Sekolah Vokasi
UNIVERSITAS DIPONEGORO
i
DAFTAR GAMBAR
ii
MODUL I
1.1 MODUL I (A)
1.1.1 Rencana Garis
Rencana Garis : Gambar garis penampang memanjang kapal yang
dipotong vertikal maupun horizontal untuk membentuk body kapal yang
streamline.
Manfaat Rencana Garis : Membentuk kapal yang mempunyai stabilitas
yang baik dan body kapal yang stream line.
1
• Sent Line : merupakan perpotongan garis diagonal terhadap
station ke center line. Fungsinya untuk mengetahui seberapa
stream line gading-gading itu baik atau bentuk body kapal yang
direncanakan.
• Garis geladak Tepi ( Sheer ) : merupakan garis lengkung tepi
geladak yang ditarik melalui ujung atas dari balok geladak.
• Garis geladak Tengah ( Chamber ) : merupakan bentuk garis
lengkung geladak yang menentukan cepat tidaknya air yang
menggenangi geladak tersebut dapat mengalir ke tepi kapal, untuk
selanjutnya disalurkan keluar lambung kapal.
• Tangensial Line : merupakan garis dimana dapat mengetahui
pelat-pelat kapal yang lurus dan tidak melengkung. Bentuk dari
Kulit Terluar Lambung Kapal.
• Hubungan 3 Unsur Lines Plan Merupakan fungsi dari proyeksi
3 unsur yang saling berkaitan, bahwa : Body plan (Depan), Sheer
Plan (Samping), Half Breadth (Atas).
• Main Dimension : Ukuran Utama Pada Kapal
a. Panjang Kapal
2
• FP ( Fore Prependicular ) garis tegak haluan yang letaknya
perpotongan antara linggi haluan dengan garis air muat.
• LOA ( Length Over All ) adalah panjang keseluruhan dari kapal
yang diukur dari ujung buritan sampai ujung haluan.
• LWL ( Length Water Line ) adalah jarak mendatar antara kedua
ujung garis air muat yang diukur dari titik potong dengan linggi
haluan sampai titik potongnya dengan linggi buritan diukur pada
bagian luar linggi depan dan linggi belakang, tidak termaksud
tebal kulit lambung.
• LBP ( Length Between Perpendicular ) adalah panjang antara
dua garis tegak buritan dan garis tegak haluan yang diukur pada
garis air muat.
b. Lebar Kapal
• BWL ( Breadth at The Water Line ) adalah lebar pada garis air
muat
• BOA ( Maksimum Breadth ) adalah lebar terbesar dari kapal
yang diukur dari kulit lambung kapal.
• H ( Depth ) adalah tinggi kapal.
• T ( Draught ) adalah jarak tegak dari garis dasar sampai pada garis
air muat
3
• Koefisien Bentuk Kapal
a. Koefisien Blok ( Cb ) :
4
c. Koefisien Midship ( Cm ) :
5
e. Koefisien Prismatik Vertikal (Cpv) :
Adalah jumlah ton air yang dipindahkan oleh bagian kapal yang
tenggelam dalam air. Biasanya dinyatakan dalam long
ton atau metrik ton
6
b. Volume Displacement
Besarnya Displacement Bila dihitung sebagai volume maka
dinyatakan dalam m3/ft3
Volume displacement= L x B x d x Cb
L = panjang kapal
B = lebar kapal
d = sarat kapal (m)
Cb = keoefisien Block
1,025 = massa jenis air laut (t/m3)
7
1.1.2 Kurva Bonjean
8
1.1.3 Kurva Hidrostatik
• Pengertian Kurva Hidrostatik
9
1.2 MODUL I (B)
1.2.1 Rencana Umum
10
b. Boad Deck
Chief Officer Room, Captain Room, Deck Office, Chief Engineer
Room, 2nd Officer Room, 1st Engineer Room, Emergency
Generator Room.
c. Poop Deck
Crew Mess Room, 3rd Engineer Room, 2nd Engineer Room, Cook
Room, P.U.K Room, Mess Room, Galley, Engine Store Room,
Dry Store Room.
d. Main Deck
AHU Room, Electrician Room, 3rd Officer Room, AB Room,
Bosun/Oiler Room, Oiler Room, Bosun/OS Room, Laundry,
Steering Gear Room, Service Cold Room/ Gandrum, CO2 Room,
Store, Paint Store 1, Paint Store 2, Lashing Store.
e. Engine Room
Workshop Room, Engine Control Room, Separator Room, BT
Room.
