PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut karena jumlah kasus dan perevelsni
diabetes yang semakin meningkat. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang
disebabkan gangguan metabolisme kronis dengan sifat khusu yaitu kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan ketika pancreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk tubuh. Insulin adalah hormon yang mengatur
kadar gula darah (WHO, 2011; PERKENI, 2015). Diabetes akan terus meningkat pada
tahun-tahun mendatang karena perubahan gaya hidup dan urbanisasi. Gaya hidup
modern jaman sekarang yang dianut banyak orang ternyata sangat berpotensi rawan
DM (PERKENI, 2015).
dunia (WHO, 2015). Pada tahun 2015, orang dewasa dengan diabetes diperkirakan
sejumlah 415 juta orang sehingga diperkirakan pada tahun 2040 jumlahnya akan
menjadi 642 juta orang (IDF Atlas, 2015). Di wilayah regional Asia Tenggara
prevelensi diabetes meningkat dari 4,1% di tahun 1980an manjadi 8,6% di tahun 2014.
Pada usia paling produktif diabetes di Asia Tenggara terjadi 10 tahun lebih cepat
pada penduduk umur ≥ 15 tahun menunjukkan peningkatan yaitu dari 6,9% di tahun
2013 menjadi 10,9% di tahun 2018. Salah satu wilayah di Indonesia memiliki peringkat
(RISKESDAS, 2018).
yang salah, obat-obatan yang mempengaruhi kadar glukosa darah, kurangnya aktifitas
fisik, proses penuaan, perokok, kehamilan dan stress (Muflihatin, 2015). Modifikasi
gaya hidup dan dan pengobatan dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi yang
Secara psikologis pasien DM akan mengalami stress, cemas, merasa tidak ada
harapan, tidak berdaya, tidak berguna dan putus asa, sedangkan secara fisik akan
mengalami gangguan tidur, nyeri, perubahan nafsu makan dan mudah lelah
mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis, sehingga dapat mengganggu pola hidup,
social dan pekerjaan stres komplikasi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stress
dialami seseorang ketika mendapatkan tekanan secara fisik maupun psikologis. Stress
memberikan dampak secara total pada individu yaitu terhadap keseimbangan fisiologis,
fisik, psikologis, intelektua, social dan spiritual (Meivy dkk, 2017). Pasien dengan DM
mengalami stress karena diharuskan menjalani pengobatan secara rutin dan mengalami
perubahan pola hidup. Tingkat stress yang tinggi akan mengakibatkan kadar gula darah
seseorang semakin meningkat. Sehingga semakin tinggi tingkat stress pasien DM maka
penyakit yang diderita akan semakin bertambah buruk (Izzati & Nirmala, 2015).
Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa dalam darah karena stress
efek yang sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses glikoneogenesis di dalam
hati, sehingga akan melepaskan glukosa ke dalam darah. Stress akan meningkatkan
produksi kortisol, yang berfungsi melawan efek insulin dan meningkatkan kadar
glukosa. Sehingga ketika seseorang mengalami stress hormone kortisol yang dihasilkan
hubungan yang positif antara tingkat stress dengan peningkatan kadar gula darah.
Penelitian ini juga menyatakan bahwa pasien dengan tingkat stress buruk akan
mengalami peningkatan kadar gula darah dibandingkan dengan tingkat stress sedang.
Namun, DM dapat dicegah dan dapat dikontrol serta orang dengan diabetes
dapat berumur panjang dan hidup sehat dengan pengobatan dan penatalaksanaan yang
maksimal (WHO, 2015). Terapi farmakologis berupa pemberian obat-obatan dan non
yaitu edukasi, diet nutrisi, aktifitas fisik, obat-obatan dan monitoring gula darah
manusa secara utuh atau sebagai makhluk holistik yaitu meliputi aspek biologis,
secara dinamis seiring dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik dari
lingkungan internal maupun eksternal. Komponen utama dari model ini adalah adanya
Pengendalian kadar gula darah dapat dilakukan oleh perawat dengan terapi
Salah satu bentuk terapi komplementer adalah Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT).
memanfaatkan system energy tubuh untuk memperbaiki kondisi, pikiran, emosi dan
perilaku. Terapi ini akan mempengaruhi system saraf simpatis yang dapat
dimana terapi EFT ini telah banyak dilakukan. Terapi SEFT menambahkan unsur
spiritual dalam pengembangan terapi EFT. Menurut Zainuddin spiritual power (2012)
doa, keihlasan dan kepasrahan memiliki dapak positif bagi pengobatan dan
body energy system (system energy tubuh) atau yang disebut juga dengan energy
medicine dengan spiritual theraphy. Terapi SEFT tidak hanya menggunakan spiritual
dan emotional tetapi juga menggunakan aspek biologis, yaitu dengan mengetuk ringan
Terapi SEFT yang merupakan teknik relaksasi dapat digunakan pada psaien
diabetes karena dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Teknik SEFT akan
menekan pengeluaran hormone yang dapat meningkatkan kadar gula darah, yaitu
epinefrin, kortisol, glucagon, ACTH, kortikosteroid dan tiroid (Smeltzer, Bare, Hinkle
Hasil penelitian Ridho dkk (2018) menunjukkan bahwa terapi SEFT yang
dilakukan selama tiga hari mempunyai dampak yang signifikan terhadap penurunan
stres. Penelitian Churh, De Asis dan Broobs (2012) menyatakan bahwa SEFT secara
signifikan mampu menurunkan kadar kortisol disbanding dengan psikoterapi dan
Spiritual Emotional Freedom Technique terhadap stress, control glikemik pada pasien
Diabetes Melitus”
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
2. TUJUAN KHUSUS
Melitus
D. MANFAAT
1. Teoritis
2. Bagi Peneliti