Anda di halaman 1dari 22

Laporan Rencana garis

“Perhitungan luas rencana garis”

Disusun oleh:
BAS AKBAR WAHID

Jurusan Tehnik bangunan kapal fakultas


Kemaritiman universitas Ivet Semarang
Tahun akademik 2020/2021
DAFTAR ISI

Bab I pendahuluan
1.1 pengertian umum lines plan
1.2 Latar belakang
1.3 Rumusan masalah
1.4 Maksud dan tujuan
Bab II Landasan teori
2.1 pengertian utama kapal dan koefisien kapal
2.2 penjelasan mode Hamlin
2.3 penjelasan metodologi/langkah perhitungan
Bab III Perhitungan luas lines plan
3.1 Perhitungan angka froude
3.2 perhitungan koefisien kapal
3.3 LCB
3.4 Gambar CSA
3.5 Gambar WPA / WSA
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Bab I
Pendahuluan
1.1 pengertian umum lines plan

Pada proses desain kapal, lines plan adalah salah satu key plan yang sangat
penting. Lines plan adalah gambar rencana bentuk lambung kapal. Gambar ini
tersusun dari beberapa garis yang menggambarkan potongan lambung
kapal secara memanjang, melintang dan horizontal. Dalam satu gambar lines
plan terdiri dari 3 gambar, yaitu pandangan depan (lines plan), pandangan
samping (sheer plan) dan pandangan atas (half breadth plan).

Lines plan merupakan suatu gambar desain kapal yang sangat penting,
dimana dari gambar lines plan ini akan sangat berpengaruh terhadap gambar-
gambar desain kapal lainnya seperti rencana umum (general arrangement),
konstruksi profil (profil construction), konstruksi melintang (midship section),
stabilitas (stability calculation) dan gambar-gambar lainnya. Yang lebih penting
dari gambar lines plan ini adalah besarnya hambatan yang sangat bergantung
pada bentuk lambung kapal. Dengan hambatan kapal yang kecil maka mesin
kapal yang dibutuhkan juga akan semakin kecil, hal ini sangat sensitif dengan
harga mesin yang akan dibeli serta biaya operasi selama kapal berlayar.

Tim Desain Kapal memiliki keahlian dan pengalaman yang cukup untuk
menghasilkan suatu gambar lines plan yang baik. Baik untuk desain kapal
bangunan baru maupun untuk kapal-kapal lama (re-drawing), baik re-drawing
dari dokumen yang sudah ada (printed document) maupun re-drawing dengan
melakukan survey ke kapal jika tidak ada dokumen lines plan sebelumnya.
1.2 Latarbelakang
Untuk memahami proses perancangan lines plan diperlukan Pemahaman
dasar dasar perancangan lines plan dalam mencapai pemahaman metodologi
langkah langkah perancanganya pada tahap perhitungan perhitungan
dilaksanakan dengan cara manual Selanjutnya proses perencanaan body plan
Half breadth Plan dan sher plan dilaksanakan dengan cara auto cad
Perencanaan lines plan secara manual tanpa memakai software
(maxsruft)Pada umumnya memakai diagram NSP atau metode scaltema D.H
dalam langkah langkah perancangan lines plan yang dipakai adalah diagram
NSP.
1.3 Rumusan masalah
Dalam tugas rencana garis lines plan hal yang jadi masalahnya adalah
Perhitungan besaran besarannya dalam kapal yang mana ukuran utama
ditentukan dari kapal pembanding dengan DWT telah ditentukan oleh
koordinator dosen pembimbing tugas rencana garis serta penggambaran
rencarana garis tersebut.
1.4 Maksud dan tujuan
Tujuan dalam tugas rencana garis ini adalah
1. Memahami tentang rencana garis
2. Mengetahui cara merencanakan garis yang dipakai dalam pembuatan kapal
3. Dapat menyusun laporan
4. Memenuhi mata kuliah rencana garis
Bab II

Landasan teori

2.1 Pengertian ukuran utama kapal


Sebelum membahas ukuran - ukuran utama kapal, sebaiknya kita mengenal terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan garis tegak haluan ( FP ) dan garis tegak buritan ( AP )
agar memudahkan kita untuk mengenal ukuran - ukuran utama kapal dalam hal ini panjang
kapal.

