Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN STROKE


DI RUANG FLAMBOYAN RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun Oleh :

Sofia Kurniati Ahmad


3216021

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2016

A. Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal, dan/atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik
(Mansjoer dkk, 2010).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah
stroke disebut dengan faktor resiko stroke, antara lain hipertensi, penyakmit
jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia. Keadaan yang dapat menyebabkan
stroke adalah usia lanjut, obesitas, merokok, kurang olah raga, jenis kelamin
(pria), suku bangsa (negro/spanyol) (Corwin, 2005).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah kebagian otak. (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke atau
penyakit serebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi
akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri
otak (Price & Wilson, 2006) .
Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa
kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak (Doenges, 2000).
B. Klasifikasi
1. Berdasarkan manifestasi klinik
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA). Gejala
neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND). Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam
waktu lebih lamadari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation). Gejala
neurologik makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke). Kelainan
neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Berdasarkan Kausal:
a. Stroke Trombotik. Stroke trombotik terjadi karena adanya
penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi
pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada
pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang
diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu,
trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau
Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah
kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri
kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator
penyakit aterosklerosis.
b. Stroke Emboli/Non Trombotik. Stroke emboli terjadi karena adanya
gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi
penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa
mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
C. Etiologi
1. Infark otak (80 %)
a. Emboli
1) Emboli Kardiogenik ( Fibrilasi atrium dan aritmia lain, Trombus
mural dan ventrikel kiri, penyakit katup mitral atau aorta,
Endokarditis)
2) Emboli paradoksial
3) Emboli arkus aorta
b. Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar)
1) Penyakit ekstra kranial ( Arteri karotis interna, Arteri vertebralis).
2) Penyakit intra kranial ( Arteri karotis interna, arteri serebri
interna, arteri basilaris, Lakuner)
2. Perdarahan intra serebral (15 %)
a. Hipertensi
b. Malformasi arteri-vena
c. Angiopati amiloid
3. Perdarahan sub arakhnoid (5 %)
4. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
a. Trombus sinus dura
b. Deseksi arteri karotis atau vertebralis
c. Vaskulitis sistem syaraf pusat
d. Penyakit oklusi arteri besar intra cranial yang progresif
e. Migren
f. Kondisi hiperkoagulasi
g. Penyalahgunaan obat
h. Kelainan hematologi (Anemia sel sabit, Polisistemia, leukemia)
i. Miksoma atrium (Mansjoer dkk, 2003).
D. Beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu :
1. Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin (pria), ras, riwayat
keluarga, riwayat TIA atau stroke, riwayat jantung koroner, fibrilasi
atrium, dan hetero zigot.
2. Yang dapat diubah
a. Hipertensi. Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya.
Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau
timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah
cerebral.
b. Aneurisma pembuluh darah cerebral. Adanya kelainan pembuluh
darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh
penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver
tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
c. Kelainan jantung / penyakit jantung. Paling banyak dijumpai pada
pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja
jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang
bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
d. Diabetes mellitus (DM). Penderita DM berpotensi mengalami stroke
karena 2 alasan, yaitu terjadinya peningkatan viskositas darah
sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya
kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan
yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
e. Polocitemia. Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran
darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun.
f. Peningkatan kolesterol (lipid total). Kolesterol tubuh yang tinggi
dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari
lemak.
g. Obesitas. Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan
kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada
pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
h. Perokok. Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah
oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
i. Kurang aktivitas fisik. Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi
kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh
darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.
E. Manifestasi klinis
1) Kehilangan motorik: disfungsi motorik yang paling umum adalah
hemiparese (kelemahan salah satu sisi tubuh) atau hemiplegia (paralisis
salah satu sisi).
2) Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”.
3) Tonus otot lemah atau kaku.
4) Gangguan sensori: menurun atau hilangnya rasa.
5) Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”.
6) Kehilangan komunikasi: gangguan bahasa dan komunikasi (Disatria:
kesulitan dalam membentuk kata; afasia atau disfasia: bicara
defeksif/kehilangan bicara; dan apraksia: ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).
7) Gangguan persepsi: ketidakmampuan menginterpretasikan sensasi.
8) Gangguan status mental
9) Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis yang ditandai dengan
perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi
PATHWAY

