Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS PERAWANG
Jalan Datuk Srimaraja Kelurahan Perawang
Kecamatan Tualang Kabupaten Siak Propinsi Riau
E-mail : puskesmasperawang@yahoo.co.id Website : puskesmasp.blogspot.com
Kode Pos 28653

BUKTI PELAKSANAAN TINDAK LANJUT DAN


HASIL MONITORING PROGRAM UKM

NO HASIL MONITORING HASIL EVALUASI TINDAK LANJUT TANGGAL PELAKSANA KET


PELAKSANAAN
1 Pelayanan di Posyandu  Kurangnya pengetahuan  Meningkatkan koordinasi lintas Program Gizi
: pemantauan ibu tentang pentingnya program dan lintas sektor tentang
kesehatan bayi/balita ( membawa anak ke penyelenggaraan posyandu di
pengukuran posyandu sebagai setiap desa.
pertumbuhan, bentuk dari pencehagan  KIE kepada keluarga, atau
pemantauan status penyakit dan untuk kelompok di dalam masyarakat
gizi, pemberian vitamin mengetahui tumbuh tentang pentingnya kegiatan
A). kembang bayi/balita. posyandu dan ibu, bayi / balita
menjadia central point di dalam
penyelenggaraannya.
 Mengoptimalkan peran posyandu
sebagai pusat informasi tentang
pencegahan penyakit dan
pemantaun proses tumbuh
kembangnya bayi / balita.
2 Pendataan Neonatus,  Kurangnya pemahaman  Melakukan pemeriksaan sederhana Program Gizi
kunjungan neonates, ibu terhadap resiko yang pada bayi yang lahir di Puskesmas
pemantauan mungkin dihadapi oleh maupun di klinik bidan swasta atau
kesehatan neonates bayi khususnya pada di dokter praktek di luar wilayah
resiko tinggi dan masa neonatus. kerja Puskesmas perawang tetapi
kunjungan rumah. berdomisili d wilayah kerja
Puskesmas perawang.
 KIE kepada ibu dan keluarga dari
bayi /balita tentang setiap tumbuh
kembang bayi / balita.

3 Kunjungan rumah /  Gizi kurang / gizi buruk  PMT diberikan secara Program Gizi
pendampingan untuk ditangani dengan sebaik berkesinambungan.
anak gizi kurang/gizi mungkin dan  Melakukan penyuluhan terpadu
buruk dengan target berkesinambungan. pada keluarga bayi / balita,
sasaran adalah pemeriksaan terpadu di puskesmas
prevalensi < 5% dan dan pendampingan oleh kader
pemberian Makanan posyandu.
Tambahan (PMT).  Peningkatan koordinasi dengan
kader posyandu dan petugas
wilayah bila ada kasus gizi buruk.
 Meningkatkan koordinasi dengan
lintas program terkait dengan
pelaksanaan PMT di Puskesmas.
4 Kunjungan rumah  Kurangnya kesadaran  KIE kepada orang tua, keluarga dan Program Gizi
(drop out) yang tidak dan pengetahuan orang masyarakat tentang pentingnya
datang di posyandu / tua tentang pentingnya pemberian vitamin A kepada bayi
swiping) vitamin A pemberian vitamin A balita.
pada bayi 6 – 11 bulan kepada bayi / balita.  Mengoptimalkan kunjungan rumah
dan balita 1-5 tahun. kepada bayi / balita yang tidak
mendapatkan vitamin A.
 Meningkatkan koordinasi lintas
program dan lintas sektor serta
meningkatkan peran serta petugas
wilayah termasuk kader dalam
pelaporan bayi / balita yang tidak
mendapatkan vitamin A.
5 Cakupan yang naik  Balita sakit, pola asuh  KIE mengenai pola makan dan pola Program Gizi
berat badannya masih dan pola makan belum asuh yang baik dan benar.
rendah baik.  Melaksanakan penyuluhan di
 Penyuluhan (5 meja) di posyandu
posyandu belum  KIE kepada orang tua bayi / balita
optimal. untuk memeriksakan bayi / balita
yang sakit ke puskesmas.
 Meningkatkan koordinasi
pemantauan, pertumbuhan, dan
koordinasi posyandu di wilayah.
6 Pemberian tablet besi  ibu hamil belum disiplin  Komunikasi, Informasi, dan Program Gizi
(90 tablet) pada ibu dalam mengkonsumsi Edukasi (KIE) mengenai manfaat
hamil. tablet besi. tablet besi bagi ibu hamil dan
 pengetahuan ibu mengoptimalkan pencatatan
kurang, dan pencatatan distribusi Fe yang diberikan di
distribusi Fe di pusat pusat kesehatan swasta, dokter
kesehatan swasta, praktek, klinik bidan swasta.
dokter praktek, klinik  Memberikan sosialisasi anemia
bidan swasta belum pada ibu hamil.
optimal.
7 Inspeksi kesehatan Pola hidup masyarakat Peningkatan koordinasi lintas KESLING
lingkungan (TTU). yang sulit diubah. program dan lintas sektor untuk
pemantauan dan inspeksi TTU.
8 Penyehatan Air Bersih.  Belum semua  KIE kepada seluruh masyarakat KESLING
masyarakat tentang pentingnya air bersih.
mendapatkan akses  Depot air minum untuk
terhadap air bersih memeriksakan kualitas dan kadar /
 Pemeriksaan air depot kandungan dari air bersih yang di
air. gunakan oleh masyarakat ke
laboratorium rujukan baik di
daerah lain maupun di badan
teknis kesehatan lingkungan.
9 Hygiene sanitasi  Masih kurangnya  KIE kepada masyarakat baik KESLING
makanan dan pemahaman dari kepada pengelola makanan
minuman. pengelola makanan maupun kepada penjamah
maupun dari penjamah makanan tentang pentingnya
makanan tentang menjaga dan menjamin hygiene
pentingnya hygiene sanitasi makanan.
sanitasi makanan.  Meningkatkan koordinasi dengan
lintas program maupun lintas
sektor.
10 Penyehatan tempat  Kurangnya kesadaran  KIE kepada masyarakat tentang KESLING
pembuangan sampah dari masyarakat untuk penanganan sampah yang baik di
dan limbah. tidak membuang masyarakat dan pentingnya untuk
sampah di sungai, parit, tetap menjaga lingkungan.
maupun kolam.

