Tic TB Paru
Tic TB Paru
TB PARU
DISUSUN OLEH :
Etiologi
TB paru
Patofisiologi
Askep
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. DefinisiTB paru
2. EtiologiTB paru
3. PatofisiologiTB paru
4. ManifestasiklinisTB paru
5. PemeriksaanpenunjangTB paru
6. PenatalaksanaanTB paru
7. KomplikasiTB paru
8. Asuhankeperawatan pada kasusTB paru
STEP 6
DISCOVERY LEARNING
1. DefinisiTB paru
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
TBC atau dikenal juga dengan Tuberkulosis adalah infeksi yang
disebabkan oleh basil tahan asam disingkat BTA, nama lengkapnya
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini pada umumnya menyerang paru-paru,
namun terkadang juga dapat menyerang organ lain seperti ginjal, tulang, limpa,
dan otak.
Tuberculosis berasal dari bahasa Latin “Tuberkel” yang artinya tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk sewaktu sistem kekebalan tubuh membangun
dinding pengaman untuk membungkus bakteri Mycobacterium tuberculosis di
dalam paru-paru.
Penularan TBC
2. Etiologi TBC
Seperti yang telah dijelaskan di atas, Tuberculosis disebabkan oleh Basil
Tahan Asam, Mycobacterium tuberculosis. Di dalam jaringan tubuh, bakteri
Mycobacterium tuberculosis berada dalam keadaan dormant, yaitu tidak aktif
atau tertidur dalam waktu beberapa tahun. Mycobacterium tuberculosis akan
mati dengan cepat jika terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup selama beberapa jam bila berada di tempat yang gelap dan lembab.
3. Pathofisiologi TB paru
Pathway TB Paru
4. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
a. Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Darah
yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
Sesak Napas: Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
Nyeri Dada: Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak
yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji
tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah
dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30%
terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes darah untuk mengetahui anemia, penurunan natrium, dan peningkatan
kalsium. Dasar dilakukannya tes darah ini karena dapat mengukur antibodi
dalam darah terhadap TBC. Ketika seseorang terinfeksi TBC, tubuhnya akan
membentuk antibodi untuk melawan TBC.Pemeriksaan ini dilakukan untuk
melihat kadar sel darah putih (leukosit) pada anak. Jika jumlah sel leukosit
menunjukkan peningkatan tajam melebihi standar normal (>10 milimeter), ada
kemungkinan yang bersangkutan menderita TBC. Meningkatnya sel darah putih
ini berguna untuk melawan bakteri TBC.
b. Tes mantoux : sangat positif pada tb paru primer, sering negatif pada tb milier
dan HIV. Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling
bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis dan sering digunakan dalam “Screening TBC”. Efektifitas dalam
menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita
anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif
100%, umur 1–2 tahun 92%, 2 – 4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12
tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia
anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya
pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke
dalam kulit).
c. Mikrobiologi : Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan
dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan
BTA(bakteri tahan asam) melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama.
d. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi jaringan : Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosis TB. Pemeriksan yang dilakukan ialah
pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau
autopsi.
e. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar yang dapat digunakan adalah foto toraks PA. Pemeriksaan
lain atas indikasi yaitu foto lateral, top-lordotic, oblik, atau CT-Scan. Gambaran
radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah:
- Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah
- Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular
- Bayanganbercakmilier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
6. PenatalaksanaanTB paru
Hal ini hampir sama dengan penatalaksanaan pada tb paru. Penatalaksanaan yang
diberikan berupa metode preventif dan kuratif yang meliputi cara-cara seperti
berikut ini :
Penyuluhan
Pencegahan
Pemberian obat-obatan seperti :
a. OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
b. Bronkodilator
c. Ekspektoran
d. OBH, dan
e. Vitamin
Fisioterapi dan rehabilitasi
Konsultasi secarateratur
Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan. OAT utama terdiri dari: Isoniazid (H), Rifampisin (R),
Pyrazinamide (Z), Streptomicyn (S) dan Ethambutol (E). Jenis obat tambahan
adalah: Kanamisin, Kuinolon, Obat lain yang masih dalam penelitian
(makrolide, amoksilin ditambah asam klavulanat), Derifat rifampisin dan INH.
Kategorisasi pengobatan sebagai berikut:
a. Kategori-1 (2HRZE/4H3R)
Paduan ini terdiri atas: 2 bulan fase awal intensif dengan Isoniasid(H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Ethambutol (E) diminum setiap hari,
diteruskan dengan fase lanjutan (intermitten) selama 4 bulan dengan Isoniasid
(H), Rifampisin (R), tiga kali dalam seminggu. Kategori ini untuk : (i) penderita
baru BTA positif dan penderita baru BTA negatif atau rontgen positif yang
“sakit berat” dan “ekstra paru berat”, yang belum pernah menelan OAT atau
kalau pernah kurang dari satu bulan. “Sakit berat” yang dimaksud adalah
Tuberkulosis paru BTA negatif yang mengenai jaringan parenkhim yang luas.
Sedangkan ektra paru berat antara lain: meningitis TB, perikarditis, pleuritis
berat atau bilateral, peritonitis, milier TB, limfadenitis, osteomielitis, penyakit
pada medulla spinalis dengan komplikasi syaraf, tuberkulosis usus, tuberkulosis
saluran kemih.
b. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Panduan ini terdiri atas 2 bulan fase intensif dengan Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid, Ethambutol, diminum setiap hari, setiap kali selesai minum obat
langsung diberi suntikan streptomisin. Dilanjutkan 1 bulan pemberian Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid, Ethambutol, diminum setiap hari tanpa suntikan.
Diteruskan dengan fase lanjutan selama 5 bulan, dengan Isoniasid, Rifampisin
dan Ethambutol diminum 3 kali seminggu. Kategori ini diberikan kepada
penderita BTA positif yang sudah pernah makan OAT selama lebih sebulan.
Termasuk didalamnya adalah penderita: (i) kambuh (relaps) BTA positif, (ii)
gagal BTA positif, (iii) lain-lain.
c. Kategori-3 (2HRZ/4H3R3)
Panduan ini terdiri atas 2 bulan fase awal intensif dengan Isoniasid, Rifampisin
dan Pirazinamid diminum setiap hari, diteruskan fase lanjutan selama 4 bulan
Isoniasid dan Rifampisin diminum 3 kali seminggu. Kategori ini diberikan pada
(i) penderita baru BTA negatif/rontgen positif dan (ii) penderita ekstra paru
ringan.
d. OAT sisipan (HRZE)
Bila pengobatan kategori-1 dan kategori-2 pada fase awal (intensif) didapati
masih BTA positif, diberikan obat sisipan (Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid,
Ethambutol) selama 1 bulan setiap hari.
Obat Yang Digunakan Untuk Tuberculosis Paru
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Mikobakteri merupakan
kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya
sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat.
Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman yang cepat membelah
dibandingkan dengan kuman yang lambat membelah. Sifat lambat membelah
yang dimiliki mikobakteri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat
dibandingkan antibakteri lain:
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH,
Rifampisin,Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):
Kanamisin, Amikasin, Kuinolon.
a. Isonazzid (INH/H)
Dosisi : 5mg/KgBB, per oral
Efek samping, peripheral neuritis, hepatitis, dan hipersensivitas.
b. Ethambutol hydrochloride (EMB/E)
Dengan dosis sebagai berikut.
- Dewasa: 15 mg/KgBB per oral, untuk pengobatan ulang mulai dengan 25
mf/KgBB/ hari
- Anak (6-12 tahun) : 10 15 mg/KgBB/Hari
Efek samping : opyik neuritis ( efek terburuk adalah kebutaan) dan skin rash
c. Rifampin / rifampisin (RFP/R)
Dosis: 10 mg/KgBB/ hari peroral
Efek samping : hepatitis, raksi demam, purpura, nausea dan vomiting.
d. Pyrazinamide (PZA/Z)
Dosis : 15-30 mg/KgBB per oral.
