Oleh :
WIEBBY AGNEY FACHRUZZY
NIM. 022110077
Prodi Teknik Sipil
Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Pada Mata Kuliah Pelabuhan Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Januari, 2024
1
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa berkat rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan tugas perencanaan pelabuhan ini. Terima kasih kepada dosen
SAMSUL ARIF ,ST., MT karena sudah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas
perencanaan pelabuhan ini. Terima kasih juga kepada teman – teman angkatan yang sudah
membantu menuangkan ilmunya kepada penulis dalam penyelesaian tugas perencanaan pelabuhan
ini.
Dalam tugas perencanaan pelabuhan ini bertujuan untuk mendesain pelabuhan yang baik
dan benar sesuai dengan syarat yang sudah ditentukan. Dan manfaat buat penulis sendiri dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan menambah wawasan dalam mendesain pelabuhan yang
baik dan benar untuk kedepannya.
Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam penyelesaian tugas perencanaan
pelabuhan ini, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kepada pembaca untuk memberi saran
jikalau pembaca merasa masih ada kekurangan dalam tugas perencanaan pelabuhan ini.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
3
PENENTUAN LOKASI PELABUHAN
a. Arah Angin .
Dalam perencanaan ini diasumsikan :
U - Arah Angin : 25˚
- Durasi : 4 jam
- Kecepatan : 65 Km/Jam
S
b. Keadaan Tinggi Gelombang.
Ini penting karena sangat menentukan dan dapat menyebabkan kapal tidak melakukan
bongkar muat.
Gelombang/ ombak dapat terjadi jika keadaan yang seimbang dari permukaan air laut
mengalami perubahan yang disebabkan karena antara lain :
- Gerakan kapal
- Gempa bumi
- Letusan gunung berapi
- Tiupan angin
Gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin sangat penting untuk diketahui agar dalam
kolam pelabuhan dapat diusahakan air berada dalam kondisi tenang. Tinggi gelombang
yang terjadi dalam kolam diisyaratkan melebihi 30 cm atau tergantung kapal yang
berlabuh.
Berikut ini adalah tabel kriteria besar gelombang yang cukup agar suatu jenis kapal dapat
melakukan bongkar muat dengan aman.
1
Kapal 120/120 (Roll On Roll Off) Maks 0,2 m
Kapal Tanker Maks 1,2 m
(Sumber : “Perencanaan Pelabuhan” oleh Soedjono Kramadibrata, hal 34.)
Untuk tinggi gelombang yang terjadi pada suatu titik P dalam kolam pelabuhan dapat juga
dihitung dengan rumus (formula Stevenson).
HP = H [
√ b
B
– 0,027 √4 D (1+
b
B √
)]
Catatan : Persamaan diatas tidak berlaku untuk titik yang berjarak kurang dari 15 m dari
mulut.
b
Hp
P
B
Gambar 1.1 Penjelasan rumus 2.1
Bila ternyata dalam perhitungan Hp > Hijin = 0,6 m, maka perlu dipasang “Break Water”
agar air dalam kolam pelabuhan lebih tenang. Break Water dipengaruhi oleh ombak,
berupa :
o Gaya tekan hidrostatik, yang besarnya tergantung dari naik dan turunnya ombak.
o Gaya tekan dinamis, yang menjelma dengan pecahnya ombak.
2
d. Kemungkinan Perluasan Pelabuhan.
Dalam merencanakan suatu pelabuhan, maka kemungkinan perluasan pelabuhan perlu
dipikirkan untuk rencana jangka panjang, apalagi kalau yang direncanakan adalah
pelabuhan umum.
g. Strategi.
Pada perencanan pelabuhan, tidak hanya diperlukan strategi ekonomi, tapi perlu pula
strategi pertahanan dan keamanan . Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, kita
dapat membuat beberapa sketsa rencana penempatan pelabuhan yang tepat dan mendekati
sempurna. Perlu pula diperhatikan jaringan lalu lintas yang sudah ada agar tidak
terganggu.
h. Pemeriksaan Keadaan Tanah
Pemeriksaan keadaan tanah sangat penting, terutama untuk keperluan :
o Perencanaan konstruksi pondasi
o Penentuan jenis kapal keruk yang dipakai
Cara-cara yang digunakan untuk pemeriksaan keadaan tanah antara lain dengan
pengeboran (Boring) atau pun Sondir yang dilakukan pada tempat-tempat tertentu. Dengan
demikian dapat diketahui keadaan tanah dasar termasuk jenis tanah serta sifat tanah dan
lapisan-lapisannya
3
PERHITUNGAN GELOMBANG
Pada perencanaan pelabuhan ini, data mengenai gelombang tidak diperoleh. Untuk itu
diperlukan menghitung “fetch efektif” guna memperoleh data tsb. Fetch adalah jarak antara
terjadinya angin sampai lokasi gelombang tersebut. Dengan diperolehnya fetch efektif,
ditambah data mengenai kecepatan angin berhembus, maka dapat diketahui tinggi gelombang
pada lokasi pelabuhan, dengan menggunakan grafik (terlampir).
Cara perhitungan/ pembuatan fetch efektif yaitu :
a) Dari lokasi yang akan direncanakan dibuat pelabuhan, ditarik garis lurus yang sejajar
arah angin yang ada.
b) Dari garis tersebut, dapat dilihat 2 kemungkinan :
o Garis tersebut akan mengenai daratan
o Garis tersebut tidak akan mengenai daratan
c) Selanjutnya buat garis lurus yang membentuk sudut 45˚ dengan garis sejajar arah angin
tersebut, kearah kiri dan kanan.
d) Sudut 45˚ tersebut kemudian dibagi dalam beberapa segmen yang sudutnya 5˚
sehingga terdapat beberapa garis lurus.
e) Apabila dari garis-garis lurus tersebut ada garis yang tidak mengenai daratan/pulau,
diganti dengan garis yang baru dengan sudut tertentu dengan arah kedaratan/pulau.
f) Ukur panjang garis dari lokasi pelabuhan sampai ke ujung seberang yang berpotongan
tegak lurus dari arah angin (Xi).
g) Hitung cosinus sudut tersebut.
h) Buat dalam bentuk tabel.
Catatan :
Garis yang mengenai daratan adalah garis dimana jika mengena daratan maka arah
anginya akan kembali.
Garis yang tidak mengenai daratan adalah garis dimana jika tidak mengena daratan maka
arah angin akan terus.
4
Tabel 2.1 Menghitung Fetch Efektif
Fetch Effektif =
∑ Ri . cos ∝ =
199.77286
= 11.81918 cm
∑ cos ∝ 16.90242
5
a. Tinggi Gelombang (Ho)
UL = 25 m/s
Uw
RL = (Sumber :“Pelabuhan” Bambang Triatmojo, Hal 100)
UL
UW
Untuk UL = 25 m/s maka RL = = 0.9
UL
UW = RL x UL
m
= 0.9 x 25 = 22.5
s
= 0.71 Uw1,23 = 0.71 (22.5)1,23 = 32.7 m
A
U s
Dengan menggunakan grafik peramalan gelombang (Gambar 3.27 “Pelabuhan” Ir. Bambang
Triatmojo Hal 128) untuk :
m
UA = 32.7 dan Fetch effektif = 5.90959 km diperoleh :
s
6
Tinggi Gelombang (Ho) = 1.24 m
Periode (T) = 3.5 second
Selain berdasarkan UA dan Fetch effektif, perhitungan Ho dan T bisa juga berdasarkan data U A
dan durasi dengan menggunakan grafik yang sama, yaitu :
m
Untuk UA = 32.7 dan durasi 52 menit, diperoleh :
s
Tinggi Gelombang (Ho) = 1.24 m
Periode (T) = 3.5 second
Dari kedua nilai Ho dan T diatas diambil nilai yang lebih kecil, sehingga tinggi dan periode
gelombang adalah :
Tinggi Gelombang (Ho) = 1.24 m
Periode (T) = 3.5 second
Dalam perencanaan pelabuhan, kapal yang di gunakan adalah Cointainer, yaitu 50.000
DWT.Untuk ukuran kapal 50.000 DWT, tinggi gelombang maksimum (H ijin) = 1.2 m.
7
Hb = Ho x (0.99) = 1.23 m
Jadi, tinggi gelombang pecah = 1.23 m
HB 0.99
2
= 2 = 0.0082
¿ 9.81 X 3.5
H
Dari Grafik diperoleh : untuk 2B = 0.0082 dan m = 0.02
¿
dB
Maka : = 1.25 db= Hb .(1.25) = 1.23. (1.25)
Hb
= 1.5375 m (kedalaman gel.pecah)
Energi Gelombang
2
ρ . g . Ho Dimana :
E =
8 Kg
( 1000 ) . ( 9.81 ) .(1.24 )2 E = Energi rata-rata ( 2 )
= det
8 Kg
Ρ = kerapatan massa ( 3 ) – air laut
Kg m
E = 1885,482 det 2 m
g = percepatan gravitasi ( 2 )
det
Perencanaan break water sisi miring biasanya dibuat dari tumpukan batu alam yang dilindungi
oleh lapisan pelindung (armour) berupa batu besar atau beton dengan bentuk tertentu. Beton dan
batu buatan terdiri dari :
a. Tetrapod, mempunyai empat kaki yang berbentuk kerucut terpancung
b. Tribar, mempunyai tiga kaki yang saling dihubungkan dengan lengan.
c. Ouddripod, mempunyai bentuk mirip tetrapod tetapi sumbu-sumbu dari ketiga kakinya
berada pada bidang datar.
d. Dolos, terdiri dari dua kaki saling silang menyilang dan dihubungkan dengan lengan.
8
a. Elevasi puncak bangunan rendah
b. Gelombang refleksi kecil
c. Kerusakan berangsur-angsur
d. Perbaikan murah
e. Harga murah
LWSmax
Batu Alam
Batu Alam
Pemecah gelombang sisi miring biasanya dibuat dari tumpukan batu alam yang dilindungi oleh
lapis pelindung berupa batu besar atau batu dengan bentuk tertentu.
Beton atau batu buatan ini berupa tetrapod, tribar, heksapod, dolor, dsb.
9
o Plot ke grafik
Ru
o Plot ke grafik didapatkan nilai =0.74
H
o Nilai runup = Ru = 0.74 x 1.24 = 0.85 x 1.24 = 1.054
10
Elevasi Break Water dengan memperhitungkan tinggi kebebasan 0.5 m =
HWL + Ru + Tinggi Kebebasan = 1.0 + 1.054 + 0.5 = 2.554 m
Free Board (Jagaan ) = ½ x Tinggi Gelombang = ½ x 1.24 = 0.62 m
Elevasi crest sesudah ditambah freeboard = 2.554 + 0.62 = 3.174 m
Kedalaman breakwater diambil kedalaman pada ujung kolam pelabuhan yang direncakan sedalam
20 m
Tinggi Break Water = Kedalaman Break Water + Elevasi Crest =20+3.174 =23.174 m
=24 m
Rumus Hudson : W =
K D (Sr−1 ) 3 .Ctg α
11
3
2.65× 1.24
W = = 0.358 ton
4׿¿
W1 = 0.358 x Fk = 0.358 x 1.5 = 0.537 ton
W1 = 537 Kg
W1 = W1t + W1b = 0.441 + 0.537 =0.978 ton
Lapisan II
W 1 0.978
W2 = = = 0.0978 ton
10 10
W2 = 97.8 Kg
Lapisan III :
W 1 0.978
W3 = = = 0.00163 ton
600 600
W3 = 1.63 Kg
B
( 2 ) . T . Break Water
B = + Lebar Crest Lapis I
tg .(33.69)˚
( 2 ) X 24
= + 2.4 m
tg.(33.69)˚
= 74.4 m = 75 m
12
a = Tinggi Break Water - t1 – t2
= 24 – 2.367 – 0.766
= 20.9 m
a 20.9
b = = = 31.4 m
tgθ tg 33.69
c = √ (a)2 +(b)2 = √ (20.9)2 +(31.4 )2 = 37.719 m
1.2−0.3
d = = 0.45 m
2
e = √ (d)2 +(t 2)2 = √ (0.45)2 +(0.766)2 = 0.888 m
2.4−1.2
f = = 0.6 m
2
g = √ (f )2+(t 1)2 = √ (0.6 )2 +(2.367)2 = 2.441 m
( 1.5 xH )+(Elevasi crest + freeboard) ( 1.5 x 1.24 )+(3.174)
h = == = 9.075 m
sin (33.69)˚ sin ( 33.69)˚
t1 2.367
i = f + ( ) = 0.6 + = 4.15 m
tgθ tg(33.69)
( 1.5 xH )+ ( Elevasi crest+ freeboard )−t 1 2.667
j = = = 4.808 m
sin θ sin(33.69)
t2 0.766
k = d + ( ) = 0.45 + ( ) = 1.599 m
tgθ tg(33.69)
l = ( B−Lebar Crest Lap .3 ) – b = ( 75−0.3 ) – 31.4 = 5.95 m
2 2
( Elevasi crest+ freeboard ) + H−t 1 3.174+1.24−2.367
m = = = 3.690 m
sin θ sin (33.69)˚
( Elevasi crest+ freeboard ) + H 3.174 +1.24
n = = = 7.957 m
sin θ sin (33.69)˚
Tinggi BreakWater 24
o = ( )–n =( ) – 7.957 = 35.31 m
sin θ sin (33.69)˚
B4 = ( n + o – h) ( l x sin 33.69)
= ( 7.957 +35.31 – 9.075 ) x (5.95 x sin 33.69) = 113.645 m2
B5 = ( o x (l x sin 33.69 )
= 35.31 x ( 5.95 x sin 33.69) = 116.539 m2
Berat Total = 2.724 + 3.883 + -0.541 + 113.645 + 116.539 = 236.25 m2
Berat = 236.25 m² x (2.65) ton/m³
= 626.062 ton/m3
c. Akibat Angin
Fw = W . A . K W = tekanan angin = c.v2
dimana
c = koef. Angin = 0.00256
v = kec. Angin = 25 m/s = 44 Knots
A = luas penampang Break Water
K = 1,5 (factor keamanan)
Tekanan Angin (W) = cv² = (0.00256) x (44)² = 4.956
14
1.7
X1
X2
\
X1 = (Elevasi Crest + freeboard) – H = 3.174 – 1.24 = 1.934 m
x1 1.934
X2 = = = 2.9 m
tg α tg 33.69
1
A = (Lebar Crest Lap 1 +( Lebar Crest Lap 1 + 2 x X2))x X1)
2
1
= (2.4 + (2.4 + 2 x X2))x X1
2
1
= (2.4 + (2.4 + 2 x 2.9)) x 1.934 = 10.25 m²
2
Fw = 4.956 x 10.25 x 1.5
= 76.198 t/m
Jadi,
Total Gaya Vertikal :
Σ V = Akibat Berat Sendiri Break Water
= 2515.1269 ton/m
M guling = ΣH . (3.174/2)
3.174 m
ΣH = 830.736 x 1.587
ΣV = 1318.378 ton m
15 guling = ΣV . (75/2)
M lawan
= 2515.1269 x 37.5
= 94317.258 ton m
75 m
94317.258
» = 71.54 > 2 . . . . . OK!!
1318.378
c. Terhadap Eksentrisitas
Syarat |e| < ē
ē = 1/6 . B = 1/6 . (75) = 12.5 m
|e| = B/2 - x
M M lawan guling− M 94317.258−1318.378
x = netto = =
guling
=36.97 m
∑v ∑v 2515.1269
75
|e| = ( ) - 36.97 = 0.53 m
2
|e| = 0.53 m < ē = 12.5 m ….. OK!
Kesimpulan : Dari kontrol stabilitas break water terhadap geser , guling , eksentrisitas
ternyata break water tersebut cukup aman !!
1) Refraksi Gelombang
Refraksi terjadi karena adanya pengaruh penambahan kedalaman laut. Didaerah dimana
kedalaman air lebih besar dari setengah panjang gelombang, yaitu di laut dalam. Gelombang
menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal, dasar laut
mempengaruhi gelombang. Di daerah ini apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang
yang berada di air yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan yang lebih kecil dari
pada bagian air yang lebih dalam. Akibatnya garis puncak gelombang akan membelok dan
berusaha sejajar dengan garis kedalaman laut. Garis orthogonal gelombang yaitu gais yang
tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan menunjukan arah penjalaran gelombang,
juga akan membelok dan berusaha untuk menuju tegak lurus dengan garis kontur dasar laut.
2) Difraksi Gelombang
16
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan, seperti pemecah gelombang atau
pulau maka gelombang tersebut akan membelok disekitar ujung rintangan dan masuk di
daerah terlindung dibelakangnya. Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam
arah tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerh terlindung. Apabila tidak terjadi
difraksi daerah belakang rintangan akan tenang. Tetapi karena proses difraksi maka daerah
tersebut terpengaruh oleh gelombang datang, transfer energi ke daerah belakang rintangan
menyebabkan terbentuknya gelombang di daerah tersebut. Meskipun tidak sebesar diluar
daerah terlindung.
3) Refleksi Gelombang
Gelombang yang membentur atau mengenai suatu bangunan akan dipantulkan sebagian atau
seluruhnya. Refleksi gelombang di dalam pelabuhan akan menyebabkan ketidaktenangan di
dalam perairan pelabuhan. Fluktuasi muka air ini akan menyebabkan gerakan kapal yang
dihambat dan dapat menimbulkan tegangan yang besar pada tali penambat. Untuk
mendapatkan ketenangan di kolam maka bangunan-bangunan yang ada di pelabuhan harus
bias menyerap / menghancurkan gelombang. Suatu bangunan yang mempunyai sisi miring
dan terbuat dari kumpulan batu akan bisa menyerap energi gelombang lebih banyak
disbanding bangunan tegak.