11 Inspeksi rumah sehat  Penyediaan dan  KIE tentang STBM (Sanitasi Total KESLING
termasuk Penyehatan penggunaan jamban Berbasis Masyarakat).
lingkungan sehat masyarakat
pemukiman dan terkendala pada faktor
jamban keluarga. ekonomi dan pola
perilaku masyarakatnya.
12 Cakupan K1  Pendampingan oleh  Peningkatan ANC terpadu. KIA - KB
kader ibu hamil belum  Meningkatkan kegiatan PHN.
optimal.  Evaluasi PWS KIA.
 Implementasi kohort  Mengoptimalkan Posyadu bumil
belum optimal. dan kelas ibu
 Meningkatkan koordinasi kader
pendamping ibu hamil.
13 Cakupan k4  Pendampingan oleh  Peningkatan ANC terpadu. KIA - KB
kader ibu hamil belum  Meningkatkan kegiatan PHN.
optimal.  Evaluasi PWS KIA.
 Implementasi kohort  Mengoptimalkan Posyadu bumil
belum optimal. dan kelas ibu.
 Meningkatkan koordinasi kader
 Ibu hamil yang pendamping ibu hamil.
diproyeksi (sasaran)
lebih tinggi dari jumlah
realita ibu hamil.
14 Cakupan pelayanan  Pendampingan oleh  Peningkatan ANC terpadu. KIA - KB
nifas kader ibu hamil belum  Meningkatkan kegiatan PHN.
optimal.  Evaluasi PWS KIA.
 Ibu hamil yang  Mengoptimalkan Posyadu bumil dan
diproyeksi (sasaran) kelas ibu.
lebih tinggi dari jumlah  Meningkatkan koordinasi kader
realita ibu hamil. pendamping ibu hamil.

15 Penanganan  Pendampingan oleh  Peningkatan ANC terpadu. KIA - KB


Komplikasi Obstetri kader ibu hamil belum  Meningkatkan kegiatan PHN.
(PKO) optimal.  Evaluasi PWS KIA.
 Ibu hamil yang  Mengoptimalkan Posyadu bumil dan
diproyeksi (sasaran) kelas ibu
lebih tinggi dari jumlah  Meningkatkan koordinasi kader
realita ibu hamil. pendamping ibu hamil.
 Jejaring atau sistem  Pencatatan kartu resti, bumil, nifas,
rujukan belum optimal. dan neonates.
 Deteksi dini resti belum
optimal.

16 Penanganan  Pendampingan oleh  Peningkatan ANC terpadu. KIA - KB


Komplikasi Neonatus kader kepada ibu hamil  Meningkatkan kegiatan PHN.
(PKN) belum optimal.  Mengoptimalkan kelas ibu dan
 Jejaring atau sistem posyandu ibu hamil.
rujukan belum optimal.  Meningkatkan koordinasi kader
pendamping ibu hamil.
 Pencatatan kartu resti, bumil, nifas,
dan neonates.
 Peningkatan implementasi dan
perbaikan rujukan.
17 Cakupan BBLR dan  Pendampingan oleh  Peningkatan ANC terpadu. KIA - KB
penanganan BBLR kader kepada ibu hamil  Meningkatan koordinasi dengan
belum optimal. balai pusat kesehatan lain baik
yang dikelola oleh pemerintah
maupun swasta (Klinik Bidan,
praktek dokter,dan RS).
 Meningkatkan kegiatan PHN.
 Mengoptimalkan kelas ibu dan
posyandu ibu hamil.
 Meningkatkan koordinasi kader
pendamping ibu hamil.
18 Cakupan pelayanan  Pendampingan oleh  Peningkatan ANC terpadu. KIA - KB
neonates pertama (KN kader kepada ibu hamil  Meningkatan koordinasi dengan
I) belum optimal. balai pusat kesehatan lain baik
 Impementasi kohort yang dikelola oleh pemerintah
belum optimal. maupun swasta (Klinik Bidan,
praktek dokter,dan RS).
 Meningkatkan kegiatan PHN.
 Mengoptimalkan kelas ibu dan
posyandu ibu hamil.
 Meningkatkan koordinasi kader
pendamping ibu hamil.
19 Upaya kesehatan  Balita tidak datang ke  Memperbanyak petugas untuk KIA - KB
balita dan anak pra posyandu. kegiatan SDIDTK.
sekolah : SDIDTK  Sosialisasi pemantauan tumbuh
balita dan pra sekolah. kembang anak kepada mayarakat.
 Meningkatkan koordinasi lintas
sektor.
 Koordinasi dan peningkatan
kapasitas dalam pemahaman balita
dan evaluasi P4K.
20 Cakupan keluarga Belum optimalnya  Meningkatkan pendataan PUS oleh KIA - KB
berencana : Akseptor pendataan PUS kader dan petugas wilayah.
KB aktif Puskesmas.  Sosialisasi penggunaan KB pada ibu
hamil, PUS, dan WUS.
21 Penanganan dan  Kurangnya pengetahuan  Edukasi pada setiap pasien diare PJ. ISPA
pengobatan diare. masyarakat tentang yang datang ke Puskesmas. DIARE
PHBS.  Memberikan informasi kepada
masyarakat tentang penyakit
menular dan tidak menular.
22 Pengobatan penderita  Masih banyaknya pasien  Mengadakan kegiatan dan TB PARU
TB paru (DOTS) BTA yang tidak berobat di sosialisasi dan berbagi informasi
positif. Puskesmas. dengan keluarga penderita TB paru.
 Kurangnya deteksi dini  Meningkatkan koordinasi petugas
terhadap penyakit TB di TB di Puskesmas.
masyarakat.
24 Pemantauan kasus  Kurangnya ketersediaan  Koordinasi dengan penderita, PJ. MALARIA
malaria dari bahan untuk keluarga, dan masyarakat bila ada
pemeriksaan malarian yang mengalami gejala yang sama
(RDT). agar memeriksakan diri ke
Puskesmas.
 Membagikan informasi tentang
penyakit menular dan cara
penanganannya di keluarga.
25 Penyuluhan Perilaku  Kurangnya  Mengoptimalkan kegiatan. PROMKES
Hidup Bersih dan keikutsertaan  Melakukan penyuluhan secara
Sehat (PHBS). masyarakat dalam kelompok yang lebih kecil ataupun
pertemuan untuk penyuluhan keluarga.
pemberian penyuluhan  Melakukan koordinasi dengan
secara masal. lintas program dalam pemberian
penyuluhan.
29 Pembinaan kelompok  Kurangnya pengetahuan  Sosialisasi kader lansia. PJ.
usia lanjut (Posyandu lansia maupun keluarga  Koordinasi kader lansia di desa. Kesehatan
Lansia). tentang pentingnya  Sosialisasi lintas program dan lintas Lansia
pemeriksaan dan sektor.
pembinaan pada lansia.
30 Pemberdayaan  Kurangnya pengetahuan  Meningkatkan pertemuan dengan PJ.
kelompok masyarakat dan pemahaman keluarga dan kader kesehatan jiwa. Kesehatan
khusus dalam upaya masyarakat, kader, dan  Pemberdayaan kelompok khusus di Jiwa
penemuan dini dan keluarga pasien yang masyarakat dalam upaya penemuan
rujukan kasus menderita gangguan dan rujukan pasien gangguan jiwa.
gangguang jiwa jiwa.  Melakukan kunjungan rumah atau
(Rujukan dari kader swiping kepada pasien jiwa yang
dan masyarakat). tidak datang di Puskesmas
sekaligus dalam pemberian
obatnya.
31 Deteksi dan  Kurangnya pengetahuan  Meningkatkan pertemuan dengan PJ.
penanganan kasus dan pemahaman keluarga dan kader kesehatan jiwa. Kesehatan
gangguan jiwa yang masyarakat, kader, dan  Pemberdayaan kelompok khusus di Jiwa
datang berobat ke keluarga pasien yang masyarakat dalam upaya penemuan
Puskesmas. menderita gangguan dan rujukan pasien gangguan jiwa.
jiwa.  Melakukan kunjungan rumah atau
swiping kepada pasien jiwa yang
tidak datang di Puskesmas
sekaligus dalam pemberian
obatnya.
32 Focus Group  Konseling PKPR belum  Koordinasi lintas sektor dan lintas PJ. PKPR
Discussion (FGD) berjalan optimal. program untuk penyampaian
PKPR di wilayah kerja tentang PKPR dengan sasaran
Puskesmas Perawang remaja SMP dan SMA.
 Peningkatan pelaksanaan konseling
untuk remaja.

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Perawang

drg. Nedra
Penata Tk. I
NIP : 19751007 200604 2 003

Anda mungkin juga menyukai