Disusun oleh:
Anita
Suci P
Rita R
Theresia P
Trisa
Butet S
Sri Junita
Finanti
2. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian
rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium internum. (Sarwono, 2010)
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium
serviks interna. Placenta atau ari ari akan terbentuk dan menempel pada dinding rahim saat
seorang wanita menjadi hamil. Organ ini terhubung dengan bayi melalui tali pusat yang
berfumgsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi untuk bayi, sekaligus untuk membuang
zat zat sisa dari darah bayi. Selama masa kehamilan, rahim seorang wanita akan
berkembang dan placenta dengna kondisi normal akan melebar ke arah atas serta menjauhi
leher rahim atau serviks. Apabila tetap berada di bagian bawah rahim atau di dekat
serviks, placenta dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir sang bayi. Kondisi
inilah yang disebut dengan placenta previa. Plasenta previa ditemukan di sekitar 4 dari
setiap 1000 kehamilan yang berusia 20 minggu. Berikut ini adalah jenis – jenis plasenta
previa berdasarkan lokasinya:
Plasenta previa totalis dimana ostium internal ditutupi seluruhnya oleh plasenta.
Plasenta previa parsialis dimana ostium internal ditutupi sebagian oleh plasenta.
Plasenta previa marginalis dimana tepi plasenta terletak di tepi ostium internal.
Plasenta letak rendah dimana plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus sehingga
tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internal. Jarak
yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
3. Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui
dengan pasti. Beberapa teori menyebutkan salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
desidua yang tidak memadai mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi.
Sejumlah faktor dapat meningkatkan kemungkinan bahwa plasenta akan terletak di
bagian bawah rahim dan berpotensi menutupi pembukaan serviks. Sementara itu, jaringan
parut di daerah atas rahim dapat meningkatkan pertumbuhan plasenta di segmen bawah
rahim. Jaringan parut pada jarringan rahim bagian atas dapat menjadi efek dari kondisi
berikut:
Pernah mengalami persalinan seksio sesaria (plasenta previa terjadi pada 10% wanita
yang telah memiliki 4 atau lebih persalinan seksio sesaria dan menaikan insiden 2
sampai 3 kali tejadinya plasenta previa)
Multiparitas.
Usia lanjut
Pernah menjalani prosedur D&C (kuretase) untuk keguguran atau aborsi
Pernah menjalani operasi atau instrumentasi di rongga rahim; miomektomi
Pada perempuan perokok dijumpai insiden plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat
Kehamilan ganda
5. Patofisiologi
Plasenta previa terjadi akibat gangguan implantasi karena vaskularisasi endometrium
yang abnormal yang terkait dengan atropi dan scaring akibat trauma atau inflamasi. Hal
ini menyebabkan implantasi embrio pada segmen bawah rahim. Pertumbuhan plasenta
menyebabkan plasenta menutupi cervix.
Normalnya plasenta berimplantasi di fundus uteri dan aliran darah di fundus lebih baik
dari segmen bawah uterus. Adanya implantasi abnormal dapat diakibtakan jaringan parut /
skar pada uterus dan kerusakan pada uterus. Vaskularisasi yang berkurang atau perubahan
atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa,
dimana plasenta yang letaknya normal akan memperluas permukaannya sehingga
mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.
6. Assasment
a. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama: Pengeluaran darah pervaginam, ada gumpalan darah, sejak pukul
17. 00 WIB, disertai perut terasa kencang – kencang.
2. Riwayat Penyakit sekarang: Perdarahanpervaginam aktif, disertai adanya
kontraksi uterus.
3. Riwayat Penyakit yang lalu : Pasien pernah sakit Magh, tapi hanya berobat jalan.
4. Riwayat pengobatan : Osfit DHA 1 X1, Iberet Folic 1x 1
5. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
6. Pola Kebiasaan sehari – hari : semua aktivitas dilakukan seperti biasa
b. Pemeriksaan Fisik
1. Observasi Tanda – tanda Vital :
Suhu : 36, 5 ‘ C
Nadi : 120 x/mt
Pernafasan : 20 x/mt
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
Kepala dan Rambut : Normal
Mata dan Penglihatan : Normal, tidak tampak anemis
Hidung, Telinga, Pendengaran: Normal
Mulut,Lidah, Gigi, Bibir : Normal
Muka : Normal
Leher dan Tenggorokan : Normal
Dada : Normal, tidak ada masalah
