Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN MASASE KAKI DENGAN AROMA TERAPI SEREH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN INSOMNIA DI PANTI SOSIAL

Oleh :

HENDRA
NIM P00220217015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D-III KEPERAWATAN POSO


TAHUN 2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Insomnia merupakan suata keadaan dimana seseorang induvidu tidak mampu

untuk mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas

sehingga induvidu tersebut hanya tidur sebentar atau susah untuk tidur (Darma, dkk.

2017). Insomnia sebagian besar dialami oleh perempuan yaitu sebesar 78,1% dengan

usia 60-74 tahun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ( Sulistyarini & Santosa,

2016 ).

Menurut World Health Organization (WHO) lansia yang mengalami gangguan

tidur atau insomnia pertahunnya yaitu sekitar 100 juta orang, gangguan tidur yang

dialami oleh lansia diantaranya yaitu sekitar 67% , setiap tahun diperkirakan sekitar

20%-50% lansia melaporkan gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan

tidur serius (WHO, 2017).

Menurut Crampex (Produsen Pil Tidur) bahwa 86% orang di seluruh dunia

mengalami ganguan tidur atau insomnia, sebanyak 10 juta resep obat tidur yang telah

di tulis setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi penderita insomnia diperkirakan

mencapai 10% yang artinya dari total 238 juta angka penduduk di Indonesia sekitar

23 juta jiwa diantaranya yang menderita insomnia (Medicastore 2010, Cable News

Network Indonesia 2017).


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2014), yaitu penelitian untuk

mencari pengaruh pijat (massage) terhadap tingkat insomnia pada lansia, dengan hasil

penelitian di dapatkan ada pengaruh yang signifikan antara terapi pijat (massage)

terhadap tingkat insomnia pada lansia di panti Wredha Darma Bakti kasih Kadipiro

Banjarmasin surakarta (2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pamungkas (2010), masase pada kaki

dan diakhiri masase pada telapak kaki akan merasngsang dan dapat menyegarkan

bagian kaki sehingga dapat memulihkan kembali sistem keseimbangan dan

membantu relaksasi. Tehnik pemijatan di titik tertentu dapat menghilangkan

sumbatan dalam darah serta energi dalam tubuh akan kembali lancar (Pamungkas,

2010).

Menurut penelitian yang dilakukan Aziz (2010), bahwa aromaterapi sereh juga

dapat memberikan efek vasodilator yang membantu meningkatkan kualitas tidur

yang adekuat (Aziz, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan Adiyati (2010), yaitu

penelitian untuk mencari pengeruh aroamterapi terhadap insomnia pada lansia,

dengan hasil penelitian didapatkan terjadi penurunan derajat insomnia.


B. Rumusan Masalah

Berdasarhan Data di atas di rumuskan masalah tentang “Bagaimana penerapan

masase kaki dengan aroma terapi sereh pada asuhan keperawatan insomnia di

panti social”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mampu menerapkan masase kaki dengan aroma terapi sereh pada

asuhan keperawatan pasien dengan kasus insomnia di panti social.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien dengan kasus

insomnia

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pasien insomnia

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien insomnia

d. Menerapkan Implementasi masase kaki dengan aroma terapi sereh pada

asuhan keperawatan klien dengan insomnia

e. mengevaluasi masase kaki dengan aroma terapi sereh pada pasien

insomnia

D. Manfaat Penelitian

1. Pasien

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan pasien dalam upaya

mendapatkan kuantitas dan kualitas tidur yang baik.


2. Institusi

Institusi pendidik menjadikan penelitian sebagai bahan bacaan bagi setiap

mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu Prodi Poso.

3. Peneliti

Menjadi pengalaman peneliti dalam penerapan masase kaki dengan aroma

terapi sereh pada asuhan keperawatan pasien dengan insomnia di panti social.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Insomnia

1. Pengertian

Insomnia adalah salah satu gangguan tidur dimana seseorang merasa sulit untuk

memulai tidurnya, gangguan tidur yang terjadi yaitu lamanya waktu tidur atau

kuantitas tidur yang tidak sesuai. Selain itu gangguan tidur yang terjadi berhubungan

dengan kualitas tidur seperti tidur yang tidak efektif (Hidaayah & Alif, 2016).

Insomnia merupakan suatu penyakit gangguan tidur, baik dari segi kualitas juga

kuantitas. Dimana penderitanya kesulitan untuk memulai tidur, sulit tertidur pada

malam hari, sulit untuk mempertahankan kondisi tidur atau sering terbangun di

malam hari dan sulit tertidur kembali sehingga merasa ketidak cukupan waktu tidur

pada saat terbangun dan merasa mengantuk serta cepat lelah di siang hari (Sutiawan,

2009; Nugroho,et al.,2016).

2. Klasifikasi Insomnia

Menurut munir (2015) menyebutkan bahwa klasifikasi insomnia berdasarkan

bentuk insomnia terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu :

a. Difficulty in Initiating sleep (DIS)


Jenis ini sering disebabkan karena tidur yang terjaga disertai

dengan kecemasan.

b. Difficulty in Maintaining sleep (DMS)

Biasanya terbangun secara tiba-tiba atau pada saat-saat

tertentu seperti merasa pusing tiba-tiba kemudian terbangun.

c. Early Morning Waking (sleep Offset Insomnia)

Sering terjadi pada orang tua dan biasanya disebabkan karena

dimensia, penyakit Parkinson, gejala menopause, depresi, dan obat-

obatan.

Menurut et al cit Noman (2015) menggolongkan insomnia dalam 3 kategori

yaitu :

a. Transient Insomnia

Kategori insomnia ini berlangsung selama beberapa hari

hingga kurang dari satu minggu. Insomnia ini diakibatkan karena

stress, cemas, suasana hati yang berlebihan, dan sakit. Keadaan ini

dapat kembali lagi pada pola tidur yang normal.

b. Acute Insomnia

Acute insomnia berlangsung selama beberapa minggu hingga

kurang hingga kurang dari satu bulan. Biasanya disebabkan oleh

penyakit yang sudah diderita sejak lama.

c. Cronic Insomnia
Insomnia ini berlangsung lebih dari satu bulan hingga

menahun dan disebabkan karena penyakit kronis, stres dan cemas

yang berkepanjangan.

3. Etiologi

Menurut penelitian (El-Gilany, saleh, EL-Aziz, & Elyased 2017), bahwa

Penyebab sehingga terjadinya insomnia pada lansia antara lain, yaitu :

a. Depresi

b. Takut mati

c. Tekanan dalam hidup

d. Gangguan musculoskeletal

e. Gangguan pernafasan

f. Khawatir pada anak-anak

g. Kamar tidur yang dingin

Salah satu penyebab insomnia pada lansia antara lain adalah kurangnya

kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih bersemangat di

malam hari (Depkes RI, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ( kominfo-Newsroom, 2009 ), seseorang

yang mengalimi gangguan tidur atau insomnia disebabkan oleh beberapa factor yang

dapat menyebabkan gangguan tidur yaitu :

a. Psikologis
b. Biologis

c. Penggunaan obat-obatan

d. Alcohol

e. Lingkungan

f. Kebiasaan buruk

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Stanley (2009), bahwa sebagian besar

lansia beresiko mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh berbagai factor

antara lain perubahan pola sosial kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan

penggunaan oabat-oabatan, penyakit yang dialami, perubahan irama sirkandian

(Stanley, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan Galea (2008), lansia beresiko mengalami

gangguan pola tidur yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, perubahan pola

sosial, pensiunan, kematian pasangan hidup atau teman dekat, penggunaan obat-

obatan, penyakit yang dialami lansia, gangguan mood, ansietas, kepercayaan untuk

tidur, dan perasaan yang negatif merupakan indikator terjadinya insomnia (Galea,

2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Galih (2006), bahwa gangguan tidur

atau insomnia disebabkan oleh beban pikiran yaitu adanya kekhawatiran yang

dirasakan oleh lansia terhadap keluarganya, lansia yang mengalimi keluhan beban

pikiran disebabkan memikirkan keluarganya yang ditinggalkan karena keadaan

ekonomi yang keluarga yang kurang mencukupi.


Menurut Galih (2006), seseorang mengalami gangguan tidur atau insomnia

disebabkan oleh 2 faktor yaitu :

a. Gangguan fisik

Misalnya : seseorang yang mengalimi penyakit flu

b. Gangguan psikis

Misalnya : strees, kecemasan, dan depresi.

4. Manifestasi klinis

Berdasarakan penelitian yang dilakukan Saputra (2013), mengemukakan bahwa

insomnia memiliki gejala-gejala sebagai berikut :

a. Kesulitan untuk memulai tidur

b. Sulit untuk mempertahankan tidurnya

c. Sering terbangun di malam hari

d. Sulit untuk tidur kembali

e. Bangun dini hari

f. Merasa tidak segar saat bangun pagi

5. Patofisiologi
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan studi kasus untuk

mengeksplorasi Penerapan masase kaki dengan aroama terapi sereh pada Asuhan

Keperawatan dengan Kasus insomnia di panti sosial.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di panti sosial.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juli tahun 2020.

C. Subjek Studi kasus

Subyek penelitian 1 orang pada pasien yang mengalami gangguan tidur atau

insomnia.

D. Fokus Studi

Fokus tindakan dan penelitian ini adalah penerapan masase kaki dengan aroma

terapi sereh pada asuahan keperawatan dengan kasus insomnia pada lansia di panti

sosial.
E. Definisi Operasional

1. Asuhan keperawatan dengan kasus insomnia

Asuhan keperawatan pada studi kasus ini adalah proses atau

rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang di berikan secara

langsung kepada pasien dengan insomnia di mulai dari tahap pengkajian,

diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

2. Gangguan tidur atau insomnia

Insomnia adalah salah satu gangguan tidur dimana seseorang merasa

sulit untuk memulai tidurnya, sering terbangun pada malam hari, sulit

untuk tidur kembali, tidak dapat mempertahankan tidurnya, merasa tidak

segar setelah bangun pagi, pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan

cara menerapkan masase kaki dengan aroma terapi sereh.

3. Masase kaki

Masase kaki adalah terapi non-farmakologis dengan cara memijat otot-

otot kaki baik kaki kiri maupun kaki kanan yang dilakukan pada pasien

dengan kasus insomnia.

4. Aroma terapi sereh

F. Pengumpulan Data

1. Wawancara
2. Observasi dan pemeriksaan fisik

3. Studi dokumentasi

G. Etika Penelitian

1. Prinsip otonomy

Prinsip otonomi adalah menghormati harkat dan martabat manusia

dengan memberikan kebebasan pada partisipan untuk membuat keputusan

atas dirinya sendiri secara sadar, bebas dari paksaan untuk berpartisipasi

dalam penelitian (Strubert & Carpenter, 2003; Polit & Hungler, 2001).

Bentuk tindakan terkait dengan ini dilakukan pemberian informed concent

2. Prinsip Beficience dan Malefeicience

Prinsip ini bertujuan untuk mencegah kerugian, ketidaknyamanan

dan menjaga kerahasiaan data partisipan (Streubert & Carpenter, 2003;

Polit & Hungler, 2001).

3. Prinsip Justice

Prinsip keadilan adalah tidak membeda-bedakan partisipan satu

dengan partisipan yang lainnya (Strubert & Carpenter, 2003; Polit &

Hungler, 2001; KNEPK, 2006).

Anda mungkin juga menyukai