Anda di halaman 1dari 4

Teori dasar

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas


perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantarany dua fase, yaitu fase
diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat atau
zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Dalam kromatografi
fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat berupa zat padat atau
zat cair (Sastrohamidjojo,Harjono, 2005)

Banyaknya macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah


kromatografi gas, yang merupaka metode kromatografi pertama yang dikembangkan
pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap
campuran dimana semua komponennya mempunyai tekanan uap yang berarti, suhu
tekanan uap yang dipakai untuk proses pemisahan. Tekanan uap atau keatsirian
memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak
yang berupa gas(Sastrohamidjojo,Harjono, 2005).

Prinsip dasar dari HPLC, dan semua metode kromatografi adalah memisahkan setiap
komponen dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung
berapa konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut (kuantitatif). Analisa
kualitatif bertujuan untuk mengetahui informasi tentang identitas kimia dari analat
dalam suatu sample. Sedangkan analisa kuantitaif untuk mengetahui jumlah dan
konsentrasi analat tersebut dalam sample (Adnan, M. 1997).

Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair- cair yang dapat digunakan
baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area puncak analit
dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan standar. Pada
prakteknya, perbandingan kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya
melibatkan satu standar, oleh karena itu maka perbandingan dilakukan dengan
menggunakan teknik kurva kalibrasi (Adnan, M. 1997).
Menurut Adnan (1997), komponen utama HPLC adalah :

a. Reservoir pelarut : zat pelarut yang dipakai polaritasnya dapat bervariasi


tergantung dari senyawa yang dianalisis, yang perlu diperhatikan adalah bahwa
tempat pelrut tersebut harus memungkinkan untuk proses menghilangkan gas atau
udara yang ada dalam pelarut

b. Pompa : digunakan untuk mengalirkan pelarut sebagai fase mobile dengan


kecepatan dan tekanan yang tetap

c. Injektor : saat sampel diinjeksikan ke dalam kolom, diharapkan agar pelarut


tidak mengganggu masuknya keseluruhan sampel ke dalam kolom. Injeksi dapat
menggunakan syringe.

d. Kolom krmatografi : HPLC berisi fase diam, tempat terjadinya pemisahan


campuran menjadi komponen-komponennya. Biasanya berukuran antara 5-30 cm dan
diameter dalam berkisar antara 4-10 mm. Jenis kolom bervariasi bergantung
keperluan, misalnya dikenal kolom C-18, C-8, cyanopropyl, penukar ion. Yang
paling banyak dipakai adalah kolom C-8 dan C-18. Saat ini yang baru diperkenalkan
adalah kolom HILIC (Hidrophilic Interactive Liquid Chromatography.
e. Detektor : digunakan untuk mendeteksi sampel. Detektor dibutuhkan untuk
mempunyai sinsitivitas yang tinggi, linear untuk jangka konsentrasi tertentu dan
dapat mendekati eluen tanpa mempengaruhi resolusi kromatografi.

Saat ini, HPLC atau KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas
untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah
bidang, antara lain : farmasi; lingkungan; bioteknologi; polimer; dan industri- industri
makanan. Kegunaan umum HPLC adalah untuk: pemisahan sejumlah senyawa
organik, anorganik, maupun senyawa biologis ; analisis ketidakmurnian (impurities);
analisis senyawa- senyawa mudah menguap (volatile); penentuan molekul- molekul
netral, ionic, maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan
senyawa-senyawa yang strukturnya hamper sama; pemisahan senyawa- senyawa
dengan jumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah yang banyak, dan dalam
skala proses industry, HPLC merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat
digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif (Adnan, M. 1997).

Menurut Khopkar (1990), zat dengan kepolaran berbeda dapat dipisahkan dengan
HPLC berdasarkan partisi cair-cair. Prinsip HPLC menggunakan prinsip
kromatografi adsorbsi dan banyak digunakan dalam industi farmasi dan pestisida.

HPLC sering digunakan antara lain untuk menetapkan kadar senyawa aktif pada obat,
produk hasil samping proses sintesis, atau produk- produk degradasi dalam sediaan
farmasi. Keterbatasan metode HPLC ini adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali
jika HPLC dihubungkan dengan spektometer massa (MS). Keterbatasan lainnya
adalah sampel sangat kompleks maka resolusi yang baik sulit diperoleh
(Mulja.Muhammad, Suharman,1995).

Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus kromofor yang
dimilikinya mnyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karakteristik
senyawa ini memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom
nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar seperti methanol/ air. Parasetamol
diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi plasma
dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar
ke seluruh tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma.
Parasetamol digunakan sebagai analgesic dan antipiretik (Gandjar et al. 2007).

Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Penerbit Andi
Offset.Yogyakarta.
Khopkar, S.M., 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mulja.Muhammad, Suharman,1995, Analisis Instrumental, Airlangga University
Press, Surabaya.
Sastrohamidjojo,Harjono, 2005, Kromatografi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai