Anda di halaman 1dari 23

KRITERIA MASUK DAN KELUAR ICU

I. Kriteria Pasien Masuk ICU


A. Kriteria Masuk Berdasarkan Sistem Organ
1). Sistem Kardiovaskular
a) Acut myocardial infark dengan komplikasi
b) Cardiogenik Syok
c) Arrhytmia komplex yang membutuhkan monitoring ketat dan intervensi.
d) Dysrhytmia yang mengancam nyawa
e) Gagal jantung kongestif akut dengan gagal nafas dan atau memerlukan dukungan
hemodinamik.
f) Hipertensi Emergency
g) Unstable angina khususnya dengan dysrhytmia, hemodynamik tak stabil, atau
persisten chest pain
h) S/P cardiac arrest
i) Kardiac tamponade atau konstriksi hemodynamik tidak stabil
j) Dissecting aortic aneurysms
k) Complete heart block
l) Membutuhkan monitoring invasive kontinu untuk system kardiovaskuler (arterial
pressure, central venous pressure, cardiac output)

2). Sistem Respirasi


a) Gagal nafas akut yang membutuhkan dukungan ventilator
b) Emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil
c) Pasien di Intermediate Care Unit yang menunjukkan perburukan fungsi respirasi
d) Masif hemoptisis
e) Gagal nafas yang memerlukan intubasi
f) Obstruksi jalan napas atas

3). Sistem Gastrointestinal


a) Perdarahan saluran pencernaan yang mengancam nyawa termasuk hypotensi,
angina, perdarahan terus menerus, atau dengan kondisi comorbid.
b) Gagal hepatic akut yang menyebabkan koma atau gangguan hemodinamik.
c) Gagal Hepar Fulminant
d) Pankreatitis akut
e) Perforasi esofageal dengan atau tanpa mediastinitis.

4). Sistem Renal


a. Pasien renal replacement terapi yang tidak stabil
b. Acut rhabdomyolysis dengan renal insufisiensi
5). Sistem Endokrin
a) Diabetic ketoasidosis dengan komplikasi hemodinamik tidak stabil, penurunan
kesadaran, respiratory insufficiency atau asidosis berat
b) Thyroid storm atau coma myxedema dengan gangguan hemodinamik
c) Status hyperosmolar dengan coma dan atau gangguan hemodinamik
d) Krisis adrenal dengan gangguan hemodinamik
e) Hypercalcemia berat dengan gangguan status mental membutuhkan monitoring
hemodynamik
f) Hypo atau hypernatremia dengan kejang, gangguan status mental
g) Hypo atau hypermagnesemia denga compromise hemodynamic dan dysrhytmia
h) Hypo atau hyperkalemia dengan dysrhytmia atau muskular weakness
i) Hypophosphatemia dengan muscular weakness
j) Asidosis metabolic berat

6). Sistem Hematologi


a. Coagulopathy berat dan atau bleeding diasthesis
b. Anemia berat yang berefek pada hemodynamik dan atau respiratory
compromise
c. Komplikasi berat dari krisis sickle cell
d. Keganasan hematology dengan gagal multi organ.

7). Sistem Neurologis


a) Stroke akut dengan penurunan kesadaran
b) Coma: metabolic, toxic atau anoxic
c) Perdarahan intracranial dengan potensi herniasi
d) Perdarahan subarachnoid acut
e) Meningitis dengan penurunan kesadaran atau respiratory compromise
f) Gangguan sistem saraf pusat atau gangguan neuromuscular dengan perburukan
neurologic atau fungsi paru (misalnya: Myastenia Gravis, Syndroma Guillaine-
Barre)
g) Status epileptik
h) Vasospasm
i) Pasien cedera kepala berat
j) Perubahan sensori akut dengan potensi compromise jalan nafas.
k) Disfungsi neuromuscular progressive yang membutuhkan dukungan respirasi
dan atau monitor kardiovaskuler (myasthenia gravis, Gullain- Barre syndrome)
l) Pasien brain death atau potensi brain death yang membutuhkan penanganan
agresive sementara ditentukan untuk donasi organ.

8). Keracunan dan overdosis obat.


a) Keracunan obat dengan hemodinamik tidak stabil.
b) Keracunan obat dengan penurunan kesadaran signifikan dengan
ketidakmampuan proteksi jalan nafas.
c) Kejang setelah keracunan obat

9). Multi system


a. Sepsis atau shock septic
b. Multi-organ dysfunction syndrome
c. Polytrauma
d. Dengue haemorrhagic fever/ dengue shock syndrome
e. Over dosis obat dengan potensi dekompensasi akut dari system organ besar
f. Cedera lingkungan (lightening, near drowning, hypo/hyperthermia)
g. Luka bakar berat

10). Pembedahan
a) Pasien resiko tinggi pada periode perioperative
b) Pasien post operasi yang membutuhkan monitoring hemodynamik/ dukungan
ventilator atau perawatan intensive seperti: operasi vaskuler, thoracic, jalan
nafas, craniofacial orthopedic dan spine, saraf, dan operasi umum dengan
kehilangan banyak darah.

11). Obstetri-genecology
a. Kondisi medik komplikasi kehamilan
b. Kehamilan berat yang di induced hypertensi/kehamilan
c. Perdarahan obstetri
d. Emboli amniotic fluid
e. HELLP Syndrome

B. Kriteria Masuk Berdasarkan Parameter Obyektif


1. Tanda-tanda vital

I. Nadi <40 atau >150 kali/menit


II. Tekanan darah systolic <80 mm Hg atau 20 mmHg dibawah tekanan darah
biasanya.
III. MAP <60 mmHg
IV. Tekanan darah Diastolik >120 mmHg
V. Pernapasan >35 kali/menit

2). Nilai laboratorium


I. Na < 110 mEq/L atau > 170 mEq/L
II. K < 2.0 atau > 7.0
III. PaO2 < 50 mmHg
IV. pH < 7.1 atau > 7.7
V. Gula darah > 800 mg/dl
VI. Ca >15 mg/dl
VII. Level toxic dari obat-obat atau substansi kimia lainnya yang mengganggu
hemodinamik dan neuorologi pasien.

3). Radiografi/ultrasonografi/tomografi.
I. perdarahan vascular cerebral, contusion atau perdarahan subarachnoid
dengan status gangguan mental atau tanda-tanda neurologi focal.
II. Ruptur viscera, bladder, liver,varises esophageal atau uterus dengan
hemodynamic tidak stabil.
III. Dissecting aortic aneurysm

4). Electrocardiogram
I. Myocardial infark dengan complex arrhythmia, hemodynamic tidak stabil
dan gagal jantung kongestif
II. Ventricular tachycardia atau ventricular fibrilasi
III. Complex heart block dengan hemodynamic tidak stabil

5). Temuan pemeriksaan fisik (acut onset)


I. Pupil anisokor pada pasien tidak sadar
II. Luka bakar > 10% luas permukaan tubuh
III. Anuria
IV. Obstruksi jalan nafas
V. Coma
VI. Kejang terus menerus
VII. Cyanosis
VIII. Cardiac tamponade

C. Kriteria masuk berdasarkan prioritas:

Pada prinsipnya panduan untuk memasukkan pasien medical adalah


memberikan prioritas pada pasien yang akan memperoleh manfaat dari intervensi dan
support di ICU. Dapat digolongkan menjadi:
Prioritas 1:
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu
suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti
aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya. Contoh pasien
kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis dan shock
septik, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam
nyawa. Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas.
Prioritas 2:
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab
sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien
seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal
ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada
pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa
berubah.
Prioritas 3:
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya,
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di
ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan
keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan
jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai
komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya
untuk mengatasi kegawatan akutnya

II. Kriteria Pasien Keluar ICU


Pasien dinyatakan keluar ICU oleh DPJP dengan ketentuan apabila pasien :
a. Penyakit akutnya telah terobati
b. Kondisi medis telah stabil dan tidak membutuhkan monitoring, bantuan ventilasi
mekanik dan proteksi jalan napas.
c. Tidak membutuhkan evaluasi sering (termasuk tes laboratorium) dan/ atau perawatan
intensif.
d. Telah dijelaskan pada pasien/keluarga bahwa terapi agresif seperti yang dilakukan di ICU sudah
tidak diperlukan lagi
e. Tidak membutuhkan lagi obat – obat inotropik dan anti aritmia dosis tinggi dan tidak
memerlukan monitoring hemodinamik intensif ( sesuai penilaian konsulen DPJP terkait ).
f. Kriteria yang menyebabkan pasien masuk ICU sudah dapat diatasi.
g. Apabila pasien yang sudah mendapat perawatan intensif, tetapi kondisinya memburuk
DPJP memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien dengan
mengisi dan menandatangani Lembar Edukasi terintegrasi.
h. Setelah berdiskusi dengan keluarga dan atas persetujuan keluarga, DPJP menetapkan
status DNR ( Do Not Resusitation ) dengan mengisi dan menandatangani Lembar
Informed Consent

Prioritas pasien keluar:


a. Pasien prioritas 1 (satu)
Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah
tidak ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan
kemungkinan kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif continue kecil. Cth pasien
dengan 3 atau lebih gagal system organ dan tidak berespon dengan pengelolaan agresif.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan bila kemungkinan memerlukan terapi intensif
mendadak telah berkurang.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif tidak ada lagi, tetapi mereka
mungkin dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari
terapi intensif kontinyu kecil. Cth pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis,
penyakit jantung atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain lain
yang tidak berespons terhadap terapi ICU untukpenyakit akutnya, yang prognosis jangka
pendek secara statistic rendah, dan yang tidak ada terapi yang potensial untuk
memperbaiki prognosis.
KRITERIA MASUK DAN KELUAR HCU
I. Kriteria masuk berdasarkan keluhan sistem organ:
A. Sistem Kardiovaskular

1. Miokard infark dengan hemodinamik stabil


2. Gangguan irama jantung dengan hemodinamik stabil
3. Gangguan irama jantung yang memerlukan alat pacu jantung sementara/menetap
dengan hemodinamik stabil.
4. Gagal jantung kongestif kelas I dan II
a. Kelas I :
Tidak ada bantuan dalam aktivitas fisik, aktivitas yang biasa, tidak
menimbulkan kelelahan, dada berdebar-debar serta dyspnoe
b. Kelas II :
Batasan ringan dalam aktivitas fisik. Aktivitas yang biasa menimbulkan
kelelahan, dada berdebar-debar serta dyspnoe
5. Hipertensi “ urgensi “ tanpa ada gagal target organ.

B. Sistem Pernafasan
1. Gangguan pernafasan yang memerlukan fisioterapi yang intensive dan agresif.
2. Pasien dengan hemodinamik stabil dengan pertukaran gas dan penyakit
dasaryang dan rawan potensial mengalami perburukan respirasi yang
memerlukan observasi berulang dan atau ventilasi tekanan positif atau CPAP.
3. Bila pasien mengalami gagal napas dan memerlukan dukungan ventilasi mekanis
harus segera dipindahkan/dirujuk ke ICU.
C.Sistem Saraf
1. Cedera kepala sedang sampai berat/ stroke yang stabil dan memerlukan tirah
baring dan memerlukan pemeliharaan jalan nafas secara khusus, seperti isap
lender secara berkala.
2. Cedera sumsum tulang belakang bagian leher yang stabil.

D. Sistem Saluran Cerna


Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hipotensi ortostatik dan respon
dengan pemberian cairan

a. Sistem Endokrine
1. Pasien diabetik ketoasidosis memerlukan infus insulin intra vena secara konstan
atau suntikan regular insulin secara berulang-ulang selama fase pengaturan dini
setelah pulih dari diabetes ketoasidosis.
2. Kondisi hiperosmolar dengan perbaikan tingkat kesadaran
3. Thyrotoxicosis, hyperthyroid memerlukan monitor berulang.

b. Pembedahan
Pascabedah besar dengan hemodinamik stabil tapi masih memerlukan
resusitasi cairan.
c. Kebidanan dan Kandungan
Preklamsia pada kehamilan atau pascapersalinan.

Kriteria pasien keluar HCU/dinyatakan keluar HCU oleh DPJP dengan ketentuan
apabila pasien :

1. Pasien sudah stabil dan tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat.
2. Pasien yang cenderung memburuk dan/atau memerlukan pemantauan dan alat bantu
invasif sehingga perlu pindah ke ICU.
3. Apabila kondisi fisiologi pasien mengalami perburukan dan intervensi aktif serta
tidak direncanakan lagi, lebih tepat bila dipindahkan ke lower level of care, pasien
keluar dari HCU ke ruangan perawatan biasa.

