Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN UMUM


Jenis struktur anjungan lepas pantai, secara umum, khususnya yang berkaitan
dengan pemrosesan (eksplorasi dan eksploitasi) minyak dan gas, terdiri dari:
 “Floating Offshore Structures”
Bangunan-bangunan lepas pantai yang terapung; untuk menunjang operasi
eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas. Jenis-jenis bangunan ini antara lain:
Motor Tanker, Floating Production Storage Offloading (FPSO), Floating Storage
Offloading (FSO), Floating Storage & Regasificaiton Unit (FSRU), Floating
Liquified Natural Gas (FLNG), Drilling Ship, Offshore Supply Vessel, Crew Boat,
dll.
 “Fixed Offshore Structures”
Bangunan-bangunan lepas pantai yang terpancang di dasar laut; pada umumnya
untuk menunjang operasi eksploitasi minyak dan gas. Jenis-jenis bangunan ini antara
lain: Rig dan Jacket.

Khusus untuk jenis banguan-bangunan “Floating Offshore Structures” dalam tahap


perancangan maupun fabrikasi pada saat permodelan dan pembangunan pertama kali
diperlukan “Perancangan Lines Plan”. Perancangan Lines Plan adalah proses
perhitungan-perhitungan sehingga akan diperoleh “Gambar Lines Plan”.
Gambar Lines Plan merupakan gambar potongan-potongan badan suatu floating
structure (kapal) dalam sudut pandang 3 dimensi. Apabila pada floating offshore
structure diigambarkan sistem sumbu koordinat, maka sumbu-x adalah horizontal
memanjang, sumbu-y adalah horizontal melintang, dan sumbu-z adalah vertikal, maka
didapatkan gambar-gambar penampang bidang sebagai berikut:
 Gambar penampang bidang pada sumbu y – z
 Gambar penampang bidang pada sumbu x - y
 Gambar penampang bidang pada sumbu x – z

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


2

Adapun pengertian umum dari Gambar Lines Plan adalah kumpulan gambar yang
terdiri dari gambar-gambar sebagai berikut:
 Gambar potongan-potongan melintang kapal (Body Plan; sumbu y – z)
 Gambar potongan-potongan horizontal memanjang kapal (Half Breadth Plan;
sumbu x – y)
 Gambar potongan-potongan vertikal memanjang kapal (Sheer Plan; sumbu
x – z)

Selain pada saat perancangan/pembangunan baru, demikian juga pada saat suatu
floating offshore structure yang sudah ada mengalami reparasi
besar/modifikasi/konversi, sering kali gambar Lines Plannya (hardcopy/softcopy) tidak
ada, sehingga perlu dilaksanakan “Perancangan Ulang Lines Plan” agar diperoleh
gambar Lines Plan yang sesuai dengan aslinya.

Dalam Perancangan Lines Plan secara manual akan dilaksanakan langkah-langkah


perhitungan dan perencanaan secara manual sehingga akan diperoleh “Gambar Lines
Plan” suatu floating structure.

1.2 LATAR BELAKANG


Untuk memahami dalam proses perancangan Lines Plan maka diperlukan filosofi
pemahaman dasar-dasar Lines Plan. Dalam mencapai pemahaman dasar-dasar
perancangan Lines Plan, metodologi langkah-langkah perancangannya pada tahap
perhitungan-perhitungan dilaksanakan dengan cara manual, selanjutnya proses
perencanaan Body Plan, Half Breadth Plan, dan Sheer Plan dilaksanakan dengan
menggunakan software AutoCAD.
Dalam perancangan Lines Plan secara manual (tanpa menggunakan software
Maxsurf) pada umumnya memakai salah satu dari 2 metode. Yaitu Metode Diagram NSP
atau Metode Scheltema D. H. seperti yang dijelaskan oleh Scheltema D. H. dan A. R.
Baker, dalam buku berjudul “Buoyancy and Stability of Ships” (1969). Adapun dalam
pengerjaan Tugas Rancang I ini, metode yang digunakan adalah Metode Diagram NSP.
Dalam proses pembangunan baru maupun proses modifikasi/konversi Offshore
Floating Structure, mutlak diperlukan Lines Plan dalam format gambar AutoCAD
maupun dalam format pemodelan Maxsurf untuk menghitung/mendesain tahapan materi-
materi berikutnya antara lain: Hydrostatic/Bonjean, Resistance and Propulsion System,

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


3

General Arrangement, Tank Capasity Plan, Engine Room Layout, Construction Profile,
Sheel Expansion, Midship/Frames Section, Preliminary Stability, Damage
Stability/Stability Booklet, dll. Berdasarkan latar belakang seperti di atas, betapa
pentingnya filosofi Perancangan Lines Plan bagi para mahasiswa, praktisi, serta engineer,
baik yang bekerja/beraktivitas di bidang perencanaan, pembangunan maupun pemanasan.
Dengan diperolehnya pemahaman dasar-dasar perancangan Lines Plan yang
dilaksanakan dengan perhitungan secara manual, maka diharapkan tercapainya Basic
Philosophy pemahaman Lines Plan secara mendalam, sehingga nantinya pada saat
merancang Lines Plan dengan menggunakan software (Maxsurf, dll) akan lebih
memahami, lebih mudah, cepat dan dapat diperoleh hasil Lines Plan yang optimal dan
akurat.

1.3 PERMASALAHAN
Dalam pengerjaan Tugas Rancang I ini, permasalahan atau kendala yang ditemui
adalah perhitungan ukuran-ukuran utama kapal dan perancangan gambar potongan-
potongan rencana garis (Body Plan, Half Breadth Plan, dan Sheer Plan) kapal.

1.4 TUJUAN
Tujuan dalam pengerjaan Tugas Rancang I ini adalah:
a. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami materi Lines Plan
b. Mahasiswa mampu dan menguasai cara-cara dan teknik Lines Plan yang dipakai
dalam perencanaan dan pemodelan kapal
c. Mahasiswa mampu menyusun laporan berdasarkan proses pengerjaan pada Tugas
Rancang I
d. Memenuhi dan menyelesaikan mata kuliah Tugas Rancang I (Lines Plan)

1.5 SISTEMATIKA LAPORAN


Laporan ini tersusun dari lembar pengesahan, kata pengantar dan abstrak, daftar isi,
pendahuluan, penjelasan definisi-definisi umum tentang Lines Plan, perhitungan ukuran
utama kapal, perhitungan CSA dan CSAF, perhitungan dan gambar WPA, body plan, half
breadth plan, sheer plan, lampiran, dan daftar pustaka,

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


4

BAB II
DEFINISI – DEFINISI

2.1 UKURAN UTAMA KAPAL

2.1.1. Length Between Perpendicular (Lpp)

Panjang kapal yang menghubungkan antara 2 garis tegak, yaitu jarak


horizontal antara garis tegak depan/haluan (FP) dan garis tegak belakang/buritan
(AP).

~ After Perpendicular (AP)

Adalah garis tegak (vertikal) pada buritan yang terletak berimpit pada
sumbu poros kemudi.

~ Fore Perpendicular (FP)

Adalah garis tegak (vertikal) pada haluan yang terletak pada perpotongan
antara linggi haluan dengan garis sarat air pada saat muatan kapal penuh.

