Anda di halaman 1dari 6

ISSN (Print) : 2443-1141

ISSN (Online) : 2541-5301


PENELITIAN

Hubungan Penggunaan Sarana Air Bersih


dan Jamban Keluarga dengan Kejadian
Schistosomiasis di Kecamatan Lindu
Dedi Mahyudin Syam1*, Hasanudin2, Ros Arianti3

Abstrak

Schistosomiasis (juga dikenal sebagai bilharzia, bilharziosis atau demam keong) adalah penyakit
parasit yang disebabkan oleh beberapa spesies trematoda (platyhelminth infeksi, atau “Cacing”). Sua-
tu cacing parasit dari genus Schistosoma. Siput berfungsi sebagai agen perantara antara mamalia
host. Penyakit ini mempengaruhi banyak orang di negara berkembang, terutama anak-anak yang bisa
memperoleh penyakit dengan berenang atau bermain di air yang terinfeksi. Penyakit ini merupakan
penyakit zoonosis sehingga sumber penularan tidak hanya pada penderita manusia saja tetapi semua
hewan mamalia yang terinfeksi. Tujuan penelitian ini untuk diketahuinya hubungan penggunaan
sarana air bersih dan jamban keluarga dengan kejadian schistosomiasis di Kecamatan Lindu .
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Observasi Analitik dengan pendekatan Case Control,
besar sampel yaitu 70 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling.
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji statistik Chi-Square Test.
Hasil penelitian didapatkan nilai p value = 0.005. (α < 0,05 ) bahwa adanya hubungan yang ber-
makna antara penggunaan sarana air bersih dengan kejadian schistosomiasis di Kecamatan Lindu,
untuk penggunaan jamban keluarga didapatkan nilai p value = 0.094. (α > 0,05 ) bahwa Tidak ada
hubungan yang bermakna antara penggunaan jamban keluarga dengan kejadian schistosomiasis di
Kecamatan Lindu.
Saran penelitian ini adalah Bagi Institusi Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi, dan Pusk-
esmas Lindu lebih meningkatkan penyuluhan – penyuluhan pemanfaatan sarana air bersih dan jam-
ban keluarga agar dapat memutuskan mata rantai penularan penyakit serta kerja sama lintas sektoral
antar instansi perluh di tingkatkan karena distribusi parasit schistosomiasis juga disebabkan oleh he-
wan mamalia.

Kata Kunci : Sarana Air Bersih, Jamban keluarga, Schistosomiasis

Pendahuluan Rumah Sakit di Palu Sulawesi Tengah. Pada tahun


Indonesia Schistosomiasis pertama kali yang sama Desa Tomado dinyatakan sebagai dae-
dilaporkan oleh Muller dan Tesch pada tahun 1937 rah endemis Schistosomiasis oleh Brug dan Tesch.
dimana ditemukan kasus pada laki-laki yang beru- (Hadidjaja, 1985).
mur 35 tahun yang berasal dari daerah Kecamatan Schistosomiasis salah satu penyakit yang
Lindu di Desa Tomado yang kemudian meninggal di dapat terjadi pada masyarakat dari golongan umur
di atas 2 tahun dan tidak terkecuali jenis kelamin
perempuan dan laki-laki maupun berat badan.
*Korespondensi : dedymahyuddin@gmail.com
1,2,3 Schistosomiasis di Dataran Lindu masih menjadi
Poltekkes Kemenkes Palu, Indonesia
V O L UM E 3, N O. 3, SEP T EM B E R-D E SE M B E R 2017 H IG IE N E 186

fenomena masyarakat dan petugas kesehatan, di- lindu.