Abdomen : Normal, luka bekas operasi (-), massa (-)
Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak
Leopold II :Teraba bagian memanjang di sebelah kiri,
bagian-bagian kecil di sebelah kanan
Leopold III :Teraba bagian bulat, keras, masih dapat
digerakkan
DJJ : 150x/ menit
Gerakan Janin : Aktif
His : Ada, tidak teratur, tida adekuat
Ekstremitas Atas dan Bawah : Normal
Pemeriksaan dalam : tampak darah berwarna merah segar, sedikit,
tidak aktif
3. Pemeriksaan Penunjang :
CBC (03/11/2018)
WBC : 12.840 Normal : 500 – 11000 / Ul
Hb : 11,0 Normal : 12,00 – 16,00 g/Dl
Ht : 34,2 Normal : 37,0 – 47,0 %
Platelet : 190.000 Normal : 150.000 – 440.000 /uL
Eosinophyl : 1 Normal : 2 – 4 %
Neutrophyl : 79 Normal : 52 – 74 %
Lymphocyte : 13 Normal : 25 – 40 %
Urinanalysa, (03/11/2018)
Appearance : Turbid Normal : Clear
Keton : Trace Normal : Negative
Blood :+3 Normal : Negative
Protein :+2 Normal : Negative
Leucocyte Esterase : Trace Normal : Negative
2 03-11- “darah yang KU pasien sedang, infus 1. Diagnosa: G1P0A0 gravida Kolaborasi DPJP: Operasi 1. Menjelaskan Pasien SC Cito
2018/ keluar dari jalan RL + 3 ampul duvadilan at 31-32 minggu dengan SC sekarang &memberikan
23.30 wib lahir terasa 8gtt/mnt. TTV: N; Perdarahan Antepartum s/d inform consent
banyak” 120x/mnt, R; 20x/mnt, Placenta Previa, Janin pada pasien dan
DJJ:143x/mnt, His:1- Tunggal Hidup, Intrauterine keluarga tentang
2x/10/20-25”. Gerakan 2. Masalah Potensial: Kematian rencana SC
Janin:(+), Perdarahan 3. Identifikasi Tindakan Segera 2. Memberikan
Pervaginam: tampak aktif, & Kolaborasi: Persiapkan emotional support
mengalir, berwarna merah SC sekarang 3. Pasien di puasakan
segar 4. Melakukan skin
test untuk
pemberian
ceftriaxone
5. Memantau ku,
TTV, DJJ, dan
perdarahan
pervaginam
6. Mengantar pasien
ke OR
3 04-11-18/ “Nyeri luka KU pasien lemah, infus 1. Diagnosa: P1A0 PPSC 2 jam 1. Kaji KU, TTV, VAS 1. Mengkaji KU, KU pasien lemah,
04.00 wib operasi” RL+ PK at 15gtt/mnt, dengan Nyeri akut 2. Ajarkan teknik relaksasi TTV, VAS pasien infus RL + PK at
kolostrum (-), TFU: 1 jari 2. Diagnosa Potensial: 3. Observasi TFU, 2. Mengajarkan 15 gtt/mnt,
bawah pusat, kontraksi Haemoragic Post Partum kontraksi uterus, teknik relaksasi kolostrum (-), TFU:
uterus: keras, dresing 3. Identifikasi Tindakan pengeluaran perdarahan 3. Mengobservasi 1 jari bawah pusat,
abdomen (+), lochea: rubra, Segera: Kolaborasi dengan dan urine TFU, kontraksi kontaksi uterus
jumlah normal, kateter (+), Dokter untuk pemberian 4. Pertahankan posisi flat uterus, pengeluaran keras, dresing
VAS: 3-4(0-10), pasien flat terapi on bed perdarahan dan abdomen(+),
on bed 5. Bantu pemenuhan urine kandung kemih
kebutuhan ADL pasien 4. Mengganti kosong, lochea
6. Monitor intake/output underpath pasien rubra, jumlah
7. Kolaborasi Dokter: 5. Mengatur tetesan normal, kateter (+),
(Terapi): infus VAS: 3(0-10), TTV
-Tradyl 100mg+ 6. Membantu posisi dalam batas
Deksketoprofen 100mg nyaman pasien normal, posisi
in RL 500cc at 15gtt 7. Memonitor intake/ pasien: flat on bed
- PCT inj 3x1gr output pasien
- Omeprazole 1x40mg 8. Memberikan terapi
- Ondancentron 1x8mg obat sesuai
- Iberet F 1x1 instruksi dokter
- Asam Mefenamat
3x500mg
- Tranfusi 1 unit PRC (2
unit di OR)
- Calcium Glukonas 1
amp setelah tranfusi
07.20 wib labu ke-3
Instruksi Dokter: 16.00 : Tranfusi
- Cek Hb, Ht, 6 jam selesai, ca glukonas
13.00 wib post tranfusi diberikan
- Boleh minum sedikit-
sedikit 22.00 :
- Neurobion 5000 Hb: 8.7 gr/dl
1amp/ hari Ht:
- Pasien miring kanan-
miring kiri
4 05-11-18/ “payudara terasa KU pasien sedang, infus 1. Diagnosa: P1A0 PPSC hari 2 1. Kaji KU, TTV, VAS 1. Mengkaji KU, KU pasien
12.00 keras” RL+PK at 15 gtt/mnt, asi dengan bengkak payudara 2. Obs TFU, kontraksi TTV, VAS sedang, TTV
(+) payudara teraba keras, 2. Masalah: Gangguan Rasa uterus, lochea 2. Mengobservasi dalam batas
TFU: 2 jari bawah pusat, Nyaman : Nyeri 3. Breast care TFU, Kontraksi normal, TFU: 2
kontraksi uterus keras, 4. Pantau penutup luka Uterus, lochea jari bawah pusat,
dressing abdomen (+), operasi 3. Melakukan kontraksi uterus
lochea rubra, jumlah breastcare keras, dressing
normal, kandung kemih 4. Memantau penutup abdomen (+)
kosong luka operasi dalam keadaan
baik, lochea
rubra, jumlah
normal, kandung
kemih kosong.
Payudara normal,
bengkak
berkurang, pasien
mengerti dan
dapat melakukan
breastcare secara
mandiri.
DAFTAR PUSTAKA