BAB I
FILOSOFI RANCANGAN
I.1 Umum
I.1.1. Pendahuluan
Dalam pembuatan kapal diperlukan Rencana Garis dari kapal yang akan dibuat,
karenaRencana Garis (Linesplan) merupakan dasar-dasar dalam penggambaran kapal dari
bentuk 3 dimensi menjadi 2 dimensi dari berbagai bidang yang berupa garis dan titik . Pada
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan-ITS terdapat mata kuliah
“Tugas Rencana Garis dan Bukaan Kulit” yang biasa disebut dengan nama “Desain 1” dimana
mempunyai bobot dua sks.
Mahasiswa dalam Tugas Rencana Garis ini diharapkan dapat membuat penggambaran
utama yang ada dalam Tugas Rencana Garis. Adapun gambar tesebut adalah Body Plan, Half
Breadth Plan, Sheer Plan, dan Bukaan Kulit. Dengan latar belakang mahasiswa teknik, maka
dalam penggambaran ini tentunya dibutuhkan ketelitian dalam penghitungan maupun dalam
pengukuran gambar. Ketelitian ini yang nantinya akan memberikan keakuratan dalam
penggambaran utama dalam Tugas Rencana Garis.
Pada pembuatan rencana garis dapat di buat dengan beberapa metode misalnya
Merancang sendiri berdasarkan pengalaman atau gambar rencana garis yang
sudah ada.
Menggunakan metode “scheltema de here”dari buku “buoyancy and stability of
ship”Ir Scheltema de Here and Drs.A.R.baker, 1969,1970.
Menggunakan metode NSP berdasrkan hasil percobaan tangki tarik pada
laboratorium di Wageningen,Belanda.
Dengan menggunakan metode program software computer.dll
Dalam pembuatan desain rencana garis ini ada beberapa poin / tahapan pengerjaan,
antara lain:
1.1.3. Istilah-Istilah
Gambar I.1
AP (After Perpendicular)
AP atau garis tegak buritan merupakan garis tegak yang dibuat melalui linggi
kemudi bagian belakang.Dan jika kapal tersebut tidak mempunyai linggi kemudi,
maka garis tegak itu dibuat melalui sumbu poros kemudinya.
FP ( Fore/Forward Perpendicular)
FP atau Garis tegak haluan merupakan garis tegak yang dibuat melalui
perpotongan antara linggi haluan dengan garis air muat.
Panjang yang diukur dari perpotongan garis tegak haluan (FP) sampai perpotongan
garis tegak buritan (AP) dengan garis air muat (jarak mendatar antara kedua ujung
garis muat).
Loa (Length overall)
Panjang keseluruhan kapal diukur dari ujung haluan sampai ujung buritan.
1
Ldisp = 2 (𝐿𝑝𝑝 + 𝐿𝑤𝑙)
Untuk penjelasan tinggi, lebar dan sarat kapal dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
T (Draught/Draft)
Sarat kapal yaitu jarak tegak dari garis dasar sampai pada garis air muat pada saat
muatan penuh.
H (Depth/Hight)
Tinggi kapal merupakan jarak tegak dari garis dasar sampai garis geladak terendah
ditepi diukur ditengah‐tengah panjang kapal (Lpp) atau bisa diartikan sebagai Tinggi
kapal yang diukur di tengah panjang kapal di bagian sisi dari atas lunas sampai
geladak penerus.
B (Breadth)
Lebar kapal yang diukur pada sisi dalam plat di tengah kapal (Amidship) namun
tidak termasuk tebal kulit lambung.
Volume Displacement ( )
Merupakan volume perpindahan fluida (air) sebagai akibat adanya badan kapal
yang tercelup dibawah permukaan air
Cb (Block Coefficient)
Perbandingan antara volume badan kapal yang tercelup air dengan hasil perkalian
dari panjang, lebar dan sarat pada kapal.