Makanan Merokok Hipertensi Lanjut Usia

Kolesterol dan Penumpuka Tahanan Elastisitas


lemak nikotin di perifer pembulu
meningkat pembuluh meningk h darah
di darah at menurun
pembuluh
darah

Aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah)

Aliran darah ke otak tersumbat

Aliran darah Hipertensi/hipotensi Pembuluh darah


terganggu tersumbat

Hemisfer kiri Shock (koaps sirkulasi Oklusi pembluh darah


vaskuler)

Penurunan fungsi Kenaikan TIK Pecah/bekuan darah


motorik

Gangguan PTIK Perfusi jaringan turun


pergerakan
tubuh

Gangguan Gangguan
mobilitas perfusi
fisik jaringan

Lobus Lobus Lobus


parietalis temporalis frontalis

Sulit Rangsangan Hambatan


menyusun bicara gerak/lump
kata terganggu uh
Gangguan Kerusakan Defisit
Komunik integritas perawat Resiko jatuh
asi verbal kulit an diri
F. Komplikasi
Komplikasi lanjut terjadi setelah fase akut stroke terlampaui.
Komplikasi umum terjadi akibat tindakan rehabilitasi yang kurang
memadai. Berbagai komplikasi lanjut stroke akibat imobilisasi adalah sbb:
1. Ulkus dekubitus. Merupakan komplikasi iatrogenik yang dapat
dihindari dengan prosedur rehabilitasi yang baik.
2. Kontraktur dan nyeri bahu. Shoulder hand syndrome terjadi pada 27%
pasien stroke.
3. Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu
dapat terjadi kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
4. Osteopenia dan osteoporosis. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya
densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
5. Depresi dan efek psikologis lain. Hal ini mungkin karena kepribadian
penderita atau karena umur tua. 25% menderita depresi mayor pada fase
akut dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke. Depresi
harus ditengarai sebagai penyebab pemulihan yang tidak wajar, tidak
kooperatif saat rehabilitasi dan keadaan emosi yang tidak stabil.
Keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
6. Inkontinensia alvi dan konstipasi. Umumnya penyebabnya adalah
imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian obat
7. Komplikasi muskuloskeletal: Spastisitas dan kontraktur(umumnya
sesuai pola hemiplegi), nyeri bahu (umumnya di sisi yang lemah),
bengkak dan tungkai dingin (lebih sering pada kaki), jatuh dan fraktur.
G. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis didasarkan atas hasil:
1. Penemuan Klinis
a. Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang
mendadak.Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.

b. Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko
sepertihipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah
lainnya.
2. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
a. Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat
membantudiagnosis dan membedakannya dengan perdarahan
terutama pada faseakut, memperlihatkan adanya edema , hematoma,
iskemia dan adanya infark.
b. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk
mendapatkangambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang
terganggu, atau bila scan tak jelas,membantu menentukan penyebab
stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
c. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapatmembantu
membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahanintraserebral
(PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).
d. EEG dapat membantu dalam menentukan lokasi
e. Pungsi Lumbal. Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan.
f. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
g. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
h. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal ( Doenges, 2000 ).
3. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan
darahrutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila
perlugambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit,
Doppler,Elektrokardiografi (EKG).

H. Penatalaksanaan medis
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah
1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan oksigen sesuai kebutuhan
3) Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4) Bed rest
5) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan
kateterisasi
8) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
9) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
10) Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT
11) Penatalaksanaan spesifik berupa:
 Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis,
antikoagulan, obat hemoragik
 Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor,
tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi
I. Proses keperawatan
Pengkajian:
1. Perubahan pada tingkat kesadaran atau responivitas yang dibuktikan
dengan gerakan, menolak terhadap perubahan posisi dan respon
terhadap stimulasi, berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
2. Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau involunter ekstremitas, tonus
otot, postur tubuh, dan posisi kepala
3. kekakuan atau flaksiditas leher.
4. Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif, dan reaksi pupil terhadap
cahaya dan posisi okular.
5. Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan kelembaban kulit.
6. Kualitas dan frekuensi nadi, pernapasan, gas darah arteri sesuai
indikasi, suhu tubuh dan tekanan arteri.
7. Kemampuan untuk bicara
8. Volume cairan yang diminum dan volume urin yang dikeluarkan setiap
24 jam.

