam batas normal

11. Leher : Trakea ditengah, pembesaran kelenjar limfe (-)

12. Thoraks : Simetris, retraksi (-/-)

a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak

Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat

Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS

batas kiri bawah : SIC V 1 jari lateral LMCS

batas kanan atas : SIC II LPSD

batas kanan bawah : SIC IV LPSD

Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)

b. Pulmo :

1) Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan = kiri

Pal : fremitus raba kanan = kiri

Per : sonor/sonor

A : suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan rhonki (-/-), wheezing (-/-)

2) Dinamis (depan dan belakang)

10
I : pergerakan dada kanan = kiri

Pal : fremitus raba kanan = kiri

Per : sonor/sonor

A : suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)

13. Abdomen

I : dinding perut cembung

A : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

TFU : 29 cm

DJJ : 145 x / menit

14. Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

Pal : nyeri tekan (-)

15. Ektremitas: palmar eritema (-/-)

bengkak - -

- -

Sistem genetalia: dalam batas normal

16. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi Motorik :

K 5 5 T N N RF + + RP - -

11
5 5 N N + + - -

17. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Insight : baik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan yang dilakukan tanggal 17/09/2019 Hb : 10.2

Usulan pemeriksaan penunjang:

1. Pemeriksaan Pemeriksaan Hb berkala tiap minggu

F. RESUME

Pasien perempuan, usia 23 tahun, datang ke Balai Pengobatan

Puskesmas Pekuncen karena mengeluh mudah lelah yang dirasakan sejak 7 hari

yang lalu. Pasien mengaku keluhan baru pertama kali dirasakan. Terasa

memberat saat beraktivitas dan membaik jika pasien beristirahat. Kleuhan

lainnya yaitu lemas dan nyeri kepala. Keluhan seperti mual munta disangkal

oleh pasien. Pasien mengaku BAK dan BAB normal, tidak ada sesak nafas,

nyeri dada, maupun kelemahan anggota gerak.

Pasien memiliki tidak begitu suka buah buahan dan sayur sayuran hiaju.

Setiap hari pasien hanya mengkonsumsi nasi, dan lauk pauk seperti tahu tempe.

Pasien tidak begitu suka dengan daging dan hati.

12
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis,

status gizi obesitas. TD : 110/70 mmHg, N : 83 x/menit, irama regular, RR : 20

x/menit, S : 36,7oC. Pemeriksaan fisik lainnya terdapat konjungtiva anemis.

G. DIAGNOSIS HOLISTIK

1. Aspek Personal

KU : mudah lelah

Idea : Pasien ingin memeriksakan dirinya karena mudah lelah

Concern : Pasien merasakan penyakitnya mengganggu aktivitas sehari-

hari dan pekerjaannya

Expectacy : Pasien mempunyai harapan agar keluhannya membaik

Anxiety : Pasien khawatir jika keluhan mudah lelah tersebut dapat

menganggu dan berbahaya bagi kehamilannya

2. Aspek Klinis

Diagnosa : G3P1A1 28 tahun hamil 36 minggu dengan

anemia

Gejala klinis yang muncul : mudah lelah, pusing, lemas, letih, lesu

Diagnosis Banding : hiperemesis gravidarum,

Diagnosis Penyerta :-

3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu

a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

i. Kehamilan

ii. Wanita

iii. Riwayat abortus

b. Faktor resiko yang dapat diubah

13
i. Pasien kurang senang mengkonsumsi daging, hati dn sayuran hijau

ii. Pasien tidak patuh mengkonsumsi tablet sulfaferosus dari puskesmas

iii. Pasien jarang berolahraga

4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu

a. Pendidikan Ny.T hanya sampai SMP dan pengetahuannya mengenai

bahaya kehamilan dengan anemia masih kurang.

b. Ekonomi keluarga pasien tergolong menengah ke bawah .

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 2, karena pasien mulai terganggu

dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari.

H. PENATALAKSANAAN

1. Personal Care

a. Aspek kuratif

a) Initial Plan

Pemeriksaan Hb Serial setiap minggu untuk evaluasi

b) Medikamentosa

PO Sulfaferosus 325 mg 1 x 1

PO Asam Folat 400 mcg 1 x 1

c) Non Medikamentosa

Diet sayuran hijau, hati, buah dan kacang kacangan

Olahraga ringan, seperti berjalan jalan.

d) KIE (konseling, informasi dan edukasi)

Edukasi pasien tentang penyebab dan komplikasi anemia ibu hamil

14
Edukasi bahwa sangat penting bagi ibu hamil mengecek Hb serial

sebelum melahirkan

Edukasi mengenai pentingnya teratur meminum tablet penambah darah

bagi ibu hamil, serta efek samping yang mungkin muncul dari tablet

tambah darah tersebut.

Edukasi untuk melanjutkan diet pengaturan pola makan

b. Aspek Preventif

a) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai anemia ibu hamil

b) Pola diet sehat dengan perbanyak sayur dan buah buahan serta minum

susu

c) Melakukan skrining dengan pemeriksaan Hb untuk mengetahui

adanya anemia inu hamil

c. Aspek Promotif

a) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai anmeia ibu hamil

dapat dicegah dan dapat diobati

b) Mengarahkan kepada pasien agar rutin control ke puskesmas atau ke

bidan terdekat

d. Aspek Rehabilitatif

Monitoring terhadap keadaan umum, tanda vital terutama Hb serial,

kemajuan terapi kemajuan dan efek samping obat.

2. Family Care

a. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai definisi

anemia ibu hamil, etiologi, faktor resiko, tanda dan gejala,

penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi, prognosis..

b. Melakukan pola hidup sehat.

15
c. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk mengawasi pasien

kepatuhan minum sulfaferosus, serta mengawasi bagaimana pola diet

pasien

d. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian penyakit pasien.

3. Community Care

a. Memberikan edukasi pengetahuan kepada masyarakat sekitar rumah

pasien mengenai definisi anemia pada ibu hamil, etiologi, faktor resiko,

tanda dan gejala, penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi, prognosis.

b. Melakukan pola hidup sehat.

c. Melakukan skrining terhadap anemia ibu hamil kepada masyarakat

disekitar pasien

I. FLOW SHEET

No Tanggal Subjektif Objektif Plan Target

1. 17-09- Mudah TD: 110/70 PO Sulfaferosus 1 x Peningkatan

2019 lelah, mmHg 325 mg kadar Hb

lemas, N : 83 x/menit PO asam folat 400

lesu dan RR: 20 x/ menit mcg

nyeri S : 36,7o C

kepala

16
BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari pasien (Ny. T, 28 tahun), suami pasien (Tn. S,

27 tahun), dan 1 anak (An. A) berusia 3 tahun. Pasien tinggal serumah

dengan suami dan anaknya. Komunikasi dengan suami dan anak relatif

baik.

2. Fungsi Psikologis

Hubungan pasien dan keluarga secara umum terjalin baik.

3. Fungsi Sosial

Pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien aktif aktif dalam mengikuti

kegiatan di luar rumah.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga Ny.T berasal dari sang suami yang bekerja sebagai

pegawai asuransi yaitu 1.500.000-2.000.000/ bulan

B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)

ADAPTATION

Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan dukungan

berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu masalah

pasien menceritakan kepada istrinya.

17
PARTNERSHIP

Komunikasi terjalin satu sama lain. Setiap ada permasalahan

didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan istri

dan anaknya berjalan dengan baik.

GROWTH

Pasien merasa bersyukur masih dapat memenuhi kebutuhan rumah

tangganya. Antar anggota keluarga selalu mendukung pasien.

AFFECTION

Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri dan

anaknya berjalan baik. Pasien merasa istri dan anaknya perhatian dengan

penyakit yang diderita.

Pasien cenderung bercerita jika ada sesuatu yang mengganjal dihati.

Pasien selalu menyampaikan keluhan yang dirasakannnya selama ini kepada

istri.

RESOLVE

Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien relatif baik, baik dari

keluarga maupun dari saudara-saudara.

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score

dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R

Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata

untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata

1-4 = jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian A.P.G.A.R.

18
Tabel 3.1. Nilai APGAR dari Ny.T (Pasien)

A.P.G.A.R Hampir Kadang- Hampir

selalu kadang tidak pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya 

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan √

saya membagi waktu bersama-sama

Total nilai skor APGAR Ny. T adalah 9

Tabel 3.2. Nilai APGAR dari Tn. S (Suami Pasien)

A.P.G.A.R Hampir Kadang- Hampir

selalu kadang tidak pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 

19
keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya 

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 

saya membagi waktu bersama-sama

Total nilai skor APGAR Tn. S adalah 9

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (9+9)/2

=9

Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien baik

Dalam komunikasi sehari-hari, pasien dan suami termasuk selalu

berkomunikasi yang disempatkan setelah suami pulang kerja. Jika ada masalah,

pasien mendiskusikannya dengan suaminya.

Secara keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah

18, sehingga rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 9. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada

dalam keadaan baik.

20
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Fungsi patologis dari keluarga Ny.T dinilai dengan menggunakan

S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

Tabel 3.4. Nilai SCREEM dari keluarga pasien

Sumber Patologi Ket

Social Interaksi yang baik antara anggota keluarga serta -

masyarakat sekitar. Keluarga pasien sering mengikuti

kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya

Cultural Dalam sehari-hari keluarga ini menggunakan budaya jawa, -

hal ini terlihat pada pergaulan mereka sehari – hari yang

menggunakan bahasa Jawa, tata krama Jawa dan

kesopanan.

Religion Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran juga baik, hal ini -

dapat dilihat dari pasien dan keluarga rutin menjalankan

sholat lima waktu dan sering mengikuti pengajian.

Economic Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk +

kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu

mencukupi kebutuhan sekunder, diperlukan skala prioritas

untuk pemenuhan kebutuhan hidup

Education Pendidikan anggota keluarga kurang. Latar belakang

pendidikan pasien adalah SMP, suami pasien SMA. Pasien +

dan keluarga kurang mengetahui tentang bahaya anemia ibu

hamil

21
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan -

pelayanan puskesmas dengan jenis pembiayaannya

menggunakan BPJS

Keterangan :

1. Education (+) artinya bahwa keluarga pasien kurang memiliki edukasi

yang cukup terutama terhadap penyakitnya.

2. Economic (+) artinya bahwa keluarga pasien kurang memilki penghasilan

yang cukup sehingga berpengaruh terhadap penyakit pasien

Kesimpulan :

Dalam keluarga Ny.T fungsi patologis yang positif adalah fungsi edukasi dan

ekonomi

D. Family Genogram

22
E. Pola Interaksi Keluarga

23
BAB IV

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku

Perilaku dalam keluarga Ny. T dipengaruhi oleh pengetahuan,

pendidikan, dan ekonomi. Pasien tidak begitu menyukai sayuran dan buah

buahan, serta tidak begitu suka mengkonsumsi hati ayam. Pasien kesehariannya

merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien tidak memiliki aktivitas olahraga

rutin. Aktivitas sehari-hari pasien biasanya menghabiskan separuh waktunya

untuk melakukan aktivitas sehari-hari di rumah seperti menyapu, mencuci, dan

memasak. Pasien juga aktif melakukan kegiatan di lingkungan sekitar rumah.

Pasien mengaku tidak rutin meminum tablet tambah darah setiap hari, pasien

mengaku sering lupa untuk meminum tablet tambah darah tersebut.

2. Faktor Non Perilaku

Pasien termasuk orang dengan latar belakang pendidikan yang kurang

karena pendidikannya hanya sampai SMP. Pengetahuan pasien mengenai

anemia ibu hamil kurang. Keluarga dan pasien kurang menyadari bahwa

anemia dalam kehamilan merupakan suatu masalah yang serius. Mereka belum

sepenuhnya paham bagaimana cara mencegah terjadinya anemia dan belum

mengerti apa saja komplikasi yang dapat muncul dari kehamilan dengan

anemia. Mereka tidak mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah

24
penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada

dokter praktik di dekat rumah atau ke Puskesmas.

Pasien tinggal di daerah pedesaan yang tidak begitu padat penduduk,

memiliki hubungan yang baik antar tetangga. Rumah pasien memiliki

ventilasi, pencahayaan, dan tingkt kelembapan yang cukup. Air bersih

berasal dari sumur. Dan sudah terdapat septictank untuk pembuangan feces.

Pasien memiliki riwayat abortus pada kehamilan pertamanya. Pasien

tidak begitu mengetahui penyebab abortus tersebut.

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga kelas

menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari suami

pasien bekerja sebagai pagawai asuransi. Keluarga ini dapat memenuhi

kebutuhan primernya.

Pasien menggunakan fasilitas kesehatan BPJS Non PBI. Rutin

control ke bidan desa dan puskesmas. Selama hamil pasien sudah melakukan

USG sebanyak 3x di dokter spesialis kandungan. Tidak terdapat masalah

atau hambatan dalam pelayanan kesehatannya.

25
B. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

Rumah pasien merupakan rumah warisan. Pasien tinggal dipedesaan,

jarak rumah pasien dan jalan raya sekitar 100 m. Luas rumah pasien 8x13

m, memiliki ventilasi udara, cahaya matahari yang masuk ke rumah cukup,

lantai rumah terbuat dari keramik, dinding sebagian dapur dan toilet

terbuat dari dinding tembok. Jendela terdapat di masing-masing ruangan.

Kebersihan rumah cukup terjaga dengan baik. Atap rumah terbuat dari

genting dan kayu. Tingkat kelembapan rumah terkesan cukup.

Rumah terdiri dari ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga,

2 kamar tidur, dan 1 ruang dapur, dan 1 kamar mandi. Pasien memasak

dengan menggunakan kompor gas. Sumber air bersih berasal dari air

sumur. Jarak sumur dan septic tank sejauh 11 m. Terdapat septic tank untuk

pembuangan feses.

Antara rumah pasien dan rumah tetangga saling berdekatan. Jarak

antar rumah sekitar 1-2 meter. Lingkungan tempat tinggal Ny. T berada di

jalan yang dapat dilalui oleh satu mobil.

Kesan: Kebersihan rumah dan lingkungannya baik.

26
2. Denah Rumah

27
BAB V

DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. Masalah medis :

Kehamilan dengan anemia

B. Masalah nonmedis :

1. Pasien terkadang kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet tambah darah

2. Pengetahuan pasien tentang kehamilan dengan anemia kurang.

3. Ekonomi keluarga pasien menengah kebawah.

4. Riwayat abortus pada kehamilan pertama

C. Diagram Permasalahan Pasien

Pasien tidak rutin meminum


tablet tambah darah

Pengetahuan kurang Ny. T, 28 tahun hamil


dengan anemia
Ekonomi menengah
kebawah

Riwayat abortus

Gambar 5.1. Diagram Hubungan Penyakit dengan Faktor Risiko

D. Matrikulasi Masalah

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria Hanlon.

28
Tabel 5.1. Prioritas masalah menurut Hanlon

Tabel 5.1 Prioritas Masalah menggunakan metode Hanlon.

D Urutan
Masalah A B C NPD NPT
P E A R L prioritas
Mengkonsumsi tablet
tambah darah yang 1 5 5 1 1 1 1 1 25 25 1
kurang teratur
Pengetahuan pasien
tentang kehamilan 2 9 4 1 1 1 1 1 44 44 2
dengan anemia kurang
Riwayat abortus 3 3 1 0 0 0 0 0 6 0 3
Ekonomi keluarga
pasien menengah 1 5 1 1 0 1 0 1 6 0 3
kebawah.

Penentuan prioritas masalah pada keluarga Ny. T dengan menggunakan metode


Hanlon Kuantitatif dengan empat kelompok kriteria, yaitu:
1. Kelompok kriteria A : besarnya masalah
2. Kelompok kriteria B : kegawatan masalah, penilaian terhadap
dampak, urgensi dan biaya
3. Kelompok kriteria C : kemudahan dalam penanggulangan, yaitu
penilaian terhadap tingkat kesulitan
penanggulangan masalah
4. Kelompok kriteria D : PEARL factor, yaitu penilaian terhadap
propriety, economic, acceptability, resources
availability, legality
Berdasarkan kriteria Hanlon diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ny.

T adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan pasien tentang kehamilan dengan anemia kurang

2. Pasien tidak rutin konsumsi tablet tambah darah

3. Ekonomi keluarga pasien menengah kebawah

4. Riwayat abortus

Kesimpulan :

29
Prioritas masalah yang diambil adalah pengetahuan pasien tentang

kehamilan dengan anemia kurang.

30
BAB VI

RENCANA PEMBINAAN KELUARGA

A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang pada Ny. T dapat dibuat beberapa

alternatif. Metode yang digunakan adalah metode RINKE. Metode ini

menggunakan dua kriteria yaitu efektifitas dan efisiensi jalan keluar.

Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi,

pentingnya jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya

yang diperlukan untuk melakukan jalan keluar.

1. Kriteria efektifitas jalan keluar

a. M (besarnya masalah yang dapat diatasi) :

1) Masalah yang dapat diatasi sangat kecil

2) Masalah yang dapat diatasi kecil

3) Masalah yang dapat diatasi cukup besar

4) Masalah yang diatasi besar

5) Masalah yang diatasi dapat sangat besar

b. I (pentingnya jalan keluar yang dikaitkan dengan kelanggengan

selesainya masalah):

1) Sangat tidak langgeng

2) Tidak langgeng

3) Cukup langgeng

4) Langgeng

5) Sangat langgeng

31
c. V (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan

penyelesaian masalah):

1) Penyelesaian masalah sangat lambat

2) Penyelesaian masalah lambat

3) Penyelesaian cukup cepat

4) Penyelesaian masalah cepat

5) Penyelesaian masalah sangat cepat

2. Kriteria efisiensi jalan keluar (yang dikaitkan dengan biaya yang

dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah)

a. Biaya sangat murah

b. Biaya murah

c. Biaya cukup murah

d. Biaya mahal

e. Biaya sangat mahal

Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode RINKE untuk

penyakit Ny. T di Desa Karangklesem, Kecamatan Pekuncen adalah sebagai

berikut :

Tabel 5.2 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar

Efektivitas Efisiensi Urutan


MxIxV
No Daftar Alternatif Jalan Keluar M I V C Prioritas
C
Masalah
1 Pembinaan Keluarga mengenai anemia ibu 4 2 3 1 24 1
hamil dan faktor risikonya, tata cara
penatalaksanaan, mengontrol penyakit, serta
mencegah terjadinya komplikasi sedini
mungkin dari kedua penyakit tersebut

32
2 Adanya pengawas pasien dalam memilih 4 2 2 2 8 2
makanan dan pengawas meminum tablet
tambah darah
3 Pembagian leaflet menegani anemia ibu 4 2 2 3 5,3 2
hamil

Berdasarkan hasil perhitungan penentuan alternatif terpilih menggunakan

metode Rinke, didapatkan alternatif terpilih yaitu Pembinaan Keluarga

meliputi anemia ibu hamil dan faktor risikonya, tata cara penatalaksanaan,

mengontrol penyakit, serta mencegah terjadinya komplikasi sedini

mungkin dari anemia ibu hamil dengan skor 24.

B. Rencana Pembinaan Keluarga

1. Tujuan

Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk meningkatkan

pengetahuan pasien dan keluarga mengenai kehamilan dengan anemia.

2. Materi

Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai kehamilan dengan

anemia:

a. Penjelasan mengenai definisi anemia dan anemia ibu hamil

b. Penjelasan mengenai gejala-gejala dan komplikasi dari penyakit

tersebut.

c. Menjelaskan kepada pasien bahwa anemia ibu hamil memiliki prognosis

yang baik apabila tertangani dengan cepat.

d. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai diet yang baik untuk

anemia ibu hamil.

33
e. Menganjutkan untuk kontrol rutin Hb secara mandiri ke puskesmas.

f. Menjelaskan agar pasien rutin mengkonsumsi Tablet tambah darah.

g. Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga agar fungsi keluarga

meningkat.

3. Cara Pembinaan

Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah

ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan

konseling kepada pasien dan keluarga.

4. Sasaran

Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.

5. Rencana Evaluasi

a. Input : terdiri dari 1 orang pemberi (pembina) materi pembinaan

keluarga. Kegiatan tersebut tidak memerlukan biaya. Materi yang

diberikan seputar anemia ibu hamil, gejala awal, cara pencegahannya,

komplikasi yang dapat terjadi, cara menangani, dan evaluasi terapi.

Metode yang dilakukan yaitu berupa diskusi, diawali dengan pretest

dengan 5 pertanyaan dan pada akhir sesi diberikan posttest sebanyak 5

pertanyaan. Dilakukan sebanyak satu kali sesi. Sasarannya yaitu pasien

dan keluarga pasien.

b. Proses : proses pembinaan diikuti dari awal sampai dengan akhir

oleh pasien dan anggota keluarga yang ada di rumah (Ny. T dan Tn. S).

c. Output : Penambahan pengetahuan tentang anemia ibu hamil yang

diukur melalui pertanyaan yang diberikan oleh pelaksana pembinaan

keluarga di akhir proses pembinaan keluarga.

d. Angka keberhasilan:

34
>80% : baik

60%-80% : cukup

<60% : kurang

C. Hasil Pembinaan Keluarga

Tabel 6.1 Hasil Pembinaan Keluarga

Anggota

keluarga Hasil
No Tanggal Kegiatan yang dilakukan
yang kegiatan

terlibat

1. 21/09/ a. Menggali pengetahuan dan Pasien dan Pasien dan

2019 pemahaman pasien tentang keluarga keluarga

anemia ibu hamil memahami

b. Memberi penjelasan mengenai tentang

anemia ibu hamil anemia ibu

c. Menggali pengetahuan dan hamil

pemahaman pasien faktor resiko

pada pasien dan bagaimana cara

pencegahannya

1. Hasil Evaluasi
a. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada dua orang yang terdiri dari,
pasien Ny. T dan suami Tn.S. Metode yang digunakan berupa diskusi
mengenai anemia ibu hamil mulai dari pengertian, faktor resiko,
pencegahan, dan pengobatan, komplikasi.

35
b. Evaluasi Promotif
Sasaran pembinaan sebanyak dua orang yaitu, pasien dan keluarga
pasien, saat pelaksaan lengkap ada Ny. T dan Tn.S. Waktu pelaksanaan
kegiatan pada Sabtu, 21 September 2019 di rumah pasien. Pembinaan
berjalan dengan lancar dan pasien merasa puas karena merasa lebih
diperhatikan dengan adanya kunjungan ke rumahnya untuk memberikan
edukasi tentang anemia pada ibu hamil..
c. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling, pasien dan keluarga mengaku belum
memahami dengan baik penyakit yang diderita Ny.T sehingga dengan
adanya konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih
paham tentang penyakitnya. Sebelum konseling, dilakukan tanya jawab
dengan lima pertanyaan. Pasien dan suami mampu menjawab 2
pertanyaan dengan cukup benar yaitu mengenai gejala. Setelah konseling
dilakukan tanya jawab, narasumber memberikan 5 pertanyaan yang sama,
pasien dan suami dapat menjawab empat pertanyaan. Walaupun jawaban
yang diberikan belum maksimal namun sudah mampu menjelaskan poin
penting dari masing-masing materi, sehingga tingkat pengetahuan pasien
cukup meningkat menjadi 80% dari yang sebelumnya hanya 40%.

