Disusun Oleh:
Kelas A 15.2
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelahiran merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi seorang
ibu. Anak yang lahir dengan kondisi sehat adalah harapan semua wanita.
Tetapi tidak semua wanita melahirkan secara normal serta mendapatkan bayi
yang sehat. Terdapat berbagai komplikasi yang terjadi pada saat persalinan.
Dalam hal ini yang paling sering ditemukan adalah kasus asfiksia neonatorum
atau asfiksia pada bayi baru lahir. Menurut Nur arif dan Kusuma (2016),
asfiksia neonatorum adalah suatukeadaan bayi baru lahir yang mengalami
gangguan tidak segera bernafas secaraspontan dan teratur setelah lahir.
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan ataupersalinan.
Menurut WHO, setiap tahunnya , sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian balita, sebanyak 38% meninggal pada masa
BBL (IACMEG, 2005). Kematian BBL di Indonesia terutama disebabkan oleh
prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%), kelainan kongenital (7%),
lain-lain (9%) (WHO, 2007)
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena
Hambatan pertukaran gas serta transpor oksigen dari ibu ke janin, sehingga
terdapat gangguan dalam persediaan oksigen dan dalam menghilangkan
karbondioksida. Faktor-faktor predisposisi pada asfiksia bayi baru lahir antara
lain karena persalinan tindakan (ekstraksi forceps, vacuum ekstraksi, dan
seksio sesarea) dengan berbagai komplikainya yang bersifat depresi terhadap
pernafasan bayi baru lahir, hipertensi dan preeklamsia pada ibu, solusio
plasenta, maupun kompresi tali pusat bayi, sementara itu proses kelahiran
sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien). Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi ‘primary gasping’ yang kemudian
akan berlanjut dengan pernafasan teratur (Hasan, Ed.,dkk, 2007). Dampak
2
asfiksia yang tidak tertangani dengan cepat dan baik dapat menyebabkan
kematian bayi baru lahir (Hasan Ed.dkk, 2007).
Upaya-upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas,
asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga
profesional. Untuk menurunkan kematian BBL karena asfiksia, persalinan
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan
ketrampilan manajemen asfiksia pada BBL. Kemampuan dan ketrampilan ini
digunakan setiap kali menolong persalinan. (JNPK-KR, 2008), sehingga dapat
meningkatkan kesehatan dan taraf hidup ibu dan bayi yang pada akhirnya
dapat menurunkan AKI dan AKB. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
akan membahas mengenai asuhan keperawatan asfiksia neonatorum serta
penatalaksanaan pada kasus asfiksia neonatorium.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum.
Mendapatkan pembelajaran dari asuhan keperawatan pada bayi dengan
Asfiksia di ruang perinatologi Melati RSUD Tidar Magelang.
2. Tujuan khusus
Setelah selesai menyelesaikan tugas membuat asuhan keperawatan
padabayi dengan asfiksia, penulis mampu :
a) Memahami dasar pengkajian dari keperawatan bayi dengan asfiksia
diruang Perinatologi Melati RSUD Tidar Magelang.
b) Memahami diagnosa keperawatan bayi dengan asfiksia diruang
perinatologi RSUD Tidar Magelang.
c) Memahami perencanaan asuhan keperawatan bayi dengan asfiksia
diruang perinatologi RSUD Tidar Magelang.
d) Memahami implementasi asuhan keperawatan bayi dengan asfiksia
diruang perinatologi RSUD Tidar Magelang.
e) Memahami evaluasi dari asuhan keperawatan bayi dengan asfiksia
diruang perinatologi RSUD Tidar Magelang.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Asfiksia
Faktor ibu, Janin,Suatu keadaan
Faktorbayi
dan Plasenta lainbaru lahir yang
: anastesi, mengalami
obat-obatan gangguan tidak bernapas
narkotik BBLR
Usia < 20 dan > 35 spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama
secara
Anemia saat hamil
Hipertensi kehamilan atau persalinan (Sofian, 2012).
Partus lama Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
Lilitan tali pusat
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarono, 2011).
Prematur Asfiksia neonatorum
Gamelli Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Presentasi janin abnormal
gangguan pertukaran gas dan kesulitan Paru-parumengeluarkan karbondioksida
terisi cairan
Plasenta tipis/kecil
Plasenta tak (Sartono,
menempel2010). Fase dipsneu/ sianosis (4 menit)
Perdarahan plasentaAsfiksia neonatorum dapat merupakan kelanjutan dari kegagalan janin
Solusio plasenta
(fetal distress) intrauteri. !etal distress adalah keadaan ketidakseimbangan
antara kebutuhan CO2 dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan
metabolism janin menujuKadar O2 rendah
metabolism
Gangguananaerob, yang menyebabkan
metabolisme dan perubahanhasil
asamakhir
basa
Co2 meningkat
metabolismenya bukan lagi CO2 (Manuaba, 2008).
B. Klasifikasi
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
Penilaian 0 1 2
Appearance ( warna Medula oblongata
Pucat atau biru Tubuh Seluruh tubuh
kulit) kemerahan, kemerahan
eskstermitas biru
Pulse Rate (Nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dr=ari 100
Nafas cepat, berat TD meningkat x/menit x/menit
Grimance (Reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Gerakan kuat
Rangsang) atau melawan
Asidosis respiratorik
Activity (Tonus Lumpuh Ekstermitas Gerakan aktif
otot)Fase konvulsi (2 menit) sedikit fleksi
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat
(pernafasan) teratur
Fase apneu (1 menit)Ketidakefektifan pola nafas
Asfiksia dibagi
Kejang menjadi
klonik 3 yaitu (Intarti
Gangguan dkk,
pertukaran 2016) :perfusi ventilasi
Gangguan
gas
1) Bayi normal dengan APGAR 10w
2) Asfiksia ringan (APGAR score 7-9)
3) Asfiksia sedang (APGAR score 4-6)
Depresi pusat pernafasan
4) Kesadaran
KejangAsfiksia
tonik menurun
berat (APGAR score Relaksasi
0-3) spingter
Fase akhir
C. Pathways
Opistotonik
Paralis pusat pernafasan 4
Henti nafas
Kematian bayi Resiko cedera
Kesadaran mulai hilang
Pupil dilatasiDJJ menurun
Kerusakan
TDotak
turun
5
D. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap
2) Analisa gas darah
3) GDS
4) Pemeriksaan radiologi (USG : Kepala, ECG, CT-Scan, Foto polos
dada)
E. Proses Keperawatan
I. Pengkajian
1. Biodata atau identitas pasien
a. Bayi: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal
masuk dan alamat.
b. Orangtua : nama ayah dan ibu, umur,suku, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari
riwayat antennal pada kasus asfiksia:
1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok, ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit diabetes militus, kardiovaskuler dan paru.
2) Kehamilan dengan risiko persalinan preterm misalnya
kehamilan multiple, kelainan kongenetal dan riwayat persalinan
preterm.
3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinuitas atau tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan,
4) Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin
menurun.
b. Riwayat intranatal komplikasi persalinan yang perlu dikaji:
1) Kala 1 : ketuban keruh, berbau, mekonial, perdarahan,
antepartum baik solusio plasenta atau plasenta previa.
2) Kala 2 : persalinan lama, partus kasep, ibu kelelahan atau
persalinan dengan tindakan (vacum ekstraksi).
3) Adanya trauma lahir yang dapat menggangu sistem
pernafasan.
4) Persalinan dengan tindakan bedah sesar.
c. Riwayat post natal yang perlu dikaji:
1) Apgar score bayi baru lahir 30-60 detik pertama dan 5
menit kedua.
6
2) Berat badan bayi lahir: kurang atau lebih dari 2500-4000
gram, preterm atau BBLR kurang dari 2500 gram, aterm lebih dari
sama dengan 2500 gram. Lingkar kepala 34-36 cm.
3) Adanya kelainan kongenetal: hydrocephalus.
d. Keadaan umum : Pada asfiksia neonatus keadaan lemah dan hanya
merintih.keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan aktif dan
menagis dengan keras.Kesadaran neonatus dapat dilihat dari respon
terhadap rangsangan.
e. Tanda-tanda vital : Pada neonatus pernafasan normal 40-60
x/menit, pada bayi dengan asfiksia pernafasan belum teratur. berisiko
terjadi hipotermi bila suhu tubuh kurang dari 36.5oC dan berisiko
hipertermi bila suhu lebih dari 37.5oC. nadi normal 120-140 x/menit.
f. Sirkulasi
1) Bunyi jantung: lokasi di mediasternum dengan titik
intensitas maksimal tepat di kiri dari mediasternum pada ruang
intercoste III/IV.
2) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama
kehidupan.
3) Tali pusat putih dan bergelatin.
g. Eliminasi : Dapat berkemih saat lahir.
h. Makanan atau cairan
1) Berat badan: 2500-4000 gram
2) Panjang 44-45 cm
3) Turgor kulit elastic (bervariasi sesuai gertasi)
i. Neurosensori
1) Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Pada neonatus post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah.
j. Pernafasan
1) Skor APGAR
2) Kulit: warna kulit tubuh kemerahan, sedangkan pada
ekstremitas berwarna kebiruan atau pucat.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
2. Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
3. Hiperbilirubin b.d Nutrisi bayi tidak adekuat
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
asupan diet kurang
8
b) Kulit tidak keriput
c) Kadar bilirubin indirek dalam rentang normal (< 1 mg/Dl)
Rencana Tindakan :
1) Kaji ulang terkait riwayat maternal dan faktor risiko ibu
dengan bayi
2) Observasi tanda-tanda kuning
3) Monitor kadar bilirubin per protocol
4) Kolaborasi pemberian fototerapi sesuai advice
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Hari/ Tgl Pengkajian :Senin, 17 September 2018 Pukul : 13.00 WIB
A. Data Demografi
1. Klien/Pasien
a) Nama : By A
b) Tgl Lahir/usia : 08-09-2018 (17 hari)
c) Jenis kelamin : Laki-laki
d) Kewarganegaraan : Indonesia
e) Tanggal masuk RS : 8-09-2018
B. Riwayat Klien
1. Riwayat Kehamilan :G2P1A1
a. ANC
Ny. A mengatakan bahwa ia rutin periksa kehamilan 1 bulan sekali
ke bidan sejak usia kehamilan kurang lebih 1 bulan
b. Riwayat Penggunaan Obat-obatan
Ny. A mengatakan bahwa ia tidak mengkonsumsi obat-obatan
selain obat yang diberikan oleh bidan, seperti tablet Fe
c. Lain-lain
-
2. Riwayat persalinan
Usia Gestasi :32 minggu
Berat badan lahir : 1810 gram
Jenis persalinan : Spontan
Indikasi : PPI
Apgar score :6-6-7
Kejadian penting selama proses persalinan : Berawal adanya flek
coklat setelah BAK. Lalu dibawa ke RSUD Tidar. Mulai terasa
kenceng-kenceng pukul 22.00 WIB. Pukul 00.30 WIB ketuban pecah
dan bayi lahir pukul 00.35 WIB
3. Faktor risiko Ibu :
10
Ketuban pecah dini :-
Preeklamsia :-
Ibu dengan infeksi :-
Lain-lain :-
4. Riwayat alergi : Ny. A tidak memiliki riwayat alergi
makanan, minuman, ataupun obat-obatan
Keterangan gambar :
: laki-laki : pasien
: perempuan : meninggal
: tinggal dalam satu rumah
Output
Urine = 60 cc x 5 = 300
Residu = 6 cc/2 jam (24) + 2 cc/2 jam (16) = 40
IWL = 60 x 1,630 = 97.8
Jumlah = 437,8
Balance cairan = 465 – 437,8 = +27,2
5. Istirahat tidur
a. Status tidur-terjaga : Pasien tidur terus menerus dan
nyenyak
b. Kualitas tidur : Baik
6. Aktivitas
a. Gerakan : kurang aktif
12
b. Tangisan : cukup kuat
c. Sistem Muskuloskeletal
1) Tonus otot : ekstermitas atas dan bawah, Fleksi dan
Ekstensi Aktif
g. Perkembangan (Refleks)
14
Moro : pasien dapat merespon dengan
menggerakkaan anggota badan, ketika dikagetkan
Menghisap : lemah
Menelan : baik
Rooting : pasien dapat menerima rangsangan
ketika tangan diletakkan dimulut
F. Pengkajian Psikososial
1. Respon Hospitalisasi :
Bayi tampak tenang
2. Pengetahuan Orang Tua Tentang Kondisi Bayi
Ny A mengatakan bahwa ia mengetahui bayinya lahir belum cukup bulan
dengan berat badan sedikit dan membutuhkan perawatan
3. Kunjungan Orang Tua Terhadp Bayi
Ny A mengatakan bahwa ia selalu menunggu bayinya di ruang tunggu
selama 24 jam
4. Interaksi Orang Tua Dan Bayi
Ny A mengatakan bahwa ia selalu meyentuh bayinya jika ia menengok
bayinya
5. Suasana Hati Orang Tua
Ny A mengatakan bahwa ia cemas karena keadaan bayinya yang belum
membaik.
G. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium 09-09-2018
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI INTERPRETASI
RUJUKAN
Hemoglobin 16.1 g/dL 13 – 18 Normal
Leukosit 6.6 10^3/uL 4-11 Normal
Eritrosit 4.6 10^6/uL 4.5-6.5 Normal
Hematokrit 46.1 % 40-54 Normal
Angka trombosit 270 10^3/uL 150-450 Normal
Eosinofil 3 % 1-6 Normal
Basofil 0 % 0-1 Normal
Netrofil segmen L 29 % 40-75 Rendah
Limfosit H 58 % 20-45 Tinggi
Monosit 10 % 2-10 Normal
15
RDW-CV H 15.9 % 11.6-14.4 Tinggi
RDW-SD H 57.5 fL 35.1-43.9 Tinggi
P-LCR 18.7 % 9.3-27.9 Normal
MCV H 100 fL 76-96 Tinggi
MCH H 34.9 pg 27.5-96 Tinggi
MCHC 34.9 g/dl 30-35 Normal
Golongan Darah O
16
H. Terapi Medis
Jenis Terapi Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek samping
Inj D 10 % 60cc/kgBB/hari Sebagai sumber energi Hiperglisemia, diabetes Hiperglisemia iritasi lokal,
(larutan nutrisi) dengan insipidus dan penderita dengan anuria, oliguria,edema,
kandungan kalori 400 “glucose-galactose- hipokalemia, hipomagnesia
kalori per liter. malabsorption-syndrome”. dan hipofosfatemia
Penderita anuria, intracranial
atau intraspinal, haemorrhage.
Inj Cefotaxime 2x80mg/9 jam Infeksi saluran napas, Hipersensitif terhadap Mual
termasuk hidung dan antibiotik cephalosporin Muntah
tenggorokan Nyeri Kepala
Inj Gentacimin 1x8mg/9jam Impetigo, folikulitis, Orang yang memiliki alergi Iritasi ringan pada kulit
pioderma, eksim, atau hipersensitif terhadap Kemerahan Gatal-gatal
psoriasis, luka bakar gentamisin ataupun komponen
ringan, lecet, ataupun lain yang terkandung dalam
luka-luka lain obat.
Ibu hamil atau berencana
untuk hamil, kecuali atas
rekomendasi dokter.
Ibu menyusui, kecuali atas
rekomendasi dokter
17
I. ANALISA DATA
No Problem Etiologi
Data Fokus
1. DS : - Pola Nafas tidak Hiperventilasi
DO : Efektif
- Pasien terlihat sesak
- Pasien terlihat kesulitan bernafas
- RR : 65x/menit
- N 134 x/menit
- SpO2 : 96%
- Nafas cepat dan dangkal
- Terpasang CPAP PEEP 8 FiO2 40%
- Adanya retraksi dinding dada
2. DS : Hambatan Ventilasi-Perfusi
- Ibu mengatakan bahwa saat lahir bayinya tidak menangis Pertukaran Gas
- Ibu mengatakan bahwa saat lahir bayinya sesak
DO :
- RR : 65x/mnt
- SpO2 : 96%
- N 134 x/menit
- Nafas cepat dan dangkal
- Adanya retraksi dinding dada
- Adanya nafas cuping hidung
- Terpasang CPAP PEEP 8 FiO2 40 %
3. DS :- Hiperbilirubine Nutrisi Bayi Tidak Adekuat
DO : Neonatorium
18
- Hasil pemeriksaan bilirubin 10.26 mg/dL
- Skrela dan kulit tampak ikterik
- Membran mukosa kuning
- Berat badan Bayi = 1630 gram
- Diet ASI 20 cc/2 jam melalui OGT
- Reflek hisap lemah
4. DS : Ketidakseimbanga Asupan diet kurang
DO : n Nutrisi : kurang
Pengkajian ABCD dari kebutuhan
a) Antropometri
- Berat badan lahir : 1810 gram
- Berat badan sekarang : 1630 gram
- Lila : 9 cm
- Lika : 29 cm
- Panjang Badan : 41 cm
b) Biokimia
- HB : 16.1 mg/dL
- Hematokrit : 46.1 %
c) Klinis
- Kulit kering , sklera ikterik
- Rambut kusut
- Reflek hisap lemah
- Terpasang OGT
- Gerakan kurang aktif
d) Diet : ASI 20 cc/2 jam
19
J. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Tgl/Jam Ditemukan Dx Kep TTD Tgl/Jam Teratasi TTD
1. Senin, 17 September Pola Nafas tidak Efektif berhubungan dengan 20 September 2019
21.00 WIB
2018 Hiperventilasi
13.10 WIB
2. Senin, 17 September Hambatan Pertukaran Gas berhubungan dengan 20 September 2019
21.00 WIB
2018 ventilasi-perfusi
13.20 WIB
3. Senin, 17 September Hiperbilirubine Neonatorium berhubungan 20 September 2019
21.00 WIB
2018 dengan Nutrisi Bayi Tidak Adekuat
14.00 WIB
4. Senin, 17 September Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari 20 September 2019
21.00 WIB
2018 kebutuhan berhubungan dengan asupan diet
14.30 WIB
kurang
20
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi
No Tgl/Jam No. Dx Kep
Tujuan Tindakan TTD
1. 18 Pola nafas tidak Setelah dilakukan dilakukan tindakan Airway manajement
September efektif keperawatan selama 3x24 jam, pola 1. Memonitor status 02
2. Monitor vital sign
2018 berhubungan nafas kembali efektif dengan Kriteria
3. Bersihkan mulut, hidung dan sekret
07.00
dengan Hasil:
trakea dengan tepat
WIB
Hiperventilasi 1. Klien menunjukkan kepatenan jalan 4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
(Posisikan klien semi-ventilasi)
nafas
5. Observasi adanya tanda tanda
2. Frekuensi pernafasan dalam rentang
hipoventilasi
normal (100-120 x/menit) dan tidak
6. Kolaborasi : pemberian oksigenasi
ada suara nafas abnormal
CPAP PEEP sesuai dengan advice
3. SpO2 dalam rentang normal (95-
100 %)
4. Tidak sianosis
21
x/mnt
2. Irama nafas teratur
3. Tidak ada bunyi tambahan pada
auskultasi paru
4. Tekanan inspirasi maksimal
5. SpO2 > 95%
6. Klien mampu bernafas spontan
7. Nadi normal (100-120) x/mnt
3. 18 Hiperbilirubine Setelah dilakukan tindakan selama Fototerapi (6924)
september Neonatorium 3X24 jam, diharapkan pasien tidak 1. Kaji ulang terkait riwayat maternal
2018 berhubungan ikterik dengan kriteria hasil sebagai bayi dan factor risiko terjadi
08.00
dengan Nutrisi berikut : hiperbilirubin
WIB 2. Observasi tanda-tanda kuning
Bayi Tidak a. Sklera, Kulit dan membrane
3. Tutupi kedua mata pasien, hindari
Adekuat mukosa tidak kuning/ikterik
penekanan yang berlebihan, pantau
b. Kulit tidak kering atau keriput
c. Kadar bilirubin dalam batas jarak cahaya dengan pasien 30 – 50 cm
4. Monitor kadar serum bilirubin per
normal <1 mg/dL
protocol
5. Monitor perubahan pada integritas
kulit
6. Kolaborasi : pemberian/intensitas
fototerapi sesuai advis Dokter
22
08.30 berhubungan dengan kriteria hasil: ditentukan
a. Berat badan klien meningkat 4. Bantu Klien untuk menetek dengan
WIB dengan asupan diet
dari berat badan ideal orang tua (Ibu) secara mandiri.
kurang
b. Reflek menghisap dan menelan 5. Dukung partisipasi orang tua dalam
klien baik memberikan nutrisi kepada klien
c. Residu lambung klien tidak ada
(ASI)
23
L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO. DX. JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD
KEP.