KRITERIA MASUK DAN KELUAR ICCU


KATEGO
INDIKASI MASUK INDIKASI KELUAR
RI
Aritmia 1. Hemodinamik tidak stabil  Tidak didapatkan
2. Membutuhkan tindakan synchronized tanda dan gejala dari
cardioversion, defibrilasi, atau temporary ketidakstabilan
transvenous pacemaker hemodinamik
3. Sudah terpasang implantable cardioverter-  Pada pemeriksaan
defibrillator EKG, tidak
4. Berpotensi menjadi sudden cardiac death didapatkan aritmia
5. Tergantung gangguan irama yang menyertainya: maligna dalam 24
a. Ventricular Fibrillation/Pulseless Ventricular jam
Tachycardia:
 Tidak ada nadi
 Pingsan, tidak sadar
 Respirasi agonal
b. PEA (Pulseless Electrical Activity):
 Tidak ada nadi
 Pingsan, tidak sadar
 Respirasi agonal atau apneu
c. Atrial fibrillation rapid ventricular response:
 Dyspneu on effort
 Shortness of breath
 Edema paru akut
d. Supraventricular Tachycardia:
 Cemas
 Gelisah
e. Sinus bradikardi dan blok AV:
 Perubahan states mental akut
 Nyeri dada yang menetap
 Shortness of breath
 Hipotensi
 Tanda-tanda syok
 Kongesti paru
 CHF
Emboli 1. Disertai dengan syok kardiogenik akibat emboli Tidak didapatkan tanda
paru paru masif dan gejala dari
2. Akan dilakukan tindakan trombolisis ketidakstabilan
hemodinamik

Diseksi 1. Pasien Uncomplicated Aortic Dissections pada Setelah tindakan


Aorta aorta torakalis descenden (Stanford type B atau koreksi bedah atau
DeBakey type III) yang mendapatkan terapi intervensi kardiologi
medikamentosa tidak didapatkan
komplikasi yang
mengganggu
hemodinamik
Gagal 1. Memerlukan terapi inotropik: Tidak didapatkan tanda
Jantung  Syok kardiogenik dan gejala dari
 Acute Decompensated Heart Failure ketidakstabilan

 Disfungsi sistolik berat hemodinamik


 Gagal jantung dengan disfungsi multiorgan
2. Didapatkan edema paru akut:
 Saturasi O2<90%
 Ronki basah halus > 1/3 lapangan paru
 Takipnea
3. Disertai dengan miokarditis fulminan
4. Disertai gagal ginjal yang membutuhkan terapi
hemodialisis atau hemofiltrasi
5. Akan menjalankan pemasangan percutaneous
mechanical device (seperti Intra Aortic Ballon
Pump)
Nyeri dada, 1. Perubahan gambaran EKG minimal di 2 Tidak didapatkan tanda
sindrom sandapan : dan gejala dari
koroner  Elevasi segmen ST ≥1 mm atau gelombang ketidakstabilan
akut, infark Q ≥0,04 detik hemodinamik:
miokard  Depresi segmen ST ≥1mm atau T inverted  Denyut jantung
akut yang menunjukkan iskemia <100 kali/menit
2. Dua dari beberapa klinis berikut :  Tekanan darah
 Penyakit Jantung Koroner yang tidak stabil sistolik <140
(frekuensi, durasi, intensitas) mmHg
 Tekanan Darah Sistolik ≤100 mmHg  Tidak didapatkan
 Aritmia (new onset Atrial Fibrilasi, Atrial nyeri dada dalam
Flutter, sustain SVT, AV blok derajat 2-3, waktu 24 jam
sustain atau rekuren ventrikular aritmia)  Tidak didapatkan
3. Rales lebih dari basal komplikasi
mekanik, elektrik
yang mengganggu
hemodinamik
Penyakit Disertai dengan: Tidak didapatkan tanda
jantung  Sianosis berat dan gejala dari
bawaan  Gagal jantung kongestif ketidakstabilan
pada  Hipertensi pulmonal hemodinamik
dewasa  Sindrom Eisenmenger
 Aritmia jantung
Tamponade 1. Gangguan hemodinamik ringan atau berat Tidak didapatkan tanda
jantung 2. Memerlukan perikardiosentesis atau dan gejala dari
perikardiektomi ketidakstabilan
hemodinamik
Valvular 1. Setelah operasi ganti katup (aortic valve Tidak didapatkan tanda
Heart replacement, mitral valve replacement) dan gejala dari
Disease 2. Pengobatan medikamentosa intensif ketidakstabilan
3. Regurgitasi mitral akut hemodinamik
4. Regurgitasi aorta akut
5. Stenosis aorta berat
6. Stenosis mitral berat
7. Disertai dengan endokarditis infektif
KRITERIA MASUK DAN KELUAR NICU
PERAWATAN di NICU
1. NICU termasuk dalam level 3, yaitu perawatan bayi sakit kritis atau belum stabil yang
memerlukan support alat bantu nafas mekanik (Bubble Nasal CPAP atau Ventilator
mekanik), tindakan operatif maupun pemberian obat-obatan atau tindakan intervensi
khusus.
2. Bayi dengan sindroma gawat nafas derajat 3 dan 4 yang memerlukan support alat bantu
nafas mekanik (Bubble Nasal CPAP atau Ventilator mekanik), Aspirasi air ketuban
(Meconeum Aspiration Syndrome) atau janin menghirup mekonium yang tercampur
dengan cairan ketuban,
3. Bayi berat badan lahir amat / sangat rendah (kurang dari 1200 gram), atau bayi dengan
umur kehamilan kurang dari 34 minggu yang belum mendapatkan obat kematangan paru.
4. Bayi dengan kelainan kongenital yang membutuhkan tindakan operatif, misalnya bayi
dengan obstruksi saluran pencernaan, hernia diafragmatika, omfalokel, penyakit jantung
bawaan, perforasi usus, atresia anii, dll.;
5. Perawatan bayi pasca operasi besar yang membutuhkan support ventilator mekanik. Bayi
yang membutuhkan intervensi invasif, misalnya pemberian surfaktan, transfusi tukar,
pemasangan akses umbilikal, pemasangan akses vena dalam dan akses arteri, ventilator
mekanik.
6. Kehamilan dibawah 35 minggu sudah lengkap (yaitu 34-36 minggu atau dibawahnya)
7. Berat lahir kurang dari 1.5 kg
8. Tanda-tanda pada gangguan pernapasan (tachypnoe lebih besar dari
70/menit,ngorok.masih 4 jam,atau lebih awal lebih dari satu tanda bahaya yg ada.setiap
bayi yang memerlukan oksigen harus di opname.
9. Bayi memerlukan pertolongan (apgars kurang dari 5 pada 5 menit atau sama dengan 10
menit)termasuk mereka yang membutuhkan intubasi setelah kelahiran.
10. Diketahui atau tidak janin/bayi kelainan memerlukan pengobatan dan pemeriksaan
11. Gejala berat hipoglikemik dengan gangguan pernapasan
12. Gejala polycythaemia,gejala anemia dan gangguan perdarahan
13. Penyakit hemolitik yang penting pada bayi baru lahir
14. Kuning pada bayi dengan serum bilirubin (SBR) diatas ambang batas normal
15. Trauma besar untuk bayi
16. Kejang
17. Berat badan lahir kurang dari 1250 gram
18. Kehamilan kurang dari 30 minggu.beberapa bayi lahir di 30-32 minggu kemungkinan di
opname ke level 3.
19. Persyaratan untuk tekanan ventilasi positif bergantian.pertukaran untuk transfusi.setiap
bayi lainnya yang kondisinya klinis tidak tepat di level 2.

Level 2 NICU adalah :