36
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang dari
normal, yang berbeda untuk kelompok umur dan jenis kelamin. Secara
klinis, definisi anemia berupa hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah
persentil 10 (Cunningham, et al., 2005).
Berdasarkan WHO batas normal hemoglobin untuk ibu hamil adalah
11gr%. Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, definisi
anemia dalam kehamilan adalah seperti yang berikut :
1. Hb kurang dari 11,0 gr/dL di trimester pertama dan ketiga
2. Hb kurang dari 10,5 gr/dL di trimester kedua.

B. Epidemiologi
Frekuensi anemia dalam kehamilan di seluruh dunia cukup tinggi
yaitu berkisar antara 10-20%. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan yang penyebabnya
merupakan defisiensi zat besi. Di Indonesia angka anemia menunjukkan nilai
yang cukup tinggi yaitu 63,5% Karena defisiensi gizi memegang peranan
yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa
frekuensi anemia dalam kehamilan lebih tinggi di negara berkembang
dibandingkan dengan negara maju.
Dari keseluruhan anemia dalam kehamilan sekitar 95% merupakan
anemia defisiensi besi. Insidens wanita hamil yang menderita anemia
defisiensi besi meningkat. Hal ini menunjukkan keperluan zat besi maternal
yang bertambah pada saat kehamilan. Kematian maternal meningkat oleh
karena terjadinya pendarahan post partum yang banyak pada wanita hamil
yang sebelumnya memang sudah menderita anemia.

C. Patofisiologi
Kehamilan berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat
pada peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan

37
konsentrasi protein pengikat zat gizi dalam sirkulasi darah, termasuk
penurunan zat gizi mikro. Peningkatan produksi sel darah merah ini terjadi
sesuai dengan proses perkembangan dan pertumbuhan masa janin yang
ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan
organ tubuh. Adanya kenaikan volume darah pada saat kehamilan akan
meningkatkan kebutuhan zat besi. Pada trimester pertama kehamilan, zat
besi yang dibutuhkan sedikit karena peningkatan produksi eritropoetin
sedikit, oleh karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua pertumbuhan janin sangat
cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban
sehingga lebih banyak kebutuhan oksigen yang diperlukan. Akibatnya,
kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi peningkatan
produksi eritrosit dan karena itu rentan untuk terjadinya anemia terutama
anemia defisiensi besi (Cunningham, et al., 2005)..
Konsentrasi hemoglobin normal pada wanita hamil berbeda pada
wanita yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi
proses hemodilusi atau pengenceran darah, yaitu terjadi peningkatan volume
plasma dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit. Dalam hal ini, oleh karena peningkatan oksigen dan
perubahan sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta dan janin, serta
kebutuhan suplai darah untuk pembesaran uterus, terjadi peningkatan volume
darah yaitu peningkatan volume plasma dan sel darah merah. Namun,
peningkatan volume plasma ini terjadi dalam proporsi yang lebih besar yaitu
sekitar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi.
Hemodilusi berfungsi agar suplai darah untuk pembesaran uterus terpenuhi,
melindungi ibu dan janin dari efek negatif penurunan venous return saat
posisi terlentang, dan melindungi ibu dari efek negatif kehilangan darah saat
proses melahirkan (Cunningham, et al., 2005)..
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri yang fisiologis dalam
kehamilan dan bermanfaat pada wanita untuk meringankan beban jantung
yang harus bekerja lebih berat semasa hamil karena sebagai akibat
hipervolemi cardiac output meningkat. Kerja jantung akan lebih ringan

38
apabila viskositas darah rendah dan resistensi perifer berkurang sehingga
tekanan darah tidak meningkat. Secara fisiologis, hemodilusi ini membantu
si ibu mempertahankan sirkulasi normal dengan mengurangi beban jantung
(Hanretty, 2010).
Ekspansi volume plasma dimulai pada minggu ke-6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke-24 kehamilan, namun dapat terus
meningkat sampai minggu ke-37. Volume plasma meningkat sebesar 45-65
% dimulai pada trimester II kehamilan dan mencapai maksimum pada bulan
ke-9 yaitu meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm
serta kembali normal dalam tiga bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldosterone (Hanretty, 2006).
Volume plasma yang bertambah banyak ini menurunkan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin darah, dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Penurunan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu
ke-7 sampai ke-8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke-16 hingga
ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai. Oleh sebab itu, apabila ekspansi
volume plasma yang terus-menerus tidak diimbangi dengan peningkatan
produksi eritropoetin sehingga menurunkan kadar Hct, konsentrasi Hb, atau
hitung eritrosit di bawah batas “normal”, timbullah anemia (Pernoll, 2011).

D. Etiologi
Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu
(Cunningham, et al., 2005). :
1) Didapatkan (acquired)
 Anemia defisiensi besi
 Anemia karena kehilangan darah secara akut
 Anemia karena inflamasi atau keganasan
 Anemia megaloblastik
 Anemia hemolitik
 Anemia aplastik (9)
2) Herediter

39
 Thalasemia
 Hemoglobinopati lain
 Hemoglobinopati sickle cell
 Anemia hemolitik herediter
Anemia disebabkan oleh penurunan produksi darah yaitu hemopoetik,
peningkatan pemecahan sel darah (hemolitik), atau kehilangan darah yaitu
hemoragik. Dalam kehamilan, anemia yang sering ditemukan adalah anemia
hemopoetik yaitu karena kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi), asam
folat (anemia megaloblastik), dan protein (Cunningham, et al., 2005)..

E. Gejala Klinis
Gejala klinis dari anemia bervariasi bergantung pada tingkat anemia
yang diderita. Berdasarkan gejala klinisnya anemia dapat dibagi menjadi
anemia ringan, sedang dan berat. Tanda dan gejala klinisnya adalah (Pitkin,
2010) :
a) Anemia ringan : adanya pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu,
dan sesak.
b) Anemia sedang : adanya lemah dan lesu, palpitasi, sesak,
edema kaki, dan tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glossitis,
ginggivitis, emesis atau diare.
c) Anemia berat : adanya gejala klinis seperti anemia sedang
dan ditambah dengan tanda seperti demam, luka memar, stomatitis,
koilonikia, pika, gastritis, termogenesis yang terganggu, penyakit kuning,
rambut halus dan rapuh, hepatomegali dan splenomegali bisa membawa
seorang dokter untuk mempertimbangkan kasus anemia yang lebih berat.

F. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dibutuhkan
anamnesis yang akan diperoleh keluhan berupa pucat, lelah, anoreksia,
lemah, lesu, sesak, berdebar-debar, muntah-muntah, diare. Selain itu dari
pemeriksaan fisis dapat ditemukan edema kaki, tanda malnutrisi seperti
anoreksia, depresi mental, glossitis, ginggivitis, stomatitis, koilonikia, pika,
gastritis, termogenesis yang terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan

40
splenomegali sesuai dengan derajat anemia yang diderita (Cunningham, et
al., 2005).
Pemeriksaan penunjang dan pengawasannya dapat dilakukan dengan
alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai
berikut:
a) Anemia ringan : Hb 10 – 11 gr%
b) Anemia sedang : Hb 7 – 10 gr%
c) Anemia berat : Hb < 7 gr%. (1)
Pada pemeriksaan laboratorium berupa indeks sel darah merah
membantu menentukan ada tidaknya kelainan abnormal pada sel darah
merah seperti defisiensi zat besi (MCV yang rendah) atau makrositosis
(MCV yang tinggi). Pemeriksaan hemoglobin atau hematokrit harus diulang
saat trimester ketiga (lebih kurang 28 sampai 32 minggu) dan lebih sering
jika diindikasikan. Ras tertentu harus mempunyai tes skrining untuk kondisi
tertentu seperti pada pasien kulit hitam harus menjalani tes Sickledex atau
elektroforesis hemoglobin untuk melihat sickle cell trait disease dan
menentukan defisiensi glucose 6-phosphate dehydrogenase (Pernoll, 2011).

G. Klasifikasi
Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah banyak
dikemukakan. Penyebab anemia tersering adalah karena defisiensi zat-zat
nutrisi. Seringkali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi klinik
yang disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti
hemoglobinopati. Namun, penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi
asupan yang tidak cukup, absorpsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi
yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi
hemopoietik. Sekitar 75 % anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi zat besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik
hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab tersering kedua adalah anemia
megaloblastik yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat atau vitamin
B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah
hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan.
Anemia yang akan dibahas kali ini adalah anemia yang sering ditemukan di

41
Indonesia yaitu anemia defisiensi besi dan anemia megaloblastik
(Cunningham, et al., 2005)..
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering ditemukan
adalah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat
disebabkan oleh (Hudono, 2006):
a. Kurangnya intake unsur zat besi dalam makanan.
b. Gangguan absorpsi zat besi : muntah dalam kehamilan
mengganggu absorpsi, peningkatan pH asam lambung,
kekurangan vitamin C, gastrektomi dan kolitis kronik, atau
dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh
dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium
(susu dan produk susu).
c. Kebutuhan besi yang meningkat
d. Banyaknya zat besi keluar dari tubuh : perdarahan.
Keperluan zat besi bertambah selama kehamilan, seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Peningkatan penggunaan zat besi yang
diabsorpsi di dalam tubuh meningkat dari 0.8mg/hari di awal
kehamilan hingga 7.5mg/hari pada trimester akhir. Zat besi rata-rata
yang dibutuhkan untuk wanita hamil adalah 800 mg, 300 mg adalah
untuk janin dan plasenta, dan 500 mg ditambahkan untuk hemoglobin
ibu. Hampir 200 mg zat besi hilang saat perdarahan persalinan dan
post partum. Jadi, penyimpanan minimal zat besi di dalam tubuh
wanita hamil adalah lebih dari 500 mg di awal kehamilan. Apabila
zat besi tidak ditambahkan dalam kehamilan maka akan mudah
terjadi anemia defisiensi zat besi terutama pada kehamilan kembar,
multipara, kehamilan yang sering dalam jangka waktu yang singkat
dan pada vegetarian (Hanretty, 2010).
Hampir semua kebutuhan zat besi terjadi pada paruh kedua
kehamilan yaitu ketika pembentukan organ janin terjadi. Rata-rata
kebutuhan zat besi harian adalah antara 6 hingga 7 mg dibandingkan
pada kondisi yang normal yaitu 1 mg / hari. Selama 6 sampai 8
minggu terakhir kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat hingga 10

42
mg / hari. Pada wanita yang memasuki kehamilan dengan cadangan
zat besi yang rendah, pemberian suplemen zat besi sering gagal untuk
mencegah kekurangan zat besi. Lebih jauh lagi, kondisi seperti
implantasi plasenta yang abnormal dapat menyebabkan kehilangan
darah kronis dan meningkatkan kebutuhan zat besi selama kehamilan.
Sehubungan dengan periode postpartum, peningkatan volume
plasma selama kehamilan yang secara proporsional lebih tinggi dari
peningkatan massa sel darah merah menghasilkan hemodilusi yang
fisiologis. Akibatnya, ibu terlindungi dari hilangnya sel darah merah
selama perdarahan yang berhubungan dengan persalinan. Walaupun
begitu, 5% dari persalinan disertai dengan kehilangan darah >1 L
disertai gejala anemia termasuk gejala jantung, sehingga harus
transfusi darah (Hanretty, 2010).
Terapi zat besi oral telah terbukti efektif dalam menanggulangi
anemia defisiensi besi pada banyak kasus. Kemanjurannya mungkin,
namun bergantung pada tingkat kepatuhan pasien dan penyerapan zat
besi yang cukup di duodenum. Perlu dicatat bahwa meskipun ada
bukti yang mendukung perbaikan parameter status hematologi dan
besi dengan suplementasi besi oral, data terjadinya peningkatan berat
lahir dan berkurangnya angka kelahiran prematur masih kurang
(Pernoll, 2011)
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai
minggu ke-28 kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat zat
besi dan nonanemik (Hb <11g/dl dan ferritin > 20 µg/l) menurunkan
prevalensi anemia dan bayi berat lahir rendah (Cunningham, et al.,
2005)..
Menurut Depkes RI (1999), tablet zat besi diberikan pada ibu
hamil sesuai dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu: (15)
Dosis Pencegahan
Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb.
Dosisnya yaitu 1 tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam
folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilan mulai
pemberian pada waktu pertama kali ibu memeriksa kehamilannya. (15)

43
Obat yang sering digunakan adalah tablet Fe sulfat, furamat, atau
glukonat secara oral dengan dosis 1x200mg.
Dosis Pengobatan
Diberikan pada sasaran (Hb < ambang batas) yaitu bila kadar Hb <
11gr% pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari
kehamilannya. (15)
Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat
menimbulkan gejala-gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung,
kadang terjadi diare dan sulit buang air besar, serta pusing. Selain itu,
setelah mengonsumsi tablet tersebut tinja dapat berwarna hitam,
namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping tablet
zat besi ini bergantung pada dosis zat besi dalam tablet tersebut,
bukan pada bentuk campurannya. Semakin tinggi dosis yang
diberikan maka kemungkinan efek samping akan semakin besar.
Tablet zat besi yang diminum saat perut dalam keadaan terisi akan
mengurangi efek samping yang ditimbulkan namun hal ini juga
menurunkan tingkat penyerapannya (Hudono, 2006).

2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi
asam folat (pterolyglutamic acid) dan jarang sekali oleh karena
defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin). Asam folat merupakan
vitamin larut air yang bersumber dari daging, hati, kacang-kacangan,
dan sayuran hijau. Penyimpanan asam folat pada tubuh yaitu di hepar.
Berbeda dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, frekuensi
anemia megaloblastik dalam kehamilan cukup tinggi di Asia. Hal ini
erat hubungannya dengan defisiensi gizi di negara yang berkembang.
Anemia megaloblastik sering ditemukan pada multipara yang berusia
lebih dari 30 tahun atau individu dengan diet tidak adekuat (intake asam
folat yang kurang). Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastik adalah pasien yang mempunyai riwayat penyakit seperti
preeklampsia, eklampsia, sickle cell anemia, dan pasien yang masih

44
dalam pengobatan epilepsi (primidone atau fenitoin) (Cunningham, et
al., 2005)..
Asam folat diperlukan untuk sintesis DNA di dalam tubuh dan karena
itu diperlukan kebutuhan asam folat maksimum saat jaringan janin
dibentuk. Defisiensi asam folat terjadi disebabkan oleh :
a) Intake yang kurang : diet yang kurang asam folat, muntah dalam
kehamilan
b) Penggunaan asam folat meningkat : kebutuhan saat hamil bertambah,
kecepatan pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan uterus.
Turunnya kadar hemoglobin tidak terjadi sampai habisnya simpanan
folat yaitu sekitar 90 hari. Gejala klinis termasuk lesu, anoreksia, depresi
mental, glossitis, ginggivitis, emesis atau diare biasa terjadi.
Efek defisiensi folat pada janin akan dapat menyebabkan kelainan berat
yang mengenai jaringan non hemopoietik, yaitu neural tube defect (NTD)
dan yang dapat terjadi merupakan isolate NTD (tanpa disertai kelainan
kongenital lain) yang kekambuhannya dapat dicegah dengan pemberian
folat. NTD adalah suatu kelainan kongenital yang terjadi akibat kegagalan
penutupan lempeng saraf (neural plate) yang terjadi pada minggu ketiga
hingga keempat masa gestasi (Pitkin, 2010).
Diagnosis anemia megaloblastik ditegakkan apabila ditemukan
megaloblas atau promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Sifat khas
anemia megaloblastik dari apusan darah tepi adalah makrositik dan
hiperkrom yang tidak selalu dijumpai kecuali apabila anemianya sudah
berat. Perubahan-perubahan dalam leukopoesis seperti hipersegmentasi
granulosit dan polimorfonuklear merupakan petunjuk bagi defisiensi asam
folat. Defisiensi asam folat sering berdampingan dengan defisiensi zat besi
dalam kehamilan. Standar baku emas untuk penegakan diagnosis anemia
megaloblastik adalah dengan pemeriksaan kadar serum folat absorption test
dan clearance test asam folat (Weiner, 2007).
Pengobatan untuk anemia megaloblastik dalam kehamilan sebaiknya
diberikan terapi oral asam folat bersama-sama dengan zat besi. Tablet asam
folat diberikan dalam dosis 1-5 mg/hari pada anemia ringan dan sedang dan
dapat mencapai 10 mg/hari pada anemia berat. Anemia megaloblastik

45
jarang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12. Apabila anemia
megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 maka dapat diberikan
secara parentral 1000µg/minggu selama 6 minggu atau sampai kadar
hemoglobin kembali normal. Oleh karena anemia megaloblastik dalam
kehamilan pada umumnya berat maka transfusi darah kadang-kadang
diperlukan pada kehamilan yang masih preterm atau apabila pengobatan
dengan berbagai obat penambah darah biasa tidak berhasil (Weiner, 2007).

H. Komplikasi
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,
baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya.
Berbagai penyulit dapat timbul akibat anemia seperti berikut (Cunningham,
et al., 2005):
1) Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
a) Abortus (keguguran)
b) Persalinan prematur
c) Gangguan pertumbuhan janin
d) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
e) Mudah terjadi infeksi
f) Hyperemesis gravidarum
g) Perdarahan sebelum persalinan
h) Ketuban pecah dini.
2) Pengaruh Anemia terhadap Persalinan
a) Gangguan his
b) Kala II dapat berlangsung lama dan partus lama
c) Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan kelemahan his.
3) Pengaruh Anemia pada saat Nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum
b) Memudahkan infeksi puerpuerium
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadinya dekompensasi kordis.
4) Pengaruh Anemia terhadap Janin
a) Kematian janin dalam kandungan

46
b) Berat bayi lahir rendah
c) Kelahiran dengan anemia
d) Cacat bawaan
e) Mudah terinfeksi hingga kematian perinatal
f) Inteligensi yang rendah.

I. Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan pada umumnya
baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa
pendarahan banyak atau adanya komplikasi lain. Anemia berat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas wanita hamil. Walaupun bayi yang
dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukkan
hemoglobin (Hb) yang rendah, namun cadangan zat besinya kurang sehingga
baru beberapa bulan kemudian akan tampak sebagai anemia infantum
(Hanretty, 2010).
Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup
baik tanpa adanya infeksi sistemik, preeklampsi atau eklampsi. Pengobatan
dengan asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa
nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan maka anemianya akan
sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan
lahirnya anak, kebutuhan asam folat jauh berkurang. Anemia megaloblastik
berat dalam kehamilan yang tidak diobati mempunyai prognosis buruk
(Weiner, 2007).

47
BAB VIII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. T adalah seorang pasien yang didiagnosis
G3P1A1 28 tahun hamil 36 minggu dengan anemia
1. Aspek Personal
Idea : Pasien ingin memeriksakan dirinya karena mudah lelah

Concern : Pasien merasakan penyakitnya mengganggu aktivitas

sehari-hari dan pekerjaannya

Expectacy : Pasien mempunyai harapan agar keluhannya membaik

Anxiety : Pasien khawatir jika keluhan mudah lelah tersebut dapat

menganggu dan berbahaya bagi kehamilannya

2. Aspek Klinis
Diagnosa : G3P1A1 28 tahun hamil 36 minggu dengan anemia

Gejala klinis yang muncul : mudah lelah, pusing, lemas, letih, lesu

Diagnosis Banding : hyperemesis gravidarum

Diagnosis Penyerta :-

3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu


a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

i. Kehamilan

ii. Wanita

iii. Riwayat abortus

b. Faktor resiko yang dapat diubah

i. Pasien kurang senang mengkonsumsi daging, hati dn sayuran hijau

ii. Pasien tidak patuh mengkonsumsi tablet sulfaferosus dari puskesmas

48
iii. Pasien jarang berolahraga

4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu


a. Pendidikan Ny.T hanya sampai SMP dan pengetahuannya mengenai
bahaya kehamilan dengan anemia masih kurang.
b. Ekonomi keluarga pasien tergolong menengah ke bawah
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2, pasien dapat merawat diri dan
melakukan pekerjaan ringan.
B. Saran
1. Memberikan informasi tentang anemia ibu hamil, faktor resiko dan
komplikasi dari penyakit tersebut
2. Menganjurkan pada pasien dan keluarga agar pasien diet sayur sayuran, buah
buahan, hati ayam dan daging. menganjurkan untuk rutin mengkonsumsi
tablet tambah darah
3. Penatalaksaan komprehensif pasien ini yang terdiri dari:
a. Personal Care
1) Initial Plan
Pemeriksaan Hb secara berkala satu minggu sekali
2) Aspek kuratif
a) Medikamentosa
PO Sulfaferosus 325 mg 1 x 1

PO Asam Folat 400 mcg 1 x 1

b) Non Medikamentosa

Diet sayuran hijau, hati, buah dan kacang kacangan

Olahraga ringan, seperti berjalan jalan.

3) KIE (konseling, informasi dan edukasi)

Edukasi pasien tentang penyebab dan komplikasi anemia ibu hamil

Edukasi bahwa sangat penting bagi ibu hamil mengecek Hb serial

sebelum melahirkan

49
Edukasi mengenai pentingnya teratur meminum tablet penambah darah

bagi ibu hamil, serta efek samping yang mungkin muncul dari tablet

tambah darah tersebut.

Edukasi untuk melanjutkan diet pengaturan pola makan

4) Aspek Preventif
5) Aspek Promotif
6) Monitoring

b. Family Focused
c. Community Focused

50
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham F.G, Hauth J.C, Bloom S.L, Leveno K.J et al. Hematological disorders.
2005. In : William obstetrics. 22nd edition. New York : Mc-Graw Hill
Medical Publishing Division, 1143-8.
Hanretty K.P. Systemic diseases in pregnancy. In : Hanretty K.P, Ramsden I,
Callander R. 2010. Obstetrics illustrated. 6th edition. London : Churchill
Livingstone 137-41.
Hudono S.T. Penyakit darah. Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin A.B, Rachimhadhi
T. 2006. Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo,; 448, 450-7.
Pernoll M.L. Medical and surgical complications during pregnancy :Hematologic
disorders. 2011. In : Benson & Pernoll’s handbook of obstetrics
&gynecology. 10th edition. New York : McGraw-Hill Medical Publishing
Division,; 435-8
Pitkin J, Peattie A.B, Magowan B.A. Anemia in pregnancy. 2010. In : Obstetrics
and gynaecology, an illustrated colour text. 1st edition. London : Churchill
Livingstone 32-3.
Szymanski L.M, Mumuney A.A. Hematologic disorders of pregnancy. In: Fortner
K.B, Szymanski L.M, Fox H.E, Wallach E.E et al. 2007. The Johns Hopkins
manual of gynecology and obstetrics. 3rd edition. Maryland : Lippincott
Williams & Wilkins ; 216.
Weiner C.P, Oh C. Coagulation and hematological disorders of pregnancy. In :
Reece E.A, Hobbins J.C, GantN.F. 2007. Clinical obstetrics, the fetus &
mother. 3rd edition. Massachusetts : Blackwell Publishing,; 849-51.

51
Lampiran I. Dokumen Kegiatan Kunjungan Rumah

52
Lampiran II. Daftar Pertanyaan (Pretest dan Posttest)

1. Apa yang anda ketahui tentang anemia?


2. Apa saja tanda dan gejala anemia?
3. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada anemia ibu hamil?
4. Bagaimana cara mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil?
5. Apa pentingnya melakukan pemeriksaan Hb rutin di puskesmas bagi ibu
hamil?

53

Anda mungkin juga menyukai