2.1.2. Length of Water Line (LWL)

Adalah panjang garis air yang diukur mulai dari perpotongan linggi buritan
dengan garis air pada sarat sampai dengan pada perpotongan linggi haluan dengan
garis air (jarak mendatar antara kedua ujung garis muat). Dengan pembulatan,
panjang garis air dirumuskan sebagai fungsi dari Lpp, yaitu:

Lwl = Lpp + (2~3)% Lpp (m)

2.1.3. Length of Displacement (Ldisp.)

Adalah panjang imanjiner yang terjadi karena adanya perpindahan fluida


sebagai akibat dari tercelupnya badan kapal. Dalam hubungannya dengan
perancangan Lines Plan menggunakan Metode Diagram NSP, panjang ini
digunakan untuk menentukan seberapa besar luasan-luasan bagian yang tercelup
air, pada saat Ldisp. dibagi menjadi 20 station.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


5

Panjang displacement dirumuskan sebagai rata-rata antara Lpp dan Lwl.


Rumusnya yaitu:

Ldisp. = ½ (Lpp + LWL) (m)

2.1.4. Length Over All (LOA)

Adalah panjang keseluruhan bangunan kapal. Diukur dari ujung bagian


belakang kapal sampai dengan ujung bagian depan kapal.

2.1.5. Breadth (B)

Lebar kapal yang diukur pada sarat air (T) ketika kapal dalam keadaan
muatan penuh di sisi dalam plat pada bagian tengah kapal (midship station).

2.1.6. Depth (H)

Tinggi geladak utama (main deck) kapal adalah jarak vertikal yang diukur
pada bidang tengah kapal (midship station) dari keel (lunas kapal) sampai sisi atas
geladak di sisi (lambung) kapal.

2.1.7. Draught/Draft (T)

Sarat air kapal yaitu jarak vertikal yang diukur dari keel (lunas kapal) sampai
dengan garis water line pada bidang tengah kapal (midship station).

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


6

Potongan Melintang pada Midship


LWL
Lpp

Loa

Gambar 2.1 Ukuran utama kapal

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


7

2.1.8. Service Speed (Vs)

Kecepatan dinas adalah kecepatan operasional kapal saat berlayar di laut.


Pada umumnya, kecepatan dinas adalah (60~80) % dari kecepatan maksimum.

2.1.9. Displacement (∆)

Merupakan berat keselurahan badan kapal yang termasuk di dalamnya adalah


konstruksi bangunan kapal, permesinan dan sistemnya, sistem kelistikan,
perabotan dan interior kapal, crews and luggages, bahan-bahan logistik, bahan
bakar, pelumas, air tawar, dan muatan kapal. Dengan pengertian di atas, satuan
displacement adalah ton. Displacement dapat dirumuskan sebagai berikut:

∆ = LWT + DWT

= Lwl x B x T x Cb x γair laut (ton)

=∇x γair laut (ton)

2.1.10. Volume Displacement (∇)

Adalah perpindahan fluida (air laut) sebagai akibat adanya bagian kapal yang
tercelup di bagian bawah air, memiliki satuan meter kubik (m3), dirumuskan
sebagai:

∇ = LWL x B x T x Cb (m3)

2.1.11. Light Weight (LWT)

Adalah berat komponen-komponen di dalam kapal yang tidak berubah dalam


fungsi waktu operasional kapal. Secara umum, yang termasuk dalam LWT adalah
berat-berat konstruksi dalam kapal, mesin induk dan sitemnya, mesin bantu dan
sistemnya, pompa-pompa dan sistemnya, kelistrikan dan sistemnya, permesinan
di geladak, perlengkapan keselamatan, interior/perabotan kapal, serta ditambah
juga perlengkapan lainnya.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


8

2.1.12. Dead Weight (DWT)

Adalah berat komponen-komponen dalam kapal yang bias berubah dalam


fungsi waktu operasional kapal. Secara umum, yang termasuk dalam DWT adalah
berat-berat muatan kapal, bahan bakar, pelumas, air tawar, bahan-bahan logistik,
dan crews and luggages.

2.2 POTONGAN-POTONGAN BADAN KAPAL

Dalam perancangan floating offshore structure khususnya pada tahapan


perancangan Lines Plan, perlu dipahami beberapa macam potongan-potongan bagian
badan kapal. Adapun penjelasannya mengacu pada buku Ship Stability for Masters and
Mates, Sixth Edition (2006) oleh Bryan Barrass dan D.R. Derrett.

2.2.1. Station

 Merupakan bidang penampang melintang sepanjang kapal dari belakang


(buritan) sampai depan (haluan). Selain itu, merupakan potongan-potongan
vertikal melintang sepanjang kapal.
 Pada umumnya, dalam pengerjaan Lines Plan, panjang kapal (Lpp) dibagi
menjadi 20 station dari AP hingga FP dengan jarak yang sama antar station.
 Station no. 10 yang merupakan bagian melintang tengah kapal deisebut
sebagai “Midship Section”. Luasan bidang/station no. 10/luasan bidang
tengah kapal disebut sebagai “Midship Section Area”.
 Bagian badan kapal dari station AP sampai dengan station FP disebut
sebagai”Main Part”. Sedangkan bagian badan kapal di daerah belakang
(buritan) yaitu dari station AP sampai dengan ujung buritan kapal disebut
sebagai ”Cant Part”. Panjang Cant Part ini diberi notasi LCP, dimana
LCP = Lwl – Lpp.

2.2.2. Buttock Line

 Adalah penampang vertikal memanjang, merupakan potongan-potongan


vertikal memanjang kapal.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


9

 Pada umumnya dalam perancangan Lines Plan, dari bagian tengah


memanjang kapal (center line) ke samping kanan dan kiri lambung kapal
dibuat potongan-potongan buttock line seperti BL – 0 m; BL – 0,5 m; BL –
1 m; BL – 1,5 m; BL – 2 m; BL – 3 m; dst. Melebar sampai dengan lambung
kanan dan kiri kapal. Jadi, dalam hal ini BL – 0m berada tepat/berimpit pada
center line.

2.2.3. Water Line

 Adalah bidang penampang horizontal memanjang kapal, merupakan


potongan-potongan horizontal memanjang kapal dari bagian dasar kapal
sampai dengan sarat air (draught) makksimum.
 Pada umumnya dalam perancangan Lines Plan, dibuat potongan-potongan
horizontal memajang kapal dari bidang dasar kapal (base line) seperti WL –
0 m; WL – 0,5 m; WL – 1 m; WL – 1,5 m; WL – 2 m; WL – 3 m; dst. Dibuat
sampai dengan sarat air (draught) maksimum. Jadi, dalam hal ini, WL – 0m
merupakan bidang dasar badan kapal.
 Bidang penampang horizontal memanjang kapal pada posisi sarat air
maksimum pada umumnya disebut sebagai “Water Plane Area” (WPA).

