Anda di halaman 1dari 2

Sitti Nurjennah

12016005
Teknik Komunikasi Geologi
Indonesia Negara Rawan Gempabumi

Indonesia merupakan negara yang diapit oleh tiga lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Eurasia,
Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Kondisi tektonik tersebut menyebabkan Indonesia
rawan bencana alam, terutama gempa bumi. Selain itu, Indonesia terletak di jalur gempa aktif di
dunia yang disebut dengan zona ring of fire. Zona ini merupakan kawasan yang dikelilingi oleh
gunung api aktif, aktifitas seismik, dan pergerakan lempeng aktif. Akibatnya, pada zona ini
seringkali terjadi gempabumi.
Gempabumi adalah suatu bencana alam berupa getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat
adanya pergerakan lempeng bumi dan pelepasan energi di dalam bumi yang menghasilkan energi
seismik. Gempabumi merupakan bencana yang tidak dapat diprediksi. Gempabumi yang
disebabkan oleh aktifitas lempeng tektonik disebut sebagai gempa tektonik. Selain itu, gempabumi
yang disebabkan oleh aktifitas gunungapi disebut dengan. Biasanya, aktifitas dari gempa tektonik
dapat memicu aktifitas gempa vulkanik dikarenakan pergerakan lempeng tektonik dapat memicu
naiknya magma ke permukaan.
Indonesia memiliki tingkat keaktifan gempabumi yang sangat tinggi. Hampir setiap hari terjadi
gempabumi di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) aktifitas kegempaan terhitung semakin meningkat sejak 2013. Selama tahun 2019 dari
bulan Januari hingga September telah terjadi gempabumi sebanyak 1.135 gempa, yang tercatat
dalam IRIS Earthquake Browser. Sejak tahun 1980 hingga 2019 telah terjadi sekitar 159.144
gempa, dengan magnitude 1-10 dan kedalaman 0-900 km. Berikut merupakan peta gempa
Indonesia yang dibuat dari aplikasi IRIS Earthquake Browser (Gambar 1).

Gambar 1. Peta persebaran gempabumi di Indonesia sejak tahun 1850-2018, magnitude 1-10 dan
kedalaman 0-900 km.
Sitti Nurjennah
12016005
Teknik Komunikasi Geologi
Gempabumi dapat memicu terjadinya bencana alam lain seperti tsunami dan likuifaksi. Tsunami
dapat terjadi jika kekuatan gempanya besar, terjadi di bawah laut, dan terdapat perpindahan
vertikal (displacement vertical). Sedangkan likuifaksi dapat terjadi apabila daerah yang terkena
gempa tersebut memiliki material penyusun tanah berupa sedimen lunak dan pasir. Beberapa
contoh gempabumi di Indonesia yang memicu terjadinya bencana alam baru, yaitu Gempa Aceh
2004, Gempa Pangandaran 2006, Gempa Lombok 2018, dan Gempa Palu 2018. Gempa Aceh dan
Pangandaran pada saat itu memicu terjadinya tsunami. Gempa Lombok memicu terjadinya
likuifaksi. Sedangkan Gempa Palu memicu terjadinya tsunami dan likuifaksi.
Selain menimbulkan bencana lain, gempabumi juga dapat menimbulkan beberapa dampak, seperti
adanya korban jiwa, runtuh dan rusaknya bangunan, terganggunya jaringan komunikasi, dan
lainnya. Dampak yang ditimbulkan oleh gempabumi tersebut tergantung pada beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut, yaitu skala gempa, jarak dari sumber gempa, kekuatan dan durasi gempa,
kedalaman sumber gempa, kualitas tanah, dan lokasi bangunan.
Gempabumi yang terjadi dapat diminimalisir dampaknya. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir dampak dan menanggulangi gempabumi di Indonesia, yaitu dengan melakukan
mitigasi bencana. Mitigasi bencana merupakan upaya untuk mengurangi resiko bencana melalui
pembangunan fisik, penyadaran, dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
(Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana). Antisipasi yang
dapat dilakukan dalam menghadapi gempabumi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu antisipasi sebelum
terjadi gempabumi, saat terjadi gempabumi, dan setelah terjadi gempabumi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebelum terjadinya gempabumi; masyarakat harus mengenali
gempabumi, kenali lokasi bangunan tempat tinggal, mendirikan bangunan sesuai kaidah, kenali
jalur evakuasi, catat nomor penting, dan siapkan tas darurat. Sedangkan saat terjadinya gempabumi
hal yang dapat dilakukan; jangan panik, sembunyi di bawah meja yang kuat jika berada di dalam
ruangan, cari tempat yang aman dari reruntuhan, perhatikan tempat berpijak dan hindari juka ada
rekahan, segera turun dan cari tempat yang aman jika sedang berkendara, dan jauhi daerah pantai.
Setelah terjadi gempabumi hal yang dapat dilakukan; segera keluar jika berada di dalam bangunan,
periksa keadaan sekitar, dengarkan informasi-informasi.
Gempabumi tidak akan membunuh, tetapi bencana lain yang mengikutilah yang dapat membunuh.
Bencana yang dimaksud, yaitu tsunami, likuifaksi, runtuhnya bangunan, dan lainnya.
“Earthquakes doesn’t kill but buildings do.” Oleh sebab itu, masyarakat tentunya harus bisa
memahami upaya-upaya yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana datang.

Anda mungkin juga menyukai