1. Anamnesa gagal ginjal a. Tanda dan gejala Apakah pasien mengalami gejala gagal ginjal, misalnya mual, muntah, sesak napas akibat asidosis atau edema paru, edema perifer? adakah rasa gatal, cegukan, lelah, malaise, keluaran urin berkurang, poliuria atau hematuria nokturia ? adakah enuresis di masa kanak-kanak? b. Riwayat penyakit dahulu , pernah di rawat bearapa kali? c. Obat-obatan, tanyakan mengenai penggunaan obat. d. Riwayat keluarga e. Riwayat sosial : adakah gejala atau terapi, seperti dialisis yang mengganggu kehidupan ? 2. Pemeriksaan fisik pasien a. Apakah pasien tampak sakit? komplikasi gagal ginjal yang membahayakan jiwa diantaranya adalah edema paru, asidosis, dan hiperkalemia, adakah sesak napas? adakah pola pernapasan Kussmaul (cepat dan dalam akibat asidosis)? adakah sianosis? b. Disfungsi, Hipertensi dan Syock ? c. Periksa dengan teliti setiap tanda-tanda obstruksi. Apakah kandung kemih teraba ? Adakah pembesaran prostat? adakah massa pelvis ? d. Periksa urin dengan diapstik untuk mencari darah, protein, glukosa, leukosit, dan mikroskopi untuk sel dan silinder. B. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) 1. Anamnesa a. Identitas pasien b. Keluhan utama dan riwayat keluhan sekarang Kapan pasien terakhir kali berkemih? (nyeri /ada darah),ingin berkemih sampai terasa nyeri tetapi tidak bisa keluar? apakah biasanya ada kesulitan dengan pancaran urin dan mengeluarkan urin? c. Riwayat penyakit dahulu d. Riwayat penggunaan obat-obatan 2. Pemeriksaan fisik Daerah pinggang kanan dan kiri harus diperiksa dengan teknik palpasi bimanual. Bila ginjal teraba, patut dicurigai adanya hidronefrosis karena stasis urin. Bila penderita merasakan nyeri pada saat ditekan agak kuat, mungkin terdapat pyelonefritis. Pada inspeksi daerah suprasimfisis, bila penderita dalam keadaan retensio urine, akan kelihatan menonjol. Penonjolan ini bila dipalpasi akan terasa adanya balottement dan penderita akan terasa ingin kencing. Kemudian dengan cara perkusi dapat diperkirakan ada tidaknya residual urine. Penting juga memeriksa penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan penyebab yang lain dari keluhannya misalnya adanya stenosis meatus, striktur uretra, batu uretra, karsinoma ataupun fimosis. Scrotum bisa juga diperiksa untuk menentukan ada tidaknya hernia, orchitis maupun epidiymitis. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba massa kistik di daerah supra simpisis akibat retensi urin. Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada BPH. Kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetas tanpa disadari oleh pasien yaitu merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa. Pada colok dubur diperhatikan; a. Tonus sfingter ani/refleks bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan adanya kelainan buli-buli neurologik b. Mukosa rektum c. Keadaan prostat; kemungkinan adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat, simetri antar lobus dan batas prostat. Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri. C. Infeksi Saluran Kemih (ISK) 1. Anamnesa a. Keluhan utama perut bagian kanan daerah pinggang nyeri b. Riwayat penyakit sekarang Demam, nyeri perut bagian kanan seperti di remas-remas/tekan dan kencingnya mulai anyang-anyangan atau tidak tuntas, ttanyakan sering kencing malam hari tidak? apakah sudah minum obat sebelumnya? apakah terasa nyeri saat BAK ? c. Riwayat penyakit dahulu d. Riwayat penyakit keluarga e. Riwayat sosial dan ekonomi Berhubungan dengan kebersihan lingkungan dan pekerjaan pasien. Ex : Seorang supir bus malam (kebersihan terhadap organ genital). f. Riwayat kebiasaan Tanyakan apakah suka menahan kencing? g. Gejala penyerta (ada darah), faktor pencetus, faktor memperberat dan meperingan 2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Dinding perut simetris atau tdk? perut datar atau cembung ? penojnolan di sisi perut (ginjal) ? b. Palpasi Normal : ginjal tidak teraba, apakah ada benjolan? Palpasi pada vesika urinaria : normalnya tidak teraba, licin, bulat dan cari tanda nyeri. c. Perkusi Ketuk apakah ada rasa nyeri? jika pada vesika urinaria cari daerah pekak. d. Auskultasi Ada atau tidaknya suara murmur/bruit pada arteri renalis. DAFTAR PUSTAKA Dr. Sani rachman, Benigna prostat hiperplasia, 2009 (diakses pada 11 maret 2014), http://sanirachman.blogspot.com/2009/11/benigna-prostathiperplasia.html Jonathan Gleadle, 2005, Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik, Penerjemah : Annisa Rahmalia, Penerbit Erlangga : Jakarta Purnomo, Dasar-Dasar Urologi, Edisi Ketiga, Jakarta: CV.Sagung Seto,2011