2.3 KOEFISIEN BENTUK KAPAL

2.3.1. Block Coefficient (Cb)

Adalah perbandingan antara volume kapal dengan hasil kali antara panjang,
lebar, dan sarat kapal. Koefisien blok ini menunjukkan kerampingan kapal.
Rumusnya yaitu:

∇𝐿𝑤𝑙
𝐶𝑏 =
𝐿𝑤𝑙 𝑥 𝐵 𝑥 𝑇

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


10

Gambar 2.2 Koefisien blok

Adapun dalam pengerjaan Tugas Rancang I (Lines Plan) yang menggunakan


Metode Diagram NSP, Cb didapat dari diagram NSP.

2.3.2. Prismatic Coefficient (Cp)

Merupakan perbandingan antara bentuk kapal di bagian bawah sarat dengan


sebuah prisma yang dibentuk oleh bidang tengah kapal (midship station).

 Prismatic Coeffisien of Perpendicular (CpLpp)


𝐶𝑏𝐿𝑝𝑝
𝐶𝑝𝐿𝑝𝑝 =
𝐶𝑚
 Prismatic Coeffisien of Water Line (CpLwl)
𝐶𝑏𝐿𝑤𝑙
𝐶𝑝𝐿𝑤𝑙 =
𝐶𝑚
 Prismatic Coeffisien of Displacement (CpLdisp.)
𝐶𝑏𝐿𝑑𝑖𝑠𝑝.
𝐶𝑝𝐿𝑑𝑠𝑖𝑝. =
𝐶𝑚

Gambar 2.3 Koefisien prismatik

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


11

Adapun dalam pengerjaan Tugas Rancang I (Lines Plan) yang menggunakan


Metode Diagram NSP, Cp didapat dari diagram NSP.

2.3.3. Midship Coefficient (Cm)

Merupakan perbandingan antara luas penampang melintang tengah kapal


(Midship Area) dengan luasan suatu bidang yang lebarnya B dan tingginya T
pada penampang tengah kapal (midship station).

𝐴𝑚
𝐶𝑚 =
𝐵𝑥𝑇

Gambar 2.4 Midship section

Adapun dalam pengerjaan Tugas Rancang I (Lines Plan) yang menggunakan


Metode Diagram NSP, Cm didapat dari diagram NSP.

2.3.4. Waterline Coefficient (Cw)

Adalah perbandingan adalah luas bidang garis air dibagi dengan luasan
bidang yang panjangnya Lwl dikalikan dengan lebar B.

𝑊𝑃𝐴
𝐶𝑤 =
𝐿𝑤𝑙 𝑥 𝐵

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


12

Gambar 2.5 Water Plane Area

Adapun dalam pengerjaan Tugas Rancang I (Lines Plan) yang menggunakan


Metode Diagram NSP, Cw didapat dari rumus:

Cw = ⅓ + (⅔ CbLwl)

2.3.5. Jari-jari Bilga (R)

Adalah jari-jari lengkung bagian penampang tengah kapal (midship station)


yang menghubungkan antara bagian samping dan bagian dasar kapal, dirumuskan
sebagai:

(0,5 𝑥 𝐵 𝑥 𝑇) − 𝐴𝑚
𝑅= √ (m)
1 − 0,25 𝜋

2.3.6. Luas Penampang Melintang Tengah Kapal (Midship)

Merupakan luasan bagian tengah kapal (midship station) yang dipotong


secara melintang yang memiliki lebar B dan tinggi T, yang dirumuskan sebagai:

Am = Cm x B x T

2.4 KOMPONEN-KOMPONEN LINES PLAN

2.4.1. Curve of Sectional Area (CSA)

Curve of Sectional Area atau CSA adalah kurva yang menggambarkan


area/luasan pada setiap station. Cara membuatnya yaitu dengan cara panjang
antara garis tegak lurus kapal (Lpp) dibagi menjadi 20 station (st. 0 – st. 20)
dengan mencari persentase area setiap station terhadap luas midship dengan

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


13

𝑉𝑠
menggunakan diagram NSP, yaitu dengan cara menghitung , kemudian
√𝐿
𝑉𝑠
membuat garis datar berdasarkan dari hasil perhitungan dari . Dari garis
√𝐿
mendatar tersebut akan didapatkan δ (Cb), β (Cm), φ (Cp), persentase luas setiap
station (st. 0 – st. 20) terhadap luas midship, dan letak titik tekan memanjang
(LCB).

2.4.2. Body Plan

Body plan adalah bentuk potongan-potongan melintang station-station pada


kapal dari pandangan depan maupun belakang. Jadi body plan adalah potongan-
potongan badan kapal secara melintang. Dapat dilihat ilustrasinya pada gambar
berikut.

Gambar 2.6 Body plan

Gambar pada body plan biasanya hanya digambar setengah dari keseluruhan
garis melintang kapal untuk setiap station, maksudnya adalah gambar body plan
untuk setiap station digambar dari center line sampai dengan lebar sisi kapal. Hal
ini dimaksudkan agar gambar body plan tidak penuh dengan garis-garis yang pada
aslinya saling bersimetri antara sisi kiri (port side) dan sisi kanan (starboard side).
Kemudian sisi kiri center line pada gambar body plan adalah garis-garis proyeksi
pada station-station di belakang midship, sedangkan sisi kanan adalah garis-garis
proyeksi pada station-station di depan midship.

Pada gambar body plan terdapat garis-garis proyeksi setiap station secara
melintang kapal yang berupa garis-garis lengkung, garis-garis air (water line)
yang berupa garis-garis horizontal, garis-garis buttock line yang berupa garis-
garis vertikal, sent line yang berupa garis diagonal, dan fairness line yang

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


14

dibentuk dari titik-titik perpotongan antara A/2T dengan garis body plan di setiap
stationnya.

2.4.3. Half Breadth Plan

Half breadth plan merupakan gambar potongan-potongan horizontal


memanjang kapal jika dilihat dari atas pada setiap garis air (water line). Jadi half
breadth plan adalah potongan-potongan bentuk kapal secara horizontal
memanjang. Dapat dilihat ilustrasinya pada gambar berikut.

Gambar 2.7 Half breadth plan

Gambar half breadth plan pada umumnya hanya digambar setengah dari
keseluruhan garis proyeksi kapal, yaitu dari center line sampai dengan lebar sisi
kapal. Sisi atas dari center line pada half breadth plan adalah garis-garis proyeksi
pada setiap water line. Sedangkan sisi bawah dari center line pada half breadth
plan adalah garis sent line yang jaraknya dari masing-masing station terlah diukur
berdasarkan gambar body plan.

Pada half breadth plan terdapat garis-garis proyeksi setiap water line secara
horizontal memanjang kapal yang berupa garis-garis lengkung, garis-garis station
yang berupa garis-garis verikal, garis-garis buttock line yang berupa garis-garis
horizontal, dan sent line yang berupa garis lengkung.

2.4.4. Sheer Plan

Sheer plan merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari samping
pada setiap buttock line. Jadi sheer plan adalah potongan-potongan bentuk kapal
secara vertikal memanjang. Dapat dilihat ilustrasinya pada gambar berikut.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


15

Gambar 2.8 Sheer plan

Pada gambar sheer plan terdapat garis-garis proyeksi setiap buttock line
secara vertikal memanjang kapal yang berupa garis-garis lengkung, garis-garis
station yang berupa garis-garis vertikal, dan garis-garis water line yang berupa
garis-garis horizontal. Biasanya pada station-station parallel midle body dipotong
dan dihilangkan yang kemudian menjadi ruang kosong pada gambar. Ruang
kosong ini yang kemudian diisi oleh gambar body plan yang sudah digambar
sebelumnya. Tujuan dari penempatan gambar body plan di tengah-tengah sheer
plan adalah untuk memudahkan dalam penarikan garis-garis proyeksi ke masing-
masing gambar (body plan, half breadth plan, dan sheer plan).