Refraksi Gelombang
Diketahui :
- Tinggi gelombang = 1.24 m
- Periode gelombang = 3.5 detik
- Arah gelombang = 30˚
- Jarak gelombang dari ujung rintangan (r) = 355.5 m
17
√
Kr = √ cos ¿ ¿ ¿ ¿ =
cos(30)
cos(31.52¿)
¿ = 1.01
Difraksi Gelombang
Misalnya : kedalaman air dibelakang break water = 20 m
Lo = 1.56 T²
d 20
= 1.56 (3.5)² = 19.11 = = 1.04 m
Lo 19.11
Maka dari table A-1 diperoleh :
d 20
= 1.00001 L= = 19.99 m
L 1.00001
Jarak ke titik A ke ujung rintangan : r = 355.5 m
r = 355.5 = 17.78 = gunakan nilai r terbesar yaitu = 10
L 19.99 L
r
Dengan menggunakan table 3.5 untuk nilai = 10
L
Didapat θ = 130˚ dan β = 40˚ , sehingga koofisien refraksi K’ = 0.06
H’o = K’.Kr.Ho =0.06 x 1.01 x 1.24 = 0.07514 m
Refleksi Gelombang
Hr
x = dimana : Hr = Tinggi Gelombang refleksi
Hi
Hi = Tinggi Gelombang datang = 1.24 m
x = koofisien refleksi = 0.5
Hr = x . Hi
= 0.5 x 1.24 m
= 0.62 m
Tipe Bangunan X
Dari data diketahui bahwa kapal yang akan menggunakan fasilitas pelabuhan adalah :
- Passenger : Volume = 30.000 GT
18
- Cargo : Volume = 20.000 DWT
- Container : Volume = 50.000 DWT
Dermaga
Free Board
Muka air rencana 0.62m
Sarat kapal
(draft)
H = 14.55 m 12.6 m
Clearance (1) m
d = n x L + (n-1) x50 + 2 x 50
19
Dimana : n = jumlah tambatan
L = panjang kapal
50 m L 50 m 50m L 50 m L 50 m
d d d
I. Tambatan PASSENGER
Tonnage kapal yang diramalkan adalah 60.000 orang /tahun. Perhitungan jumlah tambatan
yang dilakukan dengan cara analitis, dengan asumsi :
- jumlah kapal perkapal
60000
- jumlah kapal yang berkunjung pertahun = = 2 buah
30000
2
- jumlah kapal perhari = = 0.005 ≈ 1 kapal /hari
365
Dari hasil tersebut, diperlukan 1 buah tambatan.
Uk Panjang Dermaga : d = n x L + ( n – 1 ) x 50 + 2 x 50
d = 1 x 230 + ( 1 - 1 ) x 50 + 100 = 330 m
II. Tambatan CARGO.
Tonage kapal yang diramalkan adalah :
General cargo : 800.000 ton /tahun
800000
- jumlah kapal yang berkunjung pertahun = = 40 buah
20000
40
- jumlah kapal perhari = = 0.109 ≈ 1 kapal /hari
365
Dari hasil tersebut, diperlukan 1 buah tambatan.
Uk Panjang Dermaga : d = n x L + ( n – 1 ) x 50 + 2 x 50
d = 1 x 177 + ( 1 - 1 ) x 50 + 100 = 277 m
III. Tambatan CONTAINER.
Tonnage yang diramalkan :
Container : 400.000 ton/tahun
400000
- jumlah kapal yang berkunjung pertahun = = 20 buah
20000
20
- jumlah kapal perhari = = 0.05 ≈ 1 kapal /hari
365
Dari hasil tersebut, diperlukan 1 buah tambatan.
Uk Panjang Dermaga : d = n x L + ( n – 1 ) x 50 + 2 x 50
20
d = 1 x 280 + ( 1 - 1 ) x 50 + 100 = 380 m
Kesimpulan :
Jadi panjang dermaga diambil dari kapal rencana yaitu Container 50.000 DWT = 380 m
Dan untuk kapal Cargo dan Passenger panjang dermaga = 330 m
Pengerukan
21
Pengerukan diperlukan bila kedalaman perairan dilokasi perairan lebih kecil atau kurang dari
kedalaman perairan rencana sesuai dengan ukuran kapal yang akan berlabuh. Dari data/peta,
lokasi pelabuhan yang direncanakan memiliki kedalaman 20 m, sedangkan kedalaman
perairan yang dibutuhkan/ direncanakan untuk jenis kapal terbesar = 14.55 m.
Jadi tidak perlu diadakan pengerukan.
Bentuk dan ukuran Peti Kemas menurut ISO adalah sebagai berikut :
Kapasitas
Penyebutan L W H A B
(ton)
40 ft 40’0’’ 8’0” 1 8’0” 7’5” 35
39’4 ”
30 ft 29’11¾” 8’0” 8 29’3¾” 7’5” 25
20 ft 19’10½” 8’0” 8’0” 19’2½” 7’5” 20
10 ft 9’9¼” 8’0” 8’0” 8’0” 7’5” 10
11
9’4 ”
8
Terminal Penumpang
Untuk merencanakan terminal penumpang dipakai aman pada kapal penumpang yaitu:
Passenger boat 30.000 GT
Diasumsi : Kapasitas = 3000 orang
Jumlah Penumpang /tahun = 60.000 orang /tahun
Ditanya :
Perencanaan terminal penumpang = …….?
Penyelesaian :
Jumlah kapal yang berlabuh /berangkat = 60000 = 10
2 X 3000
10
Banyaknya kapal perhari : = 0.027 ≈ 1 buah
365
Banyaknya penumpang sekali berlabuh / berangkat 1 x 3000 = 3000 orang
Diperkirakan setiap orang membutuhkan + 3 m² untuk semua kegiatan di terminal.
Luas Lantai Terminal = 3000 orang x 3 m² = 9000 m²
Rencana Jalan
Pada perencanaan penempatan jalan, intersection dari setiap jalur jalan dibuat minimal,
baik untuk jenis kendaraan yang sama maupun yang berbeda, misalnya untuk tipe II dan Forklit.
Jalan untuk masuk kepelabuhan dibuat 2 jalur agar arus lalu lintas tetap lancer dalam
pelayanan penumpang maupun pengangkutan barang-barang yang keluar masuk pelabuhan.
23
Apabila dalam pelabuhan terdapat rencana jalan kereta api, diusahakan tidak mangganggu jalur
lalu-lintas yang lain.
Perlengkapan Dermaga
Untuk seluruh pelabuhan, baik pelabuhan umum, pelabuhan cargo, container maupun
pelabuhan lainnya, diperlukan perlengkapan, baik untuk usaha pengawasan maupun
pemeliharaaan. Guna keperluan itu, maka perlu adanya :
A. Kantor- kantor yang meliputi :
a. Kantor Syahbandar
b. Kantor Bea Cukai
c. Kantor Kesehatan
d. Kantor Imigrasi
e. Kantor Buruh Pelabuhan
f. Kantor Pelabuhan
B. Fasilitas-fasilitas pendukung, yang meliputi :
a. Suplai Air Bersih
b. Suplai Listrik
c. Jaringan Telekomunikasi
d. Suplai Bahan Bakar Minyak
e. Fasilitas Pemadam Kebakaran
f. Drainase dan Pembuangan Sampah
C. Prasarana pendukung lainnya :
a. Jaringan Jalan Raya dan Jalan Kereta Api
b. Kapal-kapal Kerja
c. Fasilitas Perbaikan Kapal
d. dll
24
o Untuk Container = 380 m
- Kedalaman Perairan :
o Untuk Container = 13.93 m
- Lebar Alur Pelayaran = 204.42 m
- Gudang :
Luas Lapangan Penimbunan Container = 3700 m2
- Terminal :
Luas Lantai Terminal = 9000 m2
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang.
25
Pemilihan tipe dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani (dalam
tugas ini dermaga yang melayani penumpang dan barang seperti ; barang potongan dan peti
kemas), ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasar laut dan yang
paling penting adalah tinjauan ekonomi untuk mendapatkan bangunan yang paling ekonomis.
Pada tugas ini perencanaan struktur tambatan / dermaga menggunakan material beton
bertulang yang dihitung dengan pengaruh beban luar.
Beban luar yang bekerja terdiri atas 2 komponen, yaitu :
1. Gaya / beban horizontal, ini merupakan reaksi dari FENDER.
2. Gaya / beban vertikal, semua beban yang ada di atas dermaga.
Struktur penahan direncanakan terdiri atas konstruksi kelompok tiang pancang (pile group) dan
tembok penahan tanah (retaining wall). Dalam perencanaan, poer dan plat lantai dermaga
ditahan oleh kelompok tiang pancang.