Selasa, 18 September 2018
1. 4 07.00 Menimbang BB klien S:-
WIB O : BB 1646 gram
4 07.02 S:-
O : Mulut tampak bersih
WIB Melakukan oral hygine kepada klien
1 S:-
07.02
O : RR : 65 x/menit, Saturasi Oksigen, 96
WIB
%, Pasien terlihat sesak, Adanya retraksi
Memonitor status O2
dinding dada
1,2
07.30 S:-
WIB O : terpasang CPAP PEEP 8 FiO2 40 %
1
07.35
S:-
WIB Memonitor CPAP
1 O : Klien tampak sesak nafas, RR=
07.50 65x/menit
S:-
WIB
O : Pasien tidak terdapat tanda-tanda
1 Memonitor kepatenan jalan nafas
hipoventilasi . RR = 65x/menit
(Memposisikan klien semi-ventilasi)
08.00
S:-
24
WIB Mengobservasi adanya tanda tanda O : Klien tampak tenang
Cefotaxime 80 mg
hipoventilasi
4 Gentamicin 8 mg
08.10,
10.00, S: -
1,2
12.00 O: intake 20 cc ASI, BAK +, BAB -,
WIB Mendukung partisipasi orang tua dalam Residu 2 cc
memberikan nutrisi kepada klien (ASI)
13.00
4
WIB
S:-
O : Suhu = 65 x/menit, sp02 = 96 %,, HR
Memberikan ASI melalui OGT sesuai diet
3
13.10 = 134 x.menit, GDS = 105
yang ditentukan
Tidak ada bunyi paru tambahan
WIB
25
frekuensi nafas, kedalaman nafas, catat area
penurunan aliran udara atau bunyi tambahan
3
S:-
O : Hasil Pemeriksaan Bilirubin 17/09/18
14.00
Bilirubin total = HH 10.26
WIB
Membantu Klien untuk menetek mandiri Bilirubin direk = H 0.53
dengan orang tua (Ibu) Bilirubin indirek = H 9.73
15.00
3
Fototerapi dilakukan 1x24 jam
WIB
26
Melaksanakan program fototerapi sesuai advis S = -
Dokter. O = Tampak ikterik pada sklera,
Menutupi kedua mata pasien, hindari membran mukosa kuning, kulit dari
penekanan yang berlebihan, pantau jarak kepala, leher kuning.
cahaya dengan pasien 30 – 50 cm dan
melepas pakaian klien. S:-
O : Kulit keriput dan kering
S:-
Berkolaborasi :memberikan /intensitas
O : dilakukan fototerapi
3 fototerapi sesuai advis Dokter.
08.00 Pukul 06.00 – 14..00 selama 8 jam,
Menutupi kedua mata pasien, hindari
WIB kurang 6 jam
penekanan yang berlebihan, pantau jarak
Pukul 14.00 – 20.00 selama 6 jam,
3
cahaya dengan pasien 30 – 50 cm
08.00
WIB S:-
Mengobservasi tanda-tanda hiperbilirubin
1,2 O : Tampak kuning pada sklera, membran
09.00 mukosa, kulit dari kepala, leher
WIB
4 S:-
O : Klien tampak sesak nafas . RR =
Memonitor kepatenan jalan nafas
08.00,
39x/menit
(Memposisikan klien semi-ventilasi)
10.00,
28
4 12.00 S:-
O : Pasien tidak terdapat tanda-tanda
WIB
hipoventilasi . RR = 39x/menit
Mengobservasi adanya tanda-tanda
13.00
hipoventilasi
1,2,4 WIB
S: -
O: Intake 20 cc ASI, BAK +, BAB +,
Residu 3 cc
14.00 Memonitor intake dan output klien
3
WIB Memberikan ASI sesuai diet yang ditentukan
S:-
O : Kulit keriput dan kering
S=-
Memonitor kadar serum bilirubin
3 O = Hasil Pemeriksaan lab bilirubin total
08.00
5.01 mg/Dl, indirek = 4.23 mg/dl, direk =
WIB
0.8 mg/dl
4
08.00, S=-
10.00, O = Tampak kuning pada sklera,
Mengobservasi tanda-tanda kuning
12.00 membrane mukosa, kulit dari kepala dan
WIB leher,
13.00
1,2
WIB
S: -
13.00 O: intake 20 cc ASI, BAK +, BAB +,
Memonitor intake dan output klien
WIB Residu : -
4 Berikan ASI sesuai diet yang ditentukan
14.30
31
3 WIB
S:-
O : Suhu = 36.2 Oc, RR = 36 x/menit,
15.30 sp02 = 96 %,, HR = 127 x.menit, GDS =
Memonitor vital sign, Mengkaji bunyi paru,
3
WIB 102
frekuensi nafas, kedalaman nafas, catat area
penurunan aliran udara atau bunyi tambahan
S : Ibu mengatakan siap untuk melatih
17.50
refleks hisap klien
3 WIB
O : Klien tampak sudah mulai bisa
Membantu Klien untuk menetek mandiri
menghisap sebanyak 2 cc
4
dengan orang tua (Ibu)
18.00
S:-
WIB
O : Klien tidak ada tanda kemerahan,
20.00 bitnik putih, Kulit keriput dan kering
22.00 Memonitor perubahan pada integritas kulit
WIB
S=-
O = Tampak ikterik pada sklera,
membran mukosa kuning, kulit dari
Mengobservasi tanda-tanda hiperbirubin
kepala, leher kuning.