2.4.5. Geladak Utama (Main Deck)

Geladak utama merupakan dek utama yang berada di atas permukaan air.
Geladak utama, secara memanjang maupun melintang, dibuat melengkung agar
air laut tidak sampai naik ke atas geladak. Kalaupun air laut sampai naik ke kapal,
lengkungan ini berfungsi agar air laut cepat keluar kembali dari atas geladak
utama.

2.4.6. Lengkung Memanjang Geladak Utama (Sheer)

Lengkung geladak secara memanjang biasa disebut sebagai “sheer”. Dalam


perkembangannya, khusus kapal berjenis tanker tidak perlu dibuat garis miring
memakai sheer. Jadi tidak mempunyai lengkung geladak. Hal ini berdasarkan

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


16

pertimbangan utama agar dalam tangki-tangki muatan cair tidak ada permukaan
bebas cairan.

2.4.7. Lengkung Memanjang Geladak Utama (Chamber)

Selain membuat lengkung secara memanjang, geladak utama juga perlu


dibuat lengkung secara melintang. Titik lengkung geladak berada pada tengah-
tengah geladak utama (center line). Besarnya tinggi lengkugan tergantung pada
lebar kapal yang besarnya ditentukan sebagai chamber yang dengan ukuran
seperlimapuluh lebar geladak di setiap satuan panjang kapal.

2.4.8. Geladak Akil (Forecastle Deck)

Geladak akil atau forecastle deck adalah geladak yang berada di bagian depan
kapal yang berfungsi untuk mengurangi/mencegah air laut masuk melalui haluan
kapal. Dimana perencanaanya yaitu setinggi 2,25~2,50 m di atas upper deck side
line, dan panjangnya dimulai dari linggi haluan sampai collision bulkhead (jarak
collision bulkhead dari FP adalah 0,05~0,08 dari LPP, dimana collision bulkhead
terletak pada nomor gading, bukan nomor station). Dapat dilihat lebih jelas pada
gambar berikut.

Gambar 2.9 Forecastle deck

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


17

2.4.9. Geladak Kimbul (Poop Deck)

Poop deck adalah superstructure yang berada pada bagian buritan kapal.
Fungsinya sama seperti forecastle deck pada haluan. Perencanaannya adalah
setinggi 2,25~2,50 m di atas geladak utama (upper deck side line).

Panjang dari geladak ini dimulai dari ujung belakang, umumnya sampai
mendekati sekat kamar mesin, dimana sekat kamar mesin diletakkan pada
nomor gading, bukan nomor station. Sebagai perkiraan awal, dapat dipakai
panjang kamar mesin (17~20) % dari Lpp dihitung dari AP.

Gambar 2.10 Poop deck

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


18

BAB III
PERHITUNGAN RENCANA GARIS

NAMA KAPAL : BP PRIUS AFRAMAX

TYPE KAPAL : CHEMICAL TANKER

3.1 DATA-DATA KAPAL

 Tonnage (GRT) : - Ton


 Bobot Mati (DWT) : - Ton
 Panjang (Lpp) : 181 m
 Lebar (B) : 30.2 m
 Sarat Air (T) : 12.2 m
 Tinggi (H) : 18 m
 Kecepatan Dinas (Vs) : 18 Knot

3.2 LANGKAH-LANGKAH

3.2.1. Menghitung Lwl & Ldisp.

Lwl = Lpp + (2~3) % x Lpp (m)

= 181 + (2,5% x 181)

= 185 m

Ldisp. = ½ x (Lwl + Lpp)

= ½ x (185 + 181)

= 183 m 1 m = 3,28084 feet

= 600,3937 feet

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


19

3.2.2. Menghitung Speed Ratio

𝑉𝑠
𝑆𝑝𝑒𝑒𝑑 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
√𝐿

Dimana:

Vs = Kecepatan dinas (Knot)

L = Ldisp. (feet)

18
𝑆𝑝𝑒𝑒𝑑 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
√600,3937

= 0, 7346 Knot/feet

DIAGRAM NSP

Gambar 3.1 Diagram NSP

Hasil perhitungan speed ratio dimasukkan pada diagram NSP. Kemudian


dari angka tersebut, ditarik garis horizontal ke kanan sampai memotong
lengkungan-lengkungan dan garis-garis tegak (sampai ujung diagram). Dari
garis horizontal tersebut, maka diperoleh:

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


20

a. Koefisien midship – β (Cm) : 0,983


b. Koefisien blok – δ (Cb) : 0,6935
c. Koefisien prismatik – φ (Cp) : 0,7046
d. % LCB : 0,9833% di depan midship

dan persentase luas setiap station (st.1 – st. 19) relatif terhadap luas station
midship (st.10).

3.2.3. Menghitung Luas Midship (Am)

Am = B x T x β (m2)

= 30,2 x 12,2 x 0,9830

= 362,1765 m2

3.2.4. Menghitung Volume Displacement Kapal Berdasarkan Ldisp. (∇Ldisp.)

∇Ldisp. = Ldisp. x B x T x δ (m3)

= 185 x 30,2 x 12,2 x 0,6935

= 46.758,9046 m3

3.2.5. Menentukan Persentase Luas dan Luas Setiap Station Berdsarkan


Diagram NSP

 Hasil perhitungan speed ratio dimasukkan pada diagram NSP yang


kemudian ditarik garis lurus horizontal ke kanan sehingga memotong grafik
station 1 s/d 19.
 Dari titik perpotongan garis horizontal dengan grafik setiap station tersebut,
ditarik garis lurus ke atas hingga menyentuh skala yang terdapat di bagian
atas diagram. Dari skala itu, diperoleh persentase luas setiap station
terhadap luas station midship. Harga-harga %luas yang diperoleh tersebut
dituliskan dalam kolom [2] pada tabel 3.1.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


21

 Dari harga-harga %luas setiap station apabila dikalikan dengan Am, maka
akan diperoleh harga luas (m2) setiap station tersebut. Harga-harga luas
yang diperoleh tersebut, dituliskan dalam kolom [3] pada tabel 3.1.
 St. 0 s/d st. 20 diperoleh dari panjang Ldisp. dibagi menjadi 20 bagian sama
panjang.

Tabel 3.1. Persentase Luas dan Luas Setiap Station Berdasarkan


Pembacaan Skala Pada Diagram NSP

Station % Luas Luas (m2)


[1] [2] [3] = [2] x Am
0 0 0
1 10.042 36.370
2 28.89 104.633
3 49.74 180.147
4 69.14 250.409
5 83.81 303.540
6 92.36 334.506
7 97.22 352.108
8 99.47 360.257
9 100 362.177
10 100 362.177
11 100 362.177
12 100 362.177
13 99.28 359.569
14 96.654 350.058
15 90.4 327.408
16 77.86 281.991
17 59.234 214.532
18 36.4 131.832
19 14.07 50.958
20 0 0

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


22

3.2.6. Menentukan Letak LCB Berdasarkan Diagram NSP

 Hasil perhitungan speed ratio dimasukkan pada diagram NSP kemudian


ditarik garis horizontal ke kanan hingga memotong lengkungan grafik a, b,
dan c.
 Pilih titik yang berpotongan antara garis horizontal dengan lengkungan
grafik b (optimum line), kemudian dari titik ini tarik garis vertikal ke bawah
hingga menyentuh skala yang ada di bagian bawah diagram. Dari skala
tersebut, diperoleh persentase LCB terhadap panjag Ldisp., dan dari skala itu
juga menunjukkan letak titik LCB; berada di depan ataukah di belakang
station 10.

LCBNSP = + 0,983% x Ldisp.

= 0,983 x 183

= 1,7989 m (di depan station 10)

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


23

3.2.7. Menghitung Volume Displacement -∇Ldisp.- (Tabel)

Perhitungan ini berdasarkan Ldisp./20.

Tabel 3.2. Perhitungan ∇Ldisp.

Station % Luas Luas (m2) S.M. Fungsi Volume


[1] [2] [3] = [2] x Am [4] [5] = [3] x [4]
0 0 0 1 0
1 10.042 36.370 4 145.479
2 28.89 104.633 2 209.266
3 49.74 180.147 4 720.586
4 69.14 250.409 2 500.818
5 83.81 303.540 4 1214.161
6 92.36 334.506 2 669.012
7 97.22 352.108 4 1408.432
8 99.47 360.257 2 720.514
9 100 362.177 4 1448.706
10 100 362.177 2 724.353
11 100 362.177 4 1448.706
12 100 362.177 2 724.353
13 99.28 359.569 4 1438.275
14 96.654 350.058 2 700.116
15 90.4 327.408 4 1309.630
16 77.86 281.991 2 563.981
17 59.234 214.532 4 858.127
18 36.4 131.832 2 263.665
19 14.07 50.958 4 203.833
20 0 0 1 0
∑1= 15272.0132

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


24

1 𝐿𝑑𝑖𝑠𝑝.
∇Ldisp. (tabel) = 𝑥 𝑥 Σ1 (m3)
3 20

1 183
= 3 𝑥 20 𝑥 15.272,0132

= 46.579,6403 m3

∇𝐿𝑑𝑖𝑠𝑝. 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 − ∇𝐿𝑑𝑖𝑠𝑝. 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙


Koreksi ∇Ldisp. = ( 𝑥 100) %
∇𝐿𝑑𝑖𝑠𝑝. 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠

46.758,9046 − 46.579,6403
= ( 𝑥 100) %
46.758,9046

= 0,3834 % < 0,5 %

(MEMENUHI)

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


25

3.2.8. Menghitung Letak Titik LCB (Tabel)

Perhitungan letak titik LCB ini juga masih berdasarkan Ldisp. dan
perhitungannya dikerjakan secara tabulasi pada tabel 3.3 dengan melanjutkan
perhitungan/pekerjaan pada tabel 3.2.

Tabel 3.3. Perhitungan Letak LCB

Station % Luas Luas (m2) S.M. Fungsi Volume Lever Fungsi Momen
[1] [2] [3] = [2] x Am [4] [5] = [3] x [4] [6] [7] = [5] x [6]
0 0 0 1 0 -10 0
1 10.042 36.370 4 145.479 -9 -1309.312
2 28.89 104.633 2 209.266 -8 -1674.125
3 49.74 180.147 4 720.586 -7 -5044.105
4 69.14 250.409 2 500.818 -6 -3004.906
5 83.81 303.540 4 1214.161 -5 -6070.803
6 92.36 334.506 2 669.012 -4 -2676.050
7 97.22 352.108 4 1408.432 -3 -4225.296
8 99.47 360.257 2 720.514 -2 -1441.028
9 100 362.177 4 1448.706 -1 -1448.706
10 100 362.177 2 724.353 0 0
11 100 362.177 4 1448.706 1 1448.706
12 100 362.177 2 724.353 2 1448.706
13 99.28 359.569 4 1438.275 3 4314.826
14 96.654 350.058 2 700.116 4 2800.465
15 90.4 327.408 4 1309.630 5 6548.151
16 77.86 281.991 2 563.981 6 3383.888
17 59.234 214.532 4 858.127 7 6006.886
18 36.4 131.832 2 263.665 8 2109.316
19 14.06 50.958 4 203.833 9 1834.497
20 0 0 1 0 10 0
∑1= 15271.8868 ∑2= 2999.8067

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


26

𝐿𝑑𝑖𝑠𝑝. Σ2
LCB (tabel) = 𝑥 (m)
20 Σ1

183 2.999,8067
= 𝑥
20 15.271,8868

= 1,7973 m (di depan station 10)

𝐿𝐶𝐵𝑁𝑆𝑃 − 𝐿𝐶𝐵𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Koreksi LCB = ( 𝑥 100) %
𝐿𝐶𝐵𝑁𝑆𝑃

1,7989 − 1,7973
= ( 𝑥 100) %
1,7989

= 0,0880 % < 0,1 %

(MEMENUHI)

3.2.9. Menggambar Curve of Sectional Area (CSA)

 Dengan skala panjang tarik garis horizontal sepanjang Ldisp.


 Panjang Ldisp. dibagi menjadi 20 bagian yang sama jaraknya sehingga
diperoleh titik station 0 s/d station 20.
 Dari setiap titik station 0 s/d 20 tarik garis vertikal ke atas.
 Dengan skala luas, pada garis-garis vertikal dari setiap station (0-20)
ukurkan besaran luas masing-masing berdasarkan tabel 3.3, kolom [3].
 Dengan demikian, didapatkan gambar 3.2 “Curve of Sectional Area”

3.2.10. Menggambar Curve of Sectional Area yang Sudah difairkan (CSAF)

 Dari station 10 pada Ldisp. ditarik garis datar yang panjangnya ½ Lwl ke
bagian depan sehingga ujung terdepan merupakan titik FP, kemudian
ditarik juga garis sepanjang ½ Lwl ke bagian belakang sehingga ujung
belakang merupakan titik A. Jadi panjang dari titik A sampai FP adalah
panjang garis air (Lwl). Selanjutnya dari FP ditarik garis ke belakang
sepanjang Lpp sehingga didapatkan titik AP.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


27

 Selanjutnya panjang Main Part (dari AP sampai FP) dibagi menjadi 20


station. Sedangkan panjang Cant Part (dari AP sampai A) dibagi menjadi
2 station.
 Selanjutnya dibuat gambar CSA yang difairkan (CSAF) dari bagian
belakang di titik A sampai dengan bagian depan di titik FP. Dapat dilihat
pada gambar 3.2.

