i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
MODUL (1)............................................................................................................................ 1
MODUL 2 .............................................................................................................................. 3
MODUL 3 .............................................................................................................................. 5
MODUL 4 .............................................................................................................................. 6
MODUL 5 .............................................................................................................................. 8
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
MATERI UJIAN KOMPREHENSIF
MODUL (1)
MATERI (A). RENCANA GARIS, KURVA BONJEAN, DAN
KURVA HIDROSTATIK
MODUL (1) MATERI (A) tentang Rencana Garis (Lines Plan), Kurva Bonjean
(Bonjean Curve), dan Kurva Hidrostatik (Hydrostatic Curve) beserta pendukungnya.
Kompetensi yang diujikan pada MODUL 1 MATERI A yaitu :
Adapun tujuan dari pembuatan lines plan atau rencana garis adalah untuk mengetahui bentuk
badan kapal terutama yang berada dibawah garis air.
1. Garis tegak haluan ( Fore Perpendicular atau FP ) adalah garis tegak yang dibuat
tepat pada perpotongan antara garis air muatan penuh dengan sisi luar linggi
haluan.
5
2. Garis tegak buritan ( After Perpendicular atau AP ) adalah garis tegak yang dibuat
tepat pada sisi belakang linggi kemudi atau pada sumbu poros kemudi apabila
kapal tidak mempunyai linggi kemudi.
Ukuran panjang kapal yang biasa dipergunakan dalam perkapalan ada 3 macam,
yaitu :
1. LOA ( Length Over All ) adalah panjang keseluruhan dari kapal yang diukur dari ujung
buritan sampai ujung haluan.
2. LWL ( Length Water Line ) adalah jarak mendatar antara kedua ujung garis air muat yang
diukur dari titik potong dengan linggi haluan sampai titik potongnya dengan linggi buritan
diukur pada bagian luar linggi depan dan linggi belakang, tidak termaksud tebal kulit
lambung.
3. LBP ( Length Between Perpendicular ) adalah panjang antara dua garis tegak buritan dan
garis tegak haluan yang diukur pada garis air muat.
6
Ukuran lebar kapal yang dikenal ada 2 macam, yaitu :
1. BWL ( Breadth at The Water Line ), lebar pada garis air muat adalah lebar yang terbesar yang
diukur pada garis air muat.
2. BOA ( Maksimum Breadth ), lebar maksimum adalah lebar terbesar dari kapal yang diukur
dari kulit lambung kapal disamping kiri sampai kulit lambung kapal sampai kanan. Kalau ada
bagian geladak yang menonjol keluar melampaui lambung kapal, maka yang dipakai sebagai
B maksimum adalah lebar dari geladak yang dimaksud.
- Tinggi geladak kapal ( Depth atau H ) adalah jarak dari garis dasar sampai garis geladak yang
terendah, ditepi diukur ditengah - tengah panjang kapal.
- Sarat kapal ( Draught ) yang biasa dilambangkan T adalah jarak tegak dari garis dasar sampai
pada garis air muat.
Kesimpulan :
Dalam ilmu kapal ukuran yang dikenal yaitu :
a. LOA ( Length Over All ) adalah panjang keseluruhan kapal.
b. LBP ( Length Between Perpendicular ) adalah panjang antara dua garis tegak buritan (
After Perpendicular ) dan garis tegak haluan ( Fore Perpendicular ).
c. LWL ( Length Waterline ) adalah panjang garis air.
d. BWL ( Breadth at The Water Line ) adalah lebar pada garis air muat
e. BOA ( Maksimum Breadth ) adalah lebar terbesar dari kapal yang diukur dari kulit
lambung kapal.
f. H ( Depth ) adalah tinggi kapal.
g. T ( Draught ) adalah jarak tegak dari garis dasar sampai pada garis air muat.
• Pengertian Koefisien bentuk kapal, yaitu Koefisien Blok / Block Coefficient (Cb),
Koefisien Penampang Tengah Kapal / Midship Coefficient (Cm), Koefisien GAris Air
/ Waterline Coefficient (Cw), dan Koefisien Prismatik / Prism Coefficient (Cp)
Koefisien bentuk kapal adalah menentukan bentuk lambung kapal di bagian bawah
permukaan air. Koefisien bentuk kapal atau lebih dikenal dengan Coefficient Of Fineness
merupakan perbandingan antara suatu bentuk carena kapal terhadap bidang persegi atau
volume dan pada bantuk kotak yang siku - siku. Bentuk kelangsingan dan kemontonkan
suatu kapal dapat dilihat sesuai dengan nilai koefisien bentuknya.
7
Koefisien Block ( Cb ) yaitu perbandingan antara isi carena suatu balok yang dibatasi
panjang L, lebar B, dan tinggi T. Pada umumnya kapal cepat mempunyai harga Cb yang
rendah, sebaliknya kapal yang lambat mempunyai harga Cb yang besar. Cb adalah rasio
antar volume kapal dengan volume. kotak yang berukuran B x T x L.
8
Koefisien Waterline ( Cw ) atau koefisien bidang garis air yaitu perbandingan antara luas
bidang garis air dengan bidang empat persegi panjang yang dibatasi panjang L dan lebar
B. Cw adalah rasio antara luas bidang garis air muat dengan luas segiempat L x B.
Rumus : Awl (Luas Bidang garis air )
Lwl (Panjang garis air )
9
Koefisien Primatik Vertical ( Cpv )
Koefisien prismatik vertical dengan notaci Cpv adalah perbandingan antara volume
badan kapal yang ada dibawah permukaan air ( Isi Carena ) dengan volume sebuah
prisma yang berpenampang Awl dengan tinggi T.
Rumus : CPV = V(isi carene)
Awl (luas penampang garis air) x T (sarat air)
a. Light Displacement : berat kapal kosong yaitu berat kapal yang terdiri dari badan
kapal, mesin kapal dan peralatan tetap dikapal.
b. Loaded Displacement : Berat kapal secara keseluruhan pada saat kapal terbenam
pada draft maksimum yang diperbolehkan
c. Dead Weight Tonage ( DWT ) atau bobot mati adalah kemampuan kapal untuk
mengangkut beban sampai draft maksimum yang diijinkan, Misalnya : Muatan (
Cargo DWT ), ballast, bahan bakar, air tawar, store, permakanan dan lain-lain. (
Operating Load ).
• Menghitung Luasan dan Volume menggunakan Metode Simpson I
• Pengertian Kurva Bonjean
Lengkungan yang menunjukan luas station sebagai fungsi dari sarat karena lengkung
Bonjean adalah lengkung luas dari station atau luas bidang gading , maka bentuk lengkungan
sangat bergantung dari gading gading
• Manfaat dan/atau kegunaan Kurva Bonjean
a. Untuk menghitung displacement
b. Untuk mengetahui setiap luas section sepanjang badan kapal pada tinggi serat tertentu
c. Untuk menghitung besar luas garis air untuk tiap kenaikan sarat
• Pengertian Kurva Hidrostatik
Diagram yang terdiri dari beberapa lengkungan-lengkungan yang menjelaskan sifat-sifat
dari badan kapal yang tercelup air
• Manfaat dan/atau kegunaan Kurva Hidrostatik
a. Penentuan stabilitas kapal
b. Perhitungan maksimum aman
c. Penentuan draft kapal
d. Perhitungan kapasitas angka kapal
e. Mengevaluasi perubahan beban kapal
10
• Kompetensi lain yang dianggap perlu terkait Rencana Garis (Lines Plan), KurvaBonjean
(Bonjean Curve), dan Kurva Hidrostatik (Hydrostatic Curve)
Dari rencana garis kita mendapat?
a. Menentukan bentuk lambung kapal sesuai yang direncanakan
b. Mendapatkan bentuk badan kapal yang memenuhi syarat
c. Kecepatan kapal
d. Rute pelayaran
e. Dwt : yaitu berat bobot mati kapal yang berisi bahan yang sudah habis, komponenya :
system pelumasan, ruang muat, kru, bahan bawaan, muatan
f. Lwt
g. Akomodasi
h. Instalasi permesinan : mesin induk & mesin bantu
i. Tenaga mesin
j. Radius pelayaran
k. Desain
l. Kebutuhan bahan bakar
m. Tanki balas
n. Merencanakan tanki air tawar : minyak pelumas disesuaikan tankinya dan ditempatkan di
main engine
o. Volume ruang muat
p. Poros propeller
q. Pipa kapal
11
MODUL (1) MATERI (B) tentang Rencana Umum (General Arrangement)
beserta pendukung dan turunannya. Kompetensi yang diujikan pada MODUL (1)
MATERI (B) yaitu :
Rencana umum atau general arangement dari suatu kapal dapat didefinisikan sebagai penentuan
dari ruangan kapal untuk segala kegiatan (fungsi) dan peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan
letak dan jalan untuk mencapai ruangan tersebut. Sehingga dari batasan diatas, ada 4 langkah yang
harus dikerjakan, yaitu :
a. Menetapkan ruangan utama.
b. Menetapkan batas – batas dari setiap ruangan.
c. Memilih dan menempatkan perlengkapan dan peralatan dalam batas dari ruangan tersebut.
d. Menyediakan jalan untuk menuju ruangan tersebut
12
b. Ruangan Mesin : ( Machinery spaces ).
1. Menentukan letak ruang mesin ( ditengah kapal, dibelakang kapal atau diantara tengah dan
belakang kapal ) dengan mempertimbangkan jenis muatan, volume ruang muatan, ballast
dan trim dan lain – lain.
2. Menentukan kebutuhan volume ruangan mesin dan panjang ruang mesin dengan
memperhatikan ukuran mesin induk dan layout kamar mesin.
3. Menentukan ukuran mesin induk berdasarkan jenis, jumlah tenaga dan putaran mesin.
4. Menentukan secara garis besar lay – out dari kamar mesin ( letak mesin induk, mesin –
mesin bantu dan lain – lain peralatan utama ).
5. Menentukan tinggi pondasi mesin dengan memperhatikan tinggi double bottom dan tinggi
propeller shaft ( sumbu baling – baling ).
6. Menentukan letak dan ukuran dari engine opening engine room skylight dan funnel (
cerobong ), dengan memperhatikan juga means of scape.
7. Untuk lay – out dari kamar mesin perlu juga di perhatikan settling dan service tanks.
d. Ruangan navigasi :
Menentukan letak dan luas dari ruangan navigasi yang meliputi:
1. Wheel house.
2. Chart room.
3. Radio room.
Dalam hubungan dengan navigasi perlu diperhatikan letak, jenis dan jumlah dari lampu
navigasi yang dibutuhkan.
e. Tangki – tangki :
Menentukan letak dan volume dari tangki – tangki ( yang merupakan bagian dari badan kapal)
berikut.
1. Tangki ballast.
2. Tangki air tawar, yang didasarkan atas jumlah anak buah kapal dan penumpang dan radius
pelayaran.
13
3. Tangki bahan bakar, yang didasarkan atas fuel consumption dan besarnya tenaga mesin
serta radius pelayaran kapal. Pada umumnya dibedakan antara jenis bahan bakar H.V.F(
Heavy Viscousity Fuel ) dan diesel oil.
4. Tangki minyak pelumas yang didasarkan atas kebutuhan minyak pelumas.
5. Tangki muatan cair ( deep – tanks untuk palm oil, latex, glyserine dan lain–lain ).
14
MODUL 2
MATERI A. KONSTRUKSI KAPAL
Konstruksi kapal adalah proses pembangunan fisik kapal atau perahu. Proses tersebut melibatkan
penyusunan, pemasangan, dan penggabungan berbagai elemen untuk membentuk badan kapal
secara utuh.
Konstruksi kapal sistem melintang melibatkan pemasangan rangka-rangka utama yang disebut
sebagai frame atau frames. Frame tersebut dipasang secara melintang atau mendatar pada badan
kapal. Jadi akan memberikan struktur yang kuat pada kapal.
Struktur yang kuat dapat membantu menahan tekanan air laut pada kapal. Metode ini biasanya
digunakan pada kapal kecil hingga menengah seperti kapal perikanan, kapal pesiar kecil, dan kapal
penumpang.
15
2. Konstruksi Kapal Sistem Memanjang
Konstruksi kapal sistem memanjang melibatkan penggunaan balok-balok panjang yang
berjalan sejajar dengan panjang kapal. Bisa disebut dengan longitudinals atau keel.
Metode ini umum digunakan pada kapal besar seperti kargo, kapal penumpang besar, dan kapal
perang. Keuntungan dari konstruksi ini adalah kemampuan untuk menangani tekanan air laut yang
lebih besar dan memberikan stabilitas yang lebih baik pada kapal-kapal besar.
3. Konstruksi Kapal Kombinasi
Konstruksi kapal kombinasi menggabungkan elemen-elemen dari kedua sistem konstruksi di
atas. Biasanya, ini melibatkan penggunaan balok-balok memanjang dan frame melintang yang
disatukan untuk mencapai kombinasi kekuatan dan fleksibilitas.
