oleh
Mujahid Ramadan
12/334480/PT/06353
SKRIPSI
Diserahkan guna memenuhi sebagian syarat
yang diperlukan untuk mendapatkan gelar
SARJANA PETERNAKAN
pada
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya seni ini saya persembahkan untuk mendapat ridho dan cinta
Allah SWT, yang telah dan akan selalu mengirim para malaikat – malaikat
terbaikNya, terutama Ayahanda Khoirul Anam, Ibunda Rohatul Jannah, dan
adik tersayang Ainiyah Firdaus. Shalawat dan salam kepada semua Nabi
dan RasulNya sebagai pembimbing sebenar-benarnya di kehidupan dunia
dan setelahnya. Beserta itu pula keluarga besar, baik yang sedarah
maupun tidak serta milyaran sahabat dan rekan yang berkat dukungan, do’a
dan upayanya yang tak terhingga, tak terkira dan tak ternilai, karya ini tuntas
dan membahagiakan sedari awal penelitian hingga penulisan. Semoga
rahmat, cinta dan perkenanNya selalu tercurah kepada kita semua.
Termasuk pula padamu yang membaca ini, calon adik, kakak, teman,
sahabat atau bahkan keluarga baruku. Do’aku menyertaimu. Temukan
jalan “sunyi” mu.
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Diajukan oleh:
Mujahid Ramadan
12/334480/PT/06353
Pembimbing Utama
Ir. Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D., IPM.
NIP. 1973111 199903 1001
Pembimbing Pendamping
Prof. Dr. Ir. Ristianto Utomo, SU., IPM.
NIP. 19501116 197903 1001
Mengetahui
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Mujahid Ramadan
12/334480/PT/06353
Pembimbing utama
Sebagai ketua
Anggota
Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada
Dekan
iv
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Menyatakan bahwa dalam dokumen ilmiah Skripsi ini tidak terdapat bagian
dari karya ilmiah lain yang telah diajukan untuk memperoleh gelar akademik
di suatu lembaga Pendidikan Tinggi, dan juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang/ lembaga lain,
kecuali yang secara tertulis disitasi dalam dokumen ini dan disebutkan
sumbernya secara lengkap dalam daftar pustaka.
Dengan demikian saya menyatakan bahwa dokumen ilmiah ini bebas dari
unsur-unsur plagiasi dan apabila dokumen ilmiah Skripsi ini di kemudian
hari terbukti merupakan plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau
dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil
karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik
dan/atau sanksi hukum yang berlaku.
Mujahid Ramadan
12/334480/PT/06353
v
KECERNAAN IN VITRO RANSUM MENGANDUNG LIMBAH PADAT
INDUSTRI JAMU DENGAN SUPLEMENTASI SUMBER ENERGI
YANG BERBEDA
Mujahid Ramadan
12/334480/PT/06353
INTISARI
vi
IN VITRO DIGESTIBILITY OF RATION CONTAINS HERBAL SOLID
WASTE SUPPLEMENTED WITH DIFFERENT ENERGY
SOURCES
Mujahid Ramadan
12/334480/PT/06353
ABSTRACT
(Keywords: Kacang goat, Solid herbal waste, Molasses, Corn bran, In vitro)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
2
DAFTAR TABEL
3
DATAR GAMBAR
4
DAFTAR LAMPIRAN
5
PENDAHULUAN
Latar Belakang
maupun produksi peternakan adalah pakan. Oleh karena itu, dalam suatu
yang dapat meningkatkan status kesehatan dan kinerja ternak. Salah satu
mengandung limbah padat industri jamu (LPIJ). Limbah padat jamu yang
yang lebih baik dibanding kondisi segarnya. Limbah padat industri jamu
saponin, dan tanin dari sisa ekstraksi yang telah diketahui dapat
6
Limbah padat jamu banyak dihasilkan dari berbagai perusahaan
batang, dan daun mint, sembung, dan rimpang jahe. Hasil analisis
air bahan segar limbah padat jamu 75,86%, sedangkan kandungan nutrien
berdasar 100% bahan kering (BK), yaitu: 10,82% protein kasar (PK),
33,75% serat kasar (SK), 2,61% lemak kasar (LK), dan 33,33% bahan
nutrisi rumput gajah berdasar 100% BK yaitu: 10,1% PK, 2,5% LK, 31,2%
SK, dan 46,1% BETN. Melihat komposisi limbah jamu yang hampir serupa
11,5% tanin, 3,28% saponin, 3,44% alkaloid, 1,86% flavonoid, dan 4,71%
sejumlah besar hidroksil fenolik (Patra et al., 2012). Tanin tidak dapat
7
dicerna lambung dan mempunyai sifat anti nutrisi. Dalam saluran
energi yang cukup baik dengan total digestible nutrients (TDN) sebesar 55
sampai 75% (Foulkes, 1986). Bekatul jagung merupakan hasil sisa ikutan
(Hartadi, 2005).
Tujuan
sumber energi yang berbeda (bekatul jagung dan molases) pada ransum
8
Manfaat
industri herbal.
9
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah padat industri jamu adalah adalah ampas atau sisa seperti
daun, batang, kulit kayu, buah-buahan, biji-bijian, dan akar atau rimpang
dari proses ekstraksi tanaman herbal atau jamu yang sudah tidak
sampah herbal padat per hari dalam kondisi basah (Amir dan Lestari, 2013).
metabolit sekunder merupakan zat kimia yang disintesis oleh tanaman tapi
Bioaktif tanaman ini memiliki khasiat anti mikroba yang bertujuan untuk
acids (VFA), amonia (NH3), protozoa, protein mikroba, dan metan (Kamra et
10
al., 2012). Walau demikian pengaruh ekstrak tumbuhan terhadap
fermentasi rumen bervariasi tergantung pada dosis, jenis aditif, dan jenis
Metabolit Sekunder
kimia tumbuhan yang tidak esensial bagi hidup tumbuhan. Hal ini karena
seperti misalnya kunyit, temulawak, daun sembung, daun mint, dan jahe.
11
dan bagian-bagiannya yang mengandung satu atau lebih zat kimia, di mana
flavonoid, dan 4,71% total venol (Kisworo et al., 2016). Persentase tersebut
Tanin
al. (2012), tanin memiliki struktur polifenol polimer dengan berat molekul
tanin tinggi yang diberikan kepada hewan akan menunjukkan efek buruk
12
kecernaan pasca rumen (Jayanegara dan Sofyan, 2008), penghambatan
protein mikroba (Al-Dobaib, 2009). Salah satu cara mudah dan sederhana
Polyethylene Glycol
(daya tarik berikatan) tinggi untuk tanin yang menyebabkan PEG mengikat
(2005) dan Bueno et al. (2008), efek dari inaktivasi tanin PEG diukur melalui
13
dengan makromolekul lainnya, sehingga laju produksi gas fermentasi akan
berdasarkan adanya gas yang diproduksi bahan pakan pada saat terjadinya
dengan inokulum cairan rumen untuk memprediksi nilai nutrisi dari substrat
sistem evaluasi pakan, gas yang dihasilkan dalam 24 jam merupakan salah
Tes ini pada dasarnya hamper sama dengan metode yang dikemukaan oleh
Tilley dan Terry (1963) yaitu melalu inkubasi substrat dalam cairan rumen.
72 sampai 96 jam lalu diukur total gas yang diproduksi. Produksi gas yang
14
ditentukan oleh kemampuan mikroba dalam memfermentasikan bahan
(fraksi b), dan fraksi yang terdegradasi secara optimal (fraksi a+b). Hadi
(2011) menyatakan bahwa fraksi c adalah laju degradasi dari raksi potensial
Pakan Komplit
bentuk campuran atau lebih dikenal dengan pakan komplit (complete feed).
15
Mariyono dan Romjali (2007) menyatakan pakan komplit merupakan salah
yang terdiri atas hijauan atau limbah pertanian dan konsentrat dicampur
diduga masih mempunyai kandungan sumber nutrisi makro dan mikro yang
berdasarkan 100% BK adalah: 10,82% PK, 2,61% LK, 33,75% SK, dan
2,5%, SK 31,2%, dan BETN 46,1%. Melihat komposisi nutrien LPIJ yang
16
setara dengan rumput gajah, LPIJ diduga berpotensi sebagai bahan pakan
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat
dari 18%, dinding sel kurang dari 35% dan PK kurang dari 20%. Beberapa
Molases
energi yang cukup baik dengan TDN sebesar 55 sampai 75%. Menurut
debu, sebagai substrat perekat pada pelet dan sebagai aditif pakan.
17
Bekatul jagung
(Zea mays), salah satu jenis tanaman biji-bijian dari keluarga rumput-
tongkol jagung dan bulir jagung. Bekatul jagung adalah hasil sampingan
dari proses penggilingan jagung saat digiling untuk menjadi produk tepung
ari, sebagian kecil dari bulir jagung yang tidak tergiling dan sebagian besar
bekatul jagung sangat baik diberikan pada ternak, namun salah satu
Adapun komposisi kimia dari bekatul jagung menurut Hartadi et al. (2005)
18
BP TDN = - 26,685 + 1,334(CF) + 6,598(EE) + 1,423(NFE) + 0,967(PK)
Kelas 2 (%) – 0,002 (CF)2 – 0,670 (EE)2 – 0,024 (CF)(NFE) – 0,055(EE)
(NFE) – 0,146(EE)(PK) + 0,039(EE)2(PK).
BP TDN = 22,822 – 1,440 (CF) – 2,875 (EE) + 0,655 (NFE) + 0,863 (PK)
Kelas 4 (%) + 0,020(CF)2 – 0,078 (EE)2 + 0,018 (CF)(NFE) + 0,045
(EE)(NFE) – 0,085 (EE)(PK) + 0,020 (EE)2(PK).
19
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Landasan Teori
dasar ransum diduga dapat menjadi pakan sumber serat bagi ternak,
dan BETN 46,1%. Melihat komposisi nutrien LPIJ yang setara dengan
rumput gajah, LPIJ diduga berpotensi sebagai bahan pakan sumber serat
dan energi.
memiliki sejumlah grup fungsional. Ikatan antara tanin dan protein sangat
20
Pembentukan komplek tanin ini terjadi karena kombinasi ikatan hidrogen,
yang terbatas akibat sistem kerja tanin yang mengikat protein sehingga
Dengan terikatnya tanin oleh senyawa PEG, jumlah substrat yang mampu
produksi gas tetap tinggi dan kecernaan bisa lebih optimal. Penggunaan
rumen, efek antioksidan, dan melindungi sel sehat terhadap bahan toksik.
Dalam menyusun suatu pakan, salah satu bahan pakan yang tidak
kalah penting adalah sumber energi. Sumber energi didapatkan dari segala
macam bahan yang mengandung SK kurang dari 18%, dinding sel kurang
dari 35% dan PK kurang dari 20%, misalnya: dedak, bekatul, jagung, dan
21
kandungan protein yang cukup tinggi. Mengingat adanya kandungan
metabolit sekunder dari limbah jamu, pemilihan sumber energi yang tepat
Hipotesis
produksi gas.
22
MATERI DAN METODE
Penelitian ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah evaluasi
gas test dari pakan yang mengandung limbah padat industri jamu dengan
Materi
Alat
antara lain syringe yang terbuat dari kaca dengan volume 100 mL, pipa
23
silikon dengan panjang 45 cm, klip plastik, timbangan analitik, penangas air,
erlenmeyer (2000 mL), pipet, waterbath, spatula kaca, dan gas CO2.
Bahan
Bahan yang digunakan antara lain LPIJ segar berumur 1 hari yang
komposit yang diperoleh dari tiga ekor sapi peranakan ongole (PO) yang
TDN 68%. Komposisi konsentrat yang diberikan terdiri dari wheat pollard,
dalam kondisi bahan kering diberikan sebanyak dua kali dalam satu hari
energi yang divariasikan antara molases dan bekatul jagung sebanyak lima
macam.
24
Sampel pakan limbah padat jamu dengan bentuk sediaan yaitu
sebanyak 24-25% dari total pakan, sama dengan proporsi rumput gajah
dengan TDN sekitar 65-69% dan PK sekitar 13%. Susunan ransum dan
komposisi nutrien dari setiap ransum untuk uji kecernaan in vitro dalam BK
Tabel 1. Susunan ransum dan komposisi nutrien dari setiap ransum untuk
uji kecernaan in vitro gas test dalam BK
Variabel R1 R2 R3 R4 R5
Formulasi pakan(%):
Rumput gajah 25,56 25,37 25,37 24,81 24,81
Limbah jamu 25,93 25,56 25,19 24,44 24,44
Bungkil kedelai 14,07 14,44 15,19 15,56 15,93
Pollard 13,89 14,63 14,26 15,56 15,56
Molases 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00
Bekatul jagung 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00
Komposisi nutrien:
Bahan kering (%) 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7
Protein kasar (%) 13,55 13,55 13,58 13,56 13, 49
Serat kasar (%) 19,94 20,05 20,14 20,01 20,20
TDN (%) 68,25 67,91 66,98 66,49 65,56
Kalsium (%) 0,40 0,45 0,50 0,54 0,59
Fosfor (%) 0,71 0,68 0,65 0,63 0,60
25
Metode
Pengambilan sampel
Deltomed Laboratories pada lima titik secara acak dengan berat masing-
7 hari.
