Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Teknik Kimia adalah suatu cabang ilmu teknik yang mempelajari


pemrosesan bahan mentah menjadi suatu produk yang berguna dan bernilai jual
tinggi dengan menggunakan biaya yang seminimal mungkin. Pada dasarnya,
ilmu Teknik Kimia merupakan aplikasi dari ilmu kimia dengan memasukkan
faktor- faktor ekonomi dan sosial serta menggabungkan kaidah teknik. Ilmu
Teknik Kimia digunakan terutama untuk merancang proses-proses kimia,
merancang tempat penyimpanan material yang terdiri atas bermacam variasi
konstruksi, sifat fisika dan kimia material, kebutuhan operasi dll. Sebagai
contohnya, digunakan tangki sebagai tempat penyimpanan liquid dan gas. Oleh
karena itu, mahasiswa Teknik Kimia perlu mempelajari dan mengetahui
kegunaan tangki secara tepat sehingga mahasiswa dapat memilih tangki
penyimpanan yang tepat sesuai dengan sifat- sifat yang dimiliki oleh suatu
material.

2. TUJUAN PENULISAN

Tujuan Penulisan Makalah yang berjudul “Penyimpanan Zat” ini yaitu untuk
memberikan informasi mengenai peralatan penyimpanan bahan yang digunakan
di industri untuk menyimpan suatu jenis material baik berupada padata, cairan,
maupun gas, serta untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
mata kuliah Unit Operasi Mekanik yang dijadwalkan pada semester 2.

3. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, dapat dibuat suatu rumusan masalah berupa :
a. Apa saja alat penyimpanan zat padat, cair, dan gas?
b. Bagaimana karakteristik dan prinsip kerja alat penyimpanan zat padat, cair,
dan gas?
c. Bagaimana cara penggunaan alat penyimpanan zat padat, cair, dan gas?
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENYIMPANAN BAHAN PADAT


a. Karakteristik Partikel Padat
Karakteristik bahan, terutama bahan padat sangat menetukan dalam pemilihan
jenis alat ataupun rangkaian alat untuk transportasi bahan padat maupun
penyimpanan/storing bahan padat dalam industri.
Karakteristik zat padat :
 Wujud atau bentuk
- Besar atau kecil
- Bulat (beraturan/acak)
- Lembaran panjang atau pendek
- Bubuk/talk/powder
- Permukaan kasar atau halus (berpori/tidak)
- Berkilap atau tidak
- Kohesif dan non kohesif (mudah/tidak mengalir)

 Sifat yang mempengaruhi perlakuan terhadap zat padat


- Temperatur
- Abrasiveness (ketajaman akibat gesekan)
- Fragility (kerapuhan)
- Explosiveness (mudah meledak)
- Flammability (mudah terbakar)
- Plastic (sifat plastis)
- Sticky (lengket)

 Penting diketahui untuk pengoperasian/proses dan penanganan zat


padat pada tahap pra dan pasca proses.
- Densitas
Massa per satuan volume (kg/liter)
a. Bulk Density : densitas curah : total massa per satuan volume
tempat zat tersebut berada
b. Apparent Density (Densitas Partikel)
Densitas zat padat yang berpori,dengan mengabaikan volume
porinya. (di uji dengan piknometer)
c. True Density
Merupakan densitas zat padat termasuk volume pori yang
terkandung di dalamnya.
- Specific Gravity (dimensionless)
Adalah rasio densitas zat terhadap zat tertentu (zat acuan/referansi,
umumnya air pada 4 C.
- Hardness (kekerasan)
Yaitu ukuran ketahanan material padat terhadap goresan/guratan.
Tabel Skala Mohs (lihat Syarifuddin, p. 144). Dari formasi Talk,
Gipsum, dst hingga Intan (diamond)
- Brittleness / Friability (kerapuhan)
Yaitu tingkat kemudahan (kerentanan) material padat untuk pecah
akibat adanya pukulan/benturan/tumbukan material lain. Sifat ini
berpengaruh pada pemilihan metode size reduction, bentuk/
struktur setelah perlakuan. Contoh : PbS (kubus), Magnetit
(butir)dll
- Toughness (sifat liat/kenyal)
Ketahanan terhadap pukulan/benturan. Contoh logam dan alloy.
- Friction (gesekan)
Ketahanan suatu material terhadap gesekan apabila dua material
disentuhkan.
- Angle of Repose (sudut curam alami)
Yaitu sudut terbesar dari tumpukan material padat sesaat sebelum
terjadinya pergeseran atau keruntuhan. Penting dalam teknik storasi
dan pengangkutan dengan belt conveyor.

b. Ketahanan Terhadap Pengaruh Cuaca


Bahan padat dikatakan tahan terhadap pengaruh cuaca jika bahan tersebut
berhubungan dengan cuaca (curah hujan, panas, angin, dsb.), bahan tersebut masih
dapat dipakai di industri (memenuhi persyaratan kualitas bahan) yang termasuk
bahan ini antara lain :
- Batu kapur, pasir besi pada industri persemenan
- Bahan galian alam, pasir kuarsa, gips, dll.

Bahan padat dikatakan tidak tahan terhadap cuaca jika bahan tersebut
bersinggungan dengan cuaca (air, humiditas, panas, angin) maka bahan tersebut
tidak dapat dipakai lagi (tidak memenuhi baku mutu sebagai bahan baku atau
produk), yang termasuk bahan ini antara lain clickers semen, semen portland,
bahan-bahan pada senyawa kimia, kristal gula pasir, dan sejenisnya. Pada
umumnya bahan padat bersifat higroskopis tergolong tidak tahan terhadap cuaca.
Untuk penyimpanan bahan ini dipilih alat atau tempat yang terlindung dari
pengaruh cuaca tersebut.

c. Peralatan Penyimpanan Bahan Padat


1. Storage Piles
Merupakan cara penyimpanan yang murah dan sederhana. Prinsip
kerjanya yaitu bahan yang akan disimpan dibuat dalam tumpukan- tumpukan
(piles) di tempat terbuka. Merupakan tumpukan-tumpukan dari bahan–bahan
yang keluar dari belt conveyor (alat ini terdiri dari endless belt / sabuk yang
membawa solid dari satu tempat ketempat yang lain. Belt conveyor
membutuhkan tenaga yang kecil dan dapat mengangkut material yang cukup
jauh). Bahan-bahan yang dapat disimpan dengan cara seperti ini adalah bahan-
bahan padat yang tak berpengaruh terhadap keadaan cuaca. Contoh dari bahan
tersebut adalah batubara, kerikil, pasir (Destrina, 2013)
2. Silo/Bunker
Silo adalah bejana tegak lurus untuk penyimpanan bahan-bahan padat
yang mengalir, misalnya serbuk/butir. Pengisian dilakukan memakai
peralatan transportasi tertentu dan lubang pengeluaran terletak di sebelah
bawah, biasanya dihubungkan dengan unit penyedot. Pengisian dilakukan
dari tingkat paling atas, sehingga yang masuk lebih dulu akan berada di
bawah. Sedangkan pengambilan bahan curah dilakukan di bawah. Dalam silo
hanya bisa disimpan bahan-bahan yg tidak melekat. Contohnya pupuk atau
bahan sintetik disimpan dengan cara ini. Drum-drum, kotak logam, dan
karung-karung yang telah diisi harus diberi label isi dan jumlah. Tulisan
harus dengan cat dan tidak boleh terhapus(Destrina, 2013).
Silo biasanya terbuat dari stainless steel (berlapis enamel) dimana
bagian bawah berbentuk kerucut untuk mempermudah pengeluaran bahan.
Frame penyangga dibuat dari rangka baja dengan kekuatan yang sesuai.
Prinsip kerja silo yaitu silo selalu diisi dari atas dan pengeluarannya melalui
sebuah lubang pada sisi sebelah bawah (Destrina, 2013).
Prinsip kerjanya sama dengan BIN hanya ukurannta lebih besar (+- 40
m), pengumpanan berupa elevator, bucket, atau sistem pneumatis.

3. BIN

Anda mungkin juga menyukai