Efek samping : hiperurisemia, hepatotoxicity, skin rash, artralgia, distres
gastrointestinal.
Dengan ditemukannya rifampisin paduan obat yang di berikan untuk
klien tuberkolosis adalah INH+Rifampisin+ stremtomisin atau etambutol setiap
hari ( fase awal) dan di teruskan pada fase lanjut dengan INH+Rifampisin atau
etambutol. Paduan ini selanjutnya berkembang menjadi terapi jangka pendek,
dengan memberikan INH+Rifampisin atau Etmbutol atau Streptomisin 2-3 kali
per minggu selama 4-7 bulan sehingga lama pengobatan seluruhnya 6-9 bulan.
Paduan obat yang digunakan di indonesia dan dianjurkan pula oleh WHO
adalah 2 RHZ/4RH dengan variasi 2 RHS/4RH, 2RHZ /4R, 2RHZ/4R3H3,
2RHS/4R2H2.
Jenis dan Obat OAT
Pengobatan Tb paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori
yaitu 14:
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap
hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin
tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada:
a. Penderita baru TBC paru BTA positif.
b. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
a) penderita kambuh.
b) Penderita gagal terapi.
c) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif(10).
Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tb kronik
Efek samping obat
Sebagian besar pasien Tb paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan.Efek samping yang terjadi dapat yaitu 14,15:
- Isoniazid (INH)
Sebagian besar pasien Tb parudapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting
dilakukan selama pengobatan.
- Rifamisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan
simptomatis ialah:
- Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-
kadang diare
Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop
dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman Tb paru pada keadaan khusus
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu
dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan
diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang
- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas Rifampisin dapat
menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata dan air liur.
Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak
berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar mereka mengerti
dan tidak perlu khawatir.
- Pirinizamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman Tb paru pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri
aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal
ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam
urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit
yang lain.
- Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya
ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian
keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali
terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang
diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal
dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak
diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.
- Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan
meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur
pasien. Risiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi
ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging
(tinitus), pusing dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan
bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan
diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap
(kehilangan keseimbangan dan tuli). Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi
berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan
eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi)
seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi
segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat
dikurangi 0,25gr Streptomisin dapat menembus sawar plasenta sehingga
tidak boleh diberikan pada perempuan hamil sebab dapat merusak syaraf
pendengaran janin.
7. KomplikasiTB paru
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005)
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
PENGKAJIAN PASIEN TIC
PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS TANJUNGPURA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. P Jeniskelamin: L
No.RM : 398287
Usia : 44 Tahun
Tgl.MRS : 14-12-2019
Tgl.Pengkajian : 16-12-2019
Alamat/ telp. : Jalan Raya Sagatani Gg. Swadaya
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Budha
Suku : Cina
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Swasta
Lama Bekerja :-
Sumber Informasi : Istri
Kontak Keluarga Dekat :-
II. PENGKAJIAN
1. KeluhanUtama
SaatMRS :
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada ± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit
terasa seperti ditimpa beban berat menjalar hingga punggung, batuk sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit.
Saat Pengkajian :
Pasien mengeluhkan sesak ketika beraktivitas, nyeri dada pada saat bernapas dan
batuk, nyeri di sebelah kiri dada, seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul dengan
skala 6, pasien berkeringat pada malam hari.
2. Riwayat Penyakit Sekarang (perjalananpenyakit)
Pasien mengeluhkan sesak, nyeri dada sebelah kiri, dan batukUpaya
pasien/anggota keluarga dalam mengatasinya, sebutkanKeluarga meninggikan
posisi kepala di tempat tidur
3. Riwayat Penyakit Dahulu (Penyakit yang pernah dialami)
Klien pernah mengalami penyakit TB paru
4. Riwayat yang lain :
1)Kecelakaan : tidak
2)Operasi : tidak
3)AlergiObat : tidak
4) Alergi makanan : Ya, Ikan hiu
5) Alergi lain-lain : tidak
6)Merokok : Ya, sudah berhenti sejak 2 bulan yang lalu
7)Alkohol : Ya
8)Kopi : Ya, jarang
9)Lain-lain : tidak
10) Obat-obatan yang pernah digunakan OAT
5. RiwayatKeluarga
Genogram
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: garis menikah
: garis keturunan
: tinggal serumah
6. Pola Aktivitas danLatihan
NO AKTIVITAS SMRS (SKOR) MRS (SKOR)
1 Makan/Minum 0 2
2 Mandi 0 2
3 Berpakaian/berdandan 0 2
4 Toileting 0 2
5 Berpindah 0 2
6 Berjalan 0 2
7 Naik tangga 0 4
Keterangan:
0 = mandiri,
1 = alat bantu,
2 = dibantu orang lain,
3 = dibantu orang lain,
4 = tidak mampu
Alat bantu: tongkat/splint/brace/kursi roda/pispot/walker/kacamata/dan lain-
lain:…………………………………………………
1 Jenis makanan/diet - -
Dihabiskan
4 Komposisi Menu Ikan, nasi, telur, sayur Tahu, tempe, ikan, telur,
sayur, nasi, buah.
Terakhir
luka
8. PolaEliminasi
NO SMRS MRS
Buang Air Besar (BAB) :
Frekuensi 1 x/hari 1x/hari
Upaya mengatasi - -
Upaya mengatasi - -
Nyaman
tidur
4 Kesulitan tidak ada, tidak ada,
tidur
5 Upaya - -
mengatasi
10. Pola KebersihanDiri
NO SMRS MRS
1 Mandi 2 x/hari / - x/hari
Sabun : ya
Sabun : -
2 Handuk Ya
-
Pribadi
3 Keramas 1 x/hari
-
Shampoo : ya
5 Kesulitan tidak Ya
Ket:paien kesulitan personal
higiene karena terpasang infus
14. PolaSeksualitas
a. Masalah hubungan seksual selama sakit : tidakada
b. Upaya mengatasi:
16. PengkajianSistem
a. ROS
Keadaan Umum : klien tampak pucat dan mukosa bibir kering
. Kesadaran : compos mentis GCS: 15 E:4 V:5 M:6
Tanda Vital :TD: 130/80, N:100x/menit, T:380C, RR:32 x/menit, SPO2 : 95 %
Masalah keperawatan:
Gangguan Pola Napas
b. SistemPernapasan
1. Keluhan: Sesak
2. Bentukdada
Simetris FunnelChest
Asimetris Pigeons Chest
BarrelChest
3. Sekresibatuk
Batuk ya tidak
Sputum ya tidak
Warna kuning kehijauan
Nyeriwaktubernafas ya tidak
4. Polanafas
Frekuensi nafas 32x /menit
Reguler CheyneStokes Kussmaul
Irreguler Biot Apnea
Hyperventilasi Hipo ventilasi Lain-lain
5. Bunyinafas
1. Normal
Vesikuler di ................................
2. Abnormal
Stridor Lokasi......................
Wheezing Lokasi ICS III, IV, V, VI
Rales Lokasi......................
Ronchi Lokasi ICS III, IV, V, VI
Krepitasi Lokasi......................
FrictionRub Lokasi......................
6. Retraksi otot bantunafas
Ya,Jenis: ICS/ SupraKlavikula/Suprasternal Tidak
7. Tektil Fremitus/Fremitus Vokal
Meningkat Lokasi...............
Menurun Lokasidi atas perifer paru
Lain-lain ..................