Preparasi sampel
udara yang diperoleh dari penjemuran dibawah sinar matahari dari jam
rumen disaring menggunakan tiga lapis kain kasa lalu dimasukkan ke dalam
termos yang sebelumnya diberi air hangat dengan suhu 39ºC. Setelah
termos cukup hangat, air hangat dikeluarkan dan cairan rumen dimasukkan
ke dalam termos. Untuk menjaga agar kondisi anaerobik, termos diisi penuh
26
dan buffer (1 : 4), kemudian piston syringe dipasang. Fermentasi dilakukan
pada suhu 39oC selama 72 jam menggunakan teknik produksi gas menurut
Analisis proksimat
Kandungan BK, bahan organik (BO), PK, dan ekstrak ether (EE) LPIJ
pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kimia limbah padat industri jamu dan bahan pakan
penyusun ransum berdasarkan bahan kering
Jenis bahan BK Dalam 100% BK
pakan (%) BO PK SK LK BETN TDN
Rumput raja 28,50 84,86 12,93 36,90 1,49 36,23 54,44
LPIJ 24,14 93,38 14,11 23,66 2,51 53,08 66,67
Bungkil kedelai 87,41 91,76 48,35 7,39 1,63 34,37 76,62
Wheat pollard 85,23 94,39 15,84 12,04 3,62 62,77 75,22
Molases 39,65 85,36 4,82 10,00 0,99 78,62 78,53
Bekatul jagung 87,79 96,50 10,04 6,16 7,66 72,61 82,68
Hasil analisis di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Nutrisi
dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan UGM.
Nilai TDN dperoleh dari rumus perhitungan menurut Harris (1972 cit. Utomo
2012).
Variabel Pengamatan
ransum adalah BK, BO, SK, LK, PK, dan BETN. Variabel kecernaan yang
diamati adalah produksi total gas dan kecernaan limbah jamu yang terdiri
atas produksi gas total pada waktu 72 jam, fraksi mudah larut (fraksi a),
fraksi potensial terdegradasi (fraksi b), dan total terdefradasi (fraksi a+b),
27
Analisis data
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengunakan metode gas tes berprinsip pada bahan pakan yang berkualitas
baik akan memproduksi gas yang lebih banyak, karena gas merupakan
inkubasi selama 72 jam pada penelitian ini yaitu fraksi a (fraksi mudah larut),
terdegradasi).
Fraksi a
pada fraksi a. Menurut Makkar (2005), salah satu analisis aktivitas tanin
29
polietilen glikol (PEG) yang efeknya diukur melalui produksi gas kumulatif
protein dan komponen mudah larut yang tergolong dalam fraksi a, sehingga
Nilai fraksi a hasil analisis in vitro gas tes pakan mengandung LPIJ
Tabel 3. Nilai fraksi a (mL/200 mg) hasil analisis in vitro gas tes pakan
mengandung limbah padat industri jamu dengan sumber energi berbeda
Ransum Non PEG PEG Rerata
R1 2,25 ± 0,10 4,16 ± 0,62 3,21a ± 1,16
R2 5,48 ± 0,04 6,84 ± 0,39 6,16b± 0,82
R3 7,70 ± 1,33 7,52 ± 0,85 7,61c± 0,91
R4 2,94 ± 0,63 4,21 ± 0,03 3,57a± 0,82
R5 5,62 ± 0,69 6,89 ± 0,04 6,25b± 0,83
Rerata 4,92x ± 2,15 5,92y ± 1,56
R1 = 0% molases + 20% bekatul jagung, R2 = 5% molases + 15% bekatul jagung,
R3 = 10% molases + 10% bekatul jagung, R4 = 15% molases + 5% bekatul jagung,
R5 = 20% molases + 0% bekatul jagung.
a,b,c
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01).
x,y
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
sangat nyata (P<0,01).
menghasilkan nilai fraksi a tertinggi pada R3 (7,61 mL/200 mg). Data dalam
30
tersedia bekatul jagung dengan persentase yang cukup besar (20%) namun
sama sekali tidak diberikan molases (0%). Padahal, sebagai sumber energi
yang mudah larut, molases juga turut berperan menjadi substrat energi
pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pond (1995) yang menyatakan
R1
6.00
5.00 R2
4.00 R3
3.00 R4
2.00
NON PEG PEG R5
PEG
Gambar 1. Interaction plot untuk fraksi a hasil analisis in vitro gas tes
pakan mengandung limbah padat industri jamu dengan sumber energi
berbeda
produksi gas pada fraksi a, namun tidak ditemukan adanya interaksi antara
31
Van Soest (1994) menyatakan bahwa protein, pati, lemak, dan
dan larut (fraksi a). Jayanegara dan Sofyan (2008) menjelaskan bahwa
mencakup senyawa seperti protein yang mudah terikat oleh senyawa tanin
spesifik dari PEG itu sendiri yang hanya memiliki afinitas tinggi pada
senyawa fenolik, seperti tanin, yang menurut Smith et al. (2005) hanya
gas pada fraksi a. Pernyataan ini selaras dengan pernyataan Garrido et al.
polyethylene glycol adalah senyawa kimia yang memiliki afinitas (daya tarik
32
dan menjadi tidak mampu bereaksi dengan membentuk kompleks tanin-
PEG.
Fraksi b
Nilai fraksi b hasil analisis in vitro gas tes pakan mengandung LPIJ
Tabel 4. Nilai fraksi b (mL/200 mg) hasil analisis in vitro gas tes pakan
mengandung limbah padat industri jamu dengan sumber energi berbeda
pada perlakuan dengan penambahan PEG lebih tinggi (56,08 mL/200 mg)
dibandingkan dengan Non PEG (55,44 mL/200 mg). Kenaikan nilai produksi
gas pada fraksi b bisa disebabkan karena PEG mampu mengikat tanin yang
juga bisa bereaksi dengan senyawa karbohidrat atau polimer lain, meskipun
ikatan komplek yang terbentuk tidak sekuat ikatan komplek tanin dengan
protein. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tangendjaja et al. (1992) dan
33
membentuk kompleks yang stabil dan tidak larut dalam air. Hagerman
lain. Dengan diikatnya tanin oleh senyawa PEG, maka produktivitas gas di
ikatan kompleks Tanin-PEG yang optimal selama proses inkubasi gas tes.
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi adalah adanya kebocoran yang
rawan terjadi saat penyetelan ulang piston syringe saat produksi gas telah
sempurna.
R5) memberikan efek yang signifikan terhadap produksi gas pada fraksi b.
Produksi gas tertinggi (P<0,01) ada pada R4 (57,14 mL/200 mg) yang tidak
mL/200 mg) yang juga tidak berbeda signifikan dengan R2 (55,63 mL/200
mg). Sementara itu, nilai produksi gas terendah ada pada R3 (53,23 mL/200
mg). Nilai produksi gas yang tertinggi ada pada R4 dan R5 selaras dengan
Hal ini sesuai dengan pernyataan Bata (2008) yang menyatakan bawa
34
suasana asam dari fermentasi molases oleh bakteri asam laktat
b) dan karbohidrat lainnya yang ada pada pakan jadi yang berimbas pada
INTERACTION PLOT
UNTUK FRAKSI B
59.00
58.00
PRODUKSI GAS
57.00 R1
56.00
R2
55.00
R3
54.00
R4
53.00
52.00 R5
NON PEG PEG
PEG
Gambar 2. Interaction plot untuk fraksi b hasil analisis in vitro gas tes
pakan mengandung limbah padat industri jamu dengan sumber energi
berbeda
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat interaksi
yang sangat nyata antara variasi sumber energi dan penambahan PEG
terhadap produksi gas pada fraksi b. Adapun interaksi terbaik pada fraksi b
yang memberikan nilai produksi gas tertinggi (P<0,01) ada pada kombinasi
35
terpecah menjadi minyak atsiri yang keduanya menjadi sumber energi bagi
disuplai dari VFA yang merupakan hasil fermentasi karbohidrat dan protein.
kecenderungan tanin lebih kuat untuk mengikat senyawa protein. Hal ini
Fraksi c
nyata terhadap produksi gas hasil fermentasi. Karena salah satu faktor
36
(penambahan PEG) memberikan pengaruh tidak nyata, maka tidak
Nilai fraksi c hasil analisis in vitro gas tes pakan mengandung LPIJ
Tabel 5. Nilai fraksi c (mL/200 mg) hasil analisis in vitro gas tes pakan
mengandung limbah padat industri jamu dengan sumber energi berbeda
Ransum Non PEG PEG Rerata
R1 0,0570 + 0,0000 0,0596 + 0,0019 0,0583a + 0,0019
R2 0,0618 + 0,0009 0,0596 + 0,0043 0,0607ab + 0,0028
R3 0,0650 + 0,0022 0,0683 + 0,0044 0,0667cd + 0,0034
R4 0,0620 + 0,0002 0,0661 + 0,0042 0,0640bc + 0,0034
R5 0,0686 + 0,0017 0,0690 + 0,0015 0,0688d + 0,0013
Rerata 0,0628 + 0,0042 0,0645 + 0,0051
R1 = 0% molases + 20% bekatul jagung, R2 = 5% molases + 15% bekatul jagung,
R3 = 10% molases + 10% bekatul jagung, R4 = 15% molases + 5% bekatul jagung,
R5 = 20% molases + 0% bekatul jagung.
a,b,c,d
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
sangat nyata (P<0,01).
PEG atau tidak, laju degradasi fraksi b tidak berbeda signifikan. Hal ini
kimia bahan pakan yang diujikan, seberapa tinggi kandungan protein dapat
37
menyatakan pula bahwa variasi kandungan serat pada bahan pakan dapat
nilai fraksi c yang tertinggi. Namun nilai R5 ini tidak berbeda signifikan
dengan R4, R3, dan R2. Adapun R2 tidak berbeda signifikan dengan R1.
Hal ini menandakan bahwa selama ada suplementasi sumber energi, baik
kenaikan laju produksi fraksi b. Hal ini relevan dengan pernyataan Hartadi
pakan yang kandungan seratnya tinggi (Foulkes, 1986 cit. Bata, 2008). Bata
38
R1 (0% molases + 20% bekatul jagung) dan R5 (20% molases + 0% bekatul
jagung).
Fraksi a+b
Nilai fraksi a+b hasil analisis in vitro gas tes pakan mengandung LPIJ
Tabel 6. Nilai fraksi a+b (mL/200 mg) hasil analisis in vitro gas tes pakan
mengandung limbah padat industri jamu dengan sumber energi berbeda
(fraksi a) dan fraksi potensial terdegradasi (fraksi b). Apabila pada salah
39
satunya mengalami kenaikan produksi gas akibat penambahan PEG, maka
serat yang lambat terdegradasi lainnya, dan umur tanaman juga menjadi
faktor vital dalam hal ini. Pernyataan ini didukung oleh Hartadi et al. (2005)
yang menyatakan bahwa pada tanaman muda lapisan matriks terdiri dari
selulosa dan hemiselulosa, tetapi pada tanaman tua matriks dilapisi lignin
INTERACTION PLOT
UNTUK A+B
64.00
63.00
PRODUKSI GAS
R1
62.00
61.00 R2
60.00 R3
59.00
R4
58.00
NON PEG PEG R5
PEG
Gambar 3. Interaction plot untuk total fraksi a+b hasil analisis in vitro gas
tes pakan mengandung limbah padat industri jamu dengan sumber energi
berbeda
40
Berdasarkan hasil analisis lanjutan, juga ditemukan adanya interaksi
mempunyai hubungan erat dengan nilai kecernaan dan nilai energi bahan
pada total produksi gas. Menurut Kustantinah (2012), produksi gas dari
seberapa besar bahan pakan yang tercerna. Ørskov dan McDonald (1979)
pada waktu t pada suatu pakn (Y) dengan cara memasukkan nilai a, b, c,
41
dan a + b ke dalam persamaan eksponensial menurut sebagai berikut: Y =
a + b (1 – e-ct).
Nilai total produksi hasil analisis in vitro gas tes pakan mengandung
Tabel 7. Total produksi gas (mL/200 mg) hasil analisis in vitro gas tes
pakan mengandung limbah padat industri jamu dengan sumber energi
berbeda
Ransum Non PEG PEG Rerata
R1 p
57,9 + 0,66 p
58,9 + 0,83 58,4a + 0,87
R2 60,2r + 0,47 62,9st + 0,76 61,5b + 1,56
R3 60,9qr + 1,05 61,6rs+ 1,23 61,2b + 1,13
R4 p
58,0 + 1,09 t
63,4 + 0,96 60,7b + 3,06
R5 63,1t + 0,76 63,5t + 0,95 63,3c + 0,82
Rerata 60,0x + 2,14 62,0y + 1,96
R1 = 0% molases + 20% bekatul jagung, R2 = 5% molases + 15% bekatul jagung,
R3 = 10% molases + 10% bekatul jagung, R4 = 15% molases + 5% bekatul jagung,
R5 = 20% molases + 0% bekatul jagung.
a,b,c,d
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
sangat nyata (P<0,01).
x,y
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
sangat nyata (P<0,01).
p,q,r,s,t
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
sangat nyata (P<0,01).
R5) memberikan efek yang signifikan terhadap produksi gas pada total
produksi gas. Produksi gas tertinggi ada pada R5 (63,3 mL/200 mg) diikuti
dengan R4 (60,7 mL/200 mg), R3 (61,2 mL/200 mg), dan R2 (61,5 mL/200
mg). Adapun nilai total produksi gas terendah adalah R1 (58,4 mL/200 mg).
42
mampu berperan sebagai energi bagi pertumbuhan bakteri dalam rumen,
adalah komposisi pakan. Hal lain yang juga berpengaruh adalah faktor
61.00
R2
60.00
59.00 R3
58.00 R4
57.00
R5
NON PEG PEG
PEG
Gambar 4. Interaction plot untuk total produksi gas hasil analisis in vitro
gas tes pakan mengandung limbah padat industri jamu dengan sumber
energi berbeda
43
(P<0,01) ada pada R5 yang diberi penambahan PEG (63,39 mL/200 mg).
Min et al. (2005), menyatakan bahwa total produksi gas dan aktivitas
mikroba fermentasi dan kekayaan nutrien dalam rumen. Total produksi gas
semakin cepat mencapai puncak bila fraksi yang larut dan mudah
44
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
pada fraksi a, a+b, dan total produksi gas, namun tidak pada fraksi b dan c.
Saran
PEG yang digunakan dengan kandungan tanin dalam suatu bahan pakan,
45
RINGKASAN
sumber energi yang berbeda (bekatul jagung dan molases) pada ransum
fraksi-fraksi yang diperoleh dari inkubasi selama 72 jam pada penelitian ini
yaitu fraksi a (fraksi mudah larut), fraksi b (fraksi potensial terdegradasi) dan
lebih tinggi dibandingkan dengan Non PEG. Perlakuan sumber energi (R1
hingga R5) memberikan efek yang signifikan terhadap produksi gas pada
fraksi b. Interaksi terbaik pada fraksi b yang memberikan nilai produksi gas
variasi sumber energi (R1 hingga R5). R5 (20% molases dan 0% bekatul
nilai R5 ini tidak berbeda signifikan dengan R4, R3, dan R2.
46
Nilai produksi gas maksimum fermentasi (fraksi a+b) meningkat
fermentasi pada total produksi gas. Perlakuan sumber energi (R1 hingga
R5) juga memberikan efek yang signifikan terhadap produksi gas pada total
pada fraksi a, a+b, dan total produksi gas, namun tidak pada fraksi b dan c.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
Danuarsa. 2006. Analisis proksimat dan asam lemak pada beberapa
komoditas kacang-kacangan. Buletin teknik pertanian Vol. 11 No. 1.
Defano. 2000 . Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press
Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Foulkes, D.T. 1986. Practical Feeding System for Ruminants Based on
Sugar Cana and Its by Product. In : Dixon, R.M. (Ed). Ruminant
Feeding System Zing Fibrous Agricultural Residus. International
Development Program of Australian University and Collages Limited
(IDP). Canberra.
Garrido, A., A. Gomez-Cabrera, J.E. Guerrero, and J.M. van der Meer.
1991. Effects of treatment with polyvinylpyrrolidone and polyethylene
glycol on Faba bean tannins. Anim. Feed Sci. Technol. 35: 199 - 203.
Getachew, G., H.P.S. Makkar, and K. Becker. 2001. Method of polyethylene
glycol application to tannin-containing browses to improve microbial
fermentation and effi ciency of microbial protein synthesis from
tannin-containing browses. Anim. Feed Sci. Technol. 92: 51 - 57.
Hadi, Rendi Fathoni, Kustantinah, dan Hari Hartadi. 2011. Kecernaan in
Sacco Hijauan Leguminosa Dan Hijauan Non- Leguminosa Dalam
Rumen Sapi Peranakan Ongole. Buletin Peternakan Vol 35(2): 79 –
85.
Hafez, E.S.E. 2000. Metode Analisis Proksimat. Erlangga. Jakarta.
Hagerman, A.E. 1992. Tanin-protein interaction. Phenolic eompounds in
food and their effects on health I. American Chemical Society.
Washington DC.
Hagerman, A.E., M.E. Rice, and N.T. Richard. 1998. Mechanisms of protein
precipitation for two tannins, pentagalloyl glucose and apicatechin16
(4-8) catechin (procyanidin). J. Agric. Food Chem.
Harborne, J.B. 1984. Phytochemical Methods: A Guide to Modern
Technique of Plant Analysis. (2nd edn). Chapman and Hall. London.
Harfiah. 2005. Penentuan nilai indeks beberapa pakan hijauan ternak
domba. J. Sains dan Teknologi 5 (3): 114 - 121.
Hartadi, H., S. Reksohardiprodjo, dan A.D. Tillman. 2005. Tabel Komposisi
Pakan Untuk Indonesia. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Hardianto, R. dan N. Sunandar. 2009. Petunjuk Teknis Pembuatan Pakan
Lengkap untuk Ternak Ruminansia. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Jawa Barat.
Haryanto, B. and A. Djajanegara. 1992. Estimates of energy and protein
requirements of sheep and goats in the humid tropics. Prosiding the
International Biometeorology Conference. Sept 3-7. Australia.
49
Hungate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press, New
York and London.
Jayanegara, A. dan A. Sofyan. 2008. Penentuan aktivitas biologis tanin
beberapa hijauan secara in vitro menggunakan ‘hohenheim gas test’
dengan polietilen glikol sebagai determinan. J.Anim.Sci. 31: 44 – 52.
Jayanegara A., A. Sofyan, H.P.S. Makkar, and K. Becker. 2009. Gas
production kinetics, organic matter digestibility and methane
production in vitro in hay and straw diets supplemented by tannin-
containing forages. Media Peternakan. 32(2): 120 – 129.
Kamra, D.N., M. Pawar, and B. Singh. 2012. Effect of plant secondary
metabolites on rumen methanogens and methane emissions by
ruminants. In: Dietary Phytochemicals and Microbes. Springer
Netherlands. Pp. 351 - 370.
Kisworo, A.N., A. Agus, Kustantinah, and B. Suwignyo. 2016.
Physicochemical characteristics identification and secondary
metabolite analysis of solid herbal waste as source of feed rich fiber
and supplement for ruminants. Animal production. 18(2): 75 – 84.
Kustantinah. 2008. Anti nutritional factor of cassava product. Proceeding
the 13th Animal Science Congress of the Asian-Australian
Association of Animal Production Societies (AAAP). Sept 22-26.
Hanoi, Vietnam.
Kustantinah-Adiwimarta. 2012. Pengukuran Kualitas Pakan Sapi. PT. Citra
Aji Parama. Yogyakarta.
Lu, S. and H. Chen. 1999. A thermotolerant and high acetic acid-producing
Bacteriana acetobacter sp. II 4-2. J. Applied Microbiol. 86 (1): 55-62.
Lu, H., Wen Xin Zou, Jun Cai Meng, Jun Hu, dan Ren Xian Tang. 2000.
New bioactive metabolites produced by Colletotrichum sp., an
endophytic fungus in Artemisia annua. El Sevier. Vol. 151 No1.
Mahaputra, S., P. Kurniadhi, Rokhman, dan Kadiran. 2003. Analisis biaya
pemeliharaan domba dengan complete feed. Buletin Teknik
Pertanian 8: 47 - 50.
Makkar, H.P.S., M. Blümmel, and K. Becker. 1995. Formation of compexes
between polyvinyl pyrrolidone and polyethylene glycol with tannins
and their implications in gas production and true digestibility in in vitro
techniques. Brit. J. Nutr. 73: 897 - 913.
Makkar, H.P.S. 2003. Quantification of Tannins in Tree and Shrub Foliage.
A Laboratory Manual. Kluwer Academic Publishers.
Makkar, H.P.S. 2005. Use of nuclear and related technique to develop
simple tannin assays for predicting and improving the safety and
efficiency of feeding ruminants on tanniniferous tree foliage:
50
Achievements, result implications, and future research. Anim. Feed
Sci. Technol. 122: 3 - 12.
Mariyono dan E. Romjali. 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Inovasi Pakan
Murah untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Pasuruan. Jawa Barat.
Martopo, S., R.B. Kasmidjo, dan Surjono. 1994. Karakterisasi limbah padar
jamu untuk digali kemungkinan pemanfaatannya. Laporan
Penelitian. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian
UGM. Yogyakarta.
Mathius, I.W. dan B. Soetrisno. 1994. Prosiding Seminar Nasional Sains
dan Teknologi Peternakan. Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil
Penelitian. Buku I. Ciawi, Bogor.
Maynard, L.A., J.K. Loosly, H.F Hints, and R.G. Werner. 1979. Animal
Nutrition. 7th ed. London Group Ltd. London.
Menke, K.H., L. Raab, A. Saleweski, H. Steingass, D. Fritz, and W.
Scheneider. 1979. The estimation of the digestibility and
metabolizable energy content of ruminant feedstuff from the gas
production when they are incubated with rumen liquor. J. Agric. Sci.
93: 217 - 222.
Min, B.R., T.N. Barry, G.T. Attwood, and W.C. McNabb. 2003. The Effect of
condesed tannins on the nutrition and health of ruminants fed fresh
temperate forages. Anim. Feed Sci. Technol. 106: 3 - 19.
Min, B.R., W.E. Pinchak, J.D. Fulford, and R. Puchala, 2005. Wheat pasture
bloat dynamics in-vitro ruminal gas production and potensial bloat
mitigation with condensed tannins. J. Anim. Sci. 83: 1322 - 1331.
Ørskov, E.R. and P. McDonald. 1979. The estimation of protein
degradability in the rumen from incubation measurements weighed
according to rate of passage. J. Agric. Sci. 92: 499 - 503.
Pangestu, E. 2005. Evaluasi serat dan suplementasi zink dalam ransum
berbahan hasil samping industri pertanian pada ternak ruminansia.
Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Patra, A.K. and J. Saxena. 2010. A new perspective on the use of plant
secondary metabolites to inhibit methanogenesis in the rumen.
Phytochemistry 71: 1198 - 1222.
Patra, A.K., B.R. Min, and J. Saxena. 2012. Dietary tanin on microbial
ecology of the gastrointestinal tract in ruminants. In: Dietary
Phytochemicals and Microbes. A.K. Patra (ed.). Spinger Dordrecht
Heidelberg, New York, London. pp. 237 - 262.
Pond, W.G., D.C. Church, and K.R. Pond, 1995. Basic Animal Nutrition and
Feeding. 4th ed. John Wiley and Sons. New York.
51
Ranjhan, S.K and N.H Pathak. 1980. Management and Feeding of
Bufalloes. Vicas Publishing House Put. Ltd, New Delhi.
Smith, A.H., E. Zoetwndal, and R.I. Mackie. 2005. Bacterial mechanism to
overcome inhibitory effect of dietary tannins. Microbs. Ecol. 50: 197
- 205.
Suharti, S., D.N. Aliyah, dan Suryahadi. 2018. Karakteristik fermentasi rume
in vitro dengan penambahan sabun kalsium minyak nabati pada
buffer yang berbeda. J. Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. 16: 56 -
64.
Tangendjaja, B., E. Wina, T. Ibrahim, dan B. Falmer. 1992. Kaliandra
(Calliandra calothyrsus) dan pemanfaatannya. Balai Penelitian
Ternak dan The Australian Centre for International Agriculture
Research (ACIAR). pp. 13 – 42.
Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprojo., S. Prawirokusumo, dan S.
Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Fakultas Peternakan UGM.
Udo, H.M.J. and I.G.S. Budisatria. 2011. Fat tailed sheep in Indonesia: An
essential resource for smallholders. Trop. Anim. Health Prod. 43(7):
1411 - 1418.
Utomo, R. 2012. Evalusi Pakan dengan Metode Noninvasif. (Edisi ke-1). PT
Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Van Soest, P.J. 1994. Nutritional Ecology of the Ruminants. 2nd ed. Cornell
University Press, Ithaca.
Wodzicka-Tomaszewska, I.M. Mashka, A. Djajanegara, S. Gardiner, dan
T.P. Wiradaya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia.
Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Yusiati, L.M., M. Soejono, Z. Bachrudin, B.P. Widyobroto, dan S.P.S. Budhi.
1999. Model estimasi sintesis protein mikrobia rumen berdasarkan
ekskresi hasil metabolisme basa purin, manfaatnya dalam evaluasi
protein ruminansia indogenus Indonesia dan kualitas bahan pakan.
Laporan penelitian hibah bersaing VII/DPPM/97?PHBVII/1/V/1998.
Zhang, T.T., Z.B. Yang, W.R. Yang, S.Z. Jiang, and G.G. Zhang. 2011.
Effects of dose and adaptation time of ginger root (Zingiber officinale)
on rumen fermentation. J. Anim. Feed Sci. 20: 461 - 471.
52
UCAPAN TERIMA KASIH
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam teruntuk Nabi
dengan baik dan lancar. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
2. Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA, DEA., IPU selaku Dekan Fakultas
pembimbing utama tugas akhir dan Prof. Dr. Ir. Ristianto Utomo,
53
Ardhy Giffary, S.Pt., dan Aidha Chelsea Rizal, S.Pt., yang telah
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima
Mujahid Ramadan
54
LAMPIRAN
bahan (%).
Peralatan :
Cara kerja :
55
Perhitungan :
Y = Bobot sampel
56
Lampiran 2. Penetapan kadar bahan organik (BO) (AOAC, 2005)
Prinsip :
bahan organiknya akan teroksidasi menjadi CO2, H2O, dan gas lain,
Peralatan :
Metode :
1. Vochdoos yang sudah bersih dikeringkan dalam oven 105°C selama satu
jam).
Perhitungan :
57
Masukkan sampel + mangkok ke dalam tanur. Setel suhu s/d HI.
sampel.
58
Lampiran 3. Penetapan kadar protein kasar (PK) (AOAC, 2005)
Destruksi
1. Sampel kering 0,5 gr ditimbang, diletakan diatas kertas saring ukuran
8x8 cm.
tumpah.
ukur lewat dinding gelas ukur. Tambahkan lagi H2O hingga volume
menjadi 40 mL.
59
Destilasi
1. 30 mL asam borak dipersiapkan, dimasukkan dalam tabung reaksi
4. Labu berisi asam borak ditempatkan dalam alat destilasi. Labu destilasi
dari atas alat destilasi. Tunggu hingga timbul uap pada pipa destilasi.
5. Labu berisi sampel dilepas terlebih dulu, Kemudian labu berisi asam
Titrasi
1. Labu berisi asam borak yangg telah berwarna hijau ditempatkan dibawah
2. Titrasi dengan meneteskan cairan HCl sedikit demi sedikit ke dalam labu
berisi borak.
3. Volume awal HCl dalam pipet dicatat. Labu digoyangkan dengan pelan
agar HCl bercampur dengan borak. Titrasi berakhir setelah cairan hijau
borak berubah menjadi putih keperakan. Volume akhir HCl dalam pipet
dicatat.
60
4. Jumlah HCl yg telah digunakan, dimasukkan dalam rumus penentuan
kadar protein.
Keterangan :
N = Faktor N
61
Lampiran 4. Penetapan kadar lemak kasar (LK) Soxhlet
1. Kertas saring ukuran 8x8 cm dipersiapkan.
timbangan dinolkan/ditar.
sampel yg lain dan timbang dengan cara yang sama sampai semua
sampel tertimbang.
dalam tabung. Labu ukur penampung yang telah diisi petroleum benzena
62
12. Keesokan harinya diambil 3 sampel dan dimasukkan kedalam
Keterangan :
63
Lampiran 5. Penetapan kadar serat kasar (SK) (AOAC, 2005)
1. Sampel kering dalam kertas saring yang telah ditimbang dari hasil
analisis LK diambil.
diatasnya.
glass.
dibilas dengan larutan NaOH agar semua sampel di kain flanel bersih.
glasswoll dipersiapkan.
64
13. Cairan sampel dituangkan ke dalam crusibel sampai habis dan sampel
14. Crusibel ditempatkan pada rak dan dimasukkan ke dalam oven 105°C
selama 8 jam/semalam.
15. Crusibel diambil dan dimasukkan ke dalam desikator selama 1 jam lalu
18. Kadar SK adalah selisih berat crusible sebelum dan setelah dipanaskan
KS = (A – B ) / W x 100%
Keterangan:
65
Lampiran 6. Rumus perhitungan total digestible nutrients (TDN)
Harris (1972 cit. Utomo 2012) menyatakan Prediksi TDN pada
66
Lampiran 7. Uji DMRT
FRAKSI a
Sumber Ragam df SS MS F-hit. Prob
Sumber Energi 1 6.32 6.321 16.2 0.00242 ** P<0.01
PEG 4 57.34 14.336 36.74 0.00000596 *** P<0,001
Interaksi 4 2.4 0.601 1.54 0.2637 P<1
Error 10 3.9 0.39
Total
---
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
CV (%) 11.65
Dependent Variable:Fraksi a
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 66.069a 9 7.341 18.815 .000
Intercept 574.982 1 574.982 1.474E3 .000
PEG 6.321 1 6.321 16.200 .002
SE 57.345 4 14.336 36.743 .000
PEG * SE 2.403 4 .601 1.540 .264
Error 3.902 10 .390
Total 644.953 20
Corrected Total 69.971 19
UJI DMRT
Fraksi a
Duncan
Subset
Sumber energi N 1 2 3
R1 4 3.2090
R4 4 3.5727
R2 4 6.1604
R5 4 6.2542
R3 4 7.6127
Sig. .429 .836 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square (Error) = .390.
