Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

Hal :

HALAM SAMPUL ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
SK PEMBERLAKUAN PANDUAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iii
BAB I DEFINISI................................................................................................................ 1
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................. 2
A. Jenis Skrining ......................................................................................................... 2
B. Skrining Pasien ....................................................................................................... 2
C. Prinsip ..................................................................................................................... 5
BAB III KEBIJAKAN ......................................................................................................
BAB IV TATA LAKSANA ............................................................................................... 6
1. Alur Skrining ........................................................................................................... 6
2. Skrining Non Medis ................................................................................................ 6
3. Skrining Medis ........................................................................................................ 7
4. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................... 8
5. Triage ....................................................................................................................... 9
6. Skrining Pasien di Pendaftaran ................................................................................ 10
E. DOKUMENTASI .......................................................................................................... 12

1
BAB I
DEFINISI

1. Skrining adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengidentifikasi apakah kebutuhan
dan kondisi pasien dapat dipenuhi oleh sumber daya atau fasilitas yang ada di rumah sakit
yang dilakukan pada kontak pertama dengan pasien. Skrining dapat dilaksanakan dengan
menggunakan kriteria triase, penilaian visual, pemeriksaan fisik atau berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik, psikologik, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik
imaging sebelumnya. Pencocokan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah
sakit tergantung dari informasi yang diperoleh saat melakukan skrining tentang kebutuhan
pasien, biasanya pada kontak pertama.
2. Instalasi gawat darurat adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan pelayanan
pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai multidisiplin.
3. Triage adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya.
4. Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul
5. Survey primer adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
jiwa
6. Survey Sekunder adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan –perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan
fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
7. Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya.
8. Pasien gawat tidak darurat adalah pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut.
9. Pasien darurat tidak gawat adalah pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Skrining dilakukan terhadap pasien pada saat sebelum pasien masuk ke rumah sakit,
saat pasien tiba di rumah sakit atau saat pasien sudah di dalam rumah sakit. Pada pasien yang
datang langsung ke rumah sakit, skrining dilakukan oleh petugas/staf rumah sakit yang
pertama kontak dengan pasien. Pada pasien yang tidak datang langsung ke rumah sakit,
skrining dapat dilakukan melalui telepon oleh petugas medis RS PKU Muhammadiyah Bima.
Pasien yang akan dirawat atau terdaftar untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan adalah
mereka yang kebutuhan dan kondisinya dapat dipenuhi oleh sumber daya dan misi rumah sakit
yang diidentifikasi melalui proses skrining. Informasi yang didapat melalui proses skrining
penting dalam membuat keputusan yang tepat tentang apakah pasien dapat dilayani atau harus
dirujuk.
Skrining dilakukan pada area :
 Di luar rumah sakit dilakukan melalui telpon yang dilakukan oleh petugas IGD
 Pendaftaran dilakukan oleh petugas admisi
 Poliklinik
 IGD
Skrining dilakukan melalui:
 Kriteria triase
 Evaluasi visual atau pengamatan
 Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik
 Pemeriksaan Laboratorium atau diagnostic imajing sebelumnya
A. Jenis Skrining
1. Skrining non medis adalah skrining yang dilakukan pada saat pasien tiba dirumah
sakit atau saat pasien mendaftar di poliklinik rawat jalan , radiologi, laboratorium dan
fisioterapi untuk menentukan pelayanan mana yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien, serta pelayanan yang dapat dipenuhi oleh rumah sakit, dan dilakukan
oleh tenaga terlatih.
2. Skrining medis adalah skrining yang dilakukan melalui kriteria triase (di IGD) ,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik imaging) sebelumnya, yang dilakukan tenaga yang kompeten yaitu dokter
atau perawat.
B. Skrining Pasien
1. Skrining didalam Rumah Sakit
Skrining didalam rumah sakit merupakan suatu proses deteksi dini atau usaha
untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan. Skrining dapat dilaksanakan melalui
kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,pertanyaan, pemeriksaan fisik atau hasil
dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing pasien.
Kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif di
prioritaskan berdasarkan kondisi pada waktu proses admisi sebagai pasien rawat inap.
Hal tersebut terdapat pada proses assesmen awal pasien yang dilakukan petugas, adapun
penjelasan dari pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitasi sebagai berikut :
a) Pelayanan Preventif
Pelayanan preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau
mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi

3
diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya
gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Usaha-usaha
yang dilakukan, yaitu :
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja, dll)
 Pemberian Vitamin A, Yodium
 Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
 Deteksi dini kasus dan faktor risiko (maternal, balita, penyakit).
 Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
b) Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipliner yang berfokus pada
pasien penyakit serius atau mengancam jiwa. Tujuan pelayanan paliatif adalah
mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan, dan mempertahankan
kualitas hidup dari saat setelah diagnosis. Tujuan ini dicapai melalui intervensi yang
mempertahankan kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan spiritual, meningkatkan
komunikasi dan koordinasi pelayanan, memastikan pelayanan yang layak secara
budaya dan konsisten dengan nilai-nilai dan preferensi pasien, memberi bantuan
konkrit jika diperlukan dan meningkatkan kemungkinan bahwa pasien meninggal
dengan penderitaan minimal.
c) Pelayanan Kuratif
Kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga,
kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Usaha-usaha yang
dilakukan, yaitu :
 Dukungan penyembuhan, perawatan, contohnya : dukungan psikis penderita
TB
 Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan
rumah sakit.
 Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin dan nifas
 Perawatan payudara
 Perawatan tali pusat bayi baru lahir
 Pemberian obat : Fe, Vitamin A, oralit.
d) Pelayanan Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat
dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit
yang sama. Usaha yang dilakukan, yaitu:
 Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah tulang, kelainan
bawaan
 Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya, TBC (latihan
nafas dan batuk), Stroke (fisioterapi).
Dalam pelaksanaannya skrining didalam rumah sakit dilaksanakan melalui
tahapan berikut :
 Pemeriksaan saat pasien datang
Semua pasien yang datang ke IGD harus diprioritaskan pada saat
kedatangan, oleh tenaga terlatih dan perawat berpengalaman. Penilaian awal
umumnya harus tidak mengambil lebih dari 2 - 5 menit. Penilaian awal tersebut
dilaksanakan melalui kriteria triase yang menggunakan skala triase Australia,
selanjutnya petugas melaksanakan penilaian lanjutan.

4
 Skrining dilakukan melalui :
 Kriteria triase (SPO Triase pasien)
 Evaluasi visual atau pengamatan, (keadaan umum pasien)
 Pertanyaan (anamnesa pasien)
 Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik,
 Psikologik,
 Hasil laboratorium klinik atau diagnostik imajing pasien.
 Ketersediaan kamar rawatan
 Identifikasi kebutuhan pasien berkenaan dengan pelayanan preventif,
paliatif, kuratif, dan rehabilitatif
 Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis IGD yang mencakup :
 Identitas pasien
 Anamnesis pasien
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
 Diagnosis pasien
 Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis elektronik di admisi yang
mencakup:
 Identitas pasien
 Anamnesis pasien
 Pemeriksaan penunjang
2. Skrining diluar Rumah Sakit
Skrining diluar rumah sakit merupakan suatu proses deteksi dini atau usaha
untuk mengidentifikasi keadaan pasien yang dilakukan sebelum pasien masuk ke
Rumah Sakit. Skrining dapat dilaksanakan dengan komunikasi melalui telepon yang
berpusat di Instalasi Gawat Darurat. Dalam pelaksanaannya skrining dilaksanakan
melalui tahapan berikut:
a. Identifikasi Pasien
Pelaksanaan identifikasi pasien dilakukan melalui telepon, petugas menanyakan
identitas pasien saat dihubungi oleh pihak luar, petugas juga menilai apakah sesuai
dengan misi dan sumber daya rumah sakit saat itu.
b. Penilaian Berkelanjutan
Pada fase ini petugas menanyakan secara terperinci keadaan pasien, tanda vital,
tindakan dan terapi apa saja yang telah di berikan kepada pasien.
c. Konsultasi kepada DPJP
Setelah mengetahui kondisi pasien yang akan dirawat maka petugas melakukan
komunikasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan terkait agar kontinuitas
pelayanan berlangsung dengan baik.
Dokumentasi skrining pasien dari luar melalui formulir yang disediakan yang
berisikan hal – hal sebagai berikut :
1) Identitas pasien
 Nama
 Jenis Kelamin
 Umur
 Alamat
 Status pembayaran
2) Diagnosa
3) Keadaan Umum
4) Kesadaran

5
5) Tanda – tanda vital
6) Terapi dan Tindakan yang telah dilakukan
d. Audit dan jaminan mutu
1) Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama skrining pasien
2) Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan dasar dan sarana audit
3) Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima bertanggung jawab untuk menjaga
berlangsungnya proses skrining pasien
4) Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bima.