J. Diagnosa yang mungkin muncul:


1. Gangguan mobilitas fisik b/d Kerusakan neuromuskuler
2. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d Edema serebral/penyumbatan
aliran darah
3. Defisit perawatan diri b/d immobilisasi diri, kerusakan persepsi dan
kognitif
4. Resiko kerusakan integritas kulit b/d pigmentasi, hipertermi, perubahan
turgor kulit, eritema.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang mengakses informasi kesehatan

Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Hambatan Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy : ambulation (0221)
mobilitas fisik keperawatan selama 3 x7 jam, Definisi: Promotion and assistance with
b/d Kerusakan mobilitas klien meningkat, dengan walking to maintain or restore autonomic and
neuromuskuler kriteria hasil: voluntary body functions during treatment and
Mobility (0208) recovery from ilness or injury
Definisi: Ability to move 1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah
purposefully in own environment latihan dan lihat respon klien saat latihan
independently with or without 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
assistive device. rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Domain: Function Health 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat
Class :Mobility saat berjalan dan cegah terhadap cedera
Indikator: 4. Ajarkan klien tentang teknik ambulasi
1. Klien meningkat dalam aktivitas 5. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
fisik 6. Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan
2. Mengerti tujuan dari peningkatan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
mobilitas 7. Dampingi dan Bantu klien saat mobilisasi
3. Memverbalisasikan perasaan dan bantu penuhi kebutuhan ADLs klien.
dalam meningkatkan kekuatan 8. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
dan kemampuan berpindah 9. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
2. Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring
serebral tidak keperawatan selama 3 x7 jam, perpusi (2590): Measurment an intrerpretation of
efektif b/d jaringan cerebral klien dapat diatasi, patient data to regulate intracranial presure
Edema dengan kriteria hasil: 1. Berikan informasi kepada keluarga
serebral/penyum Tissue Prefusion : cerebral (0406) 2. Set alarm
batan aliran Domain: Physiologic Health 3. Monitor tekanan perfusi serebral
darah Class :Cardiopulmonary 4. Catat respon pasien terhadap stimuli
Kriteria Hasil : 5. Monitor tekanan intrakranial pasien dan
1. Mendemonstrasikan status respon neurology terhadap aktivitas
sirkulasi yang ditandai dengan: 6. Monitor jumlah drainage cairan
- Tekanan serebrospinal
systole dandiastole dalam 7. Monitor intake dan output cairan
rentang yang diharapkan 8. Restrain pasien jika perlu
- Tidak ada 9. Monitor suhu dan angka WBC
ortostatikhipertensi 10. Kolaborasi pemberian antibiotik
- Tidk ada 11. Posisikan pasien pada posisi semifowler
tanda tanda peningkatan 12. Minimalkan stimuli dari lingkungan
tekanan intrakranial (tidak
lebih dari 15 mmHg)
2. Mendemonstrasikan kemampuan
kognitif yang ditandai dengan:
- berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan
kemampuan
- menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
- memproses informasi
- membuat keputusan dengan
benar
3. Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik, tidak ada
gerakan gerakan involunter

3 Resiko jatuh b/d Setelah dilakukan tindakan Fall Prevantion (6490): instituting special
Penurunan keperawatan 3x 8 jam masalah precautions with patient at risk for injury from
kesadaran/lump keperawatan deficit perawatan diri falling.
uh 1. Identifikasi keterbatasan fisik dan kognitif
dapat teratasi dengan Kriteria hasil:
klien yang dapat meningkatkan potensi
Domain: functional health jatuh.
Clas: Mobility 2. Identifikasi karakteristik lingkungan yang
Coordinated movement (0212): meningkatkan potensi jatuh.
- Menggunakan alat bantu 3. Ajarkan pasien meminimalkan injuri
dengan benar. ketika jatuh.
- Menempatkan penghalang 4. Gunakan side rail pada bagian kiri dan
untuk mencegah jatuh. kanan untuk mencegah jatuh dari tempat
- Menggunakan prosedur tidur.
berpindah yang aman. 5. Sediakan pencahayaan yang adekuat untuk
- Menggunakan retrain jika meningkatkan penglihatan.
diperlukan.
4. Defisit Setelah dilakukan tindakan Self Care assistane (1805): ADLs assisting
perawatan diri keperawatan selama 3x8 jam, defisit and intructing a person to perfume
b/d immobilisasi perawatan diri klien teratasi dengan instrumental activities of daily living needed
diri, kerusakan kriteria hasil: to fungtional in the home or community
persepsi dan Domain: functional health 1. Monitor kemempuan klien untuk
kognitif Clas: self care perawatan diri yang mandiri.
Dengan indikator Self Care: 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
Activity of Daily Living (ADLs) bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
(0300) berhias, toileting dan makan.
- Klien terbebas dari 3. Sediakan bantuan sampai klien mampu
bau badan secara utuh untuk melakukan self-care.
- Menyatakan 4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
kenyamanan terhadap sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan untuk melakukan kemampuan yang dimiliki.
ADLs 5. Dorong untuk melakukan secara mandiri,
- Dapat melakukan tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
ADLS dengan bantuan melakukannya.
- Menunjukkan 6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
perilaku hidup sehat kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
5. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Wound care (3660)
integritas kulit keperawatan selama 3 x 7 jam, Definisi: revention of wound complications
b/d pigmentasi, kerusakan integritas kulit klien and promotion of wound healing
hipertermi, teratasi dengan kriteria hasil : 1. Monitor karakteristik dari luka (warna,
perubahan Tissue integrity: Mucous and ukuran, dan tanda-tanda inflamasi)
turgor kulit, membranes (1101) 2. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
eritema. Definisi: Structural intactness and 3. Monitor status nutrisi pasien
normal physiological fuction of skin 4. Monitor kulit akan adanya kemerahan
and mucous membranes 5. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
Domain: Physiologic Health kering
Class : Tissue integrity 6. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
Indikator: setiap dua jam sekali
1. Integritas kulit yang baik bisa 7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
dipertahankan (sensasi, derah yang tertekan
elastisitas, temperatur, hidrasi, 8. Lakukan perawatan luka dengan cairan
pigmentasi) NaCl 0,9% dengan tehnik aseptic
2. Tidak ada lesi pada luka
3. Tidak ada rembesan darah/pus
pada luka ataupun balutan
4. Menunjukkan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
5. Mampu melindungi luka dari
penyebab kontaminasi
6 Kurang Setelah dilakukan asuhan Teaching: Disease proses (5602)
pengetahuan b/d keperawatan 3 x 7 jam diharapkan Definisi: Assisting the patient to understand
kurang pejanan pengetahuan bertambah dengan information related to a specifict disease
sumber kriteria hasil: process
informasi Knowledge: Illness care (1824) Intervensi:
Definisi: Extent of understanding 1. Berikan penilaian tentang tingkat
conveyed about illness-related pengetahuan pasien tentang penyakit yang
information needed to achieve and dideritanya
maintain optimal health 2. Jelaskan tentang penyakit, tanda gejala
Domain:Health knowledge & dan penatalaksanaan dengan cara yang
behaviour tepat
Class:Health knowledge 3. Sediakan informasi bagi keluarga tentang
Indikator: kemajuan pasien dengan cara yang tepat
1. Menyatakan pemahaman proses 4. Sediakan informasi tentang nutrisi dan diit
penyakit, pengobatan yang dijalani klien
2. Berpartisipasi dalam program
pengobatan
3. Mematuhi diit yang dianjurkan
Daftar Pustaka

Mansjoer, A. (2002) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aeusculapius.
Mosby. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC). Amerika:
Elsevier.
Mosby. (2006). Nursing Outcome Classification (NOC). Amerika:
Elsevier.
Muttaqin, A. (2010). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda Internasional. (2012) Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Sarwono, S.W., Meinarno, E.A. (2010). Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba
Humanika.

Anda mungkin juga menyukai