67
8.00 7.61a
7.00
6.16b 6.25b
6.00
5.00
4.00 3.57c
a
3.21c
3.00
2.00
1.00
0.00
R1 R2 R3 R4 R5
6.00 R1
5.00 R2
4.00 R3
3.00 R4
2.00
NON PEG PEG R5
PEG
68
FRAKSI b
Sumber Ragam df SS MS F-hit. Prob
Sumber Energi 4 40.31 10.078 20.732 7.88E-05 *** P<0.001
PEG 1 2.01 2.011 4.138 0.06933 . P<0.1
Interaksi 4 14.14 3.534 7.27 0.00518 ** P<0,01
Error 10 4.86 0.486
Total 19 61.32
---
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
CV (%) 1.25
Dependent Variable:Fraksi b
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 56.457a 9 6.273 12.905 .000
Intercept 62178.878 1 62178.878 1.279E5 .000
PEG 2.011 1 2.011 4.138 .069
SE 40.310 4 10.078 20.732 .000
PEG * SE 14.135 4 3.534 7.270 .005
Error 4.861 10 .486
Total 62240.196 20
Corrected Total 61.318 19
69
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Fraksi b
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 56.457a 9 6.273 12.905 .000
Intercept 62178.878 1 62178.878 1.279E5 .000
PEG 2.011 1 2.011 4.138 .069
SE 40.310 4 10.078 20.732 .000
PEG * SE 14.135 4 3.534 7.270 .005
Error 4.861 10 .486
Total 62240.196 20
Fraksi b
Duncan
Subset
Sumber energi N 1 2 3
R3 4 53.2265
R2 4 55.6339
R1 4 55.7113
R5 4 57.0814
R4 4 57.1364
Sig. 1.000 .878 .913
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square (Error) = .486.
60.00 58.72a
57.65a
58.00 56.48b 56.51b
56.31ab
55.55b 55.11bc
56.00 54.79bc
53.55c
54.00 52.90c
b
52.00
50.00
48.00
NON PEG PEG
R1 R2 R3 R4 R5
70
INTERACTION PLOT UNTUK
FRAKSI B
59.00
58.00
57.00
PRODUKSI GAS
R1
56.00
R2
55.00
R3
54.00
R4
53.00
R5
52.00
NON PEG PEG
PEG
71
Fraksi b
Duncan
PEG R4 2 58.7246
72
FRAKSI c
Sumber
df SS MS F-hit. Prob
Ragam
Sumber
Energi 4 2.94E-04 7.34E-05 10.47 0.00134 ** P<0,01
PEG 1 1.38E-05 1.38E-05 1.973 0.19047 P<1
Interaksi 4 2.64E-05 6.59E-06 0.939 0.47998 P<1
Error 10 7.01E-05 7.01E-06
Total 19 0.000404
---
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
CV (%) 4.15
Dependent Variable:Fraksi c
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .000a 9 3.710E-5 5.290 .008
Intercept .081 1 .081 1.156E4 .000
PEG 1.384E-5 1 1.384E-5 1.973 .190
SE .000 4 7.343E-5 10.470 .001
PEG * SE 2.635E-5 4 6.589E-6 .939 .480
Error 7.013E-5 10 7.013E-6
Total .082 20
Corrected Total .000 19
UJI DMRT
Fraksi c
Duncan
Subset
Sumber energi N 1 2 3 4
R1 4 .0583
R2 4 .0607 .0607
R4 4 .0640 .0640
R3 4 .0667 .0667
R5 4 .0688
Sig. .225 .102 .195 .283
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square (Error) = 7.01E-006.
73
0.070
0.069a
0.068
0.067ab
0.066
0.064bc
0.064
0.062
0.061cd
c
0.060
0.058d
0.058
0.056
0.054
0.052
R1 R2 R3 R4 R5
INTERACTION PLOT
UNTUK FRAKSI C
0.0700
0.0680
PRODUKSI GAS
0.0660 R1
0.0640
R2
0.0620
R3
0.0600
0.0580 R4
0.0560 R5
NON PEG PEG
PEG
74
FRAKSI a+b
Sumber Ragam df SS MS F-hit. Prob
Sumber Energi 4 41.8 10.45 27.1 2.40E-05 *** P<0.001
PEG 1 15.46 15.463 40.1 8.54E-05 *** P<0.001
Interaksi 4 14.35 3.589 9.30 0.0021 ** P<0.01
Error 10 3.86 0.386
Total 19 75.47
---
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
CV (%) 1.016
75
Fraksi a+b
Duncan
Subset
Sumber energi N 1 2 3 4
R1 4 58.9203
R4 4 60.7091
R3 4 60.8392 60.8392
R2 4 61.7943
R5 4 63.3356
Sig. 1.000 .773 .055 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square (Error) = .386.
62.00
61.08b
61.00 60.60b
60.27bc
a+b
60.00 59.27c
59.00 58.57c 58.49c
58.00
57.00
56.00
NON PEG PEG
R1 R2 R3 R4 R5
R1
62.00
61.00 R2
60.00 R3
59.00
R4
58.00
NON PEG PEG R5
PEG
76
Fraksi a+b
Duncan
PEG R3 2 61.0766
PEG R4 2 62.9324
PEG R2 2 63.3199
PEG R5 2 63.3935
77
TOTAL PRODUKSI GAS
Sumber Ragam df SS MS F-hitung Prob
Sumber Energi 4 100.6 25.15 30.93 2.96E-10 ***
PEG 1 41.92 41.92 51.56 5.45E-08 ***
Interaksi 4 35.33 8.83 10.86 0.0000145 ***
Error 30 24.39 0.81
Total 39 202.24
---
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
CV (%) 1.48
78
Total Produksi Gas
Duncan
Subset
Sumber energi N 1 2 3
R1 8 58.3800
R4 8 60.6925
R3 8 61.2275
R2 8 61.5325
R5 8 63.2988
Sig. 1.000 .087 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square (Error) = .813.
64.00 63.42a63.48a
63.12a 62.89ab
63.00
62.00 61.60b
60.86b
61.00
Produksi Gas
60.18b
60.00
58.88c
59.00
57.88c 57.97c
58.00
57.00
56.00
55.00
NON PEG PEG
R1 R2 R3 R4 R5
61.00
R2
60.00
R3
59.00
58.00 R4
57.00 R5
NON PEG PEG
PEG
79
Total Produksi Gas
Duncan
PEG R1 4 58.8775
PEG R4 4 63.4150
PEG R5 4 63.4750
80