• Regulasi yang digunakan dalam menentukan jumlah
Lifebuoy, Life craft, dan LifeBoat - LSA (Life Saving
Appliances)
a. Life Buoy (SLS Cons 2001,Ch.III, Reg.1.)
- 8 Pcs, LOA < 60 m Dilengkapi Tali (30m) minimal 2 pcs
- 12 Pcs, LOA 60 s/d 120 m
- 18 pcs, LOA 120 s/d 180 m
b. Life Jacket (SLS Cons 2001,Ch.III, Reg.1.3, Reg.2 dan
Reg.3.)
- Jumlah Pelayar + 10% untuk anak-anak.
11
c. Inflatable Life Raft (SLS Cons 2001,Ch.III, Part
B,Reg.26.2.)
- Jumlah pelayar
Minimal 2 liferaft di port dan starboard, harus menampung
50% dari jumlah penumpang kapal.
Regulasi yang digunakan dalam penentuan luas ruangan
12
• Perhitungan Volume tangki : fuel oil, lubrication oil, fresh
water, diesel oil
1. Berat Bahan Bakar Mesin Induk
W fo = BHP me . bme . S/Vs . 10-6 . C ( ton )
Dimana:
BHP me = Bhp mesin induk ( katalog mesin ) kW
bme = spesifik konsumsi bahan bakar mesin induk ( 171 g/kWh )
S = jarak pelayaran ( mil )
Vs = kecepatan dinas ( knot )
C = koreksi cadangan ( 1,3 – 1,5 )
13
Volume tangki bahan bakar mesin bantu ada penambahan sebesar
4 % V fb.
3. Berat Minyak Pelumas ( W lo )
W lo = BHP me . b lo . S/Vs . 10-6 . ( 1,3 – 1,5 ) ( ton )
Dimana: b lo = 1,2 – 1,6
Menentukan volume minyak pelumas ( lubricating oil ):
V lo = W lo / U ( m3 ) dimana: U = 0,90 ton/m3
14
fullness (kegemukan) kapal, kapal-kapal high blok(gemuk)
memberikan ruang yang lebih besar pada lantainya dibanding
dengan kapal langsing.
a. Sekat ruang muat, jumlah sekat pada ruang muat tergantung
pada tuntutan keamanan atau pemisahan muatan. Jumlah
minimum sekat ruang muat termasuk sekat tubrukan, Stern
tube bulkhead, sekat depan kamar mesin untuk
b. Panjang kapal 65 meter diperlukan 3 sekat (tidak diperlukan
tambahan sekat di Ruang muat).
c. Panjang kapal 85 meter diperlukan 4 sekat (satu tambahan
sekat pada ruang muat) selanjutnay untuk setiap penambahan
panjang 20 meter diperlukan tambahan sekat 1 (satu) buah.
d. Untuk tanker, menurut BKI/GL jarak antar sekat tangki tidal
lebih dari 0,1 LBP dan tidak boleh kurang dari 15 meter.
15
MODUL II
2.1 KONTRUKSI KAPAL
• Konstruksi kapal
Merupakan susunan komponen-komponen pada bangunan kapal
yang mana terdiri badan kapal beserta bangunan atas (super
structure).