mana di daerah ini terdapat 5 Desa dan 4 desa yang
merupakan wilayah endemis schistosomiasis yang Metode Penelitian
memiliki jumlah penduduk sekitar 5.397 jiwa. Jenis dan Rancangan Penelitian
Berdasarkan laporan Puskesmas Lindu, sur- Jenis penelitian yang digunakan dalam
vei pemeriksaan tinja oleh petugas Laboratorium penelitian ini adalah Obeservasi Analitic dengan
schistosomiasis, prevalensi kejadian schistosomiasis pendekatan Case Control (Notoatmodjo, 2010).
pada tahun 2013 (0,60%) terdapat kasus 53 pen- Pendekatan ini dimaksudkan untuk melihat Hub-
derita schistosomiasis, akan tetapi upaya pember- ungan Penggunaan Sarana Air Bersih Jamban
antasan dan pencegahan yang telah dilakukan be- Keluarga Dengan Kejadian Schistosomiasis di Keca-
lum dapat bertahan lama dan menekan angka prev- matan Lindu.
alensi kasus schistosomiasis, karena pada tahun Waktu dan Tempat Penelitian
2014 kasus schistosomiasis kembali naik 1% sekitar Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dari
(1,60%) terdapat kasus 85 penderita salah satu di bulan Juli 2016. Tempat pelaksanaan penelitian di
antaranya telah meninggal dunia. Hingga pada ta- Dataran Tinggi Lindu Kabupaten Sigi Sulawesi Ten-
hun 2015 prevalensi schistosomiasis semakin gah.
menurun (70%) dengan 49 penderita dan diketahui Populasi dan Sampel
ada yang telah meninggal dunia, setelah dilakukan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
program pengobatan secara efektif. Meskipun penderita schistosomiasis yang ada di Kecamatan
demikian, beberapa desa masih memiliki prevalensi Lindu sebanyak 35 jiwa. Sampel Kasus adalah oran
cukup tinggi disetiap tahunnya yaitu desa Tomado penderita Schistosomiasis dalam penelitian ini 35
dan desa Puro. Secara epidemiologi penularan penderita,Kontrol adalah orang yang tidak men-
schistosomiasis tidak terpisahkan dari kebiasaan derita dengan perbandingan antara kasus dan
manusia yang sering kontak dengan perairan dan kontrol adalah 1:1 maka total sampel adalah 70
memasuki perairan yang terkontaminasi dengan responden.
parasit schistosoma (Dinkes. Kab.Sigi, 2015). Metode Pengambilan Sampel
Upaya pencegahan yang telah di lakukan Metode pengambilan sampel dilakukan
dalam penyuluhan kepada masyarakat yang en- secara total kasus. Pemilihan sampel dilakukan
demis schistosomiasis dengan tidak membuang air dengan cara memilih sampel yang terdiri dari pen-
besar disembarang tempat. Akan tetapi, masyara- derita Schistosomiasis sebagai kasus dan yang tidak
kat lindu masih ada yang mempunyai kebiasaan menderita Schistosomiasis sebagai control dalam
buang air besar di sembarang tempat dan masih bentuk berpasangan (matching). Adapun kriteria
ada pula mengambil air untuk mencuci, mandi di sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :
sungai yang kita tidak ketahui telah terkontaminasi Kriteria Inklusi
dengan parasit schistosoma. Dengan masih banyak- Yang dimaksud sebagai sampel penelitian
nya kebiasaan yang sering di lakukan oleh masyara- dalam penelitian ini harus memenuhi criteria
kat lindu, mengkhawatirkan peningkatan prevalensi inklusi sebagai berikut :
kejadian schistosomiasis yang cukup tinggi (Dinkes Penderita Schistosomiasis
Kab.Sigi, 2015). Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
Hal ini memberikan gambaran, bahwa perso- Perbedaan umur di atas 1 tahun atau 2 tahun
alan kesehatan yang terjadi pada masyarakat lindu Dapat berkomunikasi dengan baik
perlu pengkajian lebih mendalam, guna untuk Kriteria Eksklusi
mendapatkan perhatian dan penanganan sarana Kriteria sampel eksklusi adalah telah meninggal
dan prasarana yang lebih baik terhadap masyarakat dunia, sakit saat pengambilan data dan saat
187 H IG IE N E V O L UM E 3, N O. 3, SEP T EM B E R-D E SE M B E R 2017

pengambilan data responden telah pindah domisili. variabel dari hasil penelitian untuk melihat distribusi
Variabel Penelitian dan presentase (f/n)x100%. Analisis bivariat dil-
Variabel Bebas :Variabel yang menjadi sebab akukan terhadap dua variabel yang diduga berhub-
timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Dalam ungan dengan menggunakan uji statistik (Chi-Square
penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah Test) dengan α 0,05.
Penggunaan Sarana Air Bersih dan Jamban Keluarga
Variabel Terikat : Variabel yang dipengaruhi Hasil
atau yang menjadi akibat dan adanya variabel Jenis Kelamin
bebas. Dalam penelitian ini yang merupakan varia- Data mengenai karakteristik yang diperoleh
bel terikat adalah Kejadian Schistosomiasis. dari hasil wawancara sesuai data khusus dalam che-
Analisis Data klist dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap ini :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Penggunaan Jamban Keluarga dengan Kejadian Schistosimiasis
di Kecamatan Lindu

Variabel Kategori Frekuensi %


Laki – Laki 40 57,1
Jenis Kelamin Perempuan 30 42,9
Total 70 100
Menggunakan 48 68,6
Penggunaan Sarana Air Bersih Tidak Menggunakan 22 31,4
Total 70 100
Menggunakan 36 51,4
Penggunaan Jamban Keluarga Tidak Menggunakan 34 48,6
Total 70 100
Penderita 35 50
Kejadian Schistosmiasis Bukan penderita 35 50
Total 70 100

Tabel 2. Hubungan Penggunaan Sarana Air Bersih Dengan Kejadian Schistosimiasis di Kecamatan
Lindu
Kejadian Schistosomiasis
Penggunaan Sarana Bukan Ρ
Penderita N
Air Bersih Penderita Value
F % F %
Menggunakan 18 37,5 30 62,5 48 100
Tidak Menggunakan 17 77,3 5 22,7 22 100 0,005
Total 35 50 35 50 70 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari derita yang tidak menggunakan sarana air bersih
70 responden, penderita yang menggunakan sarana sebanyak 17 orang (77,3%) bukan penderita yang
air bersih sebanyak 18 orang (37,5%) bukan pen- tidak menggunakan sarana air bersih sebanyak 5
derita yang menggunakan sarana air bersih orang (22,7%).
sebanyak 30 orang (62,5%), sedangkan pada pen-
V O L UM E 3, N O. 3, SEP T EM B E R-D E SE M B E R 2017 H IG IE N E 188

Tabel 3. Hubungan Penggunaan Jamban Keluarga Dengan Kejadian Schistosimiasis Di Kecamatan


Lindu

Kejadian Schistosomiasis
Penggunaan Jamban Bukan Ρ
Penderita N
Keluarga Penderita Value
F % F %
Menggunakan 13 38,2 21 61,8 34 100
Tidak Menggunakan 22 61,1 14 38,9 36 100 0,094
Total 35 50 35 50 70 100

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan sarana air bersih sebanyak 17 orang (77,3%) bukan
bahwa dari 70 responden, penderita yang penderita yang tidak menggunakan sarana air ber-
menggunakan jamban keluarga sebanyak 13 orang sih sebanyak 5 orang (22,7%). Hasil analisis bivariat
(38,2%) bukan penderita yang menggunakan sara- didapatkan nilai p value 0,005 yang berarti bahwa
na air bersih sebanyak 21 orang (61,8%), sedangkan Ho diterima artinya ada hubungan yang bermakna
pada penderita yang tidak menggunakan sarana air antara penggunaan sarana air bersih dengan ke-
bersih sebanyak 22 orang (61,1%) bukan penderita jadian schistosmiasis di Kecamatan Lindu.
yang tidak menggunakan sarana air bersih Hal ini berdampak pada kesehatan
sebanyak 14 orang (38,9%). masyarakat. Penyakit yang menyerang manusia
dapat ditularkan dan menyebar secara langsung
Pembahasan maupun tidak langsung.
Hubungan Penggunaan Sarana Air Bersih Penelitian ini sejalan dengan hasil
Dengan Kejadian Schistosomiasis Di Kecamtan Lin- penelitian yang dilakukan oleh (Rosmini dkk, 2010)
du yang mendapatkan hasil menunjukkan hubungan
Sebagian besar masyarakat lindu telah yang bermakna antara sumber air yang digunakan
memiliki sumber sarana air bersih dari permukaan untuk kebutuhan sehari-hari dengan kejadian Schis-
yang di aliri melalui perpipaan dan selang, untuk tosomiasis. Karena penularan Schistosomiasis erat
kondisi fisik kualitas air bersih yang tampak jernih kaitannya dengan kebiasaan manusia yang tidak
dan tidak berbau. Sesuai dengan hasil yang telah terpisahkan dengan air. Oleh karena itu masyarakat
diperoleh uji analisa univariat di dapatkan 68,6 % harusnya menggunakan sumber air bersih yang
yang sudah menggunakan sarana air bersih dan ada bebas dari parasit atau cacing Schistosoma.
sekitar 31, 4% yang tidak menggunakan. Terdapat pula penelitian yang sejalan yang
Berdasarkan hasil observasi masih ada dilakukan oleh (Ningsi dkk, 2013). Kejadian schisto-
kebiasaan penduduk melakukan kegiatan sehari- somiasis sangat berhubungan dengan penggunaan
hari, yaitu mencuci, memandikan anak, dan air bersih. Penelitian lainnya menunjukkan hub-
kegiatan lain dilakukan disungai serta aliran aliran ungan antara penggunaan air bersih dengan kejadi-
air yang kemungkinan merupakan sudah ter- an Schistosomiasis yaitu penelitian yang dilakukan
kontaminasi oleh parasit schistosoma. oleh (Veridiana dkk, 2013). Penularan Schistosomi-
Sesuai dengan hasil pada table.5 diatas asis terjadi karena adanya kontak antara manusia
menunjukkan bahwa dari 70 responden, penderita dengan perairan atau memasuki perairan yang ter-
yang menggunakan sarana air bersih sebanyak 18 infeksi parasit Schistosoma menyebabkan mening-
orang (37,5%) bukan penderita yang menggunakan katnya penderita Schistosomiasis di dalam
sarana air bersih sebanyak 30 orang (62,5%), se- masyarakat. Sumber air yang digunakan untuk
dangkan pada penderita yang tidak menggunakan keperluan sehari-hari yaitu air sungai yang dialiri
189 H IG IE N E V O L UM E 3, N O. 3, SEP T EM B E R-D E SE M B E R 2017

dengan menggunakan sistem perpipaan. Daerah Penelitian ini juga tidak sejalan yang dil-
disekitar sungai yang dipergunakan oleh masyarakat akukan oleh (Ningsi dkk, 2013) Kejadian Schistoso-
belum tentu terbebas dari parasit Schistosoma. miasis sangat berhubungan dengan perilaku buang
Penggunaan sumber air bersih sangat air besar di jamban keluarga. Karena masyarakat
mempengaruhi kejadian penyakit. Karena air meru- masih memiliki kebiasaan mandi dan buang air be-
pakan suatu unsur yang sangat penting dalam aspek sar di sungai dan aliran-aliran air yang mengandung
kesehatan masyarakat, dimana air dapat menjadi parasit Schistosoma. Oleh karena itu penyakit Schis-
sumber dan tempat perindukan dan media ke- tosomiasis akan mudah terinfeksi pada masyarakat
hidupan bibit penyakit. yang mempunyai kebiasaan tersebut.
Dengan demikian, untuk dapat mencegah Sesuai hasil yang didapatkan penggunaan
terjadinya suatu penyakit diharapkan kepada jamban tidak mempengaruhi kejadian penyakit
masyarakat untuk mengambil air dari sumber air schistosomiasis. berdasarkan wawancara yang dil-
yang bersih dan memelihara atau menjaga sumber akukan terhadap responden bahwa kotoran hewan
air dari pencemaran oleh manusia dan binatang. mamalia juga menjadi salah satu penyebab penyakit
Hubungan Penggunaan Jamban keluarga Dengan schistosomiasis karena hewan tersebut masih ban-
Kejadian Schistosomiasis Di Kecamatan Lindu yak berkeliaran di lingkungan rumah responden.
Berdasarkan hasil survei observasi sebagian Menurut peneliti hewan mamalia yang di-
besar telah menggunakan jamban keluarga hal ini maksud adalah tikus, anjing, kerbau yang menjadi
terbukti dari hasil uji analisa univariat sebanyak hospes perantara dan reservoir. Untuk itu disarank-
51,4%. Namun, walaupun demikian kondisi jamban an agar dilakukan pengendalian tikus, tidak mem-
sebagian masyarakat masih sangat memprihatinkan. biarkan kerbau dan anjing berkeliaran di daerah
Sesuai data yang tercatat dari hasil survei, fokus.
dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat
sudah menggunakan jenis jamban berupa leher ang- Daftar Pustaka
sa. Jamban jenis ini merupakan cara yang paling Azwar A, 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Ling-
memenuhi persyaratan. kungan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa Anonim. 2011. Schistosomiasis. http://
dari 70 responden, penderita yang menggunakan en.wikipedia.org/wiki/Schistosomiasis.
jamban keluarga sebanyak 13 orang (38,2%) bukan (diakses, 02 Maret 2016)

penderita yang menggunakan jamban keluarga Arif, 2009. Syarat-syarat Pembuangan. Bandung :
sebanyak 21 orang (61,8%), sedangkan pada pen- PT. Tarsilo

derita yang tidak menggunakan jamban keluarga Chandra B, 2014. Pengantar Kesehatan Lingkungan.
EGC. Jakarta
sebanyak 22 orang (61,1%) bukan penderita yang
tidak menggunakan jamban keluarga sebanyak 14 Dinkes Kab. Sigi 2015, Profil sarana Kesehatan, Pa-
lu : UPT Surveilans, Data dan Informasi.
orang (38,9%). Hasil analisis bivariat didapatkan nilai
p value 0,094 yang berarti bahwa Ha ditolak artinya DepertemenKesehatanRepublikIndonesia, 2014.
Profil Pembangunan Kesehatan Tahun 2014.
tidak ada hubungan yang bermakna antara
penggunaan jamban dengan kejadian schistosmiasis Hadidjaja, P. 1985. Schistosomiasis di Sulawesi Ten-
gah Indonesia. Balai Penerbitan FKUI. Jakarta
di Kecamatan Lindu.
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil http://staypublichealth.blogspot.co.id/2013/01/
type-jamban.html#sthash.szRCI6Hm.dpuf
penelitian yang dilakukan oleh (Verdiana dkk, 2013),
(Online). (diakses 30 Januari 2016).
yang mendapatkan hasil menunjukkan hubungan
KementrianKesehatan RI, 2014. Profil Kesehatan
yang bermakna antara penggunaan jamban dengan
Indonesia Tahun 2014.
kejadian Schistosomiasis.
Kasnodiharjo. 1994. Penularan Schistosomiasis dan
V O L UM E 3, N O. 3, SEP T EM B E R-D E SE M B E R 2017 H IG IE N E 190

Penanggulangannya– Pandangan dari Ilmu Soemirat J, 2011. Kesehatan Lingkungan. Gadjah


Perilaku. Cermin Dunia Kedokteran 96 pp. 37 University. Yogyakarta
– 39
Soenhadji S, Adenan M, Budianto W, 2012. Dasar
Laboratorium Lindu Kecamatan Lindu Kabupaten Kesehatan Lingkungan. Politeknik-
Sigi. UPT Surveilans, Data dan Informasi. KesehatanKementrianKesehatanJakarta II.
Ningsi, Yamin Sani dan Pawenari Hijjang, 2013. Sudomo, M. Penyakit Parasitik Yang Kurang Diper-
Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan hatikan. Orasi Pengukuhan Profesor Riset
Masyarakat Lindu Terkait Kejadian Schisto- Bidang Entomologi dan Moluska. Badan Lit-
somiasis Di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. bang Kesehatan. Jakarta. 2008.
Jurnal Balai Litbangkes P2B2 Donggala.
Subdin. 2013. Pemberantasan Penyakit dan
(diakses 22 Januari 2016).
Penyehatan Lingkungan. Situasis Schistoso-
Notoatmodjo S, 2003. Pendidikan Dan Perilaku miasis Disulawesi Tengah. Dinas Kesehatan
Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta. Provinsi Sulawesi Tengah.
Notoatmodjo S, 2010. Metodologi Penelitian Veridiana Ni Nyoman dan Sitti Chadijah, 2013.
Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Masyarakat dalam mencegah Penu-
Rosmini, Soeyoko dan Sri Sumarni, 2010. Beberapa
laran Schistosomiasis di Dua Desa di Dataran
Faktor Yang Berhubungan Dengan Penu-
Tinggi Napu Kabupaten Poso Sulawesi Ten-
laran Schistosomiasis Japanicum di Dataran
gah Tahun 2010. Media Litbangkes Vol 23
Tinggi Napu Kabupaten Poso Sulawesi Ten-
No. 3
gah. Jurnal Penelitian Kesehatan, Vol. 38 No.
3 (diakses 22 Januari 2016).
Soedarto, 2009. Penyakit Menular di Indonesia.
Sagung Seto : Surabaya

Anda mungkin juga menyukai