26
Seperti halnya angin, arus yang bekerja pada bagian kapal yang terendam air juga kan
menyebabkan terjadinya gaya pada kapal yang kemudian diteruskan pada dermaga dan alat
penambat. Besar gaya yang ditimbulkan oleh arus diberikan oleh persamaan berikut ini :
a. Gaya tekanan karena arus yang bekerja dalam arah haluan (sejajar kapal)
Rumus :
R = 0.14 . S. V2 …….. Pelabuhan Bambang Triatmodjo, hal 173
di mana :
R = Gaya akibat arus (ton/m)
S = Luas bagian kapal yang terendam air (m2)
V = Kecepatan arus = 0.10 m /det (ditentukan)
Untuk gaya Current Force (akibat arus) ini diambil ukuran kapal Container 50.000 DWT
dimana :
~ Panjang kapal = 250 m
~ Sarat kapal = 12.6 m
S = B' 12.6 m
Maka :
S = luas kapal yang terendam 250
air =m 250 m x 12.6 m = 3150 m2
R = 0.14 x 3150 x (0.10)²
R = 4.41 t/m
b. Gaya tekanan karena arus yang bekerja dalam arah sisi kapal (tegak lurus kapal)
Rumus :
R = ½ . ρ . c . v² . B’
Dimana : ρ = rapat massa air laut = 1024 kg/m³ = 1.024 t/m³
c = koofisien tekanan arus = 1.3
v = kecepatan arus = 0.10 m/det (ditentukan)
B’ = S = Luas bagian kapal yang terendam air = 3150 m2
Jadi,
R = ½ . 1.024 t/m³ x 1.3 x (0.10m/det)2 x 3150 m²
R = 20.966 tm
27
c = koofisien tekanan arus = 1.3
A = luas proyeksi arah melintang
= (kedalaman-sarat) x lebar kapal terbesar
= (14.55 – 12.6) x 32.3 = 62.985 m²
B = luas proyeksi arah memanjang
= (kedalaman-sarat) x panjang kapal terbesar
= (14.55 – 12.6) x 250 = 487.5 m²
Jadi,
R = ½ x 1.024 t/m³ x 1.3 x (0.10 m/det)2 x (62.985 cos² 50˚+ 487.5 sin² 50˚)
R = 2.077 tm
( hl ). sinh ¿ ¿ πcosα
Fx = c . Mx . sinh 2 π .
8
. D² . Wo . H²
Fy = c . My . sinh ( 2 π . ) .sinh ¿ ¿
h πcosα
. D² . Wo . H²
l 8
(
Fx 1.3 . sinh 2 π .
14.55
19.135 )
. sinh ¿ ¿
π cos 50
8
..(12.6)². (1.024) . (1)²
= 36.53 ton
(
Fy =1.3 . sinh 2 π .
14.55
19.135 )
. sinh ¿ ¿
π sin 50
8
.. (12.6)². (1.024) . (1)²
= 43.54 ton
Fx = 36.53 ton
F = √(Fx)2 +(Fy)2
= √ (36.53)2 +43.53 ¿ 2 ¿
= 56.82 ton
28
Fx = Gaya akibat gelombang
yang sejajar kapal
F
Fy = 43.53 ton
Kapal yang akan merapat ke dermaga akan membentur struktur dermaga yang
menimbulkan getaran-getaran yang nantinya akan diserap oleh FENDER.
Besar energi yang ditimbulkan dapat dilihat dengan memakai rumus sebagai berikut
Rumus :
1 W .V 2
E=
2 g
29
PERENCANAAN BOLDER dan FENDER
A. PERENCANAAN BOLDER
Bolder adalah alat pengikat. Kapal yang berlabuh ditambatkan ke dermaga dengan
mengikatkan tali-tali penambat ke bagian haluan, buritan dan badan kapal. Tali-tali penambat
tersebut diikatkan pada alat penambat yang dikenal dengan bitt yang dipasang disepanjang sisi
dermaga. Bitt dengan ukuran yang lebih besar disebut dengan bollard (corner mooring post) yang
diletakkan pada kedua ujung dermaga atau ditempat yang agak jauh dari sisi muka dermaga.
(sumber : Pelabuhan, Ir. Bambang triatmodjo, hal 209-210).
BOLLARD
Bollard digunakan selain untuk mengikat pada kondisi normal dan pada kondisi badai,
juga dapat digunakan untuk mengarahkan kapal merapat dermaga atau untuk membelok/ memutar
terhadap ujung dermaga. Supaya tidak mengganggu kelancaran kegiatan di dermaga (bongkar
muat barang) maka tinggi bolder dibuat tidak boleh lebih dari 50 cm diatas lantai dermaga.
Bollard diperhitungkan untuk memikul beban tarik lateral yang berupa momen. Beban lateral ini
diteruskan pada tiang pancang lewat poer pondasi.
Penulangan Bollard
Bollard diperhitungkan sebagai struktur yang oversteak yang memikul momen (beban
lateral). Direncanakan memikul beban tarik lateral sebesar ( CONTAINER 30.000 DWT ) : F =
150 ton
30
Beban sementara (KD) = 0.6 (dari PBI ‘71)
Untuk :
Cu =
Cu = 0.97
√ 30983700
2 x 0.6 . 225 x 40
Cu = 0.97
= 0.2
( sumber : lihat tabel perhitungan kekuatan batas penampang beton bertulang oleh Ir. Wiratman
Wangsadinata )
Total tulangan
Jumlah tulangan (n) = 1
. π . ∅2
4
Dimana : ø = 32 mm = 3.2 cm
Luas = ¼ x x (32 mm)2
= 804.24 mm2
= 8.04 cm2
86.4
n = = 10.74 buah = 11 buah
8.04
Jadi dipakai tulangan 11 32 mm
31
32
Tulangan pada POER
- Ukuran POER diambil : (80 x 80 x 40) cm3
- Tulangan susut minimum : 0.25 % x luas beton
= 0.0025 x 80 cm x 80 cm = 16 cm2
Total tulangan
- Jumlah Tulangan (n) : 1
. π . D2
4
dimana : D = 19 mm
L = ¼ x x 192
= 283.528 mm
= 2.83 cm
16
Sehingga : n = = 5.653 buah = 6 buah
2.83
Jadi dipakai tulangan 6 19 mm
40 cm
3 19
80 cm
Panjang Penyaluran
Panjang penyaluran (panjang tulangan bollard) yang masuk pada POER pondasi dihitung
menurut PBI ’71 pasal 8.6 hal 74 untuk batang polos, berlaku :
Rumus :
Ld = 0.14 x A . σ∗au 0.013D . *au
√ σ .bk
'
Dimana : D = tulangan = 32 mm
2
As = 804.248 mm = 8.04248 cm2
1. Mutu Beton K - 225 ; ' bk = 225 kg / cm2
2. Mutu Baja U - 32 ; *au = 2780 kg / cm2
33
8.04248∗2780
maka : Ld = 0.14 x 0.013(3.2) x 2780
√ 225
= 208.676 cm 115.648 cm….OK!
Jadi Ld diambil = 209 cm
BITT
Bitt digunakan untuk mengikat kapal pada kondisi cuaca normal. Jarak dan jumlah
minimum bitt untuk beberapa ukuran kapal diberikan dalam table di bawah ini.
Tabel : Penempatan Bitt
Ukuran Kapal (GRT) Jarak Maksimum (m) Jumlah min/ tambatan
~ 2.000 10-15 4
2.001-5.000 20 6
5.001-20.000 25 6
20.001-50.000 35 8
50.001-100.000 45 8
(sumber : Pelabuhan, Ir. Bambang Triatmodjo, hal 210)
B. PERENCANAAN FENDER
Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga. Fender akan
menyerap energi benturan antara kapal dan dermaga. Gaya yang harus di tahan oleh dermaga
tergantung pada tipe dan konstruksi fender dan defleksi dermaga yang diizinkan.
Fender juga melindungi rusaknya cat badan kapal karena gesekan antara kapal dan
dermaga yang disebabkan oleh gerak kapal waktu merapat ke dermaga.
Fender harus dipasang sepanjang dermaga dan letaknya harus mengenai badan kapal.
Karena ukuran kapal berlainan, maka fender harus dibuat agak tinggi pada sisi dermaga.
Pada perencanaan tugas ini digunakan fender dari karet (Bridgeston Super Arch) tipe V.
Perencanaan Fender Untuk Dermaga
34
(Pelabuhan Ir. Bambang Triatmodjo,hal 170)
- Gravitasi bumi (g) = 9.81 m/det2
maka :
W = Wa + DWT
= (/4 . D2 . L . Wo) + DWT
= (/4 x (12.6)2 x 250 x 1.024) + 50.000
= 31970.591 ton
Sehingga :
2
W .V
E = sin2 α
2g
( 31970.591 ) .(0.15)2
E = (sin2 10) = 1.105 tm
2(9.81)
35
36
37