1. Garis tegak haluan ( FP )


Garis tegak haluan ( Fore Perpendicular atau FP ) adalah garis tegak yang dibuat tepat pada
perpotongan antara garis air muatan penuh dengan sisi luar linggi haluan.

2. Garis tegak buritan ( AP )


Garis tegak buritan ( After Perpendicular atau AP ) adalah garis tegak yang dibuat tepat pada
sisi belakang linggi kemudi atau pada sumbu poros kemudi apabila kapal tidak mempunyai
linggi kemudi.

Setelag mengetahui apa itu Fore Perpendicular dan After Perpendicular, sekarang saya akan
membahas tentang ukuran utama kapal.

- Ukuran panjang kapal yang biasa dipergunakan dalam perkapalan ada 3 macam, yaitu :

1. LOA ( Length Over All ) adalah panjang keseluruhan dari kapal yang diukur dari ujung
buritan sampai ujung haluan.
2. LWL ( Length Water Line ) adalah jarak mendatar antara kedua ujung garis air muat
yang diukur dari titik potong dengan linggi haluan sampai titik potongnya dengan linggi
buritan diukur pada bagian luar linggi depan dan linggi belakang, tidak termaksud tebal
kulit lambung.
3. LBP ( Length Between Perpendicular ) adalah panjang antara dua garis tegak buritan
dan garis tegak haluan yang diukur pada garis air muat.

Ukuran lebar kapal yang dikenal ada 2 macam, yaitu :

1. BWL ( Breadth at The Water Line ), lebar pada garis air muat adalah lebar yang terbesar
yang diukur pada garis air muat.
2. BOA ( Maksimum Breadth ), lebar maksimum adalah lebar terbesar dari kapal yang
diukur dari kulit lambung kapal disamping kiri sampai kulit lambung kapal sampai
kanan. Kalau ada bagian geladak yang menonjol keluar melampaui lambung kapal,
maka yang dipakai sebagai B maksimum adalah lebar dari geladak yang dimaksud.

- Tinggi geladak kapal ( Depth atau H ) adalah jarak dari garis dasar sampai garis geladak
yang terendah, ditepi diukur ditengah - tengah panjang kapal.

- Sarat kapal ( Draught ) yang biasa dilambangkan T adalah jarak tegak dari garis dasar
sampai pada garis air muat.

Kesimpulan :
Dalam ilmu kapal ukuran yang dikenal yaitu :

1. LOA ( Length Over All ) adalah panjang keseluruhan kapal.


2. LBP ( Length Between Perpendicular ) adalah panjang antara dua garis tegak buritan (
After Perpendicular ) dan garis tegak haluan ( Fore Perpendicular ).
3. LWL ( Length Waterline ) adalah panjang garis air.
4. BWL ( Breadth at The Water Line ) adalah lebar pada garis air muat
5. BOA ( Maksimum Breadth ) adalah lebar terbesar dari kapal yang diukur dari kulit
lambung kapal.
6. H ( Depth ) adalah tinggi kapal.
7. T ( Draught ) adalah jarak tegak dari garis dasar sampai pada garis air muat.

2.2 koefisien kapal


Koefisien bentuk kapal adalah menentukan bentuk lambung kapal di bagian bawah permukaan air.
Koefisien bentuk kapal atau lebih dikenal dengan Coefficient Of Fineness merupakan perbandingan
antara suatu bentuk carena kapal terhadap bidang persegi atau volume dan pada bantuk kotak
yang siku - siku. Bentuk kelangsingan dan kemontonkan suatu kapal dapat dilihat sesuai dengan
nilai koefisien bentuknya. Karakteristik dari suatu kapal dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien
bentuknya yang terdiri dari :

Koefisien Block ( Cb )
Koefisien block atau koefisien balok ( Cb ) yaitu perbandingan antara isi carena suatu balok yang
dibatasi panjang L, lebar B, dan tinggi T. Pada umumnya kapal cepat mempunyai harga Cb yang
rendah, sebaliknya kapal - kapal yang lambar mempunyai harga Cb yang besar. Cb adalah rasio
antar volume kapal dengan volume kotak yang berukuran B x T x L.

Contoh gambar koefisien block

Koefisien Midship ( Cm )

Koefisien midship yaitu perbandingan antara luas penampang gading besar yang terendam air
dengan luas suatu penampang yang berukuran B x T dimana Am adalah luasan midship, B
adalah lebar kapal dan T adalah sarat.

Contoh gambar koefisien midship

Koefisien Waterline ( Cw )
Koefisien waterline atau koefisien bidang garis air yaitu perbandingan antara luas bidang garis air
dengan bidang empat persegi panjang yang dibatasi panjang L dan lebar B. Cw adalah rasio
antara luas bidang garis air muat dengan luas segiempat L x B.

Contoh gambar koefisien waterline

Koefisien Prismatik Horizontal ( Cph )


Koefisien prismatik memanjang adalah notasi Cp adalah perbandingan antara volume badan kapal
yang ada dibawah permukaan air ( Isi Carena ) dengan volume sebuah prisma dengan luas
penampang midship ( Am ) dan panjang LWL. Jadi koefisien prismatik memanjang sama dengan
koefisien balok dibagi koefisien midship. Harga Cp pada umumnya menunjukkan kelangsingan
bentuk dari kapal. Harga Cp yang besar terutama menunjukkan adanya perubahan yang kecil dari
bentuk penampang melintang disepanjang panjang LWL.
Contoh gambar koefisien prismatik horizontal

Koefisien Primatik Vertical ( Cpv )


Koefisien prismatik vertical dengan notaci Cpv adalah perbandingan antara volume badan kapal
yang ada dibawah permukaan air ( Isi Carena ) dengan volume sebuah prisma yang
berpenampang Awl dengan tinggi T.

Contoh gambar koefisien prismatik vertical

2.3 penjelasan metode Hamlin


Metode Hamlin Menentukan Harga CPA dan CPFCoefficient Prismatic Aft (CPA) dan
Coefficient Prismatik Fore (CPF) bisa ditentukan dengan memplot harga LCB dan harga CP
pada diagram hamlin.
Diagram Hamlin untuk mencari harga CpA- CpF
Dengan bantuan diagram Hamlin , masing masing luas station bisa ditentukan nilainya,
dengan cara memplot harga CPA dan CPF pada diagram,
Contoh gambar diagram Hamlin:

2.4 Penjelasan metodologi/Langkah perhitungan

1. Mengambil data ukuran utama kapal


2. Menghitung angka froude (FN)
3. Menghitung koefisien blok (Cp)
4. Menghitung koefisien midship (Cm)
5. Menghitung koefisien bidang garis air (Cwl)
6. Menghitung koefisien prismatik (Cp) memanjang keseluruhan
7. Menghitung longitudinal center of bouyancy (LCB)
8. Menghitung koefisien prismatik memanjang (Cp) bagian depan dan belakang
9. Menghitung luas midship (Am)
10. Menghitung persentase luas tiap station sebagai persentase luas midship (masuk kan
tabel perhitungan)
11. Menggambar curve os sectional area pada Lwl (diambil dari persentase luas midship),
cukup diambil 1/2 nya saja atau cukup digambar half breadth nya saja
12. Lihat koreksi displasemen (koreksi harus <= 0.5%) dan koreksi LCB harus <= 0.1%
13. Jika ada kesalahan ulangi desain pada gambar half breadth nya. Dan jika sudah benar
lanjutkan menggambar bidang garis air (masukkan tabel perhitungan)
14. Lihat koreksi bidang garis air harus <= 0.5%

Jika semua proses di atas sudah selesai kita bisa melanjutkan ke proses berikutnya, untuk
proses pembuatan rencana garis berikutnya adalah :
1. Menggambar station-station
2. Menggambar sheer plan, untuk pembuatan sheer plan disini ada beberapa proses
yaitu: menggambar pembagian garis air, upper deck side line, upper deck centre line,
fore castle deck side line, poop deck side line, bulwark, menggambar linggi buritan,
lengkungan bow line, buttock line
3. Menggambar body plan, untuk menggambar body plan disini ada beberapa proses
yaitu: Menggambar station-station, pembagian garis air, pembagian buttock line,
upper deck side line, fore castle deck side line poop deck side line, bulwark
4. Menggambar half breadth plan, disini juga ada beberapa proses yaitu: menggambar
lengkungan garis-garis air, menggambar lengkungan upper deck side line, fore castle
deck side line, poop deck side line, bulwark dan pembagian buttock line

Bab III
Perhitungan lines plan

1.1 Perhitungan Angka Froude


1. Bilangan Froude (Fr) = 1, aliran kritis, sehingga tidak terbentuk loncatan.

2. Froude (Fr) = 1 – 1,7, terjadi ombak pada permukaan air, dan loncatan yang terjadi
dinamakan loncatan berombak.

3. Untuk bilangan Froude (Fr) = 1,7 sampai 2,5, terbentuk rangkaian gulungan ombak
pada permukaan loncatan, tetapi permukaan air dihilir tetap halus. Secara keseluruhan
kecepatannya seragam, dan

Rugi energinya kecil dan dinamakan loncatan lemah.


4. Untuk bilangan Froude (Fr) = 2,5 sampai 4,5, terdapat semburan berisolasi menyertai
dasar loncatan bergerak ke permukaan dan kembali lagi tanpa perioda tertentu.
Loncatan ini dinamakan Loncatan berisolasi.

5. Untuk bilangan Froude (Fr) = 4,5 sampai 9,0, ujung-ujung permukaan hilir akan
bergulung dan titik dimana kecepatan semburannya tinggi cenderung memisahkan diri
dari aliran. Loncatan semacam ini sangat seimbang dan karakteristiknya adalah yang
terbaik. Loncatan ini dinamakan loncatan tetap.

6. Untuk bilangan Froude (Fr) = 9 dan yang lebih besar, kecepatan semburan yang tinggi
akan memisahkan hempasan gelombang gulung dari permukaan loncatan,
menimbulkan gelombang – gelombang hilir dan loncatan ini disebut loncatan kuat.

Pengaruh gravitasi terhadap aliran dapat dinyatakan dengan angka Froude.

3.2 Perhitungan koefisien kapal


Koefisien garis air ( Water Plane area coefficient ) dengan
Coeficient
Cwl adalah perbandingan antara luas bidang garis air muat ( Awl )
dengan luas sebuah empat persegi panjang dengan lebar B.

Cwl = Awl , dimana :


Lwl
Awl = Luas bidang garis air.
Lwl = Panjang garis air.
B = Lebar kapal ( Lebar Garis Air ).
Pada umumnya harga Cwl terletak antara 0,70 ~ 0,90

2. Koefisien Gading besar dengan Notasi Cm ( Midship


Coeficient ).
Cm adalah perbandingan antara luas penampang gading besar yang
terendam air dengan luas suatu penampang yang lebarnya = B dan
tingginya = T.

Cm = Am
BT
.
Penampang gading besar ( midship ) yang besar terutama dijumpai
pada kapal sungai den kapal – kapal barang sesuai dengan keperluan
ruangan muatan yang besar. Sedang bentuk penampang gading besar
yang tajam pada umumnya didapatkan pada kapal tunda sedangkan
yang terakhir di dapatkan pada kapal – kapal pedalaman.
Harga Cm terletak antara 0,50 ~ 0,995 dimana harga yang pertama di
dapatkan pada kapal tunda sedangkan yang terakhir di dapatkan pada
kapal – kapal pedalaman.
Bentuk penampang melintang yang sama pada bagian tengah dari
panjang kapal dinamakan dengan Paralel Midle Body.
3.Blok ( Block Coeficient )

Koefisien Blok dengan Notasi Cb.


Koefisien blok adalah merupakan perbandingan antara isi karene
dengan isi suatu balok dengan panjang = Lwl, lebar = B dan tinggi = T.

Cb = V Lwl BT

V = Isi karene.
Lwl = Panjang garis air.
B = Lebar karene atau lebar kapal.
T = Sarat kapal.
Dari harga Cb dapat dilihat apakah badan kapal mempunyai bentuk
yang gemuk atau ramping.
Pada umumnya kapal cepat mempunyai harga Cb yang kecil dan
sebaliknya kapal – kapal lambat mempunyai harga Cb yang besar.
Harga Cb terletak antara 0,20 ~ 0,84.

4. Koefisien Prismatik ( Prismatik Coefficient )


a. Koefisien Prismatik Memanjang. ( Longitudinal Prismatic Coeficient ).
Koefisien prismatic memanjang dengan notasi Cp adalah
perbandingan antara volume badan kapal yang ada di bawah
permukaan air ( Isi Karene ) dengan volume sebuah prisma
dengan luas penampang midship ( Am ) dan panjang Lwl

Cp = V
Am Lwl
dimana :
V = Isi Karene.
Am = Luas penampang gading besar ( luas midship ).
Lwl = Panjang garis air.

Kalau dijabarkan lebih lanjut rumus tersebut menjadi :

Cp = Cb
Cm

Seperti dijabarkan berikut ini.

Cp = V .........................(1)
Am Lwl

Cb = V
Lwl B T
V = Lwl. B.T.Cb .....................(2)

Cm = Am
BT
Am = B.T.Cm ...........................(3)

Kalau ( 2 ) dan ( 3 ) dimasukkan pada ( 1 ), maka diperoleh :

Cp = Lwl BT Cb
Lwl BT Cm

Cp = Cb
Cm

Jadi koefisien prismatik memanjang sama dengan koefisien balok


dibagi koefisien midship.
Harga Cp pada umumnya menunjukkan kelangsingan bentuk dari
kapal.
Harga Cp yang besar terutama menunjukkan adanya perubahan yang
kecil dari bentuk penampang melintang disepanjang panjang Lwl.
Pada umumnya kapal mempunyai harga Cp yang terletak antara 0,50
dan 0,92.
b. Koefisien Prismatik Tegak ( Vertical Prismatic
Coeficient).
Koefisien Prismatik tegak dengan notasi Cpv adalah
perbandingan antara volume badan kapal yang ada dibawah
permukaan air ( Isi Karene ) dengan volume sebuah prisma
yang berpenampang Awl dengan tinggi = T.

Cpv = V
Awl T

V = Isi Karene.
Awl = Luas Penampang garis air.
T = Sarat air.
Kalau dijabarkan lebih lanjut dengan mengganti harga V = Lwl
B.T.Cb dan Awl = Lwl.B.Cwl, maka di peroleh :

Harga : Cpv = V
Awl T

.
Cpv = Lwl BT Cb
Lwl BT Cwl

Cpv = Cb
Cwl

B. Perbandingan Ukuran Utama.


Perbandingan ukuran utama kapal adalah :
L , L, B, dan H
B, H T T

Dibawah ini diberikan uraian secara singkat ukuran utama dan


pengaruhnya terhadap perencanaan kapal. Panjang kapal ( L ),
terutama mempunyai pengaruh pada kecepatan kapal dan pada
kekuatan memanjang kapal.
Perbandingan L yang besar terutama sesuai untuk kapal –
B
kapal dengan kecepatan yang tinggi dan mempunyai
perbandingan ruangan yang baik, akan tetapi mengurangi
kemampuan oleh gerak kapal dan mengurangi pula Stabilitas Kapal.
Perbandingan L yang kecil memberikan kemampuan stabilitas
B
yang baik akan tetapi dapat juga menambah tahanan kapal.
Perbandingann L
H

terutama mempunyai pengaruh terhadap


kekuatan memanjang kapal.
Untuk harga L
H
yang besar akan mengurangi kekuatan
memanjang kapal sebaliknya.
Untuk harga L
H

yang kecil akan menambah kekuatan


memanjang kapal.
Biro Klasifikasi Indonesia ( BKI ) 2004 mensyaratkan sebagai
berikut :

L 14 Untuk daerah pelayaran samudra


H

L 15 Untuk daerah pelayaran pantai


H

L 17 Untuk daerah pelayaran local


H

Dari ketentuan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah yang


mempunyai gelombang besar atau pengaruh–pengaruh luar
lainnya yang lebih besar sebuah kapal mempunya persyaratan
harga perbandingan
L
H yang lebih kecil. Penyimpangan–penyimpangan dari ketentuan di atas masih
dimungkinkan atas dasar bukti perhitungan kekuatan yang dapat di pertanggung jawabkan.
Lebar kapal ( B ), terutama mempunyai pengaruh pada tinggi
metasentra melintang. Kapal dengan displacement yang sama, yang mempunyai B besar akan
memiliki tinggi metasentra ( KM ) yang lebih besar.
Perbandingan

B
T
, terutama mempunyai pengaruh pada
Stabilitas Kapal.
Harga perbandingan
B
T
yang rendah akan mengurangi Stabilitas
Kapal.
Untuk kapal – kapal sungai harga perbandingan
B
T
dapat di ambil
sangat besar, Karena harga T dibatasi oleh kedalaman sungai
yang pada umumnya sudah tertentu. Tinggi Dek ( H ), terutama
mempunyai pengaruh pada tinggi titik berat kapal ( KG ) atau
center of Gravity dan juga pada kekuatan kapal serta ruangan
dalam kapal.
Pada umumnya kapal barang mempunyai harga KG sebesar 0,6
H.
Sarat air ( T ), terutama mempunyai pengaruh pada tinggi Center
of Bouyancy ( KB).
Perbandingan
H
T
, terutama berhubungan dengan reserve
displacement atau daya apung cadangan. Harga
T
H
yang besar
dapat dijumpai pada kapal – kapal penumpang. Harga H – T
disebut lambung timbul ( Free Board ), dimana secara sederhana
dapat disebutkan bahwa lambung timbul adalah tinggi tepi dek dari
permukaan air.

3.3 LCB
Longitudinal Center of bouyancy (LCB).LCB adalah jarak titik tekan bouyancy terhadap
penampang tengah kapal untuk tiap-tiap sarat kapal.

MENENTUKAN LETAK LCB


B.1. Dengan menggunakan Cp Displacement pada grafik NSP pada Cp
Displacement = 0,67. Didapat letak titik LCB (Longitudinal Centre
Bouyancy) = 0,25 % x L Displ, dimana L Displ = 27,775 m

B.1.1. Letak LCB Displ menurut grafik NSP*1


LCB Displ ( b ) = 0,25% x L Displ
= 0,0005 x 27,775 m
= 0,069 m ( Di depan midship L Displ)

B.1.2. Jarak midship ( ) L Displ ke FP


Displ = 0,5 x L Displ
= 0,5 x 27,775 m
= 13,88 m

B.1.3. Jarak midship ( ) Lpp ke FP


Lpp = 0,5 x Lpp
= 0,5 x 27,50m
= 13,75 m

B.1.4. Jarak antara midship ( ) L Displ dengan midship ( ) Lpp


a = Displ - Lpp
= 13,88 m – 13,75 m
= 0,137 m

B.1.5. Jarak antara LCB terhadap midship ( ) Lpp


c =b-a
= 0,14 – 0,069
= 0,068 m ( Di depan Lpp)

B.2. Menurut diagram NSP dengan luas tiap section (Am) = 10,82 m2

B.2.1. h = L Displ / 20
= 27,775 m / 20
= 1,388 m
B.2.2. Volume Displacement
V Displ = 1/3 x h x 1
= 1/3 x 1,388 m x 438,213 m2
= 202,856 m3
B.2.3. Letak LCB NSP

2 3
LCB NSP = x Lpp
1 20
(-789,58 803,25) 27,775m
= x
438,21 20
= 0,043 m
B.2.4. Koreksi prosentase penyimpangan LCB*2
LCB NSP - LCB displ
= x 100 %
L Displ

= x 100 %
= 0,00094 x 100 %
= 0,094 % < 0,1 % ( Memenuhi )
B.2.5. Koreksi prosentase penyimpangan untuk volume Displacement*12
Vol Displ Awal - Vol Displ NSP
= x 100 %
Vol Displ Awal

= x 100 %
= 0,004765 x 100 %
= 0,48% < 0,5 % ( Memenuhi )

B.3. Perhitungan prismatik depan (Qf) dan coefisient prismatik belakang (Qa)
berdasarkan tabel “Van Lammerent”.
Dimana :
Qf = coefisient prismatik bagian depan midship Lpp Qa
= coefisient prismatik bagian belakang midship Lpp e
= Perbandingan jarak LCB terhadap Lpp e = ( LCB Lpp /
Lpp ) x 100 % = ( 0,068 m / 27,50 m ) x 100 %
= 0,2475 %
Dengan rumus tersebut diatas dapat dihitung harga Qa dan Qf dengan
rumus berikut :
Qa = Qf = ( 1,4 + Q) x e Dimana :
Qf = Cp + ( 1,4 + Cp ) x e
= 0,679 + ( 1,4 + 0,693) x 0,0025
= 0,684
Qa = Cp - ( 1,4 + Cp ) x e
= 0,679 - ( 1,4 + 0,679 ) x 0,0025
= 0,674

3.4 Gambar CSA


3.5 Gambar WPA/WSA

1. Water Plan Area (WPA)WPA adalah luas bidang garis air yang telah kita rencanakan
dalam lines plan dari tiap-tiap water line. Kemungkinan-kemungkinan bentuk WPA
ditinjau dari bentuk alas kapal antara lain :

Kapal dengan rise of floor : pada 0 mWL luas garis air adalah nol karena luasan water line
hanya berupa garis-garis lurus (base line), sehingga lengkung WPA dimulai dari titik (0,0).
Kapal tanpa rise of floor : pada 0 mWL ada luasan yang terbentuk dari garis dasar sehingga
luas garis air tidak sama dengan nol.
Bab IV

Penutup
4.1 Kesimpulan
Demikian laporan Rencana Garis ini saya buat untuk memenuhi tugas Lines
Plane. Saya ucapkan terima kasih kepada Bpk. Panut Widodo .,S.T.M,T. selaku
dosen pembimbing, serta seluruh pihak yang terkait. Mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun demi suksesnya penyelesaian Laporan dan Gambar Rencana
Garis ini.

4.2 Saran
adanya Rencana garis (lines plan) lebih lanjut bisa membantu para pekerja kapal
dalam menyelesaikan masalah masalah dalam membenahi kapal dan mengetahui
kesalah pada pembuatan kapal.untuk mengetahui nya Agar diusahakan
mempelajari nya dengan tekun sekian terimakasih

Anda mungkin juga menyukai