C. Prinsip
1. Skrining dilaksanakan pada kontak pertama di dalam atau di luar rumah sakit
2. Keputusan pasien dilalukan rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Bima bila rumah
sakit mampu menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien.

6
BAB III
TATA LAKSANA

A. Alur Skrining

Pendaftaran pasien
Bila pada pasien tidak
ada kegawatdaruratan
Rawat Jalan / Unit
yang dituju
Pasien tiba Skrining oleh
di RS Petugas RS
Bila pada pasien ada Instalasi Gawat
kegawatdaruratan Darurat
B. Skrining Non Medis
Skrining ini dilakukan oleh tenaga non medis yang berkontak langsung dengan pasien
pertama kali datang dibagian admisi.
1. Petugas Admisi
a. Melaksanakan skrining secara visual
Mengamati pasien saat hendak mendaftar di RS PKU Muhammadiyah Bima, bila
melihat ada pasien yang terlihat kegawatan seperti ; sesak, nyeri perut hebat,
lemas, pucat, muntah-muntah dll. Maka petugas admisi mengarahkan satpam
untuk membantu pasien dan mengarahkan ke IGD untuk dilakukan Triage di IGD.
b. Bila petugas admisi melihat kegawatan yang berhubungan dengan kehamilan
seperti; ketuban pecah, perdarahan, kontraksi dll, maka petugas admisi
mengarahkan satpam untuk membantu pasien agar dapat dibawa ke Ruang
Bersalin dan ditindak lanjuti oleh bidan atau dokter yang bertugas.
c. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas diharapkan membantu pasien
hingga sampai ke IGD atau petugas menghubungi perawat IGD agar perawat IGD
dapat mengevakuasi pasien dengan benar.
2. Petugas Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi.
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang mau melakukan pemeriksaan laboratorium dan
rontgen, petugas dapat melakukan pemeriksaan pasien seperti suhu dan nadi, bila
pasien terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak, demam, nadi
lemah dll, maka tanyakan keluhan pasien dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat dan datang hanya untuk pemeriksaan maka sarankan
pasien agar berobat ke IGD agar mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di
IGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk penanganan
kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi dengan DPJP untuk
kegawatan pasien agar dapat ditindaklanjuti.
e. Setiap pasien yang diarahkan ke IGD, petugas diharapkan membantu pasien
hingga sampai ke IGD, dengan menggunakan kursi roda bila diperlukan.
3. Petugas Farmasi
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang memberikan resep di Apotik, bila pasien terlihat
kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak dll, maka tanyakan keluhan
pasien dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat maka arahkan pasien agar berobat ke IGD agar
mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di IGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk penanganan
kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi dengan DPJP untuk
kegawatan pasien agar dapat ditindak lanjuti.
7
C. Skrining Medis
1. Perawat
a. Skrining medis dilakukan oleh tenaga medis (perawat) yang berkontak pertama
dengan pasien
b. Skrining medis oleh perawat dilakukan oleh perawat poli, dan perawat IGD, serta
perawat yang kontak pertama kali dengan pasien.
c. Ketika kontak pertama kali oleh pasien maka perawat menanyakan keluhan pasien,
sembari melihat kondisi pasien apakah ada kegawatan atau tidak.
d. Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang didapat maka perawat dapat
mengarahkan apakah pasien dapat ke pendaftaran (bila pasien dalam kondisi sehat
dan membutuhkan pengobatan) atau diarahkan ke IGD atau Kamar Bersalin sesuai
dengan keluhan pasien (bila pasien terdapat kegawatan)
2. Dokter
a. Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama dengan pasien.
b. Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi pasien-pasien
asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan kesehatan serius.
c. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau mortalitas
penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
d. Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing.
e. Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien dikirim atau sebelum
pasien tiba di IGD, bisa dilakukan via telepon maupun datang sendiri.
f. Bila pasien rujukan dilakukan dengan penjemputan, maka skrining dilakukan ketika
tim medis sampai di tempat penjemputan.
g. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan dan
fasilitas yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan tepat.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam melengkapi proses skrining :
a. Hematologi/Darah Lengkap : Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Trombosit,
Eritrosit, LED, dan Hitung Jenis.
b. Glukosa darah sewaktu ( sesuai kasus )
c. Kimia Klinik Standar : Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT ( Sesuai kasus )
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. EKG (untuk pasien jantung , pasien dewasa usia > 40 tahun & sesuai indikasi )
f. Pemeriksaan Radiologi : Foto Rontgen Thorax (sesuai kasus)
E. Triage
Triage adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawatdaruratan sehingga pasien
terseleksi dalam mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya.
Triage dilakukan baik di luar rumah rumah sakit (pra hostpital) maupun di dalam
rumah sakit,
Triage di RS PKU Muhammadiyah Bima menggunakan system labeling warna,
pasien ditentukan apakah gawat darurat, gawat tidak darurat, atau darurat tidak gawat
atau tidak gawat tidak darurat. Pasien yang telah di seleksi diberi label warna pada
listnya, sesuai dengan tingkat kegawatannya.
Adapun pemberian labeling warna sesuai dengan tingkat kegawatannya, sebagai
berikut :
a. Pasien gawat darurat diberi label warna merah
b. Pasien gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat diberi label warna kuning
c. Pasien tidak gawat dan tidak darurat diberi warna hijau
d. Pasien yang telah dinyatakan meninggal diberi label warna hitam
8
Keputusan Triage.
Triage didalam rumah sakit.
Dari hasil triage yang dilakukan di dalam rumah sakit, didapatkan
keputusan sebagai berikut :
1) Pasien dengan kategori triage merah segera ditransfer ke kamar periksa IGD,
yaitu ruang P1 (triage merah).
2) Pasien dengan kategori triage kuning ditransfer ke kamar periksa IGD, yaitu
ruang P2 (triage kuning).
3) Pasien dengan kategori triage hijau ditransfer ke ruang P3 (triage hijau).
4) Pasien dengan kategori triage hitam ditransfer ke kamar jenazah.
5) Jika fasilitas dan sarana di RS PKU Muhammadiyah Bima tidak dapat
memenuhi kebutuhan pelayanan pasien tersebut, maka dirujuk ke rumah sakit
rujukan dengan fasilitas dan sarana yang memadai untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan pasien tersebut.
F. Skrining Pasien Dipendaftaran
1. Skrining kebutuhan pelayanan
Skrining kebutuhan pelayanan bertujuan untuk mengarahkan pasien mendapatkan
pelayanan sesuai kebutuhan.
2. Skrining prioritas pelayanan
Proses skrining untuk pasien yang datang ke Instalasi Rawat Jalan (poliklinik)
dilaksanakan melalui evaluasi visual atau pengamatan oleh petugas admisi diloket
pendaftaran. Evaluasi visual atau pengamatan merupakan salah satu kegiatan
pemilahan pasien melalui visual atau pengamatan untuk menentukan apakah pasien ini
membutuhkan penanganan segera atau tidak (prioritas penanganan pasien). Setelah
dilakukan evaluasi visual atau pengamatan, dapat ditentukan sebagai berikut
1) Kesadaran :
a) Sadar penuh
b) Tampak mengantuk gelisah bicara tidak jelas
c) Tidak sadar
2) Pernapasan :
a) Nafas normal
b) Tampak sesak
c) Tidak bernafas
3) Risiko jatuh
a) Risiko sedang
b) Risiko tinggi
c) Risiko rendah
4) Nyeri dada :
a) Tidak ada
b) Ada (tingkat sedang)
c) Nyeri dada kiri tembus punggung
5) Skala nyeri :
Skala nyeri yang digunakan adalah Wong Baker Faces Pain Scale

0—1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali

9
2—3 = sedikit nyeri
4—5 = cukup nyeri
6—7 = lumayan nyeri
8—9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (talc tertahankan)
6) Batuk :
a) Tidak ada
b) Batuk > 2 Minggu
7) Kondisi pasien:
a) Stabil
b) Kondisi khusus
c) Gawat darurat
Berdasarkan hasil skrining tersebut maka dapat diambil keputusan sebagai berikut:
a) Poliklinik sesuai antrean
b) Poliklinik di segerakan
c) IGD

10
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, perlu didokumentasikan dalam


berkas rekam medis. Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti perkembangan penyakit
dan evaluasi pengobatan ataupun penanganan, serta nantinya akan digunakan untuk bahan
perencanaan pemulangan pasien.

Ditetapkan di : Bima
Pada Tanggal : 04 Mei 2018

DIREKTUR,

dr. H. MUHAMMAD ALI, Sp.PD.


NBM: 1080453

11

Anda mungkin juga menyukai