PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap material yang akan di pakai untuk dibuat suatu barang atau untuk kegiatan
konstruksi harus di cek dulu kondisinya, apakah kualitasnya sesuai standar atau
tidak. Biasanya pengujian bahan dilakukan secara destruktif, seperti uji tarik, uji
fatigue dan lain-lain. Namun ada beberapa produk yang tidak bisa dilakukan
destruktif test padanya seperti kapal, bangunan lepas pantai dan produk-produk
hasil insdustri berat lainnya. Untuk itu lah jalan yang terbaik adalah dengan
melakukan uji Non-destructive test atau NDT. Dengan NDT kita bisa mengetahui
kualitas suatu material atau produk tanpa harus merusaknya, sehingga langkah
NDT ini sangat penting dalam setiap kegiatan industri, khususnya industri berat
seprti galangan dan bangunan lepas pantai.
1.2.Tujuan
1.3.Sistematika Laporan
Laporan praktikum Non Destructive test ini disusun dengan bagian awal adalah
BAB I yaitu Pendahuluan yang berisi subbab berturut-turut latar belakang,
rumusan masalah, tujuan praktikum, batasan masalah, Lalu BAB II yaitu Dasar
Teori yang berisi teori-teori yang mendukung praktikum NDT. Lalu dilanjutkan
dengan BAB III yaitu Metodologi Percobaan dan di akhiri dengan BAB IV yaitu
Kesimpulan.
BAB II
DASAR TEORI
Jenis Material
Jenis Cacat
Lokasi Cacat
Ukuran cacat
Terdapat banyak jenis dari NDT yang telah dikembangkan tergantung pada tujuan
pengujian tersebut. Berikut ini akan dijelaskan lebih dalam terkait jenis-jenis
pengujian tidak merusak. Jenis NDT yang akan dijelaskan didasarkan pada
metode pengujian volumetrik, permukaan, keutuhan, dan pengawasan kondisi.
2.2. Pengujian Ultrasonik
Kekurangan Ultrasonik:
Gambar 2.6. Medan magnet saat cacat searah dengan arah medan
2. Coil
Dipergunakan untuk longitudinal magnetization dari suatu batang. Pada umumnya
penggunaan dilakukan terhadap benda kerja yang tidak terlalu tebal, dan pada
pelaksanaan coil dipindah sepanjang batang yang akan diperiksa atau batang yang
harus didorong melewati coil.
5. Prod Contact
Pada prinsipnya hampir sama dengan direct contact method, hanya saja disini
tidak digunakan penjepit (clamp) tetapi arus listrik dialirkan lewat ujung prod.
2. Keterbatasan
Keterbatasan jika menggunakan Magnetic Particles Inspection ini adalah :
a) Tidak dapat untuk menginspeksi bahan yang bersifat non ferrous,
seperti alumunium, magnesium dan lain-lain.
b) Inspeksi pada bahan yang sangat besar membutuhkan daya yang lebih
besar pula.
c) Sebagian elemen yang akan diinspeksi membutuhkan penghilangan
lapisan untuk menambah sensitifitas.
d) Hanya dapat mendeteksi crack subsurface sampai kedalaman 6”
kurang dari keadaan ideal.
e) Membutuhkan pembersihan setelah pengujian, dan juga butuh
penghilangan sifat magnetik setelah inspeksi.
f) Jarak antara crack dan fluks magnet sangat diperhitungkan.
g) Butuh 2 kali pengujian pada suatu tempat, dan hanya untuk area kecil.
Liquid Penetrant Inspection adalah salah satu cara mendeteksi cacat permukaan
pada benda padat dengan prinsip penetrasi cairan pada crack yang ada di
spesimen. Cacat yang terdeteksi boleh jadi timbul karena proses pembuatannya
atau karena fatique (kelelahan) pada benda – benda yang sudah lama digunakan.
Cacat ini lah yang pada nantinya menyebabkan fracture pada material sehingga
perlu segera dideteksi untuk kemudian dilakukan tindakan lebih lanjut.
Semua jenis material bisa diuji menggunakan metode ini. Baik logam
ferrous, non ferrous sampai keramik, plastik, dan gelas. Penggunaanya pun juga
tidak terbatas pada bentuk dan dimensi tertentu. Penyerapan penetrant kedalam
keretakan terjadi karena daya kapiler (tegangan permukaan yang rendah). Proses
ini banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan permukaan dan kekeroposan.
Disamping kelebihan diatas, pengujian liquid penetrant juga memiliki
beberapa keterbatasan yaitu hanya bisa mendeteksi cacat yang ada di permukaan,
sedangkan untuk cacat yang di dalam permukaan metode ini tidak dapat
digunakan. Selain itu,jika permukaannya kasar atau memiliki pori-pori yang besar
maka pegujian penetrant ini tidak lagi dapat digunakan, karena permukaan yang
terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat mengakibatkan indikasi keretakan yang
palsu. Dan juda metode ini tidak dianjurkan untuk menyelidiki benda – benda
hasil powder metallurgy yang kurang padat (berpori-pori).
4. Developer
Bahan developer ditambahkan dipermukaan. Hal ini mengakibatkan penetrant
yang sudah berada didalam keretakan timbul kembali sehingga keretakan dapat
tampak.
5. Inspeksi
Setelah development terjadi, pemeriksaan permukaan dilaksanakan dibawah
cahaya yang cukup atau ultra violet, bergantung pada jenis penetrant maka tepat
pada bagian itulah dipermukaan benda kerja ada keretakannya.
2. Visible Penetrant
Pada umumnya visible penetrant berwarna merah. Hal ini karena warna merah
memiliki penampilan yang kontras terhadap latar belakang warna developernya
yang umumnya berwarna putih. Proses ini tidak membutuhkan cahaya ultra violet
tetapi membutuhkan cahaya putih yang cukup untuk pengamatan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
START
- AC Yoke - Spesimen
- Cleaner - Magentic
particle
A
A
END
START
- Spesimen - Gliserin
A
A
END
III.1.3 Flowchart Liquid Penetrant
START
- Spesimen - Tisu
- Developer -
Penggaris
- Cleaner
END
BAB IV
KESIMPULAN
http://www.engineeringindonesia.org/showthread.php?tid=119