PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Hari/Tanggal Sesi 1 : Senin, 21 Oktober 2019
Andi berusia 10 tahun dating diantar ibunya ke UGD dengan keluhan demam
sejak 3 hari, demam dirasakan turun naik terutama sore dan malam hari disertai
menggigil, selain itu Andi juga mengeluh sakit di bagian ulu hati, mual, kurang
nafsu makan, dan sakit kepala.
Dua hari setelah demam, timbul bintik-bintik merah di kulit yang tidak terasa
gatal pada tangan dan kaki. Keluhan disertai pegal-pegal, sakit pada otot badan
dan sendi. Andi juga tidak BAB selama 3 hari.
Satu hari sejak demam, Andi sempat dibawa berobat oleh ibunya ke praktek
dokter umum dan diberi 3 macam obat (tidak diketahui jenisnya). Setelah minum
obat, demam dikatakan menurun tapi kemudian demam timbul kembali setelah
efek obatnya hilang.
Dokter di UGD melakukan pemeriksaan fisik pada Andi dan didapatkan vital
sign TD: 90/60 mmHg, N. 120x/m, t: 38,9, RR: 24 x/m, petekie (+) pada tangan
dan kaki, dan dilakukan pemeriksaan penunjang didapatkan HB: 75,6 gr%, Ht:
52%, Leukosit: 1700/mm3, Plt: 32.000/µL.
Kehamilan
Pengaruh obat-obatan
Pada kasus yang jarang terjadi, kesulitan untuk buang air besar bisa
dianggap pertanda adanya kondisi medis tertentu, seperti diabetes,
sindrom iritasi usus besar, hiperkalsemia atau kelebihan kalsium dalam
darah, kelenjar tiroid yang kurang aktif, fisura ani, penyakit radang usus,
kanker usus besar atau dubur, hingga kelainan saraf seperti pada multiple
sclerosis, stroke, penyakit Parkinson, atau cedera saraf tulang belakang.
Faktor-faktor psikologis
Kesulitan buang air besar bisa terjadi pada mereka yang memiliki
masalah psikis, seperti stres, kecemasan, depresi, trauma kekerasan, atau
pelecehan seksual.
2.3.6 Referensi
Suhu Inti Tubuh dan Suhu Kulit. Suhu jaringan dalam tubuh yaitu, "inti"
tubuh dipertahankan sangat konstan, sekitar ± 1°F (± 0,6°C) kecuali bila
seseorang mengalami demam. Bahkan, pada orang yang telanjang dapat
terpajan pada suhu yang rendah sampai 55°F atau suhu yang tinggi sampai
130°F dalam udara kering, dan tetap dapat mempertahankan suhu inti yang
hampir mendekati konstan. Mekanisme pengaturan suhu tubuh
menggambarkan sistem pengendalian dengan desain yang cantik. Dalam bab
ini kita membahas cara kerja sistem tersebut saat dalam keadaan sehat dan
sakit.
Suhu kulit, berbeda dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan
suhu lingkungan. Suhu kulit penting apabila kita merujuk pada kemampuan
kulit untuk melepaskan panas ke lingkungan.
Suhu Inti Normal. Tidak ada suhu inti yang dapat dianggap normal, karena
pengukuran yang dilakukan pada sebagian besar orang yang sehat
memperlihatkan rentang suhu normal yang diukur per oral, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 73-1, mulai dari di bawah 97°F (36°C) sampai
lebih dari 99,5°F (37,5° C). Suhu inti normal rata-rata secara umum adalah
antara 98,0°F dan 98,6°F bila diukur per oral, dan kira-kira 1°F lebih tinggi
bila diukur per rektal.
Suhu tubuh meningkat selama kerja dan bervariasi mengikuti suhu
lingkungan yang ekstrem, karena mekanisme pengaturan suhu tidaklah
sempurna. Bila dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh karena kerja
fisik yang melelahkan, suhu akan meningkat sementara sampai 101°F hingga
104°F. Sebaliknya, ketika tubuh terpajan pada suhu yang dingin, suhu dapat
turun di bawah 96°F.
Demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal, dapat disebabkan
oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahanbahan toksik yang
memengaruhi pusat pengaturan-suhu.
1. Fisiologi Demam!
Jawaban:
Demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal, dapat
disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahanbahan
toksik yang memengaruhi pusat pengaturan-suhu.
2. Pola Demam!
Jawaban:
Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya
anak telah mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau
pengukuran suhu secara serial dilakukan di tempat yang berbeda. Akan
tetapi bila pola demam dapat dikenali, walaupun tidak patognomonis
untuk infeksi tertentu, informasi ini dapat menjadi petunjuk diagnosis
yang berguna (Tabel 2.).
Tabel 2. Pola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik
Pola demam Penyakit
Demam tifoid, malaria falciparum
Kontinyu
malignan
Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Intermiten Malaria, limfoma, endocarditis
Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenic
Demam Kontinyu
Demam Remiten
Demam Quotidian
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan
paroksisme demam yang terjadi setiap hari.
Gambar 4. Demamquotidian
Undulant Fever
Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan
dan menetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun
menjadi normal.
Prolonged Fever
Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit
dengan lama demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya,
contohnya lebih dari 10 hari untuk infeksi saluran nafas atas.
Demam Bifasik
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode
demam yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever).
Poliomielitis merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran
bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue, demam
kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus),
dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
Demam Pel-Ebstein
(Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan Ebstein pada 1887, pada
awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH). Hanya sedikit
pasien dengan penyakit Hodgkin mengalami pola ini, tetapi bila ada,
sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren dari demam yang
berlangsung 3 – 10 hari, diikuti oleh periode afebril dalam durasi yang
serupa. Penyebab jenis demam ini mungkin berhubungan dengan
destruksi jaringan atau berhubungan dengan anemia hemolitik.
3. Durasi Demam!
Jawaban:
• Pirogen endogen
Pirogen endogen adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam tubuh kita
sendiri sebagai reaksi kekebalan melawan kuman penyakit yang masuk ke
tubuh. Misalnya interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), alpha-
interferon, dan tumor necrosis factor (TNF).
• Pirogen eksogen
5. Dignosis Banding!
Jawaban:
1. Demam Dengue
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik
Gejala Klinis Demam dengue digambarkan dengan karakter
demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan
sendi, gangguan pernafasan, muntah, nodus limpa membengkak.
Beberapa orang yang terinfeksi mungkin tidak menimbulkan gejala
seperti ini, dan mungkin beberapa orang hanya menampakkan gejala
ringan seperti demam, dan anak kecil barangkali menampakkan penyakit
demam tidak spesifik tapi ringan dengan ruam. Gejala dari infeksi
pertama biasanya ringan. Setelah sembuh, kekebalan tubuh akan
terbentuk selamanya dalam menghadapi serotipe virus dengue. Meski
2. Leukimia
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal
dari sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan
manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada
gangguan dalam pengaturan sel leukosit. Leukosit dalam darah
berproliferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya pun
menjadi tidak normal. Oleh karena proses tersebut fungsi-fungsi lain dari
sel darah normal juga terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia
yang dikenal dalam klinik. Leukemia akut dibagi atas LLA dan LMA.
Adanya sitopenia akibat infiltrasi sel leukemia akan menyebabkan
kelelahan, pucat, sesak karena anemia, perdarahan karena
trombositopenia, infeksi atau panas karena neutropenia. Menginfiltrasi
organ, sehingga menyebabkan hepatomegali, splenomegali, limfadenopati
dan beberapa kasus menyerang kulit menjadi leukemia kulit.
3. Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk
6. Diagnosis
Jawaban:
a. Definisi :
Demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Dengue.
b. Etiologi :
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus
B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh
artropoda. Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti
Page 2 7 dan aedes albopictus.
c. Epidemiologi :
Indonesia adalah salah satu daerah endemis DBD. Dari data
tahun1968-2007 diperoleh kecenderungan peningkatan insidens DBD.
Sejak tahun 2004, indonesia merupakan negara dengan laporan kasus
infeksi virus dengue terbanyak. Peningkatan jum;lah ini diiringi
dengan penurunan moralitas DBD dari 3,4% (1985) menjadi 1%
(2006). Berdasarkan riset kesehatan dasar 2007, prevalensi kasus
DBD tersebar di Indonesia dengan nilai 0,6%. Prevalensi tertinggi
2) Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai
sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal
ginjal, maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
3) Oedema Paru
Merupakan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat dari
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari ketiga
sampai kelima sakit sesuai dengan panduan yang diberikan, biasanya
tidak akan menyebabkan oedema paru karena perembesan plasma
masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan yang diberikan berlebih (Kesalahan
terjadi bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa
memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distres pernafasan,
disertai sembab pada kelopak mata dan ditunjang dengan gambaran
oedema paru pada foto rontgen dada.
a. Tatalaksana :
Pengobatan memerlukan penggunaan yang tepat dari dukungan
volume, produk darah, dan agen pressor, dan asetaminofen daripada
obat antiinflamasi nonsteroid untuk analgesia. Kegiatan secara
bertahap dipulihkan selama pemulihan berkepanjangan. Terapi
endoskopi berguna dalam mengevaluasi dan mengelola perdarahan
gastrointestinal, meskipun terapi injeksi dengan agen sclerosing tidak
bermanfaat di sebagian besar negara hemoragik dengue. Jumlah
trombosit tidak berguna memprediksi perdarahan yang signifikan
secara klinis. Transfusi trombosit, bagaimanapun, harus
dipertimbangkan untuk trombositopenia berat (<10.000 / mcL) atau
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/ DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri
sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfoadenopati, trombositopenia dan
DAFTAR PUSTAKA
Setiati, S. Alwi, I. Sudoyo, Aru W. dkk. 2014 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II Edisi VI.Jakarta: Interna Publishing
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing