Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Menurut kamus kedokteran Dorland tumor didefinsikan sebagai suatu pertumbuhan
baru jaringan dimana multiplikasi selnya tidak terkontrol dan progresif (neoplasma) (Lisya,
2016).
Sedangkan kelenjar parotis merupakan kelenjar air liur terbesar yang
berpasangan dan terletak di depan telinga. Sehingga pengertian dari kanker parotis
merupakan neoplasma di kelenjar parotis (Lisya, 2016).

2.2 Anatomi
Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur terbesar dan hampir seluruhnya tersusun
oleh kelenjar tipe acini serosa. Terletak di bawah meatus acusticus externus dan terletak di
dalam suatu lekukan di belakang ramus mandibulae dan di depan m. sternocleidomastoideus.
Dilihat dari permukaan superfisial, kelenjar parotis berbentuk baji, dangan dasarnya di atas
dan apeksnya di belakang angulus mandibular. Penampang horisontalnya juga berbentuk baji
dengan dasarnya di sebuah lateral dan apeksnya menghadap dinding faring. Nervus fasialis
dan cabang-cabangnya berjalan ke depan di dalam kelenjar parotis dan membaginya menjadi
lobus superfisialis dan profunda. Duktus parotis berjalan ke depan di atas permukaan lateral
m. masseter, 1 jari di bawah arcus zygomaticus. Pada margo anterior m. masseter, duktus
membelok tajan ke medial dan menembus bantalan lemak buccalis dan m. buccinators.
Kemudian duktus ini berjalan sedikit ke depan di antara otot dan membrane mukosa,
akhirnya bermuara ke dalam vestibulum oris, pada sebuah papilla kecil di depan gigi molar
kedua atas (Lisya, 2016).
Kelenjar parotis diperdarahi oleh arteri karotis eksterna yang berjalan di bawah
venter posterior m. digastriscus, berjalan ke atas dan masuk ke dalam substansi kelenjar
parotis. Sehingga collum mandibulae, arteri ini akan bercabang menjadi a. temporalis
superfisialis dan a. maksilaris. Sementara, aliran darah balik kelenjar parotis akan bermuara
ke dalam v. retromandibularis. Vena ini dibentuk da dalam kelenjar parotis oleh penyatuan v.
temporalis superfisialis dan v. maksilaris. Vena ini bercabang menjadi dua, anterior dan
posterior yang keluar dari pinggir bawah kelenjar. Cabang anterior akan bergabung dengan v.
facialis dan cabang posterior bergabung dengan v. auricularis posterior membentuk v.
jugularis eksterna (Lisya, 2016).
Meskipun nervus fasialis berada di dalam kelanjar parotis, namun nervus fasialis
tidak terlibat dalam persarafan kelenjar parotis. Kelenjar parotis dipersarafi oeleh serabut-
serabut sekremotorik parasimpatis dari nervus IX. Serabut saraf ini berjalan ke ganglion
oticum melalui ramus tympanicus nervus IX dan nervus petrosus minor. Serabut
postganglionik parasimpatikus mencapai kelenjar parotis melalui nervus auriculotemporalis,
yang terletak tepat di permukaan dalam kelenjar. Stimulasi dari serabut parasimpatis
memproduksi liyur yang encer dan berair. Serabut postganglionic simpatikus mencapai
kelenjar parotis sebagai sebuah plexus saraf di sekitar arteri karotis interna. Aktivitas
vasomotor dari serabut ini dapat menurunkan sekresi kelenjar. Pembuluh limfe kelenjar
parotis bermuara ke dalam nodi lymphoidei parotidei dan lymphoidei cervicales profundi
(Lisya, 2016).

2.3 Etiologi
Etiologi dari tumor kelenjar air liur masih belum diketahui seperti halnya tumor
yang lain. Akan tetapi terdapat bukti-bukti yang terus berkembang tentang beberapa faktor
lingkungan seperti radiasi, virus, dan paparan bahan-bahan tertentu ( misalnya asap rokok dan
silica) dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor kelenjar air liur. Selain itu, kelainan
genetic spesifik yang berhubungan dengan beberapa tipe tumor kelenjar air liur telah mulai
diteliti (Lisya, 2016).
Menurut mayo clinic penyebab tumor ganas muncul pada kelenjar air liur masih
belum diketahui dengan jelas. Namun, kanker kelenjar air liur diduga terjadi karenan
perubahan (mutasi) genetic. Selain mutasi gen, ada berbagai ffaktor yang dapat meningkatkan
resiko seseorang mengalami kanker kelenjar air liur, antara lain:
2.3.1 Berusia Lanjut
Orang yang sudah tua juga memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena kanker
kelenjar ludah, meskipun penyakit ini juga bisa menyerang orang dari segala usia.
2.3.2 Pernah Menjalani Terapi Radiasi
Orang-orang yang pernah menjalani terapi radiasi untuk kanker kepala atau leher
sebelumnya juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker kelenjar ludah di
kemudian hari.
2.3.3 Faktor Genetik
Faktor Genetik juga diduga dapat meningkatkan risiko kanker kelenjar air liur.
Namun, hal ini sangat jarang dan para ahli masih belum yakin bahwa riwayat keluarga
berpengaruh terhadap munculnya kanker kelenjar air liur pada kebanyakan orang.
2.3.4 Paparan Zat Kimia
Paparan bahan kimia baik di tempat kerja maupun di rumah, seperti debu nikel dan
debu silika juga bisa meningkatkan risiko kanker kelenjar air liur.
Sejumlah faktor risiko potensial lainnya masih diteliti lebih lanjut, seperti
penggunaan ponsel, diet, rokok, dan konsumsi alkohol. Namun, belum ada penelitian yang
mengonfirmasi bahwa faktor-faktor tersebut berdampak pada perkembangan kanker kelenjar
ludah.
(Lisya, 2016)
2.4 Patofisiologi
Tumor dari semua tumor kelenjar saliva, 70% adalah tumor benigna, dan dari tumor
benigna 70% adalah adeno plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel
dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai peningkatan komponen stroma. Tumor-tumor
ini dapat tumbuh membesar tanpa menimbulkan gejalan nervus facialis. Adenoma plemorfik
biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis.
Degenerasi maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan dapat
menyebabkan gangguan pendengaran. Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh peradangan
tonsil yang berulang (Haridianti, 2018).
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi tumor parotis jinak dan ganas berdasarkan histologi World Health
Organization (WHO) 1991
ADENOMAS Carcinomas
1. Pleomorphic adenoma 1. Acinic cell carcinoma
2. Myoepithelioma (myoepitheliar adenoma) 2. Mucoepidermoid carcinoma
3. Basal cell adenoma 3. Adenoid cystic carcinoma
4. Warthin’s tumor (adenolymphoma) 4. Polymorphous low-grade
5. Oncocytoma (oncocytic adenoma) adenocarcinoma (terminal duct
6. Canalicular adenoma adenocarcinoma)
7. Sebaceous adenoma 5. Epithelial myoepithelial carcinoma
8. Ductal papilloma 6. Basal cell adenocarcinoma
8.1 Inverted ductal papilloma 7. Sebaceous carcinoma
8.2 Intraductal papilloma 8. Papillary cystadenocarcinoma
8.3 Sialadenoma papilliferum 9. Mucinous adenocarcinoma
9. Cystadenoma 10. Oncocytic carcinoma
9.1 Papillary cystadenoma 11. Salivary duct carcinoma
9.2 Mucinous cystadenoma 12. Adenocarcinoma
13. Malignant myoepithelioma
(myoepithelial carcinoma)
14. Carcinoma in pleomorphic adenoma
(malignant mixed tumor)
15. Squamous cell carcinoma
16. Small cell carcinoma
17. Undifferentiated carcinoma
18. Other carcinomas
2.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala tumor paratiroid dapat meliputi:
2.6.1 Terdapat benjolan di rahang atau dekat rahang ataupun dekat leher atau mulut
2.6.2 Mati rasa di sebagian wajah
2.6.3 Kelemahan otot di satu sisi wajah
2.6.4 Nyeri terus menerus di daerah parotis
2.6.5 Kesulitan menelan
2.6.6 Kesulitan membuka mulut secara luas
(Shirley E. Otto, 2003 dalam Haridianti, 2018)

2.7 Pemeriksaan Penunjang


2.7.1 Pemeriksaan rontgen
Foto-fotot rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukkan ikut
sertanya tulang-tulang dan juga untuk penilaian kemungkinan metastasi hematogen.
Pemeriksaan glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras dapat
menunjukkan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau berhubungan dengan
kelenjar-kelenjar ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara suatu
tumor dengan radang kronik, dan jika dapat ditambah dengan temografi. Metode ini kurang
bisa untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas.
2.7.2 Pemeriksaan CT-Scan
Diagnose dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biopsy
dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit didiagnosis dan di biopsy. Informasi
pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.
2.7.3 Pemeriksaan laboratorium
2.7.3.1 Pemeriksaan darah lengkap, urin
2.7.3.2 Laboratorium patologi anatomi
(Haridianti, 2018)
2.8 Penatalaksanaan
Terapi pilihan untuk kebanyakan tumor parotis adalah pembedahan untuk
mengangkat bagian kelenjar yang terkena. Paratidektomi superficial merupakan terapi pilihan
untuk kebanyakan tumor jinak di lobus superfisial. Sedangkan terapi untuk tumor ganas
adalah reseksi bedah komplit diikuti dengan terapi radiasi sesuai indikasi. Indikasi umum
radiasi pasca operasi yaitu:
2.8.1 Diameter terbesar tumor > 4 cm
2.8.2 Tumor derajat tinggi
2.8.3 Invasi tumor ke struktur local, limfatik, saraf, dan pembuluh darah
2.8.4 Tumor berada sangat dekat dengan saraf
2.8.5 Tumor berasal dari dalam atau luar lobus dalam
2.8.6 Tumor muncul kembali setelah dilakukan reseksi ulang
2.8.7 Batas positif dari pemeriksaan akhir patologi
2.8.8 Keterlibatan nodus limfatikus regional
(Lisya, 2016)

Anda mungkin juga menyukai