S:-
32
O : Kulit keriput dan kering
33
M.EVALUASI KEPERAWATAN
NO TANGGAL/ DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI TTD
JAM
1 18-09-18 Pola nafas tidak efektif berhubungan S : -
21.00 O:
dengan Hiperventilasi
1. RR : 65x/menit
2. Irama nafas tidak teratur
3. Pasien masih sesak
4. Ada retraksi dinding dada
5. SpO2 : 96%
6. Nadi 134 x/mnt
A : Masalah pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau tanda-tanda
hipoventilasi/hiperventilasi
- Monitor TTV
- Monitor terapi CPAP dengan PEEP dan FiO2
sesuai program dokter
2 18-09-18 Hambatan pertukaran gas berhubungan S : -
21.00 O:
dengan ventilasi-perfusi
1. RR : 65x/menit
2. Irama nafas tidak teratur
3. Tidak ada bunyi tambahan pada auskultasi paru
4. Tekanan inspirasi belum maksimal
5. SpO2 : 96%
6. Klien masih menggunakan alat bantu CPAP PEEP 8
34
FiO2 40 %
7. Nadi 134 x/mnt
A : Masalah pertukaran gas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau irama nafas dan kedalaman nafas
- Monitor TTV
- Memonitor CPAP
3 18-09-18 Hiperbilirubin Neonatorium S =-
21.00
berhubungan dengan Nutrisi bayi tidak O =
adekuat Masih program fototerapi
- Ikterik pada kepala dan leher
- kulit kering
A = Masalah hiperbilirubinemia neonatal belum
teratasi
P = Lanjutkan Intevensi
- Kaji ulang tanda ikterik pada pasien
- lakukan fototerapi sesuai dengan advise dokter
- pantau kulit dan membrane mukosa
- cek kadar bilirubin post fototerapi
4 18-09-18 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari S: -
21.00 O:
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
a. BB klien meningkat menjadi 1646 gr
asupan diet kurang b. Reflek menghisap lemah
c. Residu lambung : 2 cc ASI
A: Masalah belum teratasi
35
P: lanjutkan intervensi untuk menaikkan berat badan
- Monitor intake dan output klien
- Monitor berat badan klien
- Berikan ASI sesuai diet yang ditentukan
- Dukung partisipasi orang tua dalam memberikan
nutrisi kepada klien (ASI)
- Latih klien untuk menetek
Rabu 19 September 2018
1 19-09-18 Pola nafas tidak efektif S : -
21.00 O:
berhubungan dengan
a. RR dalam batas normal yaitu : 39x/menit
Hiperventilasi
b. Irama nafas teratur
c. Pasien masih sesak
d. Masih ada retraksi dinding dada
e. SpO2 : 97%
f. Nadi 128 x/mnt
A : Masalah pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau tanda-tanda hipoventilasi/hiperventilasi
- Monitor TTV
- Kolaborasi terapi CPAP PEEP sesuai anjuran
2 19-09-18 Hambatan pertukaran gas S : -
21.00 O:
berhubungan dengan ventilasi-
a. RR dalam batas normal yaitu : 39x/menit
perfusi
b. Irama nafas teratur
c. Tidak ada bunyi tambahan pada auskultasi paru
d. Tekanan inspirasi belum maksimal
e. SpO2 : 97%
f. Klien masih menggunakan alat bantu CPAP PEEP 8 FiO2
36
40 %
g. Nadi 128 x/mnt
A : Masalah pertukaran gas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau irama nafas dan kedalaman nafas
- Monitor TTV
3 19-09-18 Hiperbilirubin Neonatorium S =-
21.00
berhubungan dengan Nutrisi O =
bayi tidak adekuat Masih dilakukan fototerapi
- Ikterik pada kepala dan leher
- kulit kering dan kerusakan integritas kulit (-)
A = Masalah hiperbilirubinemia neonatal belum teratasi
P = Lanjutkan intevensi
- Kaji ulang tanda ikterik pada pasien
- lakukan fototerapi sesuai dengan advise dokter
- pantau kulit dan membrane mukosa
- cek kadar bilirubin post fototerapi
4 19-09-18 Ketidakseimbangan nutrisi: S: -
21.00 O:
kurang dari kebutuhan tubuh
a. BB klien meningkat menjadi 1657 gram
berhubungan dengan asupan b. Reflek menghisap masih kurang baik
c. Residu lambung : 3 cc ASI
diet kurang
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi untuk menaikkan berat badan
- Monitor intake dan output klien
- Monitor berat badan klien
37
- Berikan ASI sesuai diet yang ditentukan
- Dukung partisipasi orang tua dalam memberikan nutrisi
kepada klien (ASI)
- Latih klien untuk menetek
Rabu 20 September 2018
1 20-09-18 Pola nafas tidak efektif S : -
21.00 O:
berhubungan dengan
a. RR dalam batas normal yaitu : 36x/menit
Hiperventilasi
b. Irama nafas teratur
c. Pasien masih sesak
d. Retraksi minimal masih terlihat
e. SpO2 : 96%
f. Nadi 127 x/mnt
A : Masalah pola nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau tanda-tanda hipoventilasi/hiperventilasi
- Monitor TTV
- Kolaborasi terapi CPAP dengan PEEP dan FiO2 sesuai
anjuran
2 20-09-18 Hambatan pertukaran
gas S : -
21.00 O:
berhubungan dengan ventilasi-
a. RR dalam batas normal yaitu : 36x/menit
perfusi
b. Irama nafas teratur
c. Tidak ada bunyi tambahan pada auskultasi paru
d. Tekanan inspirasi belum maksimal
e. SpO2 : 96%
f. Klien masih menggunakan alat bantu CPAP PEEP 8 FiO2
40 %
38
g. Nadi 127 x/mnt
A : Masalah pertukaran gas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau irama nafas dan kedalaman nafas
- Monitor TTV
- Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD
3 20-09-18 Hiperbilirubin Neonatorium S =-
21.00
berhubungan dengan Nutrisi O =
bayi tidak adekuat Hasil Pemeriksaan Bilirubin = 5.01mg/dL
- Ikterik pada kepala dan leher
- kulit kering dan kerusakan integritas kulit (-)
A = Masalah teratasi
P = Pertahankan kondisi
- Pantau kulit dan membrane mukosa
4 20-09-18 Ketidakseimbangan nutrisi: S = -
21.00 O=
kurang dari kebutuhan tubuh
a. BB klien meningkat menjadi 1703 gram
berhubungan dengan asupan b. Reflek menghisap klien membaik
c. Residu lambung klien kosong
diet kurang
A: Masalah nutrisi teratasi
P: pertahankan kondisi
- Monitor intake dan output klien
- Monitor berat badan klien
- Dukung partisipasi orang tua dalam memberikan nutrisi
kepada klien (ASI)
39
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis,
bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak
atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia
(peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH). Asfiksia di bagi menjadi 3
jenis, yaitu Nilai 0-3 : Asfiksia berat Nilai 4-6 : Asfiksia sedang Nilai 7-10 :
Normal. Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat
timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. karena itu
penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran penting
untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala
sisa.
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara
baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi
tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi
utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang
menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk
menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang
tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan
melakukan pernapasan buatan (bila perlu).
Diagnosa keperawatan yang dapat diangakat adalah :
- Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
- Hambatan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ventilasi-Perfusi
- Hiperbilirubine Neonatorium berhubungan dengan Nutrisi Bayi tidak
Adekuat
- Risiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan asupan diet kurang
Dalam implementasi dari diagnose tersebut, evaluasi dari masalah yang sudah
teratasi adalah masalah Hiperbilirubine neonatorium dan masalah nutrisi.
40
B. Saran
1. Mahasiswa
Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan keperawatan
yang telah didapatkan, yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan
mampu memberikan informasi secara maksimal kepada masyarakat
mengenai penyakit asfiksia
2. Institusi
Semoga makalah asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai
bahan tambahan informasi, bahan pustaka, dan referensi untuk civitas
keperawatan Universitas Diponegoro.
41
DAFTAR PUSTAKA
Intarti, W.D, dkk, 2016. Efektifitas Muscle Pumping dalam Meningkatkan Score
Apgar pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia. Jurnal Kebidanan 08 (01)
1-126.
42