8. Alat bantupernafasan
Nasal BagAndMask Tracheostomi
Masker Respirator
Masalah keperawatan:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
c. SistemKardiovaskuler
1. Riwayat Nyeri dada Ada Tidak
1. LokasiDada Kiri
2. SifatNyeri seperti ditusuk-tusuk
3. Kronologisnyeri timbul saat bernapas dan batuk
4. Keadaan pada saat serangan klien cemas dan pucat
5. Faktor-faktor yang memperberat dan memperingan serangan
Aktivitas
2. SuaraJantung: S1S2tunggal Suara tambahan,jenis...
3. Irama Jantung Reguler Ireguler
4. CRT < 3 detik >3 detik
Masalah keperawatan:
Nyeri Akut
d. SistemPersarafan
a. Tingkat kesadaran:
Composmentis Apatis Somnolen Delirium Sopor
Koma
b. GCS
Eye : .6 Verbal 5 Motorik 4
Total GCS Nilai :15
c. Refleksfisiologis:
Bisep Trisep Patella
Achilles
Reflek patologis dan rangsal meningeal tidak terkaji
Kakukuduk Brudzinski I BrudzinskiII Babinski
d. Kejang: Ada Tidak
f. Mata/Penglihatan
1. Bentuk
Normal Enoftalmus Eksoptalmus Lain-lan
2. Pupil
Isokor Unisokor Miosis Midriasis
Diameter kanan….mm Diameter kiri….mm
3. Reflekscahaya
Kanan Kiri
4) Gangguanpenglihatan Ya, Tidak
5 5
5 5
j. Pemeriksaan Nervus1-12:
-
Masalah keperawatan:
-
e. SistemPerkemihan
a. Masalah kandungkemih
Normal Menetes Incontinensia
Nyeri Retensio Hematuria
Panas Disuria Pasang kateter
f. SistemPencernaan
1. Mulut &tenggorokan
1. Bibir Normal Asimetris Ada celah
2. Mulut/ SelaputendirMulut Lembab Me h
Stomatitis Kering
3. Lidah Hiperemik Kotor Lain-lain
4. Kebersihan rongga mulut Tidakberbau Berbau Gigibersih
Gigikotor Caries
5. Tenggorokan
Sakit menelan/nyeri tekan
Sulitmenelan Lain-laintidak masalah
6. Abdomen
Supel Distensi Kembung
Nyeri tekan, lokasi............................
Benjolan, lokasi................................
7. Lubang anus Ya Tidak
8. PembesaranHepar Ya Tidak
9. PembesaranLien Ya Tidak
10. Asites Ya Tidak
11. Mual Ya Tidak
12. Muntah Ya Tidak
13. Terpasang NGT Ya Tidak
14. Terpasangcolostomy Ya Tidak Keadaancolostomy….
15. Lain-lain................................................
2. Peristaltikusus 10 x/menit
BAB 1 x/hari Karakteristikfeses:
Tidak ada masalah Diare Menelan
Konstipasi Facesberdarah Colostomi
Incontinensia Fasesberlendir Wasir
3. Pola makan:frekuensi 4x/hr Jumlah:………… Jenis:
Masalah keperawatan:
h. Sistemendokrin
1. Pembesaran kelenjartyroid Ya Tidak
2. Pembesaran kelenjargetah bening Ya Tidak
3. Hiperglikemia Ya Tidak
4. Hipoglikemia Ya Tidak
5. Lain-lain:
Masalah keperawatan:
17. PSIKOSOSIAL
a. Dampak hospitalisasi pada klien
Murung/diam Gelisah Tegang Marah Menangis
b. Respon klien saat tindakan:
Kooperatif tidakkooperatif
c. Hubungan dengan pasien lain:
Baik Cukup Kurang
d. Dampak hospitalisasi terhadap anggota keluarga lainnya:
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil Keperawatan
Implementasi
Tgl Waktu Implementasi Hasil
09.30
16 09.00 1. Memonitoradanyapenurunanberatbadan S:
Des 2. Memonitor kulit kering dan perubahan - Klien mengatakan pada saat
2019 pigmentasi dirumah klien mengalami
3. Memonitor turgor kulit penurunan nafsu makan
4. Memonitormualdanmuntah - Klien mengatakan sudah mual
5. Menganjurkan pasien makan sedikit tapi muntah 3 kali dalam sehari
sering O:
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi dengan - TB : 170 cm
memberikan makanan tinggi protein dan serat - Perubahan BB : 56 Kg menjadi 51
11.30 Kg
- IMT : 17,64
- Turgor kulit sedang, membran
12.00 mukosa mulut kering, tampak
lemah
A: Ketidakseimbangan Nutrisi
P : Nutrisi Management
16 13.00 1. Memonitor respon fisik, emosi, sosial dan S :
des spiritual - Klien mengatakan sesak pada saat
2019 2. Membantu klien untuk mengidentifikasikan akivitas seperti toileting
aktivitas yang mampu dilakukan - Keluarga klien mengatakan ADL
3. Membantu keluarga untuk klien selalu dibantu
mengidentifikasikan kekurangan dalam O:
beraktivitas - Klien tampak lemah
4. Berkolaborasi dengan tenaga rehabilitasi untuk - Klien tampak letih
melatih aktivitas yang tepat - TTV sebelum
TD : 130/80 mmHg
N : 100 x / menit
T : 38 0C
R : 32 x / menit
TTV sesudah
TD : 135/90 mmHg
N : 100 x / menit
T : 38 0C
R : 32 x / menit
A: Intoleransi Aktivitas
P : Activity Therapy
17 15.00 1. memonitor TTV S:
des 2. mengauskultasi suara napas - batuk sudah berkurang
2019 3. memposiskan pasien semipowler - klien masih mengeluh nyeri dada
4. Mengajarkan batuk efektif saat batuk
5. menganjurkan pasien untuk istirahat O:
6. berkolaborasi dalam memberikan nebu - klien tampak nyaman
- terdengar suara wheezing dan
ronchi di ICS III, IV, V, VI
- klien masih tampak sulit dalam
17.30 mengeluarkan suara
- TTV :
TD : 120 / 80 mmHG
N : 90 x / menit
R : 30 x / menit
T : 37,30C
A:KetidakefektifanBersihanJalannafas
P :Manajemen airway
17 15.00 1. memonitor TTV S:
Des 2. memonitor frekuensi dan irama pernapasan - Sesak sudah berkurang
klien O:
2019 3. memposisikan klien semipowler - Pernapasan pendek dan cepat
4. menganjurkan pasien untuk istirahat - Kulit tidak pucat dan mukosa bibir
kering
- TTV :
TD : 120 / 80 mmHG
N : 90 x / menit
R : 30 x / menit
T : 37,30C
SPO2 : 97 %
A:KetidakefektifanPola Napas
P :Manajemen airway
17 17.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S :
des komprehensif - Klien masih mengeluhkan nyeri
2019 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari - P : nyeri timbul pada saat batuk
ketidaknyamanan dan bernapas
3. Memberikan terapi napas dalam Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
4. Menganjurkan untuk banyak istirahat R : Nyeri dada bagian kiri
5. Mengedukasi keluarga untuk memberikan S : skala nyeri menjadi 3
lingkungan yang nyaman T : nyeri hilang timbul
6. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik O:
- Klien tampak tenang dan nyaman
- TTV :
TD : 120 / 80 mmHG
N : 90 x / menit
R : 30 x / menit
T : 37,30C
A: Nyeri akut
P : Pain Management
17 16.00 1. Memonitoradanyapenurunanberatbadan S:
Des 2. Memonitor kulit kering dan perubahan - Klien sudah mengalami
pigmentasi peningkatan nafsu makan
2019 3. Memonitor turgor kulit - Klien hari ini ada mual tapi tidak
4. Memonitormualdanmuntah muntah
5. Menganjurkan pasien makan sedikit tapi O:
sering - TB : 170 cm