Metode ini sering digunakan pada kapal modern yang lebih besar. Seperti kapal penumpang
mewah atau kapal penjelajah militer. Dengan konstruksi kombinasi, kapal dirancang untuk
memenuhi khusus yang diperlukan dalam berbagai aspek.
Susunan konstruksi dasar adalah susunan konstruksi yang terdiriatas kerangka melintang
ataupun memanjang yang terletak pada bagian dasar,baik dasar tunggal maupun dasar ganda.
Bagian- bagian dari konstruksi dasar kapal adalah:
a. Lunas
b. Pelat Alas
c. Penumpu Tengah (Center Girder)
d. Penumpu samping
e. Pelat Bilga
f. Pelat alas dalam
g. Wrang
h. Lunas Kapal
Lunas adalah : bagian konstruksi yang memanjang di dasar kapal mulai dari linggi haluan
sampai dengan linggi buritan, Ada tiga macam lunas yang biasa digunakan pada kapal yaitu:
1. Lunas Batang
2. Lunas Kotak
3. Lunas Pelat Rata
16
Lunas Batang
Lunas batang dibuat dari batang baja pejal dengan penampang segi empat atau bulat.
Kegunaan lunas ini untuk melindungi dasar kapal jika terjadi pergeseran dengan dasar perairan.
Lunas batang dibuat dari beberapa potongan yang disambung dengan pengelasan
1. Pelat Alas
2. Lunas Batang
3. Penumpu tengah
4. wrang pelat
5. Pelat Rata
17
a. Bracket merupakan konstruksi kapal yang berupa pelat siku yang berfungsi sebagai
penguat sambungan antara dua elemen konstruksi, misalnya digunakan pada
sambungan antara balok geladak dengan gading besar (Web Frame) atau dengan
gading utama (Main Frame).
b. Deck beam : Pada dasarnya Deck Beam adalah profil penguat pada geladak
bangunan atas suatu kapal. Biasanya Deck Beam memiliki bentuk profil berbentuk
L danmenopang langsung plat dek geladak kapal. Deck Beam bersinggungan
langsung dengan profil Main Frame pada sisi kapal, dan adapun Main Frame itu
sendiri menopang plat sisi geladak kapal. Adapun Profil Deck Beam yang terdapat
pada bagian haluan kapal biasanya terdapat pada bagian Forecastle deck pada kapal.
c. Deck plate : mengacu pada pelat baja atau lapisan logam lainnya yang membentuk
dek atau lantai kapal. Deck plate merupakan komponen integral dari struktur kapal
dan memberikan dasar yang kokoh untuk lantai yang dapat diakses oleh awak kapal.
d. Side deck girder : mengacu pada balok (girder) yang terletak di sisi kapal. Ini adalah
bagian dari struktur kapal yang mendukung dek samping (side deck) kapal. Struktur
ini dirancang untuk memberikan kekuatan dan kekokohan pada sisi kapal, serta
mendukung beban yang mungkin ada di dek tersebut.
e. Side plate : mengacu pada pelat baja atau lapisan logam yang membentuk bagian
samping atau badan kapal. Side plate merupakan elemen struktural yang membentuk
sisi atau lambung kapal. Ini merupakan bagian penting dari struktur keseluruhan
yang memberikan kekuatan, kekokohan, dan integritas pada badan kapal.
f. Sheer strake : yang digunakan dalam konstruksi kapal untuk merujuk pada baris atau
jalur pelat di atas lambung kapal yang mengikuti kontur lengkungan bagian atas
lambung, dari buritan (aft) hingga haluan (fore). Sheer strake biasanya terletak di
dekat atas dan tepi samping kapal.
g. Main frame : mengacu pada rangka utama atau balok-balk pembentuk struktur
kerangka kapal. Main frame adalah elemen struktural penting yang membentuk
kerangka keseluruhan kapal dan memberikan kekuatan serta kekokohan terhadap
beban yang diterima selama pelayaran.
h. Bilge strake : merujuk pada pelat baja atau lapisan logam yang membentuk bagian
dari lambung kapal yang terletak di sekitar daerah bilge. Bilge adalah bagian
terendah atau paling dalam dari lambung kapal, yang berada di antara dasar lambung
dan dinding samping kapal.
18
i. Bottom plate : merujuk pada pelat baja atau lapisan logam yang membentuk bagian
bawah atau dasar lambung kapal. Bottom plate adalah komponen struktural penting
yang membentuk fondasi kapal dan memberikan kekokohan serta kekuatan terhadap
beban yang diterima selama operasi kapal.
j. Bottom frame : merujuk pada rangka atau balok-balk yang membentuk kerangka di
bagian bawah lambung kapal. Bottom frame adalah elemen struktural yang
mendukung dan memperkuat bagian bawah kapal, termasuk bottom plate yang
membentuk dasar atau fondasi kapal.
k. Side girder : merujuk pada balok penegak atau rangka yang terletak di sisi (side)
kapal. Side girder membentuk bagian integral dari kerangka keseluruhan kapal dan
memiliki peran penting dalam memberikan kekuatan, kekokohan, dan dukungan
struktural di sisi kapal.
l. Reversed frame : merujuk pada suatu keadaan atau kondisi ketika arah atau orientasi
sebuah frame (rangka) pada kapal tidak mengikuti arah umum atau arah yang
biasanya diikuti oleh frame pada bagian lain dari lambung kapal. Dalam konteks ini,
"reversed" berarti dibalik atau melawan arah yang umumnya diharapkan.
m. Centre girder : merujuk pada balok penegak atau rangka tengah yang terletak di
tengah-tengah kapal. Center girder membentuk bagian dari kerangka keseluruhan
kapal dan berada di jalur longitudinal (panjang kapal) yang melewati pusat kapal.
n. Center deck girder: merujuk pada balok penegak atau rangka tengah yang terletak di
tengah kapal dan membentuk bagian dari struktur dek kapal. Center deck girder
memiliki fungsi utama dalam menyediakan kekuatan struktural dan dukungan untuk
dek kapal di bagian tengah kapal.
19
MATERI B. BUKAAN KULIT
MODUL (2) MATERI (B) tentang Bukaan Kulit (Shell Expansion) beserta pendukung
dan turunannya. Kompetensi yang diujikan pada MODUL (2) MATERI (B) yaitu :
1. Pelat Alas ( Bottom Plate ) ( BKI Rules 2013 Volume II, Section 6, B 6-2/20 )
Tebal pelat alas tidak boleh kurang dari yang lebih besar dengan nilai berikut :
20
t B = 18,3 × n f ×a +t k ( mm )
Dimana :
a = jarak antar gading yaitu 0,67 m P 2
B = beban alas yaitu 76,84 KN/m
k = faktor bahan yaitu 1 tk = marjin korosi yaitu 2,5 mm
n f = 1,0 untuk sistem melintang LB = 120/ k = 120/1 = 120 ( Untuk L ≥ 90 )
t B = 18,3 × n f ×a +t k
= 12,17 mm atau 12 mm
2. Pelat Lajur Bilga ( Bilga Strake ) ( BKI Rules 2013 Volume II, Section 6, B 6-2/20 )
Mengacu pada rules di atas, maka tebal pelat lajur bilga dihitung seperti yang diisyaratkan
untuk pelat alas. Maka tebal pelat lajur bilga adalah :
t B = 18,3 × n f ×a +t k ( mm )
Dimana :
a = jarak antar gading yaitu 0,67 m P 2
B = beban alas yaitu 76,84 KN/m k = faktor bahan yaitu 1 tk = marjin korosi yaitu 2,5 mm
n f = 1,0 untuk sistem melintang LB = 120/ k = 120/1 = 120 ( Untuk L ≥ 90 ) pl =
t B = 18,3 × n f ×a +t k
= 12,17 mm atau 12 mm Lebar pelat lajur bilga tidak kurang dari :
B = 800 + 5 L (mm)
Sehingga :
B = 800 + 5 × 94,45 = 1272,25 mm atau 1,27 m = 1,30 m
3. Pelat Lunas ( Keel Plate ) ( BKI Rules 2013 Volume II, Section 6, B 6-2/20 )
Lebar pelat lunas tidak kurang dari :
B = 800 + 5 L (mm)
Sehingga :
B = 800 + 5 × 94,45 = 1272,25 mm atau 1,27 m = 1,30 m
B max = 1800 mm Dengan mempertimbangkan ukuran pelat yang tersedia di pasaran, maka
untuk lebar pelat lunas yang digunakan adalah 180 mm atau 1,8 m Tebal pelat lunas yaitu 0.7 L
pada tengah kapal tidak boleh kurang dari :
t FK = tb + 2,0 ( mm )
Dimana : tb = tebal pelat alas yaitu 12,17 mm Sehingga : t FK = tb + 2,0 = 12,17 + 2,0 = 14,17
mm atau 14 mm
4. Pelat Sisi ( Side Plate ) ( BKI Rules 2013 Volume II, Section 6, B 6-2/20 )
Tebal pelat sisi tidak boleh kurang dari yang lebih besar dengan nilai berikut :
t SI = 1,21 × a × +t k ( mm )
21
Dimana :
a = jarak antar gading yaitu 0,67 m p 2 = beban sisi yaitu 62,26 KN/m
k = faktor bahan yaitu 1 tk = marjin korosi yaitu 2,5 mm
Sehingga : t SI = 1,21 × a× +t k
= 1,21 × 0,67 62,26 × 1 + 2,5 = 8,89 mm atau 9 mm
5. Pelat Lajur Atas ( Sheer Strake ) ( BKI Rules 2013 Volume II, Section 6, B 6-2/20 )
Lebar pelat lajur atas tidak kurang dari :
B = 800 + 5 L (mm)
Sehingga :
B = 800 + 5 × 94,45 = 1272,25 mm atau 1,27 m = 1,30 m
Tebal pelat lajur atas secara umum tidak boleh kurang dari :
t = 0,5 × ( t D +t S ) ( mm )
Dimana : t D = tebal pelat geladak ( BKI 2013 Volume II Section 7, A 7-5/9 )
= ( 4,5 + 0.05 L ) × = ( 4,5 + 0.05 × 94,45 ) × = 9,12 mm atau 9 mm
t S = tebal pelat sisi yaitu 9 mm Sehingga : t = 0,5 × ( 9,12 + 9 ) = 0.5 × ( 1 8,12 ) = 9,06 mm atau
9 mm
6. Pelat Kubu-Kubu ( Bulkwark ) ( BKI Rules 2013 Volume II, Section 6, K 6-19/20 )
Tebal pelat bulwark tidak boleh kurang dari : Tebal pelat bulwark tidak boleh kurang dari :
untuk L < 90
= 6,37 mm atau 6 mm Untuk tinggi bulwark tidak boleh kurang dari 1 meter. Dengan syarat yang
lebih rendah dapat disetujui jika disediakan perlindungan yang memadai. Modulus stay bulwark
Kubu-kubu harus ditumpu dengan penumpu kubu kubu yang dipasang pada setiap dua jarak
gading. Maka modulus penumpu kubu-kubu ( stay bulwark ) yang terhubung ke geladak tidak
boleh kurang dari :
W= Dimana p 2 = beban geladak yaitu 16,44 KN/m
e = jarak antar stay = 3 x ao = 3 x 0,67 = 2.01 m
l = panjang stay yaitu 1 m Sehingga,
3 = 132,177 cm Setelah mendapatkan hasil perhitungan modulus maka modulus yang tersedia
pada ANNEX BKI adalah 135 cm 3 adalah 130 × 75 × 10
7. Lubang Pembebasan ( Freeing Ports ) ( BKI Rules 2013 Volume II, Section D,E, 21-
5/21 )
Bila kubu-kubu pada bagian terbuka dari geladak lambung timbul dan/atau geladak bangunan
atas membentuk sumur, maka harus diadakan fasilitas yang cukup untuk dengan cepat
membebaskan geladak dari air. Luas lubang pembebasan minimum pada tiap sisi kapal adalah :
A = 0,07 l ( Untuk l > 20 m)
Dimana ; l = 0,7 LBP = 0,7 × 94,45 m = 66,115 m
22
Sehingga :
A = 0,07 × 66,115
2 2 = 4,628 m = 4628 mm
23
MODUL 3
MATERI A. PERMESINAN KAPAL
MODUL (3) MATERI (A) tentang Permesinan Kapal (Ship Machinery) beserta
pendukung dan turunannya. Kompetensi yang diujikan pada MODUL (3) MATERI (A) yaitu :
24
• Rasio Kompresi:
Mesin Bensin (Otto): Umumnya memiliki rasio kompresi yang lebih rendah dibandingkan
dengan mesin diesel. Rasio kompresi rendah ini diperlukan untuk mencegah detonasi (ketukan
mesin) pada bahan bakar bensin yang lebih mudah terbakar.
Mesin Diesel: Biasanya memiliki rasio kompresi yang jauh lebih tinggi. Hal ini
memungkinkan udara dikompresi secara lebih tinggi sehingga menciptakan suhu yang cukup
tinggi untuk membakar bahan bakar diesel tanpa memerlukan busi pengapian.
• Efisiensi dan Torsi:
Mesin Bensin (Otto): Biasanya memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan mesin
diesel dalam hal penggunaan bahan bakar, terutama pada kecepatan tinggi. Namun, mesin bensin
cenderung memberikan lebih banyak daya pada kecepatan tinggi.
Mesin Diesel: Lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dan umumnya memberikan torsi
yang lebih besar pada kecepatan rendah. Hal ini membuat mesin diesel lebih cocok untuk aplikasi
seperti truk besar dan kendaraan bermuatan berat.
• Bahan Bakar:
Mesin Bensin (Otto): Menggunakan bahan bakar bensin yang lebih mudah menguap dan lebih
mudah terbakar dibandingkan dengan diesel.
Mesin Diesel: Menggunakan bahan bakar diesel yang memiliki titik didih lebih tinggi dan lebih
padat energi daripada bensin
• Menjelaskan perbedaan mesin 2 Tak dengan mesin 4 Tak
Perbedaan antara mesin 2-tak (2-tak) dan mesin 4-tak (4-tak) terletak pada siklus pembakaran
dan karakteristik operasional masing-masing. Berikut adalah perbedaan utama antara keduanya:
Siklus Pembakaran:
Mesin 2-Tak: Memiliki dua langkah dalam siklus pembakaran, yaitu langkah kompresi dan
langkah pembakaran/daya. Di dalam satu putaran piston, mesin 2-tak melakukan kompresi dan
pembakaran. Bahan bakar (biasanya campuran minyak-bensin) dan oli dicampur langsung dan
pembakaran terjadi setiap dua putaran piston.
Mesin 4-Tak: Memiliki empat langkah dalam siklus pembakaran: isap, kompresi, daya, dan
buang. Setiap putaran piston memerlukan dua putaran poros engkol untuk menyelesaikan satu
siklus lengkap, termasuk langkah isap udara-bahan bakar, kompresi, pembakaran, dan
pembuangan gas buang.
Sistem Pelumasan:
Mesin 2-Tak: Dalam mesin 2-tak, pelumasan bahan bakar dan oli dilakukan bersamaan
karena campuran minyak-bensin. Sistem pelumasan ini membuat mesin 2-tak lebih sederhana dan
memerlukan campuran oli khusus.
Mesin 4-Tak: Biasanya menggunakan sistem pelumasan yang lebih canggih yang
memungkinkan oli dilumasi secara terpisah dan lebih efisien. Oli berfungsi untuk melumasi
komponen mesin dengan lebih baik, memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap keausan.
Tenaga dan Efisiensi Bahan Bakar:
Mesin 2-Tak: Secara umum, mesin 2-tak memberikan tenaga yang lebih besar untuk ukuran
yang sama dari mesin 4-tak. Namun, biasanya lebih boros dalam penggunaan bahan bakar karena
pembakaran yang kurang efisien.
25
Mesin 4-Tak: Lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar karena siklus pembakarannya yang
lebih teratur, namun umumnya memberikan tenaga yang lebih rendah dibandingkan mesin 2-tak
dari ukuran yang sama.
Penggunaan Minyak:
Mesin 2-Tak: Memerlukan campuran minyak-bensin untuk pelumasan dan pembakaran,
sehingga menghasilkan emisi yang lebih tinggi.
Mesin 4-Tak: Lebih bersih dalam hal emisi karena tidak memerlukan campuran minyak-bensin.
Minyak pada mesin 4-tak hanya digunakan untuk pelumasan.
26
b. Gas hasil pembakaran dikeluarkan dari ruang bakar.
• Bagian-bagian utama mesin : Piston, Connecting Rood, Valve, Crankshaft, Camshaft, Flywheel
• Piston: Komponen berbentuk silinder yang bergerak naik-turun di dalam silinder mesin. Piston
membantu mengonversi energi panas yang dihasilkan oleh pembakaran menjadi gerakan linear yang
diperlukan untuk menggerakkan poros engkol.
• Connecting Rod (Batang Penghubung): Batang logam yang menghubungkan piston dengan poros
engkol. Connecting rod memungkinkan gerakan naik-turun piston diubah menjadi gerakan putar
pada poros engkol.
• Valve (Katup): Katup-katup terletak di kepala silinder mesin dan mengatur aliran masuk udara-
bahan bakar ke dalam ruang bakar serta keluarnya gas hasil pembakaran dari ruang bakar. Katup
terbuka dan tertutup pada waktu tertentu selama siklus pembakaran.
• Crankshaft (Poros Engkol): Poros logam yang berputar dan mengubah gerakan naik-turun piston
menjadi gerakan rotasi yang digunakan untuk memutar roda gigi atau sistem lainnya dalam mesin.
Poros engkol ini memanfaatkan tenaga dari gerakan naik-turun piston untuk menggerakkan bagian-
bagian lain dalam mesin.
• Camshaft (Poros Noken): Poros engkol khusus yang mengendalikan operasi katup-katup.
Camshaft memiliki tonjolan atau lengan yang disebut noken yang membuka dan menutup katup-
katup pada waktu yang tepat selama siklus mesin.
Flywheel (Gulungan Putar): Bagian berat, biasanya terpasang di ujung poros engkol. Flywheel
bertindak sebagai penyeimbang dan penyimpan energi kinetik dalam mesin. Ini membantu
menjaga putaran mesin tetap stabil serta memberikan inersia yang diperlukan untuk
mempertahankan putaran mesin yang konsisten
• Perbedaan mesin utama dan mesin bantu
Mesin Utama (Propulsi):
a. Peran Utama:
1. Mesin utama pada kapal bertanggung jawab untuk memberikan daya yang diperlukan agar kapal
dapat bergerak maju ke depan atau mundur.
2. Mereka menghasilkan tenaga untuk menggerakkan propeler atau sistem lain yang membantu dalam
mendorong kapal.
b. Ukuran dan Kapasitas:
1. Mesin utama biasanya memiliki daya besar dan dimensi yang signifikan untuk
menggerakkan kapal seukuran tersebut.
2. Terkadang menggunakan mesin diesel besar, turbin gas, atau mesin lain yang memiliki
kapasitas besar untuk menghasilkan daya yang dibutuhkan.
c. Posisi dan Lokasi:
1. Biasanya terletak di bagian tengah atau belakang kapal, sesuai dengan desain kapal, dan
berada di dekat propeler.
2. Lokasi mesin utama memungkinkan efisiensi dalam mengirimkan tenaga ke propeler untuk
menggerakkan kapal.
d. Fleksibilitas Operasional:
1. Mesin utama dapat dioperasikan dalam berbagai kondisi pelayaran dan dapat diatur untuk
berbagai kecepatan dan daya.
2. Mampu menghasilkan daya yang dibutuhkan untuk melawan arus laut, cuaca buruk, dan
kondisi navigasi yang beragam.
3.
Mesin Bantu (Auxiliary):
27
a. Fungsi Utama:
1. Mesin bantu pada kapal digunakan untuk menyediakan daya untuk sistem dan layanan pendukung
selain propulsi utama kapal.
2. Biasanya digunakan untuk mengoperasikan generator listrik, air conditioning, pemanas, sistem
ventilasi, sistem bantuan navigasi, dan peralatan lainnya di kapal.
b. Ukuran dan Kapasitas:
1. Mesin bantu dapat bervariasi dalam ukuran, mulai dari mesin yang lebih kecil hingga mesin dengan
kapasitas yang cukup besar tergantung pada kebutuhan daya listrik dan pendukung lainnya di kapal.
c. Posisi dan Lokasi:
1. Biasanya terletak di bagian tengah atau depan kapal.
2. Ditempatkan di tempat yang strategis untuk menyediakan daya untuk layanan pendukung kapal
secara efisien.
d. Fleksibilitas Operasional:
1. Mesin bantu dapat dioperasikan secara terpisah dari mesin utama.
2. Mereka dapat dihidupkan dan dimatikan sesuai kebutuhan untuk mendukung fungsi-fungsi non-
propulsi di kapal.
MODUL (3) MATERI (B) tentang Sistem Perpipaan Kapal (Piping System) beserta pendukung
dan turunannya. Kompetensi yang diujikan pada MODUL (3) MATERI (A) yaitu :
28
MODUL 4
MATERI A. HAMBATAN KAPAL
MODUL (4) MATERI (A) tentang Hambatan Kapal (Ship Resistance) beserta pendukung dan
turunannya. Kompetensi yang diujikan pada MODUL (4) MATERI (A) yaitu :
Hambatan kapal adalah gaya yang menahan kapal ketika melaju dengan kecepatan dinasnya.
Gaya hambat ini harus dilawan oleh gaya dorong yang dihasilkan oleh mesin kapal agar tercapai
kecepatan yang dikehendaki.
• Jenis-jenis hambatan yang bekerja pada kapal
Hambatan Gesek
Hambatan gesek ini terjadi karena adanya suatu volume air yang melekat pada badan
kapal yang terbentuk pada permukaan bagian yang terendam dari badan kapal yang sedang
bergerak, dikenal sebagai lapisan batas (boundary layer). Di dalam daerah lapisan batas
tersebut, kecepatan gerak dari pada partikel-partikel zat cair bervariasi dari nol pada
permukaan kulit kapal menjadi maksimum yaitu sama dengan besarnya kecepatan aliran zat
cair pada tepi dari lapisan batas tersebut. Perubahan atau variasi kecepatan partikel-partikel
zat cair inilah yang mencerminkan adanya pengaruh intensif gaya-gaya viskositas pada
lapisan batas yang menimbulkan tahanan gesek pada lambung kapal tersebut
Hambatan Gelombang
Kapal yang bergerak dalam air akan mengalami hambatan sehingga menyebabkan
terbentuknya suatu system gelombang. Sistem gelombang ini terbentuk akibat terjadinya
variasi tekanan air terhadap lambung kapal pada saat kapal bergerak dengan kecepatan
tertentu. Ada tiga jenis gelombang yang biasanya akan terbentuk pada saat kapal bergerak
yaitu gelombang haluan, gelombang melintang pada sisi lambung dan gelombang buritan.
Energi yang dibutuhkan untuk membentuk system gelombang ini diperoleh dari gerakan
kapal ini sendiri. Pemindahan energi ini dianggap menggambarkan adanya suatu gaya yang
menghambat gerak maju dari kapal dan dianggap sebagai hambatan gelombang.
Hambatan Bentuk
Hambatan ini terjadi karena terbentuknya partikel-partikel air yang bergerak dalam
satuan pusaran ( eddy ). Pusaran-pusaran ini terjadi antara lain karena bentuk-bentuk yang
tidak stream line, bentuk yang demikian ini terdapat di bagian belakang kapal. Akibat
terjadinya arus eddy ini, pada bagian buritan tekanan yang terjadi tidak dapat mengimbangi
tekanan pada bagian depan sehingga timbullah suatu gaya yang melawn gerak maju dari
kapal.
· Hambatan Udara
Hambatan ini terjadi pada badan kapal yang berada di atas permukaan air.Seperti halnya
pada badan kapal yang berada di bawah garis air, maka hambatan udara juga terbagi dua
menjadi hambatan gesek dan hambatan bentuk. Kecuali dalam cuaca buruk maka hambatan
udara yang dialami kapal hanya berkisar 2% -4% dari hambatan total.
29
·Hambatan Tambahan
Hambatan ini terjadi karena adanya penonjolan daripada alat-alat bantu pada lambung
kapal seperti kemudi, lunas sayap, zinc anode, bentuk buritan, dll. Besarnya hambatan ini
dapat mencapai sepuluh persen dari hambatan total yang dialami.
Hambatan Sisa
Hambatan sisa merupakan gabungan dari hambatan gelombang, hambatan bentuk,
hambatan udara dan juga hambatan tambahan. Sehingga dalam berbagai metode
perhitungan hambatan total dikenal dua buah komponen hambatan yaitu hambatan gesek
dan hambatan sisa.
• Metode perhitungan hambatan kapal
CT = Cf + Cr + Ca + Caa + Cas
30
• Cara menghitung hambatan kapal menggunakan Model-Ship Extrapolation
1. Pengujian Model Kapal: Pertama-tama, sebuah model fisik dari kapal direplikasi dalam skala yang lebih
kecil. Model ini akan diuji dalam fasilitas pengujian (seperti basin uji kapal) untuk mengukur berbagai
komponen hambatan seperti hambatan gesekan, hambatan gelombang, dan komponen hambatan lainnya.
2. Pengukuran Hambatan Model Kapal: Pengukuran dilakukan pada model kapal untuk mendapatkan data
mengenai hambatan yang dihasilkan saat model kapal bergerak melalui air pada kecepatan tertentu.
3. Ekstrapolasi ke Skala Penuh (Full-Scale): Data yang diperoleh dari pengujian model kapal kemudian
diekstrapolasikan (diperbesar) untuk memperkirakan hambatan kapal sebenarnya dalam skala penuh. Hal
ini melibatkan penggunaan rumus-rumus dan korelasi yang telah dikembangkan berdasarkan penelitian dan
pengalaman sebelumnya.
4. Penggunaan Metode Korelasi dan Perhitungan: Ada berbagai metode korelasi yang digunakan untuk
mengubah data dari model kapal menjadi estimasi hambatan kapal sebenarnya. Ini termasuk berbagai
rumus empiris yang berhubungan dengan berbagai aspek geometris dan dinamika kapal, seperti kecepatan,
panjang kapal, lebar, bentuk lambung, dan faktor-faktor lainnya.
5. Verifikasi dan Perbaikan Model: Hasil ekstrapolasi ini kemudian dapat diverifikasi dan diperbaiki
berdasarkan data realistis yang diperoleh dari kapal yang sudah ada atau data historis dari kapal serupa.
• Kompetensi lain yang dianggap perlu terkait Hambatan Kapal
MODUL (4) MATERI (B) tentang Sistem Propulsi Kapal (Ship Propulsion) beserta pendukung
dan turunannya. Kompetensi yang diujikan pada MODUL (4) MATERI (B) yaitu :
Ada beberapa parameter desain propeler yang dapat mempengaruhi efisiensi propeler. Berikut adalah beberapa di
antaranya:
1. Jumlah Bilah (Number of Blades): Jumlah bilah pada propeler dapat memengaruhi efisiensi. Propeler
dengan jumlah bilah lebih sedikit cenderung memiliki efisiensi yang lebih tinggi pada kecepatan tinggi,
sementara propeler dengan lebih banyak bilah mungkin lebih efisien pada kecepatan rendah.
2. Geometri Bilah (Blade Geometry): Desain geometris bilah, termasuk bentuk, lebar, profil, dan sudut
kemiringan bilah, dapat mempengaruhi efisiensi propeler. Geometri yang optimal dapat menghasilkan
dorongan yang lebih besar dengan konsumsi energi yang lebih rendah.
33
3. Area Proyeksi (Projected Area): Area proyeksi dari propeler, yaitu area siluet propeler ketika
diproyeksikan ke bidang datar, dapat memengaruhi efisiensi dan hambatan gelombang.
4. Diameter (Diameter): Ukuran diameter propeler juga memiliki dampak signifikan terhadap efisiensi.
Diameter yang tepat akan memastikan propeler bekerja pada kondisi hidrodinamika yang optimal.
5. Step (Hub Diameter Ratio): Perbandingan diameter hub propeler dengan diameter luar bilah (tip diameter).
Desain yang optimal dari hub propeler dapat mempengaruhi distribusi kecepatan aliran di sekitar bilah
propeler, mempengaruhi efisiensi.
6. Pitch (Step): Langkah atau pitch propeler, yang mengacu pada jarak teoritis yang akan dipindahkan oleh
propeler pada satu putaran penuh, juga mempengaruhi efisiensi. Pitch yang tepat akan mengoptimalkan
kinerja propeler pada berbagai kecepatan kapal.
7. Rasio Diametral (Diameter Pitch Ratio): Perbandingan antara diameter dan langkah propeler. Rasio ini
akan mempengaruhi torsi dan dorongan yang dihasilkan oleh propeler pada kecepatan tertentu.
8. Material dan Teknologi Pembuatan: Bahan propeler dan teknik pembuatannya, termasuk pemilihan
material dan proses pembentukannya, juga dapat mempengaruhi efisiensi.
1. Sumbu X (Axis X): Sumbu horizontal biasanya mewakili nilai advance ratio atau perbandingan antara
kecepatan kapal dan kecepatan putar propeler.
2. Sumau Y (Axis Y): Sumbu vertikal pada grafik umumnya mewakili koefisien torsi (KT) atau koefisien
efisiensi (KQ) dari propeler.
3. Kurva KT dan KQ: Grafik memiliki kurva atau garis yang menggambarkan hubungan antara advance ratio
dengan nilai KT dan KQ. Kurva KT akan menunjukkan berapa besar torsi yang dihasilkan oleh propeler
pada kecepatan putar dan rasio muatan tertentu. Sedangkan kurva KQ akan menunjukkan seberapa efisien
propeler tersebut dalam mengubah tenaga menjadi gerakan maju kapal.
4. Pemilihan Kecepatan Putar Propeler: Pada grafik, biasanya terdapat beberapa kurva untuk berbagai
kecepatan putar propeler. Anda bisa melacak kurva untuk kecepatan putar propeler yang diinginkan untuk
melihat kinerja propeler pada RPM tersebut.
5. Interpretasi Data: Dengan menggunakan grafik ini, Anda dapat mengevaluasi performa propeler kapal pada
berbagai kondisi operasi. Misalnya, untuk efisiensi tertentu, Anda dapat menentukan advance ratio yang
optimal di mana propeler bekerja pada tingkat efisiensi tertinggi.
• Pengertian cavitasi
Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir sehingga membentuk gelembung-gelembung uap
disebabkan karena berkurangnya tekanan cairan tersebut sampai dibawah titik jenuh uapnya. Misalnya, air pada
tekanan 1 atm akan mendidih dan menjadi uap pada suhu 100 derajat celcius. Tetapi jika tekanan direndahkan maka
air akan bisa mendidih pada temperatur yang lebih rendah bahkan jika tekanannya cukup rendah maka air bisa
mendidih pada suhu kamar.
• Kompetensi lain yang dianggap perlu terkait Sistem Propulsi
MODUL 5
MATERI A. PENGETAHUAN TENTANG KAPAL
MODUL (5) MATERI (A) tentang pengetahuan kapal lainnya yang dianggap perlu dan mendukung kompetensi
lulusan mahasiswa Teknologi Rekayasa Konstruksi Perkapalan.
34
PARAMETER PENILAIAN/KARTU KONTROL
MODUL 1
BAGIAN A. RENCANA GARIS, KURVA BONJEAN, DAN KURVA HIDROSTATIK
Pertanyaan untuk penilaian kompetensi
1 Menunjukkan Gambar Rencana Garis sesuai Tugas Merancang Ada/Tidak
2 Pengertian Rencana Garis Lulus/Tida
k
3 Manfaat dan/atau kegunaan Rencana Garis Lulus/Tida
k
4 Ukuran Utama Kapal (Main Dimension/Particular Dimension) yang ditunjukkan
Lulus/Tida
menggunakan gambar k
5 Pengertian Koefisien bentuk kapal, yaitu Koefisien Blok / Block Coefficient (Cb),
Koefisien Penampang Tengah Kapal / Midship Coefficient (Cm), Koefisien GAris Air / Lulus/Tida
Waterline k
Coefficient (Cw), dan Koefisien Prismatik / Prism Coefficient (Cp)
6 Menghitung Koefisien bentuk kapal, yaitu Koefisien Blok / Block Coefficient (Cb),
Koefisien Penampang Tengah Kapal / Midship Coefficient (Cm), Koefisien GAris Air / Lulus/Tida
Waterline k
Coefficient (Cw), dan Koefisien Prismatik / Prism Coefficient (Cp)
7 Menghitung Displacement dan Volume Displacement Lulus/Tida
k
8 Menghitung Luasan dan Volume menggunakan Metode Simpson I Lulus/Tida
k
9 Pengertian Kurva Bonjean Lulus/Tida
k
10 Manfaat dan/atau kegunaan Kurva Bonjean Lulus/Tida
k
11 Pengertian Kurva Hidrostatik Lulus/Tida
k
12 Manfaat dan/atau kegunaan Kurva Hidrostatik Lulus/Tida
k
13 Kompetensi lain yang dianggap perlu terkait Rencana Garis (Lines Plan), Kurva
Bonjean Lulus/Tida
k
(Bonjean Curve), dan Kurva Hidrostatik (Hydrostatic Curve)
MODUL 1
BAGIAN B. RENCANA UMUM
Pertanyaan untuk penilaian kompetensi
1 Menunjukkan Gambar Rencana Umum sesuai Tugas Merancang Ada/Tidak
2 Tujuan dan/atau manfaat membuat Gambar Rencana Umum Lulus/Tida
k
35
3 Susunan ruang akomodasi berdasarkan jabatan di kapal Lulus/Tida
k
4 Jumlah Lifebuoy, Life craft, dan Life Boat sesuai regulasi Lulus/Tida
k
5 Regulasi yang digunakan dalam penentuan luas ruangan Lulus/Tida
k
6 Regulasi yang digunakan dalam menentukan jumlah Lifebuoy, Life craft, dan Life Boat Lulus/Tida
k
36
7 Tata letak ruang Lulus/Tida
k
8 Perhitungan Volume tangki : fuel oil, lubrication oil, fresh water, diesel oil Lulus/Tida
k
9 Aturan pembagian ruang muat Lulus/Tida
k
10 Kompetensi lain yang dianggap perlu terkait Rencana Umum (General Arrangement) Lulus/Tida
k
MODUL 2
BAGIAN A. KONSTRUKSI KAPAL
Merancang
2 Jenis-jenis konstruksi beserta penjelasan dan perbedaan satu sama lain Lulus/Tida
k
3 Bagian-bagian konstruksi kapal Lulus/Tida
k
4 Beban yang bekerja pada kapal Lulus/Tida
k
5 Menunjukkan panjang tak ditumpu dan lebar pembebanan sesuai gambar dan konstruksi Lulus/Tida
k
6 Kompetensi lain yang dianggap perlu terkait Konstruksi Kapal Lulus/Tida
k
MODUL 2
BAGIAN B. BUKAAN KULIT
MODUL 3
BAGIAN A. PERMESINAN KAPAL
Pertanyaan untuk penilaian kompetensi
1 Menunjukkan gambar Layout Engine Room sesuai Tugas Merancang Ada/Tidak
2 Menjelaskan perbedaan mesin Bensin (Otto) dengan mesin Diesel Lulus/Tida
k
3 Menjelaskan perbedaan mesin 2 Tak dengan mesin 4 Tak Lulus/Tida
k
37
4 Cara kerja mesin 2 Tak dan mesin 4 Tak Lulus/Tida
k
5 Bagian-bagian utama mesin : Piston, Connecting Rood, Valve, Crankshaft,
Camshaft, Lulus/Tida
k
Flywheel
6 Perbedaan mesin utama dan mesin bantu Lulus/Tida
k
7 Kompetensi lain yang dianggap perlu terkait Permesinan Kapal Lulus/Tida
k
MODUL 3
38
BAGIAN B. SISTEM PERPIPAAN KAPAL
Pertanyaan untuk penilaian kompetensi
1 Menunjukkan Gambar Sistem Perpipaan sesuai Tugas Merancang Ada/Tidak
2 Menjelaskan cara kerja sistem perpipaan sesuai Tugas Merancang Lulus/Tida
k
3 Menjelaskan fungsi komponen-komponen peralatan bantu yang mendukung kinerja
sistem Lulus/Tida
k
perpipaan
4 Kompetensi lain yang dianggap perlu terkait Sistem Perpipaan Kapal Lulus/Tida
k
MODUL 4
BAGIAN A. HAMBATAN KAPAL
Pertanyaan untuk penilaian kompetensi
1 Pengertian Hambatan Kapal Lulus/Tida
k
2 Jenis-jenis hambatan yang bekerja pada kapal Lulus/Tida
k
3 Metode perhitungan hambatan kapal Lulus/Tida
k
4 Rumus pendekatan perhitungan hambatan kapal berdasarkan ITTC Lulus/Tida
k
5 Tunjukkan dengan flow chart komponen dasar hambatan kapal Lulus/Tida
k
6 Cara menghitung hambatan kapal menggunakan Model-Ship Extrapolation Lulus/Tida
k
7 Kompetensi lain yang dianggap perlu terkait Hambatan Kapal Lulus/Tida
k
MODUL 4
BAGIAN B. SISTEM PROPULSI KAPAL
Pertanyaan untuk penilaian kompetensi
1 Menunjukkan Gambar Propeller sesuai dengan Tugas Merancang Ada/Tidak
2 Menunjukkan dengan flow chart proses penentuan daya mesin Lulus/Tida
k
3 Jenis-jenis propulsor Lulus/Tida
k
4 Menunjukkan bagian-bagian propeller (propeller geometry) Lulus/Tida
k
5 Perbedaan Projected Area, Developed Area dan Expanded Area Lulus/Tida
k
6 Menjelaskan kenapa propeller dapat menggerakkan kapal Lulus/Tida
k
7 Menyebutkan parameter desain propeller yang dapat mempengaruhi efisiensi propeller Lulus/Tida
k
8 Membaca grafik open water KT-KQ Lulus/Tida
k
39
9 Pengertian cavitasi Lulus/Tida
k
10 Kompetensi lain yang dianggap perlu terkait Sistem Propulsi Lulus/Tida
k
MODUL 5
BAGIAN A. PENGETAHUAN TENTANG KAPAL
Pertanyaan untuk penilaian kompetensi
1 Kompetensi yang dianggap perlu Lulus/Tida
k
40