1. Perawatan bayi bermasalah yang memerlukan perawatan khusus yang terbagi menjadi
dalam ruangan infeksi dan non infeksi. Bayi yang termasuk dalam level ini adalah
– bayi dengan hiperbilirubinemia yang memerlukan terapi sinar maupun transfusi
tukar, bayi berat badan lahir rendah (BB 1500-kurang dari 2500 gram) atau sangat
rendah (BB kurang dari 1500 gram)
– bayi kurang bulan (umur kehamilan di bawah 34-36 minggu) yang memerlukan
perawatan dalam inkubator
– bayi yang tidak dapat atau tidak boleh diberikan minum peroral, sehingga harus
diberikan infus intravena,
– bayi yang membutuhkan terapi oksigen, tetapi belum memerlukan alat bantu
nafas mekanis, misalnya bayi dengan distres/gangguan nafas, riwayat lahir tidak
langsung menangis
– bayi dengan gejala hipoglikemia (kadar gula darah rendah) atau ibu dengan
riwayat diabetes mellitus
2. Bayi dengan riwayat tindakan persalinan yang menyebabkan trauma bayi lahir, misalnya
dengan forcep atau vacum ekstraksi
3. Bayi sakit tersangka infeksi sedang-berat yang memerlukan pemberian antibiotika secara
intravena dan nutrisi intravena
4. Bayi dengan berat badan lahir rendah (≤ 2500 g)
Bayi dengan BBL 2000 – 2500 g dapat langsung ditempatkan di ruang rawat biasa ,
tergantung pada pengkajian bayi oleh dokter yang memeriksa pada saat itu , apakah
memang memerlukan perawatan lanjutan di ruangan intensive (NICU).
5. Bayi Prematur – bayi yang lahir dari umur kehamilan ibu ≤ 36 weeks minggu.
Untuk bayi premature (usia kehamilan ibu 35 – 36 minggu) , berlaku kriteria dari point
(1)
6. Masalah Infeksi – kecurigaan adanya infeksi yang didukung oleh keadaan klinis.
7. Problem Pernafasan
(a) Episode apnoe atau sianotik
(b) Gangguan nafas yang mengkhawatirkan
(c) Gejala gangguan pernafasan yang menetap lebih dari 1 jam.
8. Problem Pencernaan
– (a) Gangguan berat pada pemberian makan yang menyebabkan gangguan klinis
pada bayi
– (b) Gangguan pada kandung empedu yang disertai muntah atau gejala klinis
lainnya yang dicurigai akibat sumbatan usus.
9. Problem Metabolik
Ketidakmampuan untuk mempertahankan kadar serum glukosa ≥ 2,6 mmol/L meskipun
poemberian makan baik.
10. Problem Sistem Saraf Pusat
– kejang
– kelahiran dengan asfiksia sedang , yang membutuhkan monitoring di masa awal
untuk memastikan tidak ada masalah di kemudian hari.
11. Malformations
Kelainan kongenital yang membutuhkan intervensi , yang tidak terdapat di ruangan rawat
biasa.
12. Problem Cardiovaskular
Kondisi yang membutuhkan monitoring atau intervensi , yang tidak tersedia di ruang
rawat biasa.
13. Miscellaneous
Bayi – bayi yang memerlukan perhatian khusus dimana dokter spesialis yang memeriksa
menyatakan bahwa bayi – bayi tersebut membutuhkan observasi atau penanganan ‘level
2’.

Level 1 adalah bayi yang terlahir sehat sehingga bisa mendapatkan perawatan gabung dengan
Ibunya untuk menunjang ASI eksklusif.

Kriteria pasien keluar dari Nicu


Pasien telah mandiri untuk fungsi kardiovasculer, gastrointestinal, pernapasan, saraf dan tidak
mengalami infeksi.
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) atau berat lahir rendah
(BBLR) , berada dalam kelompok anak-anak dengan risiko tinggi. Kebanyakan bayi dengan
BBLSR ini diperbolehkan pulang dengan berat badan yang telah mencapai ≥ 2,5 kg.
Berikut ini adalah kriteria bayi keluar dari NICU :
1. Berat badan telah bertambah , tidak harus mencapai berat tertentu , yang pasti ada
peningkatan berat.
2. Bayi dapat meyedot makanan yang diberikan. Terutama bila bayi dapat menyedot ASI
dengan kuat.
3. Ibu telah mengerti dengan baik bahwa bayinya harus tetap dimonitor perkembangannya ,
terutama pada saat peralihan asupan makanan dari ASI.
4. Bayi dapat mempertahankan suhu normal , dapat beradaptasi baik dengan lingkungannya.

Kriteria Masuk Sesuai pada Level I, II, III


N LEVEL III LEVEL II LEVEL I
o
(Neonatal intensive care) (Special care)
1. Distres Pernafasan BBL 1500-2500 gm BBL 1.7-2.5kg
2. Asfiksi sedang - berat Umur kehamilan ibu ≤ Umur kehamilan ibu 35-37
35 mgg minggu
3. Trauma pada saat lahir (berat) Bayi lahir berat , > 4 kg Neonatal jaundice
- subaponeurotic
haemorrhage, fraktur,
perdarahan intra kranial
4. Penyakit jantung Small for gestational age Defisiensi G6PD
kongenital,gagal jantung , babies ie <10th centile
SVT, aritmia
5. Hipotensi , syok Distree Pernafasan Maternal chorioamnionitis
dengan FiO2 < 40% dengan suhu > 38°C or leaking
liquor 18hrs
6. Butuh resusitasi dan terapi Meconium below cords Meconium below cord during
inotropik during resuscitation resuscitation with no
respiratory distress or
hyperinflated chest
7. Disseminated Intravascular Rhesus or ABO Asymptomatic infant dari ibu
Coagulation (DIC) incompability penderita DM
8. Immediate post-op surgical Asfiksi ringan atau Apgar Bayi tanpa gejala dengan risiko
patients Score < 7 dalam 5' sepsis yang butuh antibiotik
9. Keperluan infus morfin Sepsis dan infeksi Social issues eg abandon baby,
kongenital single parent
10. Necrotising enterolitis (NEC) Symptomatic infant of Ibu HIV atau VDRL positif
diabetic mothers
(grade 2 and 3)
11. Hydrops foetalis Hypoglycaemia Maternal thyrotoxicosis
(<2.6mmol/L)
12. Neonatal seizures Seizures
13. Multiple or major congenital Mother drug addict
anomalies
14. Low birth weight infant < Multiple or serious
1.5kg congenital anomalies
15. Persistent metabolic acidosis Infant dengan operasi
yang tidak membutuhkan
ruang intensive
16. Hypoglycaemia berulang Kondisi tampak sakit
( letargi, poor feeding,
muntah)
17. Trauma lahir yang berarti

KRITERIA MASUK DAN KELUAR PICU


A. Kriteria Pasien Masuk PICU
1. Sistem Respirasi
Pasien dengan gangguan / potensi gangguan respirasi berat yang mengancam nyawa.
Kondisi ini meliputi (namun tidak terbatas pada):
a. Kebutuhan penggunaan Endotracheal Tube dan ventilator mekanik
b. Gangguan sistem pernafasan (atas dan bawah) yang progresif dengan risiko tinggi
gagal nafas dan atau obstruksi total
c. Kebutuhan terapi oksigen dengan FiO2 > 0.5
d. Pasca pemasangan trakeostomi
e. Barotrauma akut
f. Kebutuhan terapi inhalasi/nebulisasi yang sering
2. Sistem Kardiovaskuler
Pasien dengan gangguan kardiovaskuler yang mengancam nyawa, antara lain (namun
tidak terbatas pada):
a. Syok
b. Pasca resusitasi jantung paru
c. Aritmia yang mengancam nyawa
d. Gagal jantung kongestif (dengan atau tanpa kebutuhan ventilator)
e. Kelainan jantung bawaan (dengan atau tanpa kebutuhan ventilator)
f. Pasca tindakan berisiko tinggi (contoh kateterisasi)
g. Kebutuhan akan pemantauan tekanan darah invasif, tekanan vena sentral atau
tekanan arteri pulmonal
h. Kebutuhan pemasangan alat pacu jantung (pace maker)
3. Sistem Neurologis
Pasien dengan kelainan neurologis yang mengancam nyawa, antara lain:
a. Kejang yang tidak berespon dengan terapi standar atau membutuhkan
antikonvulsan kontinu secara intravena
b. Gangguan kesadaran berat dan gangguan neurologis lain yang belum dapat
diperkirakan perkembangannya atau koma yang disertai dengan potensi gangguan
pernafasan
c. Pasca bedah syaraf yang memerlukan pemantauan ketat
d. Inflamasi akut atau infeksi medula spinalis, selaput otak atau otak dengan depresi
neurologis, gangguan metabolik dan hormonal gangguan pernafasan dan atau
hemodinamik atau kemungkinan peningkatan tekanan intracranial
e. Trauma kepala dengan peningkatan tekanan intrakranial
f. Perawatan praoperatif bedah syaraf dengan penurunan status neurologis
g. Disfungsi neuromuskuler progresif tanpa gangguan kesadaran yang membutuhkan
pemantauan respirasi dan kardiovaskuler
h. Trauma spinal
i. Penggunaaan drain ventrikel eksternal
4. Hematologi dan Onkologi
Pasien dengan gangguan hematologi dan onkologi yang mengancam nyawa, antara lain:
a. Transfusi tukar
b. Plasmaferesis atau leukoferesis dengan kondisi klinik tidak stabil
c. Koagulopati berat
d. Anemia berat dengan gangguan hemodinamik dan/ atau respirasi
e. Komplikasi krisis sickle cell
f. Kemoterapi dengan antisipasi terjadinya sindroma lisis tumor
g. Tumor yang menekan pembuluh darah vital jalan nafas, atau organ vital lainnya
5. Endokrin dan Metabolik
Pasien dengan gangguan endokrin dan metabolik yang mengancam nyawa antara lain:
a. Ketoasidosis diabetik
b. Gangguan elektrolit seperti:
 Hiperkalemia yang membutuhkan pemantauan jantung dan terapi intervensi
 Hipo- atau hipernatremi berat
 Hipo- atau hiperkalsemi
 Hipo- atau hiperglikemia dengan keadaan klinis tidak stabil
 Asidosis metabolik berat
 Gangguan kesimbangan cairan kompleks
c. Inborn errors of metabolism dengan kegawatan yang mengancam nyawa.

6. Gastrointestinal
Pasien dengan gangguan saluran cerna yang mengancam jiwa antara lain:
a. Perdarahan saluran cerna akut dan berat
b. Pasca endokospi darurat
c. Gagal hati akut
7. Bedah
Kondisi pasca bedah yang umumnya membutuhkan pemantauan dan tindakan invasif
antara lain:
a. Bedah kardiovaskuler
b. Bedah thorak
c. Bedah saraf
d. Bedah THT
e. Bedah kraniofasial
f. Bedah ortopedi dan tulang belakang
g. Bedah umum dengan gangguan hemodinamik dan respirasi
h. Transplantasi organ
i. Trauma multipel dengan atau tanpa gangguan kardiovaskuler
j. Kehilangan darah dalam jumlah besar
8. Ginjal dan Saluran Kemih
Pasien dengan gangguan ginjal dan saluran kemih yang mengancam nyawa, antara lain:
a. Gagal ginjal
b. Kebutuhan hemodialisa, dialisa peritoneal atau renal replacement therapy lain
dalam keadaan tidak stabil
c. Rhabdomyolisis akut dengan insufisiensi ginjal
9. Gangguan lain
Pasien dengan gangguan lain yang mengancam nyawa antara lain:
a. Keracunan atau overdosis obat dengan potensi kegagalan organ
b. Gagal organ multipel
c. Hipernatremia maligna
d. Trauma elektrik atau trauma lingkungan lain: luka bakar > 10% luas permukaan
kulit

B. Kriteria Prioritas Pasien Masuk PICU


Kriteria prioritas pasien masuk ruang PICU adalah sebagai berikut:
1. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis yang dengan terapi intensif dapat sembuh
sempurna dan dapat tumbuh dan berkembang sesuai potensi genetiknya.
2. Pasien Prioritas 2 (dua)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan penyakit dasar yang secara medis saat
ini belum dapat ditanggulangi namun dengan terapi intensif dapat menanggulangi
keadaan kritis sepenuhnya, hingga anak kembali pada keadaan sebelum dirawat di
PICU.
3. Prioritas 3 (tiga)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan penyakit dasar menyebabkan anak tidak
mempunyai kontak dengan lingkungannya secara permanen dan tidak mengalami
tumbuh kembang.
4. Prioritas 4 (empat)
Kelompok ini meliputi anak sakit kritis dengan prognosis sangat buruk sehingga dengan
terapi intensif pun proses kematian tidak dapat dicegah.

C. Kriteria Pasien Keluar Dari Ruang PICU


Pasien dinyatakan dapat keluar dari ruang PICU jika memenuhi kriteria berikut:
a. Parameter hemodinamik stabil
b. Status respirasi stabil (tanpa ETT, jalan nafas bebas, gas darah normal)
c. Kebutuhan suplementasi oksigen minimal (tidak melebihi standar yang dapat dilakukan
diluar ruang intensif pediatrik)
d. Tidak lagi dibutuhkan tunjangan inotropik, vasodilator, antiaritmia, atau bila masih
dibutuhkan, digunakan dalam dosis rendah dan dapat diberikan dengan aman diluar
ruang intensif
e. Disritmia jantung terkontrol
f. Alat pemantau tekanan intrakranial invasif tidak terpasang lagi
g. Neurologi stabil kejang terkontrol
h. Kateter pemantau hemodinamik telah dilepas.
i. Pasien dengan ketergantungan ventilator mekanik kronik harus telah mengatasi keadaan
akutnya hingga hanya dibutuhkan perawatan dengan ventilator biasa diluar ruang
intensif atau dirumah
j. Pasien dengan peritoneal dialisa atau hemodialisa kronik telah mengatasi keadaan
akutnya hingga tidak dibutuhkan tindakan khusus lain diluar standar perawatan diluar
ruang intensif atau dirumah
k. Pasien dengan trakeomalasia, tidak lagi membutuhkan pengisapan lendir eksesif
l. Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian bersama dan menyepakati bahwa
tidak lagi ada keuntungannya untuk tetap mempertahankan anak diruang intensif.

Anda mungkin juga menyukai