• Jenis-jenis konstruksi pada kapal
1. Konstruksi Melintang
Pada jenis konstruksi ini, beban yang bekerja diterima oleh pelat
kulit dan diteruskan pada hubungan kaku/balok-balok membujur
kapal oleh balok melintang kapal. Beban konstruksi geladak
disalurkan melalui balok melintang dari balok-balok geladak (deck
beams) ke lambung kapal dan sekat-sekat membujur kapal
(longitudinal bulkheads). Pada konstruksi ini, gading-gading
(frame) dipasang secara vertikal dengan jarak antar gading sekitar
500 mm – 1000 mm, tergantung pada panjang kapal. Kelebihan
dari konstruksi melintang ini yaitu :
a. Menghasilkan konstruksi yang lebih sederhana
b. Lebih mudah dalam pembangunannya
c. Kekuatan melintang kapal sangat baik dengan adanya
gading-gading utama
d. Memperkecil ruang palka
e. Sementara itu, kelemahan dari jenis konstruksi melintang
ini ialah : Kestabilan pelat kulit lebih kecil, Sistem
konstruksi ini hanya bisa dipakai pada kapal-kapal yang
pendek, Modulus penampang melintang kapal lebih kecil.
16
2. Konstruksi memanjang
Fungsi utama dari konstruksi memanjang ini ialah untuk
mengatasi longitudinal bending stress akibat sagging dan hogging.
Oleh karena itu, jenis konstruksi ini biasanya dipakai oleh kapal
yang memiliki panjang lebih dari 300 ft/90m. Gading-gading pada
konstruksi ini dipasang membujur dengan jarak antar gading
sekitar 700 mm – 1000 mm. Kelebihan dari konstruksi ini ialah :
a. Memperbesar modulus penampang melintang kapal
dengan adanya balok-balok memanjang yang tidak
terpotong
b. Balok-balok memanjang pada alas ganda menjadikan
konstruksi-konstruksi yang ada menjadi lebih kaku dan
kuat serta memperbesar kestabilannya
Kelemahan dari konstruksi memanjang ini ialah :
Memperbesar jumlah lubang palka
3. Konstruksi kombinasi
Sistem kombinasi ini diartikan bahwa sistem melintang dan
system membujur dipakai secara bersamaan dalam satu bangunan
17
kapal. Dalam sistem ini geladak dan alas dibuat menurut sistem
membujur sedangkan sisinya menurut sistem melintang. Dengan
demikian, dalam hal mengikuti peraturan klas (rules), sisi-sisi
kapal kapal tunduk pada ketentuan yang berlaku untuk system
melintang, sesangkan alas dan geladaknya mengikuti ketentuan
yang berlaku untuk system yang mebujur.
18
beban yang timbul akibat massa kapal dan muatannya
mendapatkan percepatan yang bukan percepatan gaya tarik bumi.
t B = 18,3 × n f ×a +t k
= 12,17 mm atau 12 mm
2. Pelat Lajur Bilga ( Bilga Strake ) ( BKI Rules 2013 Volume II,
Section 6, B 6-2/20 )
Mengacu pada rules di atas, maka tebal pelat lajur bilga dihitung
seperti yang diisyaratkan untuk pelat alas. Maka tebal pelat lajur
bilga adalah :
t B = 18,3 × n f ×a +t k ( mm )
Dimana :
a = jarak antar gading yaitu 0,67 m P 2
19
B = beban alas yaitu 76,84 KN/m k = faktor bahan yaitu 1 tk =
marjin korosi yaitu 2,5 mm
n f = 1,0 untuk sistem melintang LB = 120/ k = 120/1 = 120 (
Untuk L ≥ 90 ) pl =
t B = 18,3 × n f ×a +t k
= 12,17 mm atau 12 mm Lebar pelat lajur bilga tidak kurang dari :
B = 800 + 5 L (mm)
Sehingga :
B = 800 + 5 × 94,45 = 1272,25 mm atau 1,27 m = 1,30 m
3. Pelat Lunas ( Keel Plate ) ( BKI Rules 2013 Volume II, Section
6, B 6-2/20 )
Lebar pelat lunas tidak kurang dari :
B = 800 + 5 L (mm)
Sehingga :
B = 800 + 5 × 94,45 = 1272,25 mm atau 1,27 m = 1,30 m
B max = 1800 mm Dengan mempertimbangkan ukuran pelat yang
tersedia di pasaran, maka untuk lebar pelat lunas yang digunakan
adalah 180 mm atau 1,8 m Tebal pelat lunas yaitu 0.7 L pada
tengah kapal tidak boleh kurang dari :
t FK = tb + 2,0 ( mm )
Dimana : tb = tebal pelat alas yaitu 12,17 mm Sehingga : t FK = tb
+ 2,0 = 12,17 + 2,0 = 14,17 mm atau 14 mm
4. Pelat Sisi ( Side Plate ) ( BKI Rules 2013 Volume II, Section 6,
B 6-2/20 )
Tebal pelat sisi tidak boleh kurang dari yang lebih besar dengan
nilai berikut :
t SI = 1,21 × a × +t k ( mm )
20
Dimana :
a = jarak antar gading yaitu 0,67 m p 2 = beban sisi yaitu 62,26
KN/m
k = faktor bahan yaitu 1 tk = marjin korosi yaitu 2,5 mm
Sehingga : t SI = 1,21 × a× +t k
= 1,21 × 0,67 62,26 × 1 + 2,5 = 8,89 mm atau 9 mm
5. Pelat Lajur Atas ( Sheer Strake ) ( BKI Rules 2013 Volume II,
Section 6, B 6-2/20 )
Lebar pelat lajur atas tidak kurang dari :
B = 800 + 5 L (mm)
Sehingga :
B = 800 + 5 × 94,45 = 1272,25 mm atau 1,27 m = 1,30 m
Tebal pelat lajur atas secara umum tidak boleh kurang dari :
t = 0,5 × ( t D +t S ) ( mm )
Dimana : t D = tebal pelat geladak ( BKI 2013 Volume II Section
7, A 7-5/9 )
= ( 4,5 + 0.05 L ) × = ( 4,5 + 0.05 × 94,45 ) × = 9,12 mm atau 9
mm
t S = tebal pelat sisi yaitu 9 mm Sehingga : t = 0,5 × ( 9,12 + 9 ) =
0.5 × ( 1 8,12 ) = 9,06 mm atau 9 mm
6. Pelat Kubu-Kubu ( Bulkwark ) ( BKI Rules 2013 Volume II,
Section 6, K 6-19/20 )
Tebal pelat bulwark tidak boleh kurang dari : Tebal pelat
bulwark tidak boleh kurang dari :
untuk L < 90
= 6,37 mm atau 6 mm Untuk tinggi bulwark tidak boleh kurang
dari 1 meter. Dengan syarat yang lebih rendah dapat disetujui jika
disediakan perlindungan yang memadai. Modulus stay bulwark
21
Kubu-kubu harus ditumpu dengan penumpu kubu kubu yang
dipasang pada setiap dua jarak gading. Maka modulus penumpu
kubu-kubu ( stay bulwark ) yang terhubung ke geladak tidak boleh
kurang dari :
Dimana p 2 = beban geladak yaitu 16,44 KN/m
e = jarak antar stay = 3 x ao = 3 x 0,67 = 2.01 m
l = panjang stay yaitu 1 m
= 132,177 cm
22
MODUL III
3.1 PERMESINAN KAPAL
• Menjelaskan perbedaan mesin Bensin (Otto) dengan mesin Diesel
1. Pada mesin diesel bahan bakar dicampur dengan udara di
dalam silinder, sedangkan pada mesin otto bahan bakar
sudah dicampur di luar silinder tempat pembakaran.
23
keunggulan masing-masing. Mesin berbahan bakar bensin
memang memiliki kelebihan dalam akselerasi. Namun dari
segi kekuatan, mesin diesel lebih unggul dibandingkan
mesin bensin. Hal ini dapat dilihat dengan kendaraan yang
menggunakan mesin diesel mampu berjalan dengan beban
berat dan menempuh perjalanan yang jauh.
6. Selain dari kebutuhan bahan bakar, perbedaan mesin bensin
dan mesin diesel juga terletak dari segi perawatannya. Mesin
diesel memerlukan penanganan ekstra dan khusus karena
sistem ruang pembakarannya lebih rumit daripada mesin
bensin. Jadi meskipun performa mesin diesel tangguh dan
konsumsi bahan bakarnya irit, namun hal tersebut diikuti
dengan perawatan yang lebih kompleks. Sistem ruang
pembakarannya juga cepat kotor sehingga Anda perlu
melakukan perawatan secara rutin dan berkala dengan tepat.
7. Mesin diesel biasanya digunakan pada kendaraan berat
seperti truk dan bus, sedangkan mesin otto digunakan pada
kendaraan ringan seperti motor dan mobil.
8. Cara kerja :
Mesin bensin (Otto) :
o Suction stroke: pertama katup intake terbuka dan
piston bergerak turun sampai bottom dead center (titik
terjauh yang dicapai piston saat bergerak ke bawah)
menyebabkan tekanan dalam silinder lebih rendah
dibandingkan tekanan atmosfer sehingga udara yang
bercampur dengan bahan bakar masuk ke silinder.
o Compression stroke: katup intake dan katup exhaust
tertutup dan piston bergerak menuju top dead center (
24
titik terjauh yang dicapai piston saat bergerak ke atas)
menyebabkan campuran udara dan bahan bakar
terkompresi sehingga tekanan dan suhunya meningkat.
Beberapa saat sebelum piston mencapai top dead
center, terdapat penyalaan campuran bahan bakar dan
udara yabg terkompresi oleh spark plug sehingga
terjadi pembakaran.
o Power stroke: pada saat terjadi pembakaran, ekspansi
terjadi menyebabkan piston bergerak ke bawah dan
memutar poros sehingga menghasilkan tenaga.
o Exhaust stroke: setelah poros berputar, piston bergerak
dari bottom dead center menuju top dead center dan
katup exhaust terbuka sementara katup intake tertutup
sehingga gas sisa pembakaran akan terdorong ke
saluran buang.
Mesin Diesel :
o Suction stroke: katup intake terbuka dan piston bergerak
turun sampai bottom dead center menyebabkan tekanan
25
dalam silinder lebih rendah dibandingkan tekanan atmosfer
sehingga udara masuk ke silinder.
o Compression stroke: katup intake dan exhaust tertutup dan
piston bergerak menuju top dead center menyebabkan udara
terkompresi sehingga tekanan dan suhunya meningkat. Saat
piston mencapai top dead center, maka diesel yang
teratomisasi diinjeksikan ke dalam silinder mengakibatkan
molekul menyerap panas dari lingkungan dan berubah fasa
menjadi uap sehingga terjadi pembakaran spontan.
o Power stroke: terjadinya pembakaran menyebabkan
ekspansi sehingga piston bergerak ke bawah dan memutar
poros dan menghasilkan tenaga.
o Exhaust stroke: setelah poros berputar, piston bergerak dari
bottom dead center menuju top dead center dan katup
exhaust terbuka sementara katup intake tertutup sehingga gas
sisa pembakaran terdorong keluar.
26
1. Perbedaan yang pertama yaitu pembakaran yang terjadi pada
mesin 2 tak hanya 2 langkah piston. Namun, mesin 4 tak
dibutuhkan 4 langkah pembakaran dalam setiap piston.
2. Mesin 2 tak menghasilkan torsi yang besar dalam putaran
yang rendah, sehungga cocok untuk kapal yang memerlukan
tenaga besar saat mulai bergerak dari posisi diam. Sedangkan
mesin 4 tak biasanya menghasilkan tenaga maksimal pada
putaran yang lebih tinggi.
3. Siklus kerja yang singkat pada mesin 2 tak membuat mesin
ini memerlukan lebih banyak bahan bakar dibandingkan
dengan mesin 4 tak.
4. Mesin 4 tak cenderung lebih efisien dalam pembakaran
bahan bakar, sehingga konsumsi bahan bakar pada mesin 4
tak lebih hemat dibandingkan dengan mesin 2 tak. Hal ini
juga disebabkan oleh siklus kerja yang singkat pada mesin 2
tak sehingga memerlukan lebih banyak bahan bakar daripada
mesin 4 tak.
5. Proses pembakaran yang lebih optimal pada mesin 4 tak
mampu menghasilkan emisi polutan yang lebih rendah
dibandingkan pada mesin 2 tak.
6. Mesin 4 tak membutuhkan komponen mesin yang lebih
banyak. Hal tersebut membuat bobot dan ukuran mesin ini
lebih besar meskipun kapasitasnya sama dengan mesin 2 tak.
Karena hal itu pun, mesin 4 tak memerlukan perawatan yang
lebih kompleks dibandingkan mesin 2 tak yang
perawatannya lebih mudah. Namun dari segi waktu, mesin 2
tak memerlukan perawatan yang lebih rutin dikarenakan cara
27
kerja yang lebih singkat dan komponen mesin yang lebih
sering bergerak.
• Cara kerja mesin 2 Tak dan mesin 4 Tak
28
• Cara kerja mesin 4 tak :
29
• Bagian-bagian utama mesin : Piston, Connecting Rood, Valve,
Crankshaft, Camshaft, Flywheel
1. Piston
2. Connecting Rod
3. Valve
30
4. Crankshaft
6. Flywheel
31
• Perbedaan mesin utama dan mesin bantu
32
3.2 SISTEM PERPIPAAN
• Fungsi komponen-komponen peralatan bantu yang mendukung
kinerja sistem perpipaan
1. Pipa
2. Fitting
3. Katup
33
berfungsi membuat aliran hanya satu arah dengan mencegah aliran
balik. Jadi tipe katup memiliki fungsi masing-masing dan
penggunaannya sesuai yang dibutuhkan pada sistem perpipaan.
4. Flange
5. Gasket
6. Expansion joint
34
Jika hal ini dibiarkan terjadi maka dapat menyebabkan beberapa
kerusakan. Untuk mencegah hal itu maka dipasanglah expansion
joint (sambungan expansi) yang berfungsi untuk meredam getaran
dan mengamankan sistem perpipaan saat terjadi pemuaian.
7. Strainer
8. Alat ukur
35
MODUL IV
4.1 HAMBATAN KAPAL
• Pengertian Hambatan Kapal
Hambatan (Resistance) kapal pada kecepatan adalah gaya fluida yang
bekerja pada kapal sedemikian rupa sehingga melawan gerakan kapal
tersebut. ‐ Hambatan Total kapal adalah sejumlah komponen
hambatan yang berbeda-beda, diakibatkan oleh berbagai macam
penyebab dan saling berinteraksi dalam cara yang rumit.
36
terjadi dikarenakan adanya perbedaan arah gaya udara dan arah kapal.
Hambatan udara diperkiranakan sebesar 2% ~ 4% dari hambatan total
kapal. Tergantung kecepatan kapal, kecepatan 2 angin, dan luas
bentuk bangunan atas.
d. Hambatan Appendage adalah hambatan yang disebabkan karena
adanya penambahan-penambahan pada bagian badan kapal.
Penambahan dari perhitungannya adalah dengan menambahkan
sebesar 5% - 8% dari pada hambatan total kapal rancangan.
Komponen Tahanan tambahan terdiri dari :
- Tahanan anggota badan (Appendages Resistance) Tahanan
anggota badan adalah tahanan dari bos poros, penyangga
poros, lunas bilga, daun kemudi dan sebagainya.
- Tahanan kekasaran Tahanan kekasaran adalah terjadi akibat
kekasaran dari korosi air, pengotoran pada badan kapal, dan
tumbuhan laut.
- Hambatan kemudi (Steering Resistance) Hambatan kemudi
terjadi akibat pemakaian kemudi. Tahanan ini diakibatkan
gerakan daun kemudi untuk mempertahankan kelurusan
lintasan kapal.
- Metode perhitungan hambatan kapal ‐ Metode Holtrop dan
Mennen metode yang mengandalkan ketepatan perhitungan
dengan pengambilan data dan pengolahannya secara statistic
digunakan untuk menghitung hambatan pada kapal
displasemen ‐ Metode Froude ‐ Metode Tefler ‐ Metodoe
Guldhammer ‐ Metode Yamagata ‐ Metode Huges ‐ Metode
ITTC 1975 ‐ Diagram taylor dan Gertler ‐ Diagram Lapp
- Rumus pendekatan perhitungan hambatan kapal berdasarkan
ITTC ‐ Rumus Tahanan Gelombang 3 ‐ CF = 0.075
37
(𝑙𝑜𝑔10𝑅𝑒−2) 2 ‐ Rumus Tahanan kapal total CT = CF + CR ‐
Rumus koefisien tahanan total kapal CT = CF + CR+ CA
Dimana, CA adalah koefisien penambat tahanan untuk
korelasi model kapal
1. metode frounde
CT = CF + CR (Hambatan Total)
38
CR = CTM - CFM (Hambatan Residu)
CRS = CRM
2. metode hughes
CT = (1 + k) CF + CW
Atau
CT = CV + CW
CV = (1+k) CF
Dimana
a. Koefisien hambatan
c. Kecepatan kapal
39
Hambatan (resitance) merupakan gaya- gaya yang
menghambat laju kapal. Hambatan tersebut meliputi :
40
Vxd
Re=
ν
d = diameter
untuk kapal :
v0. x l
Re=
ν
l = panjang kapal
b. Kecepatan kapal
41
c. Massa jenis fluida
1
Rf = ρ. Cf. s. v 2
2
0,075
Cf=
(logRe − 2)2
v = kecepatan kapal
42
c. Apabila hambatan tinggi, maka daya mesin induk yang
dibutuhkan akan tinggi.
43
• Seri ombak yang melintang
44
Gelombang dapat menimbulkan masalah untuk kapal,
diantaranya:
45
1
* Untuk cairan dengan kedalaman H =` → u = 2C
Rw = s Pd. Cos (P,X) . ds
Rw . Vo + W = Vo . Eo
Vo = Kecepatan gelombang
W = U .Eo
Vo − u
Sehingga diperoleh : Rw = Vo . Eo
2kH
.g . 1 − sin 2kH
1
hambatan gelombang : Rw = 4 a2
K=2
= panjang gelombang
46
1
.g .
Rw = 4 a2
V = kecepatan kapal
47
4.2 SISTEM PROPULSI KAPAL
• Jenis Propeller
1. Fixed Pitch Propeller (FPP)
4. Kavitasi minimal.
48
Controllable Pitch Propeller (CPP) atau tipe propeller dengan
pitch yang dapat diubah-ubah. Propeller ini merupakan baling-
baling kapal dengan langkah daun propeller yang dapat diubah-
ubah sesuai dengan kebutuhan misalnya untuk rpm rendah biasa
digunakan pitch yang besar dan rpm tinggi digunakan pitch
yang rendah.Baling-baling CPP juga efektif digunakan bila
kapal manuver serta gerak mundur dengan hanya mengubah
putaran atau mengubah arah pitch baling-baling pada putaran
konstan. Hal ini secara signifikan dapat mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk mengubah arah dorong kapal serta dapat
menciptakan pemakaian bahan bakar seefektif mungkin. Tipe
propeller ini biasanya digunakan oleh kapal ikan dan kapal tug
boat. Namun yang perlu diingat bahwa CPP hanya memiliki
satu desain pitchm mengubah posisi pitch berarti mengurangi
efisiensi baling-baling.
49
dapat distel pitchnya pada nilai optimum yang akan dicapai
(allows the most efficient blade matching for optimum
efficiency while simplifying the installation process), dengan
pembuatan daun secara terpisah, ongkos pembuatan dapat
ditekan (butuh satu cetakan/mold daun propeller) termasuk
pengirimannya.
5. Azimuth Thrusters
50
6. Electrical Poods
7. Tunnel Thrusters
8. Waterjet
51
sesuai keperluan. Propulsi waterjet juga sangat menguntungkan
jika digunakan pada perairan dangkal.
9. Contra Rotating
52
• Perbedaan Projected Area, Developed Area dan Expanded Area
53
LAMPIRAN
1. Rencana Garis
54
2. Rencana Umum
55
3. Profil Konstruksi
56
Gambar 4 Konstruksi Memanjang
57
4. Pipa
Gambar 5 Perpipaan
58