Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit
demam akut dan menyebabkan kematian dan disebabkan oleh infeksi dari virus Dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang ditemukan di negara
tropis dan subtropis yaitu antara Indonesia sampai bagian utara Australia. Penyakit ini ditandai
dengan gejala khas berupa demam , nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trobositopenia dan diatesis hemoragik yaitu terjadinya perembesan
plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh.1,2
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Data WHO tahun 2009, kasus DBD di dunia
dalam 50 tahun meningkat sebanyak 30 kali lipat. Tercatat lebih dari 50 juta kasus DBD dengan 2,5
miliyar penduduk di dunia tinggal di negara yang endemik DBD dan 1,8 miliyar penduduk tersebut
tinggal di benua Asia Timur Selatan, termasuk di dalamnya adalah Indonesia.
Demam berdarah dengue muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga
mengakibatkan kepanikan di masyarakat karena berisiko meyebabkan kematian serta penyebarannya
sangat cepat. Penyakit DBD telah menjadi penyakit yang mematikan sejak tahun 2013. Penyakit ini
telah tersebar di 436 kabupaten/kota pada 33 provinsi di Indonesia. Jumlah kematian akibat DBD
tahun 2015 sebanyak 1.071 orang dengan total penderita yang dilaporkan sebanyak 129.650 orang.
Nilai Incidens Rate (IR) di Indonesia tahun 2015 sebesar 50,75% dan Case Fatality Rate (CFR)
0,83%. Jumlah kasus tercatat tahun 2014 sebanyak 100.347 orang dengan IR sebesar 39,80% dan
CFR sebesar 0,90% (Kemenkes RI, 2016).
Kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) per 1 Februari 2019 tercatat 15.132 kasus
dengan angka kematian mencapai 145 jiwa di seluruh Indonesia. Provinsi dengan kasus DBD dan
kematian akibat DBD paling tinggi saat ini adalah Provinsi Jawa Timur dengan 3.074 kasus dan 52
kematian.Selanjutnya, posisi kedua ditempati Jawa Barat dengan 2.204 kasus dan 14 meninggal
dunia, lalu; disusul Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan 1.092 kasus dan 13 meninggal dunia, serta;
Sumatera Utara dengan 1.071 kasus dan 13 meninggal dunia. (Kemenkses RI 2019)
Angka kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada Maret 2019 tercatat 34. 422
yang terjadi di 459 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Sebanyak 8 wilayah menyatakan DBD
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu Kabupaten Ponorogo, Manggarai Barat, Biak, Kapuas,
Peser, Lampung Utara, Puang Pisau dan kota Manado. Kematian akibat DBD mencapai 286 kasus.
dengan angka kematian mencapai 145 jiwa di seluruh Indonesia. (Kemenkses RI 2019)
Di Kalimantan Tengah sampai pertengahan tahun 2018 terdapat 512 kasus DBD, meningkat
dari tahun 2017 sebanyak 499 kasus. DBD di Kabupaten Kapuas pada akhir 2018 ditetapkan sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB), dari total 26 Puskesmas yang ada di 17 kecamatan terdapat 178 kasus
DBD, dengan Kecamatan Selat merupakan wilayah yang mengalami kejadian DBD terbanyak.
Salah satu pengendalian DBD yang dilakukan di Indonesia dan dapat dilakukan oleh semua
umur dan dari seluruh jenjang pendidikan adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Pemerintah di Indonesia mencanangkan pembudidayaan PSN secara berkelanjutan oleh masyarakat
dengan pesan inti 3M plus dan mewujudkan terlaksananya gerakan 1 rumah 1 Juru Pemantau Jentik
(Jumantik). Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ
≥ 95% diharapkan dapat mencegah atau mengurangi kasus penularan DBD (Kemenkes RI, 2016).
Oleh sebab itu, kami tertarik melakukan miniprojek berupa analisa data primer dan sekunder
yang terdapat di Puskesmas Melati dengan judul “Hubungan Angka Bebas Jentik dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Tahun 2018.”
I.2 Tujuan
I.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Angka Bebas Jentik dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Wilayah Kerja Puskesmas Melati Tahun 2018.

I.2.2 Tujuan Khusus


1) Mengetahui Angka Bebas Jentik (ABJ) di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Tahun 2018
2) Mengetahui Kejadian Demam Beradarah Dengue (DBD) Wilayah Kerja Puskesmas Melati
Tahun 2018
3) Mengetahui Hubungan Angka Bebas Jentik dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Wilayah Kerja Puskesmas Melati Tahun 2018.
I.3 Manfaat
 Manfaat bagi instansi (Puskesmas)
Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi Puskesmas dalam penyusunan
strategi serta pelaksanaan program penanggulangan DBD untuk meningkatkan
kualitas pelayanan di wilayah kerja Puskesmas Melati.
 Manfaat bagi masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang penyakit DBD sehingga akan lebih
sadar untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penyakit
DBD.

Anda mungkin juga menyukai