= CSA

= CSAF
`

Gambar 3.2 Curve of Sectional Area

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


28

3.2.11. Menghitung ∇wl dan Letak LCB Berdasarkan CSAF

Tabel 3.4. Perhitungan Luas Station CSAF pada Main Part

Station Luas (m2) S.M. Fungsi Volume Lever Fungsi Momen


[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]
AP 15.814 1 15.814 -10 -158.14
1 58.3 4 233.2 -9 -2098.8
2 115.21 2 230.42 -8 -1843.36
3 178.87 4 715.48 -7 -5008.36
4 240.13 2 480.26 -6 -2881.56
5 300.11 4 1200.44 -5 -6002.2
6 340.08 2 680.16 -4 -2720.64
7 358.41 4 1433.64 -3 -4300.92
8 361.02 2 722.04 -2 -1444.08
9 362.17652 4 1448.70608 -1 -1448.70608
10 362.17652 2 724.35304 0 0
11 362.17652 4 1448.70608 1 1448.70608
12 362.17652 2 724.35304 2 1448.70608
13 361.8 4 1447.2 3 4341.6
14 359.07 2 718.14 4 2872.56
15 344.93 4 1379.72 5 6898.6
16 290.47 2 580.94 6 3485.64
17 217.9 4 871.88 7 6103.16
18 134.98 2 269.96 8 2159.68
19 65.42 4 261.88 9 2355.12
FP 0 1 0 10 0
∑3= 15587.0922 ∑4= 3207.006

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


29

1 𝐿𝑝𝑝
∇ Main Part = 𝑥 𝑥 Σ3 (m3)
3 20

1 181
= 𝑥 𝑥 15.587,0922
3 20

= 4.7021,0616 m3

𝐿𝑝𝑝 Σ3
LCB Main Part = 𝑥 (m)
20 Σ4

181 15.587,0922
= 𝑥
20 3.207,006

= 1,8620 m (di depan midship)

Tabel 3.5. Perhitungan Luas Station CSAF pada Cant Part

Station Luas (m2) S.M. Fungsi Volume Lever Fungsi Momen


[1] [2] [3] [4] = [2] x [3] [5] [6] = [4] x [5]
AP 15.814 1 15.814 0 0
B 7.857 4 31.428 -1 -31.428
A 0 1 0 -2 0
∑5= 47.242 ∑6= -31.428

1 𝐿𝑤𝑙 − 𝐿𝑝𝑝
∇ Cant Part = 𝑥 ( ) 𝑥 Σ5 (m3)
3 2

1 185 − 181
= 𝑥 ( ) 𝑥 47,242
3 2

= 31,49 m2

𝐿𝑤𝑙 − 𝐿𝑝𝑝 Σ
LCB Cant Part = (
2
) 𝑥 (Σ6) (m)
5

185 − 181 −31,428


=(
2
) 𝑥 ( 47,242 )

= - 1,3305 m (di belakang station AP)

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


30

LCB Cant Part = LCBCant Part - ½ Lpp

= - 1,3305 – (181/2)

= - 91,8305 m (di belakang midship)

3.2.12. Koreksi Total Volume Displacement dan Total LCB

∇Lwl (rumus) = Lwl x B x T x Cb (m3)

= 185 x 30,2 x 12,2 x 0,983

= 4.7269, 9309 m3

∇Lwl (tabel) = ∇ Main Part + ∇ Cant Part (m3)

= 4.7021,0616 + 31,49

= 47.052,5563 m3

∇Lwl (rumus) − ∇Lwl (tabel)


Koreksi ∇ Displacement = ( 𝑥 100) %
∇Lwl (rumus)

47.269,9309 − 47.052,5563
=( 𝑥 100) %
4.7269,9309

= 0,4599 % < 0,5 %

(MEMENUHI)

LCBNSP = + 0,983% x Ldisp.

= (0,983 / 100) x 183

= 1,7989 m (di depan station 10)

(𝐿𝐶𝐵𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑥 ∇𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡 ) + (𝐿𝐶𝐵𝑐𝑎𝑛𝑡 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑥 ∇𝑐𝑎𝑛𝑡 𝑝𝑎𝑟𝑡)


LCB Totaltabel = (m)
∇𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡 + ∇𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑡

(1,862 𝑥 47.021,0616) + (91,8305 𝑥 31,49)


=
47.021,0616 + 31,49

= 1,7993 m (di depan midship)

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


31

𝐿𝐶𝐵𝑁𝑆𝑃 − 𝐿𝐶𝐵 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙


Koreksi LCB = ( 𝑥 100) %
𝐿𝐶𝐵𝑁𝑆𝑃

1,7989 − 1,7993
=( 𝑥 100) %
1,7989

= | - 0,0229 | % < 0,1 %

(MEMENUHI)

3.2.13 Merencana Curve of Water Plane Area

 Dengan skala panjang, buat garis horizontal Lwl dan tentukan titik-titik
stationnya (Main part: AP ~ FP; Cant part: A ~ AP).
 Menghitung sudut masuk di bagian depan kapal - ie
 Mencari harga dari fungsi koefisien prismatik bagian depan – φf.
Rumusnya:
φf = φ ± (1,40 + φ) x e
Dimana:
e = LCBNSP / Ldisp.
φ = koefisisen prismatik

Sehingga:
φf = φ ± (1,40 + φ) x e
= 0,7046 + [(1,40 + 0,7046) x (1,7989 / 183)]
= 0,7253
 Masukkan harga φf pada grafik sudut masuk (gambar 3.3), kemudian tarik
garis vertikal ke atas hingga berpotongan dengan kurva garis lurus (kurva
metode NSP). Dari titik perpotongan tersebut, tarik garis mendatar ke kiri,
akan diperoleh harga sudut masuk bidang garis air bagian depan - ie (o).

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


32

Gambar 3.3 Grafik untuk menentukan sudut masuk (ie)


(Sumber; A. J. P. Lap, “UIT Fundamental of Ship Resistance and Propulsion”)

 Dari penarikan garis lurus mendatar terhadap perpotongan φf dengan


kurva sudut masuk metode NSP (kurva garis lurus), diperoleh sudut
masuk (ie) sebesar 18º. Tetapi dalam pengerjaan selanjutnya
(perancangan Water Plane Area), digunakan sudut masuk sebesar 20º
agar lebar bagian depan (haluan) kapal tidak terlalu sempit/kecil.
 Buat garis yang memotong Lwl dengan sudut sebesar 20º.
 Dari titik station tarik garis-garis vertikal. Ukurkan ½ lebar/ordinat untuk
masing-masing station (dengan skala lebar) pada garis vertikal. Khusus
pada midship, lebarnya adalah (B/2) meter (lebar maksimum). Hasil
perencanaan ½ lebar/ordinat pada setiap station pada main part tuliskan
pada tabel 3.7 kolom [4], sedangkan station pada cant part tuliskan pada
tabel 3.8 kolom [4].
 Apabila dari titik-titik ½ lebar/ordinat pada setiap station dari A ~ FP
dihubungkan dengan garis yang stream line, maka akan didapat “Curve of
Water Plane Area”

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


33

WATER PLAN AREA

Gambar 3.4 Curve of Water Line (Water Plane Area)

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


34

Tabel 3.6. Perhitungan WPA Main Part

Station Luas (m²) A / 2T ½ B (m) S.M. Fungsi Luas


[1] [2] [3] = [2] : 2T [4] [5] [6] = [4] x [5]
AP 15.814 0.6481 5.1838 1 5.1838
1 58.3 2.3893 8.4168 4 33.6672
2 115.21 4.7217 10.2319 2 20.4638
3 178.87 7.3307 11.9233 4 47.6932
4 240.13 9.8414 13.1475 2 26.295
5 300.11 12.2996 14.1236 4 56.4944
6 340.08 13.9377 14.7122 2 29.4244
7 358.41 14.6889 15.0777 4 60.3108
8 361.02 14.7959 15.1 2 30.2
9 362.17652 14.8433 15.1 4 60.4
10 362.17652 14.8433 15.1 2 30.2
11 362.17652 14.8433 15.1 4 60.4
12 362.17652 14.8433 15.1 2 30.2
13 361.8 14.8279 15.0857 4 60.3428
14 359.07 14.7160 15 2 30
15 344.93 14.1365 14.4734 4 57.8936
16 290.47 11.9045 12.8030 2 25.606
17 217.97 8.9332 9.8818 4 39.5272
18 134.98 5.5320 6.5879 2 13.1758
19 65.42 2.6811 3.2939 4 13.1756
FP 0 0 0 1 0
∑7= 730.6536

Luas WPA main part = 2 x ⅓ x (Lpp/20) x ∑7 (m2)

= 2 x ⅓ x (181/20) x 730,6536

= 4.408,2767 m2

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


35

Tabel 3.7. Perhitungan WPA Cant Part

Station Luas (m²) A / 2T ½B S.M. Fungsi Luas


[1] [2] [3] = [2] : 2T [4] [5] [6] = [4] x [5]
AP 15.814 0.6481 5.1838 1 5.1838
B 5.235 0.2145 3.6175 4 14.47
AP 0 0 0 1 0
∑8= 19.6538

Luas WPA cant part = 2 x ⅓ x [(Lwl – Lpp)/2] x ∑8 (m2)

= 2 x ⅓ x [(185-181)/2] x 19,6538

= 26,2051 m2

Luas WPA total = WPA main part + WPA cant part

= 4.408,2767 + 26,2051

= 4.434,4818 m2

3.2.14. Koreksi Water Plane Area

Selain menggunakan perhitungan Simpson, luasan water plane area juga


dapat ditentukan dengan perhitungan menggunakan harga koefisien water line
(Cw) dikali lebar kapal (B) dan dikali panjang Lwl. Sebelum menentukan harga
koefisien water line, perlu dicari dahulu harga koefisien blok Lwl (CbLwl).
Rumusnya:

CbLwl = [(Cb x Ldisp.) / Lwl]

= [(0,6935 x 183) / 185]

= 0,686

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


36

Adapun rumus dari koefisien water line (Cw) adalah:

Cw = ⅓ + (⅔ x CbLwl)

= ⅓ + (⅔ x 0,686)

= 0,7907

Sehingga luas water plane area adalah:

WPA rumus = Cw x B x Lwl (m2)

= 0,7907 x 30,2 x 185

= 4.417,4641 m2

Dari 2 cara perhitungan luasan WPA tersebut, perlu adanya koreksi untuk
mencari tahu apakah perhitungan menggunakan metode Simpson sudah benar
atau belum. Nilai error yang ditoleransi adalah sebesar 0,5 %.

Koreksi WPA = {[(WPAtabel – WPArumus) / WPAtabel] x 100} %

= {[(4.438,4818 – 4.417,4641) / 4.438,4818] x 100} %

= 0,3838 % < 0,5 %

(MEMENUHI)

3.2.15. Merancang Body Plan

 Perhitungan (tabel) yang diperlukan adalah perhitungan ½ lebar/ordinat


pada WPA main part (tabel 3.6).

Langkah-langkah menggambar body plan adalah sebagai berikut:

 Pertama kita buat persegi panjang dengan B sebagai sisi lebar dan T sebagai
sisi tinggi. Kemudian bagi lebar B menjadi 2 bagian dengan sebuah garis
tengah dinamakan Center Line, sehingga ada dua bagian persegi panajng.
Bagian kanan Center Line adalah untuk station-station bagian
depan/haluan, sedangkan untuk bagian kiri adalah untuk station-station
bagian belakang/buritan.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


37

 Sebagai contoh, misal merancang bentuk body station 18 (st. 18)


Pada garis air T dari titik O diukurkan ke kanan selebar A/2T station 18
(lihat pada tabel 3.6, kolom [3]) sehingga diperoleh titik Q. Dari titik Q
tersebut, buatlah garis vertikal ke bawah memotong dasar pada titik L.
Kemudian pada garis air T dari O juga diukurkan lagi ke kanan ordinat
sebesar B/2 station 18 (lihat pada tabel 3.6, kolom [4]) sehingga diperoleh
titik P.
Selanjutnya dari titik P dibuat/direncana bentuk body station 18 yaitu
diperoleh kurva stream line PK.
Kurva stream line PK memotong garis vertikal QL pada titik R.
Langkah berikutnya, perlu dilaksanakan koreksi yaitu dengan mengukur
dan membandingkan luasan PQR dengan luasan KLR menggunakan alat
ukur planimetri atau dapat juga menggunakan perintah hatch, kemudian
melihat properties bidang tersebut pada software AutoCAD. Luasan kedua
bidang tersebut harus sama atau identik.
 Sebagai contoh lain, missal merancang body station 4 (st. 4)
Dengan cara yang sama, pada garis air T dari titik O diukur ke kiri ordinat
selebar B/2 station 4 (lihat pada tabel 3.6, kolom [4]) maka akan diperoleh
titik G dan diukurkan juga ke kiri A/2T station 4 (lihat pada tabel 3.6, kolom
[3]) maka diperoleh titik H. Dari titik G dibuat bentuk body station 4 yaitu
diperoleh kurva stream line Gk. Selanjutnya dilaksanakan koreksi luasan
GHI dengan IJK. Luasan kedua bidang tersebut harus sama atau identik.

Gambar 3.5 Kurva stream line station pada body plan

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


38

 Sedangkan untuk station midship atau station pada parallel middle body
tidak lagi menggunakan cara di atas, melainkan menggunakan perhitungan
jari-jari bilga
 Jari-jari bilga (R), tanpa rise of floor, dapat dicari dengan rumus:

0,5 𝑥 [(𝐵 𝑥 𝑇) − 𝐴𝑚 ] (m)


𝑅= √
1 − 0,25 𝜋

0,5 𝑥 [(30,2 𝑥 12,2) − 362,1765]


= √
1 − 0,25 𝜋

= 3,8201 m

Gambar 3.6 Jari-jari bilga

 Setelah semua station baik pada bagian haluan maupun buritan tergambar
pada body plan, selanjutnya adalah membuat garis sent (sent line) atau bilge
diagonal expended serta membuat garis stream line yang merupakan
perpotongan antara station dengan garis A/2T. Garis ini berfungsi untuk
koreksi terhadap bentuk base line kapal.

3.2.16. Merancang Half Breadth Plan

 Membuat garis water line mendatar pada body plan.


 Water line yang dipakai adalah WL – 0 m; WL – 0,5 m; WL – 1 m; WL –
1,5 m; WL – 2 m; WL – 3 m; WL – 4 m; WL – 6 m; WL – 8 m; WL – 10
m; dan WL – 12,2 m.
 Dari perpotongan antara garis-garis water line itu dengan garis-garis station
pada body plan diproyeksikan ke half breadth plan dengan cara

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


39

memposisikan body plan di depan dan belakang garis center line mendatar
pada half breadth plan.
 Tarik garis mendatar dari titik perpotongan antara garis WL dengan station
ke station pada half breadth plan sesuai nomor station tersebut.

Gambar 3.7 Proyeksi body plan ke half breadth plan

Gambar 3.8 Proyeksi WL 12,2 m (sarat air) ke half breadth plan di bagian
depan (station 14 s/d FP)

3.2.17. Merancang Sheer Plan

 Menggambar garis horizontal buttock line sepanjang Lwl.


 Buttock line yang dipakai adalah BL – 0 m; BL – 1,5 m; BL – 3 m; BL –
4,5 m; BL – 6 m; BL – 9 m; dan BL – 12 m.
 Memproyeksikan titik perpotongan antara lengkungan water line dengan
garis buttock line yang ditentukan. Dengan cara menarik garis dari titik
perpotongan tersebut sampai garis air (WL) sesuai dengan lengkungan
water line yang berpotongan dengan buttock line tersebut.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


40

Gambar 3.9 Proyeksi BL – 6 m (merah) dari half breadth plan ke sheer plan
di bagian depan

 Tiap-tiap garis, baik pada water line maupun pada buttock line harus
mempunyai bentuk yang stream line. Jika tidak, maka harus diubah supaya
stream line. Tentu saja perubahan ini akan berpengaruh pada bagian-bagian
sebelumnya, misalnya merubah body plan dan half breadth plan.

3.2.18. Menggambar Sent Line (Garis Diagonal)

 Membuat sent line dengan cara menarik garis diagonal pada kedua sisi body
plan dimulai dari titik perpotongan center line dengan garis sarat (muatan
penuh) ke titik perpotongan garis dasar dengan garis sisi (lambung) kapal.
Kemudian ukur jarak tiap station pada garis sent line terhadap titik awal
garis diagonal atau sent line.
 Setelah diketahui dimension (jarak) garis sent (sent line) antara center line
dengan masing-masing station, langkah selanjutnya adalah
mentransformasi jarak (dimensi) tersebut ke proyeksi half breadth.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


41

Gambar 3.10 Garis sent line (merah) dan cara mencari ukurannya (hijau)

Gambar 3.11 Ukuran sent line pada station di depan midship (st. 11 s/d 19)

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


42

Gambar 3.12 Proyeksi ukuran sent line pada half breadth plan

3.3 PERANCANGAN BENTUK LINGGI HALUAN

Perancangan bentuk linggi haluan mengacu pada:


 Bentuk stream line dari buttock line (BL) yang paling dekat dengan linggi haluan.
 Titik potong antara garis air/sarat maksimum dengan garis tegak lurus dari FP
Dari 2 acuan tersebut, dibuat bentuk linggi haluan yang harus melewati titik potong
antara garis sarat maksimum dengan garis tegak lurus FP dan bentuk kemiringannya
mengikuti kemiringan stream line buttock line (BL) yang terdekat.

Gambar 3.13 Bentuk linggi haluan

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


43

3.4 PERANCANGAN BENTUK LINGGI BUTIRAN

Dalam merancang bentuk linggi buritan terlebih dahulu harus merencanakan kemudi,
propeller dan clearancenya serta bentuk buttock line yang terdekat dengan linggi buritan.

Gambar 3.14 Bentuk linggi burit

3.5 MERENCANAKAN BANGUNAN ATAS KAPAL

Sesuai yang diatur oleh Biro Klasifikasi Indonesia (2009), “Rules for The Classification
and Counstruction Seagoing Steel Ship”, volume II – section 13.
 Tinggi bulwark =1m
 Panjang forecastle deck = 10% x Lpp
 Tinggi forecastle deck = 2,25 m
 Panjang poop deck = 23% x Lpp
 Tinggi poop deck = 2,25 m

3.6 PERHITUNGAN KEMUDI

 Sumbu (poros) putar kemudi berimpit pada station AP.


 Sesuai yang diatur oleh Biro Klasifikasi Indonesia (2009), “Rules for The
Classification and Counstruction Seagoing Steel Ship”, volume II – section 13.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


44

Luas daun kemudi:

A = {T x Lpp x [1 + 25 x (B / Lpp)2]} / 100 (m2) h = 1,8 x b’ (m)

= {12,2 x 181 x [1 + 25 x (30,2 / 181)2]} / 100 = 1,8 x 4,5613

= 37,4506 m2 = 8,2104 m

A’ = 23% x A (m2) b” = A’ / h (m)

= 0,23 x 37,4506 = 8,6136 / 8,2104

= 8,6136 m2 = 1,0491 m

b’ = √(𝐴 / 1,8)(m) a’ = 5% x h (m)

= 0,05 x 8,2104
= √(37,4606 / 1,8)
= 0,4105 m
= 4,5613 m

Gambar 3.15 Bentuk dan ukuran daun kemudi

3.7 PERHITUNGAN PROPELLER CLEARANCES

Menurut Schneekluth, H. and Bertram, V., 1998, Ship Design for Efficiency and
Economy, second edition dan Det Norske Veritas. Perhitungan diameter propeller dan
propeller clearance sebagai berikut:

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


45

Diameter propeller (Dp) = 0,6 x T (m) Jari-jari propeller (R) = 0,5 x Dp (m)

= 0,6 x 12,2 = 0,5 x 7,32

= 7,32 m = 3,66 m

Diameter poros propeller (Db) = 0,12 x T (m)

= 0,12 x 12,2

= 1,464 m

Propeller clearance minimum:

a = 0,1 x Dp (m) c = 0,2 x Dp (m) f = 8 inci 1 inci = 0,0254 m

= 0,1 x 7,32 = 0,2 x 7,32 = 8 x 0,0254

= 0,732 m = 1,464 m = 0,2032 m

b = 0,27 x Dp (m) e = 0,035 x Dp (m)

= 0,27 x 7,32 = 0,035 x 7,32

= 1,9764 m = 0,2562 m

Gambar 3.15 Propeller clearance

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


46

BAB IV
LAMPIRAN

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)


47

DAFTAR PUSTAKA

Amrina, O’brien CGIA T.P., 1969. The Design of Marine Screw Propellers, Third
impression.

Barras, Bryan and Derrett, Captain D. R., 2006. Ship Stability for Masters and Mates, Sixth
Edition.

Biro Klasifikasi Indonesia, 2009. Rules for the Classification and Construction Seagoing
Steel Ship, volume II – Section 13.

De Heere, Scheltema and Baker, A.R., 1969. Buoyancy and Stability of Ships.

Lap, A. J. W. UIT Fundamentals of Ship Resistance and Propulsion Part.

Murtedjo, Mas, 2010. Modul Ajar Lines Plan. Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

Schcneekluth, H. and Bertram, V., 1998. Ship Design for Efficiency and Economy, Second
Edition.

Bilal Pradanahadi (04311640000076) Laporan Rencana Garis (MO141304)

Anda mungkin juga menyukai