𝛻
𝐶𝑏 =
𝐿. 𝐵. 𝑇
Cm (Midship Coefficient)
Perbandingan antara luas penampang gading besar pada batas sarat dengan hasil
perkalian dari lebar dan tinggi
𝐴𝑚
𝐶𝑚 =
𝐵. 𝑇
Cp (Prismatic Coeffisient)
Perbandingan antara volume badan kapal yang tercelup air dengan hasil perkalian
luas penampang gading besar pada batas sarat dan panjang.
𝑉
𝐶𝑝 =
𝐴𝑚. 𝐿
(𝑳𝒅𝒊𝒔𝒑 × 𝜹𝒅𝒊𝒔𝒑 )
𝜹𝒘𝒍 =
𝑳𝒘𝒍
Radius Bilga (R)
Merupakan jari – jari lengkung bagian yang menghubungkan antara bagian samping
dan bagian dasar kapal
R A1
A2
Midship
Potongan melintang pada bagian tengah kapal.
Center Line
Potongan memanjang pada bagian tengah kapal.
Base Line
Garis dasar kapal
Station
Pembagian panjang kapal menjadi bagian bagian dengan jarak yang sama.
(pada NSP di bagi menjadi 20 bagian)
Buttock Line
Proyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara memanjang vertikal.
Water Line
Proyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara memanjang horisontal.
Upper Deck
Garis geladak utama kapal dari ujung haluan sampai ujung buritan kapal.
Poop Deck
Geladak tambahan yang terletak diatas geladak utama kapal pada bagian buritan
kapal.
Forecastle Deck
Geladak tambahan yang terletak diatas geladak utama kapal pada bagian haluan
kapal.
Bulwark (kubu-kubu)
Pagar kapal yang terletak pada bagian tepi atas geladak kapal.
Rencana Garis / Desain 1 (ME091309) semester ganjil 2015/2016 5
Laporan Tugas Rencana Garis
Sent Line
Garis yang ditarik pada salah satu yang terletak digaris tengah (center line) dan
membuat sudut dengan garis tengah.
Body Plan
Proyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara melintang pada setiap
station dilihat dari depan atau belakang.
Sheer
Lengkungan kemiringan geladak kearah memanjang kapal.
Camber
Lengkungan kemiringangeladak kearah melintang kapal.
Curve of Section Area merupakan kurva yang menunjukkan luasan di setiap station.
Untuk mendapatkan gambar CSA dengan langkah sebagai berikut.
Mencari Ldisplacement(½(Lpp+Lwl) lalu hasil dari Vs / √L displasemen
ditarik garis horisontal. Dengan cara ini maka didapatkan nilai dari β φ δdisp
Presentase luasan tiap station terhadap luas midship dan letak titik tekan
memanjang (LCB)
Mengkalikan presentase luasan yang telah didapat dengan luasan midship, maka akan
didapatkan luasan kapal pada tiap stationnya
Cant part
L disp disp
½L wl wl ½L wl
FP
L pp pp
AP FP
Half Breadth Plan merupakan proyeksi irisan kapal yang dilihat dari atas.Half Breadth plan dibuat
dari proyeksi body plan dengan cara menarik garis perpotongan antara garis tiap station dengan
garis tiap water line dihitung dari center line. Dalam penggambaran Half Breadth Plan terdapat
gambar garis sent line pula.
Sheer Plan merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari samping pada setiap
buttock line yang telah ditentukan.
Sheer Plan dibuat dari proyeksi Half Breadth Plan dengan cara menarik garis
perpotongan antara garis water line dengan garis buttock line. Dalam penggambaran sheer plan
pada bagian station-station parallel middle body dikosongi karena bertujuan untuk menempatkan
body plan, sehingga mempermudah dalam memproyeksikan bangunan atas pada sheer plan ke
body plan.
D φA
φ F
G M C
B
Gambar I.10Lengkung melintang Geladak Utama
Forecastle deck merupakan bangunan yang terletak tepat diatas main deck pada
bagian haluan yang memiliki ketinggian 2,4-2,5 meter diukur dari geladak utama
sedangkan untuk panjang dari bangunan ini ditentukan panjangnya mencapai Collision
Bulkhead atau 5% sampai 8% Lc yang letaknya tepat pada gading.
Poop Deck merupakan bangunan atas kapal yang memiliki tinggi (2,4 – 2,5) meter
yang terdapat tepat diatas main deck dan ditambah dengan pelat sisi yang memiliki
tinggi 100-200 mm dari bulwark.
Bulwark merupakan pagar pembatas yang terbuat dari pelat yang terdapat pada
geladak tepi upper deck, forecastle deck dan poop deck. Bulwark pada kapal tanker
tidak menggunakan pelat namun menggunakan railling. Untuk ketinggian bulwark
adalah 1 meter diukur dari geladak paling rendah. untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
gambar diatas.
Langkah-langkah menentukan letak sekat kamar mesin dan sekat tubrukan sebagai
acuan batas Bulwark adalah sebagai berikut.
BAB II
DETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN
Sebelum mengerjakan Tugas Rencana Garis dan Bukaan Kulit terlebih dahulu mencari
data kapal pembanding yang digunakan untuk acuan menentukan ukuran kapal dan dimensi
kapal yang akan digambarkan. Dalam perancangan ini data kapal pembanding yang
digunakan berasal dari kapal yang terdaftar diNippon Kaiji Kyokai (classNK) register(tabel 1)
Berikut ini adalah ukuran dan dimensi kapal pembanding yang digunakan:
Setelah mengetahui data kapal yang akan dirancang, maka langkah selanjutnya
yaitu menghitung data tambahan yang digunakan untuk merancang kapal. Berikut adalah
perhitungan data tambahan:
Setelah menemukan nilai 𝑉𝑠⁄ , kemudian membuat garis horizontal memanjang pada
√𝐿
diagram NSP dengan acuan letaknya adalah pada nilai 𝑉𝑠⁄ yang didapat, yaitu pada
√𝐿
posisi nilai 0,841(gambar II.1).
0,841
e =0,237%
Menentukan Vdispl
Vdispl = Cb. B. Ldispl. T
= 0,635 * 17,4 * 103,525* 5,045
= 5770,712 m3
Membaca prosentase diagram NSP yaitu dengan menarik setiap perpotongan garis
horizontal merah dengan garis lengkung per station (gambar II.2).
0,841
e =0,237%
Setelah semua data yang diperlukan telah diketahui maka dilakukan perhitungan seperti tabel
di bawah ini, selanjutnya dilakukan perhitungan koreksi terhadap data yang ada.
h = L displasmen / 20
= 103,525 / 20
= 5,176 m
Koreksi Volume, diperlukan untuk mengetahui apakah volume displasmen sudah memenuhi
syarat dengan toleransi 0,5%
𝑉𝑑𝑖𝑠𝑝.𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 − 𝑉𝑑𝑖𝑠𝑝.𝑠𝑖𝑚𝑝𝑠𝑜𝑛
𝑉𝑑𝑖𝑠𝑝 = 𝑥 100 %
𝑉𝑑𝑖𝑠𝑝.𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠
5770,712 − 5762,085
𝑉𝑑𝑖𝑠𝑝 = 𝑥 100 %
5770,712
Vdisp = 0,149
Menentukan Lcb
Koreksi Lcb, diperlukan untuk mengetahui apakah nilai selisih Lcb sudah memenuhi syarat
dengan toleransi 0,1%
Area
Station Skala Luas (A) Fs A*Fs Lengan (n) A*Fs*n
Skala
-2 0 4 0 0,3 0 -10,6 0
-1 1,0679 4 4,2716 1,2 5,12592 -10,3 -52,796976
0 2,29900 4 9,196 1,3 11,9548 -10 -119,548
1 9,2347 4 36,9388 4 147,7552 -9 -1329,7968
2 20,3943 4 81,5772 2 163,1544 -8 -1305,2352
3 32,3146 4 129,2584 4 517,0336 -7 -3619,2352
4 42,9424 4 171,7696 2 343,5392 -6 -2061,2352
5 50,7042 4 202,8168 4 811,2672 -5 -4056,336
6 55,514 4 222,056 2 444,112 -4 -1776,448
7 58,0728 4 232,2912 4 929,1648 -3 -2787,4944
8 59,3469 4 237,3876 2 474,7752 -2 -949,5504
9 59,7563 4 239,0252 4 956,1008 -1 -956,1008
10 59,7562 4 239,0248 2 478,0496 0 0
11 59,7169 4 238,8676 4 955,4704 1 955,4704
12 59,1428 4 236,5712 2 473,1424 2 946,2848
13 57,3043 4 229,2172 4 916,8688 3 2750,6064
14 54,0802 4 216,3208 2 432,6416 4 1730,5664
15 46,6587 4 186,6348 4 746,5392 5 3732,696
16 36,9647 4 147,8588 2 295,7176 6 1774,3056
17 25,7897 4 103,1588 4 412,6352 7 2888,4464
18 14,7223 4 58,8892 2 117,7784 8 942,2272
19 6,1097 4 24,4388 4 97,7552 9 879,7968
20 0 4 0 1 0 10 0
∑1 9730,58152 ∑2 -2413,37698
Untuk mencari volume Lwl dan titik tekan apung (Lcb), sebelumnya kita harus menentukan dlwl
(Cblwl) yaitu dengan cara sebagai berikut:
Pengertian A/2Tyaitu perbandingan antara luasan tiap station dengan dua kali
tinggi sarat kapal.A/2T digunakan untuk pembuatan body plan untuk tahap selanjutnya
dan perlu diperhatikan bahwa A/2T tidak boleh melebihi dari B/2.
B/2 adalah lebar keseluruhan suatu kapal dibagi dua. Langkah penggambaran B/2
adalah sebagai berikut.
1. Mencari besar dari sudut masuk merupakan langkah awal dalm penggambaran B/2
yang nantinya akan dibutuhkan dalam penggambaran pada bagian haluan kapal,
dimana sudut masuk merupakan fungsi dari koefisien prismatik depan (φf).
2. Menentukan nilai B/2 yang mempunyai persen luas 100% kemudian menambahkan
untuk 1 atau 2 station ke depan dan ke belakang yang dinamakan dengan Paralel
Middle Body.
3. Dari Paralel Middle Bodymendesain sendiri garis melengkung streamline yang
berakhir padastation–2 untuk buritan dan untuk haluan berakhir pada station 20 dan
sudut masuk ditambahkan beberapa cm dari FP.
4. Dalam mendesain harus memperhatikan luas engine room.
5. Setelah gambar B/2 terbentuk, akan memperoleh nilai B/2 tiap station dengan cara
mengukur panjang garis vertikal dan dikalikan dengan skalanya.
Dalam menentukan sudut masuk terlebih dahulu mencari hal berikut ini.
kerena Cb besar, maka digunakan tinjauan garis U, dan ditemukan sudut masuknya
adalah:14 derajat
bar2.10Gambar II.8
CSA A/2T CSA
dan B/2B/2
Dari gambar CSA B/2 yang sudah dibuat dengan skala sebenarnya 1:4, maka didapatkan data
sebagai berikut.
No. Station panjang koordinat FS panjang koor x FS
Dalam menentukan luas bidang garis air, maka terlebih dahulu harus menentukan nilai , yaitu:
Linggi haluan dibuat dari pelat yang bentuknya makin keatas makin membesar jari-
jarinya.
Gambar II.11
Hasil akhir gambar bentuk linggi haluan kapal dengan Cb 0,635 ini adalah sebagai
berikut.(Gambar 31)
Untuk kapal yang dirancang sekarang adalah kapal dengan buritan sepatu linggi.
Dalam pembuatan buritan diperlukan perhitung yang akan digunakan untuk
menggambarka buritan kapal. Berikut adalah perhitungannya:
Setelah memperoleh data-data yang diperlukan untuk menggambarkan buritan kapal, kemudian
langkah selanjutnya adalah menggambarkannya, berikut adalah gambar buritan kapal (bentuk
bagian belakang kapal):
Pembuatan body plan berasal dari data-data A/2T dan B/2 yang telah dicari pada
langkah-langkah pertama. Berikut adalah langkah-langkah dalam penggambaran body plan:
Membuat kotak dengan panjang=lebar kapal (B) dan lebar=sarat kapal kemudian
membagi kotak menjadi 2 dimana nantinya kotak sebelah kiri untuk penggambaran
station 1-10 dan untuk yang sebelah kanan penggambaran station 11-20.
½B
½B
Membuat titik A/2T yang datanya telah didapat, kemudian membuat garis horizontal
pada garis lebar kapal (B) dimulai dari centerline, lalu menarik garis vertikal dimulai
dari titik A/2T tadi sepanjang sarat kapal (lebar kotak).
Membuat titik B/2 langkah-langkahnya seperti langkah membuat titik A/2T yaitu
dengan menarik garis horizontal dimulai dari centerline sepanjang nilai pada data
B/2 dan menarik garis vertikal dari titik B/2 tadi sepanjang sarat kapal (lebar kotak).
B/2 A/2
T
Membuat garis lengkungan dari B/2 dan harus memotong A/2T serta luasan sisi
satu sama dengan luasan sisi satunya lagi. Bentuk lengkungan bisa melihat
referensi menurut Cb kapal yang dirancang. Untuk lebih jelasnya lagi bisa lihat
gambar dibawah ini:
Luasan A1 = luasan A2
1. Jari-jari bilgamerupakan kelengkungan padabagian bawahdi kanan dan kiri kotak. Jari-
jari bilga ini juga merupakan kelengkungan Body Plan pada station-station yangmemiliki
nilai B/2 maksimum dan dianggap sebagai parallel middle body,
Radius Bilga
1⁄ ((𝐵 𝑥 𝑇) − 𝐴𝑚)
𝑅 = √( 2 )
(1 − 1⁄4 𝜋)
Half Breadth Plan merupakan proyeksi irisan kapal yang dilihat dari atas.Digambarkan
dari proyeksi body plan. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:
Membuat persegi panjang dengan panjang=panjang kapal (Lpp) yang sudah dibagi
per station dan lebar=lebar kapal (B) yang sudah dibagi menjadi 4 untuk buttock
line.
Membuat sent line untuk tahap terakhir dalam pembuatan half breadth plan,
berfungsi untuk memeriksa keselarasan body plan dari semua station dengan cara
menarik garis diagonal dari titik atas centerline hingga pojok bilga.seperti gambar
dibawah ini:
Setelah mendapatkan data dari sent line maka menggambarkan ke half breadth
plan dengan cara menarik garis vertikal dibawah garis air pada half breadth plan
sepanjang nilai dari data yang sudah didapat pada setiap station.
Setelah melakukan beberapa langkah tersebut, didapat bentuk half breadth plan kapal
seperti dibawah ini.
Sent Line
Kotak body plan pada posisi lebar kapal (B) dibagi menjadi 8 bagian yang dipisahkan
oleh garis vertikal. Garis tengah menunjukkan centerline kapal, sedangkan tiga garis
sisanya merupakan BL1, BL2, dan BL3.
Seperti cara sebelumnya, garis lebar kapal dibagi menjadi 8 bagian sama besar.
Perbedaannya adalah jika pada half breadth plan garis BL berupa garis lurus
horizontal.
BL pada sheer plan merupakan hasil proyeksi BL dari body plan terhadap station
pada sheer plan dan proyeksi BL dari half breadth plan terhadap garis waterline
pada sheer plan. Titik-titik potong hasil proyeksi dari body plan dan halfbreadth plan
itu kemudian dihubungkan sehingga terbentuk garis lengkung buttock linepada sheer
plan
Sheer standart dibuat dengan cara membagi Lpp menjadi 6 bagian yaitu 3 bagian
didepan amidship dan 3 bagian lagi dibelakang amidship, setelah membagi Lpp menjadi 6
bagian lalu pada tiap bagian ditarik garis vertikal sepanjang x, y,z untuk yang berada
dibelakang amidship dan a, b, c untuk yang didepan amidship. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini
Berdasar pada peraturan tersebut, maka diperoleh data nilai-nilai sheer dalam milimeter seperti
perhitungan dibawah ini
1.Menentukan nilai tinggi x pada main deck 4. Menentukan nilai tinggi a pada main deck
x = 2,8 ( Lpp/3 +10) a = 5,6 ( Lpp/3+10 )
= 2,8 ( 101/3 + 10) = 5,6 ( 101/3 + 10 )
= 122,267 mm = 244,533 mm
2. Menentukan nilai tinggi y pada main deck 5. Menentukan nilai tinggi b pada main deck
y = 11,1 ( Lpp/3+10 ) b = 22,2 ( Lpp/3+10 )
= 11,1 (101/3 + 10 ) = 22,2 (101/3 + 10 )
= 484,7 mm = 969,64 mm
3. Menentukan nilai tinggi z pada main deck 6. Menentukan nilai tinggi c pada main deck
z = 25,0 ( Lpp/3+10 ) c = 50,0 ( Lpp/3+10 )
= 25,0 (101/3 + 10 ) = 50,0( 101/3 + 10 )
= 1091,67 mm = 2183,33 mm
II.8.2 Menentukan letak Sterntube Bulkhead, Collision Bulkhead, dan Engine Room
............Bulkhead
a. Menentukan nilai jarak gading dari AP hingga poros propeller (𝒃 = ±𝟎, 𝟑𝟓𝑻)
Jarak gading pada buritan sampai tabung poros maksimum Amaks
=600mm,diambil b = ± 0,35 T = 0,35 x 8,03 = ±2,81~3 meter
sehingga diambil 3 jarak gading dengan masing-masing nilai sebesar 0,6 m atau
600 mm. (nomor gading 1 – 3)
Letak sekat tubrukan yaitu pada 5%Lpp - 8%Lpp, jadi letaknya sekitar 5,05 –
8,08 meter dari FP . Sehingga jarak sekat kamar mesin hingga sekat tubrukan
yaitu 95,95 – 92,92 meter. Jika dibagi dengan jarak gading 0,7 meter, diperoleh
nilai jumlah jarak gading antara 137,07 – 132,74 jarak gading.
Setalah itu ditentukan bahwa jumlah jarak gading yang diambil adalah sebanyak
137 Jarak Gading dari sekat kamar mesin. Sehingga letaknya dari FP adalah 8,1
Meter.
Collision Bulkhead
Forcastle Deck
Tinggi forcastle deck yang dipakai adalah sebesar a = 2,4 meter dari main deck.
Membentang dari ujung haluan sampai atas collision bulkhead.
Bulwark (kubu-kubu)
Bulwark merupakan pagar yang terbuat dari plat yang terletak pada geladak tepi
pada upper deck danforecastle deckyang berfungsi sebagai pembatas untuk sisi kapal
pada geladak paling rendah. Direncanakan setinggi 1,2 m diukur pada geladak
terendah.
Poop Deck
Poop deck merupakan bangunan yang terletak diatas main deck pada bagian
buritan yang memilki ketinggian 2,4 sampai 2,5 meter diukur dari geladak utama (upper
deck side line)membentang dari buritan sampai sekat depan kamar mesin
BAB III
GAMBAR RANCANGAN
BODY PLAN
PENUTUP
Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat serta hidayahNya
laporan Tugas Rencana Garis ini dapat kami selesaikan. Penulis masih menyadari adanya
kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan.