Pembimbing:
Disusun Oleh :
FAIZAL HABIB, S.Kep
1901031028
A. Latar Belakang
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.
(Nanda, 2012). Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008). Pre eklamsi adalah
timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah
usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006). Pre
eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur
kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan dan gangguan
multisistem pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi endotelial,
peningkatan tekanan darah karena vasokonstriksi, proteinuria akibat kegagalan
glomerolus, dan udema akibat peningkatan permeabilitas vaskuler (Fauziyah,
2012).
Pre eklamsia atau toksemia preeklantik (pre eclamtic toxaemia, PET)
adalah penyebabutama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Pre eklamsia
dapat timbul pada masa antenatal, intrapartum, dan postnatal. Pre eklamsia dapat
terjadi dengan tanda-tanda hipertensi dan proteinuria yang baru muncul di
trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal (Robson, 2012).
Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita hamil
atau nifas dengan tanda-tanda pre-eklamsiayang disertai kejang-kejang, kelainan
akut pada ibu hamil yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Sectio cesarea
adalah pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan
uterus. Pembedahan Cesarea profesional yang pertama dilakukan di Amerika
Serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 sectio cesarea jarang dikerjakan
dan biasanya fatal. Di London dan Edinburg pada tahun 1877, dari 35
pembedahan cesarea terdapat 33 kematian ibu.
B. Rumusan Masalah
Infeksi post partum masih menjadi salah satu faktor kematian ibu pasca
melahirkan. Penangannan infeksi post partum dapat dilaksanakan dengan baik
apabila ditangani berdasarkan penyebab dan karakteristiknya. Infeksi post partum
yang kronik dapat menyebabkan kematian ibu. Melihat begitu pentingnya
penanganan pada infeksi post partum dapat menekan tingginya angka kematian
ibu.
C. Tujuan umum
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada kasus klien Ny.F dengan status obstetrik
P2A0 dengan pre eklamsi berat(PEB) di Ruang Mawar RSD dr. H Koesnadi
Bondowoso.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengelolaan pada kasus Ny.F dengan status obstetrik P2A0
dengan pre eklamsi berat(PEB) di Ruang Mawar RSD dr. H Koesnadi
Bondowoso.
b. Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola.
c. Menarik kesimpulan dari proses penerapan asuhan keperawatan pada kasus
Ny.F dengan status obstetrik P2A0 dengan pre eklamsi berat(PEB) di Ruang
Mawar RSD dr. H Koesnadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3) ETIOLOGI
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,
tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan
yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah
spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer. Walaupun
vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum diketahui,
a. Vasospasmus menyebabkan :
1) Hypertensi
2) Pada otak (sakit kepala, kejang)
3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
5) Pada hati (icterus)
6) Pada retina (amourose)
b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia
yaitu :
1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa
2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus
4) Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsi
1) Molahidatidosa
2) Diabetes melitus
3) Kehamilan ganda
4) Hidrocepalus
5) Obesitas
6) Umur yang lebih dari 35 tahun
5. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi
ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar
dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan
resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat
diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre
eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain.
Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.
6. MANIFESTASI KLINIS
1. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
2. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka.
3. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
1) TD > 140/90 mmHg atau
2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
3) Diastolik>15 mmHg
4) tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
4. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau
urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda,
2012). Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain.
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. S dilakukan pada 26 Oktober 2019 di
ruang mawar RSD. Dr. H. Koesnadi Bondowoso didapatkan data yaitu : tekanan
darah klien 110/80, Nadi 80x /menit, RR 20x /menit. Dari data tersebut dapat
disimpulkan masalah Pre eklamsia teratasi. Namun dalam pengkajian lain ditemukan
bahwa klien mengalami pendarahan post nifas namun dengan hygiene yang kurang
baik. Dari pengkajian tersebut maka diangkat diagnosa resiko infeksi yang
berhubungan dengan hygiene buruk.
Infeksi sangat mungkin terjadi dengan adanya hygiene yang buruk, untuk
meminimalisir infeksi saya melakukan penkes tentang resiko infeksi. Mulai dari
hygiene sperti perawaatan diri mandi, memotong kuku, cuci tangan 6 langkah, cara
cebok yang benar dan mengganti pembalut. Selain itu klien juga di ajarkan untuk
mengenali tanda-tanda infeksi agar klien mampu mengenali sedini mungkin
terjadinya infeksi. Klien juga diberi penkes tentang pentingnya makan-makanan yang
bergizi tinggi untuk mempercepat proses penyembuhan.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2019 jam
14.00 WIB didapatkan bahwa klien mengerti tentang penkes yang sudah diajarkan,
klien mampu mengulang cara cuci tangan 6 langkah dan menyebutkan tanda-tanda
infeksi. Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan
resiko infeksi teratasi.
DAFTAR PUSTAKA