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi dengan - BB menjadi 52
memberikan makanan tinggi protein dan serat - IMT : 17,99
17.30 - Turgor kulit sedang, membran
mukosa mulut kering, tampak
lemah
17.30 A: Ketidakseimbangan Nutrisi
P : Nutrisi Management
17 18.15 1. Memonitor respon fisik, emosi, sosial dan S :
des spiritual - Klien mengatakan sesak sudah
2019 2. Membantu klien untuk mengidentifikasikan berkurang
aktivitas yang mampu dilakukan - Keluarga klien mengatakan ADL
3. Membantu keluarga untuk masih dibantu
mengidentifikasikan kekurangan dalam O:
beraktivitas - Klien tampak lemah
- Klien tampak letih
- TTV sebelum
TD : 120 / 80 mmHG
N : 90 x / menit
R : 30 x / menit
T : 37,30C
TTV sesudah
TD : 130/90 mmHg
N : 100 x / menit
T : 37,30C
R : 32 x / menit
A: Intoleransi Aktivitas
P : Activity Therapy
18 15.00 1. memonitor TTV S:
des 2. mengauskultasi suara napas - batuk sudah berkurang
2019 3. memposiskan pasien semipowler - klien masih mengeluh nyeri dada
4. Mengajarkan batuk efektif saat batuk
5. menganjurkan pasien untuk istirahat O:
6. berkolaborasi dalam memberikan nebu - klien tampak nyaman
- terdengar suara wheezing dan
ronchi di ICS III, IV, V, VI
- klien bisa mengeluarkan suara
17.30 - TTV :
TD : 120 / 70 mmHG
N : 86 x / menit
R : 28 x / menit
T : 370C
A:KetidakefektifanBersihanJalannafas
P :Manajemen airway
18 15.00 1. memonitor TTV S:
Des 2. memonitor frekuensi dan irama pernapasan - Sesak sudah berkurang
2019 klien O:
3. memposisikan klien semipowler - Pernapasan pendek dan cepat
4. menganjurkan pasien untuk istirahat - Kulit tidak pucat dan mukosa bibir
kering
- TTV :
TD : 120 / 70 mmHG
N : 86 x / menit
R : 28 x / menit
T : 370C
SPO2 : 98 %
A:KetidakefektifanPola Napas
P :Manajemen airway
18 17.00 7. Melakukan pengkajian nyeri secara S :
des komprehensif - Klien mengatakan nyeri sudah
2019 8. Mengobservasi reaksi non verbal dari berkurang dan kadang tidak ada
ketidaknyamanan - P : nyeri timbul pada saat batuk
9. Memberikan terapi napas dalam dan bernapas
10. Menganjurkan untuk banyak istirahat Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
11. Mengedukasi keluarga untuk memberikan R : Nyeri dada bagian kiri
lingkungan yang nyaman S : skala nyeri menjadi 2
12. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik T : nyeri hilang timbul
O:
- Klien tampak tenang dan nyaman
- TTV :
TD : 120 / 70 mmHG
N : 86 x / menit
R : 28 x / menit
T : 370C
A: Nyeri akut
P : Pain Management
18 16.00 1. Memonitoradanyapenurunanberatbadan S:
Des 2. Memonitor kulit kering dan perubahan - Klien sudah mengalami
2019 pigmentasi peningkatan nafsu makan
3. Memonitor turgor kulit - Klien hari ini ada mual tapi tidak
4. Memonitormualdanmuntah muntah
5. Menganjurkan pasien makan sedikit tapi O:
sering - TB : 170 cm
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi dengan - BB menjadi 53
memberikan makanan tinggi protein dan serat - IMT : 18,33
17.30 - Turgor kulit sedang, membran
mukosa mulut lembab, tampak
lemah
A: Ketidakseimbangan Nutrisi